Aprita Silka
Astri Fajriati
Debi Anah Pita Utami
Denis Setiawan
Friska Handania Rois
Nitia Gusri Dewi
Kelompok 1
V Non Reguler
Jurusan Analisa Farmasi dan Makanan
Kromatografi Adsorbsi
TIOCONAZOLUM
Tiokonazol ( FI edisi IV Hal. 793 – 794 )
Fase Gerak ( catatan buat fase gerak segar setiap hari) : buat campuran 440
mL asetonitril P, 400 mL metanol P dan 228 mL air. Saring dan awaudarakan.
Tambahkan 2,0 mL amonium hidrksida P campur. Bila perlu lakukan
penyesuaian menurut kesesuaian sistem sprti yang tertera pada kromatografi
<931>.
Larutan Baku :
Timbang seksama sejumlah Tiokonazol BPFI, larutkan dalam metanol P hingga
kadar lebih kurang 200 µg per mL
Larutan Uji :
Timbang seksama lebih kurang 100 mg. Masukkan ke dalam labu tentukur 100
mL, larutkan dalam metanol P sampai tanda. Pindahkan 10,0 mL larutan ini ke
dalam labu tentukur 50 mL, encerkan dengan metanol P sampai tanda.
Sistem Kromatografi : lakukan seperti yang tertera pada
kromatografi<931>. Kromatografi cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 219 nm, pra kolom 4 mm x 10
cm, berisi bahan pengisi L4 yang dipasang diantara
pompa dan injektor, dan kolom 5 mm x 25 cm berisi bahan
pengisi L1.(catatan ganti pra kolom tiap hari). Atur laju
aliran hingga diperoleh waktu retensi untuk tiokonazol
antara 12 menit dan 17 menit. Lakukan kromatografi
terhadap larutan baku, rekam respons puncak seperti yang
tertera pada prosedur. Efisiensi kolom yang ditentukkan
dari puncak analit tidak kurang dari 1000 lempeng teoritis,
faktor ikutan untuk puncak analit tidak lebih dari 2,0 dan
simpangan baku relatif untuk penyuntikkan ulang tidak
lebih dari 2,0%.
persyaratan
Tiokonazol mengandung tidak kurang dari
97,0 % dan tidak lebih dari 103,0%
Prosedur : suntikkan secara terpisah sejumlah
volume sama (lebih kurang 20 µL) larutan
baku dan larutan uji ke dalam kromatograf,
ukur respons puncak utama. Hitung jumlah
jumlah dalam mg. C16H13CI3N2OS, dengan
rumus :
Fase Gerak :
Dibuat campuran 440 mL asetonitril P, 400
mL metanol P dan 228 mL air.
Larutan baku
Timbang seksama lebih kurang 20 mg Fenobarbital
BPFI, larutkan dalam 15,0 mL larutan baku internal.
Jika perlu sonikasi
Larutan uji
Timbang seksama lebih kurang 20 mg, masukkan ke
dalam labu erlenmeyer, tambahkan 15,0 mL larutan
baku internal, sonikasi selama 15 menit. Saring
dengan penyaring membran dengan porositas 0,5 µm
atau lebih halus, sebelum digunakan.
Diatur pH hingga 4,5 ± 0,1 dengan asam asetat glasial P. (jika perlu)
Fase gerak
Larutan Baku
Dilarutkan dalam fase gerak dan encerkan secara kuantitatif, jika perlu
bertahap dengan fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per mL.
Larutan Uji
Ditimbang dan serbuk haluskan tidak kurang dari 20 tablet.
Larutan Uji
Timbang seksama lebih kurang 120 mg,
masukkan ke dalam labu tentukur 100 mL.
Larutkan dalam air, encerkan dengan air sampai
tanda dan campur. saring melalui penyaring
membran dengan porositas 0,5 µm atau lebih
kecil.
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera
pada kromatografi <931>.
Kromatografi cair kinerja tinggi dilengkapi dengan
detektor 280 nm dan kolom 4,6 mm x 3cm berisi
bahan pengisi L7, dan kolom analitik 3,9 mm x 30
cm berisi bahan pengisi L1 yang berkeasaman
rendah dengan ukuran partikel 10 µm. Laju aliran
lebih kurang 1,5 mL per menit. rekam respons
puncak seperti yang tertera pada Prosedur ;
efisiensi kolom yang ditetapkan dari puncak analit
tidak kurang dari 1000 lempeng teoritis, faktor
ikutan puncak analit tidak lebih dari 2,0 dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
tidak lebih dari 2,0 %.
Prosedur
Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama
( lebih kurang 10 µL ) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam dan ukur respons
puncak utama. Hitung potensi µg doksisiklin
dalam jumlah dalam mg C22H24N2O8 per mg
doksisiklin hiklat yang digunakan dengan rumus:
Dibuat campuran 450 mL natrium fosfat monobasa 0,1 M P dan 550 mL metanol P.
Ditambahkan 3 mL N,N-dimetil-n-oktilamina
Disaring melalui penyaring membran dengan porositas 0,5 µm atau lebih kecil, dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut kesesuaian sistem seperti
yang tertera pada kromatografi <931>. ( Catatan selama melakukan prosedur
berikut ini lindungi Larutan uji dan Larutan Baku )
Larutan Baku
Ditimbang seksama Doksisiklin BPFI
Dilarutkan dalam air hingga diperoleh larutan dengan kadar lebih kurang 1000 µg
doksisiklin, C12H24N2O8 per mL.
Disaring melalui penyaring membran dengan porositas 0,5 µm atau lebih kecil.
Larutan Uji
Dilarutkan dalam air, encerkan dengan air sampai tanda dan campur.
Disaring melalui penyaring membran dengan porositas 0,5 µm atau lebih kecil.
Larutan Baku
Timbang seksama sejumlah sefaleksin BPFI yang
setara dengan lebih kurang 30 mg sefaleksin,
masukkan ke dalam labu tentukur 100 mL, tambahkan
lebih kurang 15 mL air, kocok sampai larut. Encerkan
dengan air sampai tanda. Dalam waktu 2 jam, campur
sejumlah volume larutan iniyang diukur seksama
dengan sejumlah volume yang sama larutan baku
internal. Larutan ini mengandung sefaleksin lebih
kurang 0,15 mg per mL.
Larutan Uji
Timbang seksamamasukkan la lebih kurang 36 mg, masukkan labu
tentukur 25 mL, tambahkan lebih kurang 15 mL air, kocok sampa
larut. Encerkan dengan air sampai tanda. Dalam waktu 2 jam,
campur sejumlah volume larutan ini yang diukur seksama dengan
sejumlah volume yang sama larutan baku internal.
Fase gerak
Dibuat campuran air − asetonitril P ( 1 : 1 )
Ditambahkan 5,0 mL larutan baku internal dan encerkan dengan fase gerak
sampai tanda.
Larutan Baku
Dilarutkan dalam lebih kurang 150 mL etanol encer P dengan cara sonifikasi
Dilarutkan dalam etanol encer P hingga kadar masing - masing lebih kurang 40 µg
per mL.
Larutan Uji
Penetapan Kadar
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi seperti yang tertera pada Kromatografi <931>
Fase Gerak
Buat campuran air-tetrahidrofuran P-metanol P (5:4:1)
Larutan Uji
Timbang seksama lebih kurang 50 mg
Klordiazepoksida, masukkan ke dalam labu
tentukur 50 mL, larutkan dan encerkan dengan fase
gerak samapi tanda. Pipet 10 ml larutan ini ke
dalam labu tentukur 400 mL, tambahkan 10,0 mL
Larutan baku internal, encerkan dengan fase gerak
sampai tanda
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan Uji
Ditambahkan 10,0 mL Larutan baku internal, encerkan dengan fase gerak sampai
tanda
Kromatografi Pasangan Ion
Asam Nitrilotriasetat
Asam
FI IV halaman 329
Penetapan Kadar
Lakukan penetapan dengan cara kromatografi cair kinerja
tinggi seperti yang tertera pada kromatografi <931>.
Fase gerak
Tambahkan 10 mL larutan tetrabutil amonium hidroksida P
dalam metanol P ( 1 dalam 4 ) ke dalam 200 mL air, atur pH
7,5 ± 0,1 dengan asam fosfat 1 M. Pindahkan larutan ke dalam
labu tentukur 1000 mL, tambahkan 90 mL metanol P, encerkan
dengan air sampai tanda, saring melalui penyaring membran
dengan porositas 0,5 µm atau lebih kecil, dan awaudarakan.
Larutan tembaga ( II ) nitrat
Buat larutan yang mengandung lebih kurang 10 mg per mL
Larutan Baku Persediaan
Timbang seksama lebih kurang 100 mg asam
nitrilotriasetat P masukkan ke dalam labu tentukur
10 mL, tambahkan 0,5 mL amonium hidroksida P,
campur. Encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan Baku
Timbang 1,0 g Dinatrium Edetat BPFI, masukkan
ke dalam labu tentukur 100 mL, tambahkan 100 µl
Larutan Baku Persediaan, encerkan dengan
Larutan tembaga ( II ) nitrat sampai tanda.
Sonikasi bila perlu agar larut sempurna.
Larutan Uji
Timbang 1,0 g zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100 mL,
encerkan dengan Larutan tembaga ( II ) nitrat sampai tanda.
Sonikasi bila perlu agar larut sempurna.
Fase gerak
Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi eksklusi seperti yang tertera pada Kromatografi <931>
Gunakan 2 mL larutan uji, yang telah diencerkan dengan Larutan Dapar Fosfat campuran pH 7,0 dengan
azida hingga mengandung protein 4,0% hingga 5,0%. Kromatograf pada suhu kamar menggunakan a)
kolom ( 1 m x 25 mm ) berisi agarose yang dijebak dalam jaringan poliakrilamida sambung silang dan
mempunyai rentang fraksi linier yang sesuai untuk fraksionasi butiran protein dalam rentang bobot
molekul dari 20.000 sampai 350.000 ( misalnya ultrogel AcA34 ), b) fase gerak campuran dapar fosfat
pH 7,0 dengan azida dengan laju aliran lebih kurang 20 mL ( 4 mL per cm dari luas kolom ) per jam, c)
detektor 280 nm.
Kumpulkan eluat dalam fraksi lebih kurang 4 mL. Tetapkan kromatogram bandingkan dengan seperti
pada gambar kromatogram immunoglobulin normal. Jumlah luas puncak yang mengandung IgG
monomer, dimer, albumin dan protein lain dengan ukuran molekul yang sama ( area B ) tidak kurang
dari 85% dari luas total kromatogram. Tidak lebih dari 10% dari luas total kromatogram menunjukkan
protein yang dieluasi lebih dulu dari IgG dimer ( area A ) ; jika area A dapat dibagi menjadi dua area,
area yang sesuai dengan protein yang lebih besar tidak lebih dari 5% dari luas total kromatogram. tidak
lebih dari 5% dari luas total kromatogram menunjukka protein yang dieluasi sesudah monomer IgG dan
albumin ( area C )
SKEMA KERJA
Digunakan 2 mL larutan uji, yang telah diencerkan dengan Larutan Dapar Fosfat
campuran pH 7,0 dengan azida hingga mengandung protein 4,0% hingga 5,0%.
yang sama.
Bahan
Agaroa FC butiran mengembang berdiameter 60
µm sampai 140 µm, dibuat dalam bentuk suspensi
4% dalam air. Digunakan untuk pemisahan protein
dengan bobot molekul 6 x 104 sampai 2 x 107 dan
polisakarida dengan bobot molekul 3 x 103 sampai
5 x 106.
Agarosa FC ikatan silang. Dibuat dari agarosa yang dibuat
dengan 2,3-dibromopropan-1-ol dalam suasana basa kuat.
Berbentuk butiran yang mengembang dengan diameter 60
µm sampai 140 µm dan dibuat dalam bentuk suspensi 4%
dalam air. Digunakan untuk pemisahan protein dengan
bobot molekul 6 x 104 sampai 20 x 106 dan polisakarida
dengan bobot molekul 3 x 103 sampai 5 x 106.