Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mengeluarkan keringat merupakan cara yang alami untuk mendinginkan
tubuh. Dengan berkeringat maka akan terbentuk lingkungan yang sempurna bagi
pertumbuhan bakteri karena bakteri berkembang dengan baik di lingkungan panas
dan lembab seperti ketiak manusia. Pada dasarnya, keringat hanya terdiri dari air
dan garam, sehingga tidak mempunyai bau yang istimewa. Bau dari badan
sebenarnya disebabkan oleh bakteri yang menguraikan keringat dengan
melepaskan asam 3-methyl-2-hexenoic, yang mempunyai bau yang sangat kuat.

Deodorant digunakan pada tubuh untuk mengurangi bau badan yang


disebabkan oleh bakteri pengurai keringat. Food Drug Administration (FDA)
menggolongkan dan mengatur deodorant sebagai Kosmetik OTC (Over-The-
Counter). Sedangkan antiperspirant adalah bahan astringent yang digunakan pada
kulit untuk mengurangi keringat. Di Amerika(FDA), antiperspirant dikategorikan
sebagai obat sebab cara kerjanya mempengaruhi fungsi tubuh yaitu kelenjar
keringat. Antiperspirants biasanya dipakai pada ketiak, sementara deodorant dapat
juga digunakan pada kaki dan daerah lain dalam bentuk semprot tapi seiring
dengan perkembangan jaman, saat ini antiperspirant juga digunakan pada kaki
untuk mengurangi keringat berlebih di daerah kaki.1

Umumnya, Deodoran mengandung antiseptik yang menekan pertumbuhan


bakteri, sedangkan antiperspirant mengandung bahan yang dapat mengurangi
keringat yang keluar. Sekarang tersedia banyak produk yang sekaligus
mengandung deodorant dan antiperspirant. Selain itu terdapat pula berbagai
macam pilihan aroma wangi dari masing-masing deodorant dan antiperspirant
yang mampu menjadikan kita lebih semakin percaya diri. Hal yang perlu
diperhatikan adalah memilih produk yang cocok dan aman bagi kulit.2

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam


makalah ini adalah: Bagaimana Formulasiyang paling baik untuk sediaankosmetik

1
deodoran-antiperspiran. Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
antara lain dapat memberikan gambaran dan perbandingan dari formulasi yang
dapat digunakan untuk membuat sediaan kosmetik deodoran-antiperspirant dari
berbagai sumber jurnal penelitian dan literatur yang digunakan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Perbandingan Formulasi untuk sediaan kosmetik dari
deodorant-antiperspiran?
2. Bagaimana Formulasi yang paling baik untuk sediaan kosmetik
deodoran-antiperspiran?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui hasil perbandingan formulasi untuk sediaan kosmetik


dari deodoran-antiperspirant.
2. Mengetahui formulasi yang paling baik untuk sediaan kosmetik
deodoran-antiperspirant.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Kulit


Kulit merupakan suatu kelenjar holokrin yang cukup besar dan seperti
jaringan tubuh lainnya, kulit juga bernafas (respirasi), menyerap oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida. Kulit menyerap oksigen yang diambil lebih
banyak dari aliran darah, begitu pula dalam pengeluaran karbondioksida yang
lebih banyak dikeluarkan melalui aliran darah. Kecepatan penyerapan oksigen ke
dalam kulit dan pengeluaran karbondioksida dari kulit tergantung pada banyak
faktor di dalam maupun di luar kulit, seperti temperatur udara atau suhu,
komposisi gas di sekitar kulit, kelembaban udara, kecepatan aliran darah ke kulit,
tekanan gas didalam darah kulit, penyakit penyakit kulit, usia, keadaan vitamin
dan hormon di kulit, perubahan dalam metabolisme sel kulit dan pemakaian bahan
kimia pada kulit.

Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari berbagai macam


gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah
mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus
(keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah mati), respirasi dan
pengaturan suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta pembentukan pigmen
melanin untuk melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet matahari.

Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : kulit ari (epidermis), sebagai
lapisan yang paling luar, kulit jangat (dermis, korium atau kutis) dan jaringan
penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis).
Sebagai gambaran, penampang lintang dan visualisasi struktur lapisan kulit
tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

3
2.1.1. Kulit Ari (epidermis)
Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik untuk
diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai pada bagian
epidermis. Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :
a. Lapisan tanduk (stratum corneum), merupakan lapisan epidermis yang paling
atas, dan menutupi semua lapisan epiderma lebih ke dalam. Lapisan tanduk
terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami
proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air.
b. Lapisan bening (stratum lucidum) disebut juga lapisan barrier, terletak tepat
di bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk
dengan lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih
yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar
(tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan
telapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening.
c. Lapisan berbutir (stratum granulosum) tersusun oleh sel-sel keratinosit
berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya,
berbutir kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini tampak paling jelas pada
kulit telapak tangan dan telapak kaki.
d. Lapisan bertaju (stratum spinosum) disebut juga lapisan malphigi terdiri atas
sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan
protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan, maka
seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang
terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun menjadi
beberapa baris.

4
e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale) merupakan
lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder)
dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis.

2.1.2. Kulit Jangat (dermis)


Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat
keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjarkelenjar palit atau kelenjar
minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut
(muskulus arektor pili).

Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat, memungkinkan


membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masing-masing saraf perasa memiliki
fungsi tertentu, seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan,
tekanan, panas, dan dingin.

Kelenjar keringat menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke


permukaan kulit melalui pori-pori kulit. Di permukaan kulit, minyak dan keringat
membentuk lapisan pelindung yang disebut acid mantel atau sawar asam dengan
nilai pH sekitar 5,5. sawar asam merupakan penghalang alami yang efektif dalam
menangkal berkembang biaknya jamur, bakteri dan berbagai jasad renik lainnya di
permukaan kulit. Keberadaan dan keseimbangan nilai pH, perlu terus-menerus
dipertahankan dan dijaga agar jangan sampai menghilang oleh pemakaian
kosmetika. Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastic yang
dapat membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat protein ini
yang disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga jaringan penunjang,
karena fungsinya dalam membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga
kekeringan dan kelenturan kulit.

Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu kelenjar
keringat dan kelenjar palit.
a. Kelenjar keringat

5
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu
saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk
pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat
dan lebih banyak terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening
dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu
membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama
dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu.
Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :
1) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan
jernih, yaitu keringat yang mengandung 95 97 persen air dan
mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida,
granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolism seluler.
Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak
tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh
badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu
24 jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing,
bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsung pada permukaan
kulit yang tidak ada rambutnya.
2) Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak,
puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar dubur
(anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna keputih-
putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar ini mudah
rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya
berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel
rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan
hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar
apokrin mulai aktif setelah usia akil baligh dan aktivitas kelenjar ini
dipengaruhi oleh hormon.

b. Kelenjar palit
Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan
kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke

6
dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang
meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk
sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki,
kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka.

2.1.3. Jaringan penyambung (jaringan ikat) bawah kulit (hipodermis)


Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan
limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang
dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat
bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ
tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan.

2.2. Kosmetik
Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias.
Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari
bahan-bahan alami yang terdapat di alam sekitar. Sekarang kosmetik tidak hanya
dari bahan alami tetapi juga dari bahan sintetis untuk maksud meningkatkan
kecantikan.

Menurut peraturan kepala BPOM Republik Indonesia


No.HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011, kosmetika adalah bahan atau sediaan
yangdimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,
rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian luar), atau gigi dan membran
mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah
penampilan, dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara
tubuh pada kondisi baik.

Penggolongan kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI,


kosmetik dibagi kedalam 13 kelompok:

1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dll.


