Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH BIOFARMASI

“PERJALANAN OBAT DALAM TUBUH YANG DI BERIKAN SECARA


INTRA OPTHALMIC ”

Dosen :
Prof. Teti Indrawati. M.Si,Apt

Disusun Oleh :
Isnaini Afrilia 16334058
Mahran Muhammad Jaubah 16334079

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA

2019
Ocullar Drug Delivery System ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan untuk kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Jakarta, Desember 2019

Penyusun
Ocullar Drug Delivery System iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 3
2.1 Anatomi Intra Opthalmic ...........................................................................3
2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Mata .................................................................................. 3
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Kelopak Mata...................................................................................................6
2.1.3 Anatomi dan Fisiologi Sistem Lakrimalis ................................................................................................. 6
2.1.4 Anatomi dan Fisiologi Konjungtiva ............................................................................................................ 6
2.1.5 Anatomi dan Fisiologi Bola Mata...........................................................................................................7
2.1.6 Saraf Yang Ada di Mata................................................................................................................................. 8
2.1.7 Pembuluh Darah Yang Melewati Bagian Mata .................................................................................... 8
2.1.8 Karakteristik Organ Mata.............................................................................................................................. 9
BAB III PEMAHASAN .....................................................................................10
3.1 Drug delivery System Mata .......................................................................................... 10
3.2 Penghantaran Obat ke Bagian Internal Mata ............................................................ 11
3.2.1 Penetrasi obat mata yang diberikan secara local .............................................. 11
3.2.2 Penetrasi obat mata yang diberikan secara sistemik ........................................ 11
3.3 Jenis Sistem Penghantaran Obat Okular .................................................................... 11
3.4 Bentuk Sediaan Tetes Mata dan Metode Sistem Pengiriman Sediaan Obat
Mata ............................................................................................................................... 13
3.5 Penggunaan Obat dengan Rute Melalui Mata..................................................................................................14
3.6 Mekanisme Umum Perpindahan Obat Melalui Kornea Mata ..................................................................15
3.7 Faktor-faktor formulasi yang mempengaruhi proses biofarmasetik sediaan optalmik....................15
3.8 Evaluasi yang diberikan secara opthalmic ..........................................................................................................19
BAB IV PENUTUP...................................................................................................................................................................20
4.1 Kesimpulan ......................................................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 21
Ocullar Drug Delivery System 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata adalah organ yang paling menarik karena karakteristik fitrahnya obat.
Untuk penyakit mata, administrasi topikal biasanya lebih dipilih daripada
administrasi sistemik, sebelum mencapai penghalang anatomi kornea, setiap molekul
obat diberikan melalui rute okuler harus stabil hambatan precorneal. Ini adalah
hambatan pertama yang memperlambat penetrasi bahan aktif ke dalam mata dan
terdiri dari film air mata dan konjungtiva. Obat, setelah pembangkitan berangsur-
angsur, merangsang mekanisme fisiologis pelindung, yaitu, produksi air mata, yang
mengerahkan pertahanan tangguh terhadap pemberian obat tetes mata. Lain seiring
serius tentang penghapusan obat yang dioleskan dari daerah precorneal adalah
rongga hidung, dengan luas permukaan yang lebih besar dan permeabilitas yang
lebih tinggi dari membran mukosa hidung dibandingkan dengan kornea. penetes
Normal digunakan dengan larutan tetes mata konvensional memberikan sekitar 50-
75μl per drop dan sebagian dari tetes cepat menguras sampai mata kembali ke
volume normal 7μl penduduk. Karena dari kehilangan obat di depan mata, obat yang
sangat sedikit tersedia untuk masuk ke jaringan kornea dan bagian dalam mata.
permeabilitas kornea Realisasi obat yang cukup rendah dan sangat kecil waktu
kontak kornea dari sekitar 1-2 menit pada manusia untuk solusi menanamkan
umumnya lensa dari 10% hanya 1-3 Akibatnya sejumlah kecil benar-benar
menembus kornea dan mencapai intraokular tissue. Drug delivery terkendali kepada
mata dibatasi, karena keterbatasan ini dipaksakan oleh mekanisme pelindung efisien.
Obat biasanya dipakai pada mata untuk maksud efek lokal pada pengobatan
bagian permukaan mata atau pada bagian dalamnya. Pengobatan dengan
menyisipkan dan meresapkan obat telah dikembangkan untuk memberikan
penglepasan obat secara terus – menerus. Penyisipan obat ini mempunyai kegunaan
yang khusus pada obat-obat yang pemberiannya diperlukan siang dan malam.
Karena kapasitas mata untuk menahan atau menyimpan cairan dan salep
terbatas, pada umumnya obat mata diberikan dalam volume yang kecil. Preparat
cairan sering diberikan dalam bentuk sediaan tetes dan salep dengan mengoleskan
salep yang tipis pada pelupuk mata. Volume sediaan cair yang lebih besar dapat
Ocullar Drug Delivery System 2

digunakan untuk menyegarkan atau mencuci mata. Maka sangat penting bagi kita
sebagai seorang farmasis untuk bisa dan mampu memformulasi suatu sediaan obat
tetes mata yang harus dibuat steril dan bebas pirogen.

1.2 Rumusan Masalah :


1. Bagaimana anatomi fisiologi intra ophtalmic?
2. Bagaimana sirkulasi darah dari tempat pemberian intra ophthalmic?
3. Bagaimana pelepasan obat ADME, dan efek obat intra ophthalmic?
4. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi intra ophthalmic?
5. Bagaimana evaluasi untuk cara pemberian intra ophthalmic?

