Anda di halaman 1dari 141

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker

Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat


Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan salah satu aspek penting yang berpengaruh terhadap
peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia. Pihak yang
berperan dalam upaya peningkatan kesehatan selain individu yang bersangkutan
adalah keterlibatan dari pihak pemerintah dan swasta. Kebijakan pemerintah
dalam bidang kesehatan yaitu dengan upaya peningkatan kesehatan masyarakat
Indonesia melalui sarana kesehatan dan kebutuhan akan obat-obatan. Sedangkan
pihak swasta yang berperan dalam hal ini adalah industri farmasi sebagai penyedia
obat-obatan (Anonim, 2009).
Industri farmasi adalah sebuah perusahaan yang melakukan aktivitas
dalam pembuatan obat dalam rangka meningkatkan kesehatan dan taraf hidup
masyarakat. Industri farmasi memegang peran penting dalam tumbuh
kembangnya peningkatan kesehatan nasional, maka Industri Farmasi dituntut
untuk dapat menyediakan obat dalam jenis, jumlah, dan kualitas yang memadai.
Salah satu industri farmasi yang ada di Indonesia yaitu Lembaga Farmasi Pusat
Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Puskesad).
Lafi Puskesad merupakan industri farmasi milik negara yang memproduksi
obat-obatan yang diperuntukkan bagi seluruh prajurit dan Pegawai Negeri Sipil
(PNS) TNI AD serta keluarga mereka di seluruh Indonesia. Sejak 1 Januari 2014,
produksi obat Lafi Puskesad diperuntukkan bagi pelayanan kesehatan (yankes)
dan dukungan kesehatan (dukkes) tertentu, yaitu untuk keperluan pendidikan,
tugas operasi dan latihan prajurit TNI AD. Lafi Puskesad sudah menerapkan
prinsip-prinsip Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) guna menjamin obat
yang dihasilkan aman, bermanfaat, dan bermutu sesuai dengan tujuan
penggunaannya.
Pada Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian pasal 9 disebutkan bahwa industri farmasi harus memiliki 3 (tiga)
orang apoteker sebagai penanggung jawab masing-masing pada bidang pemastian
mutu, produksi, dan pengawasan mutu setiap produksi sediaan farmasi.

1
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Berdasarkan peraturan tersebut, apoteker mempunyai peran penting di
industri farmasi terutama dalam penerapan CPOB. Adanya peran penting ini
menuntut seorang apoteker harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang
baik untuk menjamin pelaksanaan CPOB. Selain itu, apoteker juga dituntut untuk
memiliki pengetahuan mengenai cara produksi obat yang meliputi perencanaan
produksi, proses produksi, pengawasan dalam proses produksi, pengetahuan di
bidang pengawasan mutu, serta ilmu-ilmu lain yang mendukung.
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Andalas
dalam upaya mewujudkan menghasilkan mahasiswa/i yang kompeten dalam
pekerjaan kefarmasian di indutri farmasi, bekerja sama dengan Lafi Puskesad
dalam kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker selama kurang lebih satu bulan
yang dilaksanakan mulai tanggal 9 Januari sampai tanggal 4 Februari 2017 untuk
dapat melihat dan ikut terlibat langsung dalam kegiatan produksi obat di
lingkungan industri farmasi.

1.2 Tujuan Kegiatan


1. Meningkatkan pemahaman calon Apoteker tentang peran, fungsi, posisi,
dan tanggung jawab Apoteker dalam industri farmasi.
2. Membekali calon Apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan pekerjaan
kefarmasian di industri farmasi.
3. Memberikan kesempatan kepada calon Apoteker untuk mempelajari
prinsip CPOB dan penerapannya di industri farmasi.
4. Mempersiapkan calon Apoteker untuk memasuki dunia kerja sebagai
tenaga farmasi yang profesional.
5. Memberikan gambaran nyata tentang permasalahan pekerjaan kefarmasian
di industri farmasi.

2
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Industri Farmasi


2.1.1 Pengertian Industri Farmasi
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1799/MENKES/PER/XII/2010, industri farmasi adalah badan usaha yang
memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat
atau bahan obat meliputi seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat mulai
dari pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan,
pengawasan mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk di
distribusikan.

2.1.2 Persyaratan Industri Farmasi


Pendirian industri farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi dari
Direktur Jenderal. Direktur Jenderal yang dimaksud adalah Direktur Jenderal
pada kementerian kesehatan yang bertugas dan bertanggung jawab dalam
pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan serta telah memenuhi persyaratan
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang dibuktikan dengan sertifikat
CPOB yang berlaku selama lima tahun sepanjang memenuhi persyaratan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1799/Menkes/PER/XII/2010, untuk memperoleh izin industri farmasi harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Berbadan usaha berupa perseroan terbatas.
b. Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat.
c. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.
d. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara
Indonesia masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu,
produksi, dan pengawasan mutu.
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung
dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian.

3
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
f. Industri farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB yang dibuktikan dengan
sertifikat CPOB.
g. Pengajuan permohonan persetujuan prinsip untuk pendirian usaha industri
farmasi diajukan kepada Direktur Jenderal. Permohonan persetujuan prinsip
dilakukan oleh industri Penanaman Modal Asing atau Penanaman Modal
Dalam Negeri, harus memperoleh Surat Persetujuan Penanaman Modal dari
instansi yang menyelenggarakan urusan penanaman modal sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan. Persetujuan prinsip diberikan setelah pemohon
memperoleh persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari kepala
BPOM.
h. Setiap industri farmasi wajib melakukan farmakovigilans. Bila industri farmasi
menemukan obat dan atau bahan obat hasil produksinya yang tidak memenuhi
standar dan atau persyaratan keamanan, khasiat/keamanan dan mutu, industri
farmasi wajib melaporkan hal tersebut kepada Kepala Badan Pengawas Obat
dan Makanan. Persyaratan pada poin (a) dan (b) tidak diperlukan bagi
pemohon izin industri farmasi milik Tentara Nasional Indonesia dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Menteri Kesehatan, 2010). Izin usaha
industri farmasi diberikan kepada pemohon yang telah siap berproduksi sesuai
persyaratan CPOB. Izin industri farmasi diberikan oleh Menteri Kesehatan dan
wewenang pemberian izin dilimpahkan kepada Badan Pengawas Obat dan
Makanan (BPOM) (Menteri Kesehatan, 2010).

2.1.3 Izin Usaha Industri Farmasi


Berdasarkan Permenkes RI Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010, untuk
memperoleh izin usaha industri farmasi diperlukan persetujuan prinsip.
Permohonan persetujuan prinsip diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal.
Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal setelah pemohon
memperoleh persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari Kepala Badan.
Dalam hal permohonan persetujuan prinsip telah diberikan, pemohon dapat
langsung melakukan persiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan dan
instalasi peralatan, termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Persetujuan prinsip ini berlaku selama

4
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
3 (tiga) tahun dan dapat diubah berdasarkan permohonan dari pemohon izin
industri farmasi yang bersangkutan.
Tata cara pemberian persetujuan prinsip dan izin usaha industri farmasi
mengikuti alur sebagai berikut:

Gambar 1. Tata Cara Pemberian Persetujuan Prinsip

Permohonan persetujuan prinsip yang diajukan kepada Direktur Jenderal


disertakan dengan tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala Dinas Kesehatan
Provinsi.

Gambar 2. Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi

5
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Izin industri farmasi akan terus berlaku selama industri farmasi tersebut
masih berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. Jika
terjadi perubahan alamat dan pindah lokasi, perubahan penanggung jawab atau
nama industri harus dilakukan perubahan izin.
2.1.4 Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor.
245/MenKes/SK/V/1990, Izin Usaha Industri Farmasi dapat dicabut bila suatu
Industri Farmasi melakukan :
1. Melakukan pemindahtanganan hak milik Izin Usaha Industri Farmasi dan
perluasan tanpa memiliki izin.
2. Tidak menyampaikan informasi industri secara berturut-turut 3 (tiga) kali atau
dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar.
3. Melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan tertulis
terlebih dahulu dari Menteri.
4. Dengan sengaja memproduksi Obat Jadi atau Bahan Baku Obat yang tidak
memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku (Obat Palsu).
5. Tidak memenuhi ketentuan dalam Izin Usaha Industri Farmasi yang
ditetapkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.
245/MenKes/SK/V/1990.
Pencabutan izin tersebut dapat dilakukan setelah dikeluarkan :
1. Peringatan secara tertulis sebanyak tiga kali berturut–
turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 (dua) bulan kepada
perusahaan Industri Farmasi tersebut.
2. Pembekuan izin usaha industri farmasi berlaku 6 bulan
dimulai sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan usaha industri
farmasi.
2.1.5 Pembinaan dan Pengawasan Industri Farmasi
Pembinaan terhadap pengembangan industri farmasi dilakukan oleh
Direktur Jenderal, sedangkan pengawasan dilakukan oleh Kepala Badan.
Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Permenkes RI Nomor
1799/Menkes/Per/XII/2010 dapat dikenakan sanksi administratif berupa:

6
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017

1. Peringatan secara tertulis.


2. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan atau perintah untuk
penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau bahan
obat yang tidak memenuhi standar dan persyaratan keamanan,
khasiat/kemanfaatan, atau mutu.
3. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenuhi
persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan, atau mutu.
4. Penghentian sementara kegiatan.
5. Pembekuan izin industri farmasi.
6. Pencabutan izin industri farmasi.

2.2 Cara Pembuatan Obat yang Baik


CPOB bertujuan untuk menjamin obat diproduksi secara konsisten,
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, dan sesuai dengan tujuan
penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.
Pada proses pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat penting
untuk menjamin bahwa obat yang bermutu tinggi tidaklah cukup bila produk jadi
hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian, tetapi yang lebih penting adalah
bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut (to build quality into the
product). Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses
produksi, pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai, serta personil
yang terlibat.
Pemerintah menetapkan berlakunya CPOB sebagai pedoman bagi semua
industri farmasi dengan dikeluarkannya SK No.43/Menkes/SK/II/1988.CPOB
bersifat dinamis dan selalu mengikuti perkembangan zaman dan kemajuan
teknologi dengan kriteria kualifikasi yang selalu diperbaharui. CPOB yang terbaru
saat ini adalah edisi 2012 yang ruang lingkupnya meliputi: manajemen mutu,
personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi,
pengawasan mutu, inspeksi diri, audit mutu dan audit & persetujuan pemasok,
penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk,

7
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
dokumentasi, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak, serta kualifikasi dan
validasi.
2.2.1 Manajemen Mutu
Dalam manajemen mutu industri farmasi harus membuat obat sedemikian
rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam izin edar (registrasi) dan tidak menimbulkan resiko yang
membahayakan penggunanya karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif.
Manajemen mutu bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu
“Kebijakan Mutu” yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari semua jajaran
di semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok, dan para distributor.
Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan diperlukan
manajemen mutu yang didesain secara menyeluruh dan diterapkan secara benar.
Unsur dasar manajemen mutu adalah:
1. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
prosedur, proses dan sumber daya.
2. Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat
kepercayaan tinggi sehingga produk atau jasa pelayanan yang dihasilkan akan
selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Keseluruhan tindakan tersebut disebut pemastian mutu (Quality
Assurance). CPOB adalah bagian dari pemastian mutu yang memastikan bahwa
obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang
sesuai dengan tujuan penggunaannya dan persyaratan dalam izin edar serta
spesifikasi produk.
2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggungjawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip dasar CPOB (basic GMP) dan
memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai
higiene yang berkaitan dengan pekerjaan.

8
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Personil kunci mencakup kepala bagian produksi, kepala bagian
pengawasan mutu, dan kepala bagian manajemen mutu. Posisi utama tersebut
dijabat oleh personil purna waktu. Kepala bagian produksi dan kepala bagian
manajemen mutu / kepala bagian pengawasan mutu harus independen satu
terhadap yang lain. Kepala Bagian Produksi adalah seorang Apoteker yang
terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis
yang memadai dalam bidang pembuatan obat dan keterampilan manajerial
sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas secara profesional. Kepala
Bagian Pengawasan Mutu hendaknya seorang Apoteker terkualifikasi dan
memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai
dan keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugas
secara professional. Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu)
hendaklah seorang Apoteker yang terdaftar dan terkualifikasi, memperoleh
pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan
keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya
secara profesional.
Pelatihan diberikan kepada personil yang bertugas di dalam area produksi,
gudang penyimpanan atau laboratorium dan bagi personil lain yang kegiatannya
dapat berdampak pada mutu produk. Pelatihan dasar dalam teori dan praktik
CPOB sebaiknya diberikan kepada personil baru. Pelatihan spesifik hendaklah
diberikan kepada personil yang bekerja di area dimana pencemaran merupakan
bahaya, misalkan area bersih atau area penanganan bahan toksik.
2.2.3 Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain,
konstruksi, letak yang memadai dan kondisi yang sesuai serta perawatan yang
dilakukan dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata
letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil
terjadinya risiko kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain serta
memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk
menghindari pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran dan dampak lain
yang dapat menurunkan mutu obat.

9
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Untuk mencegah terjadinya pencemaran yang berasal dari lingkungan dan
sarana, maka diperlukan:
1. Ruang terpisah yang dirancang khusus disiapkan untuk menghindari
kontaminasi.
2. Kelas A atau dengan jumlah partikel 100, berada di bawah aliran udara
laminer dan memiliki efisiensi saringan udara akhir sebesar 99.995%.
3. Kelas B atau dengan jumlah partikel 100, merupakan ruangan steril, kelas ini
adalah lingkungan latar belakang untuk zona kelas A dan memiliki efisiensi
saringan udara akhir sebesar 99.995%.
4. Kelas C atau dengan jumlah partikel 10.000, merupakan ruangan steril dan
memiliki efisiensi saringan udara sebesar 99.95%.
5. Kelas D atau dengan jumlah partikel 100.000, adalah ruangan bersih dan
memiliki efisiensi saringan udara sebesar 99.95% bila menggunakan sistem
resirkulasi ditambah make-up air (10-20% fresh air) atau efisiensi saringan
udara 90% bila menggunakan sistem single pass (100% fresh air).
6. Kelas E adalah ruangan umum dan memiliki efisiensi saringan udara sebesar
99.95% bila menggunakan sistem resirkulasi ditambah make-up air (10-20%
fresh air) atau 90% bila menggunakan sistem single pass (100% fresh air).
Dalam bangunan suatu industri farmasi permukaan bagian dalam ruangan
seperti dinding, lantai dan langit-langit hendaklah licin, bebas dari keretakan dan
sambungan terbuka serta mudah dibersihkan dan bila perlu mudah didesinfeksi.
Lantai di daerah pengolahan hendaklah dibuat dari bahan kedap air, permukaan
yang rata dan memungkinkan pembersihan secara cepat dan efisien. Dinding juga
hendaklah kedap air dan memiliki permukaan yang mudah dicuci. Sudut-sudut
antara dinding, lantai dan langit-langit dalam daerah-daerah kritis hendaklah
berbentuk lengkungan.
2.2.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat hendaklah memiliki
rancang bangun dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai, dan
ditempatkan dengan tepat sehingga mutu dari setiap produk obat terjamin secara
seragam dari bets ke bets, serta untuk memudahkan pembersihan dan
perawatannya. Peralatan hendaknya didesain dan dikonstruksikan sesuai dengan

10
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
tujuannya. Peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau
produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi, absorbsi yang dapat
mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian.Peralatan ditempatkan sedemikian
rupa untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran silang antar bahan
di area yang sama. Peralatan satu sama lain ditempatkan pada jarak yang cukup
untuk menghindari penumpukan serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan
campur-baur produk. Peralatan dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi
atau pencemaran yang bisa mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian.
2.2.5 Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higienis yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup meliputi personalia, bangunan, peralatan,
dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya, dan setiap hal yang dapat
merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran hendaklah
dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higienis yang menyeluruh serta
terpadu. Sanitasi dan higienis yang diatur dalam pedoman CPOB adalah terhadap
personalia, bangunan, dan peralatan. Prosedur sanitasi dan higienis hendaklah
divalidasi serta dievaluasi secara berkala untuk memastikan efektivitas prosedur
agar selalu memenuhi persyaratan.
2.2.6 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang senantiasa dapat menjamin
produk obat jadi dan memenuhi ketentuan izin pembuatan serta izin edar
(registrasi) sesuai dengan spesifikasinya.
Mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisis terhadap produk
akhir, melainkan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan proses produksi
sejak pemilihan bahan awal, penimbangan, proses produksi, personalia, bangunan,
peralatan, kebersihan dan higienis sampai dengan pengemasan. Prinsip utama
produksi adalah :
1. Adanya keseragaman atau homogenitas dari bets ke bets.
2. Proses produksi dan pengemasan senantiasa menghasilkan produk yang
seidentik mungkin (dalam batas syarat mutu) baik bagi bets yang sudah
diproduksi maupun yang akan diproduksi.

11
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Hakekat produksi adalah sebagai berikut:
1. Mutu produk obat tidak ditentukan oleh hasil akhir analisis saja, tetapi
ditentukan oleh keseluruhan proses produksi (built in process).
2. Adanya prosedur baku (standar) untuk setiap langkah (tahapan) proses
produksi dengan persyaratan yang harus diikuti dengan konsisten.
Penyimpanan tergantung dari kestabilan bahan awal. Penyimpanan
hendaklah dilakukan dalam ruangan atau tempat yang suhunya diatur. CPOB
mempersyaratkan klasifikasi ruangan berdasarkan suhu menjadi 5 jenis, yaitu:
1. Suhu ruangan : 16-30°C
2. Suhu ruangan yang dikendalikan : ≤ 25°C
3. Sejuk : 8-15°C
4. Dingin : 2-8°C
5. Beku : < 0°C
Ruangan steril, ruangan penyangga, ruangan ganti pakaian steril dan
ruangan ganti pakaian biasa atau ruangan produksi lain hendaklah memiliki
perbedaaan tekanan udara 10-15 Pa. Tekanan udara dalam ruangan yang memiliki
risiko yang lebih tinggi terhadap suatu produk hendaklah selalu lebih tinggi dari
pada ruangan lain.
Prosedur produksi dibuat oleh penanggung jawab produksi bersama
dengan penanggung jawab pengawasan mutu yang dapat menjamin obat yang
dihasilkan memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Prosedur kerja standar
hendaklah tertulis, mudah dipahami dan dipatuhi oleh karyawan produksi.
Dokumentasi setiap langkah dilakukan dengan cermat, tepat dan ditangani oleh
karyawan yang melaksanakan tugas.
2.2.7 Pengawasan Mutu
Pengawasan mutu merupakan bagian yang esensial dari CPOB untuk
memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang
sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Keterlibatan dan komitmen semua pihak
yang berkepentingan pada semua tahap merupakan keharusan untuk mencapai
sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi obat jadi.
Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus
terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.

12
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Ketidaktergantungan pengawasan mutu dari produksi dianggap hal yang
fundamental agar pengawasan mutu dapat melakukan kegiatan dengan
memuaskan.
Pengawasan mutu hendaklah mencakup semua kegiatan analitik yang
dilakukan di laboratorium termasuk pengambilan sampel, pemeriksaan pengujian
bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi. Kegiatan ini
mencakup juga uji stabilitas, program pemantauan lingkungan, pengujian yang
dilakukan dalam rangka validasi, penanganan sampel pertinggal, menyusun dan
memperbaharui spesifikasi bahan, produk serta metode pengujiannya.
Bagian pengawasan mutu dalam suatu pabrik obat bertanggung jawab
untuk memastikan bahwa:
1. Bahan awal untuk produksi obat memenuhi spesifikasi yang ditetapkan
untuk identitas, kekuatan, kemurnian, kualitas, dan keamanannya.
2. Tahapan produksi obat telah dilaksanakan sesuai prosedur yang ditetapkan
dan telah divalidasi sebelumnya antara lain melalui evaluasi, dokumentasi,
dan produksi.
3. Semua pengawasan selama proses dan pemeriksaan laboratorium terhadap
suatu bets obat telah dilaksanakan dan bets tersebut memenuhi spesifikasi
yang ditetapkan sebelum didistribusikan.
4. Suatu bets obat memenuhi persyaratan mutunya selama waktu peredaran
yang ditetapkan.
Area laboratorium pengujian mutu hendaklah terpisah secara fisik dari
ruang produksi agar terbebas dari sumber cemaran maupun getaran yang dapat
berpengaruh terhadap hasil pengujian. Laboratorium fisiko-kimia, mikrobiologi,
dan kimia hendaklah terpisah satu sama lain karena perbedaan jenis pengujian,
peralatan dan bahan-bahan penguji yang terdapat di setiap laboratorium.
Kegiatan bagian pengawasan mutu yang dipersyaratkan dalam CPOB
adalah sebagai berikut:
1. Penanganan baku pembanding
2. Penyusunan spesifikasi dan prosedur pengujian
3. Penanganan contoh pertinggal
4. Validasi

13
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
5. Pengawasan terhadap bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan obat
jadi meliputi spesifikasi, pengambilan contoh, pengujian untuk bahan-
bahan tersebut, serta in process control.
6. Pengujian ulang bahan yang diluluskan.
7. Pengujian stabilitas.
8. Penanganan terhadap keluhan produk dan produk kembalian.
Bagian pengawasan mutu memiliki wewenang khusus untuk memberikan
keputusan akhir meluluskan atau menolak atas mutu bahan baku, produk obat
ataupun hal lain yang mempengaruhi mutu obat.
Dokumentasi dan prosedur pelulusan yang diterapkan bagian pengawasan
mutu hendaklah menjamin bahwa pengujian yang diperlukan telah dilakukan
sebelum bahan digunakan dalam produksi dan produk disetujui sebelum
didistribusikan. Personil pengawasan mutu hendaklah memiliki akses ke area
produksi untuk pengambilan sampel dan penyelidikan yang diperlukan.
2.2.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek
produksi dan pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB.
Program inspeksi diri hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam
pelaksanaan CPOB dan untuk menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci oleh petugas yang
kompeten dari perusahaan. Ada manfaatnya juga bila menggunakan auditor luar
yang independen. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan pada situasi
khusus, misalnya bila terjadinya penarikan kembali obat jadi atau terjadi
penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan supaya
dilaksanakan. Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan
dibuat program tindak lanjut yang efektif.
Inspeksi diri dapat dilakukan oleh tiap bagian sesuai dengan kebutuhan
pabrik, namun inspeksi diri yang dilakukan secara menyeluruh hendaklah
dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun. Frekuensi inspeksi diri hendaklah
tertulis dalam prosedur tetap inspeksi diri.Semua hasil inspeksi diri dicatat dan
laporan tersebut hendaknya mencakup :
1. Semua hasil pengamatan yang dilakukan selama inspeksi

14
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
2. Bila memungkinkan saran untuk tindakan perbaikan. Pernyataan dari
tindakan yang dilakukan hendaklah dicatat.
Audit mutu berfungsi sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu tersebut
meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen
mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu umumnya
dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau dapat juga oleh suatu
tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan.
Pemberian persetujuan pemasok bahan awal dan bahan pengemas yang
memenuhi spesifikasi merupakan tanggung jawab kepala bagian manajemen mutu
(pemastian mutu) bersama bagian lain yang terkait. Daftar pemasok yang disetujui
untuk bahan awal dan bahan pengemas disiapkan dan ditinjau ulang. Evaluasi
hendaklah dilakukan sebelum pemasok disetujui dan dimasukkan ke dalam daftar
pemasok. Evaluasi tersebut hendaklah mempertimbangkan riwayat pemasok dan
sifat bahan yang dipasok.
2.2.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk dan Penarikan Kembali
Produk
Keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan kemungkinan terjadi
kerusakan obat hendaklah dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem,
bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat
dari peredaran secara cepat dan efektif. Personil yang bertanggung jawab untuk
menangani keluhan dan tindakan yang hendak dilakukan harus memahami cara
penanganan seluruh keluhan, penyelidikan atau penarikan kembali produk.
Penganganan keluhan dan laporan serta hasil evaluasi penyelidikan beserta tindak
lanjut yang dilakukan harus dicatat dan dilaporkan kepada manajemen. Tindak
lanjut setelah penyelidikan dan evaluasi terhadap laporan dan keluhan berupa :
1. Tindakan perbaikan
2. Penarikan kembali satu bets atau seluruh produk akhir yang bersangkutan
3. Tindakan lain yang tepat
Pelaksanaan Penarikan Kembali

15
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
1. Tindakan penarikan kembali produk dilakukan segera setelah diketahui
ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi yang
merugikan;
2. Pemakaian produk yang beresiko tinggi terhadap kesehatan, dihentikan
dengan cara embargo yang dilanjutkan dengan penarikan kembali dengan
segera. Penarikan kembali menjangkau sampai tingkat konsumen;
3. Sistem dokumentasi penarikan kembali produk di industri farmasi,
menjamin bahwa embargo dan penarikan kembali dilaksanakan secara
cepat, efektif dan tuntas.
4. Pedoman dan prosedur penarikan kembali terhadap produk dibuat untuk
memungkinkan embargo dan penarikan kembali dapat dilakukan dengan
cepat dan efektif dari seluruh mata rantai distribusi.
2.2.10 Produk Kembalian
Produk kembalian adalah produk yang telah beredar yang kemudian
dikembalikan ke produsennya karena adanya keluhan, kerusakan, daluwarsa,
masalah keabsahan atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan
sehingga menimbulkan keraguan akan keamanan, identitas, kualitas, dan kuantitas
produk yang bersangkutan. Pelaksanaan penanganan terhadap produk kembalian
dicatat dan dilaporkan. Untuk setiap pemusnahan produk kembalian dibuat Berita
Acara Pemusnahan (BAP) yang ditandatangani oleh pelaksana pemusnahan dan
saksi (Anonim, 2006).
2.2.11 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen.
Dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil resiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul
karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi, dokumen produksi
induk/formula pembuatan, prosedur tetap, metode dan instruksi, laporan dan
catatan harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan
dokumen adalah sangat penting.