2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, dll.
3. Preparat untuk mata, misalnya maskara, eye-shadow, dll.
4. Preparat wangi-wangian, misalnya parfum, dll.
5. Preparat untuk rambut, misalnya sampo, hair spray, dll.
6. Preparat pewarna rambut, cat rambut, dll

7
7. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstick, dll.
8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gig, mouth washes, dll.
9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodoran, antiperspiran, dll.
10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dll.
11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dll.
12. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dll
13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation, dll.

2.3. Kosmetik Kebersihan Badan


Kebersihan badan (personal hygene) adalah suatu tindakan
untukmemelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik
danpsikis. Seseorang akan mempunyai kepercayaandiri yang lebih tinggi bila
badannya berbau harum dan menyegarkan.

Setiap hari badan dibersihkan dengan frekuensi tidak terbatas


sesuaikebutuhan. Kosmetika pembersihan dan perawatan badan sehari-hari
seperti; bodyshampoo/sabun, body lotion, body talk, serta deodoran antiperspiran
(lotion,spray, stick, talk dan lain-lain). Membuat badan (kulit, rambut,dan gigi)
bersih merupakan tujuan utama pemakaian kosmetik. Meskipun
badanmengusahakan pembersihan dirinya sendiri, misalya dengan penggantian
sel-sellapisan tanduk dan penggantian rambut tua dengan rambut baru, itu belum
cukup,terutama bagi manusia modern yang menuntut kebersihan yang lebih baik.
Bahanpembersih yang paling umum digunakan adalah air. Pembersih dengan air
ataubahan dasar air mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannyaadalah air dapat melunakkan lapisan tanduk sehingga mudah
dibersihkan, tidaktoksik, tidak menimbulkan efek samping, mudah didapat dan
murah harganya.

Tetapi dari sudut kosmetik modern, air memiliki kekurangan, tidak


mempunyaidaya pembasah yang kuat karena ditolak oleh keratin dan sebum yang
sedikitmenyerap air, tidak dapat membersihkan seluruh kotoran yang melekat
pada kulit,tidak membersihkan jasad renik pada permukaan kulit, bukan
merupakan pembersih kulit yang baik dan sukar mencapai lekuk dan pori kulit
dan kurangefektif mencegah bau badan.

8
Kosmetik paling tua yang dikenal sebagai pembersih badan dan
pengharum kulit adalah sabun. Sabun bukan pembersih yang ideal dan tidak
dapatmencegah bau badan. Pertama, sabun tidak dapat mencegah terbentuknya
keringatdan pertumbuhan flora normal kulit. Kedua, sabun cenderung
mengendapkan ionK+ dan Mg2+ yang kadang terdapat di dalam air (disebut
sebagai air berat) yangakan mengurangi daya pembersih sabun. Ketiga, sabun
terdiri atas substansialkalis kuat (NaOH dan KOH) dan asam lemak (asam lemak
jenuh dan tidakjenuh), yang dapat mengiritasi kulit. Deodoran dalam sabun mulai
dipergunakansejak tahun 1950, namun oleh karena efek sampingnya,
penggunaannya dibatasi.Sabun digunakan untuk membersihkan kotoran pada kulit
baik berupa kotoranyang larut dalam air maupunkotoran yang larut dalam lemak.

Deodoran merupakan jawaban atas kebutuhan tersebut, karena dapat


mencegah dan menghilangkan bau badan dengan cara menghambat
dekomposisiatau penguraian keringat oleh bakteri. Bau badan biasanya
berhubungan erat dengan peningkatan keluarnya keringat (perspirasi) baik
kelenjar keringat ekrin maupun apokrin, maka antiperspiran yang menekan
perspirasi kulit, dibutuhkan untuk melengkapi kosmetik ini.

2.4. Deodoran dan Antiperspirant


Bentuk sediaan deodoran antiperspiran dapat berupa bedak, cairan atau
losio, krim, stick, spray atau aerosol. Dermatitis akibat deodoran antiperspiran
biasanya disebabkan oleh senyawa-senyawa aluminium, antiseptik, dan zat
pewangi. Iritasi ini dapat berkurang jika penggunaan dikurangi, iritasi terjadi
karena pH yang rendah, kandungan klorida yang tinggi dan adanya pelarut
alkohol dalam sediaan. Reaksi yang terjadi biasanya dalam bentuk reaksi iritasi,
bukan sensitisasi. Reaksi terjadi di ketiak dan bagian-bagian badan lainnya
dimana deodoran dikenakan. Penghentian pemakaian biasanya meredakan reaksi
dengan cepat.
Perbedaan antara antiperspiran dan deodoran; antiperspiran
diklasifikasikan sebagai kosmetik medisinal/obat karena mempengaruhi
fisiologitubuh yaitu fungsi kelenjar keringat ekrin dan apokrin dengan
mengurangi lajupengeluaran keringat sedangkan deodoran membiarkan

9
pengeluaran keringat,tetapi mengurangi bau badan dengan mencegah penguraian
keringat oleh bakteri(efek antibakteri) dan menutupi bau dengan parfum.
Penggunaan deodoran bukanhanya pada ketiak saja, tetapi bisa juga pada seluruh
bagian tubuh. Deodoran tidakmengontrol termoregulasi, sehingga deodoran
digolongkan sebagai sediaankosmetik. Sediaan deodoran bukanlah
sediaanantiperspiran tetapi sediaan antiperspiran secara otomatis adalah sediaan
deodoranjuga. Hal ini karena sediaan antiperspiran dapat mengurangi populasi
bakteriketika pengeluaran keringat dihambat sehingga bau badan berkurang.
Sekarangini, ada dua zat aktif yang biasa digunakan dalam sediaan antiperspiran
deodoranyaitu aluminium klorohidrat (AKH) dan aluminium zirkonium
klorohidrat (AZKH) keduanya aman dan efektif.

MenurutBPOM RI No. HK. 03.1.23.08.11.07517 tahun 2011 tentang


persyaratan teknisbahan kosmetika, kadar maksimal untuk garam aluminium
adalah 20%, zirkonium5,4% dalam setiap sediaan antiperspiran serta
mencatumkan jangan digunakan pada kulit yang teriritasi/luka.

2.5. Deodoran

2.5.1. Pengertian Deodoran


Deodoran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk menyerap
keringat, menutupi bau badan dan mengurangi bau badan (Rahayu dkk,
2009). Deodoran dapat juga diaplikasikan pada ketiak, kaki, tangan dan seluruh
tubuh.

Ada dua prinsip kerja dari produk deodoran yaitu antiperspirant dan
deodorant. Perbedaan antara antiperspiran dan deodoran; antiperspiran
diklasifikasikan sebagai kosmetik medicinal atau obat karena mempengaruhi
fisiologi tubuh yaitu fungsi kelenjar keringat ekrin dan apokrin dengan
mengurangi laju pengeluaran keringat, sedangkan deodoran membiarkan
pengeluaran keringat, tetapi mengurangi bau badan dengan mencegah penguraian
keringat oleh bakteri (efek antibakteri) dan menutupi bau dengan parfum.

Penggunaan deodoran bukan hanya pada ketiak saja, tetapi bisa juga pada
seluruh bagian tubuh. Deodoran tidak mengontrol termoregulasi, sehingga

10
deodoran digolongkan sebagai sediaan kosmetik. Sediaan deodoran bukanlah
sediaan antiperspiran tetapi sediaan antiperspiran secara otomatis adalah sediaan
deodoran. Hal ini karena sediaan antiperspiran dapat mengurangi populasi
bakteri ketika pengeluaran keringat dihambat sehingga bau badan berkurang.

