PENDAHULUAN
1
deodoran-antiperspiran. Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
antara lain dapat memberikan gambaran dan perbandingan dari formulasi yang
dapat digunakan untuk membuat sediaan kosmetik deodoran-antiperspirant dari
berbagai sumber jurnal penelitian dan literatur yang digunakan.
1.3. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : kulit ari (epidermis), sebagai
lapisan yang paling luar, kulit jangat (dermis, korium atau kutis) dan jaringan
penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis).
Sebagai gambaran, penampang lintang dan visualisasi struktur lapisan kulit
tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :
3
2.1.1. Kulit Ari (epidermis)
Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik untuk
diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai pada bagian
epidermis. Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :
a. Lapisan tanduk (stratum corneum), merupakan lapisan epidermis yang paling
atas, dan menutupi semua lapisan epiderma lebih ke dalam. Lapisan tanduk
terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami
proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air.
b. Lapisan bening (stratum lucidum) disebut juga lapisan barrier, terletak tepat
di bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk
dengan lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih
yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar
(tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan
telapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening.
c. Lapisan berbutir (stratum granulosum) tersusun oleh sel-sel keratinosit
berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir di dalam protoplasmanya,
berbutir kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini tampak paling jelas pada
kulit telapak tangan dan telapak kaki.
d. Lapisan bertaju (stratum spinosum) disebut juga lapisan malphigi terdiri atas
sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan
protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan, maka
seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang
terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun menjadi
beberapa baris.
4
e. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale) merupakan
lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder)
dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis.
Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu kelenjar
keringat dan kelenjar palit.
a. Kelenjar keringat
5
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu
saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk
pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat
dan lebih banyak terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening
dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu
membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama
dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu.
Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :
1) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan
jernih, yaitu keringat yang mengandung 95 97 persen air dan
mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida,
granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolism seluler.
Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak
tangan dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh
badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu
24 jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing,
bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsung pada permukaan
kulit yang tidak ada rambutnya.
2) Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak,
puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar dubur
(anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna keputih-
putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar ini mudah
rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya
berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel
rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan
hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar
apokrin mulai aktif setelah usia akil baligh dan aktivitas kelenjar ini
dipengaruhi oleh hormon.
b. Kelenjar palit
Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan
kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke
6
dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang
meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar palit membentuk
sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki,
kelenjar palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka.
2.2. Kosmetik
Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias.
Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari
bahan-bahan alami yang terdapat di alam sekitar. Sekarang kosmetik tidak hanya
dari bahan alami tetapi juga dari bahan sintetis untuk maksud meningkatkan
kecantikan.
7
7. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstick, dll.
8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gig, mouth washes, dll.
9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya deodoran, antiperspiran, dll.
10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, losion kuku, dll.
11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindung, dll.
12. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dll
13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation, dll.
8
Kosmetik paling tua yang dikenal sebagai pembersih badan dan
pengharum kulit adalah sabun. Sabun bukan pembersih yang ideal dan tidak
dapatmencegah bau badan. Pertama, sabun tidak dapat mencegah terbentuknya
keringatdan pertumbuhan flora normal kulit. Kedua, sabun cenderung
mengendapkan ionK+ dan Mg2+ yang kadang terdapat di dalam air (disebut
sebagai air berat) yangakan mengurangi daya pembersih sabun. Ketiga, sabun
terdiri atas substansialkalis kuat (NaOH dan KOH) dan asam lemak (asam lemak
jenuh dan tidakjenuh), yang dapat mengiritasi kulit. Deodoran dalam sabun mulai
dipergunakansejak tahun 1950, namun oleh karena efek sampingnya,
penggunaannya dibatasi.Sabun digunakan untuk membersihkan kotoran pada kulit
baik berupa kotoranyang larut dalam air maupunkotoran yang larut dalam lemak.
9
pengeluaran keringat,tetapi mengurangi bau badan dengan mencegah penguraian
keringat oleh bakteri(efek antibakteri) dan menutupi bau dengan parfum.
