Oleh :
Theresia Septinueng 1920384298
Dosen Pengampu:
Endang Sri Rejeki, M. Si., Apt.
1. Latar Belakang
Alergi merupakan salah satu jenis penyakit yang banyak dijumpai di masyarakat.
Umumnya masyarakat menganggap bahwa penyakit alergi hanya terbatas pada gatal-gatal
di kulit. Alergi sebenarnya dapat terjadi pada semua bagian tubuh, tergantung pada tempat
terjadinya reaksi alergi tersebut. Alergi merupakan manifestasi hiperresponsif dari organ
yang terkena seperti kulit, hidung, telinga, paru, atau saluran pencernaan. Pada hidung gejala
alergi yang timbul berupa pilek atau bersin-bersin; pada paru-paru berupa asma; pada kulit
berupa urtikaria/biduran, eksema, serta dermatitis atopik; sedangkan pada mata berupa
konjungtivitis. Gejala hiperresponsif ini dapat terjadi karena timbulnya respon imun dengan
atau tanpa diperantarai oleh IgE (Mahdi, 2003).
Pada studi populasi, penyakit alergi dapat timbul pada usia yang berbeda-beda,
seperti alergi makanan dan eksim terutama pada anak-anak, asma didapatkan pada anak dan
dewasa, dan rinitis alergika didapatkan pada dekade kedua dan ketiga (Mahdi, 2003). Di
Indonesia, prevalensi alergi pada anak-anak dan dewasa cukup tinggi. Penyakit alergi akan
timbul pada individu yang mempunyai kecenderungan yang didasari faktor genetik, yang
biasanya diwariskan dari kedua orangtua. Bila kedua orangtua menderita alergi
kemungkinan anak menunjukkan gejala alergi sekitar 50%, namun bila hanya salah satu
yang menderita alergi kemungkinannya hanya 25% (Hidayati, 2002).
Alergi merupakan kepekaan tubuh terhadap benda asing (alergen) di dalam tubuh.
Reaksi setiap individu terhadap alergen berbeda-beda, sehingga individu yang satu bisa
lebih peka daripada individu yang lain. Untuk mencegah reaksi alergi, selain menghindari
kontak dengan alergen, masyarakat banyak menggunakan obat kimiawi karena menganggap
obat kimiawi cepat menyembuhkan serta mudah diperoleh.
2. Rumusan Masalah
1) Apa itu alergi?
2) Apa saja gejala alergi?
3) Bagaimana terapi farmakologi dan nonfarmakologi alergi?
3. Tujuan
1) Untuk mengetahui apa itu alergi.
2) Untuk mengetahui apa saja gejala alergi.
3) Untuk mengetahui terapi farmakologi dan nonfarmakologi alergi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Alergi
Alergi merupakan suatu perubahan reaksi (menyimpang) dari tubuh seseorang
terhadap lingkungan berkaitan dengan peningkatan kadar immunoglobulin (Ig)E, suatu
mekanisme sistem imun. Alergi adalah suatu perubahan reaksi, atau respon pertahanan
tubuh yang menolak dan tidak tahan terhadap zat-zat yang sebenarnya tidak berbahaya.
MMMAlergi merupakan suatu perubahan daya reaksi tubuh terhadap kontak pada suatu zat
(alergen) yang memberi reaksi terbentuknya antigen dan antibodi. Namun, sebagian besar
para pakar lebih suka menggunakan istilah alergi dalam kaitannya dengan respon imun
berlebihan yang menimbulkan penyakit atau yang disebut reaksi hipersensitivitas (Robert
Davies, 2003).
B. Patofisiologi
Reaksi alergi terjadi akibat peran mediator-mediator alergi. Yang termasuk sel
mediator adalah sel mast, basofil, dan trombosit. Sel mast dan basofil mengandung mediator
kimia yang poten untuk reaksi hipersensitivitas tipe cepat. Mediator tersebut adalah
histamin, newly synthesized mediator, ECF-A, PAF, dan heparin.
Mekanisme alergi terjadi akibat induksi oleh IgE yang spesifik terhadap alergen tertentu,
yang berikatan dengan mediator alergi yaitu sel mast. Reaksi alergi dimulai dengan cross-
linking dua atau lebih IgE yang terikat pada sel mast atau basofil dengan alergen. Rangsang
ini meneruskan sinyal untuk mengaktifkan sistem nukleotida siklik yang meninggikan rasio
cGMP terhadap cAMP dan masuknya ion Ca++ ke dalam sel. Peristiwa ini akan
menyebabkan pelepasan mediator lain.
