Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PRAKTIKUM COMPOUNDING & DISPENSING


SWAMEDIKASI WASIR

Disusun oleh:
1. Fannia Nabilla Ayu Mawarni 1920374196
2. Guruh Arief Wibowo 1920374197

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidalis.
Secara kasar hemoroid biasanya dibagi dalam 2 jenis, hemoroid interna dan hemoroid
eksterna. Hemoroid interna merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media.
Sedangkan hemoroid eksterna merupakan varises vena hemoroidalis inferior. Sesuai istilah
yang digunakan, maka hemoroid interna timbul di sebelah luar otot sfingter ani, dan
hemoroid eksterna timbul di sebelah dalam sfingter. Hemoroid timbul akibat kongesti vena
yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis. Kedua jenis hemoroid ini
sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk baik pria maupun wanita yang
berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat
menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman. Hemoroid adalah seikat pembuluh darah
di dalam dubur / pelepasan, hanya sebagian berada di bawah selaput bagian paling rendah
dari dubur / pelepasan. Hemoroid umum diderita oleh umur 50, sekitar separuh orang dewasa
berhadapan dengan yang menimbulkan rasa gatal, terbakar, pendarahan dan terasa
menyakitkan. Dalam banyak kesempatan kondisi boleh memerlukan hanya selfcare
perawatan sendiri dan lifestyle gaya hidup (Sjamsuhidayat, 2004).
Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang
meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon
menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang
disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid temporer yang berarti akan hilang beberapa
waktu setelah melahirkan.
Dari hasil penelitian yang dilakukan secara deskripsi retrospektif, pasien hemoroid di
jawa tenga dari bulan Januari 2004 sampai dengan November 2009 terdapat 1137 pasien.
Jumlah pasien terbanyak pada tahun 2007 sebanyak 310 pasien dengan jumlah tindakan
hemoroidektomi sebanyak 250. Sedangkan jumlah jumlah pasien paling sedikit pada tahun
2005 sebanyak 91 orang.
Dari total pasien hemoroid sebanyak 1137 orang dari tahun 2004-2009 terdapat 310
pasien pada tahun 2007 dan pasien yang dilakukan tindakan hemoroidektomi sebanyak 250
orang pada tahun 2007. Berdasarkan penelitian hemoroid interna diterapi sesuai dengan
gradenya, tetapi hemoroid eksterna selalu dengan operasi (Sjamsuhidayat, 2004).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Wasir (hemoroid) adalah pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di
daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat
lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsur berupa pembuluh darah, jaringan lunak
dan otot di sekitar anorektal (Felix, 2006).
Gangguan pada hemoroid terjadi ketika plexus vaskular membesar. Sehingga
pengertian hemoroid adalah dilatasi varikosus vena dari plexus hemorrhoidal inferior dan
superior (Dorland, 2002).
2.2 Etiologi
Menurut Villalba dan Abbas (2007), etiologi hemoroid sampai saat ini belum
diketahui secara pasti, beberapa faktor pendukung yang terlibat diantaranya adalah:
a. Penuaan
b. Kehamilan
c. Hereditas
d. Konstipasi atau diare kronik
e. Penggunaan toilet yang berlama-lama
f. Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama
g. Makanan (pedas , diet rendah serat)
h. Mengejan pada waktu defekasi
i. Batuk kronik
2.3 Patofisiologi
Patofisiologi haemoroid adalah akibat dari kongesti vena yang disebabkan oleh
gangguan venous rectum dan vena haemoroidalis.