Penggunaan deodoran bukanhanya pada ketiak saja, tetapi bisa juga pada seluruh
bagian tubuh. Deodoran tidakmengontrol termoregulasi, sehingga deodoran
digolongkan sebagai sediaankosmetik. Sediaan deodoran bukanlah
sediaanantiperspiran tetapi sediaan antiperspiran secara otomatis adalah sediaan
deodoranjuga. Hal ini karena sediaan antiperspiran dapat mengurangi populasi
bakteriketika pengeluaran keringat dihambat sehingga bau badan berkurang.
Sekarangini, ada dua zat aktif yang biasa digunakan dalam sediaan antiperspiran
deodoranyaitu aluminium klorohidrat (AKH) dan aluminium zirkonium
klorohidrat (AZKH) keduanya aman dan efektif.
2.5. Deodoran
Ada dua prinsip kerja dari produk deodoran yaitu antiperspirant dan
deodorant. Perbedaan antara antiperspiran dan deodoran; antiperspiran
diklasifikasikan sebagai kosmetik medicinal atau obat karena mempengaruhi
fisiologi tubuh yaitu fungsi kelenjar keringat ekrin dan apokrin dengan
mengurangi laju pengeluaran keringat, sedangkan deodoran membiarkan
pengeluaran keringat, tetapi mengurangi bau badan dengan mencegah penguraian
keringat oleh bakteri (efek antibakteri) dan menutupi bau dengan parfum.
Penggunaan deodoran bukan hanya pada ketiak saja, tetapi bisa juga pada
seluruh bagian tubuh. Deodoran tidak mengontrol termoregulasi, sehingga
10
deodoran digolongkan sebagai sediaan kosmetik. Sediaan deodoran bukanlah
sediaan antiperspiran tetapi sediaan antiperspiran secara otomatis adalah sediaan
deodoran. Hal ini karena sediaan antiperspiran dapat mengurangi populasi
bakteri ketika pengeluaran keringat dihambat sehingga bau badan berkurang.
2.6. Antiperspiran
Antiperspiran adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk
menekanproduksi keringat, baik ekrin maupun apokrin.
11
Mekanismeantiperspiran dapat berupa:
Penyumbatan saluran keringat atau muara saluran keringat dengan cara:
a. Membentuk endapan protein keringat
b. Membentuk endapan keratin epidermis
c. Membentuk infiltrat dinding saluran keringat
Contoh: garam-garam aluminium, seperti:
a. Aluminium kalium sulfat (tawas/alum)
b. Aluminium klorohidrat
Aluminium klorohidrat adalah kelompok garam yang mempunyai rumus
umum AlnCl(3n-m)(OH)m, biasanya digunakan dalam deodoran dan
antiperspiran serta flokulan pada permunian air. Aluminium klorohidrat
digunakan dalam antiperspiran dan pada terapi hiperhidrosis.
c. Aluminium klorida
Aluminium klorida adalah bahan kimia dengan rumus kimia AlCl 3.
Aluminium klorida dikenal sebagai astringen dan antiseptik.
d. Aluminium zirconium tetrachlorohydrex; anhydrous aluminium
zirconiumtetrachlorohydrex; aluminium zirconium chloride hydroxide;
aluminiumzirconium tetrachlorohydrate; aluminium zirconium
chlorohydrate.
12
b. Golongan aldehida, yang menekan produksi keringat dengan
caramengurangi peredaran darah (vasokonstriksi) kulit ditempat
tersebut.jarang digunakan karena efek samping sensitisasi.
1. Metode Noda
13
Metode gravimetri adalah metode paling baik untuk mengevaluasi
efektifitasantiperspiran. Dalam metode ini bahan absorbennya adalah kain
kasa yang telah ditara. Metode pencatatan kontinyu adalah metode paling
teliti karena menggunakan higrometer elektrolit.
14
5. Aluminum Zirconium Trichlorohydrate
6. Aluminum Zirconium Trichlorohydrex Giy
7. Aluminum Zirconium Tetrachlorohydrate
8. Aluminum Zirconium Tetrachlorohydrex Giy
9. Aluminum Zirconium Tetrachlorohydrex GIy Solution
10. Aluminum Zirconium Pentachlorohydrate
b. Gelling Agent
Sediaan berbentuk stik sebagian besar mengandung lilin atau gelling
agent agar dapat terbentuk seperti tongkat padat atau stick. Gelling agent
seperti sodium stearat, propilen glikol, dan stearil alkohol pada sediaan
padatan. Bahan lilin dicampur lubricating oils, emolien seperti
siklometikon yang merupakan senyawa silikon yang mudah menguap
pada suhu kamar sehingga akan menjadikan kulit terasa halus dan kering
sehingga tidak meninggalkan kesan berminyak. Emolien ditambahkan
untuk melembutkan/ memberikan suasana lembut .
c. Bahan Lain
Bahan lain yang biasanya ditambahkan pada formula adalah pewangi
(fragance) dan pewarna seperti titanium dioksida (opacifying agent) dan
allantoin (soothing agent). Bahan tersebut diperlukan untuk meningkatkan
pemasaran. Selain itu, antiprespiran dan deodoran juga mengandung
bahan antimikroba dan humektan.
15
Adanya ion (H3O)+ menyebabkan dua efek penting yaitu:
16
Lotion kental lebih mudah dibuatnya, yaitu dengan menambahkan sedikit
demi sedikit gellant padat ke dalam fase cair yang diaduk terus menerus
dengan cepat memakai propeller yang digerakkan turbin.
Gel kental yang tidak bisa mengalir cara pembuatannya lebih sulit, karena
pada produk akhirnya udara tidak bisa melarikan diri dari dalamnya seperti
pada lotion kental. Gel kental harus dibuat dalam ruang tanpa udara atau perlu
diadakan proses pembuangan udara yang rumit. Pemakaian carboxyvinyl
polymers (misalnya karbopol) mempermudah pengeluaran udara dari dalam
gel.
Deodorant stik. Agak berbeda cara pembuatannya daripada lipstik karena
merupakan gel sabun dan pembuatannya mirip dengan pembuatan emulsi,
suatu fase minyak (fatty acid) diadukkan ke dalam suatu fase larutan dalam
air pada suhu sekitar 70oC. Gel panas yang terbentuk diisikan ke dalam
cetakan pada suhusekitar 60 - 65 oC dan dibiarkan memadat.
b. Aerosol
17
Bentuk cair, dikemas dalam kaleng aluminium. Wangi kuat. Biasanya
disebut juga Deodorant Perfume Spray.
c. Aerosol
d. Lotion
18
penampakan secara fisik yang dapat teramati oleh panca indera
secaralangsung. Hasil uji organoleptis deodorant yang baik adalah jika
sampel sediaan mempunyai bentuk, warna dan bau yang baik.
2. Homogenitas
Uji homogenitas adalah uji yang dilakukan pada suatu sediaan dengan
membandingkankeseragaman zat yang tersebar merata ke seluruh sediaan.
Biasanya digunakan preparat dandiamati dengan mikroskop untuk melihat
tingkat kehomogenan sediaan tersebut. Semakinhomogen maka sediaan
tersebut semakin baik.
3. Titik potong
Pada pengujian titik potong sediaan deodorant akan diamati berat air
berbanding denganvariabel hari pengujian. Semakin rendah titik potong
maka massa deodorant akan semakinlunak dan sebaliknya apabila titik
potong tinggi. Titik potong deodorant adalah pada 100 ml berdasarkan
literatur
4. pH
pH adalah derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat
keasaman atau konsentrasiH+ dalam suatu sediaan. Nilai pH berkisar dari 0
hingga 14. Suatu sediaan dikatakan netralapabila memiliki nilai pH=7.
Nilai pH>7 menunjukkan sediaan memiliki sifat basa,sedangkan nilai
pH<7 menunjukan keasaman. pH untuk sediaan antiperspiran diharapkan
mendekati pH fisiologis kulit yaitu 3,5 5.
19
1. Tawas (HOPE 6thhal 567)
PARAMETER DATA
Rumus Molekul KAl(SO4)2
BM 474,388
Sinonim Alumunium potasium sulfat, alumen, alum,
Pemerian Butiran granular tidak berwarna atau transparant dan
masa kristal. Tidak berbau dan memiliki sedikit rasa
manis dan rasa adstringen.
