Anda di halaman 1dari 3

Menjamin Mutu

Collaborative Care Plan


Dengan Membangun
Profesionalitas,
Penghargaan, Dan
Kepercayaan
12 APRIL 2019

Dengan semakin berkembangnya pelayanan kesehatan diberbagai belahan dunia,


ditambah meningkatnya kesadaran dari masyarakat dunia tentang pentingnya
pengelolaan lingkungan dan upaya yang inovatif dibidang kesehatan masyarakat,
banyak negara maju dan berkembang sudah mulai mengalihkan perhatiannya dari
masalah penyakit menular ke penyakit tidak menular, seperti kanker, jantung koroner,
dan diabetes melitus. Trend ini juga disebabkan oleh gaya hidup masyarakat dunia
yang mulai berubah dengan konsumsi junk food yang serba instan, kebiasaan
merokok, dan kurangnya aktivitas fisik. Oleh karenanya penangan penyakit tidak
menular sudah menjadi perhatian tersendiri dan dikembangkan berbagai inovasi
untuk mengatasinya, salah satu yang menjadi perhatian adalah diabetes melitus.

Di Australia misalnya, diabetes menjadi penyebab utama kematian, kesakitan, dan


kecacatan selain sebagai salah satu faktor resiko penyebab beberapa penyakit kronik.
Diabetes menempati urutan 2 penyakit kronik terbanyak yang ditangani oleh dokter di
Australia dengan indikasi rujukan tertinggi. General Practice Guidelines for Type 2
Diabetes Mellitus (T2DM) memberikan perhatian khusus pada penanganan
terkoordinasi untuk menangani diabetes yang melibatkan dokter, dokter spesialis,
diabetes educator, penata diet, ahli mata dan podiatrist. Namun pada kenyataannya
koordinasi terkait hal ini berlum berjalan dengan baik, rujukan ke diabetes educator
dan penata diet masih rendah bahkan pada kasus-kasus overweight atau obesitas.
Keadaan ini mengindikasikan kebutuhan untuk peningkatan colaborative care antar
profesi maupun fasilitas pelayanan kesehatan.
Untuk menjamin collaborative care terutama untuk penyakit seperti diabetes
melitus, maka faktor yang perlu diperhatikan adalah bagaimana masing-masing
fasilitas pelayanan kesehatan mengetahui batasannya sehingga tidak menimbulkan
kecurigaan dan kurang koordinasi antara dokter, dokter spesialis, diabetes educator,
penata diet, ahli mata, dan podiatrist terutama dalam proses rujukan. Menurut Van de
Ven dan Walker hubungan baik yang terbangun pada proses rujukan lebih bergantung
pada pengetahuan personal dan kepercayaan antara pihak-pihak yang terlibat
didalamnya. Hubungan ini juga dipengaruhi oleh power autonomy yang dimiliki oleh
fasilitas kesehatan yakni siapa yang mempunyai otoritas untuk mengambil keputusan
dan siapa yang mempunyai kemampuan untuk memberikan ide.
Kepercayaan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam menjamin
kualitas dari collaborative care. Kepercayaan mencakup pemberian kuasa kepada
pihak lain untuk menangani pasien sesuai dengan standard yang sesuai. Kepercayaan
yang dimaksud disini berhubungan dengan kompetensi, profesionalitas, dan respect.

Sebuah penelitian kualitatif oleh Mc Donald, dkk mungkin bisa membantu kita
bagaimana mengelola sebuah collaborative care untuk penyakit kronis seperti
diabetes dengan kolaborasi multidisipliner. Mc Donald, dkk menggali secara
mendalam bagaimana penyakit diabetes ditangani secara collaborative oleh berbagai
fasilitas layanan kesehatan di Australia mulai dari dokter umum sampai dengan
podiatrist. Dokter umum sebagai gate-keeping mengambil peranan yang sangat
penting, mereka mempunyai “kekuasaan” untuk melakukan rujukan, dimana fasilitas
kesehatan atau profesional lain yang masuk sebagai collaborative team sangat
bergantung dengan dokter. Disatu sisi dengan metode pembayaran fee-for-service
dokter merasa mendapatkan pendapatan yang lebih sedikit apabila melakukan rujukan
sehingga koordinasi yang terbangun dengan fasilitas kesehatan yang ada diatasnya
menjadi berkurang. Dengan demikian beberapa klinik yang masuk dalam sampel
peneltian tersebut menyediakan beberapa pelayanan yang seharusnya akan lebih baik
diserahkan kepada profesional misalnya pelayanan monitoring rutin diabetes dan
patient education yang merupakan wilayah dari diabetes educator. Hal ini tentu saja
menimbulkan overlap dalam pelayanan, selain menambah beban pada klinik umum
hal ini juga mengurangi kepercayaan pada klinik-klinik diabetes swasta atau fasilitas
kesehatan yang berada diatasnya.

Kepercayaan dan respect adalah bagaimana menghubungkan profesionalitas dan


personal faktor. Dalam arti sederhana bagaimana seorang dokter bisa menaruh
kepercayaan pada spesialist atau fasilitas diatasnya dengan harapan bahwa pasien
yang akan ia rujuk mendapat penanganan yang baik. Hal ini terkadang dinilai dari
kualitas feedback rujukan, dokter biasanya akan melakukan rujukan kepada pihak
yang mempunyai feedback yang baik dan memuaskan. Selain itu komunikasi
langsung by phone akan lebih meningkatkan hubungan antara semua pihak yang
terlibat. McDonald juga mewawancarai pasien yang ditangani baik secara
collaborative maupun tidak, dan mereka menemukan bahwa pasien yang ditangani
secara collaborative merasa puas dengan penangan yang diberikan oleh pihak-pihak
yang terlibat.
Oleh karena itu dalam rangka menyediakan collaborative care yang bermutu demi
menjamin keselamatan pasien maka 2 faktor penting yang perlu diberi perhatian
adalah respect (penghargaan) dan kepercayaan. Dengan membangun penghargaan
dan kepercayaan yang kuat dengan berbagai pihak terutama yang terlibat dalam
collaborative care plan maka pelayanan kesehatan yang kita berikan akan terjamin
kontinuitasnya dan bermuara pada kepuasan pasien.

Oleh : Stevie Ardianto Nappoe, SKM-Pusat Penelitian Kebijakan Kesehatan dan


Kedokteran UNDANA

Uraian atau Ringkasan

Untuk menjamin collaborative care terutama untuk penyakit seperti diabetes melitus,
maka faktor yang perlu diperhatikan adalah bagaimana masing-masing fasilitas
pelayanan kesehatan mengetahui batasannya sehingga tidak menimbulkan kecurigaan
dan kurang koordinasi antara dokter, dokter spesialis, diabetes educator, penata diet,
ahli mata, dan podiatrist terutama dalam proses rujukan.

Dokter umum sebagai gate-keeping mengambil peranan yang sangat penting, mereka
mempunyai “kekuasaan” untuk melakukan rujukan, dimana fasilitas kesehatan atau
profesional lain yang masuk sebagai collaborative team sangat bergantung dengan
dokter. Disatu sisi dengan metode pembayaran fee-for-service dokter merasa
mendapatkan pendapatan yang lebih sedikit apabila melakukan rujukan sehingga
koordinasi yang terbangun dengan fasilitas kesehatan yang ada diatasnya menjadi
berkurang.

Dalam rangka menyediakan collaborative care yang bermutu demi menjamin


keselamatan pasien maka 2 faktor penting yang perlu diberi perhatian adalah respect
(penghargaan) dan kepercayaan. Dengan membangun penghargaan dan kepercayaan
yang kuat dengan berbagai pihak terutama yang terlibat dalam collaborative care plan
maka pelayanan kesehatan yang kita berikan akan terjamin kontinuitasnya dan
bermuara pada kepuasan pasien.

Anda mungkin juga menyukai