Ditensi vena awalnya merupakan struktur yang normal pada daerah anus, karena
vena ini berfungsi sebagai katup yang dapat membantu menahan beban. Namun bila
distensi terus menerus akan terjadi gangguan vena berupa pelebaran-pelebaran
pembuluh darah vena. Distensi tersebut bisa disebabkan karena adanya sfingter anal
akibat konstipasi, kehamilan, tumor rectum, pembesaran prostate.
Penyakit hati kronik yang dihubungkan dengan hipertensi portal sering
mengakibatkan hemoroid karena vena haemoroidalis superior mengalirkan darah
kedalam sistem portal. Selain itu portal tidak memiliki katub sehingga mudah terjadi
aliran balik. Fibroma uteri juga bisa menyebabkan tekanan intra abdominal sehingga
tekanan vena portal dan vena sistemik meningkat kemudian ditransmisi daerah
anarektal.
Aliran balik dan nyeri dan perdarahan adalah dua gejala utama dari hemoroid.
Data yang perlu dikumpulkan meliputi hal-hal berikut:
1. Nyeri
a. Terjadi : dengan defekasi, duduk atau berjalan
b. Karakteristik : terus menerus atau berjangka waktu, tajam atau berdenyut
2. Perdarahan : ada atau tidak, jumlah warna (merah segar atau merah tua)
3. Kotoran : konsitansi (kerasnya), terdapat goresan darah atau nanah
Perdarahan biasanya berwarna merah segar karena tempat perdarahan yang
dekat. Hemoroid interna seringkali berdarah waktu defekasi, sedangkan hemoroid
eksterna jarang berdarah. Perdarahan rektal tidak boleh keliru dengan perdarahan
menstruasi pada wanita.
Terjadinya perdarahan sewaktu defekasi mengakibatkan trombosis. Strangulasi
prolapsus terjadi karena adanya bendungan pada vena yang mengakibatkan suplai darah
terhalang. Hal itu dapat menjadi indikasi dilakukannya Hemoroidektomi.
Karena operasinya sering dianggap sebagai operasi kecil mungkin terdapat
kecenderungan untuk meminimalkan pembedahan anorektal. Pada kenyataannya,
pembedahan ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan seperti pada banyak
pembedahan yang besar. Rasa nyeri yang merupakan akibat spasme rektal, dapat
menghambat buang air kecil dan defekasi. Pasien menyatakan kekhawatirannya tentang
pengeluaran feses pertama, yang dapat terasa tidak menyenangkan. Rasa nyeri dapat
diminimalkan dengan penggunaan analgetik, sitbath, dan pelembek feses.
Selama 12 jam pertama setelah pembedahan, perdarahan merupakan hal yang
mungkin terjadi. Darah dapat terkumpul di dalam lubang anal dan tidak dikeluarkan,
untuk itu, tanda-tanda lain dari perdarahan harus dimonitor (tanda-tanda vital, tidak
dapat istirahat, haus). Pada periode ini sitbath 12 dihindarkan, karena penghangatan
akan menambah perdarahan lebih lanjut dengan melebarkan pembuluh darah.
peningkatan tekanan vena tersebut di atas yang berulang-ulang akan mendorong vena
terpisah dari otot sekitarnya sehingga vena prolap dan menjadi hemoroid.
2.4 Manifestasi Klinik
Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat
mengeluh hal-hal seperti berikut :
1. Pendarahan
Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni : darah segar menetes
setelah buang air besar (BAB), biasanya tanpa disertai nyeri dan gatal di anus.
Pendarahan dapat juga timbul di luar waktu BAB, misalnya pada orang tua.
Pendarahan ini berwarna merah segar.
2. Benjolan
Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi spontan atau
manual merupakan cirri khas/ karakteristik hemoroid.
3. Nyeri dan rasa tidak nyaman
Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis (sumbatan komponen darah di
bawah anus), benjolan keluar anus, polip rectum, skin tag.
4. Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus
Akibat penegluaran cairan dari selaput lender anus disertai perdarahan
merupakan tanda hemoroid interna, yang sering mengotori pakaian dalam bahkan
dapat menyebabkan pembengkakan kulit.
2.5 Klasifikasi
Hemoroid terjadi karena adanya gangguaan aliran balik dari vena hemoroidalis,
apabila pelebaran terjadi diplexus hemoroidalis superior. Hemoroid digolongkan menjadi
hemoroid interna dan eksterna.
1. Hemoroid interna
Hemoroid interna adalah pembengkakan vena pada pleksus hemoroidalis
superior, di atas linea dentate dan tertutup oleh mukosa. Hemoroid interna dibagi
menjadi 4 derajat :
a. Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mukosa tidak melalui anus dan
hanya dapat ditemukan dengan proktoskopi.
b. Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat
defekasi, tapi setelah defekasi selesai tonjolan tersebut dapat masuk dengan
sendirinya.
c. Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya
tetapi harus di dorong.
d. Derajat IV
Hemoroid yang terjepit di luar, dapat mengalami iritasi, inflamasi, oedem dan
ulserasi.
Hemoroid eksterna adalah terjadinya varises pada pleksus hemorodialis
inferior di bawah linea dentate dan tertutup oleh kulit. Hemoroid ini diklasifikasikan
sebagai:
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruaan pada pinggir anus dan
sebenarnya adalah hematom. Tanda dan gejala yang sering timbul adalah :
 Sering rasa sakit dan nyeri
 Rasa gatal pada daerah hemoroid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung-ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor sakit .
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik terdiri atas satu lipatan atau lebih dari kulit anus yang
berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah (Mansjoer,2000).
2.6 Diagnosis
Diagnosis hemoroid dapat dilakukan dengan melakukan:
1. Anamnesis
Pada anamnesis biasanya didapati bahwa pasien menemukan adanya darah
segar pada saat buang air besar. Selain itu pasien juga akan mengeluhkan adanya
gatal-gatal pada daerah anus. Pada derajat II hemoroid interna pasien akan merasakan
adanya masa pada anus dan hal ini membuatnya tak nyaman. Pasien akan
mengeluhkan nyeri pada hemoroid derajat IV yang telah mengalami trombosis
(Canan, 2002).
Perdarahan yang disertai dengan nyeri dapat mengindikasikan adanya
trombosis hemoroid eksternal, dengan ulserasi thrombus pada kulit. Hemoroid interna
biasanya timbul gejala hanya ketika mengalami prolapsus sehingga terjadi ulserasi,
perdarahan, atau trombosis. Hemoroid eksternal bisa jadi tanpa gejala atau dapat
ditandai dengan rasa tak nyaman, nyeri akut, atau perdarahan akibat ulserasi dan
trombosis.
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan adanya pembengkakan vena yang
mengindikasikan hemoroid eksternal atau hemoroid interna yang mengalami prolaps.
Hemoroid interna derajat I dan II biasanya tidak dapat terlihat dari luar dan cukup
sulit membedakannya dengan lipatan mukosa melalui pemeriksaan rektal kecuali
hemoroid tersebut telah mengalami trombosis (Canan, 2002).
Daerah perianal juga diinspeksi untuk melihat ada atau tidaknya fisura, fistula,
polip, atau tumor. Selain itu ukuran, perdarahan, dan tingkat keparahan inflamasi juga
harus dinilai (Nisar dan Scholefield, 2003).
3. Pemeriksaan penunjang
Anal canal dan rektum diperiksa dengan menggunakan anoskopi dan
sigmoidoskopi. Anoskopi dilakukan untuk menilai mukosa rektal dan mengevaluasi
tingkat pembesaran hemoroid (Halverson, 2007). Side-viewing pada anoskopi
merupakan instrumen yang optimal dan tepat untuk mengevaluasi hemoroid. Allonso-
Coello dan Castillejo (2003) dalam Kaidar-Person, Person, dan Wexner (2007)