Kelarutan sangat mudah larut dalam air mendidih, mudah larut
dalam air, praktis tidak larut dalam ethanol (95%)P,
mudah larut dalam glisrol P
pH 3.0-3.5 (10% b/v dalam larutan air)
Titik leleh 92,5oC
OTT Inkompatible kuat dengan agen pengoksida,
alumunium, seng, tembaga dan baja. Bila dicampur
dengan fenol, salisilat akan berwarna abu-abu atau
hijau sisa besi dari tawas.
Indikasi Adstringensia
Penyimpanan Disimpan di tempat sejuk dan kering dalam wadah
tertutup rapat.
PARAMETER DATA
Struktur Kimia
20
3. Etanol (96%) (HOPE 6thhal 17)
PARAMETER DATA
Rumus molekul C2H5OH
BM 46
Sinonim Alkohol
Pemerian Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna,
bersifat mengalir, mudah terbakar, bau penenang, rasa
membakar, padat pada suhu kurang dari -30C
Kelarutan Dapat bercampur dengan kloroform, eter, glycerin,
dan air.
Titik didih 78,15%
Titik leleh -141,5C
Bj 0,8119-0,8139
OTT Etanol dapat bereaksi kuat dengan bahan pengoksida;
dapat berinteraksi dengan beberapa obat, dengan
garam organik atau acasia menyebabkan
pengendapan dari larutan.
Indikasi Pelarut, Desinfectant, Penetrant kulit
Kadar Antimikroba 10%
Disinfektan 60-90%
Pelarut pada produk topikal 60-90%
Pelarut dalam injeksi, oral bersifat variabel
Penyimpanan Harus disimpan pada wadah kedap udara, di tempat
yang sejuk.
4. Asam Strearat (HOPE 6thhal 697)
PARAMETER DATA
Struktur Kimia
21
Kadar Topikal 1-20%
Lubrican tablet 1-3%
Penyimpanan Simpan di tempat yang cukup kering dan terlindung
dari cahaya
PARAMETER DATA
Rumus molekul NaOH
BM 40
Sinonim Soda kaustik, sodium hydroksida,
Pemerian Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping,
kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan
hablur; putih, mudah meleleh basah. Sangat alkalis
dan korosif. Segera menyerap karbondioksida.
Kelarutan Larut dalam air, etanol; dapat larut dengan glycerin
dan metanol. Sukar larut dengan eter.
pH 12-14
Titik didih 1390 C
Titik leleh 318oC
OTT Inkompatible dengan senyawa yang mudah
mengalami hidrolisis. Bereaksi dengan ester, eter, dan
bereaksi panas dengan air.
Indikasi Larutan pendapar
Penyimpanan Disimpan pada wadah kedap udara di tempat yang
sejuk dan kering.
PARAMETER DATA
Struktur Kimia
22
Kadar Humektan (Topikal) <15%
Solvent dan cosolvent (oral) 10-25%; (Parenteral) 10-60% ;
(Topikal) 5-80%
Wadah dan Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari cahaya, di
Penyimpanan tempat sejuk dan kering
23
BAB III
METODOLOGI
NO. Nama Bahan F.1 (%) F. 2 (%) F.3 (%) F.4 (g) Fungsi
Emultion Deo gel Antipe Deo
stick rspiran antirespiran
aerosol stick
1. Alumunium Zat aktif
20 - - -
chlorhidrat antirespiran
2. Gliserin (99,5%) 2 - - - Humektan
3. Cetearyl Alkohol 7 - - - Pelarut
4. Cetyl palmitate 16,5 - - - Emolien
5. Cyclopentaxilone Emolien
12,5 - - -
& dimethicon
6. Stearic acid Agar tekstur
1,25 - - -
greasy
7. Cyclomethicone 18,7 - - - Pelembut
8. Silica dimetil Emolien
2 - - -
sililate
9. Aquades qs - - - Pelarut
24
17. Tawas 15 Zat Aktif
- - -
Antiperspiran
18. Asam Laktat - - - 0,75 Humektan
18. Etanol (96%) - - 10,53 Pelarut
19. Asam Strearat 11,21 Agar Tekstur
- -
Greasy
20. Natriun 0,68 Humetan
- -
Hidroksida
21. Parfum 2 Pewangi dan
- -
Antibakteri
22. Propilen Glikol ad 100 Humektan,
Antiiritan,
- -
Pelembab ,
Pelarut
25
khususnya di daerah ketiak. Sediaan antiperspiran dipasaran yang
menggunakan tawas dalam bentuk sediaan serbuk dengan konsentrasi tawas
20%.
2) Asam laktat
Asam laktat merupakan asam organik. Ditambahkan dalam sediaan
antiperspiran stik untuk menekan ionisasi logam aluminium sehingga garam
aluminium mudah bercampur dengan sabun.
3) Etanol 96%
4) Asam stearat
Asam stearat berbentuk padatan berwarna putih kekuningan. Asam stearat
memiliki atom karbon C18 yang merupakan asam lemak jenuh dan berperan
dalam memberikan konsistensi dan kekerasan pada produk. Asam stearat
mempunyai titik lebur pada suhu 69,4 oC.
5) Natrium hidroksida (NaOH)
NaOH merupakan salahsatu jenis alkali (basa) kuat yang bersifat korosif serta
mudah menghancurkan jaringan lunak. NaOH berbentuk butiran padat
berwarna putih dan memiliki sifat higroskopis. Ion Na+ bereaksi dengan asam
lemak membentuk sabun.
6) Parfum
Parfum sebaiknya dipilih yang sederhana, lembut, dan menyenangkan, dan
banyak disukai dan dapat menutupi bau badan yang mungkin kurang sedap
untuk orang lain
7) Propilen glikol
Propilen glikol digunakan dalam kosmetika sebagai pelarut dalam jumlah
15- 50%. Propilen glikol adalah pelarut yang lebih baik dari pada gliserin dan
dapat melarutkan berbagai macam bahan seperti kortikosteroid, fenol,
barbiturat, vitamin (A dan D), dan alkaloid.
26
2) Tawas digerus halus dalamlumpang, kemudian diayak menggunakan ayakan
100 mesh.
3) Tawas dilarutkandalam propilen glikol dan asam laktat sambil dipanaskan di
atas penangas air sampai terbentuk larutan tawas.
4) NaOH dilarutkan dalam alkohol dimasukan ke dalam larutantawas.
5) Asam stearat dilebur di atas penangas air, kemudian dimasukan ke dalam
larutan tawas. Diaduk perlahan sambil terus dipanaskan di atas penangas air.
6) Kemudian dimasukkan parfum. Lalu, dimasukkan dalam wadah dan
dibiarkanmemadat.
2) Pemeriksaan pH sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter. Alat
terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral
(pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan
harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu
dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang
1 g sediaan dan dilebur dalam baker gelas dengan 100 ml air suling di atas
penangas air. Setelah suhu mencapai sekitar 40 oC, elektroda dicelupkan
dalam larutan tersebut. Alat dibiarkan menunjukkan harga pH sampai konstan.
Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan.
27
3) Pemeriksaan Homogenitas
Masing-masing sediaan deodoran antiperspiran batang yang dibuat diperiksa
homogenitasnya dengan cara mengoleskan sejumlah tertentu sediaan pada
kaca yang transparan. Sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan
tidak terlihat adanya butir-butir kasar.
4) Pemeriksaan stabilitas sediaan
Pengamatan terhadap adanya perubahan bentuk, warna dan bau dari sediaan
deodoran antiperspiran batang dilakukan terhadap masing-masing sediaan
selama penyimpanan pada suhu kamar pada minggu ke 2, 4, 6 dan selanjutnya
setiap 2 minggu hingga minggu ke-12. Pada perubahan bentuk diperhatikan
apakah sediaan deodoran antiperspiran batang mengalami perubahan bentuk
dari bentuk awal pencetakan atau tidak yakni dengan mengamati apakah
sediaan mengeluarkan minyak atau meleleh pada penyimpanan suhu kamar.
Pada perubahan warna diperhatikan apakah sediaan mengalami perubahan
warna dari warna awal pembuatan sediaan atau tidak, pada perubahan bau
diperhatikan apakah sediaan menjadi tengik atau masih berbau khas dari
parfum yang digunakan.
28
C. Uji Efek terhadap kain
Uji efek terhadap kain dilakukan pada kain rayon dan dilihat apakah ada
pengaruh konsentrasi tawas terhadap kerusakan kain. Sebanyak 100 mg sediaan
dioleskan secara merata pada kain rayon kemudian diletakkan pada ketiak
relawan. Percobaan ini dilakukan terhadap 6 orang relawan sehat (pengujian pada
kosentrasi tertinggi 30%). Lalu kain dicuci dengan menggunakan air tanpa sabun
kemudian kain rayon dikeringkan dilihat kerusakan kainnya, dilakukan hal yang
sama selama 6 hari dengan kain yang sama dilihat efeknya terhadap kain. Uji ini
dilakukan pada pagi hari setelah relawan mandi, dibiarkan hingga sore hari.
E. Uji Antiperspiran
Uji antiperspiran dilakukan menggunakan kain kasa sebagai adsorben. Kain
kasa dibuat dengan panjang 8 cm dan lebar 5 cm dan berat kain kasa sekitar 2
gram. Pada pengujian ini menggunakan 6 orang relawan (setiap konsentrasi
sediaan dibutuhkan 6 orang relawan), sehat, berjenis kelamin wanita, dan berusia
20-30 tahun. Pada pengujian ini relawan dianjurkan tidak boleh memakai
produkdeodoran antiperspiran lainnya sehari sebelum pengujian dan selama
pengujian dilakukan.
29
Uji ini dilakuan pada pagi hari, setelah relawan mandi. Sediaan dioleskan pada
ketiak kanan secara merata dan ketiak kiri tidak dioleskan sediaan (kontrol),
kedua ketiak relawan dipasangkan kain kasa yang telah ditimbang, ditutupi semua
dengan plester. Dibiarkan selama 3 jam, setelah 3 jam kain kasa ditimbang
kembali uji ini dilakukan selama 6 hari berturut-turut untuk setiap relawan.
30
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Pembahasan
31
Formula 2 Triclosan 6% + Citric acid (50%) 0,05% + Etanol 75% +
Sorbitol 4% + Isopropyl myristate 0,5% + Lavender fragrance 93-054 qs
32
sedikit disekresikan juga akan memberikan bau harum. Propelan merupakan gas
pendorong yang berfungsi untuk mengdorong cairan sehingga terbentuk aerosol.
Formula 4 Tawas 15 gr + Asam Laktat 0,75 gr + Etanol (96%) 10,53
gr + Asam Strearat 11,21 gr + Natrium Hidroksida 0,68 gr + Parfum 2 tetes
+ Propilen Glikol ad 100
Pada formulasi ini menggunakan tawas konsentrasi 20% sebagai zat aktif
deodoran antiperspirant dikarenakan menurut BPOM RI No. HK.
03.1.23.08.11.07517 tahun 2011 tentang persyaratan teknis bahan kosmetika,
kadar maksimal untuk garam aluminium adalah 20%, selain itu, sediaan
antiperspiran dipasaran yang menggunakan tawas dalam bentuk sediaan serbuk
yaitu dengan konsentrasi tawas 20%. Penggunaan asam laktat bertujuan untuk
menekan ionisasi logam aluminium, sehingga garam aluminium mudah
bercampur dengan sabun. Penggunaan asam stearat dan propilen glikol berperan
dalam memberikan konsisten dan kekerasan pada produk. Selain itu propilen
glikol juga digunakan sebagai pelarut. Penggunaan parfum dimaksudkan untuk
memberikan aroma wangi dalam penggunaannya.
33
warna putih dan memiliki bau khas parfum. Selanjutnya pemeriksaan Ph sediaan
dimana ph yang dihasilkan yaitu 3,7. pH ini sesuai dengan pH fisiologi kulit
yaitu 3,5 - 5. Selanjutnya pemeriksaan homogenitas dimana formulasi yang
dibuat tidak memperlihatkan adanya butiran-butiran kasar terbukti pada saat
sediaan dioleskan pada kaca transparan menunjukkan susunan yang homogen
dan pada saat dioleskan dipermukaan kulit tidak kasar. Selanjutnya uji stabilitas
sediaan, parameter yang diamati dalam uji stabilitas ini meliputi perubahan
bentuk, warna, dan bau sediaan selama 12 minggu pengamatan. sediaan
antiperspiran yang dibuat memiliki bentuk yang baik berbentuk padat
(batangan/stick), tidak keluar minyak dan tidak meleleh pada penyimpanan suhu
kamar. Warna sediaan yang dihasilkan tetap sama. Bau sediaan tetap stabil yaitu
bau khas dari parfum.
Sediaan yang dibuat juga tidak mengakibatkan reaksi iritasi pada kulit.
Pada uji efek terhadap kain, suatu sediaan deodoran antiperspiran dikatakan tidak
merusak kain apabila memenuhi kriteria, yaitu: Kekuatan kain tidak berubah
(kain tidak rapuh) setelah kain diolesi sediaan dan dicuci, kain tetap kuat seperti
sebelum kain diolesi sediaan; Tidak ada noda yang terlihat baik pada kain putih
maupun kain yang berwarna setelah diolesi sediaan dan dicuci sebanyak lima
kali; Tidak menghilangkan warna kain ataupun mengubah warna kain. Dan
pengujian selama 6 hari sediaan dengan konsentrasi tawas 20% tidak merusak
kain.
Pada uji bau badan sediaan dengan konsentrasi tawas 20% dapat
menghilangkan bau badan. Karena tawas dapat menghambat pertumbuhan
bakteri melalui tekanan osmosis.
34
4.2. Karakteristik Sediaan Kelompok
35
BAB V
KESIMPULAN
36
3) Tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Cocok untuk semua jenis
kulit.
4) Mudah digunakan, nyaman, tidak meninggalkan bekas, tidak
lengket, tidak bertaburan seperti bedak, melembutkanmenjaga
kulit tetap cerah, tidak lengketdan tidak merubah / mengurangi
aroma parfum
5) Mudah Disimpan.
37
DAFTAR PUSTAKA
1.
2. Rohman A. 2011. Formulasi dan Mekanisme Kerja Antiprespirant.
Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Ahmad Dahlan.
3. Lase BDJ. 2015. Formulasi Sediaan Deodoran Antiperspiran Bentuk Batang
(stick) dengan Aluminium Kalium Sulfat (Tawas). Skripsi. Medan: Universitas
Sumatera Utara
4. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI).
2014. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor
HK.03.1.23.07.11.6662 Tahun 2011 Tentang Persyaratan Cemaran
Mikroba dan Logam Berat dalam Kosmetika. Jakarta: Badan Pengawas
Obat dan Makanan Republik Indonesia.
5. Tranggono, R.I. , Latifah, F. , 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
6. Departemen Kesehatan republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia,
edisi III. Badan Pengawas Obat dan Makanan: Jakarta.
7. Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
8. Syarif M. Wasitaatmadja, 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, UI-PRESS,
Depok.
9. Egbuobi, R. C., Ojiegbe, G. C., Dike-ndudim, J. N., dan Enwun, P. C.
(2013). Antibacterial Activities of different brands of deodorants
marketed in owerrri, imo state, Nigeria. African Journal of clinical and
experimental microbiologi 14 (1)
10.Butler, H., 2000, Pouchers perfumes, cosmetics and soaps, 10th ed., London,
Kluwer Academic Publishers.
11. Sangadji D, Setianingsih FE. 2014. Makalah Formulasi Deodoran. Jakarta:
Institut Sains dan Teknologi Nasional
12. Aninom. (2014). Pakai deodoran tiap hari untuk cegah bau badan. Diunduh
http://health.detik.com/read/2014/11/12/140129/2746232/775/pakai-
38
deodoran-tiap-hari-untuk-cegah-bau-badan-wajibkah. Diakses pada tanggal
10 November 2017.
39