Anda di halaman 1dari 19

STUDI KASUS

PRAKTIKUM RUMAH SAKIT DAN KLINIK


“HIPERTENSI”

Dosen Pengampu:
Dr. Ika Purwidyaningrum, M.Sc., Apt.

Disusun Oleh:
Kelompok C.2

Widiyasanti 1820353960

Winda Pratama 1820353961

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA

2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Defenisi
Hipertensi didefinsikan sebagai kenaikan tekanan darah arterial yang bertahan.
Batasan tekanan darah normal, apabila tekanan darah sistolik kurang dari 120 mmHg dan
tekanan darah diastolik kurang dari 80 mmHg. Pasien dengan nilai diastolic blood presure
(DBP) <90 mmHg dan systolic blood presure (SBP) >140 mmHg mempunyai hipertensi
terbatas pada sistolik. Peningkatan bermakna pada tekanan darah (ke level lebih tinggi
stage 3) adalah krisis hipertensi, yang bisa melambangkan hypertensive emergency
(kenaikan tekanan darah dengan cedera akut target organ) atau hypertensive urgency
(hipertensi akut tanpa tanda atau simtom komplikasi akut target organ).

B. Patofisiologi
Pengaruh tekanan darah antara lain dipengaruhi oleh Renin-Angiotensin-Aldosteron
Systen (RAAS). Ginjal merupakan peranan utama pada pengaturan tingginya tekanan
darah, yang berlangsung melalui suatu sistem khusus, yakni Sistem Renin-Angiotensin-
Aldosteron. Bila volume darah yang melalui ginjal berkurang dan tekanan darah di
glomeruli ginjal menurun misalnya karena penyempitan arteri setempat, maka ginjal akan
membentuk dan melepaskan enzim proteolitis renin. Dalam plasma renin menghidrolisa
protein angiotensi menjadi angiotensinogen I(AT I). Zat ini diubah oleh Angiotensin
Converting Enzyme (ACE) menjadi zat aktif angiotensin II (AT II). AT II ini antara lain
berdaya vasokonstriktif kuat dan menstimulsi sekresi hormon aldosteron oleh anak-ginjal
dengan sifat retensi garam dan air. Akibatnya adalah volume darah dan tekanan darah naik
lagi menjadi normal (Tjan dan Rahardja, 2007).
Pada regulasi hormonal tersebut dengan RAAS (Renin-Angiotensin-Aldosteron
Systen), masih terdapat beberpa faktor fisiologis yang dapat mempengaruhi tekanan darah
seperti volume-pukulan jantung. Ini adalah jumlah darah yang setiap kontraksi dipompa
keluar jantung. Semakin besar volume ini, semakin tinggi tekanan darah. Beberapa zat
misalnya garam dapur (NaCl) dapat mengikat air. Sebagai efeknya tekanan atas dinding
arteri meningkat pula dari jantung harus memompa lebih keras untuk menyalurkan volume
darah yang bertambah, hasilnya tekanan darah akan naik. Keadaan ini terutama terjadi
pada waktu emosi hebat (gelisah, takut, marah dan sebagainya) atau selama olahraga
bertenaga, sistem saraf adrenergik terangsang dan melepaskan neurohormon. Peningkatan
noradrenalin juga disebabkan oleh situasi stres dan merokok (Tjan dan Rahardja, 2007).

