Anda di halaman 1dari 24

Makalah Praktikum Rumah Sakit

Pneumonia

Disusun Oleh :

- Afdhila Rifda Naufalin (1720343720)


- Afifah Nur Azhar (1720343721)

Kelompok A1 / 2

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2017
PNEUMONIA
A. Definisi
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem pernapasan dimana
alveoli (mikroskopik udara mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk
menyerap oksigen dari atmosfer) menjadi radang dan dengan penimbunan
cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam sebab,meliputi infeksi karena
bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi karena bahan kimia
atau kerusakan fisik dari paru - paru,atau secara tak langsung dari penyakit lain seperti
kanker paru atau penggunaan alkohol.
Gejala khas yang berhubungan dengan pneumonia meliputi batuk,nyeri dada
demam,dan sesak nafas.Alat diagnosa meliputi sinar-x dan pemeriksaan sputum.
Pengobatan tergantung penyebab dari pneumonia; pneumonia kerena bakteri diobati
dengan antibiotika.Pneumonia merupakan penyakit yang umumnya terjadi pada
semua kelompok umur, dan menunjukan penyebab kematian pada orang tua dan
orang dengan penyakit kronik.Tersedia vaksin tertentu untuk pencegahan terhadap
jenis pnuemonia. Prognosis untuk tiap orang berbeda tergantung dari jenis
pneumonia,pengobatan yang tepat,ada tidaknya komplikasi dan kesehatan orang
tersebut.
B. Patofisiologi
- Mikroorganisme masuk ke saluran pernafasan bawah melalui tiga rute: dihirup
sebagai partikel sangat kecil, masuk ke paru melalui aliran darah dari situs infeksi
ekstrapulmonal, atau aspirasi kandungan orofaringeal.
- Infeksi paru dengan virus menekan aktivitas pembersihan bakteri dari paru dengan
mengganggu fungsi makrofag alveolar dan mengganggu pembersihan oleh
mukosiliari, sehingga terjadi pneumonia bakterial sekunder.
- Mayoritas kasus pneumonia yang didapat di masyarakat oleh dewasa sehat karena
S.pneumoniae (pneumococcus) atau M. pneumoniae (70% dan 10-20% dari semua
pneumonia bakterial akut di AS, berturutan).
- Basil gram negatif aerobik dan S. aureus juga menjadi penyebab utama pada
pneumonia yang didapat di rumah sakit.
- Bakteri anaerob adalah agen etiologi paling umum setelah aspirasi kandungan
gastrik atau orofarink.
- Pada kelompok usia anak, kebanyakan pneumonia terjadi karena virus, terutama
virus syncytial pernafasan, parainfluenza, dan adenovirus. Pneumococcus adalah
bakteri penyebab paling umum.
C. Etiologi
Cara terjadinya penularan berkaitan pula dengan jenis kuman, misalnya infeksi
melalui droplet sering disebabkan Streptococus pneumoniae, melalui slang infus oleh
Staphylococus aureus sedangkan infeksi pada pemakaian ventilator oleh
Pseudomonas aeruginosa (IPD, 2009).
Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu
bakteri, virus, jamur dan protozoa.Dari kepustakaan pneumonia komuniti yang
diderita oleh masyarakat luar negeri banyak disebabkan bakteri gram positif,
pneumonia di rumah sakit banyak disebabkan bakteri gram negatif sedangkan
pneumonia aspirasi banyak disebabkan oleh bakteri anaerob (PDPI, 2003).
D. Manifestasi klinik
Pneumonia Gram Positif dan Gram Negatif
Onset penyakit biasanya mendadak atau subakut, dengan demam, menggigil,
dyspnea (=kesulitan bernafas), dan batuk berdahak mendominasi. Pneumococci,
staphylococci, batang gram negatif dari enterik, dan terkadang organisme lain bisa
menghasilkan iritasi lokal atau penghancuran saluran darah sehingga terjadi
sputum berwarna karat atau hemoptysis (=batuk berdarah).
Pada pemeriksaan fisik, pasien mengalami takipnea (=bernafas dengan sangat
cepat) dan takikardi, seringkali dengan tertariknya dinding dada dan respirasi