Mediator histamin dapat menyebabkan kontraksi otot polos bronkus yang
menyebabkan bronkokonstriksi. Pada sistem vaskular menyebabkan dilatasi venula kecil,
sedangkan pada pembuluh darah yang lebih besar menyebabkan konstriksi karena kontraksi
otot polos. Selanjutnya histamin meninggikan permeabilitas kapiler dan venula pasca
kapiler. Perubahan vaskular ini menyebabkan respon wheal-flare (triple respons dari Lewis)
dan bila terjadi sistemik dapat menimbulkan hipotensi, urtikaria dan angioderma. Pada
traktus gastrointestinalis histamin meninggikan sekresi mukosa lambung dan bila
penglepasan histamin terjadi sistemik maka aktivitas otot polos usus dapat meningkat
menyebabkan diare dan hipermotilitas.
Newly synthesized mediator terdiri dari leukotrien, prostaglandin dan tromboksan.
Leukotrien dapat menimbulkan efek kontraksi otot polos, peningkatan permeabilitas dan
sekresi mukus. Prostaglandin A dan F menyebabkan kontraksi otot polos dan juga
meningkatkan permeabilitas kapiler, sedangkan prostaglandin E1 dan E2 secara langsung
menyebabkan dilatasi otot polos bronkus. Eosinophyl chemotacting factor-anaphylazsis
(ECF-A) dilepaskan segera waktu degranlasi. ECF-A menarik eosinofil ke daerah tempat
reaksi alergi untuk memecah kompleks antigen-antibodi dan menghalangi aksi newly
synthesized mediator dan histamin. Plateletes Activating Factor (PAF) menyebabkan
bronkokonstriksi dan meninggikan permeabilitas pembuluh darah. PAF juga mengaktifkan
faktor XII yang akan menginduksi pembuatan bradikinin. Bradikinin dapat menyebabkan
kontraksi otot bronkus dan vaskular secara lambat, lama dan hebat. Serotonin tidak
ditemukan dalam sel mast manusia tetapi dalam trombosit dan dilepaskan waktu agregasi
trombosit yang juga akan menyebabkan kontraksi otot bronkus.
C. Etiologi Alergi
Reaksi alergi timbul akibat paparan terhadap bahan yang pada umumnya tidak
berbahaya dan banyak ditemukan dalam lingkungan, disebut allergen. Antibiotik dapat
menimbulkan reaksi alergi anafilaksis misalnya penisilin dan derivatnya, basitrasin,
neomisin, tetrasiklin, streptomisin, sulfonamid dan lain-lain. Obat-obatan lain yang dapat
menyebabkan alergi yaitu anestesi lokal seperti prokain atau lidokain serta ekstrak alergen
seperti rumput-rumputan atau jamur, dan anti bisa ular juga dapat menyebabkan reaksi
alergi. Beberapa bahan yang sering dipergunakan untuk prosedur diagnosis dan dapat
menimbulkan alergi misalnya zat radioopak, bromsulfalein, benzilpenisiloilpolilisin.
Selain itu, makanan, enzim, hormon, bisa ular, semut, udara (kotoran tungau dari debu
rumah), sengatan lebah serta produk darah seperti gamaglobulin dan kriopresipitat juga
dapat merangsang mediator alergi sehingga timbul manifestasi alergi.
Alergi makanan biasanya terjadi pada satu tahun pertama kehidupan dikarenakan
maturitas mukosa usus belum cukup matang, sehingga makanan lain selain ASI (Air Susu
Ibu), contohnya susu sapi, jika diberikan pada bayi 0-12 bulan akan menimbulkan
manifestasi penyakit alergi. Hal ini disebabkan makanan yang masuk masih dianggap asing
oleh mukosa usus di saluran pencernaan yang belum matur sehingga makanan tidak
terdegradasi sempurna oleh enzim pencernaan kemudian menimbulkan hipersensitivitas.