C. Etiologi dan Klasifikasi


Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada
kebanyakan pasien etiologi patofiologi-nya tidak diketahui (esensial atau hiperetensi
primer). Hiperetensi tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Kelompok lain dari
populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab yang khusus, dikenal sebagai
hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder: endogen maupun eksogen.
Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasein-pasien ini
dapat disembuhkan secara potensial (Dipiro, 2008).
1. Hipertensi esensial.
Hipertensi essensisal, primer, atau idiopatik adalah hipertensi yang tidak jelas
etiologinya atau penyebabnya. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam
kelompok ini. Sifat- sifat yang umum terdapat pada penderita hipertensi esensial
adalah adanya peningkatan reaktivitas vaskuler. Hipertensi esensial merupakan
kelainan yang kronik dan biasanya progresif. Penyebab hipertensi esensial adalah
multifaktorial, yang terdiri dari faktor-faktor genetik dan lingkungan. Faktor
keturunan tidak lagi diragukan pengaruhnya dalam menimbulkan hiperetnsi esensial,
hanya belum dapat dipastikan apakah ini disebabkan oleh sepasang gen tunggal atau
oleh banyak gen (Poligenik). Faktor lingkungan yang khusus dihubungkan dengan
timbulnya hipertensi adalah masukan garam (natrium) yang berlebih, obesitas, dan
stres psikis (Setiawati, 1995).
2. Hipertensi sekunder
Kurang dari 10% penderita hipertensi merupakan hipertensi sekunder dimana salah
satu penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan
darah. Pada kebanyakan kasus, difungsi renal akibat penyakit ginjal kronik atau
penyakit renovaskular merupakan penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat
tertentu baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau
memperberat hipertensi dengan menaikan tekanan darah. Obat obat ini dapat dilihat
tabel 2. Apabila penyebab sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan
obat yang bersangkutan atau mengobati kondisi komorbid yang menyertainya sudah
merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi sekunder (Dipiro, 2008).
D. Diagnosis
Seringkali, satu-satunya tanda hipertensi primer pada pemeriksaan fisik adalah kenaikan
tekanan darah. Diagnosis hipertensi harus berdasar pada rerata dua atau lebih pemeriksaan
yang diambil tiap dua atau lebih kunjungan. Pada perkembangannya, tanda kerusakan
organ mulai muncul, terutama terkait pada perubahan patologis di mata, otak, jantung,
ginjal, dan pembuluh darah perifer.

Pemeriksaan funduscopic bisa menunjukkan penyempitan arteriolar, penyempitan


arterioral focal, arteriovenous nicking, dan hemorrhage retina, exudates, dan infark.
Munculnya papilledema mengindikasikan hypertensive emergency yang memerlukan
perawatan secepatnya.
Pemeriksaan cardiopulmonal bisa menunjukkan denyut jantung atau ritme yang abnormal,
hipertropi ventrikular, precordil heave, murmur (suara jantung yang tidak biasa
menandakan kelainan fungsional atau struktural), third or fourth heart sounds, dan rales
(suara abnormal yang terdengar mengikuti suara respirasi normal).
Pemeriksaan vaskular perifer bisa mendeteksi bukti atherosklerosis, yang bisa muncul
sebagai bruits (suara yang terdengar sewaktu diagnosa dengan stetoskop) aortic atau
abdominal, pembesaran vena (karena tekanan internal), hilangnya denyut perifer, atau
edema ekstremitas bawah.
Pasien dengan stenosis arteri renal bisa mempunyai bruit sistolik-diastolik yang abnormal.
Mereka yang dengan sindroma Cushing bisa mempunyai ciri fisik klasik moon face,
hirsutisme, dan striae (area pada kulit berbentuk garis dengan perbedaan jelas dengan
sekitarnya) abdominal.
Serum kalium rendah sebelum dimulainya terapi antihipertensi bisa menandakan
hipertensi yang dirangsang oleh mineralokortikoid. Adanya
 protein, sel darah, dan casts di urine bisa mengindikasikan penyakit parenkim ginjal.
 Tes laboratorium sebaiknya didapatkan pada semua pasien untuk memulai terapi obat
termasuk urinalysis, hitung sel darah lengkap, kandungan kimia serum (natrium,
kalium, kreatinin, glukosa sewaktu puasa, dan total kolesterol serta HDL-C), dan 12-
lead ECG. Tes ini digunakan untuk menaksir faktor resiko lainnya dan untuk membuat
data baseline untuk monitorng perubahan metabolik karena obat.
 Tes laboratorium yang lebih spesifik digunakan untuk mendiagnosa hipertensi
sekunder. Ini termasuk norepinefrin plasma dan level metanefrin urin untuk
pheochromocytoma, level plasma dan urin aldosterone untuk aldosteronisme primer,
dan aktivitas plasma renin, tes stimulasi kaptopril, renin vena renal, dan angiografi
arteri renal untuk penyakit renovascular.

E. Komplikasi
Komplikasi yang akan terjadi akibat dari hipertensi adalah sebagai berikut:
- Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat
terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
mengalami hipertrofi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang
diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat
melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Elizabeth
J. Corwin, 2000).
- Dapat terjadi infark miokardium apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut. Karena hipertensi kronik dan
hipertrofi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan infark. Dengan
demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menimbulkan perubahan-perubahan waktu
hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan
peningkatan resiko pembentukan bekuan (Elizabeth J. Corwin, 2000).
- Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah akan
terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan rusaknya
glomerulus, protein akan keluar melalui urin, sehingga tekanan osmotik koloid
plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi
kronik (Elizabeth J. Corwin, 2000).
- Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang meningkat cepat). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan kedalam ruang
interstisium diseluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron disekitarnya kolaps dan
terjadi koma serta kematian (Elizabeth J. Corwin, 2000).
- Wanita dengan PIH dapat mengalami kejang. Bayi yang lahir mungkin memiliki
berat badan lahir rendah akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, dapat
mengalami hipoksia dan asidosis apabila ibu mengalami kejang selama atau
sebelum proses persalinan (Elizabeth J. Corwin, 2000).
F. Algoritma terapi

G. Terapi
1. Tujuan Terapi
Tujuan umum perawatan hipertensi adalah mengurangi morbiditas dan mortalitas
dengan cara intrusi terakhir yang mungkin. Tekanan darah yang diinginkan adalah
<140/90 untuk uncomplicated hypertension; <130/85 untuk pasien dengan diabet
melitus, gangguan fungsi ginjal, atau gagal jantung; <125/75 untuk mereka dengan
penyakit renal parah dengan proteinuria >1 g/hari; dan <140 mmHg (sistolik) untuk
isolated systolic hypertension.
2. Terapi
a. Terapi non Farmakologi
Faktor resiko utama untuk perkembangan komplikasi hipertensi harus
diketahui. Ini termasuk merokok, dislipidemia, diabetus melitus, usia >60 tahun,
jenis kelamin (pria dan wanita pasca menopause), dan riwayat keluarga untuk
penyakit cardiovascular prematur. Obesitas dan gaya hidup sedentary bisa juga
meningkatkan resiko hipertensi dan penyakit cardiovascular.
b. Terapi Farmakologi
Pemilihan obat sebaiknya berdasar pada bukti ilmiah untuk efek pada
pengurangan morbiditas dan mortalitas, keamanan, biaya, dan adanya penyakit
lain dan faktor resiko lain.
BAB II
PEMBAHASAN

KASUS 2 : HIPERTENSI
Pertanyaan
Kelompok 1: Lakukan Analisa Problem Pengobatan menggunakan metode SOAP, FARM,
Atau PAM
Kelomok 2 : Keluarga pasien bertanya kepada anda mengenai penyakit yang dialami dan
obat-obatan yang digunakan. Berikan Pelayanan Informasi Obat kepada
pasien tersebut.
Berikut merupakan identitas pasien
Nama Pasien : Ny. M
Ruang : Pav. Jantung
Umur : 69 tahun
Tanggal MRS : 08 Mei 2013
Tanggal KRS : -
Diagnosa : Hipertensi, Hiperkalemia, Hiperglikemia, Obs. Cardiac Chirrosis
Ny. M datang ke IGD dengan keluhan perut sebelah atas sakit kurang lebih selama 2 hari.
Pasien juga merasa perutnya membesar 2 hari belakangan. Kaki kanan dan kiri pasien
bengkak dan pasien merasa ngos-ngosan kalau ke kamar mandi. Pasien juga merasakan
mual. Riwayat penyakit terdahulu hipertensi dan mengkonsumsi valsartan, biscor,
ironolacton. Ny.M adalah seorang istri petani sukses yang memiliki sawah luas penghasil
padi. Keseharian saat muda Ny.M membantu suaminya sebagai petani. Saat ini Ny. M
sangat menikmati hari tuanya dengan melihat perkembangan cucu dan cicitnya. Tidak
ditemukan alergi obat pada data klinis Ny. M

Berikut adalah tanda vital Ny.M saat diperiksa di IGD:


Berikut merupakan hasil pemeriksaan laboratorium Ny. M :

Berikut merupakan terapiyang diterima Ny. M selama dirawat di rumah sakit:


FORM DATA BASE PASIEN
UNTUK ANALISIS PENGGUNAAN OBAT

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M No Rek. Medik : -
Usia : 69 th Dokter yang merawat : -
TB/BB :- Ruang : Pav. Jantung
Jenis kelamin : Wanita Tgl MRS : 08 Mei 2013
Alamat : - Tgl KRS : -
Ras : -
Pekerjaan : -
Diagnosa : Hipertensi, Hiperkalemia, Hiperglikemia, Obs.
Cardiac Chirrosis
Riwayat penyakit terdahulu : Hipertensi
Riwayat penyakit keluarga : -
Riwayat masuk RS : -
Riwayat alergi :Tidak ditemukan alergi obat pada data klinis Ny. M
Riwayat sosial :
Kegiatan Keterangan
Pola makan/diet
Vegetarian Tidak
Merokok Tidak
Meminum alkohol Tidak
Meminum obat herbal Tidak

Keluhan/Tanda umum :
Tgl Subyektif Obyektif Nilai normal
 Merasakan sakit pada perut sebelah
atas kurang lebih selama 2 hari
TD = 230/98 TD = 120/80 mmHg
 Perut membesar 2 hari belakangan
mmHg Suhu = 36,5-38,5°C
 Kaki kanan dan kiri bengkak
08/05 Suhu = 36°C HR = 60-80 x/menit
 Merasa ngos-ngosan kalau ke
HR = 75 x/menit RR = 20-30 x/menit
kamar mandi
RR = 20 x/menit
 Mual
 Nyeri dada ++
 Perut sebah +

Nyeri dada ++ TD = 140/90 mmHg


Perut sebah + Suhu = 36,2°C
09/05 HR = 86 x/menit
RR = 22 x/menit
Urin tampung:
1900cc
TD = 120/80 mmHg
Nyeri dada + TD = 130/80 mmHg Suhu = 36,5-38,5°C
Perut sebah + Suhu = 36,7°C HR = 60-80 x/menit
10/05 HR = 100 x/menit RR = 20-30 x/menit
RR = 20 x/menit
Urin tampung:
1900cc

Nyeri dada + TD = 140/80 mmHg


11/05 Perut sebah + Suhu = 37°C
HR = 80 x/menit
RR = 20 x/menit

TD = 110/70 mmHg
Suhu = 36°C
12/05 Perut sebah + HR = 80 x/menit
RR = 20 x/menit
Urin tampung:
2600cc
13/05 Perut sebah + -

Hasil data laboratorium :


Hasil
Pemeriksaan Nilai normal Keterangan
09/05 10/05 11/05 12/05
Hb 8,6 10,8 11,8 12-16 Rendah
Glukosa 417 112 151 80-120 Tinggi
GD2PP 238 196 < 140 Tinggi
Na 139,6 137,2 136-145 Normal
K 6,62 4,93 3,5-5,0 Normal
Cl 114,6 107,6 98-107 Tinggi
Kolesterol 252 < 200 Tinggi
LDL 172 < 100 Tinggi
Trigliserida 283 < 150 Tinggi
Asam urat 8,4 2,5-6,0 Tinggi

Riwayat penyakit & pengobatan :


Nama Penyakit Tanggal/Tahun Nama Obat
Hipertensi Sebelum masuk RS Valsartan, Biscor, Spironolacton
OBAT YANG DIGUNAKAN SAAT INI
Rute
No Nama obat Indikasi Dosis Interaksi ESO Outcome Terapi
Pemberian
Glukokortikoid, Gangguan elektrolit, dehidrasi,
Udem karena karbenoksolon, atau laksatif, hipovolemia, hipotensi, peningkatan
penyakit 5 glikosida jantung, kreatinin darah, hipo-natremia,
1. Lasix Pump IV Udem berkurang
jantung, hati, gr/jam aminoglikosida, sefalosporin, hipokalemia, peningkatan kolesterol
dan ginjal litium, antihipertensi, teofilin, dan asam urat darah, peningkatan
risperidon, dan siklosporin volume urin
Obat antihipertensi lain,
Gangguan GI, infeksi saluran nafas
digoksin, warfarin, HCT,
Hipertensi 1 × 80 atas, kecemasan, gangguan Tekanan darah
2. Micardis Oral glibenklamid, ibuprofen,
essensial mg penglihatan, vertigo, eksema, nyeri terkontrol
parasetamol, simvastatin,
dada & punggung, myalgia, ISK
amlodipin, dan litium
Angina pectoris Antihipertensi, aspirin dapat
3 × 5 Sakit kepala, hipotensi postural,
3. ISDN dan profilaksis Oral meningkatkan konsentrasi Nyeri dada berkurang
mg mual
serangan angina nitrat dalam plasma
Glukokortikoid, Gangguan elektrolit, dehidrasi,
Udem karena karbenoksolon, atau laksatif, hipovolemia, hipotensi, peningkatan
Lasix penyakit 1-3 × 1 glikosida jantung, kreatinin darah, hipo-natremia,
4. IV Udem berkurang
Injeksi jantung, hati, Amp aminoglikosida, sefalosporin, hipokalemia, peningkatan kolesterol
dan ginjal litium, antihipertensi, teofilin, dan asam urat darah, peningkatan
risperidon, dan siklosporin volume urin
Pengobatan 2 × 1 Menormalkan kadar
tukak Amp Diare, konstipasi, sakit kepala, asam lambung pasien,
5. Ranitidin IV, Oral Warfarin
duodenum, 2 × 1 pusing, ruam kulit, insomnia sehingga menurunkan
tukak lambung, Tab reflek mual pasien
dan refluks
esofagus
ACE inhibitor, salisilat,
3 × 4U Protamin dapat menyebabkan reaksi Menurunkan kadar
6. Actrapid Diabetes melitus SC alkohol, sulfonamide, obat
3 × 6U alergi glukosa dalam darah
hipoglikemik oral
Mengurangi sesak
7. O2 Respirasi 3 L/m Intranasal - -
nafas
Sel darah merah
Transfusi Pengganti sel
8. 1 Kolf IV - - terpenuhi
PRC darah merah
(kadar Hb normal)
Nyeri dan
radang pada
AINS lain, salisilat,
Movicox penyakit 2 × 1 Gangguan GI, anemia, pruritis, ruam Mengurangi nyeri dan
9. Rektal antikoagulan oral, heparin,
Supp reumatik, Supp kulit, sakit kepala, radang
kolestiramin
osteoartritis
yang memburuk

Pencegahan dan
Ca Menormalkan kadar
10. terapi defisiensi 1 Amp IV - Hiperkalsemia dan hiperkalsiuria
Glukonate Ca
Ca
ASSESSMENT
Problem
Subyektif Obyektif Terapi Analisis DRP
medik
Hipertensi - Tekanan darah:  Micardis (Telmisartan) pada tgl Dilihat dari data objektif yang Terapi sudah tepat
08/05 = 230/98 mmHg 08-13/05 menunjukkan penurunan tekanan
09/05 = 140/90 mmHg darah sehingga penggunaan
10/05 = 130/80 mmHg telmisartan sudah efektif untuk
11/05 = 140/80 mmHg pasien tersebut.
12/05 = 110/70 mmHg
Obs. Cardiac  Perut Urin tampung:  Lasix Pump (Furosemide) pada Lasix pump & lasix injeksi berisi Terapi sudah tepat
Chirrosis sebelah atas 09/05 = 1900 cc tgl 08/05 Furosemide merupakan diuretik loop
sakit 10/05 = 1900 cc  Lasix Injeksi pada tgl (10-13)/05 yang digunakan untuk mengurangi
 Perut 12/05 = 2600 cc udem.
membesar  ISDN pada tgl (08-13)/05 ISDN (Isosorbid Dinitrat) digunakan
 Kaki kanan  O2 pada tgl 09/05 untuk mengatasi nyeri dada pasien,
dan kiri serta pemberian O2 digunakan untuk
bengkak mengatasi ngos-ngosan yang
 Ngos- dikeluhkan oleh pasien
ngosan
Hiperglikemia - Glukosa:  Actrapid 4U pada tgl 09/05 Berdasarkan hasil pemeriksaan Terapi perlu
09/05 = 417 mg/dL  Actrapid 6U pada tgl (10-12)/05 laboratorium glukosa dan GD2PP ditinjauan kembali
10/05 = 112 mg/dL pasien pada tgl 12/05 masih berada
12/05 = 151 mg/dL diatas nilai normal
GD2PP:
10/05 = 238 mg/dL
12/05 = 196 mg/dL
Hiperkalemia  Mual K+: 6,62 mmol/L Ranitidin Hiperkalemia terjadi akibat efek Terapi sudah tepat
 Sebah pada tgl 10-13/05 samping penggunaan obat valsartan
yang sebelumnya dikonsumsi pasien
untuk mengatasi hipertensi. Gejala
yang muncul pada kondisi
hiperkalemia yaitu seperti rasa mual
sehingga dapat diberikan obat
Ranitidin
Anemia - Hb:  Transfusi PRC pada tgl 09-10/05 Pemberian transfusi PRC sudah tepat Terapi sudah tepat
09/05 = 8,6 g/dL untuk mengatasi anemia, terlihat dari
10/05 = 10,8 g/dL meningkatnya kadar Hb pasien.
11/05 = 11,8 g/dL
Hiperurisemia - Asam urat: 8,4 mg/dL Movicox supp Movicox supp (Meloxicam) Terapi sudah tepat
pada tgl 09/05 diberikan untuk mengatasi rasa nyeri
akibat peningkatan kadar asam urat.

Jika kadar asam urat tetap tinggi, Indikasi tanpa terapi


maka perlu terapi tambahan.
Hiperkolestero - Kolesterol: 252 mg/dL - - Indikasi belum
lemia LDL: 172 mg/dL diterapi
Trigliserid: 283 mg/dL
CARE PLAN
1. Hipertensi
Terapi yang diterima pasien yaitu Micardis (Telmisartan gol. ARB) dengan dosis
80mg 1 x sehari tetap dilanjutkan dengan melakukan monitoring tekanan darah.
2. Obs. Cardiac Chirrosis
Terapi yang diterima pasien adalah ISDN 3 x 5mg/ hari, dimana pemberian terapi
tersebut sudah tepat yang digunakan untuk mengatasi nyeri dada pasien.
Dilihat dari kondisi pasien yang mengalami udem dan hiperkalemia, pasien juga
mendapat obat Lasix (furosemid) 3x sehari sehingga dapat mengurangi masalah
tersebut. Apabila udem pada pasien telah sembuh dan hiperkalemia telah normal
maka pemberian Lasix injeksi dapat dihentikan.
3. Hiperglikemia
Perlu dievaluasi cara penggunaan insulin, yaitu Insulin Actrapid. Berdasarkan
hasil pemeriksaan laboratorium glukosa pasien pada awal MRS sangat tinggi
kemudian setelah 1 hari diberikan insulin menunjukkan penurunan namun selang 2
hari kadar glukosa berada diatas nilai normal. Apabila kadar glukosa dan GD2PP
telah normal maka penggunaan insulin dilanjutkan dengan monitoring. Dianjurkan
pada pasien untuk melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah secara rutin tiap 1
bulan sekali.
4. Hiperkalemia
Hiperkalemia pada pasien terjadi akibat efek samping penggunaan obat Valsartan
yang sebelumnya dikonsumsi pasien untuk mengatasi hipertensi. Hiperkalemia
kembali normal dengan pemberian Ca-glukonat, tetapi gejala yang muncul pada
kondisi hiperkalemia yaitu seperti rasa mual dan sebah sehingga dapat diberikan
obat Ranitidin. Dimana pemberian terapi Ranitidin pada pasien sudah tepat.
Ranitidin bekerja dengan menormalkan kadar asam lambung, sehingga menurunkan
reflek mual pasien. Dosis Ranitidin yang digunakan yaitu 150 mg 2 kali sehari.
Pasien juga mendapat obat Lasix (furosemid) yang mana mempunyai efek
hipokalemia, sehingga dengan pemberian obat ini, kadar kalsiumnya bisa menurun
mencapai kadar normal.
5. Anemia
Pengatasan anemia pada pasien diberikan transfusi PRC sudah tepat. Setelah
pemberian transfusi PRC, untuk terapi maintenance pada pasien agar kadar Hb
berada dalam nilai normal maka dapat diberikan terapi suplemen besi oral dengan
dosis 200 mg 3 kali sehari.
6. Hiperurisemia
Selain kadar asam urat yang tinggi juga terdapat bengkak pada kaki dan tangan
pasien maka direkomendasikan pemberian obat allopurinol dengan dosis awal 100
mg oral 1 kali sehari. Jika pasien merasa nyeri dapat ditambahkan dengan
pemberian terapi Movicox Supp (Meloxicam) seperti pada tanggal 09/05 untuk
mengatasi rasa nyeri akibat peningkatan kadar asam urat pasien dan dapat
dihentikan bila pasien tidak merasa nyeri lagi.
7. Hiperkolesterolemia
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pasien kadar kolesterol, LDL, dan
trigliserida berada diatas nilai normal yang menunjukkan pasien mengalami
hiperkolesterolemia. Direkomendasikan terapi kepada pasien yaitu obat golongan
Statin (Atorvastatin). Dipilih Atorvastatin karena obat tersebut memiliki
persentase paling besar dalam penurunan kadar kolesterol, LDL, dan trigliserida.
Dosis awal yang diberikan yaitu 10 mg 1 kali sehari.

TERAPI NON-FARMAKOLOGI
Pasien disarankan untuk melakukan:
1. Rajin mengonsumsi air putih untuk mencegah dehidrasi.
2. Diet asupan garam, gula dan rendah lemak.
3. Mengurangi konsumsi natrium yaitu < 2,4 g perhari.
4. Diet DASH yaitu diet yang kaya dengan buah, sayur, dan produk susu rendah
lemak.
5. Menghindari makanan yang mengandung purin tinggi seperti jeroan, seafood,
kacang-kacangan, dan daging merah.
6. Rajin melakukan aktifitas fisik selama 30 menit perhari. Aktivitas fisik dapat
menurunkan tekanan darah. Olahraga ringan seperti jogging, berenang, jalan kaki,
dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah.

MONITORING
1. Monitoring tanda vital pasien seperti TD, RR, HR, suhu tubuh dan keluhan umum
seperti perut sakit dan membesar, kaki bengkak, ngos-ngosan, serta mual.
2. Monitoring kadar glukosa, GD2PP, kolesterol, LDL, trigliserida, dan asam urat
pasien.
3. Monitoring efek samping dan interaksi obat yang digunakan pasien.
4. Monitoring kepatuhan pasien dalam pengobatan.

KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI


Pelayanan Informasi Obat kepada pasien mengenai penyakit yang dialami dan obat-
obatan yang digunakan antara lain:
1. Menginformasikan kepada pasien dan keluarga pasien perihal penggunaan obat
yang tepat dengan prinsip 5 benar (benar pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
2. Pasien dihimbau untuk patuh dalam pemakaian obat untuk mencapai keberhasilan
terapi
3. Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga akan kondisi pasien, sehingga
dapat membantu dalam meningkatkan harapan yang realistis dan meningkatkan
pemahaman terhadap keadaan dan kebutuhan pasien saat ini.
DAFTAR PUSTAKA

Aberg, J.A., Lacy, C.F, Amstrong, L.L, Goldman, M.P, & Lance, L.L., 2009, Drug
Information Handbook, 17th edition. Lexi-Comp for the American Pharmacists
Association.

Dipiro, JT. dkk. 2008. Phramacotherapy Principles & practice ed. 8. New York : The
McGraw-Hill Companies.

Anda mungkin juga menyukai