16
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Dokumen hendaknya dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu
up- to-date. Bila suatu dokumen direvisi hendaknya dijalankan suatu sistem untuk
menghindarkan penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku secara tidak
sengaja. Catatan pembuatan hendaknya disimpan minimal 1 tahun setelah tanggal
kadaluwarsa produk jadi.
2.2.12 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara benar,
disetujui dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman yang dapat
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan.
Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara
jelas menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak.
Pemberi kontrak hendaklah menyediakan semua informasi yang
dibutuhkan kepada penerima kontrak dan memastikan bahwa semua prosedur
yang diproses dan bahan yang dikirimkan oleh penerima kontrak memenuhi
spesifikasi yang ditetapkan. Pemberi Kontrak hendaklah memastikan bahwa
Penerima Kontrak memahami sepenuhnya masalah yang berkaitan dengan produk
atau pekerjaan atau pengujian yang dapat membahayakan gedung, peralatan,
personil, bahan atau produk lain. Penerima kontrak adalah Industri Farmasi yang
menerima pekerjaan pembuatan obat berdasarkan kontrak. Penerima kontrak
harus mempunyai gedung dan peralatan yang cukup, pengetahuan dan
pengalaman, dan personil yang kompeten untuk melakukan pekerjaan yang
diberikan dengan memuaskan. Pembuatan obat berdasarkan kontrak hanya dapat
dilakukan oleh Industri Farmasi yang memiliki sertifikat CPOB. Penerima
kontrak hendaklah membatasi diri dari segala aktifitas yang dapat berpengaruh
buruk pada mutu produk yang dibuat.
Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan setiap bets
produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian
pemastian mutu. Pada bab ini meliputi tanggung jawab industri farmasi terhadap
Badan POM dalam hal pemberian izin edar dan pembuatan obat.
2.2.13 Kualifikasi dan Validasi
CPOB mengisyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi
yang diperlukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan

17
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
yang dilakukan. Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang
dapat mempengaruhi mutu produk hendaklah divalidasi. Pendekatan dengan
kajian risiko hendaklah digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan
validasi.
Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program
validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan dalam Rencana
Induk Validasi (RIV) atau dokumen setara. RIV merupakan dokumen yang
singkat, tepat dan jelas serta mencakup sekurang-kurangnya kebijakan validasi,
struktur organisasi kegiatan validasi, ringkasan fasilitas, sistem, peralatan, proses
yang akan divalidasi, format dokumen, format protokol, laporan validasi,
perencanaan dan jadwal pelaksanaan, pengendalian perubahan, serta acuan
dokumen yang digunakan. RIV dapat dibuat tersendiri untuk suatu proyek besar
dan/atau kompleks, misalnya bangunan dan fasilitas baru, sistem HVAC, sistem
pengolahan air dan sistem komputerisasi, fasilitas β-laktam, fasilitas steril,
validasi metode analisis, validasi pembersihan atau digabungkan ke dalam satu
dokumen RIV.
Pada validasi proses dapat berupa validasi prospektif, validasi konkuren,
validasi retrospektif, selain validasi proses ada pula validasi pembersihan, validasi
metode analisis. Kualifikasi adalah suatu tindakan pembuktian yang
terdokumentasi dengan tujuan untuk memastikan bahwa instrumen atau sistem
yang digunakan sesuai dengan yang telah ditetapkan.
Kualifikasi mencakup :
1. Kualifikasi Desain (Design Qualification) yaitu suatu tindakan yang
terdokumentasi untuk memastikan bahwa desain dari fasilitas, sistem dan
peralatan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
2. Kualifikasi Instalasi (Installation Qualification) yaitu suatu tindakan yang
terdokumentasi untuk memastikan bahwa alat atau instrumen telah
dipasang sesuai dengan desain dari spesifikasi instalasi alat tersebut.
3. Kualifikasi Operasional (Operational Qualification) adalah suatu tindakan
yang terdokumentasi untuk memastikan bahwa alat atau instrumen tersebut
telah dapat beroperasi sesuai spesifikasinya.

18
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
4. Kualifikasi Kinerja (Performance Qualification) yaitu suatu tindakan yang
terdokumentasi untuk memastikan kinerja dari alat tersebut telah
menghasilkan produk atau keluaran (output) lain secara konsisten sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan.
5. Kualifikasi fasilitas, peralatan dan sistem terpasang yang telah operasional
yaitu suatu tindakan yang terdokumentasi untuk memastikan parameter
operasional dan batas variabel kritis pengoperasian alat, kalibrasi,
pembersihan, perawatan preventif serta prosedur dan catatan pelatihan
operator.
2.3 Production Planning and Inventory Control (PPIC)
Material management adalah suatu manajemen untuk mancapai tujuan
pengelolaan material (bahan baku, bahan pengemas, produk setengah jadi dan
produk jadi) itu sendiri. Tugas pokok material manajemen adalah mengubah
ramalan penjualan (forecasting) menjadi perencanaan produksi dan kemudian
menjadi perencanaan bahan baku, persediaan akhir, hasil antara, peralatan
pengangkutan dan jam kerja. Kegiatan utama dalam material manajemen adalah
Perencanaan Produksi (production planning) dan pengendalian persediaan
(inventory control), bagian ini biasa disebut dengan departemen Production
Planning and Inventory Control (PPIC)
PPIC merupakan sebuah tim yang bertugas membuat perencanaan
produksi. Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam Perencanaan Produksi yaitu
(Priyambodo, 2007) :
1. Keterbatasan kapasitas atau fasilitas produksi
2. Analisis biaya tambahan (incremental cost)
Analisis biaya tambahan diperlukan karena adanya perubahan periode
produksi menjadi lebih singkat sehingga timbul kenaikan biaya yang
disebabkan oleh : biaya lembur, biaya instal (set up) mesin karena adanya
pergantian produk, biaya simpan, biaya kompensasi atas berkurangnya
output, dll.
3. Delivery time
Ditentukan untuk produksi obat-obat tender yang jumlahnya besar dan order
datang mendadak serta tidak dapat diprediksi lebih awal.

19
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017

2.3.1 Perencanaan Produksi (Production Planning)


Setelah forecast dibuat oleh bagian marketing, selanjutnya disusun
perencanaan produksi serta Rencana Anggaran Belanja Perusahaan (RABP)
sebagai acuan untuk memenuhi permintaan marketing tersebut. Perencanaan
produksi terbagi menjadi Rencana Produksi Tahunan, yang kemudian dipecah
kedalam Rencana Periodik misalnya semester atau triwulan. Selanjutnya Rencana
Periodik dipecah lagi menjadi Rencana Produksi Bulanan, Mingguan dan Harian.
Sasaran pokok dari perencanaan produksi antara lain:
1. Ketepatan waktu dalam memenuhi permintaan pelanggan
2. Kecepatan waktu penyelesaian permintaan pelanggan
3. Berkurangnya biaya produksi
4. New product launching dan divestment (write off) produk-produk lama
berjalan lancar (teratur).
Perencanaan produksi dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal
(dari dalam perusahaan itu sendiri) maupun faktor eksternal. Faktor internal antara
lain kapasitas terpasang, kapasitas produksi, jumlah persediaan dan aktifitas lain
yang diperlukan untuk produksi.
Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi perencanaan produksi
antara lain kebutuhan / permintaan pasar, kondisi perekonomian, ketersediaan
bahan baku / bahan pengemas, aktifitas kompetitor dan kapasitas eksternal (untuk
kegiatan yang di sub kontrakkan).
2.3.2 Pengendalian Persediaan (Inventory Control)
Pesediaan (inventory) memiliki arti penting operasi bisnis suatu
perusahaan, guna untuk memenuhi kebutuhan produksi dan memberikan kepuasan
pada kebutuhan perusahaan. Tujuan diadakan persediaan antara lain :
1. Untuk memberikan layanan terbaik pada pelanggan
2. Untuk memperlancar proses produksi
3. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekuarangan persediaan
4. Dan untuk menghadapi fluktuasi harga.

20
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Untuk mencapai tujuan tersebut tentu saja akan menimbulkan konsekuensi
bagi perusahaan, yaitu menanggung biaya atau resiko yang berkaitan dengan
keputusan persediaan. Oleh karena itu, sasaran akhir dari pengendalian persediaan
adalah menghasilkan keputusan tingkat persediaan, yang menyeimbangkan tujuan
diadakannya persediaan dengan biaya yang dikeluarkan.
2.4 Pergudangan
Gudang merupakan sarana pendukung kegiatan produksi dan operasi
industri farmasi yang berfungsi untuk menyimpan bahan baku, bahan kemas dan
bahan obat jadi yang belum didistribusikan. Selain untuk penyimpanan, gudang
juga berfungsi untuk melindungi bahan baku, pengemas, dan obat jadi dari
pengaruh luar dan binatang pengerat, serangga dan melindungi obat dari
kerusakan. Agar dapat menjalankan fungsi tersebut maka harus dilakukan
pengelolaan pergudangan secara benar atau yang sering disebut dengan
manajemen pergudangan. Manajemen perundangan memiliki cakupan antara lain
(Priyambodo, 2007):
1. Mengatur orang/petugas (SDM) mengatur penerimaan barang.
2. Mengatur penataan/penyimpanan barang
3. Mengatur pelayanan akan permintaan barang
Sasaran pengelolaan gudang adalah:
1. Fasilitas
a. Penyediaan serta pengaturan yang baik terhadap
fasilitas/perlengkapan/peralatan yang dibutuhkan dalam gudang.
b. Pemakaian ruang seefektif mungkin
c. Memungkinkan pemeliharaan yang baik dan mudah untuk semua
fasilitas gudang
d. Fleksibilitas terhadap perubahan
2. Tenaga kerja
a. Penggunaan tenaga kerja seefektif mungkin
b. Mengurangi resiko kecelakaan kerja
c. Memungkinkan pengawasan yang baik
3. Barang

21
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
a. Menghindari kerusakan barang ataupun yang mempengaruhi
kualitasnya.
b. Menghindari terjadinya kehilangan barang.
c. Mengatur letak agar hemat tempat/ruang.
d. Pengaturan aliran keluar-masuknya barang.
Syarat-syarat gudang sesuai dengan c-GMP antara lain (Priyambodo, 2007):
1. Harus ada Prosedur Tetap yang mengatur tata cara kerja bagian gudang,
termasuk di dalamnya mencakup tentang tata cara penerimaan bahan,
penyimpanan dan distribusi bahan/produk;
2. Gudang harus cukup luas, terang dan dapat menyimpan bahan dalam
keadaan kering, bersuhu sesuai dengan persyaratan, bersih dan teratur;
3. Harus terdapat tempat khusus untuk menyimpan bahan yang mudah
terbakar atau mudah meledak (misalnya alkohol atau pelarut organik);
4. Tersedia tempat khusus untuk produk atau bahan dalam status “karantina”
dan “ditolak”;
5. Tersedia tempat khusus untuk melakukan sampling (sampling room)
dengan kualitas ruangan seperti ruang produksi (grey area);
6. Pengeluaran bahan harus menggunakan prinsip FIFO (First In First Out)
atau FEFO (First Expired First Out).

2.5 Produksi
Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.
Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina,
pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan,
pengemasan, dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur atau
instruksi tertulis dan bila perlu dicatat (Anonim, 2006).
Bahan yang diterima dan produk jadi hendaklah dikarantina secara fisik
atau administratif segera setelah diterima atau diolah, sampai dinyatakan lulus
untuk pemakaian atau distribusi. Tiap tahap pengolahan, produk dan bahan
hendaklah dilindungi terhadap pencemaran mikroba atau pencemaran lain
(Anonim, 2006).

22
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Adapun ruang lingkup yang termaksud di dalam sistem produksi yaitu
(Priyambodo, 2007) :
1. Penimbangan bahan baku dan bahan pengemas
2. Proses pengolahan
3. Validasi proses pengolahan
4. Protap dan dokumen produksi.
5. Prosedur tertulis yang telah disetujui (Dokumen Induk Produksi), berisi :
penimbangan, tahapan proses kritis, kebersihan alat/mesin yang digunakan
serta pengawasan dalam proses
6. Kondisi ruangan produksi harus bersih dan terpantau
7. Adanya catatan proses termasuk penyimpangan yang terjadi
8. Terjaminnya prosedur/proses ketelusuran
9. Pemantauan terhadap suhu dan kelembaban ruangan berdasarkan prosedur
dan dilakukan sebelum kegiatan pengolahan dimulai
10. Adanya nomor bets yang merupakan identitas bagi obat jadi
11. Setiap ruangan pengolahan diberi label jenis kegiatan dan nomor bets
produk yang sedang diproses dalam ruangan tersebut
12. Operator yang terlibat dalam proses harus mengenakan pakaian kerja dan
sepatu kerja yang bersih sesuai ketentuan yang berlaku
13. Setiap wadah bahan baku HARUS diberi IDENTITAS yang jelas
14. Pelumas yang digunakan untuk mesin : Food Grade
15. Dilakukan pemantauan kualitas lingkungan kerja (kelas I, II, atau III)
secara periodik.
Prosedur kerja standar hendaklah tertulis, mudah dipahami dan dipatuhi
oleh karyawan produksi. Dokumentasi setiap langkah dilakukan dengan cermat,
tepat dan ditangani oleh karyawan yang melaksanakan tugas (Anonim,2006):

2.5.1 Bahan Awal


Setiap bahan awal, sebelum dinyatakan lulus untuk digunakan, hendaklah
memenuhi spesifikasi bahan awal yang sudah ditetapkan dan diberi label dengan
nama yang dinyatakan dalam spesifikasi. Persediaan bahan awal hendaklah
diperiksa dalam selang waktu tertentu. Bahan awal yang cenderung rusak atau

23
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
turun potensinya atau aktifitasnya selama dalam penyimpanan hendaknya ditandai
secara jelas, disimpan terpisah dan secepatya dimusnahkan atau dikembalikan
kepada pemasok.

2.5.2 Validasi Proses


Semua prosedur produksi hendaklah divalidasi dengan tepat. Validasi
hendaklah dilaksanakan menurut prosedur yang telah ditentukan dan catatan
hasilnya disimpan dengan baik. Perubahan penting dalam proses, peralatan atau
bahan harus divalidasi ulang untuk menjamin bahwa perubahan tersebut tetap
menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Macam
pendekatan validasi:
1. Validasi Prospektif (Prospective Validation)
Pelaksanaannya berdasarkan protokol yang direncanakan dengan
perolehan data pertama, sebagai contoh yaitu produk baru yang belum
beredar.
2. Validasi Konkuren (Concurrent Validation)
Pelaksanaannya berdasarkan data otentik yang diperoleh dan dikumpulkan
melalui proses yang sedang berlaku, sebagai contoh yaitu produk yang
sedang beredar.
3. Validasi Retrospektif (Retrospektif Validation)
Pelaksanaannya berdasarkan data otentik yang diperoleh dan dikumpulkan
dari proses yang sudah (lama) berlaku dan dinilai melalui prinsip statistik,
sebagai contoh yaitu produk yang sudah (lama) beredar.
4. Validasi Ulang (Revalidation)
Dilaksanakan apabila terjadi perubahan dalam komponen validasi, seperti:
produk baru, perubahan bahan awal, perubahan sistem/prosedur,
pemindahan peralatan, dan perbaikan besar.
2.5.3 Sistem Penomoran Bets dan Lot
Sistem ini diperlukan untuk memastikan bahwa produk antara, produk
ruahan atau obat jadi suatu bets atau lot dapat dikenali dengan nomor bets atau lot
tertentu dan tidak digunakan secara berulang.

24
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
2.5.4 Penimbangan dan Penyerahan
Penimbangan, atau penghitungan dan penyerahan bahan baku, bahan
pengemas, produk antara dan produk ruahan perlu didokumentasikan secara
lengkap.

2.5.5 Pengolahan
Semua bahan dan peralatan yang digunakan dalam proses pengolahan
hendaklah diperiksa terlebih dahulu. Semua kegiatan pengolahan hendaklah
dilaksanakan mengikuti prosedur tertulis yang telah ditentukan. Bahan yang dapat
diolah ulang melalui prosedur tertentu yang disahkan serta hasilnya memenuhi
persyaratan spesifikasi yang ditentukan dan tidak mempengaruhi mutu dimana
semua proses pengolahan ulang hendaklah disahkan dan didokumentasikan.
Pencegahan pencemaran silang dilakukan untuk setiap pengolahan.
2.5.6 Produk Steril
Produk steril hendaknya dibuat dengan pengawasan khusus dan
memperhatikan hal-hal terinci dengan tujuan untuk menghilangkan pencemaran
mikroba dan partikel lain. Produk steril dapat digolongkan dalam dua kategori
utama, yaitu harus diproses dengan cara aseptis pada semua tahap dan yang
disterilkan dalam wadah akhir yang disebut sterilisasi akhir. Untuk produksi steril
harus dilakukan pada ruang terpisah yang selalu bebas debu dan dialiri udara yang
melewati saringan bakteri. Tekanan udara dalam ruangan hendaklah positif dari
ruangan di luarnya.
2.5.7 Pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi membagi-bagi dan mengemas produk
ruahan menjadi obat jadi. Proses pengemasan dilaksanakan dibawah pengawasan
ketat untuk menjaga identitas, keutuhan dan kualitas barang yang sudah dikemas.
Obat yang sudah dikemas hendaklah dikarantina sambil menunggu pelulusan dari
bagian pengawasan mutu.
2.5.8 Obat Kembalian
Obat jadi yang dikembalikan dari gudang pabrik, misal karena label atau
kemasan luar kotor atau rusak dapat diberi label kembali atau diolah ulang ke bets
berikutnya asalkan tidak ada resiko terhadap mutu produk. Obat jadi yang

25
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
dikembalikan dari peredaran dan sudah lepas dari pengawasan pabrik pembuat
dapat dipertimbangkan untuk dijual kembali, diberi label kembali atau diolah
ulang ke bets berikutnya hanya setelah dievaluasi secara kritis oleh bagian
pengawasan mutu.

2.5.9 Karantina Obat Jadi dan Penyerahan ke Gudang Obat Jadi


Karantina obat jadi merupakan titik akhir pengawasan sebelum obat jadi
diserahkan ke gudang dan siap didistribusikan. Setelah bagian pengawasan bagian
pengawasan mutu meluluskan suatu bets atau lot, obat jadi tersebut hendaklah
dipindahkan dari daerah karantina ke tempat gudang obat jadi.
2.5.10 Pengawasan Distribusi Obat Jadi
Sistem distribusi dirancang dengan tepat sehingga menjamin obat jadi
yang pertama masuk didistribusikan terlebih dahulu.
2.5.11 Penyimpanan Bahan Awal, Produk Antara, Produk Ruahan Dan
Obat Jadi
Bahan disimpan rapi dan teratur untuk mencegah risiko tercampur atau
pencemaran serta memudahkan pemeriksaan dan pemeliharaan.
2.5.12 Perjanjian Kontrak
Pembuatan obat berdasarkan kontrak berarti pembuatan sebagian atau
keseluruhan dari suatu obat oleh satu atau lebih pabrik (disebut penerima kontrak)
untuk kepentingan pihak lain (disebut pemberi kontrak). Pemberi kontrak
hendaklah memastikan bahwa penerima kontrak telah memiliki izin operasional
dan sertifikat CPOB yang sesuai dengan bentuk sediaan obat yang akan
dikontrakkan.
2.5.13 Pencemaran
Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadap suatu obat harus dihindari.
Perhatian khusus diberikan pada masalah pencemaran silang, karena menunjukkan
pelaksanaan pembuatan obat tidak sesuai CPOB.
2.6 QA, QC, dan Validasi
2.6.1 Quality Assurance (QA)
Quality Assurance (QA) merupakan keseluruhan sistem yang dibuat
dengan tujuan agar seluruh produk industri farmasi yang dihasikan memenuhi

26
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
persyaratan mutu yang telah ditetapkan. QA merupakan totalitas semua
pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat yang
dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan pemakainya (Anonim, 2006).
Tugas dari Quality Assurance (QA)/Pemastian Mutu antara lain adalah :
1. Memastikan bahwa desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara
seperti persyaratan pada CPOB.
2. Memastikan bahwa semua langkah produksi diuraikan secara jelas dan
CPOB diterapkan.
3. Mamastikan bahwa pengawasan-selama-proses (in process control) dan
validasi diterapkan.
4. Memastikan bahwa obat tidak dijual sebelum ada persetujan dari Kepala
Manajemen Mutu.
5. Memastikan bahwa jika ada penyimpangan, penyimpangan tersebut
dilaporkan, diselidiki, dan dicatat.
2.6.2 Quality Control (QC)
Ruang lingkup tanggung jawab Departemen QC yaitu terhadap
pengawasan menyeluruh yang meliputi selruh aspek yang tercantum dalam
CPOB, yaitu semua fungsi pengujian yang dilakukan dalam laboratorium untuk
melakukan pengawasan dalam pembuatan obat dan menjamin mutu obat agar
selalu memenuhi kriteria dengan melakukan serangkaian pengujian baik
pengujian kimia, fisika, dan mikrobiologi (Anonim, 2006).
Departemen QC menangani pemeriksaan bahan baku, produk ruahan,
produk jadi, serta uji stabilitas berdasarkan sifat fisika dan kimianya. Pemeriksaan
yang dilakukan mengacu pada SOP dan hasil pemeriksaan disesuaikan dengan
spesifikasi masing-masing produk. Bila terdapat penyimpangan dari spesifikasi
dalam proses pemeriksaan di luar spesifikasi sebelum diputuskan apakah
penyimpangan produk terjadi pada permasalahan kritis (Anonim, 2006).
Departemen QC bertanggung jawab pada Plant Manager dan memiliki
hubungan koordinasi dengan departemen-departemen yang lain. Tujuan adanya
bagian pengawasan mutu adalah :
1. Memastikan bahan baku, proses produksi dan produk jadi sesuai
spesifikasi yang ditetapkan.