berupa dengusan. Dari auskultasi tidak terdengar suara nafas pada area yang
terkena, ditemani oleh bunyi berisik saat inspirasi dari alveoli penuh nanah yang
terbuka saat ekspirasi.
Radiograf dada dan pemeriksaan sputum dan biakan adalah uji diagnosa paling
berguna pada pneumonia gram negatif dan gram positif. Pewarnaan gram pada
sputum menunjukkan banyak sel polimorfonuklear per high-powered field dan
adanya organisme yang dominan, yang ditunjukkan dengan pertumbuhan satu
spesies yang mendominasi pada biakan.
Hitung darah lengakap biasanya menunjukkan leukositosis dengan sel
polimorfonuklera mendominasi. Tetapi, dengan hitung sel darah putih yang normal
atau sedikit naik bukan berati tidak terkena pneumonia. Pasien juga bisa hypoxic
yang dicerminkan dengan penjenuhan oksigen yang rendah pada gas darah arterial
atau oksimetri denyut.
Legionella pneumophila
o Infeksi L. pneumophila dicirikan dengan keterlibatan banyak sistem, termasuk
pneumonia yang memburuk dengan cepat. Onsetnya bertahap, dengan simtom
seperti malaise, lethargy, merasa lemah, dan anoreksia terjadi di awal penyakit.
Batuk kering biasanya muncul dalam beberapa hari sebelum menjadi batuk
berdahak dengan sputum berlendir atau bernanah. Demam melebihi 40 0C dan
biasanya tidak turun dan dihubungkan dengan bradikardi. Nyeri dada pleuritik dan
dispnea progresif bisa terlihat, dan rales juga teramati pada pemeriksaan paru, yang
mana menjadikan kondisi memburuk pada tahapan penyakit berikutnya.
Manifestasi ekstrapulmonal tetap terlihat selama tahapan penyakit termasuk diare,
mual, muntah, mialgia (=nyeri otot) dan arthralgia (=nyeri sendi).
o Perubahan pada kondisi mental pasien, sering tidak proporsional dengan tingkatan
demam, terlihat pada sekitar pasien. Obtundation, halusinasi, grand mal seizure,
dan temuan neurologis focal juga telah dihubungkan dengan penyakit ini.
o Temuan laboratorium termasuk leukositosis dengan granulosit muda dan matang
mendominasi pada 50-75% pasien. Karena pewarnaan L. pneumophilia sulit
dilakukan dengan metode yang ada, pemeriksaan mikroskopik sputum memberikan
sumbangan kecil untuk diagnosa. Uji antibodi fluoroscensi bisa dilakukan untuk
mendiagnosa penyakit Legionnaire.
Pneumonia Anaerob
Kondisi pasien dengan pneumonia anaerob biasanya ringan, bisa terjadi batuk,
demam ringan, dan berat badan turun, meski tampilan akut juga bisa terlihat. Jika
terlihat sputum yang berbau busuk bisa memastikan diagnosa. Radiograf dada
menunjukkan infiltrat umumnya terletak di segmen paru, dan abses paru terjadi pda
20% pasien dalam 1-2 minggu sejak terserang penyakit.
Pneumonia Mycoplasma
Pneumonia M. pneumoniae mempunyai tampilan onset bertahap dengan
demam,sakit kepala, dan malaise, setelah 3-5 hari dari onset penyakit bisa terlihat
batuk yang bertahan, awalnya tidak berdahak. Sore throat, nyeri pada telinga, dan
rhinorrhea sering muncul. Temuan paru umumnya terbatas pada rales dan
rhonchi; temuan adanya gabungan simtom jarang terlihat.
Manifestasi non pulmonal sangat umum dan bisa termasuk mual, muntah, diare,
nialgia, artralgia, artritis poliartikular (menyerang banyak sendi), kulit
kemerahan, myocarditis dan pericarditis, anemia hemolitik, meningoensefalitis,
neuropati kranial, dan sindrom Guillain-Barre. Simtom sistemik biasanya hilang
dalam 1-2 minggu, sedang simtom pernafasan bisa bertahan sampai 4 minggu.
Temuan radiograf termasuk infiltrat interstitial, yang umum terlihat di lobus
bagian bawah.
Pewarnaan gram pada sputum bisa menunjukkan leukosit mononuklear atau
polimorfonuklear, tanpa organisme domnan. Meski M. pneumoniae bisa
