• Neutralization
Chemical • Chelation
Properties
• Oxidation,
etc.
• Taste
Physical • Mass
Properties • Adsorption
• Radioactivity
Efikasi tinggi
Direct
Kompleks
Memfasilitasi aksi endogen
Indirect agonis (neurotransmitter)
Kompetitif
Antagonis Non- Masuk pada binding site
kompetitif yang berbeda
LOCK AND KEY
Key = ligand
Lock = receptor
Key + lock = open
Kadang2 ada kunci yang dapat masuk ke
lubang kunci, namun tidak bisa membuka,
karena tidak tepat sempurna, hal ini menjadi
antagonis
Acetylcholine - Muscarinic Receptor
H H H H CH3
C C
N
H3C C
O
O H3 C CH3
H3C CH3 C
H3C CH3
O O
1. Kelarutan (solubility)
2. Koefisien partisi
3. Konstantan disosiasi (pKa)
4. Ikatan hidrogen
5. Molar refractivity (MR)
6. Ionisasi
7. Bentuk obat
8. kompleksasi
9. Aktifitas permukaan
10. Ikatan protein
11. Bioisosterism
• Konsentrasi dari solut/zat terlarut yang terlarut
yang setimbang dengan solut padat.
• Kelarutan bergantung pada solut dan pelarut,
suhu, tekanan dan pH.
• Metode untuk mengembangkan kelarutan:
– Mengubah struktur kimia. Penambahan grup polar
seperti asam karboksilat, keton dan amin dapat
meningkatkan kelarutan dengan meningkatkan ikatan
hidrogen dan interaksi dengan air.
– Mengurangi gaya intramolekuler. Mis. Menambahkan
etil ester pada metildopa (solubility ~ 10mg/ml)
menjadi metil dopate (solubility ~ 10-300 mg/ml)
sehingga mengurangi ikatan hidrogen intramolekuler
asam karboksilat dan amin primer, dengan demikian
akan mengurangi titik lebur dan meningkatkan
kelarutan.
– Menggunakan ko-solvent. Mis. Propylene glycol,
polyethylene glycol, etanol dan sorbitol.
Meningkatkan kelarutan molekul hidrofobik dengan
mengurangi konstanta dielektrik pelarut. Beberapa
masalah yang muncul adalah adanya dilusi antara
campuran larutan dengan jaringan yang rusak setelah
obat dimasukkan kedalam tubuh.
– surfactant (agen aktif permukaan) ~ ampifilik
(memiliki kepala polar dan ekor nonpolar) dan
membentuk micelles. Obat nonpolar akan terpartisi
kedalam bagian hidrofobik, dan menjadi terlarut.
– Kompleksasi. Bergantung pada gaya London, ikatan
hidrogen dan interaksi hidrofobik.
Kegunaan kelarutan:
Obat harus dalam larutan sebelum dapat diserap
oleh tubuh dan memiliki aktifitas biologis.
Obat harus dalam bentuk larutan untuk
berinteraksi dengan reseptor.
• Def. konstanta kesetimbangan konsentrasi obat antara
molekul yang tidak dapat terionisasi dalam dua fase (lipid
dan air), dan untuk molekul terionisasi (asam, basa dan
garam), dimana alfa adalah derajat ionisasi dalam larutan
air.
• Lipofilisitas: kemampuan obat untuk larut dalam fase lipid
saat terdapat juga fase air.
• Koefisien partisi susah untuk dihitung dalam sistem hidup,
umumnya ditentukan secara in-vitro dengan n-oktanol
(fase lipid) dan dapar fosfat pH 7.4 (fase air). Logaritma P
(log P) digunakan untuk menentukan lipofilisitas.
• Obat harus di desain dengan nilai log P yang serendah
mungkin, yakni untuk mengurangi toksisitas, ikatan non
spesifik, meningkatkan kemudahan dalam formulasi dan
bioavailabilitas.
• Koefisien partisi berpengaruh besar terhadap
karakteristik transportasi obat, dari tempat masuk
ke site of action.
• Thiopentone sodium memiliki koefisien partisi
kloroform/air sekitar 100, sehingga sangat soluble
di lipid dan dapat dengan mudah melewati
hambatan otak darah
Senyawa Koefisien partisi lipid/air
Etanol 0.03
Morfin 0.4
Barbiton 1.4
Fenobarbiton 5.9
Kebanyakan obat adalah asam lemah atau basa
lemah, seperti asam asetat atau amonia, dan
bereaksi dengan air untuk membentuk pasangan
konjugasi.
Konstanta disosiasi mengukur kekuatan asam atau
basa, sering disebut konstanta keasaman atau
konstanta ionisasi.
Obat asam lemah + air H3O+ + anion obat basa lemah-
Obat basa lemah + air OH- + obat basa lemah H+
pKa = – log [[A–][H3O+]/[HA]]
Konstanta disosiasi mengukur kekuatan asam atau
basa, sering disebut konstanta keasaman atau
konstanta ionisasi.
Dibedakan atas ikatan hidrogen intermolekuler dan
intramolekuler.
Ikatan hidrogen intermolekuler terjadi antara dua atau lebih
molekul pada senyawa yang sama dan menghasilkan
pembentukan agregat polimerik. Ikatan ini menyebabkan
peningkatan titik didih dan kelarutan dalam air. Ex. Etanol
menunjukkan titik didih yang tinggi dan kelarutan yang lebih
tinggi didalam air daripada dimetil eter, walaupun keduanya
memiliki berat molekul yang sama.
Ikatan hidrogen intramolekul terjadi antara dua atom pada
molekul yang sama. Sering dikenal dengan kelat (chelate), dan
sering terjadi pada senyawa organik. Ikatan ini menurunkan titik
didih dan kelarutan dalam air dengan mencegah asosiasi molekul.
Asosiasi molekul akan meningkatkan titik didih dan titik lebur.
1. Titik didih dan titik lebur, dapat meningkat oleh karena
asosiasi molekul (ikatan hidrogen intermolekuler), menurun
oleh karena kelat (pada intramolekuler)
2. Kelarutan dalam air meningkat dengan semakin banyaknya
kemungkinan ikatan hidrogen antara pelarut dan zat
terlarut.
3. Kekuatan asam meningkat dan lebih stabil oleh adanya
ikatan intramolekuler yang menstabilkan anion.
4. Sifat-sifat spektroskopi pada infra merah dan NMR dapat
dipengaruhi oleh ikatan hidrogen (terjadi pergeseran)
5. Tegangan permukaan meningkat dan lebih viskositas (encer)
6. Struktur 3 dimensi protein dan asam nukleat terjadi karena
adanya ikatan hidrogen.
7. ikatan hidrogen menjadi gaya pengikat sekunder pada
interaksi obat-reseptor.
Refraktifitasmolar adalah volume molar yang
dihubungkan dengan indeks refraktif, yaitu
dengan menghadirkan ukuran dan
kemampuan terpolarkan dari suatu fragmen
atau molekul.
Pada molekul organik, karakter ini
dipengaruhi oleh berat molekul (MW). Lebih
besar MW, maka lebih besar pula efek sterik
dan densitasnya. MR yang lebih kecil untuk
MW yang sama menunjukkan interaksi yang
lebih kuat dalam kristal (densitas yang lebih
besar mengindikasikan bahwa packing lebih
baik karena interaksi yang lebih besar)
Akumulasi obat yang terionisasi dalam
suatu kompartemen didalam tubuh
dikenal dengal ‘ion trapping’.
Ionisasi tergantung pada pKa (negatif log
Ka) dan pH. (Ka adalah konstanta
keasaman senyawa, yaitu tendensi untuk
melepaskan proton).
Asam lemah pada pH asam atau basa
lemah pada pH basa lebih larut lipid
(uncharged, dapat lebih mudah melewati
membran biologis)
Bentukobat adalah suatu faktor yang penting
dalam mendefinisikan keadaan interaksi
obat-reseptor. Pada protein, bentuk 3 D
menentukan daerah ikatan pada reseptor.
Ingat! Bentuk 3D dari atom karbon (4 kaki)
berpengaruh pada struktur senyawa organik.
Bentuk ring benzene adalah datar.
Kompleksasi atau koordinasi dihasilkan dari
mekanisme donor-aseptor (pasangan
elektron) atau reaksi asam-basa Lewis.
Donor: atom atau ion non-metalik pada
molekul netral atau pada senyawa ionik,
yang dapat mendonasi pasangan elektron.
Aseptor (penerima pasangan elektron): ion
metal, terkadang molekul netral.
Senyawa yang diperoleh dengan
mendonasikan elektron pada ion metal
dengan pembentukan struktur cincin disebut
dengan kelat (chelate).
Fenomena kelat semakin luas dan signifikan terlibat
dalam sistem biologis dan berguna untuk
menjelaskan mekansime kerja obat:
Dimercaprol merupakan agen kelat yang efektif sebagai
antidot (penangkal racun) untuk arsenik organik, Lewisite,
dan juga berguna untuk mengobati keracunan antimoni,
emas dan merkuri
Penicillamine adalah antidot efektif karena akan
membentuk kelat yang larut air dengan tembaga dan ion
metal lainnya.
8-Hydroxyquinoline dan analognya bekerja sebagai
antibakteri dan antijamur dengan berkompleks dengan besi
dan tembaga.
Surfaktan merupan senyawa yang mengurani
tegangan permukaan air. Molekul ini tersusun dari
bagian yang hidrofilik (larut air) dan bagian yang
hidrofobik (tak larut air).
Hidrofobik umumnya adalah hidrokarbon alifatik
maupun aromatik, dengan 8 – 18 atom karbon. ~
minyak2.
Hidrofilik dapat berupa anion, kation maupun non-
ionik. Anion ~ karboksilat (sabun), sulfat, sulfonat,
fosfat. Kation ~ produk2 amin. Non-ionik ~
berasosiasi dengan air pada oksigen eter pada
rantai glikol polietilen.
Aktifitas bakterisidal senyawa2 amonium
kuartenari
Aktifitas anti cacing dari hexylresorcinol
Hormon steroid dan barbiturat
Fenol dan kresol bekerja sebagai disinfektan
dengan mendenaturasi protein pada
membran biologis
Agen2 busa (foamin), emulsifier.
Proteinyang sangat signifikan terlibat pada
pengikatan obat adalah albumin, yang
menyusun lebih dari separuh protein darah.
Albumin berinteraksi dengan gaya Vander
Waals, ikatan hidrofobik, ikatan hidrogen,
dan interaksi ionik.
D (obat bebas) + P (protein bebas)
Kompleks DP
Kompleks protein-obat tidak di-permeat melalui
phospholipid bilayer, termasuk membran kapiler, membran
glomerular di nepron, dan blood-brain barrier.
Obat yang terikat adalah lebih susah dicerna enzim pada
first-pass metabolism.
Kompleks obat-protein merupakan reversibel dan berguna
untuk membersihkan obat bebas (konsentrasi) in-vivo.
Fraksi obat yang terikat dengan protein tidak mampu untuk
menyeberangi membran sel dan tidak dapat berinteraksi
dengan reseptor.
Fraksi yang bebas dalam air plasma yang memiliki aktifitas
biologis.
Obat yang satu dapat berinteraksi dengan yang lain pada
level ikatan protein plasma, menimbulkan efek yang
terapeutik maupun racun.
Isosterik adalah dua molekul / ion / radikal yang
memiliki jumlah dan susunan elektron yang sama
(isoelektrik), sehingga memiliki total charge yang
sama pula. Ex.
CO dan NO2
CO2 dan N2O
N3 dan NCO-
CH2N2 dan CH2 = CO
Bioisosterik adalah dua komponen atau grup yang
memiliki bentuk molekuler dan volume yang hampir
sama, distribusi elektron yang hampir sama, dan
menunjukkan sifat fisik yang serupa, sehingga
memberikan sifat biologis yang serupa pula.
Bioisosterikklasik: penggantian jumlah atom,
valensi, derajat ke-tak-jenuhan
(unsaturation), aromasitas, dan menjadi
bioisosterik jika aktifitas biologis tetap
dipertahankan.
Bioisosterik
non-klasik: penggantian grup
dengan struktur yang sama tetapi tidak
memenuhi persyaratan elektrik dan sterik.
PRODRUG, SOFTDRUG, TARGETED
DRUG, HYBRID DRUG
• Prodrug adalah senyawa analog obat yang berada dalam
keadaan inaktif namun memiliki sifat-sifat farmakokinetik
(bioavailabilitas dan penetrasi) yang lebih baik. Disebut juga
‘latentiated drugs, bioreversible derivatives, congeners’.
• Codrug adalah senyawa yang merupakan mutual prodrug,
yaitu terdiri dari sedikitnya dua drug sinergik yang berbeda
dan dilepaskan secara in vivo pada active site yang diinginkan.
• Softdrug adalah senyawa aktif yang merupakan analog obat
inaktif, dan kemudian terdegradasi menjadi obat inaktif
tersebut, namun memiliki waktu paruh yang lebih singkat.
• Targeted drug adalah drug maupun prodrug yang
menunjukkan aksi biologisnya hanya pada sel atau organ
tertentu.
Prodrug
Kenapa harus Prodrug?
1. Meningkatkan sifat fisikokimia (kelarutan, kestabilan, dll.
untuk formulasi)
2. Meningkatkan sifat pendistribusian dan nilai terapeutik obat.
3. Menintkatkan kemampuan penetrasi obat melalui membran
biologis.
4. Meningkatkan stabilitas dan kelarutan obat (dalam tubuh).
5. Meningkatkan spesifisitas obat.
6. Meningkatkan durasi aktifitas farmakologis.
7. Menurunkan toksisitas dan efek samping obat.
8. Meningkatkan penerimaan pasien.
Persyaratan Prodrug
1. Prodrug harus inaktif atau kurang aktif dari
senyawa induk.
2. Hubungan antara drug dan pembawa (carrier)
harus dipisahkan secara in-vivo.
3. Zat pembawa (carrier) dan hasil urainya harus
tidak beracun.
Klasifikasi Prodrug
• Asam Karboksilat dan Alkohol. Dapat dibuat
dengan mengkonversi obat menjadi suatu ester.
Suatu ester dapat dengan mudah dihidrolisis oleh
enzim esterase yang ada di plasma dan jaringan
lain.
• Amin. Karena stabilitas kimia amin sangat tinggi,
maka yang umum dilakukan adalah
menggunakan basa sebagai bentuk dari amin.
• Hubungan Azo. Ikatan –azo adalah turunan dari
amin.
• Senyawa Karbonil (gugus fungsi aldehid dan
keton). Prodrug ini dikonversi kembali menjadi
senyawa karbonil melalui hidrolisis. Contoh,
formaldehid bekerja sebagai antibakteri.
Pengembangan Prodrug
• Meningkatkan penerimaan pasien (rasa pahit,
getir, asam maupun basa kaustik obat), dengan
cara: 1) reduksi kelarutan dalam saliva, dan 2)
mengurangi afinitas terhadap reseptor rasa di
lidah.
• Contoh: dengan penambahan ester fosfat, maka
clindamycin yang pahit menjadi tidak pahit.
• Mengurangi iritasi lambung seperti pada
beberapa obat seperti NSAIDs, asam nikotinat,
kanamycin, diethylstilboestrol).
• Contoh: pada esterifikasi asam salisilat menjadi
aspirin.
• Meningkatkan kestabilan kimiawi, karena pada
beberapa obat terjadi dekomposisi mandiri saat
digunakan secara oral.
• Meningkatkan kelarutan dalam air.
• Mengurangi toksisitas dan efek samping. Salah satu
tujuan desain obat adalah mendapatkan obat yang
memiliki aktifitas yang tinggi dan toksisitas yang rendah.
• Contoh: menggunakan prodrug dipivaloylepinephrine
(daripada epinephrine) untuk mengobati glaukoma.
• Esterifikasi aspirin sangat besar menekan aktifitas
uterogenik lambung.
• Meningkatkan transpor membran.
• Contoh: senyawa barbiturat memiliki efek sedatif dan hipnotik.
Variasi barbiturat berbeda dalam waktu yang diperlukan untuk
menidurkan dan durasi efeknya. Hexobarbitone adalah obat
yang efektif namun permeabilitas membrannya rendah. N-
methylhexobarbitone adalah turunan sederhana yang memiliki
karakteristik permeabilitas yang lebih baik.
• Memperlama aktifitas. Prodrug akan berada
dekat dengan reseptor untuk waktu yang lebih
lama, dan konversi menjadi obat induk pada
tempat aksi.
• Contoh: nordazepam adalah obat untuk sedasi
(anxiolytic), yaitu relaksan otot. Namun,
aktifitasnya terlalu cepat karena metabolisme dan
ekskresi. Dengan kehadiran grup N-metil pada
prodrug mencegah degradasi yang cepat
(demetilasi) dan memperpanjang sifat retensi
tubuh.
• Desain prodrug spesifik jaringan. Penghantaran obat site-
specific dapat dicapai dengan aktifasi jaringan, yang
merupakan hasil dari enzim yang unik pada jaringan atau
hadir dengan konsentrasi yang tinggi.
• Contoh: dexamethasone dan prednisolone adalah
kortikosteroid yang digunakan untuk anti inflamasi,
bersifat hidrofobik, terabsorbsi dengan baik di usus halus
dan tidak mencapai usus besar untuk pengobatan. Saat
prodrug dexamethasone-21-b-glucoside dan
prednisolone-21-b-glucoside digunakan, maka terserap
lebih di usus besar (kolon). Prodrug lebih hidrofilik dan
jelek terserap di usus halus.
Sumber:
Uetrecht, J.P. dan Trager, W. (2007). Drug
Metabolism: Chemical and Enzymatic
Aspects. Informa Healthcare USA, Inc. New
York.
Metabolisme adalah mekanisme tubuh untuk memproses,
menggunakan, mengaktifasi dan mengeliminasi senyawa
asing termasuk obat.
Obat akan dicerna atau dinetralkan (struktur kimia akan
dipecahkan atau diubah) menjadi lebih kurang aktif, inert,
atau diubah menjadi lemak atau protein tubuh yang
mencegahnya bekerja pada organ tubuh.
Site of action yang utama adalah hati (primer) karena banyak
mengandung enzim2 yang diperlukan untuk melakukan
metabolisme. Tempat yang lain dapat terjadi di darah, cairan
limpa, atau jaringan tubuh lainnya.
Obat adalah senyawa kimia, pengetahuan
dasar tentang kimia sangat diperlukan untuk
mengerti tentang sifat obat. Nama obat
berubah-ubah dan memberikan sedikit
bahkan tidak ada informasi tentang sifat2
obat.
Sehingga, sangatlah bermanfaat jika dapat
melihat struktur obat dan memprediksi sifat2
obat.
Karena struktur kimia merupakan sandi dari sifat
biologisnya, struktur menjadi variabel primer
untuk menemukan obat baru bagi medicinal
chemist.
Modifikasi struktur sistematik menjadi alat utama
untuk mengisolasi dan meningkatkan aktifitas
biologis yang diinginkan. Dengan berkembangnya
pengujian in-vitro reseptor, metode kombinatorial
dari sintesis kimia dan gambar komputer,
modifikasi struktur meningkat dengan baik.
Sifat fisikokimia obat: ukuran molekuler, bentuk,
keasaman atau kebasaan, lipofilisitas, pKa,
karakteristik sterik dan elektronik
Faktor kimiawi: obat-obat dapat mempengaruhi
kecepatan pembentukan enzim yang baru atau
mengurangi kecepatan degradasi enzim yang me-
metabolis obat. Mis. Alkohol meningkatkan
metabolisme phenobarbitone, phenytoin, dll.
Diet: kandungan dan aktifitas enzim dapat berubah
dengan senyawa yang dimakan. Fat free diet
menekan kerja sitokrom P450 karena fosfolipid yang
menjadi komponen utama dari mikrosom menjadi
sedikit.
Genetik: perbedaan antar individu atau grup etnik
dapat membawa pada efek terapeutik atau keracunan
overdosis yang berlebihan atau berkepanjangan. Mis.
Sekitar 1% orang Arab %, 30% Chinese, 7-10%
caucasian menunjukkan metabolisme yang jelek pada
obat yang menggunakan enzim CYP2D6.
Faktor lingkungan: seperti rokok, alkohol dan terapi
obat bersamaan mempengaruhi metabolisme obat.
Mis. Perokok memproduksi hidrokarbon aromatik
polinuklir. CYP1A2 memetabolis HC aromatik
polinuklir menjadi karsinogen yang bertanggung
jawab untuk penyakit kanker.
Untuk melakukan metabolisme, organisme akan
melibatkan banyak enzim.
Dari banyak enzim yang terlibat, sitokrom P450s
(CYP) (dan P450s reduktase) merupakan yang
paling umum dan penting. P450 terdapat
diseluruh tubuh, tetapi konsentrasi tertinggi
terdapat pada hati, pabrik kimia tubuh, yaitu
pada retikulum endoplasma, khususnya pada
mikrosom.
CYP + O2 + RH + 2e– 2H+ CYP + ROH + H2O
RH:substrate
Sitokrom P450s (CYPs) merupakan protein yang terikat pada
membran.
Awalan CYP menandakan mereka adalah anggota superfamily
P450. CYP3A4 berarti family=3, subfamily=A, 4 adalah anggota
dalam subfamily. Metabolisme obat manusia melibatkan 3 family,
yaitu CYP1, CYP2, CYP3, yaitu CYP1A2, CYP2A6, CYP2B6,
CYP2C9, CYP2C19, CYP2D6, CYP2E1, and CYP3A4 yang
memberikan kontribusi yang besar.
CYP3A4 adalah enzim manusia yang paling penting, yang
berperan dalam metabolisme separuh dari seluruh obat yang
digunakan sekarang.
FAD: flavin
adenin
dinucleotide
FMN: flavin
mononucleotide
NADPH: nicotine
adenine
dinucleotide
phosphate
Pp34/41
Konversi metabolik diklasifikasikan menjadi 2
jalur reaksi, yaitu:
Reaksi fase I – reaksi oksidasi, reduksi dan
hidrolisis
Reaksi fase II – konjugasi dengan molekul yang
kecil
(Reaksi fase III) sering didefinisikan sebagai
eliminasi obat oleh transporter.
Untuk menghilangkan suatu senyawa lipofilik, umumnya akan dioksidasi
terlebih dahulu menjadi suatu bentuk yang lebih polar. Oksidasi juga
dilakukan pada jalur biosintesis untuk memproduksi hormon steroid,
prostaglandin, leukotrien, dll.
Fase I merupakan jalur yang utama dalam biotransformasi. Fase ini
bukan suatu proses sintesis di alam, dan memproduksi lebih banyak
metabolit yang larut air dan kurang aktif.
Reaksi yang umum adalah
Oksidasi:
hidroksilasi aromatik, hidroksilasi alifatik, dealkilasi N-, O- dan S-, N-hidroksilasi,
N-oksidasi, sulfoksidasi, deaminasi dan dehalogenasi.
Oksidasi terjadi dengan cara:
penambahan oksigen (tanpa penambahan hidrogen/hidrasi),
penghilangan atom hidrogen (tanpa menghilangkan oksigen/dehidrasi),
atau secara sederhana penghilangan elektron.
Reduksi:
Reduksi azodye, nitroreduksi
Reaksi hidrolitik.
Hydrolysis
of esters and amides by esterases and amidases
of epoxides by epoxide hydrolases
of acetals by glycosidases
of glucuronides by glucuronidases
Decarboxylation of e.g. amino acids
Reduction
of carbonyl compounds by alcohol dehydrogenases
or aldo-keto reductases
of azo compounds (via hydrazo compounds to amines)
by NADPH-cytochrome P450 reductase and others
of nitro compounds
Reductive dehalogenation of aliphatic compounds
Oxidation Reactions
of alcohols and aldehydes: RCH2OH RCHO RCOOH
of aliphatic chains: R-CH2CH3 R-CH(OH)CH3 (e.g. in
barbiturates)
of aromatic amines: R-NH2 R-NHOH R-N=O
of tertiary amines: R1-N(R2)-R3 R1-N( O)(R2)-R3
of sulfides: R1-S-R2 R1-SO-R2 R1-SO2-R2
of alkenes to epoxides
of aromatic compounds to phenols (para-hydroxylation)
Oxidative O- and N-dealkylation: R1-X-CH2-R2 R1-X-H +
R2-CH=O
(X = O, NH)
Oxidative deamination (MAO): R-CH2-NH2 R-CH=O
Oxidative desulfuration: R1-C(=S)-R2 R1-C(=O)-R2
Pada fase ini dihasilkan metabolit yang besar
dan polar yang dapat dengan mudah
dieksresikan dari tubuh. Beberapa obat
secara langsung berkonjugasi dan mengalami
hanya sedikit metabolisme oksidatif.
Reaksi yang umum adalah:
Glucuronidasi, sulfasi, konjugasi aminoacid,
asetilasi, metilasi atau konjugasi gluation untuk
memfasilitasi eliminasi.
Accelrys (www.accelrys.com/chem_db/biotrans.html) electronic
version of D. Hawkins, Biotransformations (7 volumes), Royal Society of
Chemistry, London.
Camitro Corporation (www.camitro.com; now ArQule) models for
bioavailability, BBB penetration, metabolic degradation by CYP 1A2,
2C9, 2D6, 3A4
CompuDrug (www.compudrug.com) software MetabolExpert +
metabolite database
Lhasa (www.chem.leeds.ac.uk/LUK/meteor/meteor.htm) software
METEOR + literature database
MDL Metabolite Database (www.mdl.com/products/) metabolism
information system
MULTICASE (www.multicase.com/start.htm) rule-based expert system
+ metabolite database
Target Lead Lead Clinical
Identification Identification Optimization Evaluation
Lead Structure
Testing
Structure Development
Trial ‘n Error
• Ethnopharmacology (primitive culture) …. 1 dari 1000 ??
Serendipity
• ….. kb. kesanggupan untuk menemukan sesuatu
keterangan dengan tak disengaja waktu mencari sesuatu
yang lain.
Sintesis yang kompleks dan memakan waktu yang
lama
Diversitas yang rendah (tidak cukup untuk
menemukan lead structure
Hasil sintesis terlalu sedikit
Perkembangan yang lambat dari profil aktifitas
struktur dalam satu kelas yang sama
Optimisasi yang lambat dalam siklus evolusinya
Cakupan paten sedikit
Biaya yang tinggi (sekitar US$ 5,000 – 10,000 per
senyawa)
Strategi ini sangat
bergantung pada
kehadiran sejumlah
informasi pada awal N N
studi:
N N N
◦ Jika beberapa informasi
tersedia, misalnya X-ray H
N
H
3D (bentuk kristal murni) N N
maka mungkin untuk Cl Cl Cl Cl
mencocokkan beberapa
kandidat molekul yang
berbeda dengan struktur
target dan mengeliminasi
yang terlihat ‘bulky’ atau Cl Cl
yang menunjukkan
geometri yang tidak tepat Ki = 30 nM Ki > 10.000 nM
N N
O
West N East
CH3
South
O
NH
CH3
H H H H H X
N N N N N N Y
N
N
N N N N N N Z
H H H H H
N N N N N N N
N S
N N
N N N N N N N N N N
N N
N
Modifikasi sisi utara
Dapatkah grup NH N
N N
yang hampir
CH3
simetris, modifikasi
yang hampir sama
dengan sisi timur
dapat dilakukan.
Dapat dilakukan
untuk sisi barat dan
timur strategi
‘benzo-splitting’
O
NH
N N
N N
C N
Studi farmakologis harus memenuhi kriteria:
◦ Hubungan antara dosis dan efek
◦ Memenuhi batas kepercayaan (statistik)
◦ Perbandingan dengan senyawa pembanding
◦ Determinasi waktu puncak aksi
Bandingkan dengan senyawa pembanding
yang dipublikasi oleh laboratorium
kompetitor.
Some computer aided program on structure design based on receptor
Ligand flexibility
Protein flexibility
Flexibility of the ligand-protein complex
Geometry and strength of hydrogen bonds
Solvation and desolvation effects (entropy)
Inserted (conserved) water molecules
Synthetic accessibility of ligands
Combinatorial docking of ligands
Konsep fundamental, asumsi bahwa
struktur 3D suatu senyawa kimia
spesifik menentukan bagaimana
molekul tersebut bereaksi dengan
molekul lainnya dalam sistem hidup,
dan bertanggung jawab atas efek
biologisnya.
Konsep ini sering disebut dengan
structure-activity relationship (SAR).
Penjabaran umum dari SAR adalah
‘kunci’ dan ‘anak kunci’ pada model
aksi enzim oleh Emil Fischer tahun
1894.
QSAR termasuk metoda-metoda statistik
yang mengkaitkan aktifitas biologis (aktifitas
molar equipoten) terkait dengan:
◦ Elemen-elemen struktur (analisis Free Wilson)
◦ Sifat-sifat fisikokimia (analisis Hansch), atau
2D
◦ Bidang (3D QSAR) sterik QSAR
all analogs belong to a congeneric series
all analogs exert the same mechanism of
action
all analogs bind in a comparable manner
the effects of isosteric replacement can be
predicted
binding affinity is correlated to interaction
energies
biological activities are correlated to binding
affinity
Molecular Property Corresponding Parameters
Interaction
Lipophilicity hydrophobic log P, π, f, RM, χ
interactions
QSAR OR QSPR
(PROPERTY)
HISTORY
Crum, Brown & Fraser (1869) – aktivitas biologis
alkaloida alam, seperti striknin, brusin, tebain,
kodein, morfin dan nikotin akan menurun atau
hilang bila direaksikan dengan metil iodida efek
biologis suatu senyawa merupakan fungsi dari
struktur kimianya.
Overton (1897) dan Meyer (1899) efek narkosis
senyawa-senyawa yang mempunyai struktur kimia
bervariasi berhubungan dengan nilai koefisien partisi
lemak/air.
Ferguson (1939) aktivitas bakterisid turunan fenol
mempunyai hubungan linier dengan kelarutan dalam
air.
Corwin Hansch, dkk. (1963) struktur kimia dan
aktivitas biologis obar berhubungan melalui sifat-
sifat kimia fisika lipofilik, ionisasi dan ukuran
molekul (sterik).
SAR
3D (chemical) Its biological
structure activity
HTS: High-throughput
screening
HTL library: hit-to-lead
AREA: ADME(T) PBPK
physiologically-based
pharmacokinetics
(optimized)
E xample of an optimization algorithm. Source: Adapted from a
presentation by Dr. U. Heiser, Probiodrug AG, Halle, Germany,
reproduced with permission.
CORWIN HANSCH AND TOSHIO FUJITA
(1960S)
Initially, focused on octanol/water partition coefficients (log P)
for drug transport.
Log P is the most predominant descriptor in SAR studies.
Biological activity = function of molecular or
fragmental descriptor
Keuntungan :
1. Dapat menguji HKSA turunan senyawa dengan
bermacam-macam gugus substitusi pada berbagai
zona.
2. Digunakan bila tidak ada data tetapan kimia fisika
dari senyawa dan uji aktivitas lebih lambat
dibanding dengan sintesis turunan senyawa.
MODEL PENDEKATAN HKSA HANSCH
log 1/C = a Σ π + b Σ σ + c Σ Es + d
C = kadar untuk respons biologis baku.
1. Lebih sederhana.
2. Konsepnya secara langsung berhubungan
dengan prinsip-prinsip kimia fisika organik
yang sudah ada.
3. Dapat untuk melihat hubungan linier dan
non-linier
4. Data parameter sifat kimia fisika substituen
sudah banyak tersedia dalam tabel-tabel.
5. Penggunaan pendekatan model Hansch
telah banyak dapat menjelaskan hubungan
struktur dan aktivitas suatu turunan obat.
STATISTIK DALAM HKSA
Regresi Linier
Y = aX1 + bX2 + cX3 + d
Y = aktivitas biologis (variabel tergantung)
Regresi Non-Linier
Gunakan program komputer:
QSAR/SPSS/Minitab/Statistika dll.
EXERCISE: