Anda di halaman 1dari 128

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SERTA PENETAPAN KADAR FLAVONOID

DAN FENOLIK DARI KULIT BUAH COKLAT (Theobroma cacao L)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai


syarat Memperoleh Derajat Sarjana
(S-1)

Oleh:

Waelti
O1A1 16 100

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
OKTOBER 2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SERTA PENETAPAN KADAR FLAVONOID


DAN FENOLIK DARI KULIT BUAH COKLAT (Theobroma cacao L)

Diajukan oleh:

WAELTI
O1A116 100

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Yamin, S.Pd., M.Sc. Ari Sartinah, S.Si.,M.Sc.


NIP. 119751019 201409 1 003 NIP. 19860116 201212 2 002

Mengetahui,
Ketua Jurusan Farmasi,

Nuralifah, S.Farm., M.Kes., Apt.


NIP.198405082010012031
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Kendari, Oktober 2020

Waelti

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatllahi wabarakatuh

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta karunianya-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta

salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW

yang telah menuntun umatnya dari lembah kegelapan menuju jalan yang terang

benderang.

Skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Antioksidan dan Penetapan Kadar

Flavonoid dan Fenolik Total Dari Kulit Buah Coklat (Theobroma Cacao L.)”

ini disusun sebagai salah satu syarat tugas akhir untuk mendapatkan galar Sarjana

Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Halu Oleo.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan karena dengan segala

keterbatasan. Namun penulis berusaha untuk mempersembahkan skripsi ini sebaik-

baiknya agar dapat memiliki manfaat banyak pihak.

Selama penyusunan hasil penelitian ini, penulis banyak mendapat

bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun materil

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan

hati penulis mengucapkan terima kasih yang sangat tulus dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada Bapak Yamin S.Pd., M.Sc. selaku Pembimbing I dan

Ibu Ari Sartinah S.Pd. M.Sc., selaku Pembimbing II, yang telah banyak

mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan pengetahuan,

bantuan, kritik, saran dan juga semangat selama penelitian dan penyusunan tugas

akhir ini.
iv
Dalam kesempatan ini, secara khusus penulis menyampaikan terima kasih

yang tidak terhingga kepada Ayahanda Lamuju dan (Almarhumah) Ibunda

Sunaini untuk semua kasih sayang, materil, semangat, nasehat serta doa terbaik

yang selalu dipanjatkan kepada Allah Ta’ala untuk kelancaran dan kesuksesan

penulis. Terimakasih pula kepada seluruh keluarga besar penulis terutama kaka-

kaka penulis yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis demi

terselesaikannya tugas akhir ini. Semoga Allah Ta’ala selalu melindungi dan

melimpahkan rahmat-Nya kepada mereka.

Penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis

haturkan kepada:

1. Rektor Universitas Halu Oleo Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun F.,

S.Si.,M.Si., M.Sc.

2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo Bapak Dr. Ruslin, S.Pd.,M.Pd.

3. Ketua Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo Nuralifah S.

Farm., M.Kes., Apt.

4. Wakil Dekan I Fakultas Farmasi UHO Ibu Suryani, S.Farm., M.Sc., Apt.

5. Wakil Dekan II Fakultas Farmasi UHO Ibu Henny Kasmawati,

S.Farm.,M.Si., Apt.

6. Wakil Dekan III Fakultas Farmasi UHO Bapak Sunandar Ihsan,

S.Farm.,M.Sc., Apt.

v
7. Bapak Dr. Muhammad Arba, S.Pd., M. Si selaku Kepala Laboratorium Farmasi

serta para laboran yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama

melaksanakan penelitian.

8. Ibu Nuralifah S.Farm.,M. Kes., Apt. selaku Pembimbing Akademik yang telah

memberikan bimbingan di bidang akademik.

9. Ibu Hj. Fery Indradewi Armadany, S.Si.,M.Si.,Apt, Ibu Astrid Indalifiany,

S.Farm., M.Si., Apt. dan bapak Muhamad Handoyo Sahumena, S.Pd.,M.Sc.

selaku Dewan Penguji yang telah banyak memberikan ide dan saran bagi

penulis dalam menyelesaikan tugas akhir.

10. Bapak Yamin S.Pd., M.Sc., dan Ibu Ari Sartinah S.Pd.,M.Sc., selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan arahan kepada penulis selama melakukan

penelitian.

11. Bapak dan Ibu dosen di lingkungan Universitas Halu Oleo, khususnya Jurusan

Farmasi, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis. Seluruh staf

di Fakultas Farmasi Universitas Halu Oleo terima kasih atas segala fasilitas dan

pelayanan yang telah diberikan selama penulis menuntut ilmu.

12. Ibu Mistriyani, S.Farm., M.Sc. dan Kakak-kakak senior yang telah memberi

saran dan waktu untuk penulis serta adik-adik junior Fakultas Farmasi

Universitas Halu Oleo.

13. Teman-teman ELIXIR angkatan 2016 terima kasih semangatnya dan teman-

teman kelas C 2016, Elna, risky, afrizal, fahmi, dewi, wani, dianty, ayu, ardita,

finti, fitra, wati, sintia, inka, umi, faimah, suci, winda, wanda, naimah, lilis, evi,

ulfa, intan, insan, anggi, ira, dita, pia, ira, puja, salam, sono, dan akbar terima

kasih semangat dan kekompakannya mulai awal masuk kuliah hingga saat ini,

semoga sukses semuanya.

vi
14. Rekan-rekan sebimbingan “Tim Uji Aktivitas Antioksidan dan Antimikroba”

Terima Kasih atas semangat,dukungan dan kerjasamanya.

15. Untuk keluarga ZAL terima kasih atas kekompakkan, kerja sama, dan mensuport

setiap kali penulis merasa lelah untuk bangkit kembali. Semoga kita semua

menjadi manusia yang bermanfaat bagi yang membutuhkan.

16. Untuk kak lade laiyo,A.Md,stat, kak Asma, S. Farm , kak Syadam,S.Si, Samsinar,

kak Muhamad Rizal, S.KM. terima kasih banyak sudah banyak membantu penulis

baik secara fisik maupun material dan mensuport penulis hingga bisa sampai

tahap sekarang.

17. Untuk teman-teman di asrama Tridarma terima kasih atas bantuan dan dukungan

kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan tugas akhir ini.

18. Untuk Seluruh pihak yang telah membantu melancarkan penelitian dan

penulisan ini yang tidak tersebutkan namanya ucapan terima kasih dari penulis.

Akhirnya penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada

semua pihak. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam hasil ini oleh

karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan kedepannya.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan taufik-Nya dan kita selalu berada

dalam lindungannya. Aamiin.

Kendari, Oktober 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. xi
DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN .............................................................. xii
ABSTRAK ........................................................................................................................... xiv
ABSTRACT ......................................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................... 5
2.1 Tanaman Coklat (Theobroma Cacao L.) .................................................... 5
2.2 Senyawa Metabolit Sekunder ........................................................................ 6
2.3 Tahapan Pembuatan Simplisia ....................................................................... 8
2.4 Ekstraksi......................................................................................................... 9
2.5 Radikal Bebas .............................................................................................. 10
2.6 Antioksidan .................................................................................................. 11
2.7 Metode-Metode Pengujian Antioksidan ...................................................... 12
2.8 Penetapan Kadar Fenolik ............................................................................ 14
2.9 Penetapan Kadar Flavonoid ......................................................................... 15
2.10 Spektrofotometri Uv-Vis ............................................................................ 15
2.11 Kerangka Konsep ........................................................................................ 17

BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................................... 18


3.1 Waktu dan Tempat ....................................................................................... 18
3.2 Jenis Penelitian ............................................................................................. 18
3.3 Bahan Peneitian............................................................................................ 18
viii
3.4 Alat yang digunakan .................................................................................... 18
3.5 Variabel Penelitian ....................................................................................... 18
3.6 Definisi Operasional .................................................................................... 19
3.7 Prosedur Penelitian ...................................................................................... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 27
4.1 Determinasi Tanaman coklat (Theobroma Cacao L.) ............................... 27
4.2 Penyiapan Sampel ........................................................................................ 27
4.3 Ekstraksi Tanaman Kulit Buah Coklat ....................................................... 28
4.4 Fraksinasi Ekstrak Kulit Buah Coklat........................................................ 28
4.5 Skrining Fitokimia ....................................................................................... 29
4.6 Uji Aktivitas Antioksidan ............................................................................ 33
4.7 Penetapan Kadar Flavonoid Total ................................................................ 39
4.8 Penetapan Kadar Fenolik Total.................................................................... 42
BAB V PENUTUP............................................................................................................... 46
5.1 Kesimpulan .................................................................................................. 46
5.2 Saran ............................................................................................................ 46
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 47
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 55

ix
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

Tabel 2.1 Sifat Antioksidan 13

Tabel 4.1 Hasil Fraksi Kulit Buah Coklat 29

Tabel 4.2 Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Methanol Dan Fraksi 30

Tabel 4.3 Hasil Uji Antioksidan Metode DPPH 34

Tabel 4.4 Hasil Uji Antioksidan Metode ABTS 37

Tabel 4.5 Hasil Kadar Flavonoid Total Pada Ekstrak Dan Fraksi 40

Table 4.6 Hasil Kadar Fenolik Pada Ekstrak Dan Fraksi 42

x
DAFTAR GAMBAR

Nomor. Teks Halaman


Gambar 2.1. Pohon coklat 5
Gambar 2.2. Struktur Alkaloid 6
Gambar 2.3. Struktur Flavonoid 7
Gambar 2.4. Struktur tanin 7
Gambar 2.5. Struktur saponin 8
Gambar 2.6. Reaksi Radikal DPPH dengan Antioksidan 12
Gambar 2.7 Reaksi pembentukan radikal bebas stabil ABTS 14
Gambar 2.8. Struktur Asam Galat 15
Gambar 2.9. Kerangka Konsep 17
Gambar 4.1 Aktivitas antioksidan metode DPPH 35
Gambar 4.2 Aktivitas antioksidan metode ABTS 38
Gambar 4.3 Hubungan kandungan flavonoid dan IC50 DPPH 41
Gambar 4.4 Hubungan kandungan flavonoid dan IC50ABTS 41
Gambar 4.5 Hubungan kandungan fenolik dan IC50 DPPH 44
Gambar 4.6 Hubungan kandungan fenolik dan IC50 ABTS 44

xi
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

% : Persen
(Cu (II) -Nc) : Copper (II) – neocuproine
≤ : Kurang dari
µg : microgram
ABTS : 2, 2-Azinobis 3-ethyl benzothiazoline 6-
sulfonic acid AlCl3 : Aluminium klorida
APX : Asam askorbat peroksidase
BHA : Butylated hydroxyanisole
BHT : Butylated hydroxytoluene
CAT : Katalase
cm : Senti meter
DPPH : 2,2 difenil l pikrilhidrazil
EAG : Ekuivalen Asam Galat
EK : Ekuivalen Kuarsetin
FIC : Ferrous Ion Chelating
FIC : Ferrous Ion Chelating
g : Gram
GR : Glutation reduktase
IC50 : Inhibitory Concentration 50%
L : Liter
m : Meter
M : Molaritas
mg : Miligram
mL : Milliliter
mm : Millimeter
mM : Mili molar
N : Normalitas
nm : Nano meter

xii
o
C : Derajat celsius
p.a. : Pro Analisis
PAM : Perusahaan air minum
PG : Propil galat
POX : Peroksidase
ppm : Part per million
PPO : Polifenol oksidase
ROS : Reactive Oxygen Species
SOD : Superoxide dismutase
SD : Standar deviasi
TBHQ : Tert-butyl hydroquinone
TEAC method : Trolox Equivalent Antioxidant Capacity
method
UV : Ultraviolet
X : Rata-rata
Uv-Vis : Ultraviolet Visibel
α : Alfa
λmax : Panjang gelombang maksimum

xiii
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN PENETAPAN KADAR
FLAVONOID DAN FENOLIK TOTAL DARI KULIT BUAH COKLAT
( THEOBROMA CACAO . L)

Waelti
O1A1 16 100

ABSTRAK
xii

Antioksidan merupakan senyawa yang mampu memperlambat atau mencegah


proses oksidasi berlebihan dalam molekul lain. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui senyawa metabolit sekunder, mengetahui aktivitas antoksidan,
mengatahui kadar flavonoid dan fenolik total dan korelasi kadar senyawa
flavonoid dan fenolik dalam menghambat radikal bebas. Uji aktivitas antioksidan
dilakukan dengan menggunakan metode DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl)
dan metode ABTS (2,2-Azinobis(3-ethylbenzothiazoline) 6-sulfonic acid.
Penetapan kadar flavonoid total menggunakan spektrofotometer UV- Vis dengan
metode aluminium klorida. Penetapan kadar fenolik total dilakukan dengan
metode Folin-Ciocalteu. Berdasarkan hasil skrining fitokimia ekstrak kulit buah
coklat(Theobroma cacao L.) mengandung senyawa metabolit sekunder alkaloid,
flavonoid, terpenoid, fenolik, tanin,dan saponin. Hasil uji aktivitas antioksidan
metode DPPH dimulai dari ekstrak metanol, fraksi n- heksan, fraksi kloroform,
fraksi etil asetat dan fraksi air mempunyai aktivitas antioksidan yang sangat kuat
dengan nilai IC50 berturut-turut 6,10 ppm, 7,06 ppm,8,23 ppm, 5,61 ppm dan 9,24
ppm, metode ABTS dimulai dari ekstrak metanol, fraksi n-heksan, fraksi
kloroform, fraksi etil asetat dan fraksi air mempunyai aktivitas antioksidan yang
sangat kuat dengan nilai IC50 berturut-turut 6,33 ppm, 6,57 ppm, 8,83 ppm, 5,77
ppm, 9,22 dari kedua metode aktivitas yang sangat kuat terdapat pada fraksi etil
asetat. Hasil kadar flavonoid total ekstrak metanol, fraksi n-heksan, fraksi
kloroform, fraksi etil asetat dan fraksi air berturut-turut adalah 711,23 mgEK/g
fraksi, 609,73 mgEK/g ekstrak, 524,27 mgEK/g fraksi, 903,37 mgEK/g fraksi dan
329,23 mgEK/g fraksi. Hasil kadar fenolik total ekstrak metanol, fraksi n-heksan,
fraksi kloroform, fraksi etil asetat dan fraksi air berturut-turut adalah 202,08
mgEAG/g fraksi, 182,29 mgEAG/g ekstrak, 137,07 mgEAG/g fraksi, 232,78
mgEAG/g fraksi, dan 104,64 mgEAG/g fraksi. Hubungan antara aktivitas
antioksidan metode DPPH dan ABTS dengan kadar flavonoid total berturut-turut
adalah 93,52 % dan 8,97%. Hubungan antara aktivitas antioksidan metode DPPH
dan ABTS dengan kadar fenolik total adalah 98,79 % dan 94,88%.
Kata Kunci: (Theobroma Cacao L.), metabolik sekunder, aktivitas
antioksidan, DPPH, ABTS, flavonoid total, fenolik total

xiv
ANTIOXIDANT ACTIVITY TEST AND TOTAL FLAVONOID AND PHENOLIC
CONTENT OF CHOCOLATE LEATHER (THEOBROMA CACAO. L)

Waelti
O1A1 16 100
ABSTRACT

Antioxidant compounds that can prevent or prevent excessive oxidation of other


molecules. This study aims to see the reaction of secondary metabolite
compounds, to see antioxidant activity, to determine total flavonoid and phenolic
levels and to show levels of flavonoids and phenolic compounds in inhibiting free
radicals. The antioxidant activity test was carried out using the DPPH (1,1-
diphenyl-2-picrylhydrazyl) method and the ABTS (2,2-Azinobis (3-
ethylbenzothiazoline) 6-sulfonic acid method. Determination of total flavonoid
levels using a UV-Vis spectrophotometer with the aluminum method. chloride
The determination of total phenolic content was carried out by the Folin-Ciocalteu
method based on the results of phytochemical screening of the extract of the fruit
skin of cocoa (Theobroma cacao L.) containing secondary metabolites compounds
alkaloids, flavonoids, terpenoids, phenolics, tannins, and saponins. methanol, n-
hexane fraction, chloroform fraction, ethyl acetate fraction and fractions that have
very strong antioxidant activity with IC50 values respectively 6.10 ppm, 7.06
ppm, 8.23 ppm, 5.61 ppm and 9, 24 ppm, the ABTS method starts with methanol
extract, n-hexane fraction, chloroform fraction, ethyl acetate fraction and fractions
that have very strong antioxidant activity with an IC50 value of 6.33 p. pm, 6,57
ppm, 8.83 ppm, 5.77 ppm, 9.22 of the two methods the very strong activity was
found in the ethyl acetate fraction. The results of total flavonoid levels of
methanol extract, n-hexane fraction, chloroform fraction, ethyl acetate fraction
and water fraction were 711.23 mgEK / g fraction, 609.73 mgEK / g extract,
524.27 mgEK / g fraction, 903, respectively. , 37 mgEK / g fraction and 329.23
mgEK / g fraction. The results of total phenolic content of methanol extract, n-
hexane fraction, chloroform fraction, ethyl acetate fraction and water fraction
were 202.08 mgEAG / g fraction, 182.29 mgEAG / g extract, 137.07 mgEAG / g
fraction, 232. , 78 mgEAG / g fraction, and 104.64 mgEAG / g fraction. The
relationship between the antioxidant activity of the DPPH and ABTS methods
with total flavonoid levels was 93.52% and 8.97%, respectively. The relationship
between the antioxidant activity of the DPPH and ABTS methods with total
phenolic levels was 98.79% and 94.88%.

Keywords: (Theobroma Cacao L.), secondary metabolic, antioxidant activity, DPPH,


ABTS, total flavonoids, total phenolic

xv
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pergeseran pola hidup masyarakat dari pola hidup tradisional menjadi pola
hidup yang praktis dan instan, khususnya pada pemilihan makanan, memiliki
dampak negatif bagi kesehatan. Makanan cepat saji dengan pemanasan tinggi
dan pembakaran merupakan pilihan dominan yang dapat memicu terbentuknya
senyawa radikal bebas (Rosahdi,2013).
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang mengandung satu atau
lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital terluarnya. Senyawa radikal
bebas timbul akibat berbagai proses kimia kompleks dalam tubuh, berupa hasil
samping dari proses oksidasi atau pembakaran sel yang berlangsung pada waktu
bernafas, metabolisme sel, olahraga berlebihan, peradangan atau ketika tubuh
terpapar polusi lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, bahan
pencemar dan radiasi matahari atau radiasi kosmis (Fessenden ,1986).
Proses oksidasi radikal bebas dapat dihambat atau dinetralkan dan
dihancurkan oleh senyawa yang tergolong antioksidan. Antioksidan merupakan
senyawa pemberi elektron (electron donor) atau reduktan. Senyawa ini
memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi berkembangnya
reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal(Jusmiati
dkk,2015)
Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi
oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif
(Jusmiati,dkk.,2015). Sumber-sumber antioksidan dapat berupa antioksidan
sintetik maupun antioksidan alami (Gordon, 1994).Antioksidan sintetik dapat
memicu penyakit apabila digunakan dalam jangka waktu panjang , oleh karena
itu diperlukan alternatif lain yaitu dengan menggunakan antioksidan alami.
Antioksidan alami dapat ditemukan pada tumbuhan karena mengandung
senyawa metabolit sekunder yang berpotensi sebagai antioksidan. Antioksidan
yang berasal dari luar tubuh dapat diperoleh dalam bentuk sintetik maupun yang
berasal dari bahan alam. Namun, adanya kekhawatiran terhadap efek samping
penggunaan antioksidan sintetik menyebabkan banyak penelitian tentang

1
potensi antioksidan alami yang berasal dari tanaman (Hutabalian, 2018). Pada
umumnya aktivitas antioksidan disebabkan karena tanaman mengandung
senyawa metabolit sekunder diantaranya adalah flavonoid, fenolik, dan tanin
(Rahmi, 2017). Mekanisme senyawa flavonoid ini bisa di gunakan sebagai
antioksidan dengan cara menangkap radikal bebas melalui pemberian atam
hidrogen pada radikal bebas dari senyawa flavonoid (Santoso dkk,2016;
Wilmsen et al.,2005). Kemampuan senyawa fenol dan flavonoid dalam
mereduksi radikal bebas tergantung pada jumlah gugus hidroksi pada struktur
molekulnya (Zuraida dkk, 2017).
Salah satu tanaman yang memiliki kandungan antioksidan yang tinggi
adalah tanaman kulit buah coklat (Agustina,2017). Kandungan metabolit
sekunder kulit buah coklat mengandung senyawa aktif seperti senyawa
alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin (Pappa,2019). Biji buah coklat
mengandung cukup tinggi senyawa aktif sebagai antioksidan, diantaranya
adalah katekin 33- 42 %, leukosianidin 23- 25%, dan antosianin 5%
(Iflahah,dkk.,2016).
Tanaman coklat dapat di gunakan pada beberapa pengobatan tradisional
karena memiliki kandungan senyawa aktif yang memiliki efek farmakologi
seperti pada bagian daun coklat digunakan untuk mengatasi atau menurunkan
tekanan darah tinggi (Khairiyah dkk,2017) dan pada kulit buah coklat dapat
dimanfaatkan sebagai bahan antibakteri dan, antiparasit (Pappa,2019) serta
dapat pula di manfaatkan sebagai food supplement untuk mencegah
meningkatan kadar kolesterol darah ataupun sebagai antioksidan
(Sartini,dkk.2012).
Berdasarkan latar belakang tersebut , maka peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang uji antioksidan serta penetapan kadar flavonoid dan fenolik
dari ekstrak dan fraksi kulit buah coklat ( Theobroma cacao .L) .

1.2. Rumusan Masalah


Masalah yang dikaji penelitian ini berdasarkan latar belakang diatas antara lain
sebagai berikut:
1. Golongan senyawa apa saja yang terkandung dalam ekstrak dan fraksi kulit
buah coklat (Theobroma Cacao L)?
2
2. Apakah ekstrak dan fraksi kulit buah coklat kuning (Theobroma Cacao L)
memiliki potensi aktivitas sebagai antioksidan terhadap DPPH dan ABTS?
3. Berapa kadar total flavonoid pada ekstrak dan fraksi kulit buah coklat
(Theobroma Cacao L)?
4. Berapa kadar total fenolik pada ektrak dan fraksi kulit buah coklat
(Theobroma Cacao L)?
5. Berapa korelasi antara kadar flavonoid dan fenolik dalam menghambat
radikal bebas?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dilakukan penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui golongan senyawa kimia dalam ekstrak dan fraksi buah
coklat (Theobroma Cacao L)?
2. Untuk mengetahui aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi kulit buah coklat
(Theobroma Cacao L) menggunakan DPPH dan ABTS?
3. Untuk mengetahui kadar total flavonoid pada ekstrak dan fraksi kulit buah
coklat (Theobroma Cacao L)?)
4. Untuk mengetahui kadar fenolik total pada ekstrak dan fraksi kulit buah
coklat (Theobroma Cacao L)?)
5. untuk mengetahui korelasi antara kadar flavonoid dan kadar fenolik dalam
menghambat radikal bebas?

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi antara lain
sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, menambah ilmu pengetahuan dan keahlian dalam penelitian
khususnya dalam penelitian antioksidan dari bahan alam.
2. Bagi ilmu pengetahuan, dapat memberikan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai manfaat ekstrak metanol
dan fraksi n-heksan, fraksi kloroform, fraksi etil asetat dan fraksi air kulit
buah coklat (Theobroma Cacao L)?) sebagai antioksidan.

3
3. Bagi institusi, mewujudkan peran Universitas Halu Oleo khususnya Fakultas
Farmasi dalam mengkaji permasalahan yang terjadi di masyarakat terkait
tanaman obat.
4. Bagi masyarakat, memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat terhadap
tumbuhan kulit buah coklat (Theobroma Cacao L)?) sebagai antioksidan.

4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Coklat (Theobroma Cacao L.)


Tanaman coklat (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang dikenal luas oleh masyarakat dan dibudidayakan pada
berbagai lahan mulai dari dataran rendah, dataran sedang hingga dataran tinggi.
Sebagai tanaman yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, kakao banyak
diusahakan baik dalam skala besar maupun dalam skala kecil (Ridwan dan
Nurmiaty,2018).

Tanaman coklat merupakan pohon yaitu tumbuhan yang tinggi besar, batang
berkayu dan bercabang jauh dari permukaan tanah. Bentuk batangnya adalah bulat
. Tanaman coklat mempunyai batang yang di bagian bawahnya lebih besar dan
keujung semakin mengecil. Cara percabangannya adalah monopodial, yaitu batang
pokok selalu tampak jelas karena lebih besar dan lebih panjang daripada cabang-
cabangnya. Arah tumbuh cabangnya adalah condong keatas. Tanaman coklat
biasanya mempunyai tinggi sekitar 5-10 m. Warna batangnya adalah coklat kotor.
Akar (Radix). Batang tanaman coklat ini pada umumnya tidak terlalu besar hal ini,
karena adanya proses perawatan berupa pemangkasan yang mengharuskan tanaman
coklat memiliki cabang produktif yang banyak sehingga cabang yang tidak
produktif dibuang(Siregar et al., 2010).

1. Klasifikasi (Siregar et al.,2010)


Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Familia : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L Gambar 1. Coklat Kuning (Theobroma Cacao L)
(Sumber : dokumentasi Yamin, 2020)

5
2. Kandungan Kimia
Tanaman kulit buah coklat mengandung senyawa aktif seperti senyawa
alkaloid, flavonoid, tanin dan saponin . Tanin merupakan salah satu senyawa aktif
metabolit sekunder yang diketahui mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai
astrigen, antidiare, antibakteri, dan antioksidan (Pappa,2019).
2.2. Senyawa Metabolit Sekunder
Salah satu senyawa yang jumlahnya sangat melimpah pada tanaman yaitu
senyawa metabolit sekunder. Senyawa ini sebenarnya tidak terlibat secara langsung
dalam pertumbuhan dan perkembangan dari suatu organisme tetapi berperan
penting dalam perlindungan diri. Senyawa metabolit sekunder ini sangat
mempengaruhi hubungan organisme dengan lingkungan sekitarnya misalnya dalam
melindungi diri dari gangguan hama yang dapat menganggu kelangsungan
hidupnya (Ilyas, 2013). Adapun jenis-jenis senyawa metabolit sekunder adalah
sebagai berikut:
1. Alkaloid
Alkaloid adalah senyawa yang kebanyakan bersifat basa yang mengandung
satu atau lebih atom nitrogen, biasanya dalam gabungan. Alkaloid berbentuk
padatan kristal, ada yang berbentuk amorf seperti nikotin dan ada pula yang berupa
cairan seperti konini (Mukhriani, 2014).

N
Gambar 2. Struktur Alkaloid (Robinson, 1995)
Alkaloid yang terkandung dalam tanaman biasanya terdapat pada bagian
tertentu, misalnya pada akar, kulit, buah bahkan pada getah tanaman. Fungsi dari
alkaloid ini bisa digunakan oleh tanaman sebagai racun untuk melindungi diri dari
serangga dan binatang, sebagai faktor pertumbuhan tanaman dan sebagai cadangan
makanan bagi tumbuhan (Mukhriani, 2014). Alkaloid juga berfungsi dalam bidang
farmakologi diantaranya sebagai analgetik (penghilang rasa sakit), berperan dalam
sistem peredaran darah dan sistem pernafasan dan antimalaria (Arifuddin, 2013).

6
2. Flavonoid
Flavonoid adalah suatu senyawa metabolit sekunder yang tersebar dalam dunia
tumbuhan dan merupakan salah satu golongan senyawa fenol yang terbesar.
(Harborne,1987). Flavonoid dalam suatu tumbuhan berfungsi sebagai pigmen
(pembentuk warna), pertahanan diri dari hama dan penyakit. Senyawa flavonoid
juga digunakan dalam industri makanan sebagai pewarna makanan. Selain itu,
senyawa flavonoid memiliki aktivitas antioksidan yang cukup tinggi (Zuhra dkk.,
2008).

OH

O
Gambar 3. Struktur flavonoid (Harborne, 1987)

3. Tanin
Tanin merupakan senyawa yang terdapat dalam tumbuhan dan tersebar luas.
Tanin memiliki gugus fenol, dan memiliki rasa sepat. Tanin merupakan senyawa
aktif metabolit sekunder yang diketahui mempunyai beberapa khasiat yaitu sebagai
astringen, anti diare, anti bakteri dan antioksidan (Desmiaty dkk., 2008).
Tanin dapat berinteraksi dengan protein dan ada tiga bentuk yaitu: (1) ikatan
hidrogen. (2) ikatan ion, (3) ikatan kovalen. Tanin terhidrolisis dan terkondensasi
berikatan dengan protein dengan membentuk hidrogen antara kelompok fenol dari
tannin dan kelompok karboksil ( aromatic dan alifatik) dari protein . Ikatan kuat
antara tannin dan protein akan berpengaruh tehadap kecernaan protein (Mueller-
Harvey,2006).
Tanin dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yakni tanin
terhidrolisis, tannin terkondensasi dan pseudotanin. Di pusat molekul tanin
terhidrolisis, ada karbohidrat (biasanya D-glukosa). Kelompok hidroksil dari
karbohidrat sebagian atau seluruhnya diesterifikasi dengan gugus fenolik seperti
asam galat (dalam gallotanin) atau asam ellagat (dalam ellagitanin). Tanin
terhidrolisis dihidrolisis oleh asam lemah atau basa lemah menghasilkan asam
karbohidrat dan fenolat. Tanin terkondensasi, juga dikenal sebagai proantosianidin
7
, adalah polimer dari 2 sampai 50 (atau lebih) unit flavonoid yang bergabung
dengan ikatan C-C, yang tidak rentan dipisah oleh hidrolisis. Tanin terkondensasi
memiliki unit basa flavon. Sedangkan pseudotanin memiliki unit basa
floroglukinol (Ashok dan Kumud, 2012).

OH
OH
Gambar 4. Struktur tanin (Robinson, 1995)

4. Saponin
Saponin merupakan senyawa bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi
berdasarkan kemampuannya membentuk busa yang stabil dalam air. Saponin
adalah senyawa yang memiliki gugus polar dan nonpolar bersifat aktif permukaan
sehingga saat dikocok dengan air, saponin dapat membentuk misel. Pada struktur
misel, gugus polar menghadap ke luar sedangkan gugus nonpolarnya menghadap
ke dalam. Keadaan inilah yang tampak seperti busa. Busa terbentuk dikarenakan
adanya kandungan glikosida yang memiliki kemampuan membentuk busa dalam
air (Sangi dkk., 2008).
Saponin berfungsi dalam pertahanan tanaman terhadap serangan mikroba atau
fungi dan melawan virus serta memiliki sifat hemolitik dan beberapa bersifat
sitotoksik (Bruneton, 1999). Saponin telah lama digunakan secara tradisional
sebagai detergen dan racun ikan (European Food Safety Authority, 2009).

CO
O
CH2OH
OH O
OH

OH

Gambar 5. Struktur saponin (Robinson, 1995)

8
2.3. Tahapan Pembuatan Simplisia
Tahapan pembuatan simplisia terdiri dari pengumpulan bahan baku, sortasi
basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering dan penyimpanan
(Suharmiati dan Herti, 2003).
a. Pengumpulan Bahan Baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda, dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti bagian tanaman yang digunakan, waktu panen dan
lingkungan tempat tumbuh.
b. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran atau bahan-bahan lainnya
yang tidak berguna atau berbahaya, misalnya bahan yang sudah busuk, rumput,
atau benda lain yang mempengaruhi kualitas simplisia.

c. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah atau kotoran lainnya yang
melekat dengan menggunakan air mengalir.
d. Perajangan
Perajangan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
pengepakan, dan penggilingan.
e. Pengeringan
Pengerigan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak
mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu lama.
f. Sortasi Kering
Sortasi kering merupakan langkah akhir untuk pembuatan simplisia. Sortasi
dilakukan untuk memisahkan benda-benda asing yang masih tertinggal.
g. Pengepakan dan penyimpanan
Tujuan pengepakan dan penyimpanan adalah untuk melindungi agar simplisia
tidak rusak karena beberapa faktor seperti penyerapan air. Simplisia sebaiknya
disimpan ditempat yang kering, tidak lembab dan terhindar dari sinar matahari
langsung.
2.4. Ekstraksi
Ekstraksi adalah salah satu tehnik pemisahan pelarut dan zat terlarutnya
berdasarkan titik didih dari pelarut tersebut (Damanik dkk, 2014). Penentuan

9
metode ekstraksi adalah tergantung dari sifat bahan dan senyawa yang akan
diisolasi (Mukhriani, 2014).
Proses ekstraksi terbagi menjadi 2, yaitu metode ekstraksi secara panas dan
dingin. Ekstraksi secara panas seperti refluks, soklet, infus, dekokta, destilasi uap
air, sedangkan ekstraksi secara dingin seperti perkolasi dan maserasi (Ditjen
POM, 2000)
Metode maserasi merupakan proses perendaman sampel dengan pelarut
yang digunakan, pada temperatur ruangan. Pemilihan pelarut untuk proses
maserasi akan memberikan efektifitas yang tinggi dengan memperhatikan
kelarutan senyawa bahan alam terhadap pelarut tersebut (Lenny, 2006). Kelebihan
dari metode maserasi adalah sederhana, relatif murah, tidak memerlukan peralatan
yang rumit, dan dapat menghindari kerusakan komponen senyawa yang tidak
tahan panas. Kekurangan dari metode ini adalah membutuhkan waktu yang lama,
pelarut yang digunakan lebih banyak.
a. Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi cair-cair berguna untuk memisahkan analit yang dituju dari
penggangu dengan cara melakukan partisi sampel antara dua pelarut yang tidak
saling bercampur. Salah satu fasenya seringkali berupa air dan fase yang lain
adalah pelarut organik seperti n-heksan. Senyawa-senyawa yang bersifat polar
akan ditemukan dalam fase air, sementara senyawa-senyawa yang bersifat
hidrofobik akan masuk pada pelarut organik. Analit yang terekstraksi ke dalam
pelarut organik akan mudah diperoleh kembali dengan cara penguapan pelarut
(Rohman, 2009).
2.5. Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang memiliki satu atau lebih
atom yang tidak berpasangan (Middleton dkk, 2000). Senyawa radikal bebas
adalah salah satu faktor penyebab kerusakan DNA disamping penyebab lain
seperti virus, apabila kerusakan tidak parah, masih dapat diperbaiki oleh sistem
perbaikan DNA. Namun, apabila sudah menyebabkan rantai DNA terputus
diberbagai tempat, kerusakan ini tidak dapat diperbaiki lagi sehingga
pembelahan sel terganggu. Selain itu, dapat menyebabkan perubahan abnormal
yang mengenai gen tertentu dalam tubuh yang dapat menyebabkan penyakit
kanker (Suryo, 2008).
10
Komponen terpenting dalam membrane sel mengandung asam lemak tak
jenuh dimana sangat rentang terhadap radikal bebas. Apabila struktur dan fungsi
membran terserang maka akan berubah dalam keadaan ekstrem akhirnya
mematikan sel-sel pada jaringan tubuh. Pada sel kulit radikal bebas akan
merusak senyawa lemak dalam membran sel sehingga menyebabkan kulit
menjadi keriput. Terjadinya kerusakan protein akibat serangan radikal bebas
termasuk oksidasi protein yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan tempat
protein itu berada. Contohnya kerusakan protein pada lensa mata yang
mengakibatkan katarak (Silalahi, 2006).
Menurut Khaira (2010) Sumber radikal bebas ada yang bersifat internal
yaitu dari dalam tubuh dan ada yang bersifat eksternal dari luar tubuh. Radikal
bebas internal berasal dari oksigen yang kita hirup. Oksigen yang biasa dihirup
adalah penopang utama kehidupan karena menghasilkan banyak energi namun
hasil samping dari reaksi pembentukkan anergi tersebut akan menghasilakn
Reactive Oxygen Species (ROS). Sedangkan radikal eksternal berasal dari polusi
udara, alkohol, rokok, radiasi sinar ultra violet, obat-obatan tertentu seperti
kemoterapi, anestesi, dan peptisida (Desrosier, 1998).
2.6. Antioksidan
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang dapat
memberikan elektronnya kepada molekul radikal bebas tanpa terganggu sama
sekali fungsinya dan dapat memutus reaksi berantai dari radikal bebas.
Antioksidan telah diketahui memiliki pengaruh positif terhadap kualitas
Kesehatan manusia terutama kemampuannya dalam menetralisir dampak
negatif dari radikal bebas (Ade dan Nurul, 2015).
Antioksidan Berdasarkan sumbernya secara umum dibedakan menjadi dua
yaitu antioksidan sintetik dan antioksidan alami.
1. Antioksidan sintetik
Antioksidan sintetik yaitu antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa
reaksi kimia dan umumnya digunakan dalam produk pangan antara lain yaitu
propil galat, TBHQ (tert-butylhydroxyquinone), BHA (butylated hidroxyanisole),
BHT (butylated hidroxytoluene).
2. Antioksidan alami
Antioksidan alami adalah antioksidan hasil ekstraksi bahan alam. Sumber
11
antioksidan banyak ditemukan pada seluruh bagian tanaman seperti akar, daun,
bunga, biji, batang, kulit batang dan sebagainya. Senyawa-senyawa yang
terkandung dalam antioksidan alami yaitu fenol, polifenol, dan yang paling umum
adalah flavonoid (Pratr dkk., 1990).
Antioksidan berdasarkan mekanisme kerjanya terbagi menjadi tiga, yaitu
antioksidan primer, sekunder, dan tersier.
a. Antioksidan Primer
Antioksidan primer merupakan senyawa yang mampu dengan cepat
memberikan atom hydrogen kepada senyawa radikal bebas serta mencegah
terbentuknya radikal bebas baru dengan memutus reaksi berantai (polymerase)
sehingga menjadi molekul yang stabil (Winarsi, 2007).
b. Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder bekerja dengan cara memotong reaksi oksidasi
berantai radikal bebas atau dengan menangkapnya sehingga tidak terjadi kerusakan
yang lebih besar (Winarsi, 2007).
c. Antioksidan Tersier
Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki sel-sel dan
jaringan yang rusak karena radikal bebas (Purba dan Martanto, 2009).
2.7. Metode-Metode Pengujian Antioksidan
1. Uji antioksidan dengan metode DPPH(1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)
Aktivitas antioksidan dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa
metode, salah satunya adalah metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Metode
DPPH adalah radikal bebas yang stabil berdasarkan adanya delokalisasi elektron
bebas pada molekul keseluruhan dan menyebabkan molekul tersebut tidak
membentuk dimer, seperti radikal lainnya. Delokalisasi electron juga
memberikan warna ungu tua. Ketika larutan DPPH ditambahkan dengan
senyawa yang dapat menyumbangkan atom hidrogen, sehingga warna larutan
tereduksi dengan hilangnya warna violet (Sagar dkk., 2011).

NO2 NO2

H
O 2N N N +R-H O2N N N +R

NO2 NO2

1,1-Difenil-2-pikrilhidrazil 1,1-Difenil-2-pikrilhidrazin
(radikal bebas) (nonradikal)

12
Gambar 6. Reaksi Radikal DPPH dengan Antioksidan (Windono dkk, 2001)
Aktivitas antioksidan dapat dinyatakan dengan satuan persen %
penghambatan. Nilai ini diperoleh dengan rumus sebagai berikut (Molyneux,
2004).
���������� ������−���������� ������
% penghambatan = 100 %
���������� ������

Aktivitas antioksidan pada metode DPPH dinyatakan dengan IC 50 adalah


bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak yang mampu menghambat
aktivitas antioksidan sebesar 50%. Semakin kecil nilai IC 50 berarti semakin tinggi
aktivitas antioksidan (Blois, 1958). Sifat antioksidan berdasarkan nilai IC 50
(Molyneux, 2004).
Tabel 1. Sifat Antioksidan
Nilai IC50 Sifat Antioksidan
<50 ppm Sangat kuat
50-100 ppm Kuat
100-150 ppm Sedang
150-200 ppm Lemah
>200 ppm Sangat lemah

2. Uji Antioksidan Dengan Metode ABTS(2,2’-Azino-Bis(3-Ethylbenz-


Thiazoline-6-Sulfonic Acid)
ABTS (2,2’-azino-bis(3-ethylbenz-thiazoline-6-sulfonic acid) adalah suatu
radikal dengan pusat nitrogen yang mempunyai karakteristik warna biru-hijau,
yang bila tereduksi oleh antioksidan akan berubah menjadi bentuk non radikal dari
berwarna menjadi tidak berwarna .Metode ABTS(2,2’-azino-bis(3-ethylbenz-
thiazoline-6-sulfonic acid) sangat sensitif terhadap cahaya bahkan pembentukan
ABTS memerlukan waktu inkubasi selama 12-16 jam dalam kondisi gelap. Prinsip
Pengujian aktivitas antioksidan dengan metode ABTS(2,2’-azino-bis(3- ethylbenz-
thiazoline-6-sulfonic acid) adalah penghilangan warna kation ABTS untuk
mengukur kapasitas antioksidan yang langsung bereaksi dengan radikal kation
ABTS (Setiawan,2018).

Metode ABTS merupakan metode pengujian untuk mengukur jumlah


13
radikal yang dapat ditangkal oleh antioksidan yang dikenal dengan kapasitas
antioksidan. Prinsip pengujian dengan metode ini adalah mengukur daya
peredaman antioksidan terhadap radikal bebas ABTS. Radikal kation ABTS
akan bereaksi dengan atom hidrogen dari senyawa peredam radikal bebas dan
menjadi ABTS yang lebih stabil. Senyawa peredam radikal bebas yang bereaksi
dengan ABTS akan menjadi radikal baru yang stabil atau senyawa bukan radikal
(Sandrasari,2008).

Gambar 7. Reaksi pembentukan radikal bebas stabil ABTS dari ABTS


dengan kalium persulfate (Pannala, et al., 2001)

Metode DPPH maupun ABTS memiliki keunggulan dan kekurangannya


masing-masing. Metode DPPH memiliki keunggulan yaitu metode analisisnya
yang bersifat sederhana, cepat, mudah dan sensitif terhadap sampel dengan
konsentrasi yang kecil namun pengujian menggunakan DPPH terbatasi karena
DPPH hanya dapat dilarutkan dalam pelarut organik sehingga agak sulit untuk
menganalisis senyawa yang bersifat hidrofilik (Karadag, 2009).

Metode ABTS jika dibandingkan dengan DPPH memiliki keunggulan


yaitu memberikan absorbansi spesifik pada panjang gelombang visible dan waktu
reaksi yang lebih cepat. Selain itu, ABTS dapat dilarutkan dalam pelarut organik
maupun air sehingga bisa medeteksi senyawa yang bersifat lipofilik maupun
hidrofilik namun pengujian menggunakan ABTS tidak menggambarkan sistem
pertahanan tubuh terhadap radikal bebas sehingga ABTS hanya dapat dijadikan
sebagai metode pembanding karena tidak mewakili sistem biologis tubuh
(Karadag, 2009).

2.8. Penetapan Kadar Fenolik


Penetapan kadar fenolik total menggunakan metode Folin Ciocalteau.
Metode ini merupakan metode yang paling umum digunakan untuk menentukan
14
kandungan fenolik total dalam tanaman dengan pertimbangan bahwa dengan
teknik pengerjaannya lebih sederhana, sensitif, dan reagen Folin Ciocalteau
digunakan karena senyawa fenolik dapat bereaksi dengan folin membentuk
larutan yang dapat diukur absorbansinya. Larutan standar yang digunakan adalah
asam galat yang merupakan salah satu fenolik alami dan stabil (Sari dan
Noverda, 2017).
O

HO
OH

HO
OH

Gambar. 8. Struktur Asam Galat


2.9. Penetapan kadar Flavonoid

Penetapan Kadar Flavanoid dilakukan dengan metode kolorimetri dengan


aluminium klorida (AlCl3). Analisis dilakukan dengan pembuatan larutan
induk kuersetin, larutan seri standar, penentuan panjang gelombang, penentuan
absorbansi kadar senyawa flavonoid dan kalibrasi hasil pengukuran dengan
standar yang sudah dibuat. Kuersetin digunakan sebagai larutan induk karena
kuersetin dapat membentuk kompleks antara AlCl 3 dengan gugus keto pada
atom C-4 dan juga dengan gugus hidroksil pada atom C-3 atau C5 yang
bertetangga dari flavon dan flavonol (Menurut Chang dkk, 2002 ; Syamsul dkk,
2019). Penentuan Panjang Gelombang Maksimum (λ Maks) Kuersetin dilakukan
melalui running larutan kuersetin pada range panjang gelombang UV-Vis 400-
450 nm (Haeria dkk., 2018).
2.10. Spektrofotometri UV-VIS
Prinsip kerja Spektrofotometer UV-Vis yaitu apabila cahaya monokromatik
melalui suatu media (larutan), maka Sebagian cahaya tersebut diserap (I),
sebagian dipantulkan (lr), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Aplikasi rumus
tersebut dalam pengukuran kuantitatif dilaksanakan dengan cara komparatif
menggunakan kurva kalibrasi dari hubungan konsentrasi deret larutan alat untuk
analisa suatu unsur yang berkadar rendah. Penentuan secara kualitatif berdasarkan
puncak-puncak yang dihasilkan spektrum dari suatu unsur tertentu pada panjang
gelombang tertentu, sedangkan penentuan secara kuantitatif berdasarkan nilai

15
absorbansi yang dihasilkan. Semakin banyak sinar diabsorbsi oleh sampel organik
pada panjang gelombang tertentu, semakin tinggi absorbansi, yang dinyatakan
dalam hukum Lambert-Beer:
A = log I/Io
Keterangan:
Io = intensitas sinar mula-mula
I = intensitas sinar yang diteruskan (Dachyarianus, 2004).

16
2.11. Kerangka Konsep

Tanaman coklat
( tanaman ini memiliki senyawa aktif Tanaman coklat memiliki sifat
sehingga memiliki efek farmakologi ) antioksidan pada biji coklat
(Iflahah,dkk.,2016) ,kulit buah
coklat (Jusmiatin,2015) serta
memiliki metabolit sekunder
Kulit buah coklat alkaloid,flavonoid,Tanin dan
saponin (Jusmiatin,2015)

Maserasi

Ekstrak

Fraksinasi

Ekstrak Fraksi Fraksi Fraksi Fraksi


metanol n-heksan Etil asetat kloroform air

- skirining fitoimia
- uji aktivitas antioksidan
- uji kadar fenolik dan flavonoid

Metabolit IC50 Kadar flavonoid Kadar fenolik


sekunder total total
Keterangan: = Variabel bebas
= Variabel terikat

Gambar 9. Kerangka Konsep

17
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmasi, Program Studi Farmasi,
Fakultas Farmasi, Universitas Halu Oleo, Kendari waktu penelitian dimulai pada
januari hingga juni 2020.
3.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental yaitu mengkaji perlakuan
dengan pemberian ekstrak metanol, fraksi air, fraksi n-heksan,fraksi kloroform dan
fraksi etil asetat terhadap aktivitas antioksidan.
3.3. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit buah coklat
(Theobroma Cacao L), metanol (teknis), metanol pa, aquades, asam klorida (HCl),
asam borat (H3BO3), bismuth nitrat (Bi(NO3)3), asam nitrat (HNO3), kalium iodide
(KI), besi (III) klorida (FeCL3), vitamin C (CH8O6), quarsetin (C15H10O7), asam
galat (C7H6O5), magnesium (Mg), asam asetat anhidrat ((CH3CO)2O), asam sulfat
(H2SO4), aluminium klorida (AlCl3), kalium asetat (CH3CO2K), natrium karbonat
(Na2CO3), reagen Folin Ciocalteau, radikal DPPH (Sigma-Aldrich®), K2S2O8)
kalium persulfat, radikal ABTS.
3.4. Alat yang digunakan
Alat yang digunakan ini adalah batang pengaduk (Pyrex®), gelas kimia
(Pyrex®), gelas ukur (Pyrex®), corong pisah (Pyrex®), pipet tetes, pipet ukur, cawan
porselin, labu takar, tabung reaksi (Pyrex®), sendok tanduk, rak tabung reaksi,
toples kaca, spatula, mikropipet (Eppendorf®), kertas saring biasa, (Explorer
Ohaus®), (Gallenkamp Civilab-Australia), neraca analitik, hot plate (Stuart®),
rotary vaccum evaporator (Rotavapor®R-300), spektrofotometer UV-Vis (Jenway
6800®), timbangan analitik (Precisa XB 220A®, rotary vacuum evaporator
(Buchi®), spektrofotometer UV-vis, blender (Miyako®).
3.5. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak dan fraksi metanol kulit
buah coklat

18
2. Variabel terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas antioksidan, kandungan


flavonoid total dan kandungan fenolik total ..
3.6. Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya kekeliruan maka dijelaskan definisi operasional
variable sebagai berikut:
1. Ekstrak metanol kulit buah coklat adalah ekstrak yang diperoleh dari maserasi
menggunakan pelarut metanol
2. Aktivitas antioksidan dinyatakan dengan nilai IC 50. Nilai IC50 adalah
konsentrasi antioksidan (ppm) yang mampu meredam radikal bebas sebanyak
50 %. Zat yang mempunyai aktivitas antioksidan tinggi, akan mempunyai nilai
IC50 yang rendah.
3. Kadar flavonoid total dalam penelitian ini adalah kadar total flavonoid dalam
ektrak yang diukur absorbansinya pada panjang gelombang 400-600 nm.
4. Kadar fenolik total dalam penelitian ini adalah kadar total senyawa fenolik
dalam ekstrak yang diukur absorbansinya pada panjang gelombang 400-800 nm.
5. Kulit buah coklat yang di maksud adalah kulit buah coklat yang berwarna
kuning
3.7. Prosedur Penelitian
1. Determinasi Tanaman
Tanaman yang diperoleh dilakukan determinasi di Laboratorium
Pengembangan Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Halu Oleo.
2. Penyiapan sampel
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kulit buah coklat
(Theobroma Cacao L) dari Desa otole, Kecamatan Lasolo, Kabupaten Konawe
Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara. Sampel kulit buah coklat kuning disortasi
untuk menghilangkan zat pengotornya kemudian di potong- potong dan
dikeringkan dibawah sinar matahari. Setelah kering, sampel dihaluskan
menggunakan blender.

19
3. Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Coklat (Theobroma Cacao L)
Sampel kulit buah coklat dimasukkan dalam wadah dan diekstraksi secara
maserasi selama 3x 24 jam dengan dilakukan penyaringan dan pergantian pelarut
setiap 24 jam. Filtrat yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan dengan ratory
evaporator sampai diperoleh ekstrak kental (Sami dan siti, 2015).
4. Fraksinasi
Ekstrak kulit buah coklat difraksinasi dengan metode partisi menggunakan
pelarut n-heksan, kloroform dan etil asetat. Diambil ekstrak kulit buah coklat lalu
diencerkan terlebih dahulu menggunakan aquades steril. Kemudian dimasukkan
kedalam corong pisah, ditambahkan pelarut n-heksan dengan perbandingan 1:1
yaitu 100 mL suspensi air yang dimasukkan terlebih dahulu dan kemudian
dimasukan 100 mL pelarut lalu digojok kuat-kuat sampai terbentuk dua lapisan
(fraksi n-heksan berada pada lapisan atas dan sisa air berada dibawah) kemudian
didiamkan selama beberapa menit. Kemudian dilakukan fraksinasi ulang (re-use)
dengan menggunakan perbandingan 1:2 (100 mL sisa air dan 200 mL pelarut n-
heksan). Selanjutnya sisa air dipartisi dengan kloroform dan etil asetat dengan
prosedur kerja yang sama seperti diatas. Fraksi n-heksan, fraksi kloroform dan
fraksi etil asetat yang diperoleh dipekatkan dengan ratory evaporator pada suhu 50
o
C, sedangkan fraksi air dipekatkan dengan menggunakan oven pada suhu 40 oC
(Mistryani, 2017).
5. Skrining Fitokimia
Dilakukan skrining fitokimia ekstrak metanol, fraksi n-heksan ,fraksi
kloroform ,fraksi etil asetat dan fraksi air kulit buah coklat dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Uji Alkaloid
Ekstrak metanol, fraksi n-heksan ,fraksi kloroform ,fraksi etil asetat dan fraksi
air kulit buah coklat masing-masing dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak 1
mL, lalu ditambahkan pereaksi dragendrof 3 tetes, lalu diamati terbentuknya
endapan coklat menunjukkan adanya senyawa alkaloid (Sapri, dkk., 2013).
b. Uji Flavonoid
Ekstrak metanol, fraksi n-heksan ,fraksi kloroform ,fraksi etil asetat dan fraksi
air kulit buah coklat masing-masing dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak 1

20
mL, ditambahkan 0,2 g serbuk magnesium dan ditambahkan 2 mL HCl pekat.
Terbentuk larutan berwarna merah, warna jingga, dan warna hijau menunjukkan
adanya senyawa flavonoid (Minarno, 2015).
c. Uji terpenoid
Ekstrak metanol, fraksi n-heksan ,fraksi kloroform ,fraksi etil asetat dan fraksi
air kulit buah coklat masing-masing dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak 1
mL, dan ditambahkan 0,5 mL asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat sebanyak
2 mL. Terbentuknya warna hijau, hijau kebiruan, warna coklat menunjukkan
adanya senyawa terpenoid (Sapri dkk., 2013).
d. Uji Tanin
Ekstrak metanol,fraksi n-heksan ,fraksi kloroform ,fraksi etil asetat dan fraksi
air kulit buah coklat masing-masing dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak 1
mL, ditambahkan dengan 1 mL larutan Fe (III) klorida 1%. Jika terbentuk warna
biru sampai hitam menunjukkan adanya senyawa tanin (Harbone, 1987).
e. Uji Saponin
Ekstrak metanol, fraksi n-heksan ,fraksi kloroform ,fraksi etil asetat dan fraksi
air kulit buah coklat masing-masing dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak 1
mL, ditambahkan dengan 2 mL air panas kemudian didinginkan, dikocok kuat
selama 10 detik. Terbentuk buih yang mantap selama tidak kurang 10 menit
menunjukkan adanya senyawa saponin (Sapri dkk., 2013).
6. Uji Aktivitas Antioksidan
1. Metode DPPH
a. Pembuatan Larutan DPPH 0,4 mM
Larutan DPPH 0,4 mM dengan volume 100 ml dibuat dengan menimbang
0,016 gram DPPH dan dilarutkan dalam metanol p.a pada labu ukur 100 mL hingga
tanda batas dan dikocok sampai homogen sehingga diperoleh larutan DPPH dengan
konsentrasi 0,4 mM (Sami dan Rahimah, 2015).

b. Pembuatan larutan pembanding


Dibuat larutan Vitamin C 100 ppm sebagai pembanding dengan cara
menimbang 0,01 g dan dilarutkan dalam metanol 100 mL. Larutan induk
diencerkan sehingga diperoleh konsentrasi 1; 2; 3; 4 dan 5 ppm (Sami dan Rahimah,
2015).
21
c. Pembuatan Larutan Stok Ekstrak dan Fraksi Kulit Buah Coklat
Larutan induk ekstrak 100 ppm dengan maserasi dibuat dengan cara
menimbang 0,01 g ekstrak dan dilarutkan dalam methanol 100 mL. Larutan induk
diencerkan sehingga diperoleh konsentrasi 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, dan 5 ppm.
(Sami dan Rahimah, 2015).
d. Pengukuran panjang gelombang maksimum
Larutan DPPH 0,4 mM dipipet 1 mL dan ditambahkan 5,3 mL metanol p.a
untuk diamati serapannya pada panjang gelombang 400 - 600 nm (Sami dan
Rahimah, 2015).
e. Penentuan Operating Time
Penentuan operating time dilakukan dengan cara 1 mL DPPH 0,4 mM
ditambahkan 5,3 mL metanol p.a, dan 1 mL Vitamin C. larutan tersebut diukur
pada menit 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 pada panjang gelombang maksimum yang
telah diperoleh (Rastuti dan Purwanti,2012).

f. Penentuan Aktivitas Penangkapan Radikal DPPH


Larutan seri pembanding dan larutan seri sampel masing-masing dipipet
sebanyak 1 mL lalu ditambahkan 5,3 mL metanol p.a dan 1 mL DPPH 0,4 mM.
Kemudian larutan dikocok sampai homogen. Selanjutnya larutan diinkubasi selama
waktu operating time pada suhu ruangan. Absorbansi larutan masing-masing diukur
pada panjang gelombang maksimum DPPH 0,4 mM yang telah diperoleh (Susana
dkk., 2018).
g. Persentase hambatan (IC50)
Aktivitas antioksidan sampel ditentukan oleh besarnya hambatan serapan
radikal DPPH melalui perhitungan persentase hambatan (IC 50) serapan DPPH
dengan menggunakan rumus:
Absorbans kontrol – absorbans sampel
% Inhibisi = x 100%
Absorbans kontrol

Nilai persentase hambatan (%) dan konsentrasi ekstrak dan fraksi kulit buah
coklat kuning diplot masing-masing pada sumbu x dan y, sehingga didapatkan
persamaannya = ax + b dengan perhitungan regresi linear. Aktivitas antioksidan
dinyatakan dengan Inhibition Concentration 50% (IC50) yaitu konsentrasi sampel

22
yang dapat meredam radikal DPPH sebanyak 50%. Nilai IC 50 didapatkan dari nilai
x setelah mengganti y = 50 (Susana dkk., 2018).
2. Metode ABTS
a) Pembuatan Larutan ABTS
1. Larutan ABTS : Ditimbang 18 mg ABTS (7 mM) dilarutkan kedalam aqua
deionisasi dalam labu tentukur 5 mL
2. Larutan K2S2O8 : Ditimbang 14 mg kalium persulfat (2.45 mM) dilarutkan ke
dalam aqua deionisasi dalam botol sampai 20 mL.

3. Larutan stok ABTS : 5 mL larutan ABTS ditambahkan 5 mL larutan kalium


persulfat, diinkubasi dalam ruang gelap suhu 22-240C
selama 12-16 jam sebelum digunakan, dihasilkan ABTS
dengan warna biru gelap (Misriyani dkk., 2017).

b) Pembuatan larutan pembanding

Dibuat larutan Vitamin C 100 ppm sebagai pembanding dengan cara


menimbang 0,01 g dan dilarutkan dalam metanol 10 ml. Larutan induk
diencerkan sehingga diperoleh konsentrasi 1; 2; 3; 4 dan 5 ppm (Sami dan Siti,
2015).

c) Pembuatan larutan stok Ekstrak dan Fraksi Kulit buah


larutan induk sampel 100 ppm dengan cara ditimbang 0,01 g ekstrak dan
masing-masing fraksi (n-heksan, kloroform, etil asetat dan sisa air) dan
dilarutkan dalam 100 ml methanol p.a. Larutan induk dibuat seri konsentrasi
1; 2; 3; 4; dan 5 ppm.

d) Pengukuran Serapan Larutan stok ABTS


ABTS dipipet sebanyak 1 ml dan dicukupkan volumenya sampai 5 ml
dengan metanol dalam labu terukur. Larutan ini kemudian diukur dengan
spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 400 - 800 nm (Sami dan
Rahimah, 2015).

e) Penentuan Operating time


Penentuan operating time dilakukan dengan cara 1 mL larutan stok
ABTS ditambahkan 3 mL metanol p.a, dan 1 mL Vitamin C. larutan tersebut
diukur pada menit 10, 20, 30, 40, 50, dan 60 pada panjang gelombang

23
maksimum yang telah diperoleh (Rastuti dan Purwanti, 2012).
f) Pengukuran Aktivitas Pengikatan Radikal bebas dengan menggunakan
larutan ABTS
Larutan seri pembanding dan larutan seri sampel masing-masing dipipet
sebanyak 1 mL lalu ditambahkan 3 mL metanol p.a dan 1 mL larutan stok
ABTS. Kemudian larutan dikocok sampai homogen. Selanjutnya larutan
diinkubasi selama waktu operating time pada suhu ruangan. Absorbansi
larutan masing-masing diukur pada panjang gelombang maksimum larutan
stok ABTS yang telah diperoleh (Sami dan Rahimah, 2015)

g) Persentase tingkat Inhibisi (IC50)

Aktivitas antioksidan sampel ditentukan oleh besarnya hambatan


absorbansi radikal ABTS melalui perhitungan tingkat inhibisi serapan
ABTS dengan menggunakan rumus tingkat inhibisi dan Nilai IC 50 dihitung
dengan menggunakan rumus persamaan regresi linier (perhitungan tingkat
inhibisi dan IC50 (Andayani dkk., 2008).
(��� ������−��� ������)
% inhibisi = x 100%
���������� ������

Keterangan: Abs blanko : absorbansi radikal ABTS

Abs sampel : absorbansi sampel dalam radikal ABTS


7. Penetapan Kadar flavonoid
a. Penentuan Kurva Baku Quarsetin
Larutan standar quarsetin 1000 ppm dibuat dengan menimbang 10 mg baku
standar quersetin dan dilarutkan dengan metanol p.a sampai 10 mL. Kemudian
dibuat beberapa konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm dan 100 ppm. Dari
masing-masing konsentrasi larutan standar kuarsetin diambil 1 mL ditambahkan 3
mL metanol, 0,2 mL aluminium klorida 10 %, 0,2 mL kalium asetat 1 M dan
dicukupkan dengan aquades sampai 10 mL. Setelah itu dilakukan pengukuran
panjang gelombang maksimum dan operating time salah satu larutan baku.
Seluruh seri konsentrasi larutan baku dilakukan pengukuran pada panjang
gelombang maksimum yang diperoleh dan diinkubasi selama operating time.

24
Dibuat kurva kalibrasi hubungan antara konsentrasi quarsetin dengan absorbansi
(Wahdaningsih dkk., 2017).
b. Penetapan kadar flavonoid ekstrak dan fraksi kulit buah coklat
Ditimbang 10 mg ekstrak dan fraksi dilarutkan dengan metanol p.a hingga
10 mL, kemudian diambil 1 mL ditambahkan 3 mL metanol p.a, ditambahkan 0,2
mL aluminium klorida 10%, ditambahkan 0,2 mL kalium asetat 1 M dan
dicukupkan dengan aquades sampai 10 mL. Setelah itu diinkubasi selama waktu
operating time pada suhu ruangan dan diukur absorbansinya dengan panjang
gelombang maksimum. Dilakukan dalam 3 kali pengukuran sehingga dan kadar
flavonoid yang diperoleh dinyatakan sebagai ekuivalen quersetin (EQ)
(Wahdaningsih dkk., 2017).
Kadar flavonoid diperoleh dari nilai absorbansi masing-masing sampel
kemudian diplotkan kedalam persamaan kurva baku kuarsetin. Nilai yang didapat
dikalikan volume total sampel dan dibandingkan dengan bobot penimbangan
dengan rumus:
Kadar total flavonoid per berat sampel = � � ��

(wardhani, dkk., 2018)


Keterangan:
C : kadar total flavonoid m : berat sampel (g)
Fp : Faktor pengenceran V : Volume sampel (L)
Korelasi antara kadar flavonoid total dan aktivitas antioksidan diperoleh dari
persamaan regresi antara flavonoid total dengan IC 50 masing-masing ekstrak dan
fraksi (Lukmanto, 2015).
8. Penetapan Kadar Fenolik
a. Penentuan Kurva Baku Asam Galat
Larutan standar asam galat 1000 ppm dibuat dengan menimbang 10 mg
asam galat dan dilarutkan dengan metanol p.a sampai 10 mL. Kemudian dibuat
beberapa konsentrasi 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm dan 50 ppm. Dari masing-
masing konsentrasi tersebut diambil 1 mL, ditambahkan 0,4 mL reagen Folin-
Ciocalteau dikocok dan dibiarkan 8 menit, ditambahkan 4 mL larutan Na2CO3 7%
kocok hingga homogen dan ditambahkan aquades hingga 10 mL. Dilakukan
pengukuran panjang gelombang maksimum dan operating time salah satu
25
larutan baku. Seluruh seri konsentrasi larutan baku dilakukan pengukuran pada
panjang gelombang maksimum dilakukan tiga kali pengulangan. Dibuat kurva
kalibrasi hubungan antara konsentrasi asam galat dengan absorbansi (Ahmad
ddk., 2015).
b. Penetapan kadar fenolik total ekstrak dan fraksi kulit buah coklat
Ditimbang masing-masing 10 mg ekstrak dan fraksi dilarutkan dengan metanol
p.a sampai 10 mL, masing-masing dipipet sebanyak 1 mL, ditambahkan 0,4 mL
reagen Folin-Ciocalteau dikocok dan dibiarkan 8 menit, ditambahkan 4,0 mL
larutan Na2CO3 7% kocok hingga homogen. Ditambahkan aquades hingga 10 mL
dan diamkan selama operating time pada suhu ruangan. Diukur absorbansi pada
panjang gelombang maksimum. Dilakukan dalam 3 kali pengukuran dan kadar
fenolik yang diperoleh dinyatakan sebagai ekuivalen asam galat (EAG) (Ahmad
dkk., 2015).
Kadar fenolik total diperoleh dari nilai absorbansi masing-masing sampel
kemudian diplotkan kedalam persamaan kurva baku asam galat. Nilai yang didapat
dikalikan volume total sampel dan dibandingkan dengan bobot penimbangan
dengan rumus:
Kadar total fenolik per berat sampel = � ×� ×�� × (Wardhani, dkk.,

2018)
Keterangan:
C : kadar total fenol m : berat sampel (g)
Fp : Faktor pengenceran V : Volume sampel (L)
Korelasi antara kadar fenolik total dan aktivitas antioksidan diperoleh dari
persamaan regresi antara fenolik total dengan IC50 masing-masing ekstrak dan
fraksi (Lukmanto, 2015).

26
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Determinasi Tanaman Coklat

Determinasi tanaman dilakukan dengan tujuan untuk membuktikan


kebenaran bahan yang digunakan pada penelitian. Determinasi tanaman kulit
buah coklat dilakukan di Laboratorium Pengembangan Unit Biologi FKIP
Universitas Halu Oleo Kendari. Determinasi dari tanaman kulit buah coklat
dilakukan dengan cara mencocokkan morfologi kulit buah dengan
menggunakan buku acuan taksonomi tumbuhan (spermatophyta)
(Tjitrosoepomo,G., 2008).
Hasil determinasi tanaman coklat menunjukkan kunci determinasi
sesuai pada Lampiran 1, sebagai berikut:
1a-2a-3a-4b-5b-6b-7b-8a
Hasil determinasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tanaman
yang digunakan adalah tanaman coklat (Theobroma cacao.L)
4.2. Penyiapan Sampel
Sampel tanaman kulit buah coklat diperoleh di Desa Otole, Kecamatan
Lasolo, Kabupaten konawe utara, Sulawesi Tenggara. Tanaman kulit buah
coklat dilakukan sortasi basah untuk memisahkan pengotor atau bagian
tanaman yang tidak diperlukan dalam penelitian dan terbawa pada saat proses
pengumpulan kulit buah coklat . Setelah itu dilakukan proses pencucian di
bawah air yang mengalir agar kotoran yang ada pada sampel dapat ikut hilang
bersama aliran air. Tanaman kulit buah coklat yang telah dicuci kemudian
dirajang untuk mempermudah dalam proses pengeringan. Pengeringan
dilakukan di bawah sinar matahari. Sampel kulit buah coklat yang telah
kering kemudian dilakukan sortasi kering untuk membersihkan pengotor
yang melekat pada saat pengeringan. Kemudian dilakukan penghalusan.
Penghalusan dilakukan untuk mengubah ukuran sampel menjadi lebih kecil
dengan luas permukaan yang lebih besar sehingga dapat memaksimalkan
proses maserasi untuk menarik dan melarutkan senyawa metabolit sekunder
(Harbone, 1987).

27
4.3. Ekstraksi tanaman kulit Buah Coklat
Serbuk kering tanaman kulit buah coklat 900 gram dimaserasi dengan
metanol sebanyak 3,5 L. Metode maserasi dipilih sebagai metode dalam
mengekstrasi karena mekanisme pengerjaannya yang lebih praktis dan
sederhana. Pemilihan metanol sebagai pelarut dikarenakan metanol dapat
menarik senyawa-senyawa organik baik yang bersifat polar dan non polar serta
pelarut metanol mempunyai titik didih yang relatif rendah sehingga mudah
dipisahkan dengan cara penguapan (Suryanto,2016).
Prinsip ekstraksi dengan metode maserasi adalah pelarut akan masuk
ke dalam sel melewati dinding sel. isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam sel dan di luar sel. Larutan yang
konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh pelarut. Peristiwa
tersebut akan terus berulang sampai terjadi kesetimbangan antara konsentrasi
di dalam sel dan di luar sel. Hasil ekstraksi 900 g simplisia kulit buah coklat
dengan cara maserasi menggunakan pelarut metanol sebanyak 3,5 L, diperoleh
ekstrak sebanyak 160 g dengan nilai rendamen ekstrak sebesar 17,78%.
4.4. Fraksinasi Ekstrak Kulit Buah Coklat
Fraksinasi adalah suatu metode pemisahan senyawa organik
berdasarkan kelarutan senyawa-senyawa tersebut dalam dua pelarut yang tidak
saling bercampur, biasanya antara pelarut air dan pelarut organik. Metode
fraksinasi yang biasa digunakan adalah ekstraksi cair-cair. Pada ekstraksi cair-
cair digunakan dua jenis pelarut yang berbeda sifat kepolarannya, dengan
prinsip like disolved like yang menyatakan bahwa suatu senyawa akan larut
pada pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang sama (Pratiwi dkk., 2016).

Teknik pemisahan dilakukan dengan menggunakan corong pisah.


Kedua pelarut yang tidak saling bercampur tersebut dimasukkan ke dalam
corong pisah, kemudian digojok dan didiamkan. Senyawa metabolit sekunder
akan terdistribusi ke dalam fasenya masing-masing tergantung pada
kelarutannya terhadap fase tersebut dan kemudian akan terbentuk dua lapisan,
yaitu lapisan atas dan lapisan bawah (Dey, 2012).
Tahap fraksinasi penelitian ini, digunakan tiga jenis pelarut yaitu etil
asetat, kloroform dan n-heksan. Ekstrak kental metanol yang akan
28
difraksinasi terlebih dahulu dilarutkan didalam air dan diekstraksi cair-cair
dengan menggunakan pelarut n-heksan sehigga fase air berada dilapisan
bawah sedangkan fase n-heksan berada dilapisan atas, sesuai dengan masa
jenis air yang lebih besar yaitu 1 g/mL dibandingkan n-heksan 0,6548 g/mL.
Sedangkan untuk pelarut kloroform fase air berada di lapisan atas dan fase
kloroform berada di lapisan bawah hal ini sesuai dengan massa jenis yang lebih
besar yaitu 1,498 g/mL.kemudian pada pelarut etil asetat fase air berada di
lapisan bawah dan fase etil asetat berada di lapisan atas,sesuai dengan massa
jenisair yang lebih besar 1 g/mL dibandingkan dengan eti asetat 0,894 g/mL.
Perbedaan jenis pelarut akan mempengaruhi jumlah fraksi yang dihasilkan.
Hasil fraksinasi yang diperoleh disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2. Hasil fraksi kulit buah coklat


No. Fraksi Berat Fraksi (g) Rendamen (%)
1. n-heksan 8 8,89
2. Kloroform 4,2 4,6
3. Etil asetat 3 3,3
4. Air 50,4 60,4

Berdasarkan tabel 2. dapat dilihat bahwa hasil fraksinasi yang paling


banyak adalah fraksi air sebanyak 50,4 gram diikuti n-heksan sebanyak 8
gram, fraksi kloroform 4,2 gram dan etil asetat 3 gram. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sampel kulit buah coklat lebih banyak mengandung
senyawa polar karena berat rendamen yang diperoleh lebih banyak terdapat
pada fraksi air.
4.5. Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan metabolit
sekunder yang tersari di dalam ekstrak metanol dan fraksi kulit buah coklat
sehingga dapat diketahui metabolit sekunder yang berpotensi memiliki aktivitas
antioksidan. Hasil skrining fitokimia ekstrak metanol, fraksi n-heksan,fraksi
kloroform ,fraksi etil asetat, dapat di lihat pada tabel dan gambar berikut.

29
Tabel 3. Hasil skrining fitokimia ekstrak metanol, fraksi n-heksan,fraksi
kloroform,fraksi etil asetat dan fraksi air kulit buah coklat.
Pengujian Sampel Hasil Keterangan

Alkaloid pereaksi Ekstrak + endapan coklat


dragendrof n-heksan + endapan coklat

Kloroform + endapan coklat

Etil asetat + endapan coklat

Air + endapan coklat

Alkaloid pereaksi Ekstrak - Tidak terdapat endapan coklat


meyer n-heksan - Tidak terdapat endapan kuning

Kloroform - Tidak terdapat endapan coklat

Etil asetat - Tidak terdapat endapan coklat

Air - Tidak terdapat endapan coklat

Alkaloid pereaksi Ekstrak - Tidak terdapat endapan coklat


wagner n-heksan - Tidak terdapat endapan kuning

Kloroform - Tidak terdapat endapan coklat

Etil asetat - Tidak terdapat endapan coklat

Air - Tidak terdapat endapan coklat

Flavonoid Ekstrak + Larutan berwarna merah

n-heksan + Larutan berwarna hijau

Kloroform + Larutan berwarna merah

Etil asetat + Larutan berwarna hijau

Air + Larutan berwarna kuning

Terpenoid Ekstrak + Larutan berwarna hijau


kehitaman

30
n-heksan + Larutan berwarna hijau
kehitaman

Kloroform + Larutan berwarna coklat

Etil asetat + Larutan berwarna coklat

Air + Larutan berwarna ungu

Tanin Ekstrak + Larutan berwarna hijau


kehitaman

n-heksan + Larutan berwarna hijau


kehitaman

Kloroform + Larutan berwarna hijau


kehitaman

Etil asetat + Larutan berwarna hijau


kehitaman

Air + Larutan berwarna hijau


kehitaman

Saponin Ekstrak + Terdapat buih/ busa

n-heksan + Terdapat buih/ busa

Kloroform + Terdapat buih/ busa

Etil asetat + Terdapat buih/ busa

Air + Terdapat buih/ busa

Berdasarkan Tabel 3. menunjukkan bahwa ekstrak metanol, fraksi n-heksan,


fraksi kloroform ,fraksi etil dan fraksi air mengandung senyawa alkaloid, flavonoid,
terpenoid. Identifikasi alkaloid terbentuk endapan berwarna coklat dan endapan
kuning pada ekstrak metanol. Hasil ini sesuai dengan teori Harbone yang
mengatakan bahwa hasil positif alkaloid pada uji dragendrof ditandai dengan
terbentuknya endapan coklat. Pada uji alkaloid terjadi reaksi pengendapan karena
adanya penggantian logam. Atom nitrogen yang memiliki pasangan elektron bebas

31
sehingga dapat membentuk ikatan kovalen koordinasi dengan ion logam (Harbone,
1987).
Identifikasi flavonoid dilakukan dengan Penambahan HCl pekat digunakan
untuk menghidrolisis flavonoid menjadi aglikonnya, yaitu dengan menghidrolisis
O- glikosil. Glikosil akan tergantikan oleh H+ dari asam karena sifatnya yang
elektrofilik. Reduksi dengan Mg dan HCl pekat dapat menghasilkan senyawa
kompleks yang berwarna merah, hijau, kuning atau jingga pada flavonol, flavanon,
flavanonol dan xanton. (Robinson, 1995). Hasil yang didapat pada ekstrak
metanol, fraksi n-heksan, fraksi kloroform, fraksi etil asetat dan fraksi air kulit
buah coklat berwarna merah, hijau, dan kuning . Hal ini menunjukkan bahwa
sampel positif mengandung flavonoid.
Identifikasi terpenoid pada ekstrak metanol,fraksi n-heksan,fraksi kloroform
fraksi etil asetat dan fraksi air memberikan hasil positif yang ditujukan oleh
perubahan warna menjadi warna coklat,ungu, hijau kehitaman ketika sampel
direaksikan dengan asam sulfat. Hasil ini sesuai dengan teori bahwa hasil positif
terpenoid ditandai dengan terbentuknya warna coklat, ungu, dan hijau kehitaman
atau biru kehitaman (Mailuhu,2017;Pardede,2013). Perubahan warna tersebut
disebabkan oleh adanya reaksi senyawa terpenoid dengan H2SO4 dan asam asetat
anhidrida. Senyawa terpenoid akan mengalami dehidrasi dengan penambahan asam
kuat dan membentuk garam dengan menghasilkan perubahan warna (Pardede et al.,
2013).
Hasil uji senyawa tanin ekstrak metanol, fraksi n-heksan, fraksi kloroform,
fraksi etil asetat dan fraksi air daun kulit buah coklat memberikan hasil positif
dengan terbentuknya warna hijau kehitaman. Hasil tersebut sesuai dengan teori
bahwa hasil positif uji tanin apabila timbul warna hijau kehitaman. Terbentuknya
warna hijau kehitaman setelah penambahan FeCl 3. Pada penambahan ini golongan
tanin terhidrolisis akan menghasilkan warna biru kehitaman dan tanin terkondensasi
akan menghasilkan warna hijau kehitaman. Perubahan warna ini terjadi ketika
penambahan FeCl3 yang bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang ada pada
senyawa tanin (Sangi dkk., 2008).
Hasil uji senyawa saponin pada ekstrak metanol, fraksi n-heksan,fraksi
kloroform,fraksi etil asetat dan fraksi air menunjukkan hasil positif karena

32
terdapat busa/buih stabil yang terbentuk . Saponin senyawa yang memiliki gugus
polar dan nonpolar bersifat aktif permukaan sehingga saat dikocok dengan air,
saponin dapat membentuk misel. Pada struktur misel, gugus polar menghadap ke
luar sedangkan gugus nonpolarnya menghadap ke dalam. Keadaan inilah yang
tampak seperti busa. Busa terbentuk dikarenakan adanya kandungan glikosida yang
memiliki kemampuan membentuk busa dalam air (Sangi,2008).
4.6 Uji Aktivitas Antioksidan
Pengujian aktivias antioksidan dilakukan dengan menggunakan 2 metode
yaitu:
a. Metode DPPH
Pemilihan metode ini karena metode ini merupakan metode yang sederhana,
mudah dan cepat. Metode ini sangat umum digunakan karena sangat sesuai untuk
mengukur aktivitas total antioksidan baik dalam pelarut polar atau larut air maupun
dalam pelarut non polar atau larut minyak (Prakash, 2001).

DPPH adalah radikal bebas yang berwarna ungu. Ketika senyawa radikal
bebas direaksikan dengan suatu antioksidan maka intensitas warna ungu akan
berkurang dan bila senyawa antioksidan yang bereaksi jumlah besar maka DPPH
akan berubah warna menjadi warna kuning. Antioksidan yang bereaksi dengan
DPPH menyebabkan elektron DPPH menjadi berpasangan, kemudian
menyebabkan penghilangan warna yang sebanding dengan jumlah elektron yang
diambil (Hanani, 2012).
Pengujian antioksidan secara kuantitatif dinyatakan dengan persen
penghambatan terhadap radikal DPPH. Persentase penghambatan didapatkan dari
perbedaan serapan antara absorban DPPH dalam metanol dengan absorban sampel.
Persamaan regresi yang diperoleh dari grafik hubungan antara konsentrasi sampel
dengan persen penghambatan DPPH digunakan untuk memperoleh nilai IC 50
(inhibition concentration). Besarnya aktivitas antioksidan ditandai dengan nilai
IC50 yaitu konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk menghambat 50%
radikal bebas DPPH. Semakin kecil nilai IC 50 senyawa maka semakin besar
kemampuan senyawa tersebut untuk menangkal radikal bebas (Prakash, 2001).
Pengukuran absorbansi ekstrak dan fraksi kulit buah coklat dengan metode
DPPH menggunakan spektrofotometri UV-Vis yang diawali dengan penentuan

33
panjang gelombang maksimum DPPH dan operating time. Penentuan panjang
gelombang maksimum bertujuan untuk mengetahui besarnya panjang gelombang
yang dibutuhkan larutan DPPH , pengukuran pada panjang gelombang maksimum
di lakukan untuk mengetahui perubahan absorbansi di setiap satuan konsentrasi
yang paling besar pada panjang gelombang maksimum, sehingga akan diperoleh
kepekaan analisis yang maksimum. Hasil penetapan panjang gelombang
maksimum larutan DPPH adalah 528,6 nm (Lampiran 7). Penentuan operating time
bertujuan untuk menentukan waktu optimum inkubasi sampel dengan larutan
DPPH untuk bereaksi. Hasil penentuan dari operating time didapatkan serapan yang
stabil mulai menit ke-30, dapat dilihat pada lampiran 8 untuk DPPH. Hasil uji
aktivitas antioksidan metode DPPH dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Hasil uji aktivitas antioksidan metode DPPH kulit buah coklat

IC50
X̅ IC50 ±SD
Sampel I II III (ppm)

Vitamin C 4,151 4,113 4,163 4,14±0,026

Ekstrak Metanol 6,076 6,135 6,094 6,10±0,024

Fraksi n-heksan 7,079 7,010 7,085 7,06±0,041

Fraksi kloroform 8,235 8,247 8,193 8,23±0,029

Fraksi etil asetat 5,583 5,605 5,645 5,61±0,032

Fraksi air 9,166 9,281 9,283 9,24±0,08

Berdasarkan Tabel 4.3. Dapat dilihat bahwa kenaikan konsentrasi berbanding


lurus dengan peningkatan persen penghambatan. Peningkatan persen
penghambatan DPPH menunjukkan adanya aktivitas antioksidan terhadap ekstrak
metanol, fraksi n-heksan, fraksi kloroform, fraksi etil asetat dan fraksi air. Interaksi
antioksidan dengan DPPH melalui mekanisme transfer elektron terhadap DPPH,
akan menetralkan radikal bebas DPPH. Jika semua elektron pada radikal bebas
DPPH menjadi berpasangan, maka warna larutan berubah dari warna ungu tua
menjadi kuning (Hanani dkk., 2012).

34
Berdasarkan persamaan regresi antara konsentrasi sampel (x) dan persen
penghambatan (y) dapat dihitung nilai IC50 untuk menyatakan aktivitas antioksidan.
Hasil aktivitas antioksidan vitamin C, ekstrak metanol, fraksi n-heksan, fraksi
kloroform, fraksi etil asetat dan fraksi air dapat dilihat pada gambar berikut.

IC50 DPPH

9.24
8,23
10 7.06
IC50(ppm)

6.10 5.61
4,14
5

0
Sampel
1

vitamin.C ekstrak metanol


fraksi n-heksan fraksi kloroforom
fraksi etil asetat fraksi air

Gambar 4.1. Aktivitas antioksidan metode DPPH kulit buah coklat


Berdasarkan Gambar 4.1. hasil pengukuran aktivitas antioksidan
menunjukkan bahwa pembanding vitamin C, ekstrak metanol, fraksi n-heksan,
fraksi kloroform, fraksi etil asetat, fraksi air pada kulit buah coklat memiliki
aktivitas antioksidan yang berbeda-beda. Hasil penelitian diperoleh nilai IC50
ekstrak metanol sebesar 6,10 ppm, fraksi n-heksan sebesar 7,06 ppm, fraksi
kloroform sebesar 8,23 ppm, fraksi etil asetat sebesar 5,61 ppm, fraksi air 9,24
ppm dan vitamin C sebesar 4,14 ppm. Menurut (Molyneux, 2004) suatu senyawa
dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika memiliki nilai IC 50 kurang dari 50
ppm, kuat untuk IC50 bernilai 50-100 ppm, sedang jika bernilai 100-150 ppm, dan
lemah jika nilai IC50 bernilai 151-200 ppm. Berdasarkan hasil tersebut, nilai IC50
fraksi etil asetat, ekstrak metanol, fraksi n-heksan, fraksi kloroform, fraksi air dan
pembanding vitamin C memiliki nilai IC 50 kurang dari 50 ppm. Dengan demikian
tanaman kulit buah coklat merupakan jenis tanaman yang memiliki kemampuan
antioksidan yang sangat kuat baik ekstrak maupun fraksi. Adapun yang memiliki
aktivitas antioksidan paling tinggi terdapat pada sampel fraksi etil asetat dengan
nilai IC50 terendah.

35
Menurut (Widyati dkk, 2012) fraksi etil asetat memiliki aktivitas antioksidan
paling tinggi dibandingkan fraksi lainnya. Potensi fraksi etil asetat sebagai
penangkap radikal bebas DPPH disebabkan oleh keefektifannya senyawa fenolik
yang bersifat semi polar dalam mendonorkan atom hidrogen pada radikal DPPH,
sehingga terbentuk senyawa yang stabil DPPH-H (molekul pikrilhidrazin)
berwarna kuning. (Huang dkk., 2011) menyatakan bahwa senyawa antioksidan
semi polar mempunyai aktivitas menangkap radikal DPPH lebih tinggi
dibandingkan senyawa antioksidan polar dan non polar. Hal ini sesuai hasil yang
diperoleh dimana aktivitas antioksidan yang tertinggi terdapat pada fraksi etil asetat
pada tanaman kulit buah coklat.

b. Metode ABTS
Prinsip pengujian ABTS adalah penstabilan radikal bebas melalui donor
proton. Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan berdasarkan penghilangan
warna ABTS yang semula berwarna biru-hijau akan berubah menjadi tidak
berwarna apabila tereduksi oleh radikal bebas. Metode ABTS sangat sensitif
terhadap cahaya, bahkan pembentukan ABTS memerlukan waktu inkubasi selama
12-16 jam dalam kondisi gelap Kelebihan dari metode ABTS ini yaitu memberikan
absorbansi spesifik pada panjang gelombang visible dan waktu reaksi yang lebih
cepat. Selain itu, ABTS dapat dilarutkan dalam pelarut organik maupun air
sehingga bisa medeteksi senyawa yang bersifat lipofilik maupun hidrofilik
(Karadag dkk., 2009).
Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan secara kuantitatif untuk ekstrak
metanol, fraksi n-heksan, fraksi kloroform, fraksi etil asetat dan fraksi air.
Pengujian antioksidan secara kuantitatif dinyatakan dengan persen penghambatan
terhadap radikal ABTS. Persentase penghambatan didapatkan dari perbedaan
serapan antara absorbansi ABTS dalam metanol dengan absorbansi sampel.
Persamaan regresi yang diperoleh dari grafik hubungan antara konsentrasi
sampel dengan persen penghambatan DPPH digunakan untuk memperoleh nilai
IC50 (inhibition concentration). Besarnya aktivitas antioksidan ditandai dengan
nilai IC50 yaitu konsentrasi larutan sampel yang dibutuhkan untuk menghambat
50% radikal bebas ABTS. Semakin kecil nilai IC50 senyawa maka makin besar

36
kemampuan senyawa tersebut untuk menangkal radikal bebas (Prakash dkk.,
2001).
Pengukuran absorbansi ekstrak dan fraksi kulit buah coklat dengan metode
ABTS menggunakan spektrofotometri UV-Vis dilakukan penentuan panjang
gelombang maksimum ABTS dan operating time. Penentuan panjang gelombang
maksimum bertujuan mengetahui besarnya panjang gelombang yang dibutuhkan
larutan ABTS. Hasil penetapan panjang gelombang maksimum larutan ABTS
adalah 745,5 nm (Lampiran 12). Penentuan operating time bertujuan menentukan
waktu optimum inkubasi sampel dengan larutan ABTS untuk bereaksi. Hasil
penentuan dari operating time didapatkan serapan yang stabil mulai menit ke-30,
dapat dilihat pada lampiran untuk ABTS. Hasil uji aktivitas antioksidan metode
ABTS dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.4. Hasil uji aktivitas antioksidan metode ABTS kulit buah coklat

IC50
X̅ IC50±SD
Sampel I II III (ppm)

Vitamin C 4,673 4,635 4,610 4,67±0,031

Ekstrak Metanol 6,295 6,342 6,374 6,33±0,056

Fraksi n-heksan 6,538 6,554 6,601 6,57±0,033

Fraksi kloroform 8,792 8,815 8,874 8,83±0,057

Fraksi etil asetat 5,755 5,772 5,791 5,77±0,025

Fraksi air 9,039 9,256 9,353 9,22±0,222

Berdasarkan Tabel 4.4. Dapat dilihat bahwa kenaikan konsentrasi berbanding


lurus dengan peningkatan persen penghambatan. Peningkatan persen
penghambatan ABTS menunjukkan adanya aktivitas antioksidan terhadap ekstrak
metanol, fraksi n-heksan, fraksi kloroform, fraksi etil asetat dan fraksi air. Interaksi
antioksidan dengan ABTS melalui mekanisme transfer proton terhadap ABTS,
akan menetralkan radikal bebas ABTS. Jika semua elektron pada radikal bebas

37
ABTS menjadi berpasangan, maka warna larutan berubah dari hijau-biru menjadi
bening (Hanani dkk., 2012).

Berdasarkan persamaan regresi antara konsentrasi sampel (x) dan persen


penghambatan (y) dapat dihitung nilai IC50 untuk menyatakan aktivitas antioksidan.
Hasil aktivitas antioksidan vitamin C, ekstrak metanol, fraksi n-heksan, fraksi
kloroform, fraksi etil asetat dan fraksi air dapat dilihat pada gambar berikut.

IC50 ABTS

8.83 9.22
10
8 6.33 6,57 5.77
IC50 (ppm)

6 4.67
4
2
0
sampel
vitamin.C ekstrak metanol
fraksi n-heksan fraksi kloroforom
fraksi etil asetat fraksi air

Gambar 4.2. Aktivitas antioksidan metode ABTS kulit buah coklat


Berdasarkan Gambar 4.2. hasil pengukuran aktivitas antioksidan
menunjukkan bahwa pembanding Vitamin C, ekstrak metanol, fraksi n-heksan,
fraksi kloroform, fraksi etil asetat, fraksi air kulit buah coklat memiliki aktivitas
antioksidan yang berbeda-beda. Hasil penelitian diperoleh nilai IC 50 ekstrak
metanol sebesar 6,33 ppm, fraksi n-heksan sebesar 6,57 ppm, fraksi kloroform
sebesar 8,83 ppm, fraksi etil asetat sebesar 5,77 ppm, fraksi air 9,22 ppm dan
vitamin C sebesar 4,67 ppm. Menurut (Molyneux, 2004) suatu senyawa dikatakan
sebagai antioksidan sangat kuat jika memiliki nilai IC 50 kurang dari 50 ppm, kuat
untuk IC50 bernilai 50-100 ppm, sedang jika bernilai 100-150 ppm, dan lemah jika
nilai IC50 bernilai 151-200 ppm. Berdasarkan hasil tersebut, nilai IC50 fraksi etil
asetat, ekstrak metanol, fraksi kloroform, fraksi n-heksan, fraksi air dan
pembanding vitamin C memiliki nilai IC 50 kurang dari 50 ppm. Dengan demikian
tanaman kulit buah coklat merupakan jenis tanaman yang memiliki kemampuan
antioksidan yang sangat kuat baik ekstrak maupun fraksi. Adapun aktivitas
antioksidan yang paling kuat terdapat pada sampel fraksi etil asetat dengan nilai
IC50 terendah.

38
Menurut (Fitriana dkk., 2015) fraksi etil asetat memiliki aktivitas antioksidan
paling tinggi dibandingkan fraksi lainnya. Aktivitas antioksidan dipengaruhi oleh
senyawa-senyawa fenolat yang berada dalam fasa yang diukur. Senyawa fenolat
memiliki kemampuan sebagai antioksidan yang tinggi. Hal ini sesuai hasil yang
diperoleh dimana aktivitas antioksidan yang tertinggi terdapat pada fraksi etil asetat
pada kulit buah coklat.

Berdasarkan hasil pengujian antioksidan dari metode DPPH maupun


ABTS,masing-masing memiliki nilai IC50 yang terendah terdapat pada fraksi etil
asetat dengan aktivitas antioksidan yang lebih kuat di bandingkan ekstrak
methanol,fraksi n-heksan, fraksi kloroform dan fraksi air.hal ini dapat dilihat dari
kedua metode memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing. Metode
DPPH memiliki keunggulan yaitu metode analisisnya yang bersifat sederhana,
cepat, mudah dan sensitif terhadap sampel dengan konsentrasi yang kecil namun
pengujian menggunakan DPPH terbatasi karena DPPH hanya dapat dilarutkan
dalam pelarut organik sehingga agak sulit untuk menganalisis senyawa yang
bersifat hidrofilik dibandingkan dengan ABTS memiliki keunggulan yaitu
memberikan absorbansi spesifik pada panjang gelombang visible dan waktu
reaksi yang lebih cepat. Selain itu, ABTS dapat dilarutkan dalam pelarut organik
maupun air sehingga bisa mendeteksi senyawa yang bersifat lipofilik maupun
hidrofilik namun pengujian menggunakan ABTS tidak menggambarkan sistem
pertahanan tubuh terhadap radikal bebas sehingga ABTS hanya dapat dijadikan
sebagai metode pembanding karena tidak mewakili sistem biologis tubuh
(Karadag, 2009).

4.7 Penetapan Kadar Flavonoid Total


Analisis kuantitatif senyawa flavonoid total pada ekstrak dan fraksi kulit
buah coklat dilakukan dengan metode aluminium klorida (AlCl 3). Prinsip
penetapan kadar flavonoid metode aluminium klorida (AlCl3) adalah terjadinya
pembentukan kompleks antara aluminium klorida (AlCl 3) dengan gugus keto dan
gugus hidroksi pada senyawa flavonoid. Panjang gelombang maksimum yang
dihasilkan adalah 409 nm, panjang gelombang maksimum tersebut digunakan
untuk mengukur serapan kurva kalibrasi dan sampel ekstrak dan fraksi kulit buah
dan operating time. Hasil penentuan dari operating time didapatkan serapan
yang stabil mulai menit ke-30, dapat dilihat pada lampiran 18.
39
Larutan standar kuarsetin dibuat dalam beberapa variasi konsentrasi yang
diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis double beam pada
panjang gelombang 409 nm. Kemudian dibuat kurva kalibrasi hubungan antara
konsentrasi kuarsetin dan absorbansinya (Lampiran 17). Hasil kadar flavonoid total
dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5. Hasil Kadar flavonoid total pada ekstrak dan fraksi Kulit Buah
Coklat
Kadar Flavonoid
(ppm) Kadar total
Sampel X̅ ±SD flavonoid
(mgEK/g)
I II III

Ekstrak metanol 70,73 71,49 71,15 71,13±0,38 711,23

Fraksi n-heksan 60,57 61,15 61,2 60,96±0,34 609,73

Fraksi Kloroform 51,90 53,36 53,02 53,09±0,24 524,27

Fraksi etil asetat 89,73 90,81 90,47 90,34±0,55 903,37

Fraksi air 33,07 33,19 32,51 32,92±0,36 329,23

Keterangan : EK = Ekuivalen Kuarsetin


Berdasarkan Tabel 4.5. diketahui bahwa kadar total flavonoid pada fraksi etil
asetat mengandung senyawa flavonoid yang paling tinggi yaitu 90,34 ppm dengan
kadar total flavonoid sebesar 903,37 mgEK/g fraksi , kemudian ekstrak metanol
mengandung senyawa flavonoid sebesar 71,13 ppm dengan kadar total flavonoid
sebesar 711,23 mgEK/g ekstrak, ketiga fraksi n-heksan mengandung senyawa
flavonoid sebesar 60,96 ppm dengan kadar total flavonoid sebesar 609,73
mgEK/g fraksi , keempat fraksi kloroform mengandung senyawa flavonoid
sebesar 53,09 ppm dengan kadar total flavonoid sebesar 524,27 mgEK/g fraksi
dan fraksi air mengandung senyawa flavonoid terendah sebesar 32,92 ppm dengan
kadar total flavonoid sebesar 329,23 mgEK/g fraksi . Fraksi etil asetat memiliki
kadar flavonoid paling tinggi.
Nilai kadar flavonoid total masing-masing sampel yang telah ditentukkan,
dikorelasikan dengan nilai IC50 DPPH dan ABTS masing-masing sampel dengan
menggunakan persamaan regresi linear dapat dilihat pada gambar berikut.

40
Gambar 4.3. Hubungan antara kandungan flavonoid total ekstrak dan
fraksi kulit buah coklat dengan nilai IC50 aktivitas antioksidan dari metode DPPH.

Berdasarkan Gambar 4.3. hasil dari regresi linear antara IC 50(x) dan kadar
flavonoid total (y) ekstrak dan fraksi kulit buah coklat mempunyai koefisien
korelasi (r2) 0,8591 (y = -12,91 + 156,02). Hal tersebut menunjukkan bahwa
85,91 % aktivitas antioksidan dari ekstrak dan fraksi kulit buah coklat karena
konstribusi senyawa flavonoid dan 14,09% dipengaruhi oleh senyawa lain selain
flavonoid. Dengan demikian aktivitas antioksidan tidak hanya berasal dari senyawa
flavonoid, tetapi dapat berasal dari metabolit sekunder yang bersifat antioksidan.

Korelasi Antioksidan Metode ABTS


Dan Flavonoid
100
kadar total flavonoid

y = -12.291x + 151.95
(mgEK/g)

50 R² = 0.8197

0
0 2 4 6 8 10
IC50(ppm
)
Gambar 4.4. Hubungan antara kandungan flavonoid total ekstrak dan fraksi
kulit buah coklat dengan nilai IC50 aktivitas antioksidan dari metode ABTS.

Berdasarkan Gambar 4.4. hasil dari regresi linear antara IC 50(x) dan kadar
flavonoid total (y) ekstrak dan fraksi kulit buah coklat mempunyai korelasi
(r2)0,8197(y = -12,291x + 151,95). Hal tersebut menunjukkan bahwa 81,97%
aktivitas antioksidan dari ekstrak dan fraksi kulit buah coklat karena konstribusi
senyawa flavonoid dan 18,03 % dipengaruhi oleh senyawa lain selain flavonoid.
Dengan

41
demikian aktivitas antioksidan tidak hanya berasal dari senyawa flavonoid, tetapi
dapat berasal dari metabolit sekunder yang bersifat antikosidan.

4.8 Penetapan Kadar Fenolik Total


Analisis kuantitatif senyawa fenolik total pada ekstrak dan fraksi kulit buah
coklat dilakukan dengan metode Follin-Ciocalteu. Follin-Ciocalteu adalah
pereaksi anorganik yang dapat membentuk larutan kompleks dengan senyawa fenol
yaitu molybdenum tungstant yang berwarna biru. Semakin pekat intensitas warna
akan menunjukan kadar fenolik dalam fraksi semakin besar (Wungkana, 2013).

Panjang gelombang maksimum yang dihasilkan adalah 742,75 nm, panjang


gelombang maksimum tersebut digunakan untuk mengukur serapan kurva
kalibrasi, sampel ekstrak dan fraksi kulit buah coklat kuning serta operating time.
Setelah didapatkan panjang gelombang maksimum selanjutnya dilakukan
penentuan operating timeuntuk menentukan waktu optimum inkubasisampel
dengan reagen follin-Ciocalteu dan Na2Co3. Hasil penentuan dari operating
timedidapatkan serapan yang stabil mulai menit ke-30, dapat dilihat pada lampiran
22.

Larutan standar asam galat dibuat dalam beberapa variasi konsentrasi yang
diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis double beam pada
panjang gelombang 742,75 nm. Kemudian dibuat kurva kalibrasi hubungan antara
konsentrasi kuarsetin dan absorbansinya (Lampiran 21). Hasil kadar fenolik total
dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil Kadar fenolik total pada ekstrak dan fraksi kulit buah coklat

Kadar Total Fenolik


(ppm) Kadar total fenolik
Sampel (X̅ ±SD)
(mgEAG/g)
I II III

Ekstrak
metanol 20,30 20,22 20,11 20,21±0,09 202,08
Fraksi n-heksan 18,15 18,32 18,22 18,23±0,08 182,29

42
Fraksi kloroform 13,61 13,70 13,81 13,71±0,10 137,07

Fraksi etil asset 22,64 22,83 22,83 22,77±0,11 227,68

Fraksi air 10,40 10,47 10,52 10,46±0,05 104,64

Keterangan : EAG = Ekuivalen Asam Galat


Berdasarkan Tabel 4.6. hasil kadar total fenolik dapat dilihat bahwa kadar total
fenolik pada fraksi etil asetat mengandung senyawa fenolik yang paling tinggi yaitu
22,77 ppm dengan kadar total fenolik sebesar 227,68 mgEAG/g fraksi , kemudian
ekstrak metanol mengandung senyawa fenolik sebesar 20,21 ppm dengan kadar
total fenolik sebesar 202,08 mgEAG/g ekstrak , ketiga fraksi n-heksan
mengandung senyawa fenolik sebesar 18,23 ppm dengan kadar total fenolik
sebesar 182,29 mgEAG/g fraksi , ke empat fraksi kloroform mengandung
senyawa fenolik sebesar 13,71 ppm dengan kadar total fenolik sebesar 137,07
mgEAG/g fraksi, dan fraksi air mengandung senyawa fenolik terendah yaitu 10,46
ppm dengan kadar total flavonoid sebesar 104,64 mgEAG/g fraksi. Dari tabel 4.6
menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memiliki kemampuan yang baik dalam
mereduksi reagen Folin-Ciocalteu dari pada fraksi-fraksi lainnya. Larutan asam
galat yang digunakan untuk menentukan kandungan total fenol karena asam galat
mempunyai gugus hidroksi dan ikatan rangkap yang terkonjugasi pada cincin
aromatis. Asam galat sangat efektif dalam membentuk senyawa kompleks dengan
reagen Folin-Ciocalteu sehingga reaksi yang terjadi lebih sensitif dan intensif.
Dari hasil pengujian, asam galat menghasilkan warna biru yang pekat pada saat
bereaksi dengan reagen Folin- Ciocalteu (Shahidi dan Naczk, 1995). Ini berarti
bahwa kandungan total fenolik yang diperoleh sebagian besar adalah senyawa
sangat semi polar yang dapat larut dalam pelarut semi polar seperti etil asetat.

Nilai kadar fenolik total masing-masing sampel yang telah ditentukkan,


dikorelasikan antara nilai IC50 DPPH dan ABTS masing-masing sampel dengan
menggunakan persamaan regresi linear dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut.

43
Gambar 4.5. Hubungan antara kandungan fenolik total ekstrak dan fraksi
kulit buah coklat dengan nilai IC50 aktivitas antioksidan.

Berdasarkan Gambar 4.5. hubungan antara IC50 (x) dengan kandungan fenolik
total (y) ekstrak dan fraksi memiliki nilai koefisien korelasi (r2)= 0,9918 (y = -
3,3033x + 41,018) . Hasil ini menunjukkan bahwa 99,18 % aktivitas antioksidan
kulit buah coklat merupakan bagian dari senyawa-senyawa fenolik, sehingga
0,82% aktivitas antioksidan yang dihasilkan ekstrak dan fraksi kulit buah coklat
dipengaruhi senyawa selain fenolik.

Gambar 4.6. Hubungan antara kandungan fenolik total ekstrak dan fraksi
kulit buah coklat dengan nilai IC50 aktivitas antioksidan.

Berdasarkan Gambar 4.6. hubungan antara IC50(x) dengan kandungan


fenolik total (y) ekstrak dan fraksi memiliki nilai koefisien korelasi (r2)= 0,9555 (y
= -3,0966x + 39,818). Hasil ini menunjukkan bahwa 95,55% aktivitas antioksidan
kulit buah coklat merupakan bagian dari senyawa fenolik, sehingga 4,45% aktivitas
antioksidan yang dihasilkan ekstrak dan fraksi kulit buah coklat dipengaruhi
senyawa lain selain fenolik.

44
Senyawa-senyawa fenolik telah dilaporkan mempunyai aktivitas
antioksidan karena sifat-sifat redoksnya. Senyawa fenolik bereaksi sebagai agen
pereduksi, pemberi hidrogen, peredam oksigen singlet, dan juga sebagai pengleat
logam yang potensial (Kahkonen dkk., 1999).

Menurut (Sandrasari, 2009, Apak et al., 2007), senyawa fenolik berupa


flavonoid yaitu flavonol dan flavon dapat berperan sebagai antioksidan. Aktivitas
flavonoid sangat bergantung terhadap jumlah dan lokasi gugus –OH dimana
dalam hal ini berperan dalam menetralkan radikal bebas. Kemampuan flavonoid
dalam menekan radikal bebas pun berkaitan dengan kemampuanya mendonorkan
elektron. Hal inilah yang menyebabkan hubungan antara kandungan total fenol
dengan aktivitas antioksidan. Semakin tinggi nilai total fenol dan flavonoid maka
semakin tinggi kemampuan antioksidan dalam mendonorkan elektronnya dalam
hal menekan perkembangan radikal bebas. Komponen fenolik ataupun flavonoid
merupakan senyawa utama dalam peranan antioksidan (Al-Farsi et al., 2007).

45
BAB V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Ekstrak metanol, fraksi n-heksan, fraksi klorofrom, fraksi etil asetat dan fraksi
air mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, terpenoid ,tanin dan
mengandung senyawa saponin.
2. Ekstrak metanol, fraksi n-heksan, fraksi kloroform, fraksi etil asetat dan fraksi
air kulit buah coklat memiliki aktivitas antioksidan dengan nilai IC50( DPPH)
6,10 ppm, 7,06 ppm, 8,23 ppm, 5,61 ppm, dan 9,24 ppm.(ABTS) 6,33 ppm,
6,57 ppm, 8,83 ppm, 5,77 ppm, dan 9,22 ppm . Hal ini menunjukkan bahwa
fraksi etil asetat memiliki aktivitas antioksidan yang lebih besar dengan nilai
IC50 yang paling kecil dari pada ekstrak metanol,fraksi n-heksan,fraksi
kloroform dan fraksi air.
3. Kadar total flavonoid ekstrak dan fraksi kulit buah coklat yaitu ekstrak
metanol sebesar 711,23 mgEK/g ekstrak, fraksi n-heksan 609,73 mgEK/g
fraksi, fraksi kloroform sebesar 524,27 mgEK/g fraksi, fraksi etil asetat
sebesar 903,37 mgEK/g fraksi dan fraksi air sebesar 329,23 mgEK/g
fraksi. hal ini menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memiliki kandungan
kadar total flavonoid yang lebih tinggi daripada ekstrak metanol,fraksi n-
heksan ,fraksi kloroform dan fraksi air.
4. Kadar total fenolik ekstrak dan fraksi kulit coklat yaitu ekstrak metanol
sebesar 202,08 mgEAG/g ekstrak, fraksi n-heksan 182,29 mgEAG/g fraksi,
fraksi kloroform sebesar 137,07 mgEAG/g fraksi , fraksi etil asetat sebesar
232,78 mgEAG/g fraksi dan fraksi air sebesar 104,64 mgEAG/g fraksi. hal ini
menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memiliki kandungan kadar total fenolik
yang lebih tinggi dari pada ekstrak metanol,fraksi n-heksan,fraksi kloroform
dan fraksi air
5. Korelasi aktivitas antioksidan metode DPPH dan metode ABTS dengan kadar
total flavonoid ekstrak dan fraksi kulit buah coklat masing-masing diperoleh
97,44% dan 81,97%. Korelasi aktivitas antioksidan metode DPPH dan
ABTS dengan kadar total fenolik ekstrak dan fraksi kulit buah coklat
masing- masing diperoleh 99,18 % dan 98,14%

46
5.2. Saran
Perlu dilakukan pemurnian ekstrak metanol,fraksi n-heksan,fraksi kloroform,
fraksi etil asetat, dan fraksi air dari kulit buah coklat dengan metode pemisahan
yang sesuai untuk mengetahui senyawa murni yang berperan sebagai antioksidan.

47
DAFTAR PUSTAKA

Ade, A., dan Nurul, H., (2015), Uji Aktivitas Antioksidan Senyawa Fenolik Ekstrak
Metanol Kulit Batang Tumbuhan Nyiri Batu (Xylocarpus moluccensis).

Ahmad, A.R., Juwita., Siti, A., Daniya, R., Abdul, M., 2015, Penetapan Kadar
Fenolik dan Flavonoid Total Ekstrak Metanol Buah dan Daun Patikala
(Etlingera elatior (Jack) R.M.SM), Pharm Sci Res, 2 (1), ISSN 2407-2354.

Agustina.W,Nurhamidah,Handayani.D,2017,Srining Fitokomia Dan Aktivitas


Antioksidan Beberapa Fraksi Dari Kulit Cacao( Theobroma Cacao.
L),Alotrop Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Kimia,Vol.1(2)

Arifuddin, M., 2013, Sitotoksitas Bahan Aktif Lamun dari Kepulauan Spermonde
Kota Makassar Terhadap Artemia Salina (Linnaeus, Jurnal Ilmu Kelautan,
Universitas Hasanuddin Makassar.

Al-Farsi, M., Alasalvar, C., Al-Abid, M., Al-Shoaily, K., Al-Amry, M. & Al-
Rawahy, F. (2007). Compositional and functional characteristics of dates,
syrups, and their by-products. Food Chemistry, 104, 943-947.

Apak, R., Güçlü, K., Demirata, B., Özyürek, M., Çelik, S., Bektaşoğlu, B.,
Berker, K. & Özyurt, D. (2007). Comparative Evaluation of Various Total
Antioxidant Capacity Assays Applied to Phenolic Compounds with the
CUPRAC Assay. Molecules, 12, 1496.

Ashok, P, K., dan Kumud, U., 2012, Tannins Are Astringent, Journal Of
Pharmacog & Phytochem, Vol 1(3).

Dachyarianus, 2004, Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi,


Andalas University Press.

Damanik, D.D.P. Nurhayati, S. dan Rosdanelli. H., 2014, Ekstraksi Katekin Dari
Daun Gambir (Uncaria Gambir Roxb) Dengan Metode Maserasi, Jurnal
Teknik Kimia USU, 3 (2).

Dey, P.M., 2012, Methods in Plant Biochemistry, Volume I, Academic Press.

Desmiaty, Y, Dkk., 2008, Penentuan Jumlah Tanin Total pada Daun Jati Belanda
48
(Guazuma ulmifolia Lamk) dan Daun Sambang Darah (Excoecaria bicolor
Hassk.) Secara Kolorimetri dengan Pereaksi Biru Prusia. Ortocarpus.

Desrosier, N.W., 1998, Teknologi Pengawetan Makanan, Jakarta, UI-press.

Departemen Kesehatan RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan


Obat.

Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 3-5, 10-11.

49
Fessenden, R. J. And J. Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jilid I. Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga.

Fitriana, W. D., Fatmawati, S., dan Ersam, T., 2015, Uji aktivitas antioksidan
terhadap DPPH dan ABTS dari fraksi-fraksi daun kelor (Moringa oleifera).
Prosiding Simposium Nasional Inovasi Dan Pembelajaran Sains, Bandung,
Indonesia.

Gordon, M.H., 1994, The Mecanisme Of Antioxidants Action In Vitro, London,


elsivier applied science.

Harbone, J.B., 1987, Metode Fitokimia, Bandung, ITB.

Hanani, E., Munim, A., dan Sekarini, R., 2012, Identifikasi senyawa antioksidan
dalam spons callyspongia sp dari kepulauan seribu. Pharmaceutical Sciences
and Research (PSR), 2(3), 127–133.

Haeria, Nurshalati T, Munadiah, 2018, Penentuan Kadar Flavonoid dan Kapasitas


Antioksidan Ekstrak Etanol Kulit Batang Kelor (Moringa Oleifera L) dengan
Metode DPPH, CUPRAC Dan FRAP, Jf Fik Uinam., 6 (2).

Hutabalian, L., Vanda, S., dam Runtuwene, 2018, Uji Aktivitas Antioksidan Dan
Total Fenolik Dari Hasil Partisi Petroleum Eter, Etil Asetat Dan Air Daun
Tiga (Allophylus Cobbe L.), Jurnal Ilmiah Farmasi, 7 (3), ISSN 2302 – 2493.

Huang, B., He, J., Ban, X., Zeng, H., Yao, X., dan Wang, Y., 2011, Antioxidant
activity of bovine and porcine meat treated with extracts from edible lotus
(Nelumbo nucifera) rhizome knot and leaf. Meat Science, 87(1), 46–53.

Herman,Septriyanti.I,Ramadhani.T.R,Yulis.P.A.R,putra.A.Y.,2020,Ekstrak
Etanol Limbah Kulit Buah Kakao(Theobroma cacao L.)Sebagai Bahan
Baku Berpotensi Obat, Journal Education and Chemistry, Vol.2(2)

Iflahah.M.A,Puspawati.N.M,Suaniti.N.M,2016, Aktivitas Antioksidan Biji Kakao


(Thebroma Cacao L),Dalam Menurunkan Kadar 8-Hidroksi-2-
Deoksiguanosin Dalam Urin Tikus Setelah Terpapar Etanol,Cakra Kimia
Indonesia E-Journal Af Applied Chemistry,Vol 4(2)

50
Ilyas, Asriany., 2013, Kimia Organik Bahan Alam, Makassar, Alauddin University
Press.

Jusmiati.A,Rolan.R,Rijai,L.,2015,Aktivitas Antioksidan Kulit Buah Kakao Masak


Dan Kulit Buah Kakao Muda,Jurnal Sains Dan kesehatan ,Vol 1(1)

Khaira, K., 2010, Menmenangkal Radikal Bebas dengan Antioksidan, Jurnal


Sainstek, Vol. 11(2), ISSN, 2085-8019.

Khairiyah.N, Syariful. A, Akhmad. K.,2017, Studi Etnofarmasi Tumbuhan


Berkhasiat Obat Pada Suku Banggai Di Kabupaten Banggai Laut, Provinsi
Sulawesi Tengah,Galenika Journal Of Pharmacy,Vol.2(1).

Karadag, A., B, Ozcelik., S, Saner. 2009. Review of Methods to Determine


Antioxidant Capacities. Food Analytical Methods. Vol 2 (1). 41-60

Lenny, S., 2006., Senyawa Flavanoida, Fenilpropanida dan Alkaloida, Karya


Ilmiah Departemen Kimia Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara.

Lukmanto, 2015, Uji Aktivitas Antioksidan Dan Penetapan Kadar Flavonoid Total
Ekstrak Dan Fraksi Daun Kenari (Canarium Indicium L), Skripsi,
Unoversitas Jember.

Mailuhu, M., Runtuwene, M. R. J., dan Koleangan, H., 2017, Skrining Fitokimia
dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Kulit Batang Soyogik (Saurauia
Bracteosa Dc). Chemistry Progress, 10(1).

Middleton, E.J.R., Chittan, K., dan Theorides,TC., 2000, The Effect Of Plant
Flavonoids On Mammalian Cells, Implication For Information, Heart
Disease And Cancer The American Society For Pharmacology And
Experimental Theurapetics, 5 (4).

Minarno, E.B., 2015, Skrining Fitokimia Dan Kandungan Total Flavanoid Pada
Buah Carica Pubescens Lenne & K. Koch, El-Hayah, 5 (2)

Mistriyani, Riyanro S, Rohman A, 2017, Antioxidant activities of Rambutan


(Nephelium lappaceum L) peel in vitro, Food Research, 2 (1).

51
Mistriyani, 2017, Antioxidant Activity Of Rambutan (Nephelium Lappaceum) Peel
And Its Structural Elucidationof Active Compound, Thesis, Universitas
Gadjah Mada.

Molyneux, P., 2004, The Use Of The Stabel Free Radical Diphenylpicryl Hydrazyl
(Dpph) For Estimating Antioxidant Activity,Journal Science And
Technologi.

Mukhriani, 2014, Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, Dan Identifikasi Senyawa Aktif,


Jurnal Kesehatan, 7 (2).

Mulyatni.A.S,Budiani.A,Taniwiryono.D,2012,Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kulit


Buah Kakao(Theobroma Kakao L) Terhadap Escherichia Coli,Bacillus
Subtilis, Dan Staphylococcus Aureus. Menara Perkebunan,80(2).

Masro`Atun,Sari.D.N.R,Hasanah.H.U,2017. Efektivitas Ekstrak Daun Kakao


Terhadap Pytopthora Palmivora. Jurnal Biologi Dan Pembelajaran Biologi.
Vol.2(1) (P-ISSN 2527-7111; E-ISSN 2528-1615)

Pappa.S,Abdul.W.J,Adryani.R,2019,Kadar Tanin Pada Kulit Buah Coklat


(Theobroma Cacao L) Kabupaten Poliwalimandar Dan Toraja Utara,Cakra
Kimia Indonesia E-Journal Of Appliend Chemistry,Vol 7(2).

Pardede, A., Manjang, Y., dan Efdi, M., 2013, Skrining fitokimia ekstrak metanol
dari kulit batang manggis (Garcinia cymosa), Media Sains, 6(2), 60–66.

Pratt, D.E., dan Hudson, B.J.R., 1990, Natural Antioxidants Not Exploited
Commercially, Elsevier Applied Sciance, New York.

Purba, E.R., dan Martanto, M., 2009, Kurkumin Sebagai Senyawa Antioksidan,
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains, 6 (3).

Pannala, A. S., Chan, T. S., O’Brien, P. J., Rice-Evans, C. A. 2001. Flavonoid B-


Ring Chemistry and Antioxidant Activity : Fast Reaction Kinetics.
Biochemical and Biophysical Research Communications 292, 11611168.

Prakash, A., 2001, Antioxidant Activity, Journal Of Analytical Chemistry, 10 (2).

52
Pratiwi, L., Fudholi, A., Martien, R., dan Pramono, S., 2016, Ekstrak Etanol,
Ekstrak Etil Asetat, Fraksi Etil Asetat, dan Fraksi nheksana Kulit Manggis
(Garcinia mangostana L.) sebagai Sumber Zat Bioaktif Penangkal Radikal
Bebas, Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 1(2), 71–
82.

Rahmi, H., 2017, Aktivitas Antioksidan dari Berbagai Sumber Buah-buahan di


Indonesia, Jurnal Agrotek Indonesia 2 (1).

Robinson, T., 1995.,Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi.

Rohman, A., 2009, Kromatografi Untuk Analisis Obat, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Rosahdi.T.D,Mimin.K,Fitri.R.W,2013,Uji Aktivitas Daya Antioksidan Buah


Rambutan Rapiah Dengan Metode Dpph.Jurnal Farmasi,Vol.3(2).ISSN
1979-8911.

Ridwan.A,Nurmiaty,2018, Preferensi Conopomorpha Cramerella Pada Beberapa


Karakter Morfologi Buah Kakao, Jurnal Ilmiah Budidaya Dan Pengelolaan
Tanaman Perkebunan,Vol.1(2).

Sagar, B., Kedare, dan R.P., Singh, 2011, Genesis and development of DPPH
method of antioxidant assay, J Food Sci Technol, 48. (4).

Sangi, M., 2008, Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat di Kabupaten Minahasa


Utara, chemistry progrees.

Sapri, Reni, p., Mohd. F., 2013, Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol
Tumbuhan Singgah Perempuan (Loranthus Sp) Dengan Metode Dpph (2,2-
Difenil-1-Pikrilhidrazil), Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-
602-19421-0-9.

Sari A.K., dan Noverda, A., 2017, Penetapan Kadar Fenolik Total Dan Flavonoid
Total Ekstrak Beras Hitam (Oryza Sativa L) dari Kalimantan Selatan, Jurnal
Ilmiah Ibnu Sina, 2 (2), 327-335.

53
Sartini, Djide, M. N., Netty, D., 2012. Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Kakao
Sebagai Bahan Aktif Untuk Sediaan Farmasi, Jurnal Industri
Perkebunan,Vol 7(2).

Sandrasari, D, A. 2009. Kapasitas Antioksidan dan Hubungannya Dengan Nilai


Total Fenol Ekstrak Sayuran Indigenous.Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor.

Sami FJ, Sitti R, 2015, Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Bunga Brokoli
(Brassica Oleracea L. Var. Italica) dengan Metode Dpph (2,2 Diphenyl-1-
Picrylhydrazyl) dan Metode Abts (2,2 Azinobis (3-Etilbenzotiazolin)-6-Asam
Sulfonat), Jurnal Fitofarmaka Indonesia, 2 (2).

Shahidi, F., dan Naczk, M., 1995, Food phenolics. Technomic Pub. Co.

Setiawan F, Oeke Y, Ade K, 2018, Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Kayu
Secang (Caesalpinia sappan) Menggunakan Metode DPPH, ABTS, dan
FRAP, Media Pharmaceutica Indonesiana, 2 (2).

Siregar, T.H.S., S. Riyadidan L. Nuraini. 2010. Budidaya Pengolahan dan


Pemasaran Cokelat. Penebar Swadaya, Jakarta. 170 Halaman.

Silalahi, J., 2006, Makanan Fungsional, Yogyakarta, Kanisius.

Suharmiati, dan Herti, M., 2003, Khasiat dan Manfaat Daun Dewa dan Sambung
Nyawa, Penerbit PT Agromedia Pustaka.

Suryo, 2008, Genetika Manusia, Yogyakarta, Gadjamada University Press.

Suryanto, D., Nofri Y. dan Erman M., 2016, Antifungal Activity of Endophyte
Bacterial Isolates from Torch ginger (Etlingera elatior (Jack) R. M. Smith)
Root to Some Pathogenic Fungal Isolates, International Journal of
PhramTech Research, 9 (8).

Susana, I., Ahmad, R., Syaiful Bahri., 2018, Kajian Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Batang Kecombrang (Etlingera Elatior) Berdasarkan Tingkat Kepolaran
Pelarut, Kovalen, 4 (1).

54
Tjitrosoepomo,G.,2010. Taksonomi Tumbuhan (Spermatopyta) Gadja Mada
University Press.Yogyakarta
Wahdaningsih, S., Subagus W., Sugeng, R., dan Retno, M., 2017, Penetapan Kadar
Fenolik Total Dan Flavonoid Total Ekstrak Metanol Dan Fraksi Etil Asetat
Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus (F.A.C.Weber) Britton,
Pharmacon, 6 (3), ISSN 2302–2493.

Wardhani, R.A., Okviyoandra, A., dan Emilda, P., 2018, Analisis Skrining
Fitokimia, Kadar Total Fenol-Flavonoid dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Etanol Kulit Tanamn Galam Rawa Gambut (Melaleuca cajuputi roxb), Al
Ulum Sains dan Teknologi, 4 (1).

Widyaningsih, D., Wijayanti, N., dan Nugrahini, N.I.P., 2017, pangan fungsional:
aspek kesehatan evaluasi dan regulasi, UB Press.

Widyati, P. S., Wijaya, H., Harjosworo, P., dan Sajuthi, D., 2012, Aktivitas
antioksidan berbagai fraksi dan ekstrak metanolik daun beluntas (Pluchea
indica Less). Agritech, 32(3).

Windonox, T., Soediman, S., Yudawati, U., Ermawati, E., Srielita., dan Erowati,
T. I. 2001, Uji Perendam Radikal Bebas terhadap 1,1- Diphenyl-2
Picrylhydrazil (DPPH) dari Ekstrak Kulit Buah dan Biji Anggur (Vitis
vinitera L.) Probolinggo Biru dan Bali, Artocarpus, 1(1), 34-43.

Winarsi, H., 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas Potensi dan Aplikasi
dalam Kesehatan. Kanisius. Yogyakarta.

Wungkana, I., 2013, Aktivitas antioksidan dan tabir surya fraksi fenolik dari
limbah tongkol jagung (Zea mays L.). Pharmacon, 2(4).

Zuhra, C. F., Tarigan, J. B., dan Sihotang, H., 2008, Aktivitas antioksidan senyawa
flavonoid dari daun katuk (Sauropus androgunus (L) Merr.). Jurnal Biologi
Sumatera, 3(1).

55
Lampiran 1

56
57
58
Lampiran 2. Skema Alur Kerja Penelitian

Kulit buah coklat

- Diambil daun dan disortasi


basah
- Dicuci bersih dengan air
- Diangin-anginkan dan
dirajang
- Dikeringkan dibawah sinar
matahari

Simplisia 900 gram


- Diblender hingga diperoleh serbuk
kering

Serbuk Simplisia
- Dimaserasi dengan metanol sebanyak
3,5 L
- Diuapkan dengan rotary evaporator
Ekstrak metanol 30
gram

- Ditambahkan aquades 1 L
- Difraksinasi dengan pelarut n-heksan

Fraksi n-heksan Sisa air


- Difraksinasi dengan pelarut kloroform

Fraksi kloroform Fraksi air

-Difraksinasi dengan pelarut etil


-
Fraksi etil asetat Sisa air

Skrining Uji aktivitas Penetapan Penetapan


Fitokimia antioksidan Kadar Flavonoid Kadar Fenolik

Metabolit IC50 Kadar Kadar


Sekunder Flavonoid Fenolik

59
Lampiran 3. Perhitungan rendemen ekstrak dan fraksi

1. Rendamen ekstrak metanol kulit buah coklat


Berat simplisia kering = 900 g
Berat wadah kosong = 185,2 g
Berat wadah + ekstrak = 354,2 g
Berak ekstrak = 354,2 g – 185,2 g = 160 g
berat ekstrak
% Rendamen = x 100%
berat simplisia
160 ����
= � 100 %
900 ����
= 17,78%
2. Rendemen fraksi kulit buah coklat
a. Berat fraksi n-heksan
Berat ekstrak kental = 90 g
Berat wadah kosong = 20,6 g
Berat wadah + fraksi = 208,6 g
Berak fraksi = 208,6 g – 20,6 g = 8 g
berat fraksi
% Rendamen = x 100%
berat ekstrak kental
= 8 ���� � 100 % = 8,89 %
90 ����
b. Berat fraksi kloroform
Berat ekstrak kental = 90 g
Berat wadah kosong = 20,6 g
Berat wadah + fraksi = 24,8 g
Berak fraksi = 24,8 g – 20,6 g = 4,2 g
berat fraksi
% Rendamen = x 100%
berat ekstrak kental
4,2����
= � 100 %
90 ����
= 4,47 %
c. Berat fraksi etil asetat
Berat ekstrak kental = 90 g
Berat wadah kosong = 20,6 g
Berat wadah + fraksi = 23,6g
Berak fraksi = 23,6 g – 20,6 g = 3 g
berat fraksi
% Rendamen = x 100%
berat ekstrak kental
= 3 ���� � 100 %
90 ����
= 3,33 %

d. Berat fraksi air


Berat ekstrak kental = 90 g
Berat wadah kosong = 20,6 g
Berat wadah + fraksi = 75 g
60
Berak fraksi = 75 g – 20,6 g = 54,4 g

61
berat fraksi
% Rendamen = x 100%
berat ekstrak kental
= 54,4 gram � 100 % = 60,,44 %
90 ����

Lampiran 4. Skrining Fitokimia

1. Pembuatan Pereaksi

Pereaksi Besi (III) klorida 1 %

Besi (III) klorida

- Ditimbang 1g
- Dilarutkan dalam aquades hingga
100 mL
- Disaring
Besi (III)
klorida 1 %

2. Uji skrining Fitokimia

a. Alkaloid

Ekstrak dan fraksi kulit


buah coklat

- Dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak


1 mL
- Ditambahkan 2-3 tetes pereaksi dragendrof
- Diamati

(+) atau (-)


Coklat muda atau kuning

Ekstrak dan fraksi kulit


buah coklat

- Dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak


1 mL
- Ditambahkan 2-3 tetes pereaksi meyer
- Diamati

(+) atau (-)


Coklat muda atau kuning

62
Ekstrak dan fraksi kulit
buah coklat

- Dimasukkan dalam tabung reaksi sebanyak


1 mL
- Ditambahkan 2-3 tetes pereaksi wagner
- Diamati

(+) atau (-)


Coklat muda atau kuning

b. Flavonoid

Ekstrak dan fraksi kulit


coklat
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
sebanyak 1 mL
- Ditambahkan 0,2 gram serbuk
magnesium
- Ditambahkan 2 ml HCl pekat
- Ditambahakan 2 ml HCL pekat.

(+) atau (-)


berwarna merah, jingga hijau,
kuning

c. Terpenoid

Ekstrak dan fraksi kulit


coklat

- Dimasukkan dalam tabung reaksi


sebanyak 1 mL
- ditambahkan 0,5 mL asam asetat anhidrat
- ditambahkan 2 mL asam sulfat pekat

(+) atau (-)


Hijau/hijau kebiruan

63
d. Tanin

Ekstrak dan fraksi kulit


coklat
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
sebanyak 1 mL
- Ditambahkan dengan 1 mL
- larutan Fe (III) klorida 5%.

(+) atau (-)


Biru tua, biru kehitaman, hitam
kehijauan

e. Saponin

Ekstrak dan fraksi kulit


coklat
- Dimasukkan dalam tabung reaksi
sebanyak 1 mL
- ditambahkan 2 mLair panas kemudian
didinginkan
- dikocok kuat selama 10 detik.
(+) atau (-)
Terbentuk Busa

Lampiran 5. Hasil Skrining Fitokimia

a. Ekstrak metanol
1. Alkaloid pereaksi dragendrof A. Blanko larutan ekstrak
metanol tanpa pereaksi
B. Ekstrak metanol dengan
pereaksi dragendrof hasil
A B
positif alkaloid (terbentuk
endapan coklat)

Keterangan:

64
Alkaloid pereaksi meyer
Keterangan:
A. Blanko larutan ekstrak
metanol tanpa pereaksi
A B B. Ekstrak metanol dengan
perseaksi dragendrof hasil
negatif alkaloid (tidak
terbentuk endapan coklat)

Alkaloid pereaksi wagner 2. Flavonoid

A B
B
A

Keterangan:
A. Blanko larutan ekstrak
Keterangan:
metanol tanpa pereaksi
A. Blanko larutan ekstrak
B. Ekstrak metanol dengan
metanol tanpa pereaksi
pereaksi wagner hasil negatif
B. Ekstrak metanol dengan
alkaloid (tidak terbentuk
magnesium dan HCl pekat
endapan coklat)
hasil positif flavonoid
(terbentuk warna merah)

65
3. Terpenoid

Keterangan:
A. Blanko larutan ekstrak metanol tanpa pereaksi
B. Ekstrak metanol dengan H2SO4 pekat dan asam asetat anhidrat hasil positif
terpenoid (terbentuk warna hijau kehitaman)

4. Saponin 5. Tanin

A B B
A

Keterangan:
Keterangan:
A. Blanko larutan ekstrak
A. Blanko larutan ekstrak
metanol tanpa pereaksi
metanol tanpa pereaksi
B. Ekstrak metanol dengan air
B. Ekstrak metanol dengan
hangat (terbentuk buih/ busa)
FeCl3 positif tanin (terbentuk
warna hijau kehitamam)

66
b. Fraksi n-heksan
1. Alkaloid pereaksi dragendrof
Alkaloid pereaksi dragendrof

B
A
A B

Keterangan:
A. Blanko larutan fraksi n- Keterangan:
heksan tanpa pereaksi A. Blanko larutan fraksi n-
B. Fraksi n-heksan dengan heksan tanpa pereaksi
pereaksi dragendrof B. Fraksi n-heksan dengan
(terbentuk endapan kuning) pereaksi meyer (tidak
terbentuk endapan kuning

Alkaloid pereaksi wagner


2. Flavonoid

A B B
A

Keterangan:
A. Blanko larutan fraksi n-
heksan asetat tanpa pereaksi Keterangan:
B. Fraksi n-heksan dengan A. Blanko larutan fraksi n-
pereaksi wagner (tidak heksan tanpa pereaksi
terbentuk endapan kuning) B. Fraksi n-heksan dengan
magnesium dan HCl pekat
hasil positif flavonoid
(terbentuk hijau)

67
3. Terpenoid

B
A

Keterangan:
A. Blanko larutan ekstrak fraksi n-heksan tanpa pereaksi
B. Ekstrak fraksi n-heksan dengan H2SO4 pekat dan asam asetat anhidrat hasil
positif terpenoid (terbentuk warna hitam)

4. Saponin 5. Tanin

A B
B A

Keterangan: Keterangan:
A. Blanko larutan ekstrak fraksi A. Blanko larutan ekstrak fraksi
n-heksan tanpa pereaksi n-heksan tanpa pereaksi
B. Ekstrak fraksi n-heksan B. Ekstrak fraksi n-heksan
dengan air hangat (terbentuk dengan FeCL3 positif tanin
busa) (terbentuk warna hijau
kehitaman

68
c. Fraksi Air kulit coklat
1. Alkaloid pereaksi dragendrof Alkaloid pereaksi meyer

B A B
A

Keterangan:
Keterangan:
A. Blanko larutan fraksi air
A. Blanko larutan fraksi air
tanpa pereaksi tanpa pereaksi
B. Fraksi air dengan pereaksi B. Fraksi air dengan pereaksi
meyer hasil negatif alkaloid
dragendrof hasil positif
(tidak terbentuk endapan
alkaloid (terbentuk endapan coklat)
coklat)

Alkaloid pereaksi wagner 2. Flavonoid

B
A B A

Keterangan:
Keterangan:
A. Blanko larutan fraksi air
A. Blanko larutan fraksi air
tanpa pereaksi
tanpa pereaksi
B. Fraksi air dengan pereaksi
B. Fraksi air dengan magnesium
dragendrof hasil negatif
dan HCl pekat hasil positif
alkaloid (terbentuk endapan
flavonoid (terbentuk warna
coklat)
kuning)

69
3. Terpenoid

A B

Keterangan:
A. Blanko larutan fraksi air tanpa pereaksi
B. Fraksi air dengan H2SO4 pekat dan asam asetat anhidrat hasil positif
terpenoid (terbentuk warna ungu)

4. Saponin

5. Tanin

A
B
A B

Keterangan:
Keterangan: A. Blanko larutan fraksi air
A. Blanko larutan fraksi air tanpa pereaksi
tanpa pereaksi B. Fraksi air dengan FeCl3
B. Fraksi air dengan air hangat positif tanin (terbentuk warna
(terbentuk busa) hijau kehitaman

70
d.Fraksi kloroform
1. Alkaloid pereaksi dragendrof Alkaloid pereaksi meyer

B B
A A

Keterangan: Keterangan:
A. Blanko larutan ekstrak fraksi A. Blanko larutan ekstrak fraksi
kloroform tanpa pereaksi kloroform tanpa pereaksi
B. Ekstrak fraksi kloroform B. Ekstrak fraksi kloroform
dengan pereaksi dragendrof dengan pereaksi dragendrof
hasil positif alkaloid hasil negatif alkaloid (tidak
(terbentuk endapan coklat) terbentuk endapan coklat)

Alkaloid pereaksi wagner 2. Flavonoid

A B
B
A

Keterangan:
Keterangan: A. Blanko larutan ekstrak fraksi
A. Blanko larutan ekstrak fraksi kloroform tanpa pereaksi
kloroform tanpa pereaksi B. Ekstrak fraksi kloroform
B. Ekstrak fraksi kloroform dengan magnesium dan HCl
dengan pereaksi wagner hasil pekat hasil positif flavonoid
negatif alkaloid (tidak (terbentuk warna merah)
terbentuk endapan coklat)

71
3. Terpenoid

A B

Keterangan:
A. Blanko larutan ekstrak fraksi kloroform tanpa pereaksi
B. Ekstrak fraksi kloroform dengan H2SO4 pekat dan asam asetat anhidrat
hasil positif terpenoid (terbentuk warna coklat)

4. Saponin 5. Tanin

A B
B
A

Keterangan:
A. Blanko larutan ekstrak fraksi Keterangan:
kloroform tanpa pereaksi A. Blanko larutan ekstrak fraksi
B . Ekstrak fraksi kloroform
kloroform tanpa pereaksi
dengan air hangat (terbentuk
busa) B. Ekstrak fraksi kloroform
dengan FeCl3 positif tanin
(terbentuk warna hijau
kehitaman)

72
e. Fraksi Etil asetat
1. Alkaloid pereaksi dragendrof
Alkaloid pereaksi meyer

A B A B

Keterangan: Keterangan:
A. Blanko larutan ekstrak fraksi A. Blanko larutan ekstrak fraksi
etil asetat tanpa pereaksi etil asetat tanpa pereaksi
B. Ekstrak fraksi etil asetat B. Ekstrak fraksi etil asetat
dengan pereaksi dragendrof dengan pereaksi dragendrof
hasil positif alkaloid hasil negatif alkaloid (tidak
(terbentuk endapan coklat) terbentuk endapan coklat

2. Flavonoid
Alkaloid pereaksi wagner

B A
A B

Keterangan:
Keterangan:
A. Blanko larutan ekstrak fraksi
A. Blanko larutan ekstrak fraksi
etil asetat tanpa pereaksi
etil asetat tanpa pereaksi
B. Ekstrak fraksi etil asetat
B. Ekstrak fraksi etil asetat
dengan magnesium dan HCl
dengan pereaksi wagner hasil
pekat hasil positif flavonoid
negatif alkaloid (tidak
(terbentuk warna hijau
terbentuk endapan coklat)

73
Terpenoid

A
B

Keterangan:
A. Blanko larutan ekstrak fraksi etil asetat tanpa pereaksi
B. Ekstrak fraksi etil asetat dengan H2SO4 pekat dan asam asetat anhidrat
hasil positif terpenoid (terbentuk warna coklat)

3. Saponin 4. Tanin

B
A A
B

Keterangan: Keterangan:
A. Blanko larutan ekstrak fraksi A. Blanko larutan ekstrak fraksi
etil asetat tanpa pereaksi
B . Ekstrak fraksi etil asetat etil asetat tanpa pereaksi
dengan air hangat (terbentuk B. Ekstrak fraksi etil asetat
busa) dengan FeCl3 positif tanin
(terbentuk warna hijau
kehitaman)

74
Lampiran 6. Pengujian Antioksidan Ekstrak
1. Skema Kerja Uji Antioksidan Metode DPPH
a. Pembuatan larutan DPPH

DPPH

- Di timbang 16 mg DPPH
- Dilarutkan dalam matanol p.a
- Dimasukkan ke dalam labu ukur 100
mL
- Diencerkan hingga tanda tera
- dikocok sampai homogen

Larutan DPPH 0,4 mM

b. Pembuatan larutan pembanding

Vitamin C

- Ditimbang 10 mg asam vitamin C


- Dilarutkan menggunakan metanol p.a
sambil diaduk dan dihomogenkan
- Dicukupkan volumenya 100 mL
- Dibuatvariasikonsentrasi

1ppm 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm

- dimasukkan masing-masing larutan ke dalam tabung


reaksi sebanyak 1 mL
- Ditambahkan 1mL DPPH dan metanol p.a 5,3 mL
- Dikocok hingga homogen
- Diinkubasi pada ruang selama 30 menit
- Diuji serapan pada panjang gelombang 528,6 nm
- Dihitung nilai IC50

Hasil

75
c. Pembuatan larutan sampel dan pengujian

Ekstrak dan fraksi kulit


buah coklat

- Ditimbang 10 mg ekstrak
- Dilarutkan menggunakan metanol p.a
sambildiaduk dan dihomogenkan
- Dicukupkan volumenya 100 mL
- Dibuatvariasikonsentrasi

1 ppm 2 ppm 3ppm 4ppm 5 ppm

- dimasukkan masing-masing larutan ke dalam tabung


reaksi sebanyak 1 mL
- Ditambahkan 1mL DPPH dan metanol p.a 5,3 mL
- Dikocok hingga homogen
- Diinkubasi pada suhu ruangan selama 30 menit
- Diuji serapan pada panjang gelombang 528,6 nm
- Dihitung nilai IC50

Hasil

2. Perhitungan Konsentrasi Untuk Uji Antioksidan


a. pembuatan larutan DPPH
Molaritas (M) = ��� (�)
� (�)
����
Mol =
��
16 �� 0,016�
Mol =
394,32 g/mol
=
394,32 �/��
= 4,057 10-5 mol
0,00004057618 ���
Molaritas (M) =
100 ��
0,00002979 mol
�= = 0.0004 M = 0,4 mM
0,1 �

b. Perhitungan Seri konsentrasi pembanding Vitamin C dan sampel kulit buah


76
coklat
a. Konsentrasi 1ppm b. Konsentrasi 2 ppm
M1.V1 = M2.V2 M1.V1 = M2.V2
100ppm .V1 = 1ppm.10 mL 100 ppm. V1 = 2ppm. 10 mL
100 ppm. V1 = 10 ppm .10 mL
10 ppm . mL 100 ppm. V1 = 20 ppm. mL
V1 = 20 ppm. mL
100 ppm V1 =
V1 100 ppm
= 0,1 mL
V1 = 0,2 mL
c. Konsentrasi 3 ppm d. Konsentrasi 4 ppm
M1.V1 = M2.V2 M1.V1 = M2.V2
100 ppm. V1 = 3ppm. 10 mL 100 ppm. V1 = 4ppm. 10 mL
100 ppm.V1 = 30 ppm . mL 100 ppm. V1 = 40 ppm. mL
30 ppm . mL 40 ppm . mL
V1 = V1 =
100 ppm 100 ppm
v1 = 0,3 mL V1 = 0,4 mL

e. Konsentrasi 5 ppm
M1.V1 = M2.V2
100 ppm. V1 = 5ppm.10 mL
100 ppm. = 50 ppm. 10 mL
50 ppm . mL
V1 =
100 ppm
V1 = 0,5 mL

Lampiran 7. Penentuan panjang gelombang maksimum aktivitas


antioksidan

Data
ABS
WL awal 600
WL akhir 400
Panjang gelombang maksimum 528,6 nm
77
78
Lampiran 8. Penentuan Operating Time Untuk Uji Aktivitas Antioksidan pada
panjang gelombang 513 nm
Waktu Absorbansi (Å)
Inkubasi Rata-Rata
(Menit)
I II III Operating time
DPPH

Absorbansi (Å)
10 0,639 0,64 0,639 0,639

20 0,633 0,632 0,632 0,633 0.650


0.600
30 0,617 0,613 0,611 0,614
0 20 40 60 80
40 0,613 0,614 0,613 0,613 Waktu (menit)

50 0,611 0,613 0,614 0,613


Gambar. Operating time DPPH
60 0,617 0,614 0,611 0,614

operating time yang diperoleh 30 menit

79
Lampiran 9. Hasil pengukuran Uji aktivitas antioksidan kulit buaj coklat
kuning pada panjang gelombang 528,6 nm
Sampel Konsentrasi Absorbansi (Å) IC50
(ppm)
DPPH 0,4 mM 0,741 0,743 0,742 -
1 0,610 0,611 0,611
2 0,543 0,542 0,543
4,14
Vitamin C 3 0,433 0,431 0,434
4 0,385 0,386 0,387
5 0,313 0,309 0,315
1 0,720 0,722 0,728
2 0,673 0,672 0,673
Ekstrak 3 0,662 0,664 0,666 6,10
Metanol 4 0,532 0,534 0,532
5 0,444 0,446 0,448

1 0,734 0,736 0,734


2 0,688 0,686 0,684
Fraksi n- 7,06
3 0,654 0,655 0,655
heksan
4 0,578 0,574 0,576
5 0,498 0,496 0,498
1 0,747 0,748 0,749
2 0,672 0,673 0,673
Fra ksi 8,23
3 0,645 0,643 0,643
kloroform
4 0,579 0,578 0,598
5 0,559 0,559 0,548
1 0,718 0,716 0,714
2 0,665 0,663 0,662
Fraksi etil 5,61
3 0,620 0,622 0,624
asetat
4 0,514 0,516 0,518
5 0,418 0,416 0,418
1 0,778 0,774 0,774
2 0,762 0,764 0,766
3 0.755 0,756 0,757 9,24
Fraksi air
4 0,648 0,646 0,644
5 0,582 0,584 0,586

80
Lampiran 10. Kurva Aktivitas Antioksidan terhadap terhadap DPPH

ABS 1 Aktivitas antioksidan ekstrak ABS 2 Aktivitas antioksidan ekstrak


vitamin c vitamin c
%Penghambatan

%Penghambatan
100.000 y = 10.148x + 7.9082 100.000 y = 10.229x + 7.9677
R² = 0.9869 R² = 0.9864
50.000 50.000
0.000
0.000
0 2 4 6
0 2 4 6
Konsentrasi (ppm) Konsentrasi (ppm)

Gambar. Kurva ABS 1 aktivitas antioksidan Gambar. Kurva ABS 2 aktivitas antioksidan
vitamin C vitamin C
Y = bx+a
Y = bx+a
50 = 10,148x +7,9082
50 = 10,229x +7,9677
X = (50 – 7,9082) /10,148
X = (50 – 7,9677) /10,229
X = 4,148
X = 4,109

ABS 3 Aktivitas antioksidan ekstrak


vitamin c ABS 1 aktivitas antioksidan
ekstrak metanol
%Penghambatan

100.000 y = 10.081x + 8.0323 60


% penghambatan

R² = 0.9868
40 y = 8.8168x - 3.5751
50.000
R² = 0.9175
20
0.000
0
0 2 4 6
0 2 4 6
Konsentrasi (ppm)
konsentrasi (ppm)

Gambar. Kurva ABS 3 aktivitas antioksidan


vitamin C Gambar: kurva ABS 1 aktivitas antioksidan
Y = bx+a ekstrak metanol
50 = 10,081x + 8,0323 Y = bx+ a
X = (50 – 8,0323) /10,081 50 = 8,8168x - 3,5751
X = 4,163 X = (50 +3,5751) /8,8168
X = 6,076

81
ABS 2 aktivitas antioksidan ABS 3 aktivitas antioksidan
ekstrak metanol ekstrak metanol
60 60 y = 8.9299x - 4.4204
% penghambatan

R² = 0.921
40 y = 8.801x - 3.9031 40
R² = 0.9165

% penghambatan
20 20
0 0
0 2 4 6 0 2 4 6
konsentrasi (ppm) konsentrasi (ppm)

Gambar: kurva ABS 2 aktivitas antioksidan Gambar: kurva ABS 3 aktivitas antioksidan
ekstrak metanol ekstrak metanol
Y = bx+a Y = bx+a
50 = 8,801x - 3,9031 50 = 8,9299x – 4,4204
X = (50 +3,9031) /8,801 X = (50 + 4,4204) /8,9299
X = 6,125 X = 6,094
ABS 1 aktivitas antioksidan ABS 2 aktivitas antioksidan
n-heksan n-heksan
% penghambatan
% penghambatan

40 40 y = 7.551x - 2.9337
y = 7.4046x - 2.4173
30 R² = 0.9712
R² = 0.971 20
20
0
10 0 2 4 6
0
konsentrasi(ppm)
0 2 4 6
konsentrasi (p pm)
Gambar: kurva ABS 2 aktivitas antioksidan
Gambar: kurva ABS 1 aktivitas antioksidan n-heksan
n-heksan Y = bx+a
Y = bx+a 50 = 7,551x – 2,9337
50 = 7,4046x – 2,4173 X = (50 +2,9337) /7,551
X = (50 +2,4173) /7,4046 X = 7,010
X = 7,079

ABS 3 aktivitas antioksida ABS 1 aktivitas antioksidan


n-heksan kloroform
% penghambatan

y = 5.9288x + 1.0178
% penghambatan

40 y = 7.3885x - 2.3439 40
R² = 0.8912
R² = 0.9696 20
20
0
0
0 2 4 6
0 2 4 6
konsentrasi(ppm)
konsentrasi(ppm)
Gambar: kurva ABS 1 aktivitas antioksidan
Gambar: kurva ABS 3 aktivitas antioksidan
kloroform
n-heksan
Y = bx+a Y = bx+a
50 = 7,3885x – 2,3439 50 = 5,9288x +1,0178

82
X = (50 +2,3439) /7,3885 X = (50 -1,0178) /5,9288
X = 7,085 X = 8,235

ABS 2 aktivitas antioksidan ABS 3 aktivitas antioksidan


kloroform Kloroform
40 40
%penghambatan

y = 5.9694x + 0.6888 y = 6.0255x + 0.6497

% penghambatan
R² = 0.8878 20 R² = 0.8881
20

0
0
0 2 4 6
0 2 4 6
konsentrasi(ppm) konsentrasi (ppm)

Gambar: kurva ABS 2 aktivitas antioksidan Gambar: kurva ABS 3 aktivitas antioksidan
kloroform kloroform
Y = bx+a Y = bx+a
50 = 5,9694x +0,6888 50 = 6,0255x + 0,6497
X = (50 -0,6888) /5,9694 X = (50 – 0,6497) /6,0255
X = 8,247 X = 8,193

ABS 1 aktivitas antioksidan Etil ABS 2 aktivitas antioksidan


asetat Etil Asetat
% penghambatan

% penghambatan

50 y = 9.5547x - 3.3461 50
y = 9.5281x - 3.4056
R² = 0.9687 R² = 0.9634
0 0
0 2 4 6 0 2 4 6

konsentrasi(ppm) konsentrasi (ppm)

Gambar: kurva ABS 1 aktivitas antioksidan Etil Asetat Gambar: kurva ABS 2 aktivitas antioksidan Etil Asetat
Y = bx+a Y = bx+a
50 = 9,5547x – 3,3461 50 = 9,5281x – 3,4056
X = (50 + 3,3461) /9,5547 X = (50 + 3,4056) /9,5281
X = 5,583 X = 5,605

ABS 3 aktivitas antioksidan Etil ABS 1 aktivitas antioksidan


Asetat air
% penghambatan

% penghambatan

60 40
40 y = 9.3758x - 2.9299 y = 6.4377x - 9.0076
R² = 0.9597 20 R² = 0.8692
20
0 0
0 2 4 6 0 2 4 6
-20
konsentrasi(ppm) konsentrasi(ppm)

83
Gambar: kurva ABS 3 aktivitas antioksidan Gambar: kurva ABS 1 aktivitas antioksidan air
Etil Asetat Y = bx+a
Y = bx+a 50 = 6,4377x – 9,0076
50 = 9,3758x – 2,9299 X = (50 + 9,0076) /6,4377
X = (50 + 2,9299) /9,3758 X = 9,166
X = 5,645

ABS 2 aktivitas antioksidan air ABS 3 aktivitas antioksidan air


40 40
% penghambatan

% penghambatan
y = 6.352x - 8.9541
y = 6.3439x - 8.8917
20 R² = 0.8562 20 R² = 0.8532

0 0
0 2 4 6 0 2 4 6
-20 -20
konsentrasi(ppm) konsentrasi(ppm)

Gambar: kurva ABS 2 aktivitas antioksidan air Gambar: kurva ABS 3 aktivitas antioksidan air
Y = bx+a Y = bx+a
50 = 6,352x – 8,9541 50 = 6,3439x – 8,8917
X = (50 + 8,9541) /6,352 X = (50 + 8,8917) /6,3439
X = 9,281 X = 9,283

Lampiran 11. Pengujian Antioksidan Ekstrak


1. Skema Kerja Uji Antioksidan Metode ABTS
a. Pembuatan larutan ABTS
ABTS

- Di timbang 0,0900 g ABTS


- Dilarutkan 5 ml aquades
- Dimasukkan ke dalam labu ukur 25
mL
- Diencerkan hingga tanda tera
menggunakan metanol p.a
- dikocok sampai homogen

Larutan ABTS 7 mM

84
b. Pembuatan larutan kalium persulfat
K2S2O8

- Di timbang 0,1655 g K2S2O8


- Dilarutkan 5 ml aquades yang sudah
dipanaskan
- Dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL
- Diencerkan hingga tanda tera menggunakan
metanol p.a
- dikocok sampai homogen

Larutan K2S2O8 24,5 mM


c. Pembuatan larutan stok ABTS

ABTS 7 mM dan
K2S2O8 24,5 mM

- Di masukan larutan ABTS 7 mM


dalam labu ukur 50 ml
- Ditambahkan larutan K2S2O8 24,5 mM
dalam labu ukur yang sama
- Diencerkan hingga tanda tera
- dikocok sampai homogen
- Diinkubasi selama 16 jam pada suhu
ruangan

Larutan stok ABTS


d. Pembuatan larutan pembanding
Vitamin C

- Ditimbang 10 mg asam vitamin C


- Dilarutkan menggunakan metanol p.a
sambildiaduk dan dihomogenkan
- Dicukupkan volumenya 100 mL
- Dibuatvariasikonsentrasi

1ppm 2 ppm 3 ppm 4 ppm 5 ppm

- dimasukkan masing-masing larutan ke dalam tabung reaksi


sebanyak 1 mL
- Ditambahkan 1 mL ABTS dan metanol p.a 3 mL
- Dikocok hingga homogen
- Diinkubasi pada ruang selama 30 menit
82 pada panjang gelombang 745,5 nm
- Diuji serapan
- Dihitung nilai IC50

Hasil
e. Pembuatan larutan sampel dan pengujian
Ekstrak dan fraksi kulit
buah coklat

- Ditimbang 10 mg ekstrak
- Dilarutkan menggunakan metanol p.a
sambildiaduk dan dihomogenkan
- Dicukupkan volumenya 100 mL
- Dibuat variasi konsentrasi

1 ppm 2 ppm 3ppm 4ppm 5 ppm

- dimasukkan masing-masing larutan ke dalam tabung


reaksi sebanyak 1 mL
- Ditambahkan 1mL ABTS dan metanol p.a 3 mL
- Dikocok hingga homogen
- Diinkubasi pada suhu ruangan selama 30 menit
- Diuji serapan pada panjang gelombang 745,5 nm
- Dihitung nilai IC50

Hasil

d. Perhitungan Konsentrasi Untuk Uji Antioksidan


a. pembuatan larutan ABTS
Molaritas (M) = ��� (�)
� (�)
����
Mol =
��
90,055 �� 0,090055�
Mol = = = 1,75 10-4 mol
514,60 g/mol 514,60 �/��
0,000175 ���
Molaritas (M) =
25 ��
0,000175 mol
�= = 0.007 M = 7 Mm
0,025 �

b. pembuatan larutan kalium persulfat


Molaritas (M) = ��� (�)
� (�)
����
Mol =
��
165,57835 �� 0,16557835�
Mol = = = 6,125 10-4 mol
270,332 g/mol 270,332 �/���

83
0,16557835 ���
Molaritas (M) =
25 ��
0,16557835 mol
�= = 0.0245 M = 24,5 mM
0,025 �

c. Perhitungan Seri konsentrasi pembanding Vitamin C dan sampel kulit buah


coklat
a. Konsentrasi 1ppm b. Konsentrasi 2 ppm
M1.V1 = M2.V2 M1.V1 = M2.V2
.V
100ppm 1= 1ppm. 10 mL V
100 ppm. 1= 2ppm. 10 mL
100 ppm.V1= 10 ppm .10 mL 100 ppm.V1= 20 ppm. mL
10 ppm . mL 20 ppm. mL
V1 = = V1 =
100 ppm 100 ppm
V1 = 0,1 mL V1 = 0,2 mL

c. .Konsentrasi 3ppm d. .Konsentrasi 4ppm


M1.V1 = M2.V2 M1.V1 = M2.V2
100 ppm. V1 = 3ppm. 10 mL 100 ppm. V1 = 4ppm. 10 mL
100 ppm. V1 = 30ppm . mL 100 ppm. V1 = 40ppm . mL
30 ppm. mL 40 ppm. mL
= V1 =
100 ppm 100 ppm
= 0,3 mL V1 = 0,4 mL

e. Konsentrasi 5 ppm
M1.V1 = M2.V2
V
100 ppm. 1 = 5 ppm. 10 mL
100 ppm. V1 = 50 ppm. 10 mL
50 ppm . mL
V1 =
100 ppm
V1 = 0,5 mL

84
Lampiran 12. Penentuan panjang gelombang maksimum aktivitas
antioksidan

Data
ABS
WL awal 800
WL akhir 400
Panjang gelombang maksimum 745,5 nm

Lampiran 13. Penentuan Operating Time Untuk Uji Aktivitas Antioksidan


pada panjang gelombang 745,5 nm
Waktu Absorbansi (Å)
nInkubasi Rata-Rata
I II III
(Menit)
10 0,628 0,626 0,625 0,626
20 0,622 0,622 0,622 0,622
30 0,618 0,619 0,620 0,619
40 0,619 0,620 0,618 0,619
50 0,620 0,619 0,618 0,619
60 0,619 0,620 0,618 0,619

Operating time yang diperoleh 30 menit

85
Operating time ABTS
0.630

Absorbansi (Å)
0.625
0.620
0.615
0 20 40 60 80
Waktu (menit)

Gambar. Operating time DPPH


Lampiran 14. Hasil pengukuran Uji aktivitas antioksidan kulit buah coklat
pada panjang gelombang 745,5 nm
Sampel Konsentrasi Absorbansi (Å) IC50
(ppm)
ABTS dan 7 mM dan 0,786 0,784 0,785 -
Kalium 24,5 mM
persulfat
1 0,625 0,629 0,630
2 0,592 0,591 0,592
3 0,534 0,534 0,534 4,673
Vitamin C
4 0,414 0,413 0,414
5 0,372 0,364 0,364
1 0,739 0,737 0,739
2 0,664 0,662 0,666
Ekstrak 3 0,655 0,657 0,659 6,33
Metanol
4 0,522 0,524 0,526
5 0,452 0,454 0,456
1 0,722 0,724 0,726
2 0,636 0,638 0,639
Fraksi n- 6,57
3 0,563 0,565 0,568
heksan
4 0,542 0,544 0,546
5 0,465 0,467 0,469
1 0,702 0,704 0,704
2 0,662 0,664 0,664 8,83
Fraksi 3 0,622 0,624 0,624
kloroform 4 0,574 0,576 0,576
5 0,532 0,534 0,534
1 0,690 0,692 0,690

86
2 0,634 0,636 0,639
Fraksi etil 3 0,562 0,567 0,565 5,77
asetat 4 0,519 0,519 0,517
5 0,404 0,404 0,406
1 0,712 0,714 0,716
2 0,675 0,657 0,655
3 0,641 0,642 0,643 9,22
Fraksi air
4 0,584 0,586 0,588
5 0,542 0,544 0,546
Lampiran 15. Kurva Aktivitas Antioksidan terhadap terhadap ABTS

ABS 1 Aktivitas Antioksidan ABS 2 Aktivitas Antioksidan


Vit. C ABTS Vit. C ABTS
% penghambatan

100 100 y = 8.9541x + 8.4949


y = 8.7023x + 9.3384
R² = 0.9597 %penghambatan R² = 0.9643
50 50
0 0
0 2 4 6 0 2 4 6
Konsentrasi (ppm) Konsentrasi (ppm)

Gambar. Kurva ABS 1 aktivitas Gambar. Kurva ABS 2 aktivitas


antioksidan vitamin C antioksidan vitamin C
Y = bx +a Y = bx +a
50 = 8.7023 +9.3384 50 = 8.9541 + 8.4949
Y = (50-9.3384)/8.7023 Y = (50-8,4949)/8.9541
Y = 4,67 Y = 4,63
ABS 3 Aktivitas antoksidan ABS 1 aktivitas antioksidan
Vit. C ABTS ekstrak metanol
%penghambatan
%penghambatan

100 y = 9.0446x + 8.3057 50 y = 9.6626x - 10.823


50 R² = 0.9661 R² = 0.9454
0
0
0 2 4 6
0 2 4 6
-50
Konsentrasi (ppm) konsentrasi (ppm)

Gambar. Kurva ABS 3 aktivitas Gambar. Kurva ABS 1 aktivitas


antioksidan vitamin C antioksidan ekstrak methanol
Y = bx +a Y = bx +a
50 = 9.0446 + 8.3057 50 = 9.6626 -10.823
Y = (50- 8.3057)/ 9.0446 Y = (50+10.823)/ 9.6626
Y = 4,61 Y = 6,295

87
ABS 2 aktivitas antioksidan
ABS 3 aktivitas antioksidan
ekstrak metanol
ekstrak metanol
% penghambatan

60

%penghambatan
60 y = 9.5148x - 10.647
40 y = 9.4751x - 10.094 40 R² = 0.9414
20 R² = 0.94 20
0 0
-20 0 2 4 6 -20 0 2 4 6
konsentrasi(ppm) konsentrasi (ppm)

Gambar. Kurva ABS 2 aktivitas Gambar. Kurva ABS 3 aktivitas


antioksidan ekstrak methanol antioksidan ekstrak methanol
Y = bx +a Y = bx +a
50 = 9.4751-10.094 50 = 9.5148 -10.647
Y = (50+10.094)/ 9.4751 Y = (50+10.647)/ 9.5148
Y = 6,342 Y = 6,374
ABS 2 aktivitas antioksidan ABS 1 aktivitas antioksidan
n-heksan n-heksan
40
40
%penghambatan

y = 8.183x - 3.6339 y = 8.2051x - 3.6437


%penghambatan

R² = 0.9702 30 R² = 0.9702
20
20
0
0 2 4 6 10

konsentrasi(ppm) 0
0 2 4 6
konsentrasi(ppm)
Gambar. Kurva ABS 2 aktivitas Gambar. Kurva ABS 1 aktivitas
antioksidan n-heksan antioksidan n-heksan
Y = bx +a Y = bx +a
50 = 8.183-3.6339 50 = 8.2051 -3.6437
Y = (50+3.6339)/8.183 Y = (50+3.6437)/ 8.2051
Y = 6,554 Y = 6,538
ABS 1 aktivitas antioksidan
kloroform ABS 3 aktivitas antioksidan n-
heksan
30 y = 5.776x - 0.7827 40
%penghambatan

y = 8.1806x - 4.0027
%penghambatan

20 R² = 0.9989
20 R² = 0.9707
10
0 0
0 2 4 6 0 2 4 6
konsentrasi(ppm) konsentrasi(ppm)

Gambar. Kurva ABS 1 aktivitas Gambar. Kurva ABS 3 aktivitas


antioksidan kloroform antioksidan n-heksan
Y = bx +a Y = bx +a
88
50 = 5.776 -0.7827 50 = 8.1806 -4.0027
Y = (50+0.7827)/ 5.776 Y = (50+4.0027)/ 8.1806
Y = 8,792 Y = 6.601
ABS 3 aktivitas antioksidan ABS 2 aktivitas antioksidan
kloroform kloroform

%penghambatan
%penghambatan

40 50 y = 5.7604x - 0.7806
y = 5.7682x - 1.186
R² = 0.9989
20 R² = 0.9989
0
0 0 2 4 6
0 2 4 6
konsentrasi(ppm)
konsentrasi(ppm)

Gambar. Kurva ABS 3 aktivitas Gambar. Kurva ABS 2 aktivitas


antioksidan kloroform antioksidan kloroform
Y = bx +a Y = bx +a
50 = 5.7682 – 1.186 50 = 5.7604 -0.7806
Y = (50+1.186)/ 5.7682 Y = (50+0.7806)/ 5.7604
Y = 8,874 Y = 8,815
ABS 1 aktivitas antioksidan
ABS 2 aktivitas antioksidan etil asetat
etil asetat
%penghambatan

%penghambatan

50 y = 9.3271x - 3.8358 50 y = 9.2713x - 3.6302


R² = 0.9761 R² = 0.9755
0 0
0 2 4 6 0 2 4 6

konsentrasi(ppm) konsentrasi(ppm)

Gambar.Kurva ABS 2 aktivitas Gambar. Kurva ABS 1 aktivitas


antioksidan etil asetat antioksidan etil asetat
Y = bx +a Y = bx +a
50 = 9.2713 – 3.6302
50 = 9.3271-3.8358
Y = (50+3.8358)/ 9.3271 Y = (50+3.6302)/ 9.2713
Y = 5,772 Y = 5,755

89
ABS 1 aktivitas antioksidan ABS 3 aktivitas antioksidan
air etil asetat
30 60 y = 9.2992x - 3.8544

%penghambatan
y = 5.8165x - 2.5776
%penghambatan

20 40 R² = 0.9781
R² = 0.992
10 20
0 0
0 2 4 6 0 2 4 6
konsentrasi(ppm) konsentrasi(ppm)

Gambar. Kurva ABS 3 aktivitas


Gambar. Kurva ABS 1 aktivitas
antioksidan etil asetat
antioksidan air
Y = bx +a
Y = bx +a
50 = 9.2992 -3.8544
50 = 5.8165 – 2.5776
Y = (50+ 3.8544)/ 9.2992
Y = (50+2.5776)/ 5.8165
Y = 5,791
Y = 9,039
ABS 2 aktivitas antioksidan
ABS 3 aktivitas antioksidan
air
air
% penghambatan

30 y = 5.5316x - 1.1978
30
%penghambatan

y = 5.4852x - 1.3073
20 R² = 0.9792
20 R² = 0.9739
10 10
0 0
0 2 4 6 0 2 4 6
konsentrasi(ppm) konsentrasi (ppm)

Gambar. Kurva ABS 3 aktivitas Gambar. Kurva ABS 2 aktivitas


antioksidan air antioksidan air
Y = bx +a Y = bx +a
50 = 5.4852 – 1.3073 50 = 5.5316 – 1.1978
Y = (50+1.3073)/ 5.4852 Y = (50+1.1978)/ 5.5316
Y = 9,353 Y = 9,256

90
Lampiran 16. Penentuan kadar Flavonoid
1. Skema Kerja
a. Pembuatan dan Pengukuran Larutan Quarsetin

Kuarsetin
- Di ti mbang 10 mg quarsetin
- Dilarutkan dalam matanol pa sebanyak
- Dimasukkan ke dalam labu ukur10
mL
- Diencerkan hingga tanda tera
- dikocok sampai homogen

20 ppm 40 ppm 60 ppm 80 ppm 100 ppm

- Diambil 1 mL
- Ditambahkan 3 mL metanol p.a
- Ditambahkan 0,2 mL AlCl3 10 %,
- Ditambahkan 0,2 mL kalium asetat 1 M
- dicukupkan dengan aqudes sampai 10 mL
- Dilakukan pengukuran panjang gelombang
maksimal dan operating time sala satu
larutan baku

Hasil

91
b. Pembuatan dan pengukuran Larutan Sampel
Ekstrak dan fraksi kulit buah coklat
- Di timbang 10 mg
- Dilarutkan dalam matanol pa sebanyak
- Dimasukkan ke dalam labu ukur10
mL
- Diencerkan hingga tanda tera
- dikocok sampai homogen

Larutan sampel 1000 ppm

- diambil 1 mL ditambahkan 3 mL metanol p.a


- ditambahkan 0,2 mL AlCl3 10%
- ditambahkan 0,2 mL kalium asetat 1M dan
- dicukupkan dengan aquades sampai 10 mL
- diinkubasi selama operating time pada suhu
ruang
- diukur absorbansinya pada panjang
gelombang maksimum 430,6 nm

Hasil

2. Perhitungan Konsentrasi penetapan kadar Flavonoid


a. Pembuatan larutan ALCL3 10%
���� ��� ��������
% berat = × 100%
���� �������
10 ����
%= × 100 = 10 %
100 ����
Jadi pembuatan larutan ALCL3 10% dalam 100 mL, ditimbang 10 gram
dilarutkan sebanyak 100 mL aquades.
b. Pembuatan Larutan Kalium Asetat 1 Molaritas
����� ×1000
M = �� ������
����� ×1000
1=
98×100
Massa= 9,8 gram

92
c. Perhitungan konsentrasi untuk larutan pembanding kuarsetin
1. Konsentrasi 20 ppm
M1.V1 = M2.V2 2. Konsentrasi 40 ppm
1000 ppm.V1 = 20ppm.10mL M1.V1 = M2.V2
1000 ppm.V1 = 200ppm. mL 1000 ppm.V1 = 40 ppm. 10 mL
200 ppm. mL 1000ppm. V1 = 400ppm . mL
V1 =
1000 ppm 400 ppm . mL
V1 =
V1 = 0,2 mL 1000 ppm
V1 = 0,4 mL
3. Konsentrasi 60 ppm
M1.V1 = M2.V2 4. Konsentrasi 80 ppm
1000 ppm.V1 = 60 ppm. 10mL M1.V1 = M2.V2
1000 ppm. V1 = 600 ppm . mL 1000 ppm. V1 = 80 ppm. 10 mL
600 ppm . mL 1000 ppm. V1 = 800ppm. mL
V1 =
1000 ppm 800 ppm. mL
V1 =
V1 = 0,6 mL 1000 ppm
V1 = 0,8 mL
5. Konsentrasi 100 ppm
M1.V1 = M2.V2
1000 ppm. V1 = 100 ppm. 10 mL
1000ppm. V1 = 1000. mL
1 000 ppm. mL
V1 = = 1 mL
1000 ppm

Lampiran 17. Penentuan panjang gelombang maksimum penetapan kadar


flavonoid total

Data
ABS
WL awal 600
WL akhir 400

93
Panjang gelombang maksimum 409 nm

Lampiran 18. Penentuan Operating Time Untuk penetapan kadar flavonoid


pada panjang gelombang 409 nm
Waktu Absorbansi (Å)
Inkubasi
Rata- Operating time flavonoid
I II III Rata
(Menit) 0.600

Absorbansi
10 0,425 0,426 0,424 0,425 0.400
0.200
20 0,469 0,467 0,468 0,468
0.000
0,375 0,376 0,377 0,376 0 20 40 60 80
30
Waktu inkubasi
40 0,377 0,376 0,378 0,377
Gambar. Operating time kuarsetin
50 0,377 0,376 0,377 0,377

60 0,378 0,378 0,376 0,377


Operating time yang diperoleh 30 menit
Lampiran 19. Perhitungan Kadar Flavonoid Total
Tabel 7. Hasil Pengukuran Abosrbansi Standar Quersetin
Konsentrasi Absorbansi (Å)
Rata-rata
kuarsetin (ppm) I II III
20 0,311 0,310 0,310 0,299

40 0,452 0,453 0,453 0,442

60 0,596 0,598 0,598 0,542

80 0,688 0,687 0,687 0,664

100 0,789 0,788 0,788 0,715

Kurva baku kuarsetin abs 1

Kurva ABS 1 Flavonoid


1 y = 0.006x + 0.2096
Absorbansi

R² = 0.99
0.5

0
0 50 100 150
Konsentrasi (ppm)

94
Gambar. Hubungan antara Absorbansi dengan Konsentrasi kuarsetin yang
dinyatakan dalam mg/L (ppm)
Persamaan regreasi linier y = 0,006x + 0,209, dengan persamaan regresi linier
dapat diketahui nilai x menyatakan konsentrasi dalam mg/L (ppm) dan y
menyatakan absorbansi.
1. Perhitungan kadar total flavonoid pada eksrak dan fraksi kulit buah coklat
a. Ekstrak metanol c. Fraksi kloroform
y = 0,006x + 0,2096 y = 0,006x + 0,2096
0,634 = 0,006x + 0,2096 0,527 = 0,006x + 0,2096
0,006x = 0,634 - 0,209 0,006x = 0,527 - 0,2096
0,006x = 0,424 0,006x = 0,317
0 ,424
x = x =
0,317
0,006
0,006
x = 70,73ppm x = 52,90 ppm

b. Fraksi n-heksan d. Fraksi etil asetat


y = 0,006x + 0,2096 y = 0,006x + 0,2096
0,573 = 0,006x + 0,2096 0,748 = 0,006x + 0,2096
0,006x = 0,573 - 0,2096 0,006x = 0,748- 0,2096
0,006x = 0,363 0,006x = 0,538
0 ,363
x = 0,006 x=
0,538
0,006
x = 60,57 ppm x = 89,73 ppm
f. Fraksi air
y = 0,006x + 0,2096
0,408 = 0,006x + 0,2096
0,006x = 0,408 - 0,2096
0,006x = 0,198
0,198
x=
0,006
x = 33,07 ppm

2. Perhitungan Kadar Total Flavonoid per berat sampel


a. ekstrak metanol
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar total flavonoid (C) = nilai x = 70,73 ppm = 70,73 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total flavonoid per berat sampel = � � ��
��

70,73 ×0,01 �� ×10
��
=
0,01 �
= 707,3 mg/g sampel
b. fraksi n-heksan
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar totalflavonoid (C) = nilai x = 60,57 ppm = 60,57 mg/kg
95
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total flavonoid per berat sampel = � � ��
��

60,57 ×0,01 �� ×10
��
=
0,01 �
= 605,7 mg/g sampel
c. Fraksi kloroform
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar totalflavonoid (C) = nilai x = 52,90 ppm= 52,90 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total flavonoid per berat sampel = � � ��
��

52,90 ×0,01 ��×10
��
=
0,01 �
= 509 mg/g sampel
d. fraksi etil asetat
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar totalflavonoid (C) = nilai x = 89,73 ppm = 89,73 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L= 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total flavonoid per berat sampel = � � ��
��

89,73 ×0,01 �� ×10

=
0,01 �
= 897,3 mg/g sampel
e. Fraksi air
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar totalflavonoid (C) = nilai x = 33,07 ppm= 33,07 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L= 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total flavonoid per berat sampel = � � ��
��

33,07 ×0,01 �� ×10
��
=
0,01 �
= 330,7 mg/g sampel

96
Kurva baku kuarsetin abs 2

Kurva ABS 2 Flavonoid


1.000 y = 0.0059x + 0.2102

Absorbansi
R² = 0.9886
0.500

0.000
0 50 100 150
Konsentrasi (ppm)

Gambar. Hubungan antara Absorbansi dengan Konsentrasi kuarsetin yang


dinyatakan dalam mg/L (ppm)
Persamaan regreasi linier y =0,0059x + 0,2102, dengan persamaan regresi
linier dapat diketahui nilai x menyatakan konsentrasi dalam mg/L (ppm) dan y
menyatakan absorbansi.

1. Perhitungan kadar total flavonoid pada eksrak dan fraksi kulit buah coklat
a. Ekstrak metanol c. Fraksi kloroform
y = 0,0059x + 0,2102 y = 0,0059x + 0,2102
0,632 = 0,0059x + 0,2102 0,525 = 0,0059x + 0,2102
0,0059x = 0,632 - 0,2102 0,0059x = 0,525 - 0,2102
0,0059x = 0,422 0,0059x = 0,315
0 ,422
x = x =
0,315
0,006
0,006
x = 71,49 ppm x = 53,36 ppm

b. Fraksi n-heksan d. Fraksi etil asetat


y = 0,0059x + 0,2102 y = 0,0059x + 0,2102
0, 571 = 0,0059x + 0,2102 0,746 = 0,0059x + 0,2102
0,0059x = 0,571 - 0,2102 0,0059x = 0,746- 0,2102
0,0059x = 0,361 0,0059x = 0,536
0 ,361
x = 0,006 x=
0,536
0,006
x = 61,15 ppm x = 90,81 ppm
e. Fraksi air
y = 0,0059x + 0,2102
0,406 = 0,0059x + 0,2102
0,0059x = 0,406 - 0,2102
0,0059x = 0,196
0,196
x = 0,006
x = 33,19 ppm

97
2. Perhitungan Kadar Total Flavonoid per berat sampel
a. ekstrak metanol
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar total flavonoid (C) = nilai x = 71,49 ppm = 71,49 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total flavonoid per berat sampel = � � ��
��

71,49 �� ×10
��×0,01
=
0,01 �
= 714,9 mg/g sampel
b. fraksi n-heksan
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar total flavonoid (C) = nilai x = 61,15 ppm = 61,15 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total flavonoid per berat sampel = � � ��
��

61,15 �� ×10
��×0,01
=
0,01 �
= 611,5 mg/g sampel
c. Fraksi kloroform
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar totalflavonoid (C) = nilai x = 53,36 ppm= 53,36 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total flavonoid per berat sampel = � � ��
��

53,36 ×0,01 �� ×10
��
=
0,01 �
= 533,6 mg/g sampel

d. fraksi etil asetat


Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar total flavonoid (C) = nilai x = 90,81 ppm = 90,81 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total flavonoid per berat sampel = � � ��
��

90,81 �� ×10
��×0,01
=
0,01 �
= 908,1 mg/g sampel
e. Fraksi air
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar totalflavonoid (C) = nilai x = 33,19 ppm= 33,19mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
98
Kadar total flavonoid per berat sampel= � � ��
��

33,19 ×0,01 �� ×10
��
=
0,01 �
= 331,9 mg/g sampel

Kurva baku kuarsetin abs 3

Kurva ABS 3 Flavonoid


1.0 y = 0.0059x + 0.2102
Absorbansi

R² = 0.9886
0.5

0.0
0 50 100 150
Konsentrasi (ppm)

Gambar. Hubungan antara Absorbansi dengan Konsentrasi kuarsetin yang


dinyatakan dalam mg/L (ppm)
Persamaan regreasi linier y =0,0059x + 0,2102 dengan persamaan regresi linier
dapat diketahui nilai x menyatakan konsentrasi dalam mg/L (ppm) dan y
menyatakan absorbansi.
1. Perhitungan kadar total flavonoid pada eksrak dan fraksi kulit buah coklat
a. Ekstrak metanol c. Fraksi kloroform
y = 0,0059x + 0,2102 y = 0,0059x + 0,2102
0,630 = 0,0059x + 0,2102 0,523 = 0,0059x + 0,2102
0,0059x = 0,630 - 0,2102 0,0059x = 0,523 - 0,2102
0,0059x = 0,419 0,0059x = 0,312
0 ,419 0,301
x = x =
0,006
0,006
x = 71,15 ppm x = 53,02 ppm

b. Fraksi n-heksan d. Fraksi etil asetat


y = 0,0059x + 0,2102 y = 0,0059x + 0,2102
0, 571 = 0,0059x + 0,2102 0,744
0,0059x =
= 0,0059x
0,533 + 0,2102
0,0059x = 0,571 - 0,2102 0,0059x = 0,744
0,533- 0,2102
0,0059x = 0,360 x =
0,006
0,360 x = 90,47ppm
x=
0,006
x = 60,2 ppm

f. Fraksi air
y = 0,0059x + 0,2102
0,402 = 0,0059x + 0,2102
0,0059x = 0,402 - 0,2102

99
0,0059x = 0,192
0,193
x = 0,006
x = 32,51 ppm

2. Perhitungan Kadar Total Flavonoid per berat sampel


a. ekstrak metanol
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar total flavonoid (C) = nilai x = 71,13 ppm = 71,13 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total flavonoid per berat sampel = � � ��
��

71,13 ×0,01 �� ×10
��
=
0,01 �
= 711,23 mg/g sampel
b. fraksi n-heksan
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar totalflavonoid (C) = nilai x = 60,96 ppm = 60,96 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total flavonoid per berat sampel = � � ��
��

60,96 �� ×10
��×0,01
=
0,01 �
= 609,73 mg/g sampel
c. Fraksi kloroform
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar totalflavonoid (C) = nilai x = 53,09 ppm= 53,09 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total flavonoid per berat sampel = � � ��
��

53,09 ×0,01 �� ×10
��
=
0,01 �
= 524,27 mg/g sampel

d. fraksi etil asetat


Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar totalflavonoid (C) = nilai x = 90,34 ppm = 90,34 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total flavonoid per berat sampel = � � ��
��

90,34 ×0,01 �� ×10
��
=
0,01 �
= 904,70 mg/g sampel

100
e. Fraksi air
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar totalflavonoid (C) = nilai x = 2,92 ppm= 32,92 mg/L
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total flavonoid per berat sampel = � � ��
��

32,92 ×0,01 �� ×10
��
=
0,01 �
= 329,23 mg/g sampel

Lampiran 20. Penentuan kadar Fenolik

1. Skema Kerja
a. Pembuatan dan Pengukuran Larutan asam galat

Asam Galat

- Di timbang 10 mg asam galat


- Dilarutkan dalam matanol p.a
- Dim asukkan ke dalam labu ukur 10
mL
10 ppm 20 ppm 30 h 40 ppm
- Diencerkan ingga 50 ppm
tanda tera, dikocok
sampai homogen

- Diambil 1 mL dimasukkan masing-masing larutan ke


dalam lab ukur
- Ditambahkan 0,4 mL reagen Folin-cioalteu
- Dibiarkan selama 5-8 menit
- Ditambahkan NaCO3 7 % sebanyak 4 ml dan
aquabidestilata sampai tanda tera.
- Dilakukan pengukuran panjang gelombang
maksimum dan operating time sala satu larutan baku

Hasil

101
b. Pembuatan dan Pengukuran Larutan Sampel
Ekstrak dan fraksi kulit buah coklat

- Di timbang 10 mg
- Dilarutkan dalam matanol p.a
- Dimasukkan ke dalam labu ukur10 mL
- Diencerkan hingga tanda tera
- dikocok sampai homogen

Larutan sampel 1000


ppm

- Masing-masing diambil sebanyak 1 mL


setiap larutan
- Ditambahkan dengan 0,4 mL reagen Folin
Ciocalteau
- Dikocok dan dibiarkan 4-8 menit,
- Ditambahkan 4 mL larutan Na2CO3 7%,
dikocok hingga homogen
- Ditambahkan aquades hingga 10 mL.
- Didiamkan selama operating time
- Diukurabsorbansinya pada panjang
maksimum 745,7 nm
-

Hasil

2. Perhitungan Konsentrasi Untuk penetapan Kandungan Fenol Total


a. Pembuatan larutan Na2CO3 7%
���� ��� ��������
% berat = × 100%
���� �������
7 ����
%= × 100 = 7%
100 ����

b. larutan pembanding asam galat


1. Konsentrasi 5 ppm 2.Konsentrasi 10 ppm
M1.V1 = M2.V2 M .V = M .V
1000 ppm. V1 = 5ppm.10 mL 1 1 2 2

V1. 1000 ppm = 50 ppm. mL 1000 ppm. V1 =10 ppm.10 mL


V1 5 0 ppm . mL 1000 ppm. V1 = 100 ppm . mL
= 100 ppm . mL
1000 ppm V1 =
V1 = 0,05 mL 1000 ppm
V1 = 0,1 mL

102
2. Konsentrasi 15 ppm 3. Konsentrasi 20 ppm
M1.V1 = M2.V2 M1.V1 = M2.V2
1000 ppm. V1 =15 ppm.10 mL 1000 ppm. V1 = 20ppm.10 mL
1000 ppm. V1 = 150 ppm . mL 1000ppm. V = 200 ppm . mL
150 ppm . mL 1
V1 =
1000 ppm
V = 0,15 mL V1 = 200 ppm. mL
1 1000 ppm
V1 = 0,2 mL

5.Konsentrasi 25 ppm
M1.V1 = M2.V2
1000 ppm. V1 = 25 ppm. 10 mL
1000 ppm. V1 = 250 ppm. mL
250 ppm . mL
V1 =
1000 ppm
V1 = 0,25 mL
Lampiran 21. Penentuan panjang gelombang maksimum penetapan kadar
fenolik total

Data
ABS
WL awal 800
WL akhir 600
Panjang gelombang maksimum 742,75 nm

103
Lampiran 22. Penentuan Operating Time Untuk penetapan kadar fenolik
pada panjang gelombang 742,75 nm
Waktu Absorbans (Å)
Rata-
Inkubasi
I II III Rata
Operating time fenolik
(Menit)
0,267 0,266 0,268 0,267 0.400
10

Absorbansi (Å)
0.200
20 0,298 0,299 0,299 0,299
0.000
30 0,336 0,337 0,336 0,336 0 20 40 60 80

0,336 0,337 0,335 0,336 Waktu inkubasi (menit)


40
0,336 0,335 0,336 0,336 Gambar. Operating time fenolik
50
60 0,337 0,336 0,336 0,336
Operating time yang diperoleh 30 menit
Lampiran 18. Perhitungan kadar fenolik Total
Tabel 11. Hasil Pengukuran Abosrbansi Standar asam galat
Absorbans (Å)
Konsentrasi
I II III
0,348 0,347 0,347
5
0,456 0,457 0,454
10
0,571 0,572 0,572
15
0,636 0,637 0,636
20
0,747 0,745 0,746
25

Kurva baku asam galat abs 1

Kurva ABS 1 Fenolik


1 y = 0.0196x + 0.2582
Absorbansi

0.5 R² = 0.9935

0
0 10 20 30
Konsentrasi (ppm)

Gambar .Hubungan Absorbansi dengan Konsentrasi asam galat yang dinyatakan


dalam mg/L (ppm)

104
Persamaan regreasi linier y =0,019x + 0,258, dengan persamaan regresi linier
dapat diketahui nilai x menyatakan konsentrasi dalam mg/L (ppm) dan y
menyatakan absorbansi.
1. Perhitungan kadar total Fenolik pada eksrak dan fraksi kulit buah coklat
a. Ekstrak metanol e. Fraksi kloroform
y = 0,0196x + 0,2582 y = 0,0196x + 0,2582
0,656 = 0,0196x + 0,2582 0,525 = 0,0196x + 0,2582
0,0196x = 0,656 - 0,2582 0,0196x = 0,525 - 0,2582
0,0196x = 0,397 0,0196x = 0,266
0,397 0,266
x = x=
0,0196 0,0196
x = 20,30 ppm x = 13,61 ppm
b. Fraksi n-heksan d. Fraksi etil asetat
y = 0,0196x + 0,2582 y = 0,0196x + 0,2582
0, 614 = 0,0169x + 0,2582 0,702 = 0,0196x + 0,2582
0,0196x = 0,614 - 0,2582 0,0196x = 0,702 - 0,2582
0,0196x = 0,355 0,0196x = 0,443
0,355 0,443
x = 0,0196 x=
0,0196
x = 18,15 ppm x = 22,64 ppm
f. Fraksi air
y = 0,0196x + 0,2582
0,462 = 0,0196x + 0,2582
0,0196x = 0,462 - 0,2582
0,0196x = 0,203
0,203
x = 0,0196
x = 10,40 ppm
2. Perhitungan Kadar Total fenolik per berat sampel
a. ekstrak metanol
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar total fenolik (C) = nilai x = 20,30 ppm = 20,30 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total fenolik per berat sampel = � � ��
��

20,30 ×0,01 �� ×10
��
=
0,01 �
= 203,0 mg/g sampel
b. Fraksi n-heksan
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar total fenolik (C) = nilai x = 18,15ppm = 18,15 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total fenolik per berat sampel = � � ��
��

18,15 ×0,01 �� ×10
��
=
0,01 �

105
= 181,5 mg/g sampel
c. Fraksi kloroform
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar total fenolik (C) = nilai x = 13,61 ppm= 13,61 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total fenolik per berat sampel = � � ��
��

13,61 ×0,01 �� ×10
��
=
0,01 �
= 136,1 mg/g sampel
d. Fraksi etil asetat
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar total fenolik (C) = nilai x = 22,64 ppm = 22,64 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total fenolik per berat sampel = � � ��
��

22,64 ×0,01 �� ×10
��
=
0,01 �
= 226,4 mg/g sampel
e. Fraksi air
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar total fenolik (C) = nilai x = 10,40 ppm= 10,40 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total fenolik per berat sampel = � � ��
��

10,40 ×0,01 �� ×10
��
=
0,01 �
= 104,0 mg/g sampel
Kurva baku asam galat abs 2

Kurva ABS 2 Fenolik


y = 0.0195x + 0.2588
1
R² = 0.9931
Absorbansi

0.5

0
0 10 20 30
Konsentarsi (ppm)

Gambar .Hubungan Absorbansi dengan Konsentrasi asam galat yang dinyatakan


dalam mg/L (ppm)
Persamaan regreasi linier y =0,0195x + 0,2588 dengan persamaan regresi linear
dapat diketahui nilai x menyatakan konsentrasi dalam mg/L (ppm) dan y
menyatakan absorbansi.

106
1. Perhitungan kadar total Fenolik pada eksrak dan fraksi kulit buah coklat
a. Ekstrak metanol c. Fraksi kloroform
y = 0,0195x + 0,2588 y = 0,0195x + 0,2588
0,653 = 0,0195x + 0,2588 0,526 = 0,0195x + 0,2588
0,0195x = 0,653 - 0,2588 0,0195x = 0,526 - 0,2588
0,0195x = 0,394 0,0195x = 0,267
0,394 0,267
x = x=
0,0195 0,0195
x = 20.22 ppm x = 13,70 ppm
b. Fraksi n-heksan d. Fraksi etil asetat
y = 0,0195x + 0,2588 y = 0,0195x + 0,2588
0,616 = 0,0195x + 0,2588 0,704 = 0,0195x + 0,2588
0,0195x = 0,616 - 0,2588 0,0195x = 0,704 – 0,2588
0,0195x = 0,357 0,0195x = 0,445
0,357 0,445
x= x=
0,0195 0,0195
x = 18,32 ppm x = 22,83 ppm
f. Fraksi air
y = 0,0195x + 0,2588
0,463 = 0,0195x + 0,2588
0,0195x = 0,463 - 0,2588
0,0195x = 0,204
0,204
x = 0,0195
x = 10,47 ppm

2. Perhitungan Kadar Total fenolik per berat sampel


a. ekstrak metanol
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar total fenolik (C) = nilai x = 20,22 ppm = 20,22mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total fenolik per berat sampel = � � ��

20,22
��

��
×0,01 �� ×10
= 0,01 �
=202,2 mg/g sampel
b. Fraksi n-heksan
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar total fenolik (C) = nilai x = 18,31 ppm = 18,32 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total fenolik per berat sampel = � � ��

18,32
��

��
×0,01 �� ×10
= 0,01 �
= 183,2 mg/g sampel

107
c. Fraksi kloroform
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar total fenolik (C) = nilai x = 13,70 ppm= 13,70 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total fenolik per berat sampel = � � ��

��
13,7 �� ×0,01 �� ×10
= 0,01 �
= 137,0 mg/g sampel
d. Fraksi etil asetat
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar total fenolik (C) = nilai x = 22,83 ppm = 22,83 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total fenolik per berat sampel = � � ��
��

22,83 ×0,01 �� ×10
��
=
0,01 �
= 228,3 mg/g sampel
e. Fraksi air
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar total fenolik (C) = nilai x = 10,47 ppm= 10,47 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total fenolik per berat sampel = � � ��
��

10,47 �� ×10
��×0,01
=
0,01 �
= 104,7 mg/g sampel
Kurva baku asam galat abs 3

Kurva ABS 3 Fenolik


y = 0.0196x + 0.257
1
R² = 0.993
Absorbansi

0.5
0
0 5 10 15 20 25 30
Konsentrasi (ppm)

Gambar .Hubungan Absorbansi dengan Konsentrasi asam galat yang dinyatakan


dalam mg/L (ppm)
Persamaan regreasi linier y =0,0196x + 0,257, dengan persamaan regresi linier
dapat diketahui nilai x menyatakan konsentrasi dalam mg/L (ppm) dan y
menyatakan absorbansi.

108
1. Perhitungan kadar total Fenolik pada eksrak dan fraksi kulit buah coklat
a. Ekstrak metanol c. Fraksi kloroform
y = 0,0196x + 0,257 y = 0,0196x + 0,257
0,651 = 0,0196x + 0,257 0,528 = 0,0196x + 0,257
0,0196x = 0,651 - 0,257 0,0196x = 0,528 - 0,257
0,0196x = 0,394 0,0196x = 0,271
0,394 0,271
x = x=
0,0196 0,0196
x = 20,10 ppm x = 13,70 ppm
b. Fraksi n-heksan d. Fraksi etil asetat
y = 0,0196x + 0,257 y = 0,0196x + 0,257
0, 614 = 0,0196x + 0,257 0,704 = 0,0196x + 0,257
0,0196x = 0,614 - 0,257 0,0196x = 0,704 – 0,257
0,0196x = 0,357 0,0196x = 0,447
0,357 0,447
x= x = 0,0196
0,0196
x = 18,21 ppm x = 22,81 ppm
f. Fraksi air
y = 0,0196x + 0,257
0,464 = 0,0196x + 0,257
0,0196x = 0,464 - 0,257
0,0196x = 0,207
0,207
x=
0,0196
x = 10,56 ppm

2. Perhitungan Kadar Total fenolik per berat sampel


a. ekstrak metanol
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar total fenolik (C) = nilai x = 20,20 ppm = 20,20 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total fenolik per berat sampel = � � ��

��
20,20
��
×0,01 �� ×10
= 0,01 �
= 202,04 mg/g sampel
b. Fraksi n-heksan
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar total fenolik (C) = nilai x = 18,23ppm = 18,23 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total fenolik per berat sampel = � � ��

109
��
18,23 �� ×10
��×0,01
=
0,01 �
= 182,3 mg/g sampel
c. Fraksi kloroform
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar total fenolik (C) = nilai x = 13,71 ppm= 13,71 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total fenolik per berat sampel = � � ��
��

13,71 ×0,01 �� ×10
��
=
0,01 �
= 137,1 mg/g sampel
d. Fraksi etil asetat
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar total fenolik (C) = nilai x = 22,76 ppm = 22,76 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total fenolik per berat sampel = � � ��
��

22,76 ×0,01 �� ×10
��
=
0,01 �
= 227,6 mg/g sampel
e. Fraksi air
Berat Ekstrak (w) = 10 mg = 0,01 g
Kadar total fenolik (C) = nilai x = 10.48 ppm= 10,48 mg/kg
Volume ekstrak (v) = 0,01 L = 0,01 kg
Fp = 10 kali pengenceran
Kadar total fenolik per berat sampel = � � ��
��

10,48 ×0,01 �� ×10
��
=
0,01 �
= 104,8 mg/g sam

110

Anda mungkin juga menyukai