menyatakan bahwa ketika dibandingkan dengan sigmodoskopi fleksibel, anoskopi
mendeteksi dengan presentasi lebih tinggi terhadap lesi di daerah anorektal.
Gejala hemoroid biasanya bersamaan dengan inflamasi pada anal canal dengan
derajat berbeda. Dengan menggunakan sigmoidoskopi, anus dan rektum dapat
dievaluasi untuk kondisi lain sebagai diagnosa banding untuk perdarahan rektal dan
rasa tak nyaman seperti pada fisura anal dan fistula, kolitis, polip rektal, dan kanker.
Pemeriksaan dengan menggunakan barium enema X-ray atau kolonoskopi harus
dilakukan pada pasien dengan perdarahan menetap setelah dilakukan pengobatan
terhadap hemoroid (Canan, 2002).
2.7 Pencegahan
Menurut Nagie (2007), pencegahan hemoroid dapat dilakukan dengan:
1. Konsumsi serat 25-30 gram sehari. Makanan tinggi serat seperti buah-buahan, sayur-
mayur, dan kacang-kacangan menyebabkan feses menyerap air di kolon. Hal ini
membuat feses lebih lembek dan besar, sehingga mengurangi proses mengedan dan
tekanan pada vena anus.
2. Minum air sebanyak 6-8 gelas sehari.
3. Mengubah kebiasaan buang air besar. Segera ke kamar mandi saat merasa akan
buang air besar, jangan ditahan karena akan memperkeras feses, dan hindari
mengedan.
2.8 Terapi Farmakologi
Pengobatan farmakologis non spesifik meliputi laksatif, analgesik, antiinflamasi
dan obat-obatan topikal (mengandung anatesi local dan steroid). Sementara obat-obatan
spesifik untuk hemoroid (agen phlebotropik) yang ada saat ini adalah flavonoid,
mencakup micronised diosmin dan hesperidin dan hidrosomin. Obat-obatan ini secara
signifikan menurunkan gejala dan mencegah terjadinya rekurensi. Bahkan sebuah studi
menemukan, pemberian diosmin dan hesperidin sama efektif dengan rubber band
ligation, dengan efek samping yang lebih kecil.
1. Laksatif: laksatif dalam bentuk serat dapat membantu mengurangi gejala hemoroid,
terutama perdarahan.
2. Diosmin-Hesperidin
Obat ini mengakibatkan kontraksi vena, menurunkan ekstravasasi dari kapiler dan
menghambat reaksi inflamasi terhadap prostaglandin terhadap prostaglandin (PGE2,
PGF2). Detailnya, diosmin-hesperidin dengan tepat bisa memerangi secara simultan
semua aspek patologik dari penyakit pembuluh darah, hympatic dan mikrrosirkulasi.
3. Kombinasi Bismuth
Kombinasi bismuth subgallate, bismuth recorsin, bismuth subiodide dan Zn oxide
bisa meredakan gejala hemoroid eksterna dan interna tanpa komplikasi & fisura.
Kombinasi obat ini juga bisa ditambahkan dengan suatu
kortikosteroid (hidrokortison), yang menguragi gatal, bengkak dan kemerahan pada
inflamasi.
4. Polidokanol
Polidokanol merupakan sclerosing agent yang efektif. Obat ini mengandung
95% hydroxypolyetboxydodecane dan 5% ethyl alcohohol. Polidokanol juga dikenal
sebagai obat yang memiliki risiko komplikasi yang rendah.
5. Asam Tranexamik
Asam tranexamik adalah salah satu agen hermostatik yang dapat menghentikan
perdarahan dan mencegah perdarahan ulang. Mekanisme kerja obat ini adalah
menghambat konversi plasminogen menjadi plasmin yang mencegah lisis klot
darah, meningkatkan sistim kolagen dan menstabilkan klot darah.
6. Astrigents
Astrigents menyebabkan koagulasi protein dalam sel kulit perianal atau lapisan
kanal anal. Hal ini menyebabkan kulit kering, yang pada akhirnya membantu
mengurangi rasa terbakar, gatal dan sakit. Astrigents meliputi:
a. Calamine 5-25%
b. Zinc oxide 5-25%
c. Witch hazel 10-50%
7. Anlgesik
Produk-produk analgesik, seperti produk anatesi, menguragi rasa sakit, gatal dan
terbakar dengan menekan reseptor dari saraf rasa sakit.

