Disusun oleh :
Nama : Hanifah Ardilla Febryani
NPM : 2019000033
Kelas :A
A. Definisi
Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang
menyebabkan hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai
dengan gejala episodik berulang berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di
dada terutama pada malam hari dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel
baik dengan atau tanpa pengobatan (1).
Asma bersifat fluktuatif (hilang timbul) artinya dapat tenang tanpa gejala tidak
mengganggu aktifitas tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala ringan sampai berat
bahkan dapat menimbulkan kematian (1).
B. Manifestasi Klinik
Gejala klinik pada asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi (wheezing), batuk,
sebagian penderita mungkin mengalami nyeri dada. Pada serangan asma yang lebih
berat gejala-gejala yang timbul adalah sianosis, gangguan kesadaran, hiperventilasi
dada, tachycardia dan pernafasan dangkal. Gejala asma sering timbul pada waktu
malam hari dan pagi hari. Gejala yang ditimbulkan berupa batuk-batuk pada pagi hari,
siang hari dan malam hari, sesak nafas atau sulit bernafas, mengeluarkan bunyi pada
saat bernafas (mengi atau wheezing), rasa tertekan di dada dan gangguan tidur karena
batuk atau sesak napas. Gejala ini terjadi secara reversible dan episodic (berulang).
Gejala asma dapat diperburuk oleh keadaan lingkungan seperti berhadapan dengan
bulu binatang, uap kimia, perubahan temperature, debu, obat (aspirin, β-blocker),
olahraga berat, serbuk, infeksi sistem respirasi, asap rokok dan stress. Gejala asma
dapat menjadi lebih buruk dengan terjadinya komplikasi terhadap asma tersebut
sehingga bertambahnya gejala terhadap distress pernapasan yang biasa dikenal dengan
status asmaticus (1).
BAB II
ANALISIS RESEP ASMA
A. Resep Asma
RS Citra Arafiq
Jl. Perindustrian Raya No.53 Depok
021-22822800
R/ Ambroxol 35 mg
Salbutamol 1 mg
Mf pulv dtd no XV
S 3 dd tab I pc prn
2. Skrinning Farmasetik
No Kriteria Permasalahan Pengatasan Rekomendasi
1. Ketersediaan obat - Sesuai -
2. Bentuk sediaan - Sesuai -
3. Stabilitas obat - Sesuai -
4. Inkompatibilitas - Sesuai -
5. Cara pemberian - Sesuai -
6. Aturan pakai - Sesuai -
3. Skrinning Klinis
Kelengkapan Resep Ada Tidak
Alergi Obat √
Efek samping √
Interaksi obat √
Kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat) √
DRP √
C. Penjelasan Obat
1. Ceptik 200 mg (2,3,4)
a) Kandungan : Sefiksim
b) Perusahaan : Interbat
c) Golongan Obat : Keras
d) Dosis : Dewasa dan anak BB > 30 kg 50-100 mg 2 kali sehari
dapat ditingkatkan sampai 200 mg 2 kali sehari
e) Indikasi : Bronkitis akut dan eksaserbasi akut dari bronchitis
kronik
f) Kontraindikasi : Hipersensitif sefiksim
g) Efek samping : Syok, gangguan hematologi, gangguan gastrointestinal
h) Aturan pakai : 2 kali sehari satu kapsul
i) Harga (HNA) : 200 mg x 10 kapsul (Rp. 248.325,-)
2. Methylprednisolone (2,3,4)
a) Kandungan : Metil Prednisolon
b) Perusahaan : Dexa Medica (Generik)
c) Golongan Obat : Keras
d) Dosis : Oral 2-40 mg/hari
e) Indikasi : Supresi inflamasi dan gangguan alergi
f) Kontraindikasi : infeksi sistemik (kecuali kalau diberikan pengobatan
microbial spesifik), hindari pemberian vaksin virus hidup pada pemberian dosis
imunosupresif (respon serum antibody berkurang)
g) Efek samping : efek saluran cerna termasuk dyspepsia, tukak lambung