dibiakkan dari sekret pernafasan menggunakan media khusus, dibutuhkan 2-3
minggu untuk identifikasi biakan.
Pneumonia Viral
Tampilan klinik dari virus pernafasan sangat beragam dan tumpang tindih
sehingga diagnosis tidak bisa dipastikan hanya berdasar data klinik. Uji serologi
untuk antibody spesifik virus sering digunakan pada diagnosa infeksi viral.
Peningkatan titer empat kali lipat antara fase akut dan fase sera bisa butuh waktu
2-3 minggu untuk bisa muncul; tetapi, diagnosis infeksi viral kini bisa dilakukan
pada hari yang sama dengan adanya uji imunofluorescen tidak langsung pada sel
dari saluran pernafasan.
Temuan radiografik adalah tidak spesfik dan bisa termasuk penebalan dinding
bronkial dan infiltrat interstitial difuse dan perihilar.
Nosocomial Pneumonia
Faktor terbesar dalam pneumonia nosocomial (=penularan dari rumah sakit)
adalah ventilasi mekanis. Resiko meningkat oleh penggunaan antibiotik,
penggunaan antagonis Histamin2 dan penyakit yang parah.
Diagnosa pneumonia nosocomial biasanya dilakukan dengan pemeriksaan
infiltrate baru pada radiograf dada, demam, memburuknya kondisi pernafasan,
dan adanya sekret pernafasan yang tebal penuh dengan netrofil.
E. Farmakoterapi
Tujuan Terapi :
a. Eradikasi patogen dan penyembuhan klinis.
b. Menurunkan morbiditas dengan menurunkan penyebabnya (misalnya, ginjal,
paru, atau disfungsi hati).
Pendekatan Umum :
a. Penetapan : fungsi pernapasan, tanda-tanda sistemik (dehidrasi, kolaps sepsis).
b. Terapi suportif : oksigen, cairan pengganti, bronkodilator, fisioterapi dada,
pemberian nutrisi dan kontrol demam.
c. Terapi antibiotik awal digunakan antibiotik empiris dari spektrum luas. Setelah
kultur diketahui, gunakan antibiotik spesifik dengan spektrum sempit.
d. Sebagai pencegahan dapat diberikan vaksin S. Pneumonia dan H. Influenza.
1. Terapi farmakologi
Penatalaksanaan pneumonia yang disebabkan oleh bakteri sama seperti infeksi
pada umumnya yaitu dengan pemberian antibiotika yang dimulai secara empiris
dengan antibiotika spektrum luas sambil menunggu hasil kultur. Setelah bakteri
pathogen diketahui, antibiotika diubah menjadi antibiotika yang berspektrum
sempit sesuai patogen (Kemenkes, 2005). Sebagai tatalaksana umum dengan
pasien yang mempunyai saturasi oksigen < 92% pada saat benapas dengan udara
kamar harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau sungkup
untuk mempertahankan saturasi oksigen > 92%.
Petunjuk terapi empiris menurut PDPI (2003):
Rawat jalan
a. Tanpa faktor modifikasi :
Golongan laktam atau laktam + anti laktamase
b. Dengan faktor modifikasi :
Golongan laktam + anti laktamase atau Fluorokuinolon respirasi
(levofloksasin, moksifloksasin, gatifloksasin)
c. Bila dicurigai pneumonia atipik : makrolid baru (roksitrosin, klaritromisin,
azitromosin)
Rawat inap
a. Tanpa faktor modifikasi :
Golongan beta laktam + anti beta laktamase i.v atau Sefalosporin G2, G3
i.v atau Fluorokuinolon respirasi i.v
b. Dengan faktor modifikasi :
Sefalosporin G2, G3 i.v atau Fluorokuinolon respirasi i.v
c. Bila curiga disertai infeksi bakteri atipik ditambah makrolid baru
Ruang rawat intensif
a. Tidak ada faktor resiko infeksi pseudomonas :
Sefalosporin G3 i.v nonpseudomonas ditambah makrolid baru atau
fluorokuinolon respirasi i.v
b. Ada faktor risiko infeksi pseudomonas :
Sefalosporin G3 i.v anti pseudomonas i.v atau karbapenem i.v ditambah
fluorokuinolon anti pseudomonas (siprofloksasin) i.v atau aminoglikosida
i.v.
c. Bila curiga disertai infeksi bakteri atipik : sefalosporin anti pseudomonas i.v
atau carbamapenem i.v ditambah aminoglikosida i.v ditambah lagi makrolid
baru atau fluorokuinolon respirasi i.v