1.3 Tujuan :
1. Menjelaskan tentang anatomi fisiologi intra ophthalmic.
2. Menjelaskan tentang sirkulasi darah dari tempat pemberian intra ophthalmic.
3. Menjelaskan tentang pelepasan obat ADME, dan efek obat intra ophthalmic.
4. Menjelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi intra ophthalmic.
5. Menjelaskan tentang evaluasi untuk cara pemberian intra ophthalmic.
Ocullar Drug Delivery System 3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Anatomi Intra Opthalmic


2.1.1. Anatomi dan Fisiologi Mata
Mata manusia secara umum terbagi atas segmen anterior dan posterior.
Segmen anterior yaitu kornea, konjungtiva, iris, badan siliari, cairan humor,
dan lensa sedangkan bagian posterior yaitu sclera, koroid, retina dan humor
viterous. Kornea merupakan membranetransparan multilayer yang terletak
paling luar pada bagian mata, tidak disuplai darah dan mendapatkan nutrisi
yang diperoleh dari humor aquos dan kapiler limbal. Kornea manusia terdiri
atas 5 lapisan, yaitu corneal epitelium, membran bowman, stroma, membran
descemet, endotelium. Humor aquor merupakan cairan yang terdapat pada
segmen anterior pada mata, merupakan sumber nutrisi terbesar untuk lensa
dan kornea. Iris merupakan bagian berwarna dari mata, terdiri atas sel epitel
berpigmen dan otot sirkular. Bagian tengan dari iris adalah pupil. Sfingter iris
dan otot dilator membantu dalam menyesuaikan ukuran pupil yang
mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata badan siliari, otot
berbentuk cincin yang menempel pada iris terdiri dari otot siliari. Kontraksi
dan relaksasi dari otot ciliary mengontrol bentuk lensa. Lensa adalah unit
kristal dan fleksibel yang terdiri dari lapisan jaringan tertutup dalam kapsul.
Konjungtiva adalah membran mukosa yang melapisi bagian dalam
kelopak mata yang jelas dan menyebar dari permukaan anterior sclera hingga
limbus. Hal ini memfasilitasi pelumasan mata karena adanya mukus dan tear
film. Sclera adalah selubung putih sekitar bola mata dan disebut "bagian
putih mata". Ini bertindak sebagai perisai utama untuk melindungi organ
internal. Sclera ini disandingkan dengan jaringan vaskular dikenal sebagai
koroid, yang terdapat diantara retina dan sclera. Koroid menyediakan nutrisi
ke sel-sel fotoreseptor di retina. Retina adalah sensori multilayer, jaringan
sensitif terhadap cahaya yang melapisi bagian dalam mata, berisi jutaan
fotoreseptor atau elemen fotosensitif yang menangkap cahaya
dan mengkonversinya menjadi impuls listrik. Impuls ini menjalar di
sepanjang saraf optik ke otak , di mana mereka diubah menjadi gambar.
Ocullar Drug Delivery System 4

Humor vitreous adalah zat seperti jelly atau matriks hidrogel, didistribusikan
antara retina dan lensa.
Mata adalah struktur bola dengan dinding terdiri dari tiga lapisan;
bagian
terluarsclera, bagian tengah lapisan koroid, ciliary tubuh dan iris dan bagian
dalam saraf lapisan jaringan retina. Sclera adalah lapisan berserat keras yang
melindungi jaringan dalam pada mata bagian putih kecuali area transparan
pada bagian depan dan kornea memungkinkan cahaya untuk masuk ke mata.
Lapisan koroid, terletak di sclera, mengandung banyak pembuluh darah
yang dimodifikasi pada depan mata sebagai iris berpigmen bagian berwarna
dari mata (biru, hijau,coklat, cokelat, atau abu-abu).

a. Struktur kornea
Kornea terletak pada bagian depan mata yang menyampaikan gambar
ke bagian belakang sistem saraf. Kornea dewasa memiliki radius sekitar 7-8
mm yang mencakup sekitar seperenam dari total luas permukaan bola mata
yang merupakan jaringan pembuluh darah yang menyediakan nutrisi
dan oksigen yang dipasok melalui cairan lakrimal dan cairan hmor dan juga
dari pembuluh darah yang terletak diantara korneadan sklera.
Kornea terdiri dari 5 lapisan, yaitu epitel, bowman, stroma, membran
descemet,dan endotelium, yang merupakan jalur utama permeasi obat pada
mata. Epitel terbuat dari 5 hingga lapisan sel. Epitel skuamosa (5-6 lapisan
sel) dengan ketebalan sekitar 50-100 um dan waktu turnover sekitar satu
lapisan sel setiap hari. Sel-sel basal dikemas dengan tight junction untuk
Ocullar Drug Delivery System 5

membentuk penghalang yang efektif untuk partikel debu dan kebanyakan


mikroorganisme, dan juga untuk penyerapan obat. Jalur transelular atau
paracellular adalah jalur utama untuk absorbsi obat di epitel kornea.
Obat lipofilik memilih rute transelular sedangkan yang hidrofilik memilih
jalur paracellular untuk penetrasi (difusi pasif atau difusi melalui intra
seluler pada sel). Membran Bowman adalah lembar homogen acellular
dengan tebal 8 – 14 μm yang terletak di antara membran basal epitel dan
stroma.
Stroma, atau substania propria, mengandung air sekitar 85% dan sekitar
200-250 lamellae kolagen.