Contoh obat:
Superhoid Suppositoria

 Kandungan:
Tiap suppositoria mengandung benzocaine 1%, Zn oxide 2%, alucol 0.25% dalam massa
hidrofil
 Indikasi:
Digunakan sebagai analgesik untuk hemoroid (wasir) interna dan eksterna, fisura ani,
proktitis.
 Efek samping:
Dermatitis kontak.
 Dosis:
1 suppositoria 1 kali perhari. Terapi untuk kondisi kronik pada awal diberikan 1
suppositoria 2-3 kali perhari
 Penyimpanan:
Simpan pada suhu 5-150 C
 Peringatan khusus:
Suppositoria ini digunakan setelah buang air besar. Bila terjadi ruam, urtikaria, edema
atau berbagai bentuk alergi, hentikan pengobatan
 Cara pemakaian:
1. Cuci tangan terlebih dahulu hingga bersih dengan air dan sabun. 2. Buka semua
kemasan aluminium foil dan plastiknya. 3. Baringkan tubuh (posisi tidur) dengan posisi
miring. Tekuk salah satu kaki (seperti posisi memeluk bantal guling). 4. Celupkan obat
(suppos) pada bagian ujung lancipnya ke dalam air, kemudian obat (ujung lancip terlebih
dahulu) dimasukkan dan didorong ke dalam lubang anus/dubur/pantat hingga suppos
tidak keluar lagi. 5. Setelah obat masuk, rapatkan kaki dan biarkan posisi dalam keadaan
tidur/telentang selama 5 menit. 6. Setelah selesai bersihkan tangan dari kemungkinan
menempelnya obat.
Ambeven

 Kandungan:
Graptopyllum pictum - folia 30%
Sophora japonica - flos 15%
Rubia cordifolia - radix 15%
Coleus artropurpureus - folia 10%
Sanguisorba officinalis - radix 10%
Kaempferia angustifolia - rhizoma 10%
Curcuma heyneana - rhizoma 10%
 Indikasi:
Membantu meringankan gejala wasir
 Efek samping:
Penelitian toksisitas juga memperlihatkan bahwa jamu tradisional ini aman tanpa
menimbulkan efek samping yang mengganggu walaupun digunakan untuk jangka
panjang.
 Dosis:
2 kapsul 3 kali sehari
 Penyimpanan:
Simpan di tempat sejuk dan kering
Ardium
 Kandungan:
Ekstrak citrus sinensis pericarpum setara dengan diosmin 90% dan hesperidin.
Mikronisasi flavonoid.
 Indikasi:
Hemoroid (wasir) dan nyeri tungkai
 Dosis:
Sehari 2 tablet, saat makan
 Peringatan:
Wanita hamil dan menyusui, pendarahan
 Kontra indikasi:
Hipersensitif
BAB III
STUDI KASUS

3.1 Kasus
Seorang bapak pergi ke apotek untuk membelikan obat anaknya yang berumur 5 tahun
dengan keluhan ketika buang air besar sakit, ada benjolan kecil di dubur. Sebelumnya
belum pernah mengalami penyakit ini, tidak memiliki penyakit lain, dan tidak memiliki
alergi.
3.2 Subjek
Ketika buang air besar sakit, ada benjolan kecil di dubur
3.3 Plan
Superhoid Supp
 Kandungan:
Tiap suppositoria mengandung benzocaine 1%, Zn oxide 2%, alucol 0.25% dalam massa
hidrofil
 Indikasi:
Digunakan sebagai analgesik untuk hemoroid (wasir) interna dan eksterna, fisura ani,
proktitis.
 Efek samping:
Dermatitis kontak.
 Dosis:
1 suppositoria 1 kali perhari. Terapi untuk kondisi kronik pada awal diberikan 1
suppositoria 2-3 kali perhari
 Penyimpanan:
Simpan pada suhu 5-150 C
BAB IV
SOSIODRAMA

Apoteker : Fannia
Bapak pasien : Guruh

Apoteker : “Selamat pagi pak, ada yang bisa saya bantu?”