D. Lokasi (bagian yang biasa terjadi keluhan)
Alergi kulit dapat terjadi pada bagian tangan, kulit, leher serta muka bahkan bisa
terjadi pada seluruh tubuh. Alergi sebenarnya dapat terjadi pada semua bagian tubuh,
tergantung pada tempat terjadinya reaksi alergi tersebut. Alergi merupakan manifestasi
hiperresponsif dari organ yang terkena seperti kulit, hidung, telinga, paru, atau saluran
pencernaan. Pada hidung gejala alergi yang timbul berupa pilek; pada paru-paru berupa
asma; pada kulit berupa urtikaria/biduran, eksema, serta dermatitis atopik; sedangkan pada
mata berupa konjungtivitis. Gejala hiperresponsif ini dapat terjadi karena timbulnya respon
imun dengan atau tanpa diperantarai oleh IgE (Mahdi, 2003).
Perlu dicatat, gejala alergi pada setiap orang bisa berbeda-beda. Ada yang hanya
mengalami satu, beberapa, atau bahkan banyak tanda. Untuk gejala ringan- sedang, biasanya
keluhan akan menghilang setelah pemberian obat antihistamin. Sedangkan untuk kasus
gejala berat biasanya terjadi 3-30 menit setelah paparan pasien harus segera dibawa ke
instalasi gawat darurat terdekat dan jangan menunda-nunda. Sebab jika terlambat, gejala
alergi berat dapat berujung pada kematian. Agar tidak mengalami kejadian di atas, hindarkan
anak dari kontak dengan faktor pencetus. Bila suatu saat alergi kambuh, segera bawa anak
ke dokter.
Beberapa tipe alergi termasuk alergi pada makanan dan sengatan serangga memiliki
potensi untuk reaksi yang parah seperti anafilaksi. Kondisi darurat yang dapat mengancam
jiwa dapat menyebabkan shock. Tanda dan gejala anafilaksis adalah :
1. Hilang kesadaran
2. Penurunan tekanan darah
3. Sesak nafas berat
4. Ruam kulit
5. Denyut nadi lemah
6. Mual dan muntah
KULIT : Kulit timbul bisul, kemerahan, bercak putih dan bekas hitam seperti tergigit
nyamuk. Warna putih pada kulit seperti ”panu”. Sering menggosok mata, hidung,
telinga, sering menarik atau memegang alat kelamin karena gatal. Kotoran telinga
berlebihan, sedikit berbau, sakit telinga bila ditekan (otitis eksterna).
KULIT : sering timbul bintik kemerahan terutama di pipi, telinga dan daerah yang
tertutup popok. Kerak di daerah rambut. Timbul bekas hitam seperti tergigit nyamuk.
Kotoran telinga berlebihan & berbau. Bekas suntikan BCG bengkak dan bernanah.
Timbul bisul.
H. Terapi
Tujuan Terapi
4. Kasus
Seorang ibu pergi ke apotek dan ingin bertemu dengan apoteker. Ibu tersebut
mengeluh bila pada menempati rumah yang baru sering bersin-bersin dan badan
bentol-bentol. Ibu tersebut meminta diberi obat yang bisa dibeli tanpa resep dokter.
5. Pengobatan
Setelah menelaah gejala yang dipaparkan pasien, diduga pasien mengalami
alergi akibat reaksi hipersensitifitas terhadap udara atau debu yang ada di rumah
yang baru. Antihistamin adalah obat atau komponen obat yang berfungsi untuk
menghalangi kerja zat histamin dan dipakai khususnya untuk mengobati alergi.
Pilihan obat:
1. CTM Tablet
2. POLAMEC sirup
DIALOG
Seorang ibu pergi ke apotek dan ingin bertemu dengan apoteker. Ibu tersebut
mengeluh bila pada menempati rumah yang baru sering bersin-bersin dan badan bentol-
bentol. Ibu tersebut meminta diberi obat yang bisa dibeli tanpa resep dokter.
Apoteker : Selamat pagi bu, ada yang bisa saya bantu?
Pasien : Pagi mbak, saya mau beli obat untuk bentol-bentol di badan saya.
Apoteker : Oh, iya Bu. Sebelumnya dengan Ibu siapa ?
Pasien : saya ibu Melati
Apoteker : Baik Bu Melati, sebelumnya perkenalkan dulu nama saya Theresia sebagai
apoteker di apotek ini. Boleh minta waktunya sebentar bu untuk konseling?
Pasien : Boleh mbak, saya lagi santai juga.
Apoteker : Baik Bu, silahkan duduk.. kalau boleh tau Ibu Melati usianya berapa ya?
dan alamatnya dimana?
Pasien : Saya 30 tahun mba, alamat saya di Jl. Letjen Sutoyo Mojosongo
Apoteker : Baik Bu. Apa keluhan yang sedang ibu rasakan?
Pasien : Begini mbak tidak tau kenapa semenjak saya menempati rumah baru saya,
saya sering bersin-bersin dan muncul bentol-bentol di badan saya mbak
Apoteker : sudah berapa lama ya bu?
Pasien : sudah 2 hari lalu mba saat saya membersihkan rumah baru saya.
Apoteker : Begitu ya Bu, sebelumnya apakah ibu sudah periksa ke dokter ?
Pasien : Belum ada mbak.
Apoteker : Baik bu, Apakah bentol yang dirasakan gatal ataukah terasa panas disertai
gelembung yang berisi cairan?
Pasien : tidak juga mbak, hanya rasanya gatal mbak dan sampai merah-merah karena
saya garuk mbak.
Apoteker : Baik bu, untuk bersin-bersin yang ibu rasakan apakah disertai hidung
tersumbat?
Pasien : tidak mbak, hidung saya tidak tersumbat hanya bersin-bersin biasa saja
mbak. Kira-kira penyebabnya apa ya mbak ?
Apoteker : Ohh..itu kemungkinan ibu mengalami alergi karena debu di rumah baru ibu
atau udara yang kurang bersih bu. Pada umumnya reaksi alergi debu ini
dipicu oleh tungau debu yang hidup di debu karpet, meja, kasur, bantal,
hingga sprei Bu.
Pasien : Ohh.. gitu ya mbak. tapi selama ini saya tidak pernah mengalami alergi ini,
ibu dan bapak saya juga tidak ada alergi, kok bisa saya alergi sama debu ya
mbak?
Apoteker : Begini bu, alergi bisa terjadi karena tubuh tidak tahan dengan paparan suatu
zat, saat pertama kontak dengan debu belum tentu keluhan alergi terasa, tapi
bila sudah beberapa kali terkena kontak dengan debu bisa terjadi reaksi alergi
bu.
Sebelumnya apakah ibu ada alergi terhadap obat?atau sedang mengonsumsi
obat-obatan karena ada penyakit lain?
Pasien : Ohh.. jadi begitu ya.. Tidak ada mbk saya tidak punya alergi obat dan tidak
sedang mengonsumsi obat lain. Jadi obatnya apa ya mbak?
Apoteker : Baik bu saya mengerti, kalau begitu mohon ditunggu sebentar ya bu, saya
ambilkan dulu obatnya.
Apoteker : Ibu ini saya berikan obat antialergi, pilihan obatnya ada 2 macam dengan
bentuk sediaan yang berbeda. Yang ini obat CTM bentuk sediaanya tablet
harganya Rp. 3.500 Kalau ibu tidak bisa minum tablet bisa pilih obat yang
satunya namanya POLAMEC bentuk sediannya sirup harganya Rp.11.000,
khasiat antara yang sirup dan tablet sama bu bisa untuk meringankan keluhan
bersin-bersin dan bentol-bentol Ibu. jadi obat mana yang ingin ibu pilih?
Pasien : emmm, Saya pilih obat CTM tablet saja mbak, biar tidak ribet bawa
kemana-mana. cara minumnya gimana mbak ?
Apoteker : Baik Bu, obat ini diminum 4 kali sehari 1 tablet, minumlah obat ini tiap 6
jam dan sesudah makan ya bu..
Pasien : Baik mbak, obat ini ada efek sampingnya ga mbak?
Apoteker : ada bu, efek sampingnya mengantuk, saya sarankan setelah minum obat
jangan berkendara ya bu, lebih baik istirahat di rumah agar cepat sembuh.
Pasien : iya baik mbak…
Apoteker : Untuk sementara hindari kontak dengan debu ya bu, jangan lupa rutin
mencuci tangan, rajin mengganti sprei, sarung bantal, kain meja, dan tirai
jendela, jika menggunakan karpet jangan lupa membersihkan ya bu, jika ibu
ingin bersih-bersih sebaiknya menggunakan masker ya bu.
Pasien : Oh begitu ya mba, saya mengerti.. untuk obatnya amannya saya simpan
dimana ya mbak ?
Apoteker : simpanlah pada suhu ruangan, pada tempat yang tidak lembab, terhindar
dari sinar matahari langsung dan jangkuan anak-anak ya bu, akan lebih baik
kalau di simpan pada kotak obat bu.
Pasien : kalau begitu saya simpan di kotak obat saja mbak
Apoteker : baik bu, Dari penjelasan saya, Apakah ibu sudah mengerti?
Pasien : Sudah paham saya mbak.
Apoteker : Bisa diulangi untuk cara pakai obat ini bu?
Pasien : “Iya mbak, jadi ini obat ini diminum 4 kali sehari 1 tablet, obat diminum
tiap 6 jam dan sesudah makan mbak.
Apoteker : Iya bu, benar sekali, Apabila sudah tidak bentol-bentol dan bersin-bersin
lagi bisa dihentikan minum obatnya dan jika setelah minum obat ini
keluhannya tidak kunjung membaik segeralah periksakan ke dokter ya bu. ini
ada kartu nama saya di sini ada nomor hp saya Bu, apabila ibu masih bingung
silahkan menguhubungi saya di nomor ini.
Pasien : Baik mbak, jadi berapa mbak harga obatnya ?
Apoteker : Harganya Rp.3.500 bu, bayarnya langsung di kasir ya bu..
Pasien : Baik mbak, terimakasih ya mbak.”
Apoteker : Sama-sama Bu, Semoga lekas membaik.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
1) Alergi merupakan suatu perubahan reaksi (menyimpang) dari tubuh seseorang
terhadap lingkungan berkaitan dengan peningkatan kadar immunoglobulin (Ig)E,
suatu mekanisme sistem imun. Alergi adalah suatu perubahan reaksi, atau respon
pertahanan tubuh yang menolak dan tidak tahan terhadap zat-zat yang sebenarnya
tidak berbahaya.
2) Gejala alergi yang dapat muncul antara lain bersin-bersin, batuk-batuk, sesak
napas, ruam pada kulit, hidung beringus, terjadi pembengkakan di bagian tubuh
yang berpapasan dengan alergen, misalnya wajah, mulut dan lidah., gatal dan
merah pada mata, mata merah, berair, sakit perut, muntah-muntah, atau diare.
3) Terapi non Farmakologi ialah menghindari pencetus alergi. Alergi sangat sulit
disembuhkan, hanya mampu dijaga agar tidak muncul. Pengenalan pemicu ini
sangat penting dalam penanganan reaksi anafilaksis khususnya karena dengan
menghindari pemicu, kematian dapat terhindarkan.
4) Terapi Famakologi yaitu Obat antihistamin dan antiserotonin, serta penghambat sel
mast adalah pilihan untuk terapi alergi. Antihistamin generasi lama seperti:
klorfeniramin maleat (CTM), dimenhidrinat, triprolidin, dan prometasin.
Antihistamin generasi baru seperti: astemisol, loratadin, terfenadin, dan cetrisin.
Bisa juga antiserotonin yang dipasarkan adalah siproheptadin, penghambat sel mast
yang dipasarkan adalah sodium kromoglikat. Obat kortikosteroid juga dapat
diberikan dengan resep dokter, dekongestan dan antagonis reseptor leukotrin.
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, Marwali, dkk. 2000. Pedoman Pengobatan Penyakit Kulit. Bandung : Alumni.
http://alergikulit.com/penyebab-alergi/ diakses Sabtu 07 oktober 2017, 16.03 WIB
http://www.klikdokter.com/rubrik/read/2915592/jenis-alergi-berdasarkan-tingkat-
keparahan. diakses Jumat 06 oktober 2017, 19.33 WIB
Mahdi, Andi Dinajani. 2003. Prinsip diagnosa penyakit alergi, dalam Samsuridjal Djauzi.
Editor : Penatalaksanaan penyakit alergi. Jakarta : Balai Pustaka.
Merijanti L. 1999. Peran Sel Mast Dalam Reaksi Hipersensitivitas Tipe 1. Fakultas
Kedokteran Universitas Trisakti : Jakarta, Vol 18, Nomor 3
Rifa’i Muhaimin. 2011. Alergi dan Hipersensitif. Jurusan Biologi FMIPA Universitas
Brawijaya Malang
Sukandar. Elin Yulinah. Retnoari Andrajati. Joseph I Sigit. I Ketut Adnyana. Adji Prayitno
Settiadi. Kusnandar. 2008. ISO Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan: Jakarta
Tak W Mak, Mary E Saunders, Maya R. Chaddah. 2008. Primer to the immune response :
Academic Press.