b. Konjungtiva
Konjungtiva melindungi mata dan juga terlibat dalam pembentukan
dan pemeliharaan precorneal tear film. Konjungtiva adalah membrane
transparan tipisterletak pada permukaan bagian dalam kelopak mata.
Molekul-molekul sampai 20.000 Da bisa menyeberangi conjuctiva,
sementara kornea membatasi masuknya molekul yang berukuran lebih besar
dari 5000 Da.

c. Sistem drainase nasolacrimal


Sistem drainase Nasolachrymal terdiri dari tiga bagian; sistem sekresi,
sistem distributif dan sistem ekskresi. Bagian sekresi terdiri dari kelenjar
lakrimal yang mensekresikan air mata, menyebar di permukaan okular oleh
kelopak mata dengan adanya kedipan. Sistem sekresi dirangsang oleh
kedipan dan perubahan suhu karena adanya evaporasi air mata dan refluks
secretors yang memiliki saraf parasimpatis eferen yang kemudian
disekresikan sebagai respon pengaruh emosional, misalnya keadaan
menangis. Sistem distribusi terdiri dari kelopak mata dan meniskus air mata
yang menyebarkan air mata di atas permukaan okular dengan berkedip,
sehingga mencegah kering pada mata.
Bagian ekskretoris dari sistem drainase Nasolachrymal terdiri dari
puncta lakrimal, bagian superior, bagian inferior dan kanalikuli; kantung
air mata, dan saluran nasochrymal. Pada manusia, dua puncta adalah bukan
dari kanikuli lakrimal yang terletak di tempat yang tinggi dikenal sebagai
Ocullar Drug Delivery System 6

papilla lakrimal. air mata dalam jumlah besar akan terabsorbsi oleh mebran
mukosa, dan hanya sebagian yang mencapai rongga hidung.

2.1.2. Anatomi dan Fisiologi Kelopak Mata


Kelopak mata atau sering disebut palpebra mempunyai fungsi melindu
ngi bola mata dari trauma, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang
membentuk film air mata di depan kornea. Kelopak mata merupakan
pelindung mata yang paling baik dengan membasahi mata dan melakukan
penutupan mata bila terjadi rangsangan dari luar.
Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedangka
n dibagian belakang ditutupi selaput lender tarsus yang disebut
konjungtiva tarsal. Pada kelopak mata terdapat beberapa bagian antara lain;
kelenjar sebasea, kelenjar keringat atau kelenjar Moll, kelenjar zeis
pada pangkal rambut bulu mata, serta kelenjar Meibom pada tarsus. Kelopak
mata bisa terjadi kelainan yaitu lagoftalmos (mata tidak menutup bola mata),
ptosis (kelopak mata tidak bisa dibuka).

2.1.3. Anatomi dan Fisiologi Sistem Lakrimalis


Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola
mata. Sistemik skresi mulai pada pungtum lakrimalis, kanalikuli lakrimal,
sakus lakrimal yang terletak di bagian depan rongga orbita, air mata dari
duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus
inferior.

2.1.4. Anatomi dan Fisiologi Konjungtiva


Konjungtiva atau selaput lendir mata adalah membran yang menutupi
sklera dan kelopak bagian belakang. Konjungtiva mengandung
kelenjar musin yang bersifat membasahi bola mata terutama kornea dihasilkan
oleh sel Goblet. Terdapat tiga bagian konjungtiva yaitu
; konjungtiva tarsal yang menutup tarsus, konjungtiva bulbi membungkus
bulbi okuli serta menutupi sklera, dan konjungtiva forniks sebagai
tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.
Ocullar Drug Delivery System 7

2.1.5. Anatomi dan Fisiologi Bola Mata


a. Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk
pada mata serta bagian putih pada bola mata yang bersama kornea sebagai
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Kekakuan tertentu pada sclera
mempengaruhi tekanan bola mata.
b. Kornea
Merupakan selaput bening mata dan bagian terdepan dari sklera yang
bersifat transparan sehingga memudahkan sinar masuk ke dalam
bola mata. Kornea berperan meneruskan dan memfokuskan cahaya ke
dalam bola mata. Pembiasan terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40
dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan
oleh kornea. Kornea terdiri dari beberapa lapis jaringan yang menutup
bola mata bagian depan yaitu epitel,
membrane bowman, stroma, membrandescement dan endotel. Saraf
sensoris yang mempersarafi kornea yaitu saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid
yang masuk ke dalam stroma kornea menembus membran Bowman dan
melepaskan selubung Schwannya.
c. Bilik-bilik dalam mata
Bola mata mempunyai 2 bilik yaitu, bilik mata depan yang
merupakan ruangan dibatasi oleh kornea, iris, lensa dan pupil serta berisi
humor aquos yang membawa makanan untuk jaringan mata sebelah
depan. Kemudian bilik mata belakang yang paling sempit pada mata.
d. Humor Aquos
Humor aquos atau cairan mata merupakan bagian dari mata yang
dihasilkan oleh badan siliar masuk ke bilik mata melalui pupil serta
berfungsi memberikan makanan dan oksigen
untuk mempertahankan kornea dan lensa.
e. Uvea
Uvea merupakan lapis vaskuler di dalam bola mata yang banyak
mengandung pembuluh darah yaitu ; iris, badan siliar, koroid. Iris atau
selaput pelangi mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis
masuknya sinar ke dalam bola mata. Badan siliar mengandung otot untuk
Ocullar Drug Delivery System 8