Bapak pasien : “Iya selamat pagi mbak, saya mau cari obat untuk anak saya.”
Apoteker : “Oh iya silahkan duduk dulu, perkenalkan saya Fannia apoteker di apotek ini.
Maaf sebelumnya pak boleh saya minta waktunya sebentar, terkait pengisian
identitas untuk arsip di apotek?”
Bapak pasien : “Iya mbak boleh.”
Apoteker : “Baik pak, anak bapak namanya siapa ya?”
Bapak pasien : “Anak saya namanya Arif mbak.”
Apoteker : “Usianya berapa ya pak?”
Bapak pasien : “Usianya 5 tahun mbak.”
Apoteker : “Alamat rumahnya dimana pak?”
Bapak pasien : “Jl. Letjen Sutoyo No.10.”
Apoteker : “Nomor telepon yang bisa dihubungi pak?”
Bapak pasien : “081999888777.”
Apoteker : “Baik pak kalau boleh tahu, keluhan yang dirasakan anak bapak seperti apa
ya?”
Bapak pasien : “Begini mbak, anak saya tiap buang air besar merasa sakit dan ternyata ada
benjolan kecil di duburnya. Sebelumnya anak saya belum pernah mengalami
sakit ini.”
Apoteker : “Apakah pada saat buang air besar terdapat darah yang keluar pak?”
Bapak pasien : “Tidak mbak”
Apoteker : “Lalu untuk benjolan kecil didubur anak bapak apakah keluar dari dubur
pada saat buang air besar dan masuk kembali kedalam dubur secara spontan
atau harus ditekan benjolannya agar masuk ke dubur pak?”
Bapak pasien : “Benjolannya itu hanya muncul saat anak saya buang air besar saja mbak dan
masuk kembali secara spontan setelah buang air besar.”
Apoteker : “Oh begitu ya pak, apakah bapak sudah memeriksakan anak bapak ke
dokter?”
Bapak pasien : “Belum mbak.”
Apoteker : “Apakah anak bapak memiliki alergi terhadap obat?”
Bapak pasien : “Saya rasa ga ada mbak.”
Apoteker : “Jadi begini pak, anak bapak sedang mengalami wasir atau ambeien.”
Bapak pasien : “Apa? Kok bisa sih mbak? Padahal anak saya masih umur 5 tahun.”
Apoteker : “Maaf sebelumnya apakah anak bapak sering makan-makanan yang berserat
seperti sayur-sayuran dan buah-buahan?”
Bapak pasien : “Anak saya itu tidak suka makan sayur-sayuran mbak kalau buah-buahan
hanya kadang-kadang saja dia mau.”
Apoteker : “Oh begitu ya pak, jadi sepertinya anak bapak bisa mengalami wasir karena
jarang mengkonsumsi makanan berserat seperti sayur dan buah-buahan yang
menyebabkan anak bapak susah buang air besar sehingga pada saat buang air
besar harus mengejan dan karena selalu mengejan saat buang air besar ini
yang meyebabkan benjolan kecil didubur.”
Bapak pasien : “Owalah saya ga nyangka penyebabnya itu mbak.”
Apoteker : “Iya pak, mohon ditunggu sebentar ya pak, saya ambilkan dulu obatnya
(berjalan mengambil obat).
Apoteker : “Ini ya pak obatnya Superhoid”
Bapak pasien : “Itu bentuknya apa ya mbak?”
Apoteker : “Ini bentuknya suppositoria pak.”
Bapak pasien : “Cara menggunakannya bagaimana ya mbak?”
Apoteker : “Cara penggunaannya begini pak, obat ini digunakan pada dubur, sehari
sekali 1 suppo setelah buang air besar. Untuk cara penggunaan obat ini:
 Sebelumnya cuci tangan terlebih dahulu sebelum membuka kemasan
 Buka kemasan alumunium foil dan plastiknya
 Jika suppositoria terlalu lunak sebaiknya didinginkan dulu dalam kondisi
masih dalam kemasan (masukkan dalam lemari pendingin/termos
pendingin) kemudian setelah agak keras keluarkan dari kemasannya.
 Tekuk salah satu kaki (seperti posisi memeluk guling)
 Celupkan suppo pada bagian ujung lancipnya ke dalam air
 Bagian obat yang lancip dimasukkan dan didorong ke dalam lubang
anus/dubur hingga suppo tidak keluar lagi
 Setelah obat masuk, rapatkan kaki dan biarkan posisi dalam keadaan
tidur/telentang selama 5 menit
 Setelah selesai kemudian cuci tangan
Usahakan tidak melakukan buang air besar selama 1 jam. Untuk efeknya akan
terasa setelah 20-60 menit setelah penggunaan ya pak.
Bapak pasien : “Baik mbak.”
Apoteker : “Bagaimana pak, apakah ada yang ingin ditanyakan?”
Bapak pasien : “Tidak mbak”
Apoteker : “Maaf pak jika berkenan, bisa diulang terkait cara penggunaannya?”
Bapak pasien : “Baik mbaik, jadi obat ini digunakan melalui dubur sehari sekali 1 suppo.
Caranya penggunaannya:
 Sebelumnya cuci tangan terlebih dahulu sebelum membuka kemasan
 Buka kemasan alumunium foil dan plastiknya
 Jika suppositoria terlalu lunak sebaiknya didinginkan dulu dalam kondisi
masih dalam kemasan (masukkan dalam lemari pendingin/termos
pendingin) kemudian setelah agak keras keluarkan dari kemasannya.
 Tekuk salah satu kaki (seperti posisi memeluk guling)
 Celupkan suppo pada bagian ujung lancipnya ke dalam air
 Bagian obat yang lancip dimasukkan dan didorong ke dalam lubang
anus/dubur hingga suppo tidak keluar lagi
 Setelah obat masuk, rapatkan kaki dan biarkan posisi dalam keadaan
tidur/telentang selama 5 menit
 Setelah selesai kemudian cuci tangan
 Diusahakan tidak melakukan buang air besar selama 1 jam