(dengan perforasi) dan abdominal destention
h) Aturan pakai : 2-40 mg sebagai dosis tunggal atau dosis terbagi
i) Harga (HNA) : 1 Dus isi 10 strip x 10 tablet (Rp. 63.500,-)
3. Ambroxol (2,3,4)
a) Kandungan : Ambroxol
b) Perusahaan : PT. First Medipharma (Generik)
c) Golongan Obat : Keras
d) Dosis : Dewasa dan anak diatas 12 tahun 1 tablet (30 mg)
e) Indikasi : sebagai sekretolitik pada gangguan saluran nafas akut
dan kronis khususnya pada eksaserbasi bronchitis kronis dan bronchitis asmatik
dan asma bronkial
f) Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap ambroxol
g) Efek samping : efek samping pada saluran cerna yang ringan
h) Aturan pakai : 2-3 kali sehari 1 tablet
i) Harga (HNA) : 1 Dus isi 10 strip x 10 tablet (Rp 26.000,-)
4. Salbutamol (2,3,4)
a) Kandungan : Salbutamol
b) Perusahaan : Indofarma (Generik)
c) Golongan Obat : Keras
d) Dosis : oral 4 mg (lansia &pasien yang sensitif dosis awal 2 mg)
e) Indikasi : asma dan kondisi lain yang berkaitan dengan obstruksi
saluran nafas yang reversible
f) Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap obat dan komponen obat
g) Efek samping : sakit kepala, agitasi, mual, pusing, gangguan tidur
h) Aturan pakai : 3-4 kali sehari
i) Harga (HNA) : 1 Dus isi 10 strip x 10 tablet (Rp 14.700,-)
D. Perhitungan Dosis
1. Ceptik
Kandungan : Sefiksim
Dosis dalam literature : Dewasa dan anak >30 kg dosis umum yang
direkomendasikan 50-100 mg oral dua kali sehari. Untuk
infeksi yang sulit disembuhkan, dosis ditingkatkan
sampai 200 mg dua kali sehari (IONI 2017 hal 456)
Dosis dalam resep : satu kali minum = 200 mg
Satu hari minum = 2 x 200 mg = 400 mg
Kesimpulan : dosis dalam resep sesuai dengan dosis lazim literature
2. Metyl prednisolone
Kandngan :Metil prednisolone
Dosis dalam literature : Dewasa oral umum 2-40 mg/hari (IONI 2008 hal 622)
Dosis dalam resep : satu kali minum = 4 mg
Satu hari minum = 4 mg x 3 = 12 mg/hari
Kesimpulan : dosis dalam resep sesuai dengan dosis lazim literature
3. Ambroxol
Kandungan : Ambroxol
Dosis dalam literature : Dewasa dan anak diatas 12 tahun 1 tablet (30 mg) 2-3
kali sehari. (IONI 2017 hal 261)
Satu kali pakai = 30 mg
Satu hari pakai = 2-3 x 30 mg = 60 – 90 mg
Dosis dalam resep : satu kali minum = 35 mg
Satu hari minum = 3 x 35 mg = 105 mg
Kesimpulan : dosis dalam resep lebih besar dibandingkan dengan
dosis lazim dalam literature.
4. Salbutamol
Kandungan : Salbutamol
Dosis dalam literature : Oral 4 mg (lansia dan pasien yang sensitive dosis awal
2 mg) 3-4 kali sehari dosis tunggal, maksimal 8 mg.
(IONI 2017 hal 217)
Dosis dalam resep : satu kali minum = 1 mg
Satu hari minum = 1 mg x 3 = 3 mg
Kesimpulan : dosis dalam resep lebih kecil dibandingkan dosis lazim
E. Perhitungan Bahan dan Harga
1. Perhitungan Bahan
a. Ceptik = 200 mg x 10 kapsul = 10 kapsul
b. Metyl prednisolone = 4 mg x 15 tablet = 15 tablet
35 𝑚𝑔
c. Ambroxol = 30 𝑚𝑔 x 1 tablet = 1,167 x 15 = 17,5 tablet ~ 18 tablet
1 𝑚𝑔
d. Salbutamol = 2 𝑚𝑔 x 1 tablet = 0,5 x 15 = 7,5 tablet ~ 8 tablet
2. Perhitungan HNA
a. Ceptik
Harga ceptik 200 mg x 10 kapsul = Rp. 248.325 (MIMS edisi 18 tahun 2018)
Ceptik diminta dalam resep 10 kapsul = Rp. 248.325
b. Metyl prednisolone
Harga 10 strip isi 10 tablet = Rp. 63.500
Harga pertablet = Rp. 635/tablet
c. Ambroxol
Harga 10 strip isi 10 tablet = Rp. 26.000
Harga pertablet = Rp. 260/tablet
d. Salbutamol
Harga 10 strip isi 10 tablet = Rp. 14.700
Harga pertablet = Rp. 147/tablet
3. Perhitungan HJA
HJA = HNA x 1,1 x 1,25
a. Ceptik : Rp. 248.325 x 1,1 x 1,25 =Rp. 341.446
b. Metyl Prednisolon : Rp. 635 x 1,1 x 1,25 =Rp. 873
c. Ambroxol : Rp. 260 x 1,1 x 1,25 =Rp. 358
d. Salbutamol : Rp. 147 x 1,1 x 1,25 =Rp. 202
e. Pembungkus pulv : Rp. 250 x 1,1 x 1,25 =Rp. 344
4. Perhitungan harga per resep
a. Ceptik
HJA 10 kapsul = Rp. 341.446
Jumlah yang diminta dalam resep 10 kapsul = Rp. 341.446
HJA + Biaya pelayanan = Rp. 341.446 + Rp. 1000 = Rp. 342.446
b. Metil prednisolone
Jumlah yang diminta dalam resep 15 kapsul = Rp.873 x 15 = Rp. 13.095
HJA + Biaya pelayanan = Rp. 13.095 + Rp. 1000 = Rp. 14.095
c. Ambroxol dan Salbutamol (pulv)
1) Ambroxol
Jumlah yang diminta 18 tablet = Rp.358 x 18 = Rp. 6.444
2) Salbutamol
Jumlah yang diminta 8 tablet = Rp. 202 x 8 = Rp. 1.616
3) Pembungkus pulveres
Jumlah yang diminta 15 pulv = Rp. 344 x 15 = Rp. 5.160 +
Rp. 13.220
Total HJA + Biaya pelayanan = Rp. 13.220 + Rp. 4000 = Rp. 17.220
Jadi, total harga resep:
Rp. 342.446 + Rp. 14.095 + Rp.17.220 = Rp. 373.761
F. Drug Related Problems
1. Dosis ambroxol yang diberikan dalam resep lebih besar dibandingkan dosis lazim
yang terdapat dalam literature, selain itu di pasaran ambroxol dengan kekuatan 35
mg tidak tersedia melainkan yang tersedia adalah ambroxol dengan kekuatan 30 mg
dan 60 mg, sehingga DRP yang terjadi adalah dosis terlalu tinggi.
Penyelesaian : Konsultasikan dengan dokter dan beritahukan sediaan yang tersedia
di pasaran adalah ambroxol 30 mg sehingga dapat menyarankan dokter untuk
mengubah menjadi ambroxol 30 mg.
2. Dosis salbutamol yang diberikan dalam resep lebih kecil dibandingkan dosis lazim
yang terdapat dalam literature, selain itu di pasaran hanya tersedia salbutamol
dengan kekuatan 2 mg dan 4 mg sedangkan pada resep dituliskan salbutamol 1 mg.
Dosis lazim salbutamol yang diberikan kepada pasien adalah 4 mg dengan
maksimal pemberian pada dosis tunggal maksimal 8 mg sedangkan dosis yang
diberikan pada resep adalah 1 mg dan perhari pemberian adalah 3 mg sehingga DRP
yang terjadi adalah dosis terlalu rendah.
Penyelesaian : Konsultasikan dengan dokter dan beritahukan sediaan yang tersedia
di pasaran adalah salbutamol 2 mg dan 4 mg selain itu dosis yang diberikan tidak
memenuhi rentang dosis lazim yang ada dalam literature sehingga dapat
menyarankan dokter untuk mengubah menjadi salbutamol 2 mg.
H. Etiket
FAHMI
2 kali sehari 1 tablet sesudah makan (Habiskan)
FAHMI
3 kali sehari 1 kapsul sesudah makan (bila perlu)
FAHMI
3 kali sehari 1 pulv sesudah makan (bila perlu)
1. KESIMPULAN
a. Resep dikatakan rasional apabila memenuhi kriteria ketepatan indikasi, pemilihan obat,
cara pemakaian, dosis obat dan penilaian terhadap kondisi pasien. Oleh karena itu,
sebagai penanggung jawab akhir keselamatan pasien, apoteker bertanggung jawab
melakukan langkah-langkah Pharmaceutical Care di fasilitas pelayanan kefarmasian
dengan cara melakukan identifikasi dan penindaklanjutan atas kondisi Drug Related
Problem aktual dan potensial sehingg mencapai outcome pengobatan yang optimal.
b. Resep untuk pasien termasuk resep tidak rasional setelah dilakukan pengkajian Drug
Related Problem.
2. SARAN
2. Depkes RI. 2018. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Edisi 18. Jakarta: UBM
Medica Asia.
3. Ikatan Apoteker Indonesia. 2019. Informasi Spesialite Obat Indonesia Vol 52. Jakarta:
Isfi Pernerbitan.