melakukan akomodasi sehingga lensa dapat mencembung dan merupakan


susunan otot melingkar dan mempunyai sistem ekskresi di
belakang limbus. Koroid itu sendiri lapis tengah pembungkus
bola mata yang banyak mengandung pembuluh darah dan memberikan
makan lapis luar retina.
f. Pupil
Pupil pada anak-anak pupil berukuran kecil karena belum
berkembangnya saraf simpatis. Orang dewasa ukuran pupil sedang dan
orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa
yang sklerosis. Pada waktu tidur pupil mengalami pengecilan
akibat dari berkurangnya rangsangan simpatis dan kurang rangsangan
hambatan miosis. Mengecilnya pupil berfungsi untuk mencegah aberasi
kromatis pada akomodasi.
g. Retina
Retina atau selaput jala merupakan bagian mata yang mengandung
reseptor dan akan meneruskan rangsangan cahaya yang diterimanya
berupa bayangan. Dalam retina terdapat macula lutea atau bitnik
kuning yang merupakan bagian kecil dari retina dan area sensitif paling
rentan pada siang hari.

2.1.6. Saraf Yang Ada di Mata


1. Saraf optikus, membawa gel. Saraf yang dihasilkan didalam retina ke
otak.
2. Saraf Lakrimalis, merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air
mata.
3. Saraf lainnya, menghantarkan sensasi ke bag. Mata yang lain dan
merangsang otot pada tulang orbita

2.1.7. Pembuluh Darah Yang Melewati Bagian Mata


Arteri opthalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri
dan mata kanan, sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena opthalmika dan
vena retinalis. Pembuluh darah ini masuk dan keluar melalui mata bagian
belakang. Arteri inilah juga yang akan menyalurkan darah ke cabang arteri
lainnya :
Ocullar Drug Delivery System 9

1. Arteri retina sentralis,


2. Arteri lakrimalis,
3. Arteri siliaris posterior longa dan brevis, atau
4. Arteri palpebralis.

2.1.8. Karakteristik Organ Mata


Kornea tidak mempunyai pembuluh darah tetapi banyak mengandung
akan ujung saraf. Ketika sediaan topikal diberikan untuk mata, akan terpapar
pertama kali oleh kornea dan konjungtiva, mewakili hambatan utama untuk
penetrasi obat. Epitelium dan endotelium dari kornea banyak mengandung
lipid, sehingga menjadi penghalang untuk senyawa yang larut dalam air.
Stroma adalah lapisan hidrofilik mengandung 70% sampai 80% air,
menjadi penghalang untuk senyawa yang tidak larut dalam air. Sklera
mengandung banyak pembuluh darah yang mensuplai darah ke jaringan
anterior pada mata. Konjungtiva dan permukaan kornea dilumasi oleh sebuah
lapisan cairan yang disekresikan oleh kelenjar air mata dan konjungtiva.
Kelenjar lakrimal menghasilkan cairan yang disebut dengan air mata.
Kelenjar sebaceous menghasilkan cairan berminyak yang akan tersebar
dilapisan mata.
Ocullar Drug Delivery System 10

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Drug delivery System Mata


Ophthalmic drug delivery hanya digunakan untuk pengobatan lokal pada mata.
Obat tetes mata tersedia dalam berbagai bentuk sediaan, yaitu salep, larutan, suspensi,
dan strip. Beberapa diantaranya memerlukan perhatian khusus. Menurut FI IV
halaman 12 larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing, merupakan
sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa hingga sesuai digunakan pada
mata. Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus dalam hal
toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan dapar, kebutuhan akan
pengawet (dan jika perlu pemilihan pengawet) sterilisasi dan kemasan yang tepat.
Perhatian yang sama juga dilakukan untuk sediaan hidung dan telinga.
Menurut FI III halaman 10, Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa
larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput
lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata. DOM Martin : 880 Tetes mata
adalah seringkali dimasukkan ke dalam mata yang terluka atau kecelakaan atau
pembedahan dan mereka kemudian secara potensial lebih berbahaya daripada injeksi
intavena.Menurut Scoville’s halaman 221, Larutan mata merupakan cairan steril atau
larutan berminyak dari alkaloid garam-garam alkaloid, antibotik atau bahan lain yang
ditujukan untuk dimasukkan ke dalam mata.
Ketika cairan, larutan harus isotonik, larutan mata digunakan untuk
antibakterial, anstetik, midriatikum, miotik atau maksud diagnosa. Larutan ini disebut
juga tetes mata dan collyria (singular collyrium).
Route utama pengobatan mata
1. Topical – obat diberikan langsung pada conjungtiva (mencegah metabolisme obat)
2. Sistemik – pengobatan di bagian posterior mata (saraf ,retina,uveal tract)
3. Intraocular – suntikan dan implant, steroid dan antibiotic,pengobatan glaucoma
Route lain ialah membrane controlled patch.
Ocullar Drug Delivery System 11

3.2 Penghantaran Obat ke Bagian Internal Mata


3.2.1 Penetrasi obat mata yang diberikan secara lokal
Jika obat tidak bertujuan untuk pengobatan bagian luar mata, maka obat harus
masuk ke bagian dalam mata. Rute paling penting adalah korneal, namun
rutenonkorneal dapat pula berkontribusi terhadap bioavailabilitas okular. Secara
skematis, kornea tersusun yang terdiri atas suatu lapisan hidrofilik stroma diantara2
lapisan hipofilik, yaitu epitelium dan endotelium. Epitelium tersusun dari 5sampai 6
lapisan sel, sedangkan endotelium merupakan suatu lapisan tunggal pada bagian
dalam kornea. Sifat hidrofilik-lipofilik kornea secara jelas
mengindikasikan bahwa kornea dapat mengabsorbsi obat dengan baik dalam batas tert
entu yang menunjukkan sifat baik lipofilik maupun hidrofilik.
Masalah utama dalam pengembangan obat mata ini adalah perbandingan
antara kehilangan obat secara prekorneal dengan penetrasi korneal.