Apoteker : “Jika anak bapak sudah bisa BAB dengan lancar tanpa rasa sakit dan
benjolan kecil didubur kempes maka sebaiknya obat ini dihentikan jangan
digunakan untuk jangka panjang. Tetapi kalau misalnya sesudah menggunakan
obat ini anak bapak masih merasa sakit saat BAB dan masih ada benjolan
diduburnya, maka segera periksakan ke dokter.”
Bapak pasien : “Baik mbak.”
Apoteker : “Bapak di rumah ada kulkas?”
Bapak pasien : “Ada mbak”
Apoteker : “Obat ini disimpan dalam kulkas ya pak dan hindarkan dari jangkauan anak-
anak.”
Bapak pasien : “Iya mbak”
Apoteker : “Saya sarankan anak bapak banyak mengkonsumsi air putih, buah dan
sayuran ya pak. Terus jangan sering menahan buang air besar agar fesesnya
tidak keras dan lebih baik jika buang air besar hindari mengedan.”
Bapak pasien : “Iya mbak”
Apoteker : “Untuk obatnya ini harganya Rp 25.000,00 ya pak, silahkan bayar di kasir.”
Bapak pasien : “Baik mbak, terima kasih ya.”
Apoteker : “Iya sama-sama pak, semoga anaknya lekas sembuh.”

DAFTAR PUSTAKA

Canan, A, 2002. Hemorrhoids and Other Anorectal Disorders.Manual ofGastroenterology:


Diagnosis and Therapy. 3rd ed. USA: Lippincott Williams& Wilkins
Dorland, W.A. Newman, 2002, KamusKedokteran Dorland, alihbahasaHuriwatiHartanto,
dkk., edisi 29, ECG, Jakarta.
Felix, M.L. 2006. Current Therapy in Emergency Medicine. Toronto : BC. Becker Inc. 613-
615.
Halverson, A., 2007. Hemorrhoids. Clin Colon Rectal surgery 20 (2): 77-84.
Kaidar-person O, Person B, and Wexner SD. Hemorrhoidal disease: A comprehensive review.
American Collage of Surgeon 2007; 204 (1): 102-117.
Lumenta, N.A, Dr., dkk. 2006. Kenali Jenis Penyakit dan Cara penyembuhannya: Manajemen
Hidup Sehat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Mansjoer, A (2000) Kapita Selekta Kedokteran jilid I. Jakarta: Media Aesculapius.
Nagie, D 2007. What You Need to Know about Hemorrhoids…but were too Embarrassed to
Ask, Beth Israel Deaconess Medical Center. Available from:
http://www.BottomLineSecrets.com.
Nisar PJ, Scholefield JH (2003). Managing haemorrhoids. British Medical Journal, 327; 847-
51.
Sjamsuhidajat, R & Wim, de Jong (ed). 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai