Pelayanan radiodiagnostik bertujuan untuk melakukan pemeriksaan diagnosa suatu penyakit dengan
menggunakan radiasi pengion (Sinar-X). Mengingat potensi bahaya radiasi yang besar, untuk mencegah hal
tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan aspek manajemen keselamatan radiasi dimana keselamatan radiasi
merupakan tindakan yang dilakukan untuk melindungi pasien, pekerja, dan anggota masyarakat dari bahaya
radiasi.
Pada bulan April-Juni 2019 laporan hasil uji pemantauan dosis perorangan RS X terdapat 0,028 mSv untuk
fisikawan, 0,018 mSv untuk dr.radiologi dan 1 radiografer 0,011 mSv. Dan pada Juli - September 2019 dosis
yang diterima 2 radiografer 0,016 mSv dan 0,011 mSv. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai dosis masih
dibawah NBD. Walaupun demikian apabila nilai dosis tidak dikendalikan maka nilai dosis akan terakumulasi,
maka dosis yang diterima akan semakin tinggi sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah limfosit secara
drastis.
Dari observasi awal diUnit Radiologi RS X terdapat tiga elemen yang belum sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk menganalisis sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
pekerja di unit Radiologi RS X menurut Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 8 Tahun 2011.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui apakah penerepan sistem menajemen kesehatan dan keselamatan kerja di Unit Radiologi RS
X sudah sesuai dengan perka bapeten Nomer 8 Tahun 2011.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui apakah personil atau pekerja radiasi telah memenuhi pendidikan sesuai dengan ketentuan
yang berkaitan dengan pekerjaan di unit radiologi dan telah berkompeten memenuhi tanggung jawab dalam
pekerjaanya yang berkaitan dengan keselmatan radiasi.
2. Untuk mengetahui penyelenggaraan pelatihan proteksi radiasi di unit radiologi RS X.
3. Untuk mengetahui gambaran implementasi pemantauan kesehatan yang dilkaukan di unit Radiologi RS X
untuk pekerja radiasi yang dimulai dari sebelum bekerja, selama bekerja, dan akan memutuskan hubungan
kerja.
4. Untuk mengetahui peralatan proteksi radiasi yang digunakan unit radiologi RS X.
5. Untuk mengetahui gambaran pemantauan dosis radiasi yang diterima pekerja di Unit Radiologi RS X.
6. Untuk mengetahui gambaran penyimpanan dokumen di Unit Radiologi X
Kerangka teori
Kerangka Berfikir
INPUT PROSES OUTPUT
1. Pendidikan Personil Membandingkan Sistem Implementasi
Radiologi Manajemen Keselamatan Penerapan
dan Kesehatan Kerja di
2. Pelatihan Proteksi Unit radiologi RS X Sistem
Radiasi dengan PERKA Manjemen dan
BAPETEN No. 8 Tahun Kesehatan Kerja
3. Pemeriksaan 2011 tentang Keselamatan
Kesehatan Radiasi dalam di Unit Radiologi
4. Peralatan Proteksi Penggunaan Pesawat RS X Tahun
Sinar-X Radiologi
Radiasi Diagnostik dan 2020
5. Pemantauan Dosis Intervensional
6. Penyimpanan
Dokumen
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif
Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2020 di Unit Radiologi RS X di Jalan Raya
Mouchtar No.22, Depok
Sampling dan Pemilihan Sampling
Teknik sampling adalapurpossive sampling . Informan dalam penelitia n terdiri dari:
Informan kunci dalam penelitian ini adalah Koordinator Radiologi (1 orang).
Informan utama adalah Staff K3(1 orang)
Informan pendukung adalah radiografer (3 orang)
4.4 Pengumpulan data
Teknik Pengumpulan Data
Observasi
Wawancara
Analisis dokumen
Sumber data
Data Primer
Data Sekunder
Pengolahan Data
Berikut ini proses pengolahan data yang diperoleh kemudian diolah dengan tahap sebagai berikut:
Mengumpulkan dan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber.
Merangkum catatan-catatan lapangan
Data dianalisa secara kualitatif, data yang diperoleh disesuaikan dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas
Tenaga Nuklir 8 tahun 2011 tentang Keselamatan radiasi dalam penggunaan sinar X
Validasi Data
Dalam penelitian ini, validasi data dilakukan dengan teknik triangulasi
metode dan triangulasi sumber.
Triangulasi
Triangulasi dengan menggunakan metode yaitu membandingkan dan
mengecek derajat kepercayaan informasi yang dikumpulkan, dengan
membandingkan hasil wawancara dengan hasil pengamatan. Sementara
triangulasi sumber dapat dilakukan dengan membandingkan beberapa
sumber data dengan metode yang sama. Dalam hal ini penelitian
nantinya membandingkan informasi yang diperoleh dari koordinator
radiologi, staff K3 dan radiografer.
Hasil Penelitian
Unit Radiologi dalam menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan Radiasi (SMKR) mengacu pada Perka Bapeten No.8 Tahun
2011 tentang Proteksi dan Keselamatan Radiasi dalam penggunaan pesawat sinar-X Radiologi Diagnostik dan Intervensional.
Pada regulasi tersebut dijelaskan ketentuan persyaratan masing-masing dari 6 (enam) elemen dalam penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan Radiasi.
1. Personil
Hasil Wawancara Hasil Telaah Dokumen
personil Unit Radiologi terdiri dari 2 Terdiri dari 2 orang Dokter Spesialis Radiologi yang
orang dokter radiologi, 1 orang Petugas berkompeten dibidang radiologi. 1 orang Petugas Proteksi
Proteksi Radiasi (PPR) dan 7 orang Radiasi (PPR) yang ditunjuk langsung oleh pimpinan rumah
radiografer. sakit dan memiliki Surat Izin Bekerja (SIB) dari BAPETEN
yang masih berlaku hingga tahun 2021 yang juga sebagai
koordinator radiologi RS X , 1 orang fisikawan medik dan 7
orang radiografer
Pelatihan Proteksi Radiasi
Hasil Wawancara Hasil Telaah Dokumen
Pihak manajemen Rumah Sakit X belum pernah Standar Prosedur Operasional (SPO) Proteksi dan Keselamatan
menyelenggarakan pelatihan proteksi radiasi terhadap Radiasi Rumah Sakit X dijelaskan bahwa setiap pekerja radiasi
radiografer. Jadi radiografer di Unit Radiologi Rumah Sakit X wajib mengikuti pelatihan proteksi radiasi minimal 4 tahun
mengikuti pelatihan radiasi dari lembaga eksternal secara sekali, tetapi sampai dengan penelitian ini dilakukan di Rumah
mandiri. Sakit X belum pernah menyelenggarakan pelatihan proteksi
radiasi bagi radiografer.
Pemeriksaan Kesehatan
Hasil Wawancara Hasil Telaah Dokumen
Pemeriksaan kesehatan awal, pemeriksaan kesehatan berkala Rumah Sakit X memiliki prosedur pemeriksaan kesehatan awal
dan pemeriksaan khusus yang merupakan tindak lanjut jika yang dilakukan sebelum pekerja tersebut mulai bekerja,
terdapat hasil pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi yang pemeriksaan kesehatan berkala 1x dalam setahun dan pemeriksaan
tidak normal. Jenis pemeriksaan khusus disesuaikan dengan kesehatan khusus. Pekerja radiasi yang akan memutuskan
kebutuhan diagnosa dari hasil pemeriksaan kesehatan yang hubungan kerja hanya berhak memperoleh catatan dosis radiasi
tidak normal tersebut selama bekerja tetapi tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan.
4. Peralatan Proteksi Radiasi
Hasil Wawancara Hasil Telaah Dokumen Hasil Observasi
Peralatan Proteksi Radiasi Unit Radiologi Unit Radiologi Rumah Sakit X pada saat observasi ruangan
RS X 3 apron, 2 thyroid shield, 1 memilki APD (Alat Pelindung Diri) 3 konvensional peneliti menemukan 2 alat
kacamata Pb, 1 pasang sarung tangan Pb, apron, 12 TLD, 1 Dosimeter saku, 1 yaitu alat rontgen konvensional dan alat
2 gonad shield, dan 1 shielding portabel, Shielding, 1 sarung tangan Pb, 2 foto dental diruangan tersebut. Dan tidak
dan 12 TLD. Untuk fasilitas yaitu alat pelindung thyroid, 2 pelindung terdapat dosimeter saku dan juga dari 3
rontgen konvensional, alat dental dimana gonad/ovarium dan 1 kacamata Pb. apron yang dimiliki Unit Radilogi 2
satu ruangan dengan rontgen diantaranya terdapat Pb yang patah.
konvensional, CT Scan, dan USG dan juga 12 TLD, 1 Shielding, 1 sarung tangan Pb,
punya alat mobile tapi masih proses 2 pelindung thyroid, 2 pelindung
perizinan. Dan untuk keseluruhan dinding gonad/ovarium dan 1 kacamata Pb.
ruang pemeriksaan menggunakan batu
bata setebal 15 cm dan telah dilapisi
timbal/PB setebal 2ml sebagai shielding
Pemantauan Dosis
Hasil Wawancara Hasil Telaah Dokumen Hasil Observasi
pemantuan dosis radiasi personal Standar Operasional (SOP) Proteksi dan Unit Radiologi Rumah Sakit X
dilakukan 3 bulan sekali. Sedangkan Keselamatan Radiasi Unit Radiologi menggunakan alat Thermo Luminisence
untuk pemantuan dosis radiasi area Rumah Sakit X yaitu melakukan Dosimeter (TLD) dengan nomor seri yang
lingkungan kerja dilakukan 1 tahun sekali pemantuan dosis radiasi personal 3 bulan berbeda-beda pada setiap pekerja radiasi
berbarangen dengan kalibrasi alat rontgen sekali. Sedangkan untuk pemantuan dosis sebagai alat pemantau dosis personal.
dimana menggunakan pihak ke 3 karena radiasi area lingkungan kerja dilakukan 1 TLD akan dikirim ke BATAN (Badan
perusahaan belum memfasilitasi alat tahun sekali berbarangen dengan kalibrasi Tenega Nuklir) setiap 3 bulan untuk
survey meter yang digunakan untuk alat rontgen dimana menggunakan pihak diproses.
menghitung dosis radiasi yang jika ada ke 3. Pemantauan dosis untuk lingkungan
tembus diarea lingkungan kerja. dilakukan 1 tahun sekali dikarenakan Unit
Radiologi RS X belum mempunyai alat
survey meter sendiri, sehingga masih
menggunakan pihak ke 3.
6. Penyimpanan Dokumen
Hasil Wawancara Hasil Dokumen Hasil Observasi
Untuk pendokumentasian hasil Rekaman terkait program proteksi Dokumen penyimpanan hasil pemantuan dosis
MCU pekerja yaitu dalam bentuk antara lain: radiasi personil dan lingkungan kerja ada didalam
softcopy dan disimpan difolder. • Data inventarisasi pesawat sinar- lemari arsip di unit radiologi tertata secara baik dan
Untuk dokumen yang akan X; dilaporkan ke SDM secara berkala setiap tahunnya.
dilaporkan ke manajemen RS yaitu • Catatan dosis yang diterima Penyimpanan hasil pemantauan kesehatan dan
pengelolaan fasilitas dan sarana personil setiap 3 bulan; hasil pemantauan dosis pekerja radiasi dalam
seperti realisasi pengadaan, • Hasil pemantauan laju Paparan jangka waktu:
pemeliharaan alat, pengurusan Radiasi di tempat kerja dan Paling kurang 5 (lima) tahun untuk;
perijinan, hasil pantauan indikator lingkungan; • Hasil pemantauan tingkat radiasi dan/atau
mutu, daftar risiko. Untuk ke • Sertifikat uji kesesuaian pesawat kontaminasi di daerah kerja;
BAPETEN dibuat saat untuk sinar-X; • Hasil pemantauan radioaktivitas lingkungan di
perizinan alat yang berisi hasil • Kalibrasi pesawat sinar-X; luar fasilitas dan fasilitas;
pantauan dosis perorangan, • Salinan sertifikat pendidikan dan Paling kurang 30 tahun terhitung sejak pekerja
kalibrasi alat dan dibuatnya 3 tahun pelatihan pekerja radiasi; dan radiasi berhenti dari pekerjaannya;
sekali. Untuk data karyawan yang • Hasil pemantauan kesehatan • Hasil pemantauan dosis yang diterima Pekerja
sudah resign disimpan dalam bindex pesonil. Radiasi; dan
khusus karyawan yang sudah resign • Hasil pemantauan kesehatan bagi Pekerja
Radiasi.
Pembahasan
1. Personil
Unit Radiologi Rumah Sakit X tidak memiliki personil fisikawan medis terhitung dari awal
Januari 2020 Unit Radilogi Rumah Sakit X tidak memiliki fisikawan medik. Oleh karena itu tugas
fisikwan medik dilimpahkan kepada PPR sampai ada penggantinya. Hal ini tidak sesuai dengan
ketentuan personil dalam persyaratan manajemen keselamatan radiasi menurut PERKA baPETEN
Nomor 8 Tahun 2011.
Dampak yang dapat terjadi di Unit Radiologi RS X karena tidak memiliki fisikawan medik yaitu
pelaksanaan program jaminan kualitas yang tidak maksimal.
1. Rumah Sakit X tidak memiliki fisikawan medis terhitung dari bulan Desember karena
fisikawan tersebut tidak memperpanjang kontraknya. Hal ini tidak sesuai dengan PERKA
BAPETEN Nomor 8 Tahun 2011.
2. Diketahui bahwa pelatihan proteksi dan keselamatan radiasi belum pernah diselenggarakan
oleh pemegang izin/pihak manajemen untuk radiografer, sedangkan hasil telaah dokumen
program proteksi dan keselamatan radiasi manajemen RS X berkomitmen menyelenggarakan
dan mengevaluasi pelatihan dalam bidang proteksi dan keselamatan radiasi secara regular.
3. Hasil penelitian dari wawancara dan telaah dokumen lapangan menunjukkan bahwa rumah
sakit x tidak melaksanakan pemeriksaan kesehatan bagi pekerja radiasi yang akan
memutuskan hubungan kerja dan rumah sakit juga tidak melakukan konseling pada wanita
yang sedang hamil atau diduga hamil, pekerja yang sedang menyusui.
4. Peralatan proteksi radiasi yang ada di Unit Radiologi Rumah Sakit X sudah lengkap
walaupun Unit Radiologi Rumah Sakit X tidak memiliki dosimeter saku karena menurut
PERKA BAPETEN Nomor 8 Tahun 2011 dosimeter saku wajib dimiliki jika menggunakan
pesawat intervensional sedangkan Unit Radiologi Rumah Sakit X tidak memiliki pesawat
intervensional. APD yang dimiliki Unit Radiologi RS X terdiri dari Body Apron, Thyroid
Shield, Gonad Shield, Kacamata Pb, sarung tangan Pb dan tabir/perisai Pb. Namun dari 3
Body Apron hanya 1 yang dalam keadaan baik.
5. Unit Radiologi Rumah Sakit X untuk pemantauan paparan radiasi perorangan menggunakan
TLD. Sedangkan untuk pemantuan dosis radiasi area kerja belum dilakukan sendiri,
pemantuan paparan radiasi area kerja dilakukan oleh pihak ke 3 ketika kalibrasi alat secara
berkala pemantuan radiasi tersebut dikarenakan tidak memiliki alat survey meter.
6. Penyimpanan Dokumen di Unit Radiologi Rumah Sakit sudah sesuai dengan PERKA
BAPETEN NOMOR 8 Tahun 2011 yaitu berisikan: data inventarisasi pesawat sinar-X,
catatan dosis yang diterima personil setiap 3 bulan, hasil pemantauan laju Paparan Radiasi di
tempat kerja dan lingkungan setiap 1 tahun sekali, sertifikat uji kesesuaian pesawat sinar-X,
penggantian komponen pesawat sinar-X, salinan sertifikat pendidikan dan pelatihan pekerja
radiasi, dan hasil pemantauan kesehatan personil.
Saran
1. Disarankan untuk Unit Radiologi Rumah Sakit X segera memiliki tenaga kesehatan fisikawan medis untuk
menjaga jaminan kualitas penggunaan radiasi dalam pelayanan radiologi.
2. Disarankan untuk Rumah Sakit X menyelenggarakan pelatihan proteksi radiasi karena berguna bagi pekerja
radiasi untuk mengetahui peraturan perundang-undangan ketenaganukliran, perkembangan sumber radiasi
dalam pemanfaatan tenaga nuklir, efek biologi radiasi, ketentuan satuan dan besaran dosis radiasi terbaru,
prinsip proteksi dan keselamatan radiasi, alat ukur radiasi.
3. Sebaiknya pemegang izin melakukan pemeriksaan kesehatan pada waktu memutuskan hubungan kerja juga
dan memberikan konseling pada ibu hamil, pekerja wanita yang sedang menyusui, pekerja yang menerima
paparan radiasi berlebih.
4. Unit Radiologi sebaiknya menyediakan kelengkapan alat pelindung diri bagi pekerjanya dalam kondisi baik
agar petugas maupun pasien merasa aman ketika melakukan pemeriksaan.
5. Disarankan agar Unit Radiologi Rumah Sakit X memiliki alat surveymeter sendiri sehingga bisa melakukan
pemantuan paparan radiasi area lingkungan sendiri tanpa menunggu saat kalibrasi alat.