27
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
2. Dapat mengantisipasi kesalahan atau hal-hal yang membahayakan dan
merugikan dalam pembuatan obat sehingga tindakan pencegahan dapat
diupayakan sebelumnya.
3. Mengambil langkah susulan untuk mendeteksi kesalahan yang
mungkin terjadi meskipun tindakan pencegahan telah diupayakan
sebelumnya.
2.6.3 Validasi
Validasi adalah tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai bahwa tiap
bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau mekanisme yang
digunakan dalam produksi maupun pengawasan mutu akan senantiasa mencapai
hasil yang diinginkan. Langkah-langkah pelaksanaan validasi adalah sebagai
berikut (Priyambodo, 2007) :
1. Membentuk komite validasi yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan validasi di industri farmasi yang bersangkutan.
2. Menyusun Rencana Induk Validasi (RIV), yaitu dokumen yang
menguraikan secara garis besar pedoman pelaksanaan validasi.
3. Membuat dokumen validasi, yaitu prosedur tetap (protap), protokol
serta laporan validasi.
4. Pelaksanaan validasi Melaksanakan peninjauan periodik, change
control dan revalidasi.
Jenis-jenis validasi adalah sebagai berikut (Priyambodo, 2007) :
1. Validasi (Kualifikasi) Mesin, Peralatan Produksi Dan Sarana Penunjang
Validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang disebut
dengan kualifikasi. Kualifikasi adalah istilah yang digunakan untuk
validasi mesin, peralatan produksi maupun sarana penunjang.
Validasi/kualifikasi mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang terdiri
dari 4 tingkatan yaitu :
a. Kualifikasi Desain/ Design Qualification (DQ)
Kualifikasi desain adalah unsur pertama dalam melakukan validasi
terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru.
b. Kualifikasi Instalasi/ Instalation Qualification (IQ)

28
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Kualifikasi dilakukan terhadap fasilitas, sistem dan peralatan baru atau
yang dimodifikasi, mencakup :
1) Instalasi peralatan, pipa dan sarana penunjang hendaklah sesuai
dengan spesifikasi dan gambar teknik yang didesain.
2) Pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoperasian dan
perawatan peralatan dari pemasok.
3) Ketentuan dan persyaratan kalibrasi.
4) Verifikasi bahan konstruksi.
c. Kualifikasi Operasional/ Operational Qualification (OQ)
Kualifikasi operasional dilakukan setelah kualifikasi instalasi selesai
dilaksanakan, dikaji dan disetujui. Kualifikasi operasional hendaklah
mencakup:
1) Kalibrasi
2) Prosedur pengoperasian dan pembersihan
3) Pelatihan operator dan ketentuan perawatan preventif
d. Kualifikasi Kinerja/ Performance Qualification (PQ)
Performance Qualification (PQ) dilakukan untuk menjamin dan
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang telah
diinstalasi beroperasi sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan.
2. Validasi Metode Analisa
Tujuan validasi metode analisa adalah untuk membuktikan bahwa semua
metode analisa (cara/prosedur pengujian) yang dilaksanakan dalam
pengawasan mutu, senantiasa mencapai hasil yang diinginkan secara
konsisten. Dalam validasi metode analisa yang diuji atau divalidasi adalah
PROTAP (prosedur tetap) pengujian yang bersangkutan.
3. Validasi Proses Produksi
Tujuan validasi proses produksi adalah :
a. Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur produksi
yang berlaku dan digunakan dalam proses produksi rutin, senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan secara terus-menerus.
b. Mengidentifikasi dan mengurangi problem yang terjadi selama proses
produksi dan memperkecil kemungkinan terjadinya proses ulang.

29
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
c. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses produksi.
4. Validasi Proses Pengemasan
Tujuan validasi proses pengemasan adalah:
a. Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur pengemasan
yang berlaku dan digunakan dalam proses pengemasan rutin,
senantiasa mencapai persyaratan yang ditentukan.
b. Operator/pelaksana yang melakukan proses pengemasan kompeten
serta mengikuti prosedur pengemasan yang telah ditentukan.
c. Proses pengemasan yang dilakukan tidak terjadi peristiwa campur
baur antar produk maupun bets.
5. Validasi Pembersihan
Tujuan validasi pembersihan adalah:
a. Memberikan dokumentasi secara tertulis bahwa prosedur pembersihan
yang berlaku yang dilakukan sudah tepat dan dapat dilakukan
berulang-ulang.
b. Peralatan/mesin yang dibersihkan tidak terdapat pengaruh yang
negatif karena efek pembersihan.
c. Operator/pelaksana yang melakukan pembersihan kompeten,
mengikuti prosedur pembersihan dan peralatan pembersihan yang
telah ditentukan.
2.7 Pengemasan
Pengemasan sediaan farmasi dilaksanakan dengan menggunakan bahan
kemasan yang tidak membahayakan kesehatan manusia dan/atau dapat
mempengaruhi berubahnya persyaratan mutu, keamanan, dan kemanfaatan
sediaan farmasi (Anonim, 2006).
Kegiatan pengemasan berfungsi mengemas produk ruahan menjadi produk
jadi. Pengemasan hendaklah dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat
untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas. Semua
kegiatan pengemasan hendaklah dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang
diberikan dan menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam prosedur
pengemasan induk. Rincian pelaksanaan pengemasan hendaklah dicatat dalam
catatan pengemasan bets (Anonim, 2006).

30
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses pengemasan: (Anonim, 2006)
1. Memeriksa kebersihan area kerja dan peralatan telah besih dan bebas dari
produk lain, sisa produk lain atau dokumen lain yang tidak diperlukan.
2. Mengawasi proses kodifikasi (no. bets/lots, tanggal daluwarsa, dan
informasi lain) label, karton ataupun bahan pengemas.
3. Melakukan proses pra-kodifikasi bahan pengemas dan bahan cetak lain di
area yang terpisah.
4. Melakukan pemeriksaan secara visual selama proses pengemasan
berlangsung.
5. Produk yang penampilannya mirip sebaiknya tidak dikemas pada jalur
yang berdampingan.
6. Nama dan nomor bets produk hendaklah dapat terlihat dengan jelas.
7. Pada proses pengemasan terakhir hendaklah kemasan terakhir diperiksa
dengan cermat untuk memastikan bahwa kemasan produk tersebut
sepenuhnya sesuai dengan Prosedur Pengemasan Induk.
2.8 Distribusi
Pengiriman dan pengangkutan hendaklah hanya dilaksanakan setelah ada
order pengiriman, tanda terima order pengiriman dan pengangkutan bahan
hendaklah didokumentasikan. Prosedur pengiriman dibuat dan didokumentasikan
dengan mempertimbangkan sifat bahan dan obat yang akan dikirim serta tindakan
pencegahan khusus yang mungkin diperlukan. Wadah luar hendaklah memberikan
perlindungan yang cukup terhadap seluruh pengaruh luar serta diberi label yang
jelas dan tidak terhapuskan.
Catatan pengiriman hendaklah disimpan dan memuat minimal :
1. Tanggal pengiriman
2. Nama dan alamat pelanggan
3. Uraian tentang produk, misalnya nama, bentuk dan kekuatan sediaan, nomor
bets, jumlah dan
4. Kondisi pengangkutan dan penyimpanan.
2.9 Pengelolaan Limbah, Air, dan Udara
2.9.1 Sistem Tata Udara (Air Handling System/AHS)

31
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Salah satu faktor yang menentukan kualitas obat adalah kondisi
lingkungan tempat di mana produk tersebut dibuat/diproduksi. Kondisi
lingkungan yang kritis terhadap kualitas produk, antara lain adalah (Priyambodo,
2007) :
1. Cahaya
2. Suhu
3. Kelembaban Relatif (RH)
4. Kontaminasi mikroba
5. Kontaminasi Partikel
Sebagai upaya untuk mengendalikan kondisi lingkungan tersebut, maka
setiap industri farmasi diwajibkan untuk memiliki Sistem Tata Udara (Air
Handling System/AHS). Sistem tata udara yang digunakan tergantung dari jenis
produk yang dibuat dan tingkat kelas ruang yang digunakan, misalnya ruang
produksi steril, β-laktam, non steril, sefalosporin dan sebagainya.
1. Air Handling Unit/AHU
Sesuai dengan fungsinya, AHU merupakan seperangkat alat yang dapat
mengontrol suhu, kelembaban, tekanan udara, tingkat kebersihan (jumlah
partikel/mikroba), pola aliran udara, jumlah pergantian udara dan sebagainya, di
ruang produksi sesuai dengan persyaratan ruangan yang telah ditentukan. Pada
dasarnya AHU terdiri dari (Priyambodo,2007) :
a. Cooling coil atau evaporator
Cooling coil (sering pula disebut dengan istilah evaporator) berfungsi
untuk mengontrol suhu atau temperatur dan kelembaban relatif
(Relative Humudity/RH) udara yang didistribusikan ke ruangan-
ruangan produksi. Hal ini dimaksudkan agar dapat dihasilkan output
udara sesuai dengan spesifikasi ruangan yang telah ditetapkan.
b. Static Pressure Fan (blower)
Blower adalah bagian dari AHU yang berfungsi untuk menggerakkan
udara di sepanjang sistem distribusi udara yang terhubung dengannya.
Blower yang digunakan dalam AHU berupa blower radial yang
memiliki kisi-kisi penggerak udara yang terhubung dengan motor
penggerak blower. Motor ini berfungsi merubah energi listrik menjadi

32
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
energi gerak. Dapat mengatur jumlah udara yang masuk ke ruang
produksi sehingga tekanan dan pola aliran udara yang masuk ke ruang
produksi dapat dikontrol.
c. Filter
Filter merupakan bagian dari AHU yang berfungi untuk
mengendalikan dan mengontrol jumlah partikel dan mikroorganisme
(partikel asing) yang dapat mengkontaminasi udara yang masuk
kedalam ruang produksi. Filter yang digunakan untuk AHU dibagi
menjadi Prefilter (efisiensi penyaringan 35%), medium filter (efisiensi
penyaringan 95%), dan HEPA filter (efisiensi penyaringan 99,997%).
d. Ducting
Saluran tertutup tempat mengalirnya udara yang menghubungkan
blower dengan ruangan produksi. Ducting terdiri dari saluran udara
yang masuk dan saluran udara yang keluar dari ruang produksi dan
dilapisi insulator untuk menahan penetrasi panas dari udara luar.
Suplai udara dari AHU akan masuk ke dalam ruang grey area melalui
pre filter dengan efisiensi 35% dari medium filter dengan efisiensi
95% dan HEPA filter (efisiensi penyaringan 99,997%).
e. Dumper
Dumper berfungsi mengatur jumlah (debit) udara yang dipindahkan ke
dalam maupun yang keluar dari produksi. Besar kecilnya debit udara
yang dipindahkan dapat diatur sesuai dengan pengaturan tertentu pada
dumper.
2. Sistem Kerja AHU untuk ruang “Grey Area”
Supply udara yang akan disalurkan ke ruang produksi berasal dari 2
sumber yaitu berasal dari udara yang disirkulasi kembali (sebanyak 80%), dan
berasal dari udara bebas (sebanyak 20%). Supply udara tersebut kemudian
melewati filter yang terdapat di dalam filter house, yang terdiri dari pre-filter yang
memiliki efisiensi penyaringan sebesar 35%, dan medium filter yang memiliki
efisiensi penyaringan sebesar 95%. Selanjutnya supply udara ini melewati cooling
coil yang akan menurunkan suhu dan kelembaban relatif udara. Kemudian udara
dipompa dengan menggunakan static pressure fan ke dalam ruang produksi

33
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
melalui ducting. Jumlah udara yang masuk ke dalam ruang produksi diatur dengan
menggunakan volume dumper. Selanjutnya udara diresirkulasi kembali ke AHU,
demikian seterusnya (Priyambodo, 2007).

2.9.2 Air Untuk Produksi (Water System)


Air merupakan salah satu aspek kritis dalam pelaksanaan c-GMP. Hal
tersebut disebabkan karena air merupakan bahan baku dalam jumlah besar,
terutama untuk produk sirup, obat suntik cair, cairan infus, dan lain-lain. Bila
tercemar, beresiko sangat fatal bagi pemakai (Priyambodo,2007).
Kualitas air yang digunakan untuk produksi tergantung dari persyaratan air
yang digunakan produk yang dibuat, misalnya air murni atau air untuk injeksi.
Mekanisme kerja Purified Water System terdiri dari (Priyambodo,2007):
1. Multimedia Filter
Berfungsi untuk menghilangkan lumpur, endapan dan partike-partikel
yang terdapat pada raw water, terdiri dari beberapa filter dengan porositas
yang berbeda-beda, yaitu 6-12 mm; 2,4-4,8 mm; 1,2-2,4 mm; dan 0,6-1,2
mm.
2. Active Carbon Filter
Merupakan karbon yang telah diaktifkan dengan menggunakan uap
bertekanan tinggi atau karbon dioksida. Berfungsi sebagai pre-treatment
sebelum proses de-ionisasi untuk menghilangkan chlorine, chloramines,
benzen, pestisida, bahan-bahan organik, warna, bau dan rasa.
3. Water Softener Filter
Berisi resin anionik yang berfungsi untuk menghilangkan dan/atau
menurunkan kesadahan.
4. Reverse Osmosis
Merupakan teknik pembuatan air murni yang dapat menurunkan hingga
95% Total Dissolve Solids di dalam air.
5. EDI (Electronic De-Ionization)
Merupakan perkembangan dari Ion Exchange System dimana sebagai
pengikat ion (-) dan (+) dipakai juga elektroda disamping resin. Elektroda

34
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
ini dihubungkan dengan arus listrik searah sehingga proses pemurnian air
dapat berlangsung terus menerus tanpa perlu regenerasi.

6. Looping System
CPOB terkini mensyaratkan bahwa air yang digunakan untuk proses
produksi harus disirkulasi 24 jam. Untuk itu purified water system harus
dilengkapi dengan looping system.
2.9.3 Pengelolaan Limbah, Air, dan Udara
1. Pengelolaan Limbah Padat
Pencemaran limbah padat adalah masuknya benda-benda padat ke
dalam lingkungan sehingga menyebabkan kualitas lingkungan menurun
atau membahayakan kehidupan makhluk hidup atau tidak sesuai lagi
dengan peruntukkannya. Limbah padat yang dihasilkan industri farmasi,
antara lain berasal dari: (Priyambodo, 2007)
a. Debu/serbuk obat dari sistem pengendalian debu (dust collector)
b. Obat rusak/kadaluarsa/reject
c. Kertas, karton, plastik bekas, botol dan aluminium foil dan sampah
rumah tangga
d. Lumpur dari proses Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Upaya Pengelolaan :
a. Sampah domestik dibuatkan tempat sampah, kemudian dibuang
ketempat pembuangan sampah akhir.
b. Sisa-sisa kertas, karton, plastik dan aluminium foil dikumpulkan
kemudian dijual ke pengumpul sampah.
c. Debu/sisa serbuk, obat rusak/kadaluarsa serta lumpur IPAL di bakar di
insenerator.
2. Pengelolaan Limbah Cair
Pencemaran limbah cair adalah masuknya sesuatu ke dalam air yang
menyebabkan kualitas air tersebut menurun atau tidak sesuai lagi dengan

35
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
peruntukkannya. Limbah cair yang dihasilkan industri farmasi, antara lain
berasal dari: (Priyambodo, 2007)
a. Bekas cucian peralatan produksi, laboratorium, laundry dan rumah
tangga
b. Kamar mandi dan WC
c. Bekas reagensia di laboratorium
Upaya Pengelolaan :
a. Pembuatan saluran drainase sesuai dengan sumber limbah
1) Saluran air hujan langsung dialirkan ke selokan umum dan dibuat
sumur resapan.
2) Saluran dari kamar mandi/WC dialirkan ke septic tank.
3) Saluran dari tempat pencucian produksi dan laboratorium dialirkan
ke IPAL.
b. Membuat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
c. Khusus untuk limbah cair yang berasal dari golongan β-laktam,
sebelum dicampur dengan limbah non β-laktam ditambahkan NaOH
untuk memecah cincin β-laktam.

36
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
BAB III
TINJAUAN KHUSUS TEMPAT PKPA

3.1 Sejarah Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat


Lafi Pusat atau yang dahulu bernama Militaire Scheikundig Laboratorium
(MSL), merupakan lembaga yang didirikan oleh pemerintah Belanda pada tahun
1818 di Jakarta. Lembaga tersebut berfungsi sebagai tempat pemeriksaan obat-
obatan yang dibutuhkan oleh tentara Belanda. Pada tanggal 1 Juni 1950, lembaga
ini diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia dan dibagi menjadi dua
bagian, yakni Laboratorium Kimia Tentara (LKT) yang kemudian berkembang
menjadi Laboratorium Kimia Angkatan Darat (LKAD) dan Depot Obat Tentara
Pusat (DOTP) yang berkembang menjadi Depot Obat Angkatan Darat (DOAD).
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Kesehatan Angkatan Darat
No.KPTS/61/10/IX/1960 tanggal 13 September 1960, terhitung mulai tanggal 8
Juni 1960 LKAD dan DOAD disatukan menjadi Lembaga Farmasi Angkatan
Darat (Lafi AD). Pada tanggal 15 Oktober 1970, Lafi AD dipisah kembali
menjadi dua bagian, yaitu :
1. Lafi AD, yang selanjutnya menjadi Lembaga Farmasi Jawatan Kesehatan
Angkatan Darat (Lafi Jankesad).
2. DOAD, yang selanjutnya menjadi Depot Peralatan Kesehatan (Dopalkes)
dan kemudian menjadi Depot Pusat Perbekalan Kesehatan Jawatan
Kesehatan Angkatan Darat (Dopusbekkes Jankesad).
Pada tahun 1985, Lafi Jankesad dan Dopusbekkes Jankesad disatukan
kembali menjadi Lafi Puskesad dan pada tanggal 1 April 2005, Lafi Puskesad
dipisah kembali menjadi Lafi Puskesad dan Gudang Pusat (Gupus) II. Pada
awalnya, kegiatan produksi Lafi Puskesad dilakukan di Jalan Gudang Utara No.
25 Bandung dengan luas tanah 6.562 m2 dan luas bangunan 3.382 m2.
Berdasarkan hasil evaluasi Direktur Jenderal Balai Pengawasan Obat dan
Makanan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, sarana fasilitas produksi di
tempat tersebut belum memenuhi persyaratan sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 43/Menkes/SK/II/1988 tentang Pedoman CPOB dan Surat
Keputusan Dirjen POM No. 544/A/SK/XII/1989 tentang penerapan CPOB. Oleh

37
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
sebab itu, pada tahun 1995 diajukanlah Rencana Induk Pembangunan (RIP) Lafi
Puskesad dengan lokasi di Jalan Gudang Utara No. 26 Bandung dengan luas tanah
12.152 m2 dan luas bangunan 6.087,25 m2.
Gedung baru Lafi Puskesad dirancang sesuai dengan persyaratan CPOB.
Pada tanggal 28 Februari 1996, RIP tersebut mendapat persetujuan dari Dirjen
POM Depkes RI dengan surat No. 02.01.2.4.96.665. Barulah pada tahun 1997
dimulai pembangunan sarana fasilitas Lafi Puskesad sesuai dengan RIP yang
sudah disetujui tersebut. Pada tahun 2000, Lafi Puskesad telah berhasil
mendapatkan empat sertifikat CPOB untuk sediaan antibiotik β-laktam,
selanjutnya pada tahun 2001 diperoleh satu sertifikat CPOB untuk sediaan serbuk
injeksi steril antibiotik β-laktam dan turunannya, serta pada tanggal 1 Juni 2006
diperoleh lima sertifikat CPOB untuk fasilitas non β-laktam yaitu sediaan tablet
biasa non-antibiotika, tablet salut non-antibiotika, kapsul keras non-antibiotika,
serbuk oral non-antibiotika dan cairan obat oral non-antibiotika. Saat ini (2016)
Lafi Puskesad hanya memiliki empat sertifikat CPOB untuk sediaan non β-laktam
yaitu untuk sediaan tablet biasa, kapsul keras, serbuk oral, dan cairan obat luar
non-antibiotika, sedangkan untuk sediaan tablet salut sudah disatukan dengan
sertifikat tablet biasa menjadi satu sertifikat, yaitu sertifikat tablet biasa dan tablet
salut non-antibiotika.

3.2 Visi dan Misi Lafi Puskesad


Sebagai lembaga yang bertanggung jawab dalam menyediakan obat-
obatan bagi keperluan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD),
Lafi Puskesad memiliki visi dan misi sebagai berikut :
3.2.1 Visi
Menjadi salah satu lembaga produksi yang mampu memenuhi kebutuhan
obat bermutu bagi TNI.
3.2.2 Misi
1. Mampu memenuhi kebutuhan obat Dukkes TNI AD
2. Pusat litbang dan informasi obat TNI AD
3. Mampu menjadi mitra industry farmasi lain dalam memenuhi kebutuhan
obat national.

38
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
3.3 Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi Lafi Puskesad
Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Puskesad)
merupakan badan pelaksana Pusat yang berkedudukan langsung di bawah suatu
Pusat Kesehatan Angkatan Darat (Puskesad). Tugas pokok dari Lafi Puskesad
yaitu membantu Pusat Kesehatan Angkatan Darat (Puskesad) dalam
menyelenggarakan pembinaan dan melaksanakan produksi, penelitian dan
pengembangan obat dalam rangka mendukung tugas pokok pusat.
Dalam menyelenggarakan tugas pokok di atas, Lafi Puskesad
menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Melaksanakan fungsi utama, meliputi :
a. Fungsi penelitian dan pengembangan, meliputi: segala usaha, pekerjaan
dan kegiatan di bidang penelitian dan pengembangan produk, sistem
metode dan personel dalam rangka menyelenggarakan produksi obat.
b. Fungsi produksi, meliputi: segala usaha, pekerjaan dan kegiatan di bidang
produksi obat.
c. Fungsi pengawasan mutu, meliputi: segala usaha, pekerjaan, dan kegiatan
pemeriksaan fisika, kimia, mikrobiologi terhadap bahan baku, bahan
pendukung produksi, pengawasan selama proses produk antara, produk
ruahan dan produk jadi.
d. Fungsi pemeliharaan, meliputi: segala usaha, pekerjaan dan kegiatan di
bidang pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi, pengawasan mutu
dan sistem penunjang.
e. Fungsi penyimpanan, meliputi: segala usaha, pekerjaan dan kegiatan di
bidang penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran bahan baku, bahan
pendukung produksi, peralatan dan obat jadi.
2. Melaksanakan Fungsi Organik Militer, meliputi: segala usaha, pekerjaan, dan
kegiatan di bidang intelejen, operasi, personal, logistik, teritorial, perencanaan
dan pengawasan serta pemeriksaan dalam rangka mendukung tugas pokok
Lafi Puskesad.
3. Melaksanakan Fungsi Organik Pembinaan, meliputi: segala usaha, pekerjaan,
dan kegiatan di bidang latihan kesatuan dalam rangka mendukung tugas
pokok Lafi Puskesad.

39
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
3.4 Struktur Organisasi Lafi Puskesad
Berdasarkan Keputusan Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia
Angkatan Darat No. PERKASAD/219/XII/2007 tanggal 10 Desember 2007
tentang Organisasi dan Tugas Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan
Darat (Orgas Lafi Puskesad), struktur organisasi Lafi Puskesad adalah
sebagai berikut:
3.4.1 Eselon Pimpinan
1. Kepala Lembaga Farmasi (Ka Lafi Puskesad) dijabat oleh seorang
Perwira Menengah Angkatan Darat (Pamen AD) berpangkat Kolonel
Ckm. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Ka Lafi
Puskesad bertanggung jawab kepada Puskesad.
2. Wakil Kepala Lembaga Farmasi (Waka Lafi Puskesad) dijabat oleh
seorang Pamen AD berpangkat Letnan Kolonel (Letkol) Ckm Waka
Lafi Puskesad merupakan wakil dan pembantu utama Ka Lafi
Puskesad sehingga dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
bertanggung jawab langsung kepada Ka Lafi Puskesad
3.4.2 Eselon Pembantu Pimpinan
1. Perwira Ahli Lembaga Farmasi, disingkat Paahli Lafi.
Paahli Lafi dijabat oleh 3 (tiga) orang Pamen AD berpangkat Letnan
Kolonel Ckm, dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
bertanggung jawab langsung kepada Kalafi yang bertanggung jawab
menyelenggarakan kegiatan di bidang keahlian manajemen mutu,
teknologi farmasi, dan analisa Amdal dan dalam pelaksanaan tugas
sehari-harinya dikoordinasikan oleh Waka Lafi Puskesad. Paahli
terdiri dari:
a. Perwira Ahli Madya Manajemen Mutu, disingkat Paahli Madya
JemenMutu.
b. Perwira Ahli Madya Teknologi Farmasi, disingkat Paahli Madya
Tekfi.
c. Perwira Ahli Madya Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,
disingkat Paahli Madya Amdal.
2. Kepala Bagian Administrasi Logistik, disingkat Kabagminlog.

40
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Kabagminlog dijabat oleh Pamen AD berpangkat Letnan Kolonel
Ckm, dalam pelaksanaaan tugas kewajibannya bertanggung jawab
kepada Kalafi dan dalam pelaksanaan tugas sehari-harinya
dikoordinasikan oleh Waka Lafi Puskesad. Kabagminlog merupakan
pembantu Ka Lafi Puskesad yang bertanggung jawab
menyelenggarakan kegiatan di bidang administrasi dan logistic yang
dalam melaksanakan tugasnya Kabagminlog dibantu oleh 2 (dua)
Kepala Seksi yang masing-masing dijabat oleh seorang Pamen AD
berpangkat Mayor Ckm, terdiri dari:
a. Kepala Seksi Perencanaan Program dan Anggaran, disingkat
Kasirenprogar.
b. Kepala Seksi Pengendalian Materil, disingkat Kasidalmat.
3.4.3 Eselon Pelayanan
Kepala Seksi Tata Usaha dan Urusan Dalam (Kasietuud) dijabat
oleh seorang Pamen AD berpangkat Mayor Ckm yang dalam
melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Kalafi dan dalam
pelaksanaan tugas sehari-harinya dikoordinasikan oleh Waka Lafi
Puskesad. Kasietuud merupakan unsur pelayanan Lafi Puskesad yang
bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan di bidang pengamanan,
administrasi personil, logistik, tata usaha, dan urusan dalam. Kasietuud
dibantu oleh tiga Kepala Urusan yang masing-masing dijabat oleh dua
orang Pama AD berpangkat Kapten Ckm dan satu orang PNS golongan III
serta satu Perwira Urusan yang dijabat oleh Pama AD berpangkat Letnan
Ckm. Kepala Urusan tersebut yakni:
a. Kepala Urusan Administrasi Personel dan Logistik disingkat
Kaurminperslog.
b. Kepala Urusan Tata Usaha disingkat Kaurtu.
c. Kepala Urusan Dalam disingkat Kaurdal.
d. Perwira Urusan Pengamanan disingkat Paurpam.

41
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
3.4.4 Eselon Pelaksana
Eselon pelaksana dijabat oleh lima Kepala Instalasi (Kainstal), yaitu:
1. Kepala Instalasi Penelitian dan Pengembangan (Kainstallitbang),
dijabat oleh seorang Pamen AD berpangkat Letnan Kolonel Ckm,
merupakan unsur pelaksana Lafi Puskesad yang bertanggung jawab
menyelenggarakan kegiatan di bidang pengkajian, penelitian, dan
pengembangan yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua
Kepala Seksi (Kasi) yang masing-masing dijabat oleh Pamen AD
berpangkat Mayor Ckm, terdiri dari:
a. Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan Produksi
(Kasilitbangprod).
b. Kepala Seksi Penelitian dan Pengembangan Sistem Metoda dan
Personel (Kasilitbangsistodapers).
Kainstallitbang dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya
bertanggung jawab kepada Kalafi dan dalam pelaksanaan tugas
sehari-harinya dikoordinasikan oleh Waka Lafi Puskesad.
2. Kepala Instalasi Produksi (Kainstalprod) dijabat oleh seorang
Pamen AD berpangkat Letnan Kolonel Ckm berkualifikasi apoteker,
merupakan unsur pelaksana Lafi Puskesad yang bertanggung jawab
menyelenggarakan kegiatan di bidang produksi. Dalam pelaksanaan
tugas dan kewajibannya bertanggung jawab kepada Kalafi dan
dibantu oleh empat Kepala Seksi yang masing-masing dijabat oleh
Pamen AD berpangkat Mayor Ckm, terdiri dari:
a. Kepala Seksi Sediaan Non β-laktam (Kasidia Non β-laktam).
b. Kepala Seksi Sediaan β-laktam (Kasidia β-laktam).
c. Kepala Seksi Sediaan Sefalosporin (Kasidia Sefalosporin).
d. Kepala Seksi Kemas (Kasikemas).
3. Kepala Instalasi Pengawasan Mutu (Kainstalwastu) dijabat oleh
seorang Pamen AD berpangkat Letnan Kolonel Ckm berkualifikasi
apoteker, merupakan unsur pelaksana Lafi Puskesad yang
bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan di bidang
pengawasan dan peningkatan mutu. Kainstalwastu dalam

42
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
melaksanakan tugasnya dibantu oleh dua Kepala Seksi yang masing-
masing dijabat oleh Pamen AD berpangkat Mayor Ckm, terdiri dari:
a. Kepala Seksi Pengujian Kimia, Fisika, dan Mikrobiologi (Kasiuji
Kifis dan Mikro).
b. Kepala Seksi Inspeksi (Kasiinspek).
Kainstalwastu dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya
bertanggung jawab kepada Kalafi Puskesad dan dalam pelaksanaan
tugas sehari-harinya dikoordinasikan oleh Waka Lafi Puskesad.
4. Kepala Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang (Kainstalhar &
Sisjang) dijabat oleh Pamen AD berpangkat Mayor Ckm, merupakan
unsur pelaksana Lafi Puskesad yang bertanggung jawab
menyelenggarakan kegiatan di bidang pemeliharaan dan sistem
penunjang. Kainstalhar & Sisjang dalam melaksanakan tugasnya
dibantu oleh dua Kepala Urusan yang masing-masing dijabat oleh
Pama AD berpangkat Kapten Ckm, terdiri dari:
a. Kepala Urusan Pemeliharaan (Kaurhar).
b. Kepala Urusan Sistem penunjang (Kaursisjang).
Kainstalhar & Sisjang dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya
bertanggung jawab kepada Kalafi Puskesad dan dalam pelaksanaan
tugas sehari-harinya dikoordinasikan oleh Waka Lafi Puskesad.
5. Kepala Instalasi Penyimpanan (Kainstalsimpan) dijabat oleh Pamen
AD berpangkat Mayor Ckm, merupakan unsur pelaksana Lafi
Puskesad yang bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan di
bidang administrasi penyimpanan dan pengeluaran materiil produksi.
Kainstalsimpan dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh satu
Kepala Urusan yang dijabat oleh Pama AD berpangkat Kapten Ckm
dan satu Perwira Urusan yang dijabat oleh Pama AD berpangkat
Letnan Ckm, terdiri dari:
a. Kepala Urusan Penyimpanan Material Produksi
(Kaursimpanmatprod)
b. Perwira Urusan Penyimpanan Obat Jadi (Paursimpan Obat Jadi)

43
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Kainstalsimpan dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya
bertanggung jawab kepada Kalafi dan dalam melaksanakan tugas
sehari-hari dikoordinasikan oleh Wakalafi.

3.5 Kualifikasi Tenaga Kerja Lafi Puskesad


Berdasarkan statusnya, personel Lafi Puskesad terdiri dari militer dan
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Personel Lafi Puskesad berdasarkan keahliannya
terdiri dari Magister Farmasi, Magister Manajemen, Apoteker, Sarjana Kimia,
Asisten Apoteker, Analis, Perawat Umum, SMU dan tenaga lainnya dengan
jumlahnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Data Personel Lafi Puskesad per Bulan Januari 2017

No Kualifikasi Militer PNS Jumlah


1 S3 Farmasi 1 0 1
S2 Farmasi, Manajemen, Kesehatan,
2 4 1 5
ADM
3 Apoteker 5 1 6
4 S1 Lain-lain 7 3 10
5 D3 Analis Medis, Kesehatan 2 2 4
6 D3 Keperawatan, Fis 2 0 2
7 D3 Farmasi, Komputer, Sos 0 5 5
8 Ass. Apoteker 4 4 8
9 SPK 1 0 1
10 SMAK Analis 2 2 4
11 SLTA (STM, SMA, SMK) 6 20 26
12 SLTA (SMA, MAN) 17 60 77
13 SLTP 0 3 3
14 SD 0 1 1
Jumlah 51 102 153

3.6 Kegiatan di Lafi Puskesad


3.6.1 Kegiatan Bagian Administrasi dan Logistik (Bagminlog)
Kegiatan Lafi Puskesad dalam melaksanakan tugas dan fungsi produksi
obat-obatan meliputi perencanaan dan pengadaan barang, penyimpanan barang,
proses produksi, pengawasan mutu, penelitian dan pengembangan, pemeliharaan
dan kegiatan administrasi.

44
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Sejak tanggal 1 November 2016, dengan berlakunya BPJS, perencanaan
dan pengadaan barang untuk produksi obat Lafi Puskesad dilakukan berdasarkan
data dari Sub Direktorat Pembinaan Pelayanan Kesehatan (Subditbinyankes) yang
disusun berdasarkan kalender latihan, pendidikan, dan operasi satuan TNI AD.
Sebelum berlakunya BPJS, perencanaan pengadaan obat berdasarkan pola
penyakit, populasi TNI AD dari daerah dan laporan dari masing-masing
Kesehatan Daerah Militer (Kesdam), Satuan Kesehatan (Satkes) dan Rumah Sakit
Pusat Angkatan Darat (RSPAD). Rencana pengadaan obat kemudian dibuat
dengan melakukan penyesuaian antara daftar kebutuhan obat dengan anggaran
yang tersedia, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi oleh Subditbinmatkes yang
dilakukan setahun sebelum pelaksanaan.
Pengadaan barang atau material dilaksanakan berdasarkan Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah yang isinya mengatur pengadaan barang atau material dan jasa.
Bagminlog bekerjasama dengan Instalasi Produksi dan Instalasi
Pengawasan Mutu membuat rencana kebutuhan bahan aktif, bahan pembantu,
bahan pengemas, dan reagensia. Perencanaan tersebut disusun berdasarkan
formula dan spesifikasi obat yang telah ditentukan oleh Lafi Puskesad. Disamping
itu, Bagminlog juga bekerjasama dengan Instalsisjang dalam menyusun rencana
dan anggaran untuk pemeliharaan sarana operasional yang digunakan pada setiap
bagian Lafi Puskesad.
Pengadaan barang dilakukan oleh Puskesad melalui pembentukan Unit
Layanan Pengadaan (ULP), kemudian Puskesad membentuk Panitia Penerima
Hasil Pekerjaan yang bertugas memeriksa dan menerima keadaan barang secara
administrasi dan fisik, sedangkan uji kimia dan uji mutu dilakukan oleh
Instalwastu. Selama proses pengujian oleh Instalwastu barang disimpan di gudang
karantina (gudang transit). Setelah barang lulus uji mutu, maka dibuat Laporan
Hasil Pengujian (LHP) dan Berita Acara (BA) penerimaan. Bila barang yang
dikirim tidak sesuai dengan spesifikasi yang diminta atau tidak memenuhi syarat,
maka barang akan dikembalikan untuk diganti, kemudian barang yang lolos
administrasi dan uji mutu dipindahkan ke ruang (Gudang) sesuai jenisnya yang

45
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
ada di Gudang Pusat II yang disertai dengan surat Perintah Penerimaan Material
(PPnM).

3.6.2 Kegiatan Instalasi Pengawasan Mutu (Instalwastu)


Pengawasan mutu merupakan bagian integral dari suatu produksi obat.
Instalwastu bertanggungjawab terhadap setiap hal yang menyangkut kualitas
bahan baku obat, bahan pembantu, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan, dan obat jadi yang dihasilkan sampai dengan pemantauan kualitas setelah
didistribusikan dengan standar waktu kadaluarsa. Selain itu, Instalwastu juga
bertanggungjawab terhadap kualitas lingkungan kerja yang meliputi pengawasan
kebersihan ruangan dan peralatan serta fasilitas penunjang lainnya seperti
pemeriksaan kebersihan ruangan produksi, pemeriksaan mutu air dan pemeriksaan
limbah. Tanggungjawab tersebut diwujudkan dalam suatu sistem pengawasan
mutu (Lampiran 3). Pelaksanaan kegiatan di Instalwastu ditunjang oleh fasilitas
instrumen HPLC, spektrofotometer dengan sistem terkomputerisasi, Laminar Air
Flow (LAF), Read Biotic (pembaca hambatan bakteri), Climatic Chamber,
Dissolution Tester, serta berbagai fasilitas penunjang lainnya.
Dalam menjalankan tugasnya, Instalwastu didukung oleh personil yang
terdiri dari apoteker dan analis yang sudah terlatih dan berpengalaman dalam
menjalankan tugasnya. Kegiatan Instalwastu tersebut dilaksanakan pada tahap
persiapan, selama proses produksi dan setelah proses produksi. Beberapa kegiatan
Instalwastu diantaranya:
1. Menyiapkan metoda pemeriksaan, pengujian dan validasi metoda analisis
yang sesuai dengan acuan standar resmi seperti Farmakope Indonesia.
2. Menyiapkan prosedur pengambilan sampel untuk pemeriksaan dan
pengujian, dimana setiap sampel yang diambil dicatat dan
didokumentasikan.
3. Menyiapkan dan menyimpan baku pembanding kerja untuk pengujian.
4. Menyimpan contoh pertinggal setiap bets produk jadi dan catatan
pengujian atau pemeriksaan.

46
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
5. Meluluskan atau menolak bahan yang akan digunakan dalam produksi
meliputi bahan baku obat, bahan baku pembantu dan bahan pengemas.
Hasilnya dicatat pada laporan hasil pengujian (Lampiran 4).
6. Melaksanakan In Process Control (IPC) selama proses produksi dan
memberikan keputusan atas diluluskan atau tidaknya hasil suatu tahap
produksi sampai hasil produk akhir.
7. Melaksanakan pengujian terhadap hasil jadi suatu sediaan, hasil yang
diperoleh, dicatat pada catatan pengujian sediaan jadi (Lampiran 5,6).
8. Meneliti dokumen produksi (catatan pengolahan bets dan catatan
pengemasan bets) sebelum obat diluluskan.
9. Melaksanakan uji stabilitas dipercepat dan uji jangka panjang untuk
menetapkan kondisi penyimpanan dan masa edar suatu produk.
10. Membantu dalam pelaksanaan validasi proses produksi.
11. Memantau stabilitas produk-produk yang telah dikeluarkan atau
didistribusikan sampai beberapa waktu setelah batas daluarsa terutama
untuk sediaan antibiotika.
12. Hasil pengujian laboratorium yang dilaksanakan diringkas, dicatat dan
didokumentasikan dalam lembaran yang disebut Laporan Hasil Pengujian
(LHP).
Bangunan Instalwastu terdiri dari:
1. Laboratorium kimia
Ruang laboratorium kimia memiliki peralatan dan fasilitas yang
menunjang pemeriksaan mutu secara kimia, seperti lemari asam dan
climatic chamber.
2. Laboratorium mikrobiologi
Laboratorium mikrobiologi terdiri dari 2 laboratorium, yaitu laboratorium
untuk uji sterilitas dan laboratorium untuk uji potensi atau uji lainnya.
Laboratorium mikrobiologi dilengkapi dengan ruangan steril dan Laminar
Air Flow dan alat pembaca daya hambat bakteri (Read Biotic) serta alat-
alat penunjang lainnya seperti inkubator untuk jamur dan bakteri, lemari
pendingin dan autoclave.

47
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
3. Ruang fisika
Peralatan yang terdapat di ruang fisika antara lain adalah alat uji kekerasan
tablet yang disertai dengan uji ketebalan dan diameter tablet, alat uji
keregasan tablet, alat uji kebocoran strip dan alat uji waktu hancur tablet.
4. Ruang instrumen
Peralatan yang terdapat di ruang instrumen adalah Spektrofotometer UV–
Vis, alat uji disolusi dan HPLC.
5. Ruang timbang
6. Ruang contoh pertinggal
Ruang ini sebagai tempat penyimpanan contoh pertinggal bahan baku obat
dan obat jadi dengan masa simpan minimal satu tahun setelah masa
kadaluarsa.
7. Gudang reagen
8. Perpustakaan
9. Ruang staf

3.6.3 Kegiatan Instalasi Penelitian dan Pengembangan (Installitbang)


Installitbang berperan dalam melakukan penelitian terhadap produk baru
dan pengembangan produk lama untuk memperoleh dan meningkatkan kualitas
produk yang lebih baik. Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan pengajuan rencana
penelitian dan pengembangan produk Lafi Puskesad yang meliputi:
1. Membuat spesifikasi teknis bahan baku obat, bahan pembantu dan
bahan pengemas.
2. Mencari dan meneliti formula yang dapat dikembangkan sebagai
produk Lafi Puskesad.
3. Merevisi ulang suatu formula yang sudah ditetapkan bila suatu saat
terjadi perubahan alat, bahan baku dan komponen produksi lainnya.
4. Mengadakan evaluasi terhadap keluhan yang terjadi dan obat
kembalian.
Penelitian dan pengembangan dimulai dari penelusuran pustaka,
pengadaan bahan, penelitian skala laboratorium dan skala produksi. Terakhir
dilakukan validasi proses produksi dan pengawasan mutu bekerja sama dengan
Instalprod dan Instalwastu.

48
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017

3.6.4 Kegiatan Instalasi Produksi


Produksi obat-obatan dilaksanakan oleh Instalasi Produksi yang meliputi
perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, dan pengendalian produksi. Produk yang
dihasilkan oleh Lafi Puskesad berupa produk β-laktam dan non β-laktam. Obat-
obatan yang diproduksi oleh Lafi Puskesad tidak diregistrasi ke Badan POM,
karena obat Lafiad hanya digunakan untuk lingkungan prajurit, PNS TNI AD
beserta keluarganya. Namun demikian, proses produksi obat tersebut tetap
dilaksanakan sesuai dengan Pedoman CPOB terkini yang dikeluarkan oleh
BPOM.
Rencana produksi dibuat berdasarkan jumlah dan jenis obat yang diminta,
jenis peralatan yang dimiliki (kapasitas dan spesifikasi mesin), jumlah sumber
daya manusia, jam kerja dan waktu produksi yang dibutuhkan, serta sistem
pendukung dan ketersediaan bahan baku obat. Ada tiga alur besar dalam proses
produksi yang meliputi alur proses, alur personel, dan alur material.
Alur proses meliputi kegiatan pengolahan dan pengemasan. Pengolahan
dan pengemasan yang dilakukan berdasarkan pada Prosedur Pengolahan Induk
dan Prosedur Pengemasan Induk. Prosedur Pengolahan Induk menjelaskan secara
terperinci pengolahan suatu produk dalam bentuk sediaan, kekuatan, dan ukuran
bets di mana segala macam alat yang digunakan ditulis. Prosedur Pengemasan
Induk menjelaskan secara terperinci pengemasan suatu produk. Seluruh proses
pengolahan dan pengemasan yang sudah dilaksanakan dicatat dan
didokumentasikan dalam catatan pengolahan bets dan catatan pengemasan bets.
Batch Record ini disusun oleh masing-masing Kasi produksi, diperiksa oleh
Kainstalprod dan Kainstalwastu, disetujui oleh Kapasitu, diterima oleh
Kainstalsimpan, diketahui oleh Kalafi Puskesad kemudian didistribusikan dan
didokumentasikan. Proses produksi dimulai dari penimbangan bahan baku dan
penyiapan bahan kemas yang akan digunakan dan dikeluarkan dari Instalsimpan
berdasarkan catatan pengolahan bets dan catatan pengemasan bets untuk setiap
produk. Barang yang telah dikeluarkan dari Instalsimpan selanjutnya memasuki
tahap pengolahan pada masing-masing seksi produksi.

49
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Alur personel dan alur barang memiliki alur yang berbeda. Alur personel
dimulai ketika personel hendak memasuki ruang produksi. Personel harus melepas
pakaiannya di loker kelas F dan menggantinya dengan baju kelas F (jas lab).
Personel melewati koridor kelas F dan memasuki ruang kerja kelas F yang
meliputi kegiatan pengemasan dan pencucian. Jika personel ingin memasuki
ruang produksi kelas E untuk melakukan kegiatan pengolahan (penimbangan
sampai pengemasan primer), personel terlebih dahulu memasuki loker kelas E
untuk mengganti jas lab dengan baju kelas E (cover all). Kemudian memasuki
ruang interlock/air lock/ruang antara atau air shower dan melewati koridor kelas
E. Personel yang ingin memasuki ruang produksi kelas B di mana merupakan
tempat diletakkannya LAF (Laminar Air Flow) yang merupakan ruang produksi
kelas A, terlebih dahulu melewati ruang kelas D dan C. Di antara dua ruang yang
mempunyai tingkat kebersihan yang berbeda terdapat ruang antara.
Alur material bahan awal dari Instalsimpan ke Instalprod untuk diproses
adalah sebagai berikut: bahan awal yang masih dikemas dalam kemasan sekunder
yang berada di Instalsimpan ruang kelas G, dibawa oleh petugas Instalsimpan ke
ruang antara/interlock yang membatasi ruang kelas F dan E dimana ruang antara
mengikuti ruang tingkat kebersihan yang lebih tinggi yaitu ruang kelas E untuk
dilepas kemasan sekundernya dan dikeluarkan dari ruang antara oleh petugas
Instalsimpan yang berada di ruang kelas E, kemudian bagian luar dari kemasan
primernya dibersihkan oleh petugas Instalsimpan kelas E dan barang masuk ke
koridor kelas E dibawa ke ruang penimbangan di kelas E, kemudian bahan awal
memasuki unit proses pengolahan kelas E (penimbangan sampai pengemasan
primer) dan selama proses produksi dilakukan IPC untuk produk antara, produk
ruahan dan produk jadi, sehingga dapat diputuskan apakah produk jadi itu ditolak
atau diluluskan. Jika lulus, maka Instalsimpan akan mengirimkan produk jadi ke
Gupus II untuk didistribusikan.
Berikut ini adalah uraian mengenai proses produksi pada masing-masing
seksi yang ada di Instalasi Produksi:
1. Seksi sediaan Non β-laktam

50
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Kasi sediaan non β-laktam adalah seorang Apoteker. Seksi ini
melakukan kegiatan produksi tablet, kapsul, sirup, dan sediaan cairan obat
luar non β-laktam:

a. Sediaan tablet
Ruang produksi tablet terdiri dari ruang timbang, ruang mucilago,
ruang campur, ruang granulator, ruang pengering, ruang ayak, ruang
cetak, ruang penyalutan, ruang stripping dan ruang cuci alat.
Ruangan-ruangan ini dilengkapi dengan lampu penerangan yang
memadai, HVAC dengan penghisap debu, dan lapisan epoksi pada
dinding dan lantai.
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan tablet diantaranya
adalah timbangan elektrik, mesin pembuat mucilago dengan energi
panas dari uap, mesin pencampur basah (super mixer), mesin
pencampur kering, oven pengering/FBD, granulator, mesin cetak
tablet, mesin salut film, dan mesin strip tablet. Tablet yang diproduksi
oleh Lafi Puskesad adalah tablet biasa, tablet kunyah, tablet salut film,
dan tablet salut enterik dengan ukuran diameter 6,5; 7,5; 10; 12; 13;
15 mm. Metoda pembuatan tablet yang biasa digunakan adalah
metoda cetak langsung dan granulasi basah. Pembuatan tablet dengan
metoda cetak langsung dimulai dari proses penimbangan bahan baku,
selanjutnya mengikuti proses pencampuran massa cetak sampai
dengan proses penyetripan dan pengemasan tanpa melalui proses
granulasi. Metoda yang lebih sering digunakan adalah metoda
granulasi basah (lampiran 7) dengan tahap sebagai berikut:
1) Proses penimbangan bahan baku
Proses penimbangan bahan baku dan bahan tambahan lainnya
dilakukan di ruang kelas E dan ditimbang oleh personel
Instalsimpan.
2) Proses pembuatan bahan pengikat (mucilago)
Dididihkan sejumlah tertentu aqua demineralisata di dalam
tangki pemanas double jacket. Setelah mendidih, dimasukkan

51
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
sejumlah nipagin, diaduk sampai larut. Lalu dimasukkan gelatin,
diaduk homogen. Kemudian dimasukkan Amylum solani yang
sebelumnya sudah dikembangkan dalam aqua demineralisata
sedikit demi sedikit. Selanjutnya dilakukan pengadukan sampai
terbentuk massa bening.
3) Proses pencampuran bahan berkhasiat dengan fase dalam
Bahan berkhasiat dicampurkan dengan fase dalam dan diaduk
sampai homogen. Saat mencampur dilihat sifat bahan baku
seperti higroskopis, kristal, volumines, dan lain-lain. Serta
pencampuran dilakukan sedikit demi sedikit. Parameter yang
harus diperhatikan pada tahap ini adalah jumlah, kecepatan
putaran mesin, dan lama mencampur agar dihasilkan massa yang
homogen.
4) Proses granulasi basah
Pada campuran bahan berkhasiat dengan fase dalam kemudian
ditambahkan sejumlah mucilago dan diaduk hingga homogen
sampai terbentuk massa yang dapat dikepal.
5) Proses pengeringan
Massa yang telah diperoleh kemudian dikeringkan dalam oven
dengan suhu dan waktu tertentu sampai terbentuk massa
setengah kering, tergantung jenis tablet yang dibuat. Parameter
yang harus diperhatikan pada tahap ini adalah suhu dan lama
waktu pengeringan.
6) Proses pengayakan
Massa setengah kering diayak dengan ayakan ukuran mesh
tertentu, tergantung dari jenis dan ukuran tablet.
7) Proses pengeringan
Massa yang telah diayak dikeringkan kembali di oven/FBD
dengan suhu dan waktu yang sama seperti pengeringan
sebelumnya sampai mencapai kadar air sekitar 2-5%, tergantung
jenis tablet yang dibuat.

52
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017

8) Proses pengayakan
Massa yang telah kering lalu diayak kembali dengan ayakan
ukuran mesh tertentu sampai diperoleh massa granul.
9) Pengawasan mutu
Terhadap granul yang telah dikeringkan dilakukan pengujian
mutu (IPC), yakni pemeriksaan susut pengeringan.
10) Proses pembuatan massa cetak
Granul yang telah lulus dalam uji mutu (IPC) kemudian dibuat
massa cetak dengan penambahan fasa luar seperti : pelincir dan
penghancur luar, kemudian diaduk hingga homogen.
11) Pengawasan mutu
Massa cetak yang akan dicetak, sebelumnya dilakukan
pengujian mutu (IPC) terhadap homogenitas kadar zat aktifnya.
12) Proses pencetakan tablet
Massa cetak yang telah lulus uji mutu kemudian dicetak dengan
mesin cetak tablet yang sebelumnya telah disesuaikan dengan
ukuran dan diameter tablet yang akan dibuat. Selama proses
pencetakan harus diperhatikan kekerasan, ketebalan, dan
keragaman bobot tablet, kemudian hasil cetak tersebut dialirkan
kedalam alat deduster untuk menghilangkan debu / fines yang
masih ada pada permukaan tablet. Parameter yang harus
diperhatikan pada tahap ini adalah tekanan, kecepatan putaran.
13) Pengawasan mutu
Selama pencetakan, dilakukan IPC di ruang produksi yang
meliputi keragaman bobot, kekerasan tablet dan ketebalan tablet
sedangkan pengujian mutu oleh Instalwastu meliputi uji waktu
hancur, keregasan, diameter, tebal, kekerasan, keragaman bobot
tablet, kadar bahan aktif, dan uji disolusi untuk tablet tertentu
pada hasil pencetakan.

53
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
14) Proses penyalutan
Pada proses penyalutan, parameter yang harus diperhatikan
adalah suhu, frekuensi penyemprotan, lubang penyemprotan,
waktu penyemprotan, jarak penyemprotan, dan kecepatan
pemutaran mesin. Sedangkan untuk tablet yang tidak disalut,
langsung dikemas (stripping).
15) Pengawasan mutu
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap tablet salut adalah
penampilan, waktu hancur dan keragaman bobot.
16) Proses stripping
Tablet salut ataupun tablet biasa yang telah lulus uji mutu,
distrip dengan menggunakan bahan pengemas Polycellonium
sebagai kemasan primer, dengan suhu mesin ± 80°-100°C. Hal
yang perlu diperhatikan dalam proses penyetripan yaitu sebelum
digunakan seallingroller pada mesin stripping harus dipanaskan
terlebih dahulu. Suhu mesin tidak boleh terlalu rendah karena
akan menyebabkan kemasan tidak dapat melekat satu sama lain
dan juga tidak boleh terlalu tinggi karena akan menyebabkan
perlekatan yang buruk atau pelelehan pada stripnya.
17) Pengawasan mutu
Pengujian mutu yang dilakukan terhadap hasil stripping berupa
pemeriksaan uji kebocoran strip. Tablet yang telah distrip akan
dikirim ke Seksi Kemas untuk dikemas, lalu obat jadi dikirim ke
Instalsimpan. Setiap produk antara / produk ruah diberi label
disimpan di karantina produk antara / produk ruah sambil
menunggu pelulusan dari Instalwastu.

Alur produksi tablet dengan metoda cetak langsung adalah sebagai


berikut:
1) Penimbangan bahan baku
Penimbangan bahan baku antara lain penimbangan bahan aktif,
bahan pengisi, bahan pelincir, dilakukan di ruang kelas E dan
dilaksanakan oleh personil dari Instalsimpan.

54
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
2) Pengayakan
Beberapa bahan baku dilewatkan pada ayakan dengan ukuran
mesh tertentu. Dalam proses pencetakan langsung sifat alir dan
kompresibilitas bahan awal sangat menentukan tablet yang
dihasilkan.
3) Pencampuran
Bahan aktif dan bahan tambahan dicampur homogen
menggunakan mixer.
4) Pengawasan mutu (In Process Control)
Sebelum proses pencetakan, dilakukan pemeriksaan homogenitas
kadar zat aktif.
5) Pencetakan
Bahan campuran kemudian dicetak menjadi tablet.
6) Pengawasan mutu (In Process Control)
Sebelum dikemas primer, dilakukan pemeriksaan keseragaman
bobot, tebal, diameter, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, kadar
zat aktif dan uji disolusi untuk tablet tertentu.
7) Penyetripan
Setelah tablet selesai dicetak atau disalut (untuk tablet salut) maka
dilakukan proses pengemasan primer yakni penyetripan
(stripping).
8) Pengawasan mutu (In Process Control)
Pada hasil penyetripan dilakukan uji mutu (IPC) meliputi tes
kebocoran strip. Tablet yang telah lulus uji mutu siap dikemas
sekunder (pengepakan) dan dikirim ke Instalsimpan.
b. Sediaan sirup
Di dalam ruang produksi sirup terdiri dari ruang pencampuran,
ruang pengisian, dan ruang pencucian alat. Peralatan yang digunakan
antara lain mixer, colloid mill, panci double jacket, drum stainless,
mesin pengisi sirup, penutup botol, dan pemasangan etiket yang
merupakan satu rangkaian (In Line Process). Proses pembuatan sirup
yakni:

55
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
1) Penimbangan bahan baku
Penimbangan bahan baku dilakukan di ruang kelas E dan
dikerjakan oleh personel Instalsimpan.
2) Pembuatan larutan gula pekat (syrupus simplex)
Pembuatan larutan gula dilakukan dalam panci double jacket,
dimana bahan baku dilarutkan dengan cara dipanaskan
menggunakan elemen listrik dengan gliserin.
3) Pencampuran
Zat aktif dan zat tambahan lain (zat pewarna dan pengawet) yang
telah ditimbang, masing-masing dilarutkan dalam pelarut yang
sesuai sampai larut sempurna, kemudian dicampur dengan larutan
gula pekat. Essence ditambahkan di akhir pencampuran dan
dalam keadaan dingin. Selanjutnya ditambahkan air sampai tanda
batas yang telah ditentukan sesuai dengan volume yang
diinginkan.
4) Pengawasan mutu
Pengujian mutu (IPC) dilakukan terhadap hasil pencampuran
yang terdiri dari uji homogenitas larutan, kadar zat aktif, pH, dan
berat jenis.
5) Pengisian, penutupan, dan labelling
Setelah lulus uji mutu maka dapat dilakukan pengisian, penutupan
dan pemberian etiket atau label. Proses tersebut dilakukan dengan
menggunakan mesin ban berjalan yang bekerja secara semi
otomatis. Pada proses ini dikontrol setiap 15 menit terhadap
keseragaman volume, hasil penutupan, dan pemasangan label.
6) Pengawasan mutu
Terhadap produk yang telah dikemas tetap dilakukan pemeriksaan
mutu yang meliputi keseragaman isi atau volume, kadar zat aktif,
pH larutan, dan bobot jenis. Setelah lulus uji mutu, dilakukan
proses pengemasan untuk kemudian obat jadi diserahkan ke
Instalsimpan. Alur proses produksi sirup basah dan cairan obat
luar dapat dilihat pada Lampiran 9.

56
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
c. Sediaan Kapsul
Ruang produksi kapsul terdiri dari ruang pencampuran, ruang
pengisian dan polishing, serta ruang stripping. Peralatan yang
digunakan untuk pembuatan kapsul diantaranya adalah mesin
pencampur, mesin pengisi kapsul, mesin polishing, dan mesin strip.
Adapun alur proses produksi kapsul, yakni sebagai berikut:
1) Penimbangan bahan baku
Penimbangan bahan baku dilakukan di ruang kelas E dan
ditimbang oleh personel Instalasi Simpan.
2) Pencampuran/granulasi
Semua bahan yang telah ditimbang kemudian dicampur hingga
homogen. Bahan yang diisikan ke dalam cangkang kapsul ada
yang harus digranulasi terlebih dahulu untuk memperbaiki sifat
alirnya sedangkan untuk bahan yang tidak digranulasi dapat
langsung diisikan ke dalam cangkang kapsul.
3) Pengawasan mutu
Sebelum massa kapsul diisikan ke dalam cangkang kapsul, harus
dilakukan In Process Control (IPC) oleh Instalwastu terlebih
dahulu untuk diperiksa kadar zat aktifnya.
4) Pengisian kapsul
Massa kapsul yang telah diluluskan oleh Instalwastu diisikan ke
dalam cangkang kapsul. Selama proses pengisian, dilakukan
pengawasan mutu (IPC) terhadap keragaman bobot, kadar zat
aktif, dan waktu hancur kapsul dan uji disolusi untuk kapsul
tertentu.
5) Polishing
Sebelum dilakukan stripping, kapsul harus melewati proses
polishing terlebih dahulu untuk menghilangkan debu yang
menempel pada bagian luar cangkang kapsul.
6) Penyetripan
Setelah proses polishing, kapsul siap distrip dengan cara yang
sama seperti pada proses stripping tablet.

57
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
7) Pengawasan mutu
Terhadap hasil penyetripan dilakukan pengujian mutu (IPC),
yakni uji kebocoran strip. Kapsul yang telah lulus uji mutu siap
dikemas dan obat jadi dikirim ke Instalsimpan. Alur proses
produksi kapsul dapat dilihat pada Lampiran 10.
d. Cairan obat luar
1) Penimbangan bahan baku
Penimbangan bahan baku dilakukan di ruang kelas E dan
dikerjakan oleh personel Instalsimpan.
2) Pembuatan larutan povidon iodine
Povidon iodine direndam dengan air dan dibiarkan 24 jam,
kemudian diaduk sampai homogen.
3) Pencampuran
Zat tambahan lain yang telah ditimbang, masing-masing
dilarutkan dalam pelarut yang sesuai sampai larut sempurna,
kemudian dicampur dengan larutan povidon iodine. Selanjutnya
ditambahkan air sampai tanda batas yang telah ditentukan sesuai
volume yang diinginkan.
4) Pengawasan mutu
Pengujian mutu (IPC) dilakukan terhadap hasil pencampuran
yang terdiri dari kadar zat aktif, berat jenis, dan pH.
5) Pengisian, penutupan, dan labelling
Setelah lulus uji mutu maka dapat dilakukan pengisian, penutupan
dan pemberian etiket atau label.
6) Pengawasan mutu
Terhadap produk yang telah dikemas tetap dilakukan pemeriksaan
mutu yang meliputi keseragaman isi atau volume, kadar zat aktif,
pH dan bobot jenis. Setelah lulus uji mutu, dilakukan proses
pengemasan kemudian obat jadi diserahkan ke Instalsimpan.
2. Seksi Sediaan β-laktam
Seksi ini bertugas khusus memproduksi produk β-laktam. Adapun
yang perlu diperhatikan dalam proses produksi β-laktam adalah:

58
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
a. Gedung
Gedung produksi β-laktam hendaklah terpisah dengan gedung
produksi non β-laktam untuk mencegah kontaminasi silang (cross-
contamination). Pada gedung produksi β-laktam di Lafi Puskesad
telah dilengkapi dengan sistem pengaturan udara (Air Handling
System), air washer, air shower, dan ruang penyangga (air lock), serta
lantai, dinding, dan langit-langit telah dilapisi oleh bahan epoksi.
b. Ruangan
Ruangan untuk produksi sediaan β-laktam terdiri dari:
1) Ruang kelas E khusus, adalah ruangan untuk pengolahan produk
peroral.
2) Ruang kelas F, adalah ruangan untuk pengemasan sekunder.
3) Ruang kelas G, adalah ruangan untuk gudang Bahan Baku Obat
(BBO) dan bahan kemas.
c. Kelas Kebersihan
Perbedaan ruangan untuk produksi sediaan β-laktam dapat dilihat pada
Sistem pengaturan udara (Air Handling System/AHS):
1) Spesifikasi ruang kelas E, penambahan udara segar (fresh air)
sebanyak 10-20% dengan efisiensi saringan udara 99,95%, suhu
ruangan 20-27°C dan RH maksimum 70%.
2) Spesifikasi ruang kelas F, suhu ruang pengemasan sekunder 20-
28°C.
3) Spesifikasi ruang kelas G, suhu ruang/suhu kamar.
Alur sistem pengaturan udara dapat dilihat pada Lampiran 11.
d. Personel
Setiap personel yang akan bekerja di ruang β-laktam diharuskan
menggunakan pakaian khusus, lengkap dengan perlengkapannya yang
berupa masker, penutup kepala, sepatu, dan sarung tangan sesuai
dengan tempat atau ruangan dimana personel melakukan tugasnya
untuk mencegah kontaminasi silang baik kontaminasi personel
terhadap sediaan ataupun sebaliknya. Setelah memasuki ruang
pengolahan β-laktam personel melewati air shower yang dimaksudkan

59
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
untuk menghindari adanya partikel-partikel β-laktam keluar dari ruang
produksi dan menghilangkan partikel-partikel pengotor yang melekat
pada pakaian. Setelah personel keluar dari ruang pengolahan β-laktam,
personel melewati air shower kembali kemudian personel diharuskan
untuk mandi.
3. Seksi Sediaan Sefalosporin
Seksi sediaan sefalosporin bertugas memproduksi sediaan
sefalosporin yang merupakan turunan β-laktam, dimana dalam hal ini
berupa sediaan injeksi sefalosporin generasi ke-3. Sampai saat ini, Seksi
sediaan sefalosporin baru melakukan media fill dan belum berproduksi
karena masih menunggu proses sertifikasi dari Badan POM. Adapun hal
yang perlu diperhatikan dalam produksi sefalosporin adalah:
a. Ruangan untuk produksi sediaan injeksi sefalosporin terdiri dari:
1) Ruang kelas A, merupakan ruang di dalam cubicle untuk
pengisian serbuk injeksi yang dilengkapi dengan Laminar Air
Flow (LAF) dan HEPA filter. Di ruang ini terdapat juga ruang
antara yang dilengkapi dengan airlock in dan air lock out.
2) Ruang kelas B, merupakan latar belakang kelas A.
3) Ruang kelas C untuk mengganti pakaian.
4) Ruang kelas D, merupakan ruang pencucian vial/kemasan primer,
dan ruang penutupan vial.
5) Ruang kelas F, adalah ruangan untuk pengemasan sekunder.
6) Ruang kelas G, adalah ruangan untuk gudang Bahan Baku Obat
(BBO), bahan kemas dan obat jadi.
b. Sistem pengaturan udara (Air Handling System/AHS):
1) Untuk ruang kelas A adalah dengan sistem tertutup (closed
system).
2) Spesifikasi ruang kelas B hampir sama dengan kelas A, namun
ada penambahan udara segar (fresh air) sebanyak 10-20%. Hal ini
dimaksudkan karena ruangan kelas B merupakan ruang kerja
personel sehingga membutuhkan udara segar yang lebih banyak.
3) Ruang kelas D menggunakan fresh air.

60
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Secara umum, udara kotor di dalam ruangan disedot melalui
grill outlet, kemudian disaring dengan beberapa filter yakni pre-filter
dan medium filter. Khusus untuk ruang kelas B dan C ditambahkan
HEPA filter pada langit-langit ruangan. Udara segar (fresh air) yang
berasal dari luar ruangan pun mengalami proses yang sama. Sebelum
masuk ke dalam ruangan, udara segar yang telah disaring dan udara
yang berasal dari grill outlet yang juga telah disaring akan dicampur
dan melewati filter lagi sebelum akhirnya masuk ke ruangan melewati
grill inlet.
4. Seksi Kemas
Kasi Kemas dijabat oleh seorang Kepala Seksi yang bertanggung
jawab kepada Kainstalprod. Proses pengemasan dilakukan terhadap
produk ruahan tablet, kapsul, sirup dan cairan obat luar, sebagai berikut:
a. Pengemasan tablet dilakukan setelah proses stripping. Tablet yang
sudah distrip kemudian dilakukan penyortiran lalu dimasukkan ke
dalam sak plastik dan dilengkapi dengan brosur dan selanjutnya di
seal. Tiap sak plastik berisi 25 strip dan tiap strip berisi 10 tablet.
Hasil seal kemudian dimasukkan ke dalam dus dan dilengkapi dengan
identitas produk. Isi tiap dus berbeda-beda sesuai dengan ukuran
diameter tablet yang dikemas. Untuk diameter tablet 6,5 – 7,5 mm 1
dus berisi 50 sak, untuk diameter tablet 10–13 mm 1 dus berisi 30 sak,
untuk diameter 15 mm atau kaplet 1 dus berisi 20 sak.
b. Pengemasan kapsul dilakukan setelah proses stripping dengan cara
yang sama seperti pada pengemasan tablet. Isi tiap dus adalah 20 sak
plastik, di mana tiap sak plastik berisi 25 strip dan tiap strip berisi 10
kapsul.
c. Pengemasan sirup menggunakan dus dilengkapi dengan sendok takar
dan brosur, dimana tiap dus berisi 36 botol untuk botol bervolume 60
ml, 25 botol untuk botol bervolume 100 ml.
d. Pengemasan cairan obat luar, pengemasan menggunakan dus, dimana
tiap dus berisi 36 botol untuk botol bervolume 60 ml, dan 10 botol
untuk bervolume 1 L.

61
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
3.6.5 Kegiatan Instalasi Penyimpanan
Kegiatan Instalsimpan meliputi penerimaan, penyimpanan dan
pengeluaran atas perintah Kalafi serta menyelenggarakan dan melaksanakan
kegiatan pengamanan dan pemeliharaan material yang berupa: bahan baku, bahan
pendukung, peralatan untuk proses produksi dan obat jadi.
Barang dari rekanan tidak langsung diterima oleh Instalsimpan Lafi tetapi
diterima oleh Gudang Pusat II sesuai aturan penerimaan barang kemudian
diperiksa secara administrasi dan fisika oleh tim komisi dan uji mutu oleh
Instalwastu. Selama pengujian, barang disimpan di gudang karantina. Bila barang-
barang tersebut telah memenuhi syarat, maka barang tersebut akan dipindahkan ke
gudang bahan produksi, diantaranya gudang bahan baku, gudang bahan pengemas
dan gudang bahan pendukung. Tim komisi akan membuat Berita Acara
Penerimaan Barang (BAPB). Barang tersebut dapat dikeluarkan ke instalansi
penyimpanan setelah adanya Perintah Pengeluaran Material (PPM) dari Dirkesad.
Instalsimpan kemudian akan melakukan pencatatan pada Kartu Kendali (Kardek)
sesuai jumlah barang yang masuk.
Barang-barang yang tersimpan di gudang Instalsimpan disusun
berdasarkan jenis dan sifat barang, barang yang kecil disimpan di atas rak, barang
dengan ukuran besar disimpan di atas pallet, barang yang higroskopis dan
termolabil disimpan di gudang sejuk. Untuk pengeluaran barang disesuaikan
dengan jadwal produksi dan jumlahnya disesuaikan dengan catatan pengolahan
bets, sedangkan Sistem First in First Out (FIFO), First Expired First Out (FEFO),
First Unstable First Out (FUFO) tetap menjadi prioritas, namun demikian barang
yang diterima oleh Instalsimpan adalah barang yang langsung di pakai oleh
Instalasi Produksi. Material produksi tersebut oleh Instalasi Produksi diolah dan
dikemas menjadi produk jadi, kemudian seksi kemas menyerahkan produk jadi
tersebut kepada Instalsimpan, yang selanjutnya diserahkan ke Gudang Pusat II.
Penyelenggaraan administrasi yang menyertai penerimaan dan
pengeluaran barang dari dan ke Instalsimpan Lafi terdiri dari:
1. Perintah Penerimaan Material (PPnM)
2. Perintah Pengeluaran Material (PPM)
3. Berita Acara Penerimaan Barang (BAPB)

62
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
4. Nota Pengeluaran Material (NPM)
5. Bukti Penyerahan (BP) (Lampiran 12)
6. Surat Keluar Barang (SKB)
7. Kartu Gudang (Lampiran 13)
8. Kartu Kendali
9. Buku Harian Penerimaan dan Pengeluaran Barang
10. Buku Besar Penerimaan dan Pengeluaran Barang
Instalsimpan mempunyai 3 gudang yang terpisah untuk material Non β-
laktam, β-laktam, dan Sefalosporin. Material Non β-laktam disimpan di
Instalsimpan yang memiliki ruang-ruang dengan 2 kelas yang berbeda tingkat
kebersihannya yaitu kelas E dan G (berhubungan langsung dengan udara luar).
Kelas E terdiri dari ruang timbang, ruang staging (digunakan untuk penyimpanan
bahan baku obat yang sudah ditimbang) dan ruang sampling. Kelas G terdiri dari
ruang administrasi, gudang bahan baku, gudang bahan pendukung, gudang bahan
kemas, gudang cairan, gudang sejuk untuk menyimpan bahan baku obat dan
bahan pendukung yang memerlukan kondisi penyimpanan khusus dan gudang
obat jadi. Material untuk produksi β-laktam disimpan tersendiri di gedung
produksi β-laktam dan material untuk produksi sefalosporin disimpan di gedung
sefalosporin.
Peralatan yang digunakan di Instalsimpan, yaitu:
1. Timbangan dengan kapasitas 5kg dan 10kg
2. Timbangan digital berprinter dengan kapasitas 310g dan 60 kg
3. Alat pengusir serangga dan pengusir tikus
4. Alat pengambilan sampel
5. Rak, pallet.
3.6.6 Kegiatan Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang (Instalhar &
Sisjang)
Instalasi pemeliharaan dan sistem penunjang merupakan pelaksana fungsi
pemeliharaan dan perbaikan terhadap alat produksi dan alat laboratorium sehingga
siap digunakan, penatalaksanaan limbah industri, menyiapkan utillitas guna
mendukung kegiatan produksi dan merencanakan kebutuhan suku cadang untuk
mendukung kegiatan pemeliharaan dan perbaikan. Seluruh kegiatan pemeliharaan

63
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
dan perbaikan dilaporkan kepada Kalafi. Penanggung jawab pengolahan fasilitas
utility ini adalah Kepala Instalasi Pemeliharaan dan Sistem Penunjang
(Kainstalhar & Sisjang). Fasilitas utility terdiri dari:
1. Listrik
Sumber listrik Lafi Puskesad berasal dari PLN dengan daya
sebesar 1000 kV. Pada saat ini belum digunakan generator karena masih
dalam tahap pengajuan.
2. Pengolahan Air
Sumber air bersih didapat dari suplai Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) yang kemudian diolah menjadi air baku farmasi melalui instalasi
pengolahan air. Air baku farmasi adalah air yang telah memenuhi syarat
untuk digunakan sebagai bahan baku air untuk produksi steril maupun
nonsteril. Pemilihan PDAM sebagai sumber air oleh Lafi Puskesad adalah
karena banyaknya kandungan logam pada air tanah.
a. Pengolahan Air Demineralisata
Sumber air bersih berasal dari Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) kemudian diolah menjadi air baku farmasi melalui instalasi
pengolahan air. Air yang berasal dari PDAM terlebih dahulu
ditampung pada tangki yang tertanam di dalam tanah (ground tank)
kemudian dialirkan melalui pipa ke dalam suatu alat filtrasi. Air yang
diolah menjadi air demineralisata mengalami beberapa tahap:
1) Saringan Pasir (sand filter)
Menyaring secara fisik menggunakan pasir silika dan berfungsi
untuk mengikat partikel-partikel yang terbawa oleh air selama
pengolahan air di PDAM.
2) Saringan Karbon (carbon filter)
Saringan karbon berfungsi untuk menyerap bau, rasa, warna,
kontaminan organik dan unsur klor yang ditambahkan pada
pengolahan air di PDAM.
3) Resin Kation
Resin kation berfungsi untuk menghilangkan ion-ion positif pada
air dan kemudian akan digantikan dengan ion hidrogen.

64
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
4) Resin Anion
Resin anion berfungsi untuk menghilangkan ion-ion negatif dan
ditukar dengan ion hidroksida, sehingga menghasilkan air dengan
kandungan Total Dissolved Solid (TDS) kurang dari 8 ppm dan
silika kurang dari 0,1 ppm. Setelah mengalami beberapa tahap
pemurnian, air demineralisata ditampung dan dialirkan ke
ruangan-ruangan produksi dan laboratorium untuk digunakan.
5) Tanki penampung
Air demineralisata ditampung dalam tangki penampung untuk
dialirkan ke ruangan-ruangan produksi untuk digunakan sesuai
dengan keperluan.
b. HPW (High Purified Water)
Instalasi HPW merupakan kelanjutan dari instalasi air demineralisata
yang dihubungkan dengan alat reverse osmosis sehingga dihasilkan
HPW.
3. Boiller (Steam)
Air baku untuk menghasilkan uap panas adalah aqua demineralisata
yang diberi tekanan melalui pompa air masuk ke filter kemudian
ditampung di dalam tangki stainless steel untuk mensuplai steam. Air
dipanaskan melalui boiler hingga menjadi uap. Alat ini bekerja secara semi
otomatis dengan alat-alat pengaman yang lengkap. Udara panas yang
dihasilkan dialirkan melalui pipa ke ruang-ruang produksi yang
membutuhkannya.
4. Udara Bertekanan
Udara bertekanan diperoleh dengan menggunakan alat kompresor
yang bekerja secara otomatis dengan alat pressure switch. Kompresor
juga dilengkapi dengan air dryer, main line filter, mist separator dan
micro mist separator. Instalasi kompresor ini digunakan hanya pada
peralatan yang memerlukan udara bertekanan seperti mesin stripping
(udara bertekanan digunakan untuk menggerakkan pisau pemotong strip).
5. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

65
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Limbah dari industri farmasi harus diolah sedemikian rupa sehingga
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan agar tidak mencemari
lingkungan di sekitar industri tersebut. Limbah Lafi Puskesad berasal dari
proses produksi dan proses pengujian yang terbagi atas limbah padat dan
limbah cair.
Pada produksi obat Non β-laktam, pengolahan limbah padat
dilakukan dengan menggunakan dust collector dimana limbah berupa debu
disedot dari ruang produksi dengan blower kemudian dikumpulkan dalam
kantong penampung dan dibakar. Khusus untuk limbah dari proses
penyalutan tablet, terlebih dahulu diolah dengan air washer. Sedangkan
limbah cair produksi Non β-laktam langsung dialirkan ke Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Pada produksi β-laktam, pengolahan limbah terlebih dahulu diolah
melalui air washer, dimana limbah padat (debu-debu) disedot oleh blower
dari ruangan yang berdebu seperti ruang strip, isi kapsul, cetak, coating,
campur dan ruang isi sirup kering, kemudian disemprot dengan air
bertekanan 4 bar sehingga debu akan jatuh di bak penampungan. Air
dialirkan ke bak destruksi yang dilengkapi dengan dozing pump dan pH
meter. Cairan ini didestruksi untuk memecah cincin β-laktam dengan
menggunakan larutan NaOH 0,1 N yang diteteskan secara otomatis sampai
diperoleh pH 9, kemudian dinetralkan dengan penambahan HCl.
Sedangkan limbah cair produksi obat Non β-laktam tidak mengalami
proses destruksi. Selanjutnya, limbah hasil produksi β-laktam dialirkan ke
IPAL untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut.
Pengolahan limbah pada IPAL menggunakan prinsip fisika, kimia
dan mikrobiologi. Cara fisika dilakukan dengan cara mengendapkan
kotoran pada bak sedimentasi. Cara kimia dilakukan dengan
menambahkan koagulan PAC (Poly Alumunium Chloride) dengan
kekuatan 50 kg/1000 L pada bak koagulan sehingga terbentuk agregat,
kemudian ditambahkan polimer elektrolit dan poli anionik dengan
kekuatan 1 kg/1000L pada bak flokulasi, yang akhirnya membentuk
endapan. Cara mikrobiologi dilakukan pada bak aerasi dengan cara

66
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
mengembangbiakkan bakteri aerob SGP 50 di dalamnya agar dapat
menghancurkan zat-zat organik. Untuk menjaga pertumbuhan bakteri
ditambahkan pupuk urea atau NPK sebagai nutrisi untuk bakteri. Tahapan
pengolahan air limbah di IPAL meliputi beberapa tahap sebagai berikut
(Lampiran 14) :
a. Bak Sedimentasi Awal
Pada Bak Sedimentasi awal terjadi proses fisika dimana terjadi
pengendapan, khusus untuk limbah dari β-laktam yang sudah
didestruksi.
b. Bak Ekualisasi
Bak penampungan air limbah yang mengalir dari bak sedimentasi awal,
di bak ini mengalami proses fisika atau pencampuran endapan air
limbah. Bak equalisasi dipasang dua alat:
1) Pump/pompa
Berfungsi untuk mengendalikan fluktuasi jumlah air kotor yang
tidak merata baik pada jam kerja ataupun di luar jam kerja serta
mengalirkan air limbah dari bak ekualisasi ke bak aerasi secara
otomatis.
2) Pengaduk
Fungsinya untuk mengaduk bahan-bahan organik agar tidak
mengendap.
c. Bak Aerasi (Aeration Tank)
Pada Bak Aerasi terjadi proses biologi. Bak ini dilengkapi dengan dua
alat yaitu:
1) Diffuser
Berfungsi untuk mengaduk air limbah supaya tidak ada yang
mengendap.
2) Aerator
Berfungsi untuk memasukkan oksigen ke dalam air limbah dan
juga ditanam bakteri aerob (jenis SGP-50) yang berguna untuk
dekomposisi limbah organik dengan bantuan oksigen. Prosesnya
18-24 jam. Sebagai nutrisi berupa pupuk NPK (urea).

67
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
d. Bak Clarifier (sedimentasi kedua)
Dasar bak ini bentuknya miring kesatu arah supaya memungkinkan
pengendapan lumpur yang terbawa atau tersuspensi dalam air limbah.
Air dari bak aerasi bila diffuser tidak aktifakan mengalir ke dalam
lubang kecil dalam bentuk tersuspensi. Bila diffuser aktif, pengendapan
atau lumpur akan masuk kembali ke bak aerasi.
e. Bak Koagulasi
Pada bak ini terjadi proses kimia dimana terdapat dua alat, yaitu:
1) Dozing pump
Berfungsi untuk menambahkan koagulan PAC (Poli Ammonium
Clorida) yang berfungsi untuk mengikat protein rantai panjang
yang masih ada dalam air limbah dan membentuk agregat.
2) Pengaduk
f. Bak Flokulasi
Air limbah ditambah polianionik, kemudian terbentuk endapan. Air
yang bersih akan mengalir ke bak kontrol melalui bidang miring
sedangkan air yang belum bersih akan mengalir ke bak sedimentasi tiga
melalui pipa besar.
g. Bak Sedimentasi Ketiga
Bagian bawahnya berbentuk kerucut dan ditambah saringan-saringan
dari ijuk dan karung yang berfungsi sebagai penyaring endapan
kemudian cairan ini akan masuk ke bak penampungan cairan lalu
dipompa kembali ke bak ekualisasi.
h. Bak Kontrol
Air yang terdapat dalam bak ini diperiksa kadar COD (Chemical
Oxygen Demand), BOD (Biological Oxygen Demand) dan TDS (Total
Dissolve Solid) dan pH. Jika hasilnya memenuhi syarat, maka air dapat
dibuang ke saluran pembuangan air umum. Sebagai kontrol pada bak
ini dipelihara ikan bila ikannya matiberarti air belum bebasdari
pencemaran sehingga harusdiolah lagi.

6. Air Handling System (AHS)

68
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Air Handling System (AHS) adalah sistem pengaturan udara yang
berfungsi mengkondisikan udara dalam ruangan produksi yang dilengkapi
dengan sarana pengatur suhu dan kelembaban.Parameter ini dapat
mempengaruhi kualitas produk dari industri farmasi, selain itu juga
terdapat parameter lainnya antara lain air change (pertukaran udara),
tekanan udara, suhu, kelembaban dan cemaran partikel. Tujuan dari sistem
ini adalah untuk menyediakan aliran udara kering, bersih dan dingin yang
tepat untuk tiap-tiap ruangan produksi.
Pada AHU untuk kelas B, C dan D dilengkapi dengan prefilter,
medium filter dan HEPA filter, sedangkan udara yang masuk ke ruang-
ruang kelas B dan C disaring kembali dengan HEPA filter. Ruang kelas A
dilengkapi dengan LAF. Pada ruang produksi tekanan udara ruangan akan
lebih negatif dari tekanan udara pada koridor.. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah kontaminasi debu, karena aliran udara bergerak dari tekanan
yang tinggi ke yang lebih rendah. Pada ruang produksi β-laktam , tekanan
udara di dalam ruang produksi juga lebih rendah daripada koridor supaya
tidak terjadi pencemaran partikel β-laktam ke daerah koridor yang
dilewati personil. Berikut pengendalian udara saat keadaaan non
oprasional di beberapa ruang produksi Lafi Puskesad :
a. Pengendalian udara di ruang kelas D/E
Ukuran partikel : ≥ 0,5 μm maksimum 3.520.000/m3
Relative Humidity : 40 – 60 % (D) dan maks 70 % (E)
Filter : Primary filter (efisiensi 30 - 60 %)
Secondary filter (efisiensi 80 – 95 %)
Sirkulasi udara : < 20 kali per jam
Asal udara : recide/fresh air
b.Pengendalian udara di ruang kelas C
Ukuran partikel : ≥ 0,5 μm maksimum 352.000/m3
Relative Humidity : 45 – 55 %
Filter : Primary filter (efisiensi 30 - 60 %)
Secondary filter (efisiensi 80 – 95 %)
HEPA filter (efisiensi 99,95 %)

69
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Sirkulasi udara : > 20 kali per jam
Asal udara : fresh air
c. Pengendalian udara di ruang kelas A/B
Ukuran partikel : ≥ 0,5 μm maksimum 3.520/m3
Relative Humidity : 45-55 %
Filter : Primary filter (efisiensi 30 - 60 %)
Secondary filter (efisiensi 80 – 95 %)
HEPA filter (efisiensi 99,995 %)
Sirkulasi udara : > 120 kali per jam dan bersifat Laminar
Asal udara : fresh air 10 % dan sirkulasi 90 %
Pengendalian udara di kelas B sama dengan pengendalian di kelas A,
namun tanpa Laminar Air Flow.
Pengumpul debu (dust collector) adalah suatu pembersih yang
bekerja dengan cara menghisap debu-debu yang terdapat pada ruang-ruang
produksi. Untuk wet dust collector (air washer) dilakukan pencampuran
aliran udara yang berdebu dengan air (RotoKlon). Hasil olahan air washer
tersebut selanjutnya dibawa ke IPAL untuk diolah lebih lanjut, khusus
untuk hasil olahan air washer dari produksi β-laktam terlebih dahulu
melewati destruktor.
Cara Kerja AHS: Sistem tata udara secara umum dapat dijelaskan
secara singkat sebagai berikut: Suplai udara dalam sistem tata udara
berasal dari udara luar (udara terbuka) dikenal istilah fresh air. Volume
fresh air yang masuk ke sistem ditentukan oleh volume damper yang telah
terpasang. Udara tersebut disaring pada saringan pertama / pre filter yang
mampu menangkap partikel yang berukuran ≥ 1 µm. Udara tersebut akan
disaring kembali untuk yang kedua kalinya oleh medium filter yang
mampu menangkap partikel yang berukuran ≥ 0.5 µm. Selanjutnya oleh
Cooling Coil udara tersebut diatur suhu dan kelembabannya sesuai dengan
yang dikehendaki.
Udara yang sudah terkondisi tersebut akan dihembuskan oleh fan
coil ke kelas C dan D. Fan Coil berfungsi sebagai pengatur jumlah
sirkulasi udara (air change) yang dalam kerjanya dikombinasikan dengan

70
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
sistem damper. Udara bersih yang dihembuskan ke kelas D berasal dari
fresh air yang diproses. Suplai udara untuk ruang kelas A dan B
merupakan udara recycle yang bersirkulasi terus menerus melalui filter-
filter yang digunakan.
Untuk mencukupi suplai oksigen di kelas A dan B, dimasukkan
udara segar melalui damper yang dapat mencukupi suplai oksigen ± 20%.
Sistem ini dibuat dengan proses pengolahan seperti aliran udara untuk
kelas D kemudian langsung disalurkan melewati HEPA filter ke kelas A
dan B.
3.6.7 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan bagian dari sistem informasi manajemen dari
sebuah organisasi perusahaan. Dokumentasi di Lafi Puskesad meliputi:
1. Dokumentasi seluruh pedoman yang berkenaan dengan aktivitas Lafi
Puskesad dengan pelaksanaan fungsinya sebagai lembaga produksi obat
yang dituangkan dalam Prosedur Tetap (protap) yang meliputi bidang
personalia, administrasi dan logistik, operasional peralatan dan instalasi
umum, sanitasi dan hygiene, prosedur operasional dan perawatan alat,
prosedur pembersihan alat atau ruangan, kalibrasi dan validasi, spesifikasi
bahan, prosedur pengolahan dan pengujian, metoda dan instruksi serta
protap-protap lain yang diperlukan.
2. Dokumen seluruh proses pembuatan obat yang dituangkan dalam
dokumen produksi induk yang diturunkan antara lain menjadi prosedur
pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk yang kemudian
diturunkan menjadi catatan pengolahan bets dan catatan pengemasan bets
meliputi spesifikasi, prosedur, metoda dan instruksi, catatan dan laporan
selama proses produksi berlangsung mulai dari penimbangan sampai
pengemasan yang menggambarkan riwayat lengkap dari bets obat yang
diproduksi.
3. Dokumentasi untuk setiap pengambilan sampel dan bahan uji, baik bahan
baku, bahan setengah jadi, produk ruahan maupun obat jadi serta hasil
pengujiannya.

71
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
4. Dokumen untuk setiap obat yang telah diluluskan oleh Instalasi
Pengawasan Mutu dan telah didistribusikan.
5. Dokumentasi juga dilakukan untuk segala aktivitas yang berkenaan
dengan perbaikan, pemantauan dan pengendalian, misalnya lingkungan,
perlengkapan, peralatan dan personalia.
6. Dokumentasi tentang spesifikasi, bahan awal, produk antara, produk
ruahan dan obat jadi.
Seluruh dokumen di atas dikelola dan disimpan oleh bagian-bagian yang
bersangkutan dengan aktivitas yang dilaksanakan, tetapi Master Formula dan
catatan pengolahan bets dan catatan pengemasan bets yang sudah diisi disimpan
di Pemastian Mutu.

3.7 Produk-produk Lafi Puskesad


Jenis produk yang diproduksi oleh Lafi Puskesad berupa tablet, kaplet,
kapsul, sirup kering, cairan obat luar, cairan oral dan salep obat luar yang
kemudian digunakan untuk keperluan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat
(TNI AD). Beberapa obat yang diproduksi oleh Lafi Puskesad (Terlampir).

72
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Lafi Puskesad merupakan suatu lembaga penunjang dalam pelaksanaan


tugas pokok Direktorat Kesehatan Angkatan Darat yaitu dalam penyediaan obat-
obatan untuk kepentingan TNI-AD serta keluarganya. Lafi Puskesad merupakan
lembaga pelaksana produksi obat-obatan yang dituntut untuk menghasilkan obat
yang bermutu tinggi, aman dan berkhasiat walaupun obat yang diproduksi dipakai
untuk lingkungan sendiri yaitu anggota prajurit dan PNS TNI-AD serta
keluarganya dan tidak dipasarkan. Selain itu, Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan
Angkatan Darat (Lafi Puskesad) merupakan suatu badan pelaksana pusat yang
berada dibawah Pusat Kesehatan Angkatan Darat yang bertugas untuk
menyelenggarakan dan melaksanakan fungsi teknik yang meliputi produksi obat,
pengawasan mutu, penelitian dan pengembangan, penyimpanan, administrasi
logistik, pemeliharaan alat produksi dan instrumen serta menyelenggarakan fungsi
organiknya yang berupa fungsi militer dan fungsi pembinaan. Fungsi organik
dilaksanakan dalam rangka mendukung tugas pokok Lafi Puskesad.
Usaha-usaha dalam pemenuhan persyaratan CPOB terus dikembangkan,
terbukti dengan telah diperolehnya tiga buah sertifikat CPOB untuk sediaan Non
β-laktam, tiga buah sertifikat CPOB untuk sediaan β-laktam dan sertifikat CPOB
untuk sediaan sefalosporin masi dalam proses sertifikasi. Pedoman CPOB
meliputi 12 aspek, antara lain manajemen mutu, personalia, bangunan dan
fasilitas, peralatan, sanitasi dan higiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri
dan audit mutu, penanganan keluhan terhadap obat dan penarikan kembali obat
jadi serta obat kembalian, pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak,
dokumentasi serta validasi dan kualifikasi. Pelaksanaan CPOB di Lafi Puskesad
tercakup dalam uraian berikut ini :

73
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017

4.1 Penerapan CPOB di Lafi Puskesad


4.1.1 Manajemen Mutu
Lafi Puskesad belum memiliki pastitu atau QA yang terstruktural, hanya
sebatas organisasi operasional sehingga belum bersifat independen. Manajemen
mutu di Lafi Puskesad dilakukan oleh pemastian mutu atau pastitu. Pastitu sudah
berdiri sejak dua januari 2013 dalam jangka waktu tersebut tugas-tugas yang
sudah dilakukan antara lain pelulusan produk, menyetujui protab dan menyimpan
dokumen-dokumen.
Tugas dan tanggung jawab di Lafi Puskesad sudah sesuai dengan pedoman
CPOB yaitu memastikan bahwa desain dan pengembangan obat dilakukan dengan
memperhatikan persyaratan CPOB, seluruh langkah produksi dan penendalian
diuraikan secara jelas dan pengkajian terhadap semua dokumen yang terkait
dengan proses, penemasan dan pengujian bets dilakukan sebelum memberikan
pengesahan pelulusan untuk distribusi.

4.1.2 Personalia
Lafi Puskesad memiliki personil kunci seorang Apoteker yang
terkualifikasi dan bertanggungjawab, yaitu Kepala Bagian Pemastian Mutu (QA),
Kepala Instalasi Pengawasan Mutu (QC) dan Kepala Instalasi Produksi. Personil
yang terdapat dalam struktur organisasi memiliki tugas dan tanggungjawab yang
jelas, sehingga personil yang bekerja dapat mengetahui tugas, wewenang dan
tanggungjawab masing – masing. Oleh karena itu setiap bagian instalasi dipimpin
oleh orang yang berbeda yang saling terkoordinassi antara satu dengan yang lain.
Lafi Puskesad mempunyai program pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan personil.

4.1.3 Bangunan dan Fasilitas


Bangunan produksi Lafi Puskesad terdiri dari bangunan produksi β-
laktam, non β-laktam, dan sefalosporin. Untuk bangunan sediaan injeksi kering
sefalosporin dilengkapi ruang kelas A dan saat ini belum dilakukan produksi,
masih dilakukan proses sertifikasi. Kondisi ruangan bangunan produksi juga telah

74
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
diatur dengan adanya system tata udara HVAC agar sesuai dengan persyaratan
CPOB. Bangunan dan fasilitas telah didesain sedemikian rupa untuk memperkecil
terjadinya kontaminasi silang dan untuk memudahkan pembersihan salah satunya
dengan penggunaan epoksi. Pada area produksi yang dapat menimbulkan banyak
debu telah dilakukan penanganan berupa pemasangan dust collector.

Lafi Ditkesad memproduksi dua jenis sediaan obat, yakni sediaan golongan
Betalaktam dan Non Betalaktam, untuk obat-obatan golongan penisilin diproduksi
pada bangunan yang terpisah yang dilengkapi dengan peralatan pengendali udara
khusus untuk produksi tersebut sesuai dengan persyaratan CPOB. Instalasi-
instalasi yang terdapat di Lafi Ditkesad yaitu :
a. Instalasi Produksi
Ruang-ruang untuk proses produksi non betalaktam telah diklasifikasikan
menjadi beberapa kelas sesuai dengan CPOB. Produksi tablet dilakukan di ruang
kelas E, terdiri dari ruang penimbangan, ruang campur, ruang granulator, ruang
pengeringan, ruang karantina, ruang cetak tablet, ruang coating, ruang stripping,
ruang IPC dan ruang cuci alat. Produksi kapsul dilakukan di ruang kelas E terdiri
dari ruang pencampuran, ruang pengisian, polishing, dan ruang strip. Sedangkan
untuk pengemasan skunder dilakukan di ruang kelas F. Produksi sirup dilakukan
diruang kelas E dengan in line system.
Ruang produksi untuk produk Betalaktam mempunyai bangunan yang
terpisah dari produk lainnya. Ruang kelas E terdiri dari ruang timbang, ruang
karantina, ruang stagging, ruang isi kapsul, ruang stripping, ruang salut film,
ruang cetak tablet, ruang campur, ruang isi sirup kering, ruang botol bersih, ruang
simpan alat, dan ruang In Proses Control. Ruang loker kelas F terdiri dari loker
pria dan wanita, ruang pengemasan sekunder, ruang gudang kemas, ruang
karantina obat jadi, ruang gudang sejuk, ruang gudang botol dan vial, ruang cuci
botol, ruang simpan alat dan ruang laundry.
Pada gedung produksi Betalaktam dan Non Betalaktam permukaan lantai,
dinding dan langit-langit dilapisi cat epoksi, permukaannya rata, halus dan
dihindari adanya celah, tidak terdapat sambungan agar tidak terjadi pertumbuhan
mikroba, mudah dibersihkan, tahan terhadap bahan pembersih, tidak melepas atau
menahan partikel dan sudut-sudut antara dinding, lantai dan langit-langit

75
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
berbentuk lengkungan. Untuk mengendalikan udara, di ruang produksi dilengkapi
dengan sarana pengatur suhu dan kelembaban. Penyaringan udara dilakukan
melalui filter udara yang dilengkapi dengan pre-filter, medium filter dan hepa
filter. Hepa filter mampu menyaring partikel berukuran 0,3 μm dengan tingkat
kemampuan 99,97%.
b. Instalasi Simpan
Bangunan instalsi Penyimpanan di Lafi Puskesad dibagi menjadi gudang
cairan, gudang bahan baku obat (suhu sejuk dan suhu ruangan, gudang obat jadi,
gudang bahan pengemas, gudang peralatan, ruang penimbangan, gudang
penyaluran, ruang sampling dan ruang administrasi.
Fasilitas yang terdapat di instalasi simpan berupa insect killer, pengusir
tikus, termohidrometer, pallet plastik, lemari psikotropik, rak obat dan AC.
c. Instalasi Pengawasan Mutu
Bangunan instalasi pengawasan mutu telah memenuhi persyaratan CPOB
dengan adanya pembagian ruangan yang jelas untuk setiap bagian di Instalasi
Pengawasan Mutu, yaitu laboratorium kimia, laboratorium fisika, laboratorium
mikrobiologi, ruang instrumen, ruang timbang, ruang penyimpanan reagen, ruang
pertinggal, ruang staf instalwastu, ruang kaisnstalwastu dan pustaka.

4.1.4 Peralatan
Peralatan yang ada di Lafi Puskesad telah didesain dan dikontruksi sesuai
dengan tujuan penggunaannya. Bahan peralatan yang digunakan harus inert
dimana bahan tersebut tidak menimbulkan reaksi, adisi atau pun absorbsi yang
dapat mempengaruhi mutu obat. Peralatan tersebut rutin dilakukan pemeliharaan
oleh bagian Instalasi Pemeliharaan tergantung dari kondisi alat. Perawatan
peralatan dilakukan sesuai prosedur tertulis dan sesuai jadwal untuk mencegah
kesalahan ataupun pencemaran yang dapat mempengaruhi mutu obat. Setiap
pelaksanan pemeliharaan dan pemakain alat dicatat dalam buku harian (log book).

4.1.5 Sanitasi dan Higiene


1. Sanitasi Bangunan dan Fasilitas

76
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Gedung produksi β-laktam dan Non β-laktam telah memiliki sanitasi yang
baik dan selalu dibersihkan secara berkala sesuai dengan prosedur tetap
pembersihan yang telah ditetapkan.
2. Sanitasi Alat dan Ruangan
Prosedur kerja disesuaikan protap untuk pembersihan seperti
membersihkan ruangan produksi serta membersihkan mesin dan peralatan
produksi lainnya. Pembersihan dilakukan sebelum dan sesudah proses
produksi. Alat dan ruangan yang sudah dibersihkan tetapi tidak langsung
digunakan memiliki jangka waktu ± satu minggu untuk dapat digunakan
kembali tanpa perlu pembersihan ulang dengan catatan alat dan ruangan
tersebut tertera label bersih dari QC. Jika lebih dari satu minggu dilakukan
pembersihan ulang sesuai protap.Sanitasi untuk alat dan ruangan mengunakan
alkohol 70% sebagai desinfektan dan air.
3. Higiene Perorangan
Karyawan yang bekerja di bagian produksi harus sehat jasmani dan
rohani. Untuk itu dilakukan pembinaan kesehatan jasmani dalam bentuk
olahraga setiap minggunya dan pemeriksaan rutin setiap enam bulan atau dua
belas bulan sekali. Karyawan yang sedang menderita flu, diare, sakit kulit dan
penyakit menular lain tidak boleh memasuki ruang produksi. Setiap akan
memasuki ruang produksi sebaiknya personel harus mencuci tangan terlebih
dahulu sesuai dengan protap higiene karyawan. Karyawan sefalosporin yang
memasuki ruang produksi wajib mandi terlebih dahulu sebelum memasuki
ruangan dan melalui air shower untuk membersihkan partikel – partikel yang
menempel di pakaian khususnya mencuci tangan dan higiene tangan dengan
menggunakan alkohol.
Pemastian kebersihan dari peralatan dan bangunan dilakukan oleh
bagian pengawasan mutu. Dalam setiap produksi, karyawan menggunakan
pakaian yang sesuai untuk produksi yang dilengkapi dengan alat pelindung
diri seperti masker, penutup kepala, alas kaki, dan sarung tangan. Untuk
pakaian yang dipakai di ruang Non β-laktam karyawan telah menggunakan
pakaian yang sesuai. Demikian juga untuk di ruangan β-laktam karyawan

77
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
telah mengenakan pakaian beserta alat pelindung diri sehingga dapat
memenuhi persyaratan CPOB.

4.1.6 Produksi
Lafi Puskesad memproduksi sediaan obat berupa kaplet, tablet, kapsul,
dan sirup. Proses produksi sediaan β-laktam, non β-laktam dan sefalosporin
dilaksanakan pada bangunan yang terpisah dan lengkap dengan fasilitas-fasilitas
sesuai dengan kebutuhan seperti yang dipersyaratkan oleh CPOB terkini.
Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina,
pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, pengolahan, pengemasan dan
distribusi dilakukan sesuai dengan prosedur. Pada setiap proses produksi
dilakukan proses pemeriksaan mutu obat oleh IPC dan QC.
Produksi obat di Lafi Puskesad tidak dilakukan secara terus-menerus
karena di Lafi Puskesad melakukan produksi obat berdasarkan rencana produksi
tahunan dan tidak bergantung pada permintaan pasar. Selain itu, obat yang
diproduksi Lafi Puskesad tidak selalu sama dari tahun ke tahun karena produksi
obat yang dilakukan Lafi Puskesad tergantung perintah dari Puskesad yang
berdasarkan kebutuhan prajurit, PNS, TNI AD, beserta keluarganya.
4.1.7 Pengawasan Mutu
Instalasi Pengawasan Mutu (Instalwastu) di Lafi Puskesad bertugas
melakukan pengujian mutu terhadap obat hasil produksi Lafi Puskesad.
Pengawasan mutu bertujuan untuk memastikan obat yang diproduksi memenuhi
syarat selama proses pembuatan dan menentukan masa edar produk jadi. Cakupan
pengawasan mutu antara lain pengambilan sampel, pengujian sampel, penentuan
status lulus atau tidak lulus berdasarkan hasil pengujian terhadap bahan awal,
produk antara, produk ruahan dan obat jadi. Instalwastu Lafi Puskesad bertugas
menyusun dan merevisi spesifikasi bahan baku, bahan kemas dan obat jadi, In
Process Control, penanganan sampel pertinggal dan sampel pembanding,
melakukan uji stabilitas, uji dalam rangka validasi dan kualifikasi, inspeksi diri,
evaluasi produk kembalian, program pemantauan lingkungan produksi, inspeksi
ke ruang produksi, pelatihan personel wastu serta melakukan pemeliharaan alat,
bangunan dan fasilitas di Instalwastu.

78
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017

4.1.8 Inspeksi Diri dan Audit Mutu dan Persetujuan Pemasok


Inspeksi diri bertujuan untuk mendeteksi adanya kesalahan dan
kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaan CPOB. Inspeksi diri dilakukan
terhadap personil, bangunan dan fasilitas, penyimpanan bahan baku dan obat jadi,
peralatan, produksi, pengawasan mutu, dokumentasi dan pemeliharaan gedung.
Inspeksi diri di Lafi Puskesad telah dilakukan minimal setahun sekali, tindakan
perbaikan juga telah dilaksanakan berdasarkan hasil inspeksi.
Tim inspeksi diri merupakan personel yang ditunjuk lansung oleh Kalafi
dan berjumlah tiga oran atau lebih. Tim inspeksi independen atau tidak berkaitan
dengan instalasi yang diinspeksi, yang bertujuan untuk mendapatkan hasil
penilaian inspeksi yang objektif. Sedangkan audit mutu biasanya dilakukan oleh
BPOM dan juga dilakukan oleh pihak luar yang melakukan Toll In manufacturing
di Lafi Puskesad.

4.1.9 Penanganan Keluhan terhadap Obat dan Penarikan Kembali Obat


Jadi serta Obat Kembalian
Keluhan atau complain terhadap produk Lafi Puskesad langsung
disampaikan kepada Puskesad dan kemudian Puskesad memberikan perintah
kepada Kalafi. Kalafi memerintahkan Instalwastu untuk melakukan pemerikasaan
terhadap contoh pertinggal pada nomor bets yang sama. Jika contoh pertinggal
tersebut mengalami cacat, maka Kalafi akan melaporkan kepada Puskesad. Tetapi
jika pengujian pada sampel pertinggal menunjukkan bahwa kualitas obat masih
baik dan sesuai dengan persyaratan, kemungkinan terjadi masalah pada saat
distribusi obat, sehingga Kalafi menyarankan kepada Puskesad untuk
memperbaiki pendistribusian.

4.1.10 Dokumentasi
Sistem dokumentasi di Lafi Puskesad sudah cukup baik walau
menggunakan sistem penyimpanan manual. Penyimpanan dokumen yang
dilakukan manual memiliki kelebihan yaitu memudahkan dalam pengisian data,
namun kekurangan pada sistem ini yaitu dapat mengakibatkan keterlambatan

79
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
penyampaian informasi pada pihak-pihak yang terkait pada seluruh proses yang
ada di Lafi Puskesad. Penyampaian informasi secara menyeluruh dan cepat akan
lebih efektif jika penyimpanan dokumen dikelola dengan sistem komputerisasi.
Beberapa dokumen produksi yang ada di lafi Puskesad, meliputi :
1. Dokumen Produksi Induk yang berisi formula dari suatu produk
dalam bentuk sediaan dan kekuatan tertentu.
2. Batch record terdiri dari Catatan Pengolahan Bets dan Catatan
Pengemasan Bets
3. Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk yang
berkaitan dengan pelaksanaan produksi dari suatu bets produk.
Beberapa dokumen di instalasi pemeliharaan dan sistem penunjang,
diantaranya :
1. Dokumen kualifikasi desain sistem tata udara
2. Dokumen kualifikasi instalasi sistem tata udara
3. Dokumen kualifikasi operasional sistem tata udara
Beberapa dokumen di instalasi penyimpanan, diantaranya :
1. Surat kirim barang
2. Buku pengeluaran
3. Buku penerimaan harian
4. Kartu pertanggung jawaban
5. Nota pengeluaran materil
6. Bukti penyerahan
7. Perintah pengeluaran materil

4.1.11 Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak


Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak pada dasarnya terbagi
menjadi dua (maklon) yaitu toll out dan toll in. Toll out adalah manufacturing Lafi
Puskesad yang dilakukan di industri farmasi lain, sedangkan Toll in adalah
manufacturing produk industri farmasi lain yang dilakukan di Lafi Puskesad.
Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak yang dilakukan di Lafi Puskesad
adalah berupa kerja sama toll in dari industri farmasi lain terutama untuk produk-
produk β-laktam. Untuk dapat melakukan maklon, keduabelah pihak industri

80
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
terkait harus memiliki sertifikat CPOB untuk sediaan yang sama, sedangkan
nomor registrasi hanya harus dimiliki oleh industri yang melakukan tool out.
Maklon bisa dilakukan mulai dari proses awal sampai akhir produksi atau hanya
pada tahap-tahap tertentu dalam proses produksi, tergantung perjanjian dari
keduabelah pihak. Misalnya pemberi kontrak menginginkan produksi hanya
dilakukan sampai produk ruahan, maka dalam tahap pengemasan dilakukan
kembali oleh industri pemberi kontrak.

4.1.12 Kualifikasi dan Validasi


Validasi dan Kualifikasi di Lafi Puskesad telah dilakukan dengan baik
terhadap prosedur produksi dan metode analisis. Validasi dilakukan untuk
membuktikan bahwa proses atau metode dapat memberikan hasil yang konsisten
dengan spesifikasi yang telah ditetapkan. Di Instalwastu validasi yang dilakukan
yaitu validasi metode analisis, sedangkan kualifikasi merupakan bagian dari
validasi yang dilakukan khusus untuk mesin, peralatan produksi maupun sarana
penunjang. Validasi yang dilakukan yaitu, validasi proses misalnya dengan media
fill di ruang produksi sefalosporin, validasi pembersihan dilakukan dengan cara
swab dan bilasan air, serta validasi metode analisis.
Kualifikasi di Lafi Puskesad sudah dilakukan sesuai dengan CPOB
meliputi kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan
kualifikasi kinerja terhadap mesin dan peralatan. Proses kualifikasi dilakukan
pada saat adanya mesin atau peralatan baru dan jika terjadi penurunan kinerja dari
mesin dan peralatan. Validasi dan kualifikasi dilaksanakan menurut prosedur tetap
(protap) dan hasilnya didokumentasikan. Kualifikasi yang sudah dilakukan adalah
kualifikasi sistem tata udara (HVAC), kualifikasi udara bertekanan, dan yang
sedang berjalan saat ini kualifikasi sistem pengolahan air.

4.2 Kegiatan PKPA


Dalam melaksanakan PKPA selama satu bulan di Lafi Puskesad, berbagai
kegiatan yang berhubungan dengan industri farmasi telah dilakukan. Kegiatan-
kegiatan tersebut akan dijelaskan seperti yang tercantum dibawah ini :
4.2.1 Observasi Seksi Non Β-laktam

81
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
1. Sediaan Tablet
Ruang produksi tablet terdiri dari ruang timbang, ruang mucilago, ruang
campur, ruang granulator, ruang pengering, ruang ayak, ruang cetak, ruang
penyalutan, ruang stripping, dan ruang cuci alat. Ruangan-ruangan ini
dilengkapi dengan lampu penerangan yang memadai, HVAC dengan
penghisap debu, dan lapisan epoksi pada dinding dan lantai. Peralatan yang
digunakan untuk pembuatan tablet diantaranya adalah timbangan digital,
mesin pembuat mucilago dengan energi panas dari uap, mesin pencampur
basah (super mixer), mesin pencampur kering (planetary mixer), oven
pengering/FBD, granulator, mesin cetak tablet, mesin salut film, dan mesin
strip tablet. Tablet yang diproduksi oleh Lafi Puskesad adalah tablet biasa,
tablet kunyah, dan tablet salut film, tablet salut enterik dengan ukuran
diameter 6,5; 7,5; 10; 12; 13; 15 mm. Metode pembuatan tablet yang biasa
digunakan adalah metode cetak langsung dan granulasi basah, tetapi yang
lebih sering digunakan adalah metode granulasi basah dengan tahap sebagai
berikut:
a. Proses penimbangan bahan baku
Proses penimbangan bahan baku dan bahan tambahan lainnya dilakukan di
ruang kelas E dan ditimbang oleh personel Instalsimpan minimal 2 (dua)
orang, dimana 1 orang menimbang dan 1 orang menyaksiksan.
b. Proses pembuatan bahan pengikat (mucilago)
Didihkan sejumlah tertentu aqua demineralisata di dalam tangki pemanas
double jacket. Setelah mendidih, masukkan sejumlah nipagin, aduk
homogen. Lalu masukkan gelatin, aduk homogen. Kemudian masukkan
Amylum solani yang sebelumnya sudah dikembangkan dalam aqua
demineralisata sedikit demi sedikit. Selanjutnya dilakukan pengadukan
sampai terbentuk massa bening.
c. Proses pencampuran bahan berkhasiat dengan fase dalam
Bahan berkhasiat dicampurkan dengan fase dalam dan diaduk sampai
homogen. Saat mencampur lihat sifat bahan baku seperti higroskopis,
kristal, volumines, dan lain-lain, dicampur sedikit demi sedikit. Parameter

82
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
yang harus diperhatikan pada tahap ini adalah jumlah putaran mesin, dan
lama mencampur agar dihasilkan massa yang homogen.
d. Proses granulasi basah
Pada campuran bahan berkhasiat dengan fase dalam kemudian
ditambahkan sejumlah mucilago sebagai bahan pengikat dan diaduk hingga
homogen sampai terbentuk massa yang dapat dikepal dan tidak menempel
pada alat.
e. Proses pengeringan
Massa yang telah diperoleh kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu
± 30-40oC selama 15 jam sampai terbentuk massa setengah kering.
Parameter yang harus diperhatikan pada tahap ini adalah suhu dan waktu
pengeringan.
f. Proses pengayakan
Massa setengah kering diayak dengan ayakan ukuran mesh tertentu,
tergantung dari jenis dan ukuran tablet.
g. Proses pengeringan
Massa yang telah diayak dikeringkan kembali di oven/FBD dengan suhu
dan waktu yang sama seperti pengeringan sebelumnya sampai mencapai
kadar air sekitar 2-5%, tergantung jenis tablet yang dibuat.
h. Proses pengayakan
Massa yang telah kering lalu diayak kembali dengan ayakan ukuran mesh
tertentu sampai diperoleh massa granul.
i. Pengawasan mutu
Terhadap granul yang telah dikeringkan dilakukan pengujian mutu (IPC),
yakni kadar air dan pemeriksaan susut pengeringan.
j. Proses pembuatan massa cetak
Granul yang telah lulus dalam uji mutu (IPC) kemudian dibuat massa cetak
dengan penambahan pelincir (untuk mengurangi gesekan antar zat), pelicin
(untuk mengurangi gesekan antara zat dengan alat/mesin cetak) dan
penghancur luar, lalu diaduk hingga homogen.
k. Pengawasan mutu

83
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Massa cetak yang akan dicetak, sebelumnya dilakukan pengujian mutu
(IPC) terhadap homogenitas kadar zat aktifnya.
l. Proses pencetakan tablet
Massa cetak yang telah lulus uji mutu kemudian dicetak dengan mesin
cetak tablet yang sebelumnya telah disesuaikan dengan ukuran dan
diameter tablet yang akan dibuat. Selama proses pencetakan harus
diperhatikan kekerasan, ketebalan, dan keragaman bobot tablet, kemudian
hasil cetak tersebut dialirkan ke dalam alat deduster untuk menghilangkan
debu/fines yang masih ada pada permukaan tablet. Parameter yang harus
diperhatikan pada tahap ini adalah kecepatan putaran dan tekanan.
m. Pengawasan mutu
Selama pencetakan, dilakukan IPC di ruang produksi terhadap sisi kanan
dan kiri mesin cetak yang meliputi keragaman bobot, kekerasan tablet dan
ketebalan tablet sedangkan pengujian mutu oleh Instalwastu meliputi uji
waktu hancur, keregasan, diameter, tebal, kekerasan, keragaman bobot
tablet, kadar bahan aktif, dan uji disolusi untuk tablet tertentu pada hasil
pencetakan. Sampling IPC tablet dilakukan setiap 15 menit sekali.
n. Proses penyalutan
Pada proses penyalutan, parameter yang harus diperhatikan adalah suhu,
ketebalan, tekanan spray gun, frekuensi penyemprotan, lubang
penyemprotan, waktu penyemprotan, jarak penyemprotan, keseragaman
warna dan kecepatan pemutaran panci. Sedangkan untuk tablet yang tidak
disalut, langsung dikemas (stripping).
o. Pengawasan mutu
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap tablet salut adalah penampilan,
waktu hancur, ketebalan dan keragaman bobot.
p. Proses stripping
Tablet salut ataupun tablet biasa yang telah lulus uji mutu, distrip dengan
menggunakan bahan pengemas Polycellonium sebagai kemasan primer,
dengan suhu mesin ± 80°-100° C. Hal yang perlu diperhatikan dalam
proses penyetripan yaitu sebelum digunakan sealing roller pada mesin
stripping harus dipanaskan terlebih dahulu. Suhu mesin tidak boleh terlalu

84
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
rendah karena akan menyebabkan kemasan tidak dapat melekat satu sama
lain dan juga tidak boleh terlalu tinggi karena akan menyebabkan
perlekatan yang buruk atau pelelehan pada stripnya. Selain suhu yang
digunakan, hal yang perlu diperhatikan adalah kecepatan.
q. Pengawasan mutu
Pengujian mutu yang dilakukan di ruang produksi terhadap hasil stripping
meliputi uji kebocoran strip secara visual, penandaan ED (Expired Date)
dan nomor bets setiap 30 menit sekali. Tablet yang telah distrip akan
dikirim ke Seksi Kemas untuk dikemas sekunder, lalu obat jadi dikirim ke
Instalsimpan. Pembuatan tablet dengan metoda cetak langsung dimulai dari
proses penimbangan bahan baku, selanjutnya mengikuti proses
pencampuran massa cetak sampai dengan proses penyetripan dan
pengemasan tanpa melalui proses granulasi.
2. Sediaan sirup
Di dalam ruang produksi sirup terdiri dari ruang pencampuran, ruang
pengisian, dan ruang pencucian alat. Peralatan yang digunakan antara lain
mixer, colloid mill, panci double jacket, drum stainless, mesin pengisi sirup,
penutup botol, dan pemasangan etiket yang merupakan satu rangkaian (In
Line Process). Proses pembuatan sirup yakni:
a. Penimbangan bahan baku
Proses penimbangan bahan baku dan bahan tambahan lainnya dilakukan di
ruang kelas E dan ditimbang oleh personel Instalsimpan minimal 2 (dua)
orang, dimana 1 orang menimbang dan 1 orang menyaksiksan.
b. Pembuatan larutan gula pekat (syrupus simplex)
Pembuatan larutan gula dilakukan dalam panci double jacket, di mana
bahan baku dilarutkan dengan cara dipanaskan menggunakan pemanas
dengan pemanas cair gliserin.
c. Pencampuran
Zat aktif dan zat tambahan lain (zat pewarna dan pengawet) yang telah
ditimbang, masing-masing dilarutkan dalam pelarut yang sesuai sampai
larut sempurna, kemudian dicampur dengan larutan gula pekat. Essence
ditambahkan di akhir pencampuran dan dalam keadaan dingin.

85
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Selanjutnya ditambahkan air sampai tanda batas yang telah ditentukan
sesuai dengan volume yang diinginkan.
d. Pengawasan mutu
Pengujian mutu dilakukan terhadap hasil pencampuran yang terdiri dari uji
homogenitas larutan, kadar zat aktif, pH, dan berat jenis.
e. Pengisian, penutupan, dan labeling
Setelah lulus uji mutu maka dapat dilakukan pengisian, penutupan dan
pemberian etiket atau label. Proses tersebut dilakukan dengan
menggunakan mesin ban berjalan yang bekerja secara semi otomatis. Pada
proses ini dikontrol setiap 15 menit terhadap keseragaman volume, hasil
penutupan, dan pemasangan label.
f. Pengawasan mutu
Terhadap produk yang telah dikemas tetap dilakukan pemeriksaan mutu
yang meliputi keseragaman isi atau volume, kadar zat aktif, pH larutan,
dan bobot jenis. Setelah lulus uji mutu, dilakukan proses pengemasan
untuk kemudian obat jadi diserahkan ke Instalsimpan. Alur proses
produksi sirup basah dan cairan obat luar dapat dilihat pada Lampiran 9.
3. Sediaan Kapsul
Ruang produksi kapsul terdiri dari ruang pencampuran, ruang pengisian
dan polishing, serta ruang stripping. Peralatan yang digunakan untuk
pembuatan kapsul diantaranya adalah mesin pencampur, mesin pengisi kapsul,
mesin polishing, dan mesin strip. Adapun alur proses produksi kapsul, yakni
sebagai berikut :
a. Penimbangan bahan baku
Proses penimbangan bahan baku dan bahan tambahan lainnya dilakukan di
ruang kelas E dan ditimbang oleh personel Instalsimpan minimal 2 (dua)
orang, dimana 1 orang menimbang dan 1 orang menyaksikan.
b.  Pencampuran/granulasi
Semua bahan yang telah ditimbang kemudian dicampur hingga homogen.
Bahan yang diisikan ke dalam cangkang kapsul ada yang harus digranulasi
terlebih dahulu untuk memperbaiki sifat alirnya sedangkan untuk bahan
yang tidak digranulasi dapat langsung diisikan ke dalam cangkang kapsul.

86
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
c. Pengawasan mutu
Sebelum massa kapsul diisikan ke dalam cangkang kapsul, harus dilakukan
In Process Control (IPC) oleh Instalwastu terlebih dahulu untuk diperiksa
kadar zat aktifnya.
d. Pengisian kapsul
Massa kapsul yang telah diluluskan oleh Instalwastu diisikan ke dalam
cangkang kapsul. Selama proses pengisian, dilakukan pengawasan mutu
terhadap keragaman bobot, kadar zat aktif, dan waktu hancur kapsul dan
uji disolusi untuk kapsul tertentu.
e. Polishing
Sebelum dilakukan stripping, kapsul harus melewati proses polishing
terlebih dahulu untuk menghilangkan debu yang menempel pada bagian
luar cangkang kapsul.
f. Penyetripan
Setelah proses polishing, kapsul siap distrip dengan cara yang sama seperti
pada proses stripping tablet.
g. Pengawasan mutu
Pengujian mutu yang dilakukan di ruang produksi terhadap hasil stripping
meliputi uji kebocoran strip secara visual, penandaan ED dan nomor bets
setiap 30 menit sekali. Kapsul yang telah lulus uji mutu siap dikemas dan
obat jadi dikirim ke Instalsimpan. Alur proses produksi kapsul dapat dilihat
pada Lampiran 10.
4. Cairan obat luar
a. Penimbangan bahan baku
Proses penimbangan bahan baku dan bahan tambahan lainnya dilakukan di
ruang kelas E dan ditimbang oleh personel Instalsimpan minimal 2 (dua)
orang, dimana 1 orang menimbang dan 1 orang menyaksiksan.
b. Pembuatan larutan povidon iodine
Povidon iodine direndam dengan air dan dibiarkan 24 jam, kemudian
diaduk sampai homogen.
c. Pencampuran zat tambahan lain yang telah ditimbang, masing-masing
dilarutkan dalam pelarut yang sesuai sampai larut sempurna, kemudian

87
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
dicampur dengan larutan povidon iodine. Selanjutnya ditambahkan air
sampai tanda batas yang telah ditentukan sesuai volume yang diinginkan.
d. Pengujian mutu dilakukan terhadap hasil pencampuran yang terdiri dari
kadar zat aktif, berat jenis, dan pH.
e. Pengisian, penutupan, dan labelling. Setelah lulus uji mutu maka dapat
dilakukan pengisian, penutupan dan pemberian etiket atau label.
f. Pengawasan mutu
Produk yang telah dikemas dilakukan pemeriksaan mutu yang meliputi
keseragaman isi atau volume, kadar zat aktif, pH dan bobot jenis. Produk
yang telah memenuhi persyaratan kualifikasi diloloskan oleh pengawasan
mutu dan dilakukan proses pengemasan, selanjutnya produk jadi
diserahkan ke Instal simpan.

4.2.2 Observasi Seksi β -laktam


Seksi ini bertugas khusus memproduksi produk β-laktam. Adapun yang
perlu diperhatikan dalam proses produksi β-laktam adalah :
1. Gedung
Gedung produksi β-laktam hendaklah terpisah dengan gedung produksi non β-
laktam untuk mencegah hipersensitifitas dan kontaminasi silang (cross
contamination). Pada gedung produksi β-laktam di Lafi Puskesad telah
dilengkapi dengan sistem pengaturan udara (Air Handling System), air
washer, air shower, dan ruang penyangga (air lock), serta lantai, dinding, dan
langit-langit telah dilapisi oleh bahan epoksi.
2. Ruangan
Ruangan untuk produksi sediaan β-laktam berdasarkan terdiri dari:
a. Ruang kelas E khusus, adalah ruangan untuk pengolahan produk peroral.
b. Ruang kelas F, adalah ruangan untuk pengemasan sekunder.
c. Ruang kelas G, adalah ruangan untuk gudang Bahan Baku Obat (BBO)
dan bahan kemas.
Denah bangunan β-laktam dapat dilihat pada Lampiran 19.
3. Personel
Setiap personel yang akan bekerja di ruang β-laktam diharuskan menggunakan

88
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
pakaian khusus, lengkap dengan perlengkapannya yang berupa masker,
penutup kepala, sepatu, dan sarung tangan sesuai dengan tempat atau ruangan
dimana personel melakukan tugasnya untuk mencegah reaksi hipersensitif dan
kontaminasi silang baik kontaminasi personel terhadap sediaan ataupun
sebaliknya.
4.2.3 Observasi Seksi Sefalosporin
Seksi sefalosforin bertugas memproduksi sediaan sefalosforin yang
merupakan turunan β-laktam. Namun sampai saat ini, Seksi Sefalosforin belum
berproduksi karena masih menunggu proses sertifikasi dari Badan POM.
1. Ruangan untuk produksi sediaan injeksi sefalosforin terdiri dari:
a. Ruangan kelas A, merupakan ruang di dalam cubicle untuk pengisian
serbuk injeksi yang dilengkapi dengan laminar air flow (LAF) dan HEPA
filter. Di ruang ini terdapat juga ruang antara yang dilengkapi dengan air
lock in dan air lock out.
b. Ruang kelas B, merupakan latar belakang kelas A.
c. Ruang kelas C, merupakan ruangan bersih untuk melakukan tahap
pembuatan produk steril dengan tingkat resiko lebih rendah.
d. Ruang kelas antara untuk mengganti pakaian.
e. Ruang kelas D, merupakan ruang pencucian vial/kemasan primer, dan
ruang penutupan vial.
f. Ruang kelas F, merupakan ruangan untuk pengemasan sekunder.
g. Ruang kelas G, adalah ruangan untuk gudang bahan baku obat, bahan
kemas dan obat jadi.
h. Sistem pengaturan udara (Air Handling System).
i. Untuk ruang kelas A adalah dengan sistem tertutup (closed system)
j. Spesifikasi ruang kelas B hampir sama dengan kelas A, namun ada
penambahan udara segar (fresh air). Hal ini dimaksudkan karena ruang
kelas B merupakan ruang kerja personil sehingga membutuhkan udara
segar yang lebih banyak.
k. Ruang kelas C dan D menggunakan fresh air
l. Secara umum, udara kotor didalam ruangan disedot melalui grill outlet
kemudian disaring dengan beberapa filter yakni pre filter dan medium

89
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
filter. Khusus untuk ruang kelas B ditambah HEPA filter. Udara segar (air
fresh) yang beraal dari luar ruangan mengalami proses yang sama.
Sebelum masuk ke dalam ruangan, udara segar yang telah disaring dan
udara yang berasal dari grill outlet yang juga telah disaring akan dicampur
dan melewari filter lagi sebelum akhirnya masuk ke ruangan melewati
grill inlet.
2. Produksi yang direncanakan
Sediaan sefalosporin yang akan diproduksi Lafi Puskesad adalah sediaan
serbuk steril injeksi sefalosporin generasi ketiga (cefotaxime dan ceftriaxon).

4.2.4 Observasi Seksi Kemas


Kepala Seksi kemas bertanggung jawab kepada Kepala Instalasi Produksi.
Pengemasan dilakukan pada produk ruahan tablet, kapsul, sirup dan salep.
Pengemasan tablet dan kapsul dilakukan setelah proses stripping, menggunakan
bahan pengemasan polycellonium. Tablet yang sudah di-strip, dipilih yang telah
lulus uji IPC kemudian dimasukkan ke dalam sak plastik dilengkapi dengan
brosur lalu disegel, setiap sak plastik berisi 25 strip, tiap-tiap strip berisi 10 tablet. Hasil
segel kemudian dimasukkan ke dalam dus yang dilengkapi dengan slip pak dimana setiap dus isinya berbeda sesuai
dengan ukuran diameter tablet.

Tablet diameter 6,5 dan 7,5 mm setiap dus berisi 50 sak plastik
Tablet diameter 10-13 mm setiap dus berisi 30 sak plastik
Untuk kaplet dan kapsul setiap dus berisi 20 sak plastik

Untuk sediaan kapsul, setelah kapsul di-strip, dipilih yang telah lulus uji
IPC kemudian dimasukkan ke dalam sak plastik dilengkapi dengan brosur lalu
disegel. Hasil segel kemudian dimasukkan ke dalam dus yang dilengkapi dengan slip pak dimana tiap dus berisi 20 sak
plastik.

Setiap sak plastik berisi 25 strip setiap strip berisi 10 kapsul

Untuk sirup dipak ke dalam dus, dilengkapi dengan sendok takar, brosur
dan slip pak. Untuk produk ruahan β-laktam, pengemasan dilakukan di ruang
kemas β-laktam.
Tiap dus berisi 25 botol Untuk sirup 100 cc
Tiap dus berisi 36 botol Untuk sirup 60 cc

90
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Kegiatan pengemasan sekunder tablet dilakukan di ruang kemas sekunder.
Pengemasan sekunder dilakukan secara manual. Proses pengemasan diawali
dengan melipat box sebagai kemasan sekunder. Selanjutnya obat jadi diambil
sesuai dengan jumlah strip tiap kemasan dan di cek ulang berupa kerusakan
kemasan. Obat jadi yang sudah di cek kemudian dimasukkan kedalam box
kemasan sekunder dan disertai dengan brosur.
Langkah selanjutnya adalah monitoring berat dengan cara menimbang satu
persatu box-box yang sudah berisi obat jadi. Dengan monitoring berat ini dapat
diketahui apakah isi box berlebih atau kurang. Setelah dipastikan isi box sesuai
maka selanjutnya dilakukan proses sealing dan pengemasan dalam kardus ukuran
besar.
Bila pengemasan selesai, dilakukan pemeriksaan QC oleh Instalwastu.
Setelah diperiksa oleh Instalwastu, hasil pengemasan diberi label “Diluluskan”
kemudian seksi kemas membuat laporan administrasi yang terdiri dari laporan
bulanan untuk dilaporkan ke Kalafi dan bukti penyerahan obat dari Kainstalprod
ke Kainstalsimpan, selanjutnya obat jadi dikirim ke Instalsimpan.

4.2.5 Observasi Instalasi Penyimpanan


Kegiatan Instalasi penyimpanan di Lafi Puskesad meliputi penerimaan,
penyimpanan, dan pengeluaran atas perintah Kalafi serta memelihara dan
melaksanakan kegiatan pengamanan dan pendistribusian.
Barang datang tidak langsung diterima oleh Instalasi penyimpanan Lafi
tetapi diterima oleh Gudang Pusat II sesuai aturan penerimaan barang kemudian
diperiksa barang yang datang dari tender secara administrasi dan fisik oleh tim
PPHP (Panitia Pemeriksaan Hasil Pngadaan) yang dibentuk oleh Kapuskesad dan
uji mutu oleh Instalwastu. Selama pengujian, barang disimpan di gudang
karantina. Bila barang barang tersebut telah memenuhi syarat maka barang
tersebut akan langsung dipindahkan di gudang bahan produksi, diantaranya
gudang bahan baku, gudang bahan pengemas dan gudang bahan pendukung. Tim
PPHP dan Instalwastu akan mengeluarkan Berita Acara Penerimaan Barang
(BAPB) yang disampaikan ke Kapuskesad. Kapuskesad akan mengeluarkan
Perintah Pengeluaran Material (PPM) yang ditujukan pada Gupus 2 dengan

91
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
tembusan Instal simpan, kemudian LAFI akan membentuk tim komisi intern yang
bertugas menerima serta memeriksa jumlah dan keadaan barang dari Gupus 2.
Pengiriman barang dari Gupus 2 ke LAFI disertai dengan SKB (Surat Kirim
Barang). Instalasi penyimpanan kemudian akan melakukan pencatatan pada kartu
kendali untuk pengawasan sesuai jumlah barang yang masuk.
Barang barang yang tersimpan di gudang Instalsimpan disusun berdasarkan
jenis dan sifat barang, barang yang kecil disimpan di atas rak, barang dengan
ukuran besar disimpan di atas pallet, barang yang higroskopis dan termolabil
disimpan di gudang sejuk. Untuk pengeluaran barang disesuaikan dengan jadwal
produksi dan jumlahnya disesuaikan dengan catatan pengolahan bets. Saat
melakukan proses produksi Kalafi mengeluarkan NPM (Nota Pengeluaran
Materil) dari Instalsimpan membuat bukti penyerahan dan kemudian masuk ke
ruang staging untuk dilakukan proses produksi, setelah obat jadi akan dibawa ke
Instalsimpan untuk administrasi dan ada berita acara jumlah obat jadi kemudian
obat jadi akan di serahkan ke Gupus, kemudian dari Gupus akan didistribusikan.
Penyelenggarakan administrasi yang menyertai penerimaan dan pengeluaran
barang dari dan ke instalasi penyimpanan lafi terdiri dari :
1. Perintah penerimaan material
2. Perintah pengeluaran material
3. Nota pengeluaran material
4. Berita acara penerimaan barang
5. Bukti penyerahan
6. Surat kirim barang
7. Kartu gudang
8. Kartu kendali
9. Buku harian penerimaan dan pengeluaran barang
10. Buku besar penerimaan dan pengeluaran barang
Instalsimpan mempunyai 2 gudang yang terpisah untuk material Non β-
laktam dan β-laktam. Material Non β-laktam disimpan di Instalsimpan yang
memiliki ruang-ruang dengan 2 kelas yang berbeda tingkat kebersihannya yaitu
kelas F dan G. Kelas E terdiri dari ruang timbang dan ruang staging (penyimpanan
bahan baku yang sudah ditimbang) dan ruang sampling.

92
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Kelas G terdiri dari ruangan administrasi, gudang bahan baku, bahan kemas,
gudang cairan, gudang sejuk untuk menyimpan obat jadi dan bahan baku obat
yang memerlukan kondisi penyimpanan pada suhu 15-25º C. Material untuk
produksi β-laktam disimpan tersendiri digedung produksi β-laktam. Peralatan
yang digunakan di Instalasi Penyimpanan yaitu :
1. Timbangan dengan kapasitas 1 kg, 10 kg, dan 30 kg.
2. Timbangan digital berprinter dengan kapasitas maksimal 60 kg.
3. Alat pemadam kebakaran
4. Alat pengambil sampel
5. Alat pengusir serangga
6. Alat pengusir tikus

4.2.6 Observasi Laboratorium Pengawasan Mutu


Pengawasan mutu merupakan bagian integral dari suatu produksi obat. Secara
umum, tugas dan tanggung jawab instalwastu ada 5, yaitu Sampling, Testing,
Spesifikasi, Inspeksi, dan Monitoring yang dapat dijabarkan menjadi:

a. Bertanggung jawab dalam pengawasan mutu obat bekerja sama dengan QA


dalam menghasilkan produk akhir (finished good) yang memenuhi persyaratan.
b. Menyiapkan dan mengawasi pelaksanaan prosedur pengawasan mutu dan IPC
(in process control) mandiri terkait CPOB.
c. Bertanggung jawab dalam pelulusan bahan awal, bahan pengemas, hingga
produk setengah jadi.
d. Memastikan bahwa bahan awal untuk produksi obat telah memenuhi
spesifikasi yang telah ditetapkan, meliputi: identitas, kekuatan, dan kualitasnya.
e. Memastikan bahwa pengemas dalam proses telah sesuai spesifikasi.
f. Memastikan bahwa suatu batch obat tetap memenuhi persyaratan mutu selama
waktu edar yang telah ditetapkan (stability control).
Pelaksanaan kegiatan di Instalwastu ditunjang dengan adanya HPLC,
spektrofotometer, Laminar Air Flow di laboratorium mikrobiologi, Read Biotic
untuk pembacaan daya hambat antibiotik terhadap bakteri, Climatic Chamber, alat
disolusi, Particle Counter serta berbagai fasilitas penunjang lainnya.
Lafi Puskesad memiliki Instalwastu yang sesuai dengan standar CPOB.
Bangunan dari Instalwastu di Lafi Puskesad terdiri dari :
93
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
1. Laboratorium Kimia
Ruang laboratorium kimia memiliki peralatan dan fasilitas yang menunjang
pemeriksaan mutu secara kimia seperti lemari asam dan Climatic Chamber.
2. Laboratorium Mikrobiologi
Laboratorium mikrobiologi dilengkapi dengan Laminar Air Flow dan alat
pembaca daya hambat antibiotik terhadap bakteri (Read Biotic) serta alat-alat
penunjang lainnya seperti inkubator untuk jamur dan bakteri, lemari pendingin
dan autoklaf.
3. Laboratorium Fisika
Peralatan yang terdapat di ruang fisika antara lain adalah alat uji kekerasan
tablet yang disertai dengan uji ketebalan dan diameter tablet, alat uji keregasan
tablet, alat uji kebocoran strip dan alat uji waktu hancur tablet.
4. Ruang Instrumen
Peralatan yang ada di ruang instrument adalah Spektrofotometer UV-Vis,
HPLC dan alat uji disolusi.
5. Ruang Contoh Pertinggal
Ruang ini sebagai tempat penyimpanan contoh pertinggal obat jadi dengan
masa simpan satu tahun setelah masa kadaluarsa.
6. Ruang Timbang
7. Gudang Reagen
8. Perpustakaan
9. Ruang Staff

4.2.7 Observasi Sistem Pengolahan Air


Air yang digunakan di industri farmasi perlu diolah (treatment) untuk
mendapatkan air yang sesuai dengan spesifikasi dan kualitas air. Ada empat
kualifikasi air yang digunakan di industri farmasi Lafi Puskesad, yaitu :

a. Air Pasokan (Feed Water) atau Raw

Water

94
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Air pasokan berasal dari air baku seperti sumur, sungai atau air PDAM.
Mutu air pasokan hendaklah dipantau secara rutin. Air yang digunakan oleh Lafi
Puskesad berasal dari PDAM karena air tersebut telah mengalami pengolahan
terlebih dahulu, tetapi dalam pengolahannya PDAM menggunakan klor sehingga
tidak stabil. Air tanah tidak digunakan karena mengandung mineral-mineral yang
harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan kandungan mineralnya.
Pengujian tambahan hendaklah dipertimbangkan jika ada perubahan sumber air
baku, teknik pengolahan atau konfigurasi sistem.
Jika mutu air baku berubah secara bermakna dari persyaratan Pemerintah
setempat antara lain pemerian, pH, kesadahan, kadar besi, silika, mikroba;
pemakaian air sebagai APF atau air pasokan ke tahapan lanjut pengolahan air,
hendaklah dikaji dan hasil kajian tersebut didokumentasikan.
Bila air pasokan berasal dari sistem "in-house" misal air yang diperoleh
dari air sumur, pengolahan air baku, langkah pengolahan yang digunakan dan
sistem konfigurasi hendaklah didokumentasikan. Perubahan sistem atau
pengoperasiannya tidak boleh dilakukan sampai pengkajian selesai dilaksanakan
dan perubahan disetujui bagian Pemastian Mutu.
Bila air pasokan disimpan dan didistribusikan oleh pengguna, sistem
penyimpanan tidak boleh menyebabkan terjadi penurunan mutu air sebelum
penggunaan. Pada penyimpanan seperti itu, pengujian hendaklah dilakukan secara
rutin sesuai metode yang ditentukan Jika air disimpan, desain sistem dan
pengoperasian hendaklah memastikan pemakaian atau resirkulasi air yang
disimpan mencukupi untuk mencegah stagnansi.
Sistem air pasokan biasanya dianggap sebagai sistem yang berdampak
tidak langsung dan tidak perlu dikualifikasi tetapi hendaklah dilakukan
pemantauan pemenuhan spesifikasi secara berkala. Air pasokan yang dibeli dalam
bentuk ruahan dan dikirimkan ke pengguna dengan menggunakan kendaraan
tangki (tanker) menimbulkan masalah dan risiko tambahan, yang tidak terjadi
pada air pasokan yang disalurkan melalui pipa. Kegiatan penilaian pemasok dan
sertifikasi oleh bagian Pemastian Mutu, termasuk konfirmasi penerimaan
kendaraan pengirim, hendaklah diperlakukan dengan cara yang sama seperti untuk
bahan awal lain.

95
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Peralatan dan sistem yang digunakan untuk menghasilkan pasokan air,
hendaklah dapat dikosongkan dan disanitasi. Tangki penampungan hendaklah
ditutup dengan penutup berventilasi yang sesuai, yang memungkinkan dilakukan
inspeksi visual, dapat dikosongkan dan disanitasi. Pipa distribusi hendaklah dapat
dikosongkan, dibilas dan disanitasi.
Perhatian khusus hendaklah dilakukan untuk mengendalikan kontaminasi
mikroba pada filter karbon dan water softener. Bila mikroba telah menginfeksi
sistem, kontaminasi dengan cepat akan membentuk biofilm dan menyebar ke
seluruh sistem. Teknik pengendalian kontaminasi seperti back-flushing, sanitasi
kimia atau panas dan regenerasi yang lebih sering hendaklah
dipertimbangkan.sebagai tambahan untuk menghambat pertumbuhan mikroba,
aliran air terus-menerus hendaklah dipertahankan pada seluruh komponen
pengolahan air.

b. Potable water (PW)

Proses pengolahan potable water ini sebagian besar dilakukan secara fisika dan
sebagian kecil secara kimia. Air baku yang digunakan bersumber dari air PDAM.
Dalam industri farmasi, penggunaan potable water meliputi berbagai aspek dalam
suatu pabrik seperti diantaranya adalah sebagai berikut.

a. Sebagai kebutuhan rumah tangga perusahaan.


b. Sebagai air pendingin pada cooling tower.
Air yang dipakai dalam cooling tower harus memiliki kadar kesadahan, silika
dan minyak yang kecil. Hal tersebut dikarenakan dalam proses pendinginan
terjadi penyerapan panas pada air sehingga temperatur air meningkat. Bila saat
itu kadar kesadahan, silika dan minyak dalam air tinggi maka akan terbentuk
kerak dan endapan minyak sehingga dapat mengurangi cooling capacity pada
sistem. Selain itu kadar besi dalam air harus memiliki kadar yang rendah agar
meminimalisir kemungkinan timbulnya korosi.

c. Sebagai air baku pada Purified Water Plant.

96
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Digunakannya potable water pada pembuatan purified water karena potable
water memiliki kadar suspensi dan zat pengotor yang lebih sedikit
dibandingkan air baku sebelum dilakukan pengolahan sehingga meringankan
kerja alat pada proses pembuatan purified water. Proses pengolahan pada
potable water plant meliputi proses secara fisika dan kimia.

POTABLE WATER PLANT


Kaporit
P-11

P-8 P-7
Well Water

E-4 E-8
P-12
Storage Tank
P-3 Potable Water
E-7
P-2 Dosing
P-5 P-4
Sand Catridge Carbon Zeolite P-14
City Water Pump
Filter filter Filter Filter
V-1
E-2 P-9 P-19 P-20 P-10 P-18

E-5 E-11 E-6 E-12


E-9

Storage Tank

E-1

Gambar 3. skema dan tahapan proses potable water plant

Keterangan :
a. Storage Tank
Tahap ini dilakukan agar selama proses pengolahan potable water dapat
dikendalikan alirannya
b. Sand Filter
Filter ini terdiri dari pasir silika. Dapat menyaring suspensi berukuran partikel
250-500 nm. Contohnya adalah pasir dan endapan kasar yang tersuspensi.
c. Catridge Filter
Terbuat dari kain yang mempunyai pori-pori berukuran 10 µm. Dapat
menyaring suspensi berukuran partikel 100-250 nm. Contohnya adalah
endapan-endapan halus.
d. Carbon Filter
Filter ini terdiri dari karbon aktif. Dapat menyaring koloid yg berukuran 1-100
nm dan juga dapat menyerap minyak, bau, warna dan zat-zat organik lainnya.

97
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Memiliki kapasitas perubahan kation yaitu dapat menyerap sebagian kation
seperti besi dan mangan.
e. Zeolite Filter
Filter ini terdiri dari zeolite yang memiliki kapasitas perubahan kation lebih
baik daripada karbon aktif. Dapat menyerap logam berat, bau, kopi, darah, cat,
sampah radioaktif, arsenik dan bahan-bahan beracun lain yang dapat ditemukan
dalam air. Dapat membuat air yang berada dalam kondisi pH asam menjadi
lebih netral berdasarkan kapasitas perubahan kationnya yang besar. Zeolite
dapat berfungsi juga sebagai perisai penyaringan fisik untuk bakteri pathogen.
f. Chlorinasi
Chlorinasi adalah proses penambahan senyawa yang mengandung Chlor
dengan tujuan sebagai zat desinfektan. Ditambahkan ke dalam air hingga kadar
Chlor 10-30 ppm.
c. Purified Water/ Aquademineralisata
Dalam proses pembuatan obat diperlukan air yang higienis, steril, dan murni
sehingga proses dan penetapan standar kualitas air dilakukan secara ketat dan
serius karena menyangkut kesehatan manusia. Penggunaan purified water pada
industri farmasi adalah sebagai berikut.
 Sebagai pencuci alat proses produksi
Alat proses yang telah dipakai harus dibersihkan dari sisa-sisa produk dan
disterilkan. Jadi, alat proses dicuci dengan menggunakan cairan
pembersih, dibilas dengan potable water, lalu alat proses dibilas dengan
purified water beberapa kali hingga bersih. Kebersihannya pun selalu
dikontrol dengan melakukan uji konduktivitas dan pH pada air bilasan
terakhir. Dengan kemurnian yang tinggi dan temperatur lebih dari 70⁰C
diharapkan purified water dapat membersihkan alat proses dari sisa residu
dan mikroba yang dapat mengurangi kualitas produk.
 Sebagai bahan baku untuk produk
Air diperlukan dalam pembuatan obat yang berbentuk padatan maupun
cairan sebagai pelarut sehingga kualitas purified water