2.5.2. Syarat Pembuatan Deodoran


a. Dapat menghilangkan bau badan walaupun sifatnya sementara
b. Tidak merangsang kulit atau tidak iritasi pada kulit
c. Dapat membunuh atau mengrangi aktivitas bakteri yang tidak
menguntungkan
d. Tidak beracun
e. Bahan aktif yang digunakan dalam deodorant dapat berupa:
Pewangi atau parfum; untuk menutupi bau badan yang tidak
disukai. Denganadanya pewangi maka deodoran dapat
digolongkan dalam kosmetik pewangi(perfumery).
Pembunuh mikroba yang dapat mengurangi jumlah mikroba pada
tempat asalbau badan.
a. Antiseptik: pembunuh kuman apatogen atau patogen,
misalnyaheksaklorofen, triklosan, triklokarbanilid, amonium
kwartener, ionexchange resin. Sirih merupakan antiseptik
tradisional yang banyakdigunakan.
b. Antibiotik topikal: pembunuh segala kuman, misalnya
neomisin,aureomisin. Pemakaian antibiotik tidak dianjurkan
karena dapatmenimbulkan resistensi dan sensitisasi.
c. Antienzim yang berperan dalam proses pembentukan bau,
misalnya asammalonat, metal chelating, klorofil. Dosis yang
diperlukan terlalu tinggisehingga dapat menimbulkan efek
samping.

Eliminasi bau(odor eliminator); yang dapat mengikat,


menyerap, ataumerusak struktur kimia bau menjadi struktur
yang tidak bau, misalnya sengrisinoleat, sitronelik senesiona,
ion exchange resin.

2.6. Antiperspiran
Antiperspiran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
menekanproduksi keringat, baik ekrin maupun apokrin.

11
Mekanismeantiperspiran dapat berupa:
Penyumbatan saluran keringat atau muara saluran keringat dengan cara:
a. Membentuk endapan protein keringat
b. Membentuk endapan keratin epidermis
c. Membentuk infiltrat dinding saluran keringat
Contoh: garam-garam aluminium, seperti:
a. Aluminium kalium sulfat (tawas/alum)
b. Aluminium klorohidrat
Aluminium klorohidrat adalah kelompok garam yang mempunyai rumus
umum AlnCl(3n-m)(OH)m, biasanya digunakan dalam deodoran dan
antiperspiran serta flokulan pada permunian air. Aluminium klorohidrat
digunakan dalam antiperspiran dan pada terapi hiperhidrosis.
c. Aluminium klorida
Aluminium klorida adalah bahan kimia dengan rumus kimia AlCl 3.
Aluminium klorida dikenal sebagai astringen dan antiseptik.
d. Aluminium zirconium tetrachlorohydrex; anhydrous aluminium
zirconiumtetrachlorohydrex; aluminium zirconium chloride hydroxide;
aluminiumzirconium tetrachlorohydrate; aluminium zirconium
chlorohydrate.

Mempunyai dua fungsi utama sebagai antiperspiran yaitu:


1) Ion aluminium dan zirkonium membentuk gel yang menyumbat
salurankelenjar keringat. Kemampuan menyumbat pori ini biasa
terjadi padaantiperspiran berbasis aluminium.
2) Anhydrosis aluminium zirconium tetrachlorohydrex
bersifathigroskopik sehingga menyerap keringat yang dihasilkan
saluran yangtidak tersumbat pada tempat pertama.

Kedua fungsi inilah aluminium zirconium tetrachlorohydrex


dikatakandapat mengurangi keringat dan bau badan.

Penekan produksi keringat oleh kelenjar keringat, dapat berupa:


a. Antikolinergik, misalnya propantelen bromida, skopolamin
bromida.Jarang dipakai karena efek sampingnnya. Bila dipakai, maka
kosmetik initermasuk dalam kosmetik medik atau obat topikal.

12
b. Golongan aldehida, yang menekan produksi keringat dengan
caramengurangi peredaran darah (vasokonstriksi) kulit ditempat
tersebut.jarang digunakan karena efek samping sensitisasi.

Pada umumnya sediaan antiperspiran menggunakan aluminiumklorohidrat,


aluminium klorida sebagai zat aktif karena mempunyai sifat astringen dan
antibakteri dan mempunyai pH 4 yang tidak menyebabkan iritasi dan tidak
merusak jaringan kulit. Dahulu, zat aktif yang sering digunakan dalam
antiperspiran aluminium sulfat, aluminium klorida, dan aluminium fenolsulfonat.
Aluminium klorida dan aluminium sulfat merupakan zat yang efektif, tidak toksik,
tetapi sangat asam, pH antara 2-3. Hal ini dapat menyebabkan iritasi kulit dan
merusak pakaian, terutama yang terbuat dari kapas dan rayon. Untuk mengurangi
keasaman antiperspiran dibuat dapar.

Gangguan pada mekanisme keringat akan mempersulit pembuatan pola


pengujian laboratorium untuk mengevaluasi antiperspiran. Ada korelasi antara
kekuatan pengendapan protein oleh garam logam dan aktivitas antiperspiran.

Penilaian antiperspiran berdasarkan jumlah pengeluaran keringat dapat


dilakukan dengan menggunakan metode noda (semi kuantitatif terbaik) dan
metode pencatatan kontinyu dan gravitasi yaitu:

1. Metode Noda

Metode yang berdasarkan reaksi iodum pati. Metode yang sangat


sederhanadan cepat berdasarkan reaksi serbuk biru bromfenol yang
disuspensikan ke dalam minyak silikon, akan memberikan noda kebiruan
pada permulaan keluarnya keringat. Dengan mengkombinasi kedua
metode diperoleh catatan permanen noda hitam - biru pada kertas toilet
yang telah mengabsorpsi keringat dan dapat diulang dengan meletakkan
pada ketiak bola pingpong yang disalut dengan campuran serbuk biru
bromfenol yang dibalut dengan kain kasa. Salutan berubah menjadi biru.
Kepekatan warna yang dihasilkan menunjukan kecepatan sekresi keringat.

2. Metode pencatatan kontinyu dan gravimetri

13
Metode gravimetri adalah metode paling baik untuk mengevaluasi
efektifitasantiperspiran. Dalam metode ini bahan absorbennya adalah kain
kasa yang telah ditara. Metode pencatatan kontinyu adalah metode paling
teliti karena menggunakan higrometer elektrolit.

2.7. Deodoran Antiperspiran Stick


Deodoran antiperspiran stick, berbentuk batang padat, mudah dioles
danmerata pada kulit, bau sedap, stik transparan atau berwarna.
Pembuatannyaberbeda dengan pembuatan lipstik karena deodoran ini merupakan
gel sabun.

Deodoran antiperspiran stick adalah kosmetika yang berbahan dasar;


natrium stearat (asam sterat dan natrium hidroksida) dan sebagai pelarut
menggunakan propilen glikol atau alkohol. Untuk mencegah kristalisasi garam
aluminium maka digunakan gliserin atau propilen glikol dan untuk alasan yang
sama maka hanya sejumlah kecil alkohol yang ditambahkan pada formula.

2.8. Komponen Deodoran Antiperspiran Stick Secara Umum


a. Bahan Aktif
Menurut FDA antiprespiran tergolong obat OTC karena mengandung
bahan aktif sehingga perlu adanya suatu aturan terhadap bahan aktif yang
digunakan. Bahan tersebut terdapat dalam antiprespiran yang dapat
menyumbat saluran keringat.
Menurut USP XXIII terdapat 28 bahan aktif yang digunakan sebagai
antiprespiran, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Aluminum Chlorohydrate
2. Aluminum Chlorohydrate Solution
3. Aluminum Sesquichlorohydrate
4. Aluminum Chlorohydrex PG

14
5. Aluminum Zirconium Trichlorohydrate
6. Aluminum Zirconium Trichlorohydrex Giy
7. Aluminum Zirconium Tetrachlorohydrate
8. Aluminum Zirconium Tetrachlorohydrex Giy
9. Aluminum Zirconium Tetrachlorohydrex GIy Solution
10. Aluminum Zirconium Pentachlorohydrate

b. Gelling Agent
Sediaan berbentuk stik sebagian besar mengandung lilin atau gelling
agent agar dapat terbentuk seperti tongkat padat atau stick. Gelling agent
seperti sodium stearat, propilen glikol, dan stearil alkohol pada sediaan
padatan. Bahan lilin dicampur lubricating oils, emolien seperti
siklometikon yang merupakan senyawa silikon yang mudah menguap
pada suhu kamar sehingga akan menjadikan kulit terasa halus dan kering
sehingga tidak meninggalkan kesan berminyak. Emolien ditambahkan
untuk melembutkan/ memberikan suasana lembut .
c. Bahan Lain
Bahan lain yang biasanya ditambahkan pada formula adalah pewangi
(fragance) dan pewarna seperti titanium dioksida (opacifying agent) dan
allantoin (soothing agent). Bahan tersebut diperlukan untuk meningkatkan
pemasaran. Selain itu, antiprespiran dan deodoran juga mengandung
bahan antimikroba dan humektan.

2.9. Mekanisme Kerja Sediaan Deodoran Antiperspiran


Pada umumnya sediaan deodoran antiperspiran menggunakan bahan aktif
aluminium klorohidrat Al2(OH)5Cl. Keringat mengandung air, ketika aluminium
klorohidrat bereaksi dengan air (keringat) terjadi reaksi hidrolisis melepaskan ion
Al3+ membentuk formasi aluminium hidrat [Al(H2O)6]3+. Suasana menjadi
setimbang antara asam/basa karena kehadiran air, reaksi yang terjadi dapat dilihat
di bawah ini :

[Al(H2O)6]3+(aq) + H2O(l) [Al(H2O)5OH]2+(aq) + (H3O)+(aq)

15
Adanya ion (H3O)+ menyebabkan dua efek penting yaitu:

1. pH area menjadi di bawah 7 (asam), bukan kondisi yang optimum


untukpertumbuhan bakteri (bakteri lebih banyak pada kondisi basa).
2. Keringat mengandung protein, pada kondisi normal dapat larut dalam air.
Kehadiran ion (H3O)+ menyebabkan struktur protein berubah (denaturasi).
sehingga kelarutan berubah. Akibatnya, struktur protein seperti srtuktur gel
yang menutupi saluran keringat.

Penggunaan garam aluminium dianggap mempunyai efek antibakterikarena


menghasilkan pH asam dari proses penguraian oleh air. Kulit dengan pHasam
dianggap merupakan pertahanan alamiah terhadap infeksi bakteri dan jamur.
Sediaan antiperspiran harus berdasarkan reaksi penguraian garam logam oleh air.
Karena mempunyai efek menghambat bakteri kulit. Efek deodoran garam
aluminium terjadi dengan dua cara, yaitu:
1. Aktivitas hambat bakteri yang disebabkan pH yang relatif rendah
2. Netralisasi bau dengan kombinasi kimia.

Antiperspiran yang mengandung garam aluminium mempunyai


aktivitastidak langsung pada kelenjar keringat tetapi, dengan cara memblokade
poridengan koagulasi protein oleh ion polivalen sehingga mengurangi keluarnya
keringat. Disamping itu antiperspiran dapat menyebabkan reaksi inflamasi di
sekitar lapisan pembuluh dan lubang keringat, dan adanya kontraksi dapat
mengurangi keluarnya keringat ke permukaan kulit. Tawas bekerja dengan cara
menetralisir bau yang timbul dari pertemuan apokrin dengan kuman. Sehingga
tawas dapat menghilangkan bau badan dan menghambat perspirasi kulit.

2.10. Metode Pembuatan Secara Umum


Produk kosmetika dalam bentuk gel dapat berkisar mulai dari lotion yang
kental seperti misalnya roll-ball antiperspirant sampai ke gel thiksotropik yang
sangat kental dan tidak bisa mengalir, yang dapat digunakan sebagai kosmetika
hairdressing dan hair setting.

16
Lotion kental lebih mudah dibuatnya, yaitu dengan menambahkan sedikit
demi sedikit gellant padat ke dalam fase cair yang diaduk terus menerus
dengan cepat memakai propeller yang digerakkan turbin.
Gel kental yang tidak bisa mengalir cara pembuatannya lebih sulit, karena
pada produk akhirnya udara tidak bisa melarikan diri dari dalamnya seperti
pada lotion kental. Gel kental harus dibuat dalam ruang tanpa udara atau perlu
diadakan proses pembuangan udara yang rumit. Pemakaian carboxyvinyl
polymers (misalnya karbopol) mempermudah pengeluaran udara dari dalam
gel.
Deodorant stik. Agak berbeda cara pembuatannya daripada lipstik karena
merupakan gel sabun dan pembuatannya mirip dengan pembuatan emulsi,
suatu fase minyak (fatty acid) diadukkan ke dalam suatu fase larutan dalam
air pada suhu sekitar 70oC. Gel panas yang terbentuk diisikan ke dalam
cetakan pada suhusekitar 60 - 65 oC dan dibiarkan memadat.

Sebagian besar sediaan antiprespiran menggunakan aluminium klorhidrat,


aluminium klorida sebagai zat efektif, karena zat tersebut mempunyai sifat
astringen dan antibakteri. Mempunyai pH 4 yang tidak akan menyebabkan iritasi
kulit atau merusak jaringan. Efisiensi antiprespirant dapat diuji dengan penilaian
bau ketiak. Pengujian dilakukan langsung terhadap bau ketiak atau terhadap kain
kasa atau pakaian yang melekat pada ketiak.Produk yang diuji dilekatkan pada
satu ketiak dan ketiak yang satunya untuk kontrol, kemudian dibalik sehingga
memberi evaluasi dengan sepasang perbandingan.

2.11. Bentuk Sediaan Antiperspirant


a. Stick Biasa

Bentuk padat transparan berwarna. Wangi kuat, terasa dingin saat


digunakan dikulit. Dikemas dalam botol plastik.

b. Aerosol

17
Bentuk cair, dikemas dalam kaleng aluminium. Wangi kuat. Biasanya
disebut juga Deodorant Perfume Spray.
c. Aerosol

Bentuk cair, biasanya berwarna putih. Dikemas dalam kemasan botol


plastik ataupun kaca. Wanginya kuat. Bola roll-on sebagai media pengoles.
Cara pakai : Oleskan di ketiak.

d. Lotion

Bentuk krim lotion, biasanya berwarna putih, dikemas dalam sachet.


Wangi lembut

2.12. Evaluasi Sediaan


1. Organoleptis
Uji organoleptik adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui rasa
dan bau (kadang-kadang termasuk penampakan) dari suatu produk
makanan, minuman, obat dan produk lain. Uji ini didasarkan pada

18
penampakan secara fisik yang dapat teramati oleh panca indera
secaralangsung. Hasil uji organoleptis deodorant yang baik adalah jika
sampel sediaan mempunyai bentuk, warna dan bau yang baik.

2. Homogenitas
Uji homogenitas adalah uji yang dilakukan pada suatu sediaan dengan
membandingkankeseragaman zat yang tersebar merata ke seluruh sediaan.
Biasanya digunakan preparat dandiamati dengan mikroskop untuk melihat
tingkat kehomogenan sediaan tersebut. Semakinhomogen maka sediaan
tersebut semakin baik.

3. Titik potong
Pada pengujian titik potong sediaan deodorant akan diamati berat air
berbanding denganvariabel hari pengujian. Semakin rendah titik potong
maka massa deodorant akan semakinlunak dan sebaliknya apabila titik
potong tinggi. Titik potong deodorant adalah pada 100 ml berdasarkan
literatur

4. pH
pH adalah derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau konsentrasiH+ dalam suatu sediaan. Nilai pH berkisar dari 0
hingga 14. Suatu sediaan dikatakan netralapabila memiliki nilai pH=7.
Nilai pH>7 menunjukkan sediaan memiliki sifat basa,sedangkan nilai
pH<7 menunjukan keasaman. pH untuk sediaan antiperspiran diharapkan
mendekati pH fisiologis kulit yaitu 3,5 5.

5. Uji Keamanan Sediaan Deodoran


Uji keamanan dilakukan untuk memastikan apakah sediaan tersebut aman
digunakan padamanusia atau tidak. Pada pengujian sediaan deodorant,
sediaan tersebut diujikan padasukarelawan. Kemudian dicatat respon
sukarelawan terhadap timbulnya rasa panas, eritema,gatal-gatal, atau perih.
Jika respon yang dialami negatif maka sediaan dianggap aman untuk
digunakan

2.13. Praformulasi Bahan

19
1. Tawas (HOPE 6thhal 567)

PARAMETER DATA
Rumus Molekul KAl(SO4)2
BM 474,388
Sinonim Alumunium potasium sulfat, alumen, alum,
Pemerian Butiran granular tidak berwarna atau transparant dan
masa kristal. Tidak berbau dan memiliki sedikit rasa
manis dan rasa adstringen.
Kelarutan sangat mudah larut dalam air mendidih, mudah larut
dalam air, praktis tidak larut dalam ethanol (95%)P,
mudah larut dalam glisrol P
pH 3.0-3.5 (10% b/v dalam larutan air)
Titik leleh 92,5oC
OTT Inkompatible kuat dengan agen pengoksida,
alumunium, seng, tembaga dan baja. Bila dicampur
dengan fenol, salisilat akan berwarna abu-abu atau
hijau sisa besi dari tawas.
Indikasi Adstringensia
Penyimpanan Disimpan di tempat sejuk dan kering dalam wadah
tertutup rapat.

2. Asam Laktat (HOPE 6thhal 355)

PARAMETER DATA
Struktur Kimia

Rumus molekul C3H6O3


Sinonim asam 2-hidroksipropanoat
Pemerian Zat higroskopis tidak berwarna atau berwarna sedikit
kuning, cairan tidak mudah menguap
Kelarutan Dapat tercampur dengan etanol (95%), eter, dan air;
praktis tidak larut dalam kloroform
Titik didih 122oC
Titik leleh 17oC
OTT Inkompatibel dengan agen pengoksidasi, iodida dan
albumin. Bereaksi kasar dengan asam nitrat
Indikasi
Kadar 0,015-6.6%
Penyimpanan Asam laktat harus disimpan pada wadah tertutup
baik, dan tempat yang kering.

20
3. Etanol (96%) (HOPE 6thhal 17)

PARAMETER DATA
Rumus molekul C2H5OH
BM 46
Sinonim Alkohol
Pemerian Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna,
bersifat mengalir, mudah terbakar, bau penenang, rasa
membakar, padat pada suhu kurang dari -30C
Kelarutan Dapat bercampur dengan kloroform, eter, glycerin,
dan air.
Titik didih 78,15%
Titik leleh -141,5C
Bj 0,8119-0,8139
OTT Etanol dapat bereaksi kuat dengan bahan pengoksida;
dapat berinteraksi dengan beberapa obat, dengan
garam organik atau acasia menyebabkan
pengendapan dari larutan.
Indikasi Pelarut, Desinfectant, Penetrant kulit
Kadar Antimikroba 10%
Disinfektan 60-90%
Pelarut pada produk topikal 60-90%
Pelarut dalam injeksi, oral bersifat variabel
Penyimpanan Harus disimpan pada wadah kedap udara, di tempat
yang sejuk.
4. Asam Strearat (HOPE 6thhal 697)

PARAMETER DATA
Struktur Kimia

Sinonim asam oktadekanoat


Rumus molekul C18H36O2
Pemerian Padatan padat berwarna putih atau agak kuning, agak
mengkilat, atau serbuk berwarna putih atau putih
kekuningan. Baunya sedikit dan rasa seperti lemak.
Kelarutan Bebas larut dalam benzen, Karbon tetrachlorida,
kloroform dan eter; larut dalam etanol (95%), hexana
dan propyleneglycol; praktis tidak larut dalam air.
Titik didih 383oC
Titik leleh 69-70oC
OTT Inkompatibilitas dengan hampir semua logam
hidroksida dan zat pengoksidasi.
Indikasi Emulsifiying agent, Pelarut

21
Kadar Topikal 1-20%
Lubrican tablet 1-3%
Penyimpanan Simpan di tempat yang cukup kering dan terlindung
dari cahaya

5. Natrium Hidroksida (HOPE 6thhal 648)

PARAMETER DATA
Rumus molekul NaOH
BM 40
Sinonim Soda kaustik, sodium hydroksida,
Pemerian Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping,
kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan
hablur; putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis
dan korosif. Segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan Larut dalam air, etanol; dapat larut dengan glycerin
dan metanol. Sukar larut dengan eter.
pH 12-14
Titik didih 1390 C
Titik leleh 318oC
OTT Inkompatible dengan senyawa yang mudah
mengalami hidrolisis. Bereaksi dengan ester, eter, dan
bereaksi panas dengan air.
Indikasi Larutan pendapar
Penyimpanan Disimpan pada wadah kedap udara di tempat yang
sejuk dan kering.

6. Propilen Glikol (HOPE 6thhal 592; FI IV, hal:712)

PARAMETER DATA
Struktur Kimia

Rumus Molekul C3H8O2


Sinonim propane-1,2-diol
BM 76,09
Pemerian Cairan kental jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak
berbau, menyerap air pada udara lembab
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dengan
kloroform, larut dalam eter dan beberapa minyak essensial
tetapi tidak bercampur dengan minyak lemak
OTT Dengan zat pengoksidasi seperti potassium permanganat
Titik Lebur -59oC
Titik didih 188oC
Indikasi Antimikroba, pelembab, pelarut, stabilitas untuk vitamin

22
Kadar Humektan (Topikal) <15%
Solvent dan cosolvent (oral) 10-25%; (Parenteral) 10-60% ;
(Topikal) 5-80%
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di
Penyimpanan tempat sejuk dan kering

23
BAB III
METODOLOGI

3.1. Macam Macam Formula

NO. Nama Bahan F.1 (%) F. 2 (%) F.3 (%) F.4 (g) Fungsi
Emultion Deo gel Antipe Deo
stick rspiran antirespiran
aerosol stick
1. Alumunium Zat aktif
20 - - -
chlorhidrat antirespiran
2. Gliserin (99,5%) 2 - - - Humektan
3. Cetearyl Alkohol 7 - - - Pelarut
4. Cetyl palmitate 16,5 - - - Emolien
5. Cyclopentaxilone Emolien
12,5 - - -
& dimethicon
6. Stearic acid Agar tekstur
1,25 - - -
greasy
7. Cyclomethicone 18,7 - - - Pelembut
8. Silica dimetil Emolien
2 - - -
sililate
9. Aquades qs - - - Pelarut

10. Triclosan - 6,0 - - Zat aktif


11. Citric acid 50% - 0,05 - - Buffer
12. Etanol - 75 - - Pelarut
13. Sorbitol 4,0 Humektan/
- - -
pengental
14. Isopropyl 0,5 Penetrasi,
myristate - - -
emollient
15. Lavender qs Pengharum
- - -
fragrance 93-054

16. Al chlorhydrate 4,5 Zat aktif


- - -
mikronized antiperspiran
17. Isopropil myristate 3,7 emolien,mele
- - -
katkan
18. Fumed silica 0,15 suspending
- - -
agent
19. Perfume qs Corigen
- - -
odoris
20. Propellants ad 100% Sebagai
- - - pendorong
aerosol

24
17. Tawas 15 Zat Aktif
- - -
Antiperspiran
18. Asam Laktat - - - 0,75 Humektan
18. Etanol (96%) - - 10,53 Pelarut
19. Asam Strearat 11,21 Agar Tekstur
- -
Greasy
20. Natriun 0,68 Humetan
- -
Hidroksida
21. Parfum 2 Pewangi dan
- -
Antibakteri
22. Propilen Glikol ad 100 Humektan,
Antiiritan,
- -
Pelembab ,
Pelarut

3.2. Formulasi Kelompok

No BAHAN JUMLAH FUNGSI


.
1. Tawas 20 g Zat Aktif Antiperspiran
2. Asam Laktat 1g Humektan
3. Etanol (96%) 9,88 g Pelarut
4. Asam Strearat 10,51 g Agar Tekstur Greasy
5. Natriun Hidroksida 0,64 g Humektan
6. Parfum 2 tetes Pewangi dan Antibakteri
7. Propilen Glikol ad 100 Humektan, Antiiritan,
Pelembab , Pelarut

4. Komponen Deodoran Antiperspiran Stick


Adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat deodoranantiperspiran
bentuk batang (stick) dengan menggunkan tawas yaitu:
1) Tawas
Sinonim: kalium aluminium sulfat, alum, aluin
Rumus molekul: KAl(SO4)2.12H2O
Tawas berupa kristal atau pecahan-pecahan kristal, tidak berwarna, atau
dapat juga berupa serbuk. Tawas tidak berbau, rasa sedikit manis, dan
mempunyai sifat adstringen yang cukup kuat. Larutan tawas bersifat asam jika
diuji menggunakan lakmus. Tawas sangat mudah larut dalam air mendidih dan
mudah larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, dan larut dalam gliserin.
Tawas adalah semacam batu putih agak bening yang bisa digunakan untuk
membeningkan air dan dapat digunakan untuk menghilangkan bau badan

25
khususnya di daerah ketiak. Sediaan antiperspiran dipasaran yang
menggunakan tawas dalam bentuk sediaan serbuk dengan konsentrasi tawas
20%.

2) Asam laktat
Asam laktat merupakan asam organik. Ditambahkan dalam sediaan
antiperspiran stik untuk menekan ionisasi logam aluminium sehingga garam
aluminium mudah bercampur dengan sabun.
3) Etanol 96%
4) Asam stearat
Asam stearat berbentuk padatan berwarna putih kekuningan. Asam stearat
memiliki atom karbon C18 yang merupakan asam lemak jenuh dan berperan
dalam memberikan konsistensi dan kekerasan pada produk. Asam stearat
mempunyai titik lebur pada suhu 69,4 oC.
5) Natrium hidroksida (NaOH)
NaOH merupakan salahsatu jenis alkali (basa) kuat yang bersifat korosif serta
mudah menghancurkan jaringan lunak. NaOH berbentuk butiran padat
berwarna putih dan memiliki sifat higroskopis. Ion Na+ bereaksi dengan asam
lemak membentuk sabun.
6) Parfum
Parfum sebaiknya dipilih yang sederhana, lembut, dan menyenangkan, dan
banyak disukai dan dapat menutupi bau badan yang mungkin kurang sedap
untuk orang lain
7) Propilen glikol
Propilen glikol digunakan dalam kosmetika sebagai pelarut dalam jumlah
15- 50%. Propilen glikol adalah pelarut yang lebih baik dari pada gliserin dan
dapat melarutkan berbagai macam bahan seperti kortikosteroid, fenol,
barbiturat, vitamin (A dan D), dan alkaloid.

3.3. Metode Pembuatan


Metode pembuatan pada formulasi deodoranantiperspiran bentuk batang
(stick) dengan menggunkan tawas, yaitu :
1) Ditimbang semua bahan yang diperlukan.

26
2) Tawas digerus halus dalamlumpang, kemudian diayak menggunakan ayakan
100 mesh.
3) Tawas dilarutkandalam propilen glikol dan asam laktat sambil dipanaskan di
atas penangas air sampai terbentuk larutan tawas.
4) NaOH dilarutkan dalam alkohol dimasukan ke dalam larutantawas.
5) Asam stearat dilebur di atas penangas air, kemudian dimasukan ke dalam
larutan tawas. Diaduk perlahan sambil terus dipanaskan di atas penangas air.
6) Kemudian dimasukkan parfum. Lalu, dimasukkan dalam wadah dan
dibiarkanmemadat.

3.4. Evaluasi Sediaan


A. Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan
Pemeriksaan mutu fisik dilakukan terhadap sediaan deodoran antiperspiran
batang yang meliputi :
1) Organoleptis
Uji organoleptik adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui bentuk dan
bau (kadang-kadang termasuk penampakan) dari suatu produk deodorant
antiperspirant. Hasil uji organoleptis deodorant antiperspirant yaitu warna
sediaan yang dihasilkan berwarna putih. Bau sediaan tetap stabil yaitu bau
khas dari parfum.

2) Pemeriksaan pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Alat
terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral
(pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan
harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu
dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang
1 g sediaan dan dilebur dalam baker gelas dengan 100 ml air suling di atas
penangas air. Setelah suhu mencapai sekitar 40 oC, elektroda dicelupkan
dalam larutan tersebut. Alat dibiarkan menunjukkan harga pH sampai konstan.
Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan.

27
3) Pemeriksaan Homogenitas
Masing-masing sediaan deodoran antiperspiran batang yang dibuat diperiksa
homogenitasnya dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu sediaan pada
kaca yang transparan. Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan
tidak terlihat adanya butir-butir kasar.
4) Pemeriksaan stabilitas sediaan
Pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan
deodoran antiperspiran batang dilakukan terhadap masing-masing sediaan
selama penyimpanan pada suhu kamar pada minggu ke 2, 4, 6 dan selanjutnya
setiap 2 minggu hingga minggu ke-12. Pada perubahan bentuk diperhatikan
apakah sediaan deodoran antiperspiran batang mengalami perubahan bentuk
dari bentuk awal pencetakan atau tidak yakni dengan mengamati apakah
sediaan mengeluarkan minyak atau meleleh pada penyimpanan suhu kamar.
Pada perubahan warna diperhatikan apakah sediaan mengalami perubahan
warna dari warna awal pembuatan sediaan atau tidak, pada perubahan bau
diperhatikan apakah sediaan menjadi tengik atau masih berbau khas dari
parfum yang digunakan.

B. Uji Iritasi Kulit


Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan yang dibuat dengan maksud untuk
mengetahui bahwa deodoran antiperspiran batang yang dibuat dapat
menimbulkaniritasi pada kulit atau tidak.
Pada uji iritasi ini dilakukan terhadap 6 orang relawan sehat (pengujian pada
konsentrasi tertinggi 30%). Uji ini dilakukan dengan cara kulit sukarelawan yang
akan diuji dibersihkan dan dilingkari dengan diameter 3 cm pada bagian belakang
telinganya, kemudian sediaan dioleskan menggunakan cotton buds pada tempat
yang akan diuji, lalu dibiarkan selama 24 jam dengan diamati setiap 4 jam.
Kemudian diamati reaksi yang ditimbulkan pada kulit. Bila terjadi eritema diberi
tanda +, terjadi eritema dan papula diberi tanda ++, terjadi eritema, papula,
vesikula diberi tanda +++, terjadi edema dan vesikula diberi tanda ++++.

28
C. Uji Efek terhadap kain
Uji efek terhadap kain dilakukan pada kain rayon dan dilihat apakah ada
pengaruh konsentrasi tawas terhadap kerusakan kain. Sebanyak 100 mg sediaan
dioleskan secara merata pada kain rayon kemudian diletakkan pada ketiak
relawan. Percobaan ini dilakukan terhadap 6 orang relawan sehat (pengujian pada
kosentrasi tertinggi 30%). Lalu kain dicuci dengan menggunakan air tanpa sabun
kemudian kain rayon dikeringkan dilihat kerusakan kainnya, dilakukan hal yang
sama selama 6 hari dengan kain yang sama dilihat efeknya terhadap kain. Uji ini
dilakukan pada pagi hari setelah relawan mandi, dibiarkan hingga sore hari.

D. Uji Bau Badan


Uji bau badan ditentukan dengan cara penciuman terhadap kain kasa yang
telah digunakan relawan. Untuk percobaan ini dilakukan terhadap 6 orang relawan
sehat (setiap konsentrasi sediaan dibutuhkan 6 orang relawan), berjenis kelamin
wanita berusia 20-30 tahun. Sebelum pengujian relawan dianjurkan tidak
menggunakan produk deodoran lainnya sehari sebelum pengujian dilakukan.
Uji ini dilakukan pada pagi hari setelah relawan mandi, ketiak relawan
dikeringkan, sediaan dioleskan pada salah satu ketiak relawan hingga merata dan
salah satu ketiak sebagai kontrol. Lalu ditempelkan kain kasa pada kedua ketiak
dengan menggunakan plester, dibiarkan melekat selama 9 jam. Pada pengujian ini
relawan dianjurkan melakukan aktivitas seperti biasanya.

E. Uji Antiperspiran
Uji antiperspiran dilakukan menggunakan kain kasa sebagai adsorben. Kain
kasa dibuat dengan panjang 8 cm dan lebar 5 cm dan berat kain kasa sekitar 2
gram. Pada pengujian ini menggunakan 6 orang relawan (setiap konsentrasi
sediaan dibutuhkan 6 orang relawan), sehat, berjenis kelamin wanita, dan berusia
20-30 tahun. Pada pengujian ini relawan dianjurkan tidak boleh memakai
produkdeodoran antiperspiran lainnya sehari sebelum pengujian dan selama
pengujian dilakukan.

29
Uji ini dilakuan pada pagi hari, setelah relawan mandi. Sediaan dioleskan pada
ketiak kanan secara merata dan ketiak kiri tidak dioleskan sediaan (kontrol),
kedua ketiak relawan dipasangkan kain kasa yang telah ditimbang, ditutupi semua
dengan plester. Dibiarkan selama 3 jam, setelah 3 jam kain kasa ditimbang
kembali uji ini dilakukan selama 6 hari berturut-turut untuk setiap relawan.

30
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Pembahasan

Deodoran antiperspiran stick adalah kosmetika yang berbahan dasar;


natrium stearat (asam sterat dan natrium hidroksida) dan sebagai pelarut
menggunakan propilen glikol atau alkohol. Untuk mencegah kristalisasi garam
aluminium maka digunakan gliserin atau propilen glikol dan untuk alasan yang
sama maka hanya sejumlah kecil alkohol yang ditambahkan pada formula.

Pada umumnya sediaan deodoran antiperspiran menggunakan bahan aktif


aluminium klorohidrat Al2(OH)5Cl. Keringat mengandung air, ketika aluminium
klorohidrat bereaksi dengan air (keringat) terjadi reaksi hidrolisis melepaskan ion
Al3+ membentuk formasi aluminium hidrat [Al(H2O)6]3+. Penggunaan garam
aluminium dianggap mempunyai efek antibakteri karena menghasilkan pH asam
dari proses penguraian oleh air.

Formula 1 Alumunium chlorhidrat 20 % + Gliserin (99,5%) 2 % +


oleum rosae 0.2% + cyclomethicone 18,75 + Silica dimetil sililate 2 % +
Stearic acid 1,25 % + aq 20 % + Cyclopentaxilone & dimethicon 12.5 %.

Penambahan zat pembasah yaitu gliserin sebagai Humektan. Humektan ini


digunakan tergantung dari sifat permukaan padat cair bahan penggunaan
humektan sangat berguna dalam penurunan tegangan antar muka dan pembasah
akan dipermudah. Kestabilan suatu krim deodorant dapat ditingkatkan dengan
meningkatkan viskositas medium dispersi, mengecilkan ukuran partikel
terdispersi, dan mengurangi perbedaan berat jenis partikel dan medium dispersi
dapat dilakukan dengan meningkatkan densitas cairan dengan menambahkan
gliserin. Humectant ini adalah bahan yang menyerap air dari udara dan
mempertahankannya di dalam lapisan kulit. Untuk dapat bekerja selayaknya,
humectant memerlukan tingkat kelembapan yang sangat tinggi. Humectant juga
berguna untuk melembutkan kulit yang menebal.

31
Formula 2 Triclosan 6% + Citric acid (50%) 0,05% + Etanol 75% +
Sorbitol 4% + Isopropyl myristate 0,5% + Lavender fragrance 93-054 qs

Dalam formula deodorant yang dibuat menggunanakan Triclosan sebagai


zat aktif yang berkhasiat sebagai antifungi dan antibakteri karena triclosan
memiliki aktivitas bakteri spectrum luas. Triclosan memiliki sifat sedikit larut
dalam air namum larut dalam etanol maka pelarut yang digunakan yaitu etanol.
Disamping itu penggunaan etanol juga berfungsi merangsang pengeluaran
keringat dan langsung menghambat pertumbuhan bakteri secara sementara.

Dalam formulasi ini digunakan sorbitol sebagai pengental dikarenakan


formula yang dibuat dalam bentuk roll-on sehingga memungkinkan deodorant
menempel pada kulit ketiak. Emollient (Isopropyl myristate) digunakan agar
dapat menimbulkan sensansi lembut ketika deodorant digunakan pada kulit
ketiak sehinggan tidak membentuk residu pada kulit ketiak.

Pembuatan formula deodorant ini disesuaikan dengan pH kulit maka


digunakan buffer sebaagai pengatur pH. Buffer yang digunakan dalam formula
deodorant ini yaitu asam sitrat karena seringnya digunakan. Dan penggunaan
pewangi lavender untuk meemberikan kenyamanan dalam penggunaannya.

Formula 3 Al chlorhydrate mikronized 4,5% + Isopropil myristate


3,7% + Fumed silica 0,15% + Perfume qs + Propellants ad 100%
Fungsi dari Aluminium klorhidrat adalah sebagai zat aktif yang berfungsi
sebagai antiperspirant. Senyawa aluminium mempunyai kemampuan untuk
menghambat sekresi keringat hingga 20%. Dibentuk micronize agar mudah
terdispersi dalam udara saat digunakan. Isoprpil miristat berfungsi sebagai
emolien yaitu untuk melekatkan zat aktif pada kulit. Sehingga nanti zat aktif dapat
bekerja dan penetrasi lebih optimal. Fumed silica berfungsi sebagai suspending
agent yaitu senyawa yang membantu terbentuknya suspense. Dengan penambahan
suspensing agent ini, bahan-bahan akan tercampur dengan bahan yang lain dan
akan membentuk suspensi yang homogeny kadarnya. Parfum berfungsi sebagai
corigen odoris. Parfum akan memperbaiki bau sehingga selain keringat jadi

32
sedikit disekresikan juga akan memberikan bau harum. Propelan merupakan gas
pendorong yang berfungsi untuk mengdorong cairan sehingga terbentuk aerosol.
Formula 4 Tawas 15 gr + Asam Laktat 0,75 gr + Etanol (96%) 10,53
gr + Asam Strearat 11,21 gr + Natrium Hidroksida 0,68 gr + Parfum 2 tetes
+ Propilen Glikol ad 100

Pada formula ke 4 konsentrasi tawas yang digunakan 15%, adapun asam


laktat perlu ditambahkan sebagai pembantu pelarut tawas sebanyak 5% dari
jumlah tawas, karena tawas sukar larut maka dibantu dengan asam laktat
sehingga dapat larut dalam propilen glikol Selain itu penggunaan asam stearat
berguna untuk menambah kekerasan antiperspiran bentuk batang. Berdasarkan
pemeriksaan mutu fisik sediaan diperoleh harga Ph 3,7. pH ini mendekati pH
fisiologis kulit yaitu 3,5 5. Sediaan pun stabil dan homogen dalam
penyimpanan selama 12 minggu. Sediaan juga memenuhi persyaratan uji iritasi,
uji efek terhadap kain

Formula 5 (kelompok) Tawas 20 gr + Asam Laktat 1,0 gr + Etanol


(96%) 9,88 gr + Asam Strearat 0,51 gr + Natriun Hidroksida 0,64 gr +
Parfum 2 tetes + Propilen Glikol ad 100

Pada formulasi ini menggunakan tawas konsentrasi 20% sebagai zat aktif
deodoran antiperspirant dikarenakan menurut BPOM RI No. HK.
03.1.23.08.11.07517 tahun 2011 tentang persyaratan teknis bahan kosmetika,
kadar maksimal untuk garam aluminium adalah 20%, selain itu, sediaan
antiperspiran dipasaran yang menggunakan tawas dalam bentuk sediaan serbuk
yaitu dengan konsentrasi tawas 20%. Penggunaan asam laktat bertujuan untuk
menekan ionisasi logam aluminium, sehingga garam aluminium mudah
bercampur dengan sabun. Penggunaan asam stearat dan propilen glikol berperan
dalam memberikan konsisten dan kekerasan pada produk. Selain itu propilen
glikol juga digunakan sebagai pelarut. Penggunaan parfum dimaksudkan untuk
memberikan aroma wangi dalam penggunaannya.

Untuk pemeriksaan mutu fisik sediaan dilakukan pengujian organoleptis


produk yang dihasilkan yaitu deodoran antiperspirant berbentuk stick dengan

33
warna putih dan memiliki bau khas parfum. Selanjutnya pemeriksaan Ph sediaan
dimana ph yang dihasilkan yaitu 3,7. pH ini sesuai dengan pH fisiologi kulit
yaitu 3,5 - 5. Selanjutnya pemeriksaan homogenitas dimana formulasi yang
dibuat tidak memperlihatkan adanya butiran-butiran kasar terbukti pada saat
sediaan dioleskan pada kaca transparan menunjukkan susunan yang homogen
dan pada saat dioleskan dipermukaan kulit tidak kasar. Selanjutnya uji stabilitas
sediaan, parameter yang diamati dalam uji stabilitas ini meliputi perubahan
bentuk, warna, dan bau sediaan selama 12 minggu pengamatan. sediaan
antiperspiran yang dibuat memiliki bentuk yang baik berbentuk padat
(batangan/stick), tidak keluar minyak dan tidak meleleh pada penyimpanan suhu
kamar. Warna sediaan yang dihasilkan tetap sama. Bau sediaan tetap stabil yaitu
bau khas dari parfum.

Sediaan yang dibuat juga tidak mengakibatkan reaksi iritasi pada kulit.
Pada uji efek terhadap kain, suatu sediaan deodoran antiperspiran dikatakan tidak
merusak kain apabila memenuhi kriteria, yaitu: Kekuatan kain tidak berubah
(kain tidak rapuh) setelah kain diolesi sediaan dan dicuci, kain tetap kuat seperti
sebelum kain diolesi sediaan; Tidak ada noda yang terlihat baik pada kain putih
maupun kain yang berwarna setelah diolesi sediaan dan dicuci sebanyak lima
kali; Tidak menghilangkan warna kain ataupun mengubah warna kain. Dan
pengujian selama 6 hari sediaan dengan konsentrasi tawas 20% tidak merusak
kain.

Pada uji bau badan sediaan dengan konsentrasi tawas 20% dapat
menghilangkan bau badan. Karena tawas dapat menghambat pertumbuhan
bakteri melalui tekanan osmosis.

Pada uji antiperspiran digunakan metode gravimetri. Dalam metode ini


bahan absorben yang digunakan adalah kain kasa yang telah ditara, kain kasa
yang telah mengabsorbsi keringat kemudian ditimbang Tawas sebagai
antiperspiran mampu mengurangi keringat hingga 20% - 25% atau 40% dari
produksi normal. Itu dilakukan dengan cara mempersempit pori-pori kulit,
keringat yang tertahan diserap kembali oleh jaringan kulit.

34
4.2. Karakteristik Sediaan Kelompok

1. Efektif Mampu memberi perlindungan hingga beberapa jam terhadap


bau keringat dan bau badan.
2. Warna putih, bentuk baik berbentuk padat, Ph 3.7
3. Tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Cocok untuk semua jenis kulit.
4. Mudah digunakan, nyaman, tidak meninggalkan bekas, tidak lengket,
tidak bertaburan seperti bedak, melembutkanmenjaga kulit tetap
cerah, tidak lengketdan tidak merubah / mengurangi aroma parfum
5. Mudah Disimpan.

35
BAB V

KESIMPULAN

1. Deodoran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk menyerap


keringat, menutupi bau badan dan mengurangi bau badan.
2. Antiperspiran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
menekanproduksi keringat, baik ekrin maupun apokrin.

3. Komponen yang diperlukan untuk membuat sediaan deodoran dan


antiperspiran terdiri dari
Tawas 20 g
Asam Laktat 1g
Etanol (96%) 9,88 g
Asam Strearat 10,51 g
Natriun Hidroksida 0,64 g
Parfum 2 tetes
Propilen Glikol ad 100

4. Evaluasi sediaan yang dilakukan terhadap formulasi sediaan deodoran dan


anti perspiran adalah :
1. Pemeriksaan mutu fisik sediaan
Pemeriksaan pH sediaan
Pemeriksaan homogenitas
Pemeriksaan stabilitas sediaan
2. Uji iritasi kulit
3. Uji efek terhadap kain
4. Uji bau badan
5. Uji anti perspiran

5. Karakteristik sediaan deodoran dan antiperspiran yang di formulasi kan


adalah :
1) Efektif Mampu memberi perlindungan hingga beberapa jam
terhadap bau keringat dan bau badan.
2) Warna putih, bentuk baik berbentuk padat, pH 3.7

36
3) Tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Cocok untuk semua jenis
kulit.
4) Mudah digunakan, nyaman, tidak meninggalkan bekas, tidak
lengket, tidak bertaburan seperti bedak, melembutkanmenjaga
kulit tetap cerah, tidak lengketdan tidak merubah / mengurangi
aroma parfum
5) Mudah Disimpan.

37
DAFTAR PUSTAKA

1.
2. Rohman A. 2011. Formulasi dan Mekanisme Kerja Antiprespirant.
Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan.
3. Lase BDJ. 2015. Formulasi Sediaan Deodoran Antiperspiran Bentuk Batang
(stick) dengan Aluminium Kalium Sulfat (Tawas). Skripsi. Medan: Universitas
Sumatera Utara
4. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI).
2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Cemaran
Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika. Jakarta: Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia.
5. Tranggono, R.I. , Latifah, F. , 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
6. Departemen Kesehatan republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia,
edisi III. Badan Pengawas Obat dan Makanan: Jakarta.
7. Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
8. Syarif M. Wasitaatmadja, 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, UI-PRESS,
Depok.
9. Egbuobi, R. C., Ojiegbe, G. C., Dike-ndudim, J. N., dan Enwun, P. C.
(2013). Antibacterial Activities of different brands of deodorants
marketed in owerrri, imo state, Nigeria. African Journal of clinical and
experimental microbiologi 14 (1)
10.Butler, H., 2000, Pouchers perfumes, cosmetics and soaps, 10th ed., London,
Kluwer Academic Publishers.
11. Sangadji D, Setianingsih FE. 2014. Makalah Formulasi Deodoran. Jakarta:
Institut Sains dan Teknologi Nasional
12. Aninom. (2014). Pakai deodoran tiap hari untuk cegah bau badan. Diunduh
http://health.detik.com/read/2014/11/12/140129/2746232/775/pakai-

38
deodoran-tiap-hari-untuk-cegah-bau-badan-wajibkah. Diakses pada tanggal
10 November 2017.

13. Scott, O. P., Callahan, M. G., Faulkner, R. M. Dan


Jenkins, M. L. (1976). Textbook of Cosmetology. London:
Prentice-Hall Inc. Hal. 32-33, 208-209.

39

Anda mungkin juga menyukai