3.2.2 Penetrasi obat mata yang diberikan secara sistemik


Sebagian besar obat yang digunakan secara sistemik adalah obat-obat
antiinfeksi dan antiinflamasi. Proses penetrasi ini mendapat halangan dari darah
dimata, zat cair yang berada di dalam bilik mata depan dan belakang inti mata (aquous
humor) yang dihasilkan oleh epitelium silier akan mencegah lewatnyamolekul besar,
protein plasma, dan kebanyakan antibiotika. Beberapa molekuldapat disekresi dalam
aquous humor selama pembentukannya. Ada halangan antara “darah - retina”, dan ada
pula antara darah dan humor vitreous yang dipersulit karena viskositas tinggi humor
vitreous yang mencegah difusi obat pada bagian posterior mata.

3.3 Jenis Sistem Penghantaran Obat Okular


1) Sisipan Okular (Ocular Inserts)Sejumlah sisipan polimer padat telah dikembangkan
sebagaisistempenghantaran obat okular dan banyak tersedia di pasaran, sisipan poli
merditoleransi lebih baik dengan drainase dan aliran air mata dibandingkan
formulasi oftalmik lainnya dan juga menghasilkan pelepasan obat yang baik
dalamkonjungtiva. Penyisipan okular dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori :
a. Degradable/bioeridible/biosulubleSisipan ini aman dan nyaman karena dapat
terurai dengan baik walaupun proses pelepasan obat ini begitu rumit
dalam kondisi fisiologis. Matriks polimer akan hilang dari mata dengan erosi.
Berbagai bahan telahdigunakan dalam pengembangan sisipan yang dapat
Ocullar Drug Delivery System 12

terdegradasi seperti polivinil alkohol, hidroksil propil selulosa, pirolidon


polivinil. Polimer inidapat membentuk ikatan hidrogen dengan air, oleh karena
itu ketika kontakdengan air, akan menghidrasi dan akhirnya mengikis saat
polimer larut.Keuntungannya yaitu lebih efektif, lebih fleksibel dalam jenis
obat dandisolusinya, tidak perlu dilepaskan. Sedangkan kerugiannya
yaituketidaknyamanan dari pasien, dan membutuhkan penyisipan dari pasien.
b. Nondegradable
Sisipan yang tidak dapat terdegradasi telah dikembangkan dengan
polimeryang terkait dengan lensa kontak lunak dan etilena vinil alkohol
kopolimer. Pelepasan obat dari sisipan yang tidak larut biologis lebih mudah
diprediksidaripada yang berasal dari sisipan biosoluble. Penyisipan sisipan
seperti inidibuat dari bahan polimer fleksibel yang secara biologis inert,
nonallergenic, dan tidak larut dalam cairan air mata. Karena bahan
polimertidak larut, dengan air mata ia mempertahankan integritasnya dan tetap
utuhselama menjalani terapi, bertindak sebagai reservoir untuk
terusmelepaskan obat ke mata dan jaringan sekitarnya pada tingkat yang
tidakterpengaruh oleh erosi. Bahan yang sering digunakan seperti
polimer polietilena. Keuntungan dari nondegradable ini yaitu menurunkan efek
samping lokal dan toksisitas, dan juga memperbaiki kepatuhan. Kerugiannya
yaitu dibutuhkan pengecekan berkala, harus dilakukan penggantian unit yang
terkontaminasi, dan lebih mahal. Contohnya yaituocusert dan contact lens.

2) Nanopartikel
Nanopartikel adalah pembawa koloid dengan kisaran ukuran 10 sampai 1000nm.
Untuk penghantaran oftalmik, partikel nano umumnya terdiri
darilipid, protein, polimer, alami atau sintetis seperti albumin, natrium alginat, kito
san,PLGA. Nanopartikel bisa dieliminasi dengan cepat darikantong prekorneal.
Oleh karena itu, untuk nanopartikel administrasi topikaldengan sifat mukoadhesif
telah dikembangkan untuk memperbaiki waktu
tinggal prekorneal. PEG, kitosan dan asam hialuronat biasanya digunakan untukme
mperbaiki waktu tinggal precorneal nanopartikel.
Ocullar Drug Delivery System 13

3) Liposom
Liposom merupakan partikel koloid yang dibuat menggunakan molekul,fosfolipid,
dan merupakan sistem penghantaran obat yang paling umum digunakanuntuk
penghantaran obat tertarget. Ukuran liposom biasanya berkisar antara 0,08sampai
10,00m. Liposom tidak beracun, nonhemolitik, dan non-
imunogenik bahkan setelah suntikan berulang. Sifatnya biokompatibel dan biodegr
adable. Untuk aplikais oftalmik, liposom mewakili sistem penghantaran yang ideal
karenaadanya biokompabilitas yang sangat baik, membran sel seperti struktur
dankemampuan untuk merangkum obat hidrofilik dan hidrofobik. Liposom
telahmenunjukkan efektivitas yang baik untuk penghantaran okular segmen
anterior dan posterior dalam beberapa penelitian. Untuk pengiriman obat ke
segmen anteriormata, upaya terutama dilakukan untuk meningkatkan waktu tinggal
prekornealdengan memasukkan lipis bermuatan positif atau polimer mukoadhesif
dalamliposom. Liposom kationik telah menunjukkan kemanjuran yang lebih baik
dalam penyerahan ocular daripada liposom bermuatan negative karena mengikat
muatan negatif permukaan kornea. Didodecyldimethylammonium bromide,
stearylamine, N-trimethylammonium chloride umumnya digunakan untuk
fabrikasi liposomkationik.Suatu sistem penghantaran obat oftalmik yang didesain
secara baik haruslahmenghantarkan bahan aktif ke tempat yang tepat,
meningkatkan perbandingan aktivitas lokal, mengurangi jumlah pemberian setiap
hari, dengan mudah dapatdiberikan sendiri (oleh pasien), tidak menginduksi
rangsangan benda asing, tidakmenyebabkan kekaburan penglihatan jangka
panjang, tidak memberikan rasa ikutanyang sangat tidak menyenangkan, dapat
disterilkan.

3.4 Bentuk Sediaan Tetes Mata dan Metode Sistem Pengiriman Sediaan Obat Mata
Berdasarkan kondisi fisik:
a. Intravitreal suntikan (IVT)
Disuntikan ke dalam mata vitreous humor antara lensa dan retina.
Suntikan intravitreal melibatkan agen terapi suntikan (obat/udara/gas) di dalam
rongga vitreous Pars Plana melalui tindakan pencegahan aseptik di bawah.
Ocullar Drug Delivery System 14

b. SubTenon
Digunakan untuk menggambarkan suntikan melalui membran yang menutupi otot-
otot dan saraf di bagian belakang bola mata.
c. Sub-retina
Disuntikan dibawah retina.
d. Obat tetes mata
Sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara
meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata.
e. Salep Mata
Salep yang digunakan pada mata.Berbeda dengan salep dermatologi salep mata
yang baik yaitu :
- Steril
- Bebas hama (bakteri)
- Tidak mengiritasi mata
- Difusi bahan obat keseluruh mata yang dibasahi, Karena sekresi cairan mata
- Dasar salep harus mempunyai titik lebur atau titik leleh mendekati suhu
tubuh.(Ansel 89)

3.5 Penggunaan Obat dengan Rute Melalui Mata


Dibandingkan dengan pemberian obat rute yang lain, penghantaran obat
melalui mata harus mengatasi tantangan penting yang ditimbulkan oleh berbagai
hambatan okular. Banyak hambatan yang terkait dengan anatomi dan fisiologi mata
membuatnya menjadi tantangan untuk memberikan dosis yang tepat pada tempat yang
sesuai. Kemajuan yang signifikan telah dibuat untuk mengoptimalkan penghantaran
obat yang terlokalisasi pada mata, sehingga rute yang sekarang terkait dengan teknik
pemberian obat yang sangat canggih. Beberapa teknologi ini unik untuk mata dan
banyak juga ditemukan di rute pengiriman lainnya.
Ocullar Drug Delivery System 15

Bioavailabilitas sistem pengiriman obat mata tradisional seperti tetes mata


sangat buruk karena mata dilindungi oleh serangkaian mekanisme pertahanan yang
kompleks yang membuatnya sulit untuk mencapai konsentrasi obat yang efektif dalam
area target mata. Anatomi dan fisiologi mata adalah salah satu sistem yang paling
kompleks dan unik dalam tubuh manusia. Lachrymasi, drainase efektif oleh sistem
nasolakrimalis, bagian dalam dan luar barrier blood retinal, impermeabilitas kornea,
dan ketidakmampuan struktur non-kornea lainnya untuk menyerap. Senyawa
membuat mata sangat tahan terhadap zat-zat asing. Meskipun hambatan-hambatan ini
membuat mata terlindungi dari invasi senyawa asing, patogen dan partikulat yang
membahayakan mata, tapi dilain hal ini merupakan tantangan untuk
sistem penghantaran obat melalui mata.

3.6 Mekanisme Umum Perpindahan Obat Melalui Kornea Mata


1. Tingkat Organ
Rate-limiting membrane untuk kebanyakkan obat adalah epithelium kornea
yang beraksi ganda sebagai penghalang (barrier) untuk penetrasi dan sebagai
reservoir untuk obat. The rate-limiting barrier untuk kebanyakan obat tampaknya
berada pada lapisan dua sel bagian atas dari epithelium. Stroma adalah rate-
limiting untuk obat-obat yang sangat larut lemak.

2. Tingkat Sel
Molekul-molekul kecil, contohnya seperti : air, metanol, etanol, propanol, dan
butanol, mudah melintasi kornea diasumsikan melalui pori-pori berair. Konstanta
permeabilitas mereka sangat besar. Senyawa larut air melintasi kornea melalui
rute para selular. Konstanta permeabilitas adalah konstanta partisi paling kecil.
Peptida, ion-ion, dan senyawa muatan lainnya tampaknya berpenetrasi ke kornea
melalui rute paraselular. Zat-zat yang memiliki kelarutan ganda lebih mudah
melintasi kornea. Zat-zat larut lemak mudah melewati membran selular yang
membatasi. Mereka tidak bisa berpenetrasi dalam proporsi konsentrasi mereka.

3.7 Faktor-faktor formulasi yang mempengaruhi proses biofarmasetik sediaan optalmik


1. Faktor Fisiologi
Hilangnya obat dari area precorneal adalah efek dari drainase sekresi air mata,
absorpsi non-korneal, dan kecepatan proses absorpsi korneal. Secara kolektif
Ocullar Drug Delivery System 16

proses ini menyebabkan waktu kontak kornea yang khas sekitar 2-4 menit pada
manusia, untuk memberikan larutan dan bioavailbilitas ocular kurang dari 10%.
a. Faktor Prekorneal
Faktor prekorneal yang menyebabkan hilangnya obat adalah :
1. Pergantian air mata yang normal
Air mata mencuci dengan kecepatan kira-kira 16% permenit, kecuali
selama periode tidur atau selama anastesi. Volume normal air mata hanya
7 mikroliter, jadi obat yang menghilang besar.
2. Drainase larutan yang diberikan
Area prekorneal bisa menampung kira-kira 30 mikroliter, termasuk air
mata pada saat mata tidak berkedip. Volume berkurang menjadi 10 mikroli
ter ketika mata berkedip. Oleh karena itu, kelebihan volume yang
diberikan baik tumpahan atau kecepatan saluran dari mata ke saluran
nasokrimal dengan absorpsi ke dalam sirkulasi sistemik. Drainase dari
larutan yang diberikan jauh dari mata adalah penyebab hilannya obat dan
karenanya mempengaruhi aktivitas biologis obat pada mata. Kecepatan
drainase berhubungan dengan volume larutan obat yang diberikan dan
peningkatan seiring dengan meningkatnya volume. Kecepatan drainase
dari volume yang diberikan meningkatkan kecepatan sebanding dengan
volume cairan pada mata lebih dari volume normal lakrimal. Kecepatan
drainase100 kali lebih cepat dari kecepatan absorpsi.
3. Pengikatan protein
Air mata umumnya mengandung 0.7% protein dan level protein meningkat
dengan adanya infeksi atau inflamasi. Tidak seperti darah, dimana
kompleks protein-obat berlanjut ke sirkulasi, air mata digantikan secara
cepat jadi memindahkan kedua bentuk bebas dan terikat dari obat.
4. Absorpsi obat tidak produktif
Setelah pemberian, obat diabsorpsi ke dalam kornea dan konjungtiva. Luas
area konjungtiva 17 kali dari luas kornea dengan 2-30 kali permeabilitas
yang lebih besar terhadap banyak obat. Semua jaringan absorpsi yang lain
dirasakan sebagai kehilangan yang tidak produktif ketika target jaringan
adalah bagian dalam mata.
Ocullar Drug Delivery System 17

b. Faktor Membran
Faktor membran termasuk area yang tersedia untuk absorpsi, ketebalan,
porosity, dan tortuosity (sifat berliku-liku) kornea dan kesimbangan lipofilik
/hidrofilik. Kornea terdiri dari tiga lapisan yaitu epithelium, stroma, dan
endothelium.
1. Epithelium
Studi permeabilitas pada kornea mengindikasikan lapisan paling luar dari
epithelium sebagai yang menentukan penilaian utama barrier (penghalang)
untuk penetrasi untuk obat larut air dan larut lemak. Karena epithelium
larut lemak, porositas yang rendah dan secara relatif tortuositas dan
ketebalan tinggi, penetrasi obat yang cepat harus memiliki koefisien partisi
lebih dari 1 untuk mencapai kecepatan penetrasi. Walaupun epithelium dan
endothelium adalah lipofilik, pengukuran permeabilitas air dari tiap
lapisan mengindikasikan endothelium lebih permeable 2.7 kali dari
epithelium.
2. Endhothelium
Penetrasi non elektrolit melalui endothelium terjadi secara utama melalui
ruang intraseluler.
3. Stroma
Stroma pada dasarnya merupakan aseluler, hidrofilik, porositas tinggi,dan
tortuosity yang rendah tapi karena ini merupakan 90% dari ketebalan
kornea, stroma signifikan pada kontribusi keseuruhan terhadap resistensi.
Epithelium sebagai penentu penilaian barrier untuk senyawa hidrofilik dan
stroma untuk senyawa lipofilik. Ketika nilai absolut
dibandingkan senyawa lipofilik ditemukan memiliki koefisien
permeabilitas yang lebih besar.

Penetrasi kornea dapat ditingkatkan dengan cara :


a. Penyesuaian keasaman sehingga pH sediaan memungkinkan untuk
menghasilkan partikel tidak terionisasi secara optimal.
b. Penggabungan peningkat absorbansi ke dalam komposisi sediaan.
c. Produksi prodrug atau pasangan ion.
Karena dual kemampuan untuk mengakhiri aktivitas farmakologi obat
inheren aktif dan untuk mengubah obat aktif untuk menjadi gugus aktif mereka,
Ocullar Drug Delivery System 18

metabolisme obat di mata merupakan aspek aksi obat yang penting. Obat yang
mengalami degradasi secara oksidasi atau reduksi sedikit dimetabolisme di mata
dibandingkan dengan obat yang didegradasi secara hidrolisis.

2. Faktor Fisiokimia
Faktor fisiokimia adalah penentu terbesar untuk difusi pasif melintasi kornea.
a. Koefisien partisi
Koefisien partisi adalah parameter untuk menentukan status yang cepat dari
potensi penetrasi obat ke membran biologis yang berbeda. Korelasi hubungan
koefisien partisi dengan permeabilitas membantu untuk mendesain obat-obat
opthalmik yang permeabilitasnya optimal. Obat yang hidrofilik (log koefisien
partisi < 0), epitheliummemberikan persentase yang besae dari resistensi ke
penetrasi kornea. Untuk obat lipofilik dengan log koefisien partisi 1.6-2.5,
stroma berkontribusi dengan persentase yang signifikan terhadap resistensi.
Keseimbangan lipofilik/hidrofilik yang optimal pada struktur molekul dari
penetrant harus dicapai untuk menghasilkan efek penetrasi yangcepat melalui
barrier lipofilik dan hidrofilik di kornea.
b. Kelarutan
Kecepatan penetrasi maksimum dicapai oleh permeating obat ke kornea
adalah faktor multiplikatif dari koefisien permeabilitas dan kelarutan air mata.
Jika kelarutan obat rendah, konsentrasinya pada lapisan air mata perkorneal
mungkin dibatasi dan oleh karena itu kecepatan absorpsi mungkin tidak cukup
tinggi untuk mencapai konsentrasi yang adekuat untuk aktivitas terapetik.
c. Konstanta Ionisasi
pKa dari obat-obat yang dapat terionisasi adalah faktor penting pada
penetrasikorneal. Derajat ionisasi mempengaruhi luas difusi yang melewati
membran. Banyakobat-obatan adalah asam dan basa lemah dan oleh karena itu
sebagian terionisasi pada pHfisiologis. Rata-rata pH air mata adalah 7.2 dan
pKa dari obat sekitar 1 atau 2 dari nilaitersebut, penetrasi kornea akan lebih
karena proporsi yang besar dari dosis yangdiadministrasikan akan dalam
bentuk tidak terionisasi. Bentuk ionisasi dari obat sedikitlarut lemak, jika
fraksi ini terlalu besar, kecepatan penetrasi kornea mungkin tidak cukupuntuk
menghasilkan efek terapeutik pada mata (Malhorta and Majumdar, 2001)
Ocullar Drug Delivery System 19

d. Berat Molekul
Berat molekul berhubungan dengan kekuatan difusional aktif selama permeasi
korneal. Untuk molekul kecil, koefisien difusi berhubungan terbalik dengan
akar kuadratdari berat molekul. Molekul besar, koefisien difusi berhubungan
terbalik dengan akar pangkat tiga dari berat molekul. Perubahan berat molekul
menunjukkan hubungan terbalik terhadap permeabilitas.
e. Pengikatan Melanin
Kehadiran melanin dapat mengubah disposisi obat mata. Interaksi dengan
pigmen ini dapat mengubah ketersediaan obat bebas di tempat yang
ditargetkan.
Sehingga pengikatan melanin akan menurunkan aktivitas farmakologis.
Melanin dalam jaringan okular terdapat pada uvea dan RPE. Melanin
mengikat radikal bebas dan obat dengan elektrostatik dan ikatan van der waals
atau dengan transfer muatan sederhana. Dapat disimpulkan bahwa semua obat
lipofilik mengikat melanin. Obat yang terikat dengan melanin biasanya tidak
bisa berikatan dengan reseptor sehingga memerlukan pemberian dosis yang
lebih besar. Keberadaan melanin dalam koroid dan RPE mempengaruhi
tingkat penyerapan obat ke dalam retina dan vitreous transscleral atau
pemberian obat sistemik.
3.8 Evaluasi yang diberikan secara opthalmic
Evaluasi
Evaluasi yang seharusnya dilakukan pada larutan tetes mata adalah sebagai berikut:
Evaluasi fisika: pH, volume sediaan dalam wadah, bahan partikulat, uji kebocoran, uji
kejernihan dan warna.
Evaluasi kimia: penetapan kadar, identifikasi
Evaluasi biologis: Uji sterilitas, uji pirogen, uji endotoksin bakteri.
Pengemasan dan penyimpanan
Penandaan
Ocullar Drug Delivery System 20

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bentuk Sediaan Tetes Mata dan Metode Sistem Pengiriman Sediaan Obat
Mata berdasarkan kondisi fisik antara lain : a. Intravitreal suntikan (IVT), disuntikan
ke dalam mata vitreous humor antara lensa dan retina; b. SubTenon, digunakan untuk
menggambarkan suntikan melalui membran yang menutupi otot-otot dan saraf di
bagian belakang bola mata; c. Sub-retina, disuntikan dibawah retina; d. Obat tetes
mata, sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara
meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata; e.
Salep Mata, salep yang digunakan pada mata.
Bioavailabilitas sistem pengiriman obat mata tradisional seperti tetes mata
sangat buruk karena mata dilindungi oleh serangkaian mekanisme pertahanan yang
kompleks yang membuatnya sulit untuk mencapai konsentrasi obat yang efektif dalam
area target mata. Anatomi dan fisiologi mata adalah salah satu sistem yang paling
kompleks dan unik dalam tubuh manusia. Lachrymasi, drainase efektif oleh sistem
nasolakrimalis, bagian dalam dan luar barrier blood retinal, impermeabilitas kornea,
dan ketidakmampuan struktur non-kornea lainnya untuk menyerap. Senyawa
membuat mata sangat tahan terhadap zat-zat asing.
Ocullar Drug Delivery System 21

DAFTAR PUSTAKA

 American Pharmaceutical Association. 1994. Handbook of Pharmaceutical


Excipients, second edition. London : The Pharmaceutical Press.
 Ansel, Howard C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Jakarta :
UI
 Depkes RI. Formularium Nasional, Ed II. 1978.Jakarta.
 The Pharmaceutical Society of Great Britain. 1982. Martindale The Extra
Pharmacopoeia twenty eight edition. London : The Pharmaceutical Press.
 N.K.Jain, Advances in Controlled & Novel Drug Delivery, CBS Publication, &
distributor, New Delhi, pg No.219-223.
 Remington & Gennaro ; The Science & Practice Of Pharmacy. Mack Publication
Company. Easton, Pennsylvania. Pg. No. 1563-1567.

Anda mungkin juga menyukai