2. Terapi non farmakologi


a) Menghindari asap rokok. Asap rokok dapat memperparah terjadinya
pneumonia.
b) Istirahat yang cukup.
c) Memperbanyak minum air putih untuk mencegah terjadinya dehidrasi
d) Menerapkan pola makan yang sehat, misalnya dengan meningkatkan asupan
sayur dan buah serta mengurangi makanan berlemak.
e) Mencuci tangan secara rutin untuk menghindari perpindahan kuman dari
pasien ke orang lain atau objek tertentu dan sebaliknya.
f) Saat batuk atau bersin, tutup mulut dan hidung dengan tisu untuk
menampung kuman, dan segera buang tisu yang sudah terpakai di tempat
sampah.
PEMBAHASAN KASUS 2
LOWER RESPIRATORY TRACTUS INFECTION PNEUMONIA

IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Bp. T
Umur : 50 tahun, BB 65 Kg, TB 165 Cm
Tanggal MRS : 26 Juni 2016
Tanggal KRS : 1 Juli 2016
Diagnosa : Pneumonia, Influenza Like Ilness (ILI)

SUBYEKTIF (Saat MRS) :


Keluhan Utama : Demam dengan suhu tubuh 390C, batuk, pilek, nyeri otot dan
nyeri tenggorokan
Keluhan Tambahan : Sakit kepala, sesak napas, nyeri sendi, mual, muntah dan diare,
fatique
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke IGD dengan keluhan demam, pusing, mata
berkunang-kunang, sesak nafas, batuk, pilek dan nyeri
tenggorokan, susah menelan.
Riwayat Penyakit Dahulu : DM
Riwayat Pengobatan : Glibenklamide
Riwayat Keluarga/Sosial :-
Alergi Obat :-

DATA OBYEKTIF :
HASIL PEMERIKSAAN LABORATURIUM :

Dari hasil pemerikasaan dengan RT-PCR postif terdapat virus H1N1


ASSESMENT

TERAPI PASIEN
FORM DATA BASE PASIEN
UNTUK ANALISIS PENGGUNAAN OBAT

Identitas Pasien
Nama : Bpk. T No Rek Medik
:-
Tempt/tgl lahir :- Dokter yang merawat : -
Umur/BB/TB : 50 Tahun, BB 65 kg, TB 165 cm
Tanggal MRS : 26 Juni 2016
Tanggal KRS : 1 Juli 2016
Diagnosa : Pneumonia, Influenza Like Ilnes (ILI)
Riwayat masuk RS : Pasien datang ke IGD dengan keluhan demam dengan suhu tubuh
39oC, pusing, mata berkunang-kunang, sesak nafas, batuk, pilek,
nyeri tenggorokan, susah menelan, nyeri otot, sakit kepala, nyeri
sendi, mual, muntah dan diare, fatigue.
Riwayat penyakit terdahulu : Pasien menderita DM dengan pengobatan glibenklamid
Riwayat Sosial :

Kegiatan Keterangan
Pola makan/diet : tidak
Vegetarian tidak
Merokok tidak
Meminum Alkohol tidak
Meminum Obat herbal

Keluhan / Tanda Umum :


1. Subyektif
Tanggal Data Subyektif
demam, batuk, pilek, nyeri otot dan nyeri tenggorokan, sakit kepala,sesak
napas, nyeri sendi, mual, muntah, diare, fatique, pusing, mata berkunang-
kunang, sesak nafas, batuk, pilek dan nyeri tenggorokan, susah menelan.
2. Objektif
a. Tandla Vital :
Parameter Nilai Tanggal
26/06 27/06 28/06 29/06 30/06
normal
TD (mmHg) 120/80 100/90 100/90 100/90 100/90 100/90

Suhu (oC) 36,5oC 39,1 39 39,1 38,5 38,5


() () () () ()
Nadi (x/menit) 60 - 100 80 80 80 80 80
(N) (N) (N) (N) (N)
RR (x/menit) 12 - 18 25 25 25 25 25
() () () () ()

b. Hasil Pemeriksaan Laboratorium :


Parameter Normal 26/06 29/06
Leukosit (/pL) 4.000-10.000 16.000 () 15.000 ()
Hb 11-16 10 () 10 ()
Hct (%) 40 50 ()
BUN (mg/dL) 10-24 22 (N) 22 (N)
Cr (mg/dL) 0,5-1,5 1,1 (N) 1,1 (N)
GDP (mg/dL) 70-110 160 () -
HbA1C 4-6% 8% () -
GD2PP (mg/dL) <140 90 (N) 90 (N)
ALT (U/L) 0-42 80 () 80 ()
AST (U/L) 0-37 120 () 120 ()
HDL (mg/dL) >55 35 () -
LDL (mg/dL) <150 180 () -
TG (mg/dL) 150 200 () -
Kolestrol Total < 200 150 (N) -
Bilirubin (mg/dL) 0-1,1 1,6 () 1,6 ()
Asam Urat (mg/dL) 3,5-5 9 () 9 ()
Na (mmol/L) 135-145 123,9 () 140 (N)
K (mmol/L) 3,5-5 5,31 () 3,15 ()
Basofil - - -
Eosinofil 1-4% 7% () -
Netrofil 50-70% 90% () -
Limfosit 20-30% 25% (N) -
Monosit 2-8% 6% (N) -
Hasil pemeriksaan denan RT-PCR (+) terhadap virus H1N1
3. Obat yang digunakan saat ini
Rute Outcome
No Nama Obat Indikasi Obat Dosis Interaksi Efek Samping Obat
Pemberian Terapi
1 Ciprofloxacin infeksi bakteri gram 2 x 1 gr Captopril meningkatkan Mual, muntah, nyeri Sebagai
positif dan gram negatif. toksisitas ciprofloxacin perut, diare, sakit antibakteri /
Profilaksis pada bedah (Monitor closely). kepala, rash antibiotic
saluran cerna bagian Dexamethasone+
p.o
atas. ciprofloxacin dapat
meningkatkan resiko
ruptur tendon (Monitor
closely).
2 Hidroklorotiazid edema, hipertensi 2x2 Captopril+HCT Anoreksia, pusing, menurunkan
meningkatkan resiko kelelahan, sakit kepala, tekanan
nefrotoksisitas (Monitor hiperglikemi, darah /
closely). hepatotoksik, hipertensi
Salbutamol+HCT dapat hiperkalsemia,
p.o
menyebabkan hiperlipid
hipokalemia (Minor).
Dexamethasone+HCT
dapat menyebabkan
hipokalemia (Minor).
3 Captopril hipertensi 3 x 25 p.o Captopril+HCT Hiperkalemia, menurunkan
mg meningkatkan resiko hipersensitif, skin rash, tekanan
nefrotoksisitas (Monitor hipotensi, batuk, darah /
closely). pruritus, palpitasi hipertensi
Captopril meningkatkan
toksisitas ciprofloxacin
(Monitor closely).
4 Codein Antitusiv / obat batuk 3 x 10 Codeine meningkat dan Konstipasi, hipotensi, meredakan
kering mg salbutamol menurunkan pusing, sakit kepala, batuk
p.o
efek sedasi (Monitor malaise
closely).
5 Fluimucil 3 x1 Demam, mengatasi
Bronkospasme, flu / pilek
p.o - Gangguan GI,
Stomatitis, Rinore,
Tinitus,dan Menggigil
6 Glibenklamid Diabetes mellitus tipe 2 3x1 Mual, nyeri ulu hati,
menurunkan
p.o Tiazid, kortikosteroid sembelit, diare, BB
gula darah
naik, hipoglikemi
7 Simvastatin Hiperkolesterol 2x1 Dexamethasone akan Konstipasi, sakit kepala, menurunkan
menurunkan level/efek infeksi saluran nafas tingginya
simvastatin melalui proses atas, vertigo, nyeri perut kadar
p.o
metabolisme oleh enzim kolesterol
CYP3A4 di hati/intestinal
(Serious).
8 Zanamivir Influenza 2 x 10 Inhalasi - Sakit kepala, nyeri mengatasi
mg tonsil, batuk, pusing, virus H1N1
oral
diare, mual, muntah
9 Dexamethasone Anti inflamasi 2 x 0,75 Dexamethasone+ Pengobatan jangka Mengatasi
mg ciprofloxacin dapat panjang peradangan
meningkatkan resiko mengakibatkan
ruptur tendon (Monitor osteoporosis
closely).
Dexamethasone+HCT
dapat menyebabkan
p.o
hipokalemia (Minor).
Dexamethasone akan
menurunkan level/efek
simvastatin melalui
proses metabolisme oleh
enzim CYP3A4 di
hati/intestinal (Serious).
10 NaCl inf Sebagai pengganti 20 tpm Panas, iritasi, atau menambah
cairan tubuh yang infeksi pada tempat atau
hilang/ mengatasi penyuntikan. mengganti
dehidrasi cairan i.v - Trombosis atau flebitis elektrolit
interstisial vena yang meluas dari
tempat penyuntikan,
ekstravasasi.
11 Salbutamol Sesak nafas karena asma 3 x 4 mg p.o Salbutamol+HCT dapat Tremor, mual, muntah, mengatasi
bronkitis, ppok, menyebabkan demam, pusing, sakit asma
amfisema hipokalemia (Minor). kepala, batuk, reaksi
Codeine meningkat dan alergi, bronkospasma
salbutamol menurunkan
efek sedasi (Monitor
closely).
4. Assessment
Problem Medik Subyektif Objektif Terapi DRP
Pneumonia Batuk RR : 25 x/menit () Ciprofloxacin 2 x 1gr Terapi tidak tepat
Sesak nafas Nadi : 80 x/menit (N)
Codein 3 x 10mg
Nyeri otot Suhu : 39,10 C ()
Nyeri Hct : 50% () Fluimucil 3 x 1
Leukosit : 16.000 /pL
tenggorokan Dexamethason 2 x 0,75mg
Pilek ()
Salbutamol 3 x 4mg
Demam
Eosinofil : 7% ()
Fatigue
Mual muntah Netrofil : 90% ()
Limfosit : 25% (N)
ALT : 80 U/L ()
AST : 120 U/L ()
Bilirubin : 1,6 mg/dL
()
Hipertensi TD : 100/90 mmHg Captopril 3 x 25mg,
- -
Hidroklortoazid 2 x 2
Diabetes GDP : 160 mg/dL () Glibenklamid 3 x 1
Mellitus HbA1C : 8% ()
- -
GD2PP : 90 mg/dL
(N)
Influenza Like Demam Suhu : 39C () Zanamivir 2 x 10mg
Batuk -
Ilness (ILI) / Leukosit : 16.000 /pL
Malaise
H1N1 Pilek ()
Nyeri otot Eosinofil : 7% ()
Nyeri
Netrofil : 90% ()
tenggorokan
Limfosit : 25% (N)
Pusing/ sakit
kepala
Hiperlipidemia - TG : 200 mg/dL () Simvastatin 2 x 1
LDL : 180 mg/dL ()
HDL : 35 mg/dL () -
Kolesterol : 150
mg/dL (N)
Batuk Batuk - Codein 3 x10 mg -
Pilek Pilek / flu - Fluimucil 3x 1 -
4. Care plan
1. Pemberian antibiotik Ciprofloksasin 2 x 1g PO saja untuk menangani pneumonia tidak
adekuat, dilihat dari penggunaannya selama 5 hari gejalanya belum teratasi. Maka
disesuaikan dengan guidline, sehingga ditambah dengan makrolida baru. Jadi obat yang
digunakan adalah Ciprofloksasin yang telah disesuaikan dosis berdasarkan guidline
menjadi 2 x 500 mg PO dan Klaritromisin 2 x 250 mg PO selama 7-14 hari (Depkes,
2005).
2. Dexamethason 2 x 0,75 mg tetap diberikan untuk mengatasi sakit tenggorokan dan susah
menelan (di minum jika sakit).
3. Berdasarkan outcome terapi, mulai MRS pada tanggal 26/06/16 hingga tanggal 30/06/16
TD pasien stabil yaitu 100/90 mmHg, sehingga pemberian obat Captopril 3 x 25mg,
Hidroklortoazid 2 x 2tetap direkomendasikan.
4. Setelah pemberian obat Glibenklamid 3 x 1, belum terdapat hasil pemeriksaan kadar gula
darah sehingga tetap diberikan dan dilakukan monitoring ketat pada pasien serta
disarankan untuk melakukan tes gula darah.
5. Pemberian dosis Zanamivir 2 x 10 mg secara inhalasi oral belum tepat sebagai anitiviral
untuk pasien rawat inap virus H1N1 sehingga perlu dilakukan penyesuaian dosis berdasar
guideline yaitu 10 mg per hari dan dilanjutkan sampai hari ke 10.
6. Dexamethasone akan menurunkan level/efek simvastatin melalui proses metabolisme
oleh enzim CYP3A4 di hati/intestinal (interaksi serius) dan belum terdapat juga outcome
hasil pemeriksaan kadar LDL, TG sehingga simvastatin diganti dengan obat yang satu
golongan yang efek interaksinya dengan deksametason minimal (monitor closely) yaitu
atorvastatin 40 mg per hari. Dilakukan monitoring ketat pada pasien serta disarankan
untuk melakukan tes kadar LDL dan TG.
7. Pemberian Salbutamol sudah tepat sebagai bronkodilator, tetapi direkomendasikan
diberikan secara inhalasi dengan dosis 1-2 tarikan napas setiap 4-6 jam untuk mengurangi
sesak napas pasien, bila sesak napas pasien membaik dapat diberikan Salbutamol tablet.
8. Pemberian obat Codein 3x10 mg untuk meringankan batuk yang merupakan gejala dari
pneumonia dan H1N1 sudah tepat dan dilanjutkan.
9. Pemberian obat Fluimucil 3 x 1 untuk meringankan flu / pilek yang merupakan gejala
dari pneumonia dan H1N1 sudah tepat dan dilanjutkan.
10. Saat MRS pasien memiliki kadar natrium normal, namun pada pemeriksaan tanggal
29/06/16 pasien mengalami hipernatremia, sehingga penggunaan infus NaCl
direkomendasikan untuk diganti dengan infus RL.
11. Pasien memiliki kadar kalium dibawah normal yaitu 3,15. Disarankan untuk
mengkonsumsi makanan tinggi kalium seperti kacang kedelai, kacang merah, dan kacang
hijau.

6. Monitoring
a. Nilai ALT normal: 0-42 U/L
b. Nilai AST normal: 0-37 U/L
c. Nilai leukosit normal: 4000-10.000/pl
d. Kadar gula darah normal: 70-110 mg/dL
e. Nilai TG normal: 150 mg/dl
f. Nilai LDL normal: <150 mg/dl
g. Nilai HDL normal: >55 mg/dl
h. Sesak nafas RR normal: 12-18 x per menit
i. Kadar asam urat normal: 3,5-8 mg/dl
j. Suhu normal: 36,5oC
k. TD normal: 120/80 mmHg
l. Kepatuhan pasien minum obat dan efek samping obat

7. KIE
a. Pemberian edukasi dan informasi kepada keluarga pasien untuk dapat memonitoring
waktu penggunaan obat sehingga pasien dapat minum obat secara teratur.
b. Memperbanyak istirahat.
c. Berolahraga.
d. Menjaga pola hidup sehat seperti makan yang bergizi dan perbanyak makan buah, sayur
dan kacang-kacangan.

8. Pertanyaan
a. Apakah terapi yang diberikan sudah tepat? Buatlah kasus diatas dengan metode SOAP
Jawab: Belum tepat (terlampir)
b. Apa parameter yang bisa dijadikan tolok ukur keberhasilan terapi pada pasien diatas?
apakah parameter tsb sudah muncul pada data di atas?
Jawab:
RR : 25 x/menit ()
Nadi : 80 x/menit (N)
Suhu : 39,10 C ()
Hct : 50% ()
Leukosit : 16.000 /pL ()
Eosinofil : 7% ()
Netrofil : 90% ()
Limfosit : 25% (N)
ALT : 80 U/L ()
AST : 120 U/L ()
Bilirubin : 1,6 mg/dL ()
Parameter sudah muncul pada data di atas, perlu dilakukan tes parameter kembali
setelah pemberian obat
c. Pasien mendapat beberapa antibiotik, bagaimana pendapat anda?
Jawab: Penggunaan satu antibiotik yaitu ciprofloxacin kurang tepat. Berdasarkan guidline
pada pneumonia rawat inap dilakukan penggunaan kombinasi antibiotik florokuinolon
atau beta laktam + makrolida
d. Apakah penggunaan obat-obat diatas sudah sesuai dosisnya dan apa sajakah monitoring
yang harus dilakukan?
Jawab :
- dosis zanamivir 2 x 10 mg (belum tepat) 10 mg per hari (sesuai guideline)
- Pemberian antibiotik Ciprofloksasin 2 x 1g PO (tidak adekuat) Ciprofloksasin 2 x 500
mg PO kombinasi dengan Klaritromisin 2 x 250 mg PO selama 7-14 hari (sesuai
guideline)
- Obat simvastatin diganti atorvastatin
- Infus NaCl diganti Infus RL
Monitoring yang harus dilakukan adalah :
- Nilai ALT normal: 0-42 U/L
- Nilai AST normal: 0-37 U/L
- Nilai leukosit normal: 4000-10.000/pl
- Kadar gula darah normal: 70-110 mg/dL
- Nilai TG normal: 150 mg/dl
- Nilai LDL normal: <150 mg/dl
- Nilai HDL normal: >55 mg/dl
- Sesak nafas RR normal: 12-18 x per menit
- Kadar asam urat normal: 3,5-8 mg/dl
- Suhu normal: 36,5oC
- TD normal: 120/80 mmHg
- Kepatuhan pasien minum obat dan efek samping obat
e. Berikan PIO yang tepat kepada pasien
Ciprofloksasin yang telah disesuaikan dosis berdasarkan guidline menjadi 2 x 500 mg
PO dan Klaritromisin 2 x 250 mg PO selama 7-14 hari setelah makan.
Dexamethason 2 x 0,75 mg setelah makan
Captopril 3 x 25mg dan Hidroklortoazid 2 x 2 setelah makan
Glibenklamid 3 x 1 diminum saat suapan pertama sarapan
Zanamivir 10 mg per hari setelah makan
atorvastatin 40 mg per hari setelah makan
Salbutamol sudah secara inhalasi dengan dosis 1-2 tarikan napas setiap 4-6 jam
Codein 3x10 mg setelah makan
Fluimucil 3 x 1 setelah makan
DAFTAR PUSTAKA

Adam, JM. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Depkes. 2005. Pedoman Pharmaceutical care Pneumonia. Departemen Kesehatan Republik


Indonesia. Jakarta.

Depkes. 2009. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Influenza A Baru (H1N1). Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Dipiro J.T et al. 2015. Pharmacoterapi Handbook 9th edition. Mc Graw Hill Education.
NewYork.

Kemenkes RI. 2005. Modul Tata Laksana Pneumonia. Direktorat Jenderal Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Jakarta.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia Komunitas, pedoman diagnosis &


penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta: PDPI, 2003

Sukandar, Ellin Yulinah. et al. 2008. ISO Farnakoterapi. PT. ISFI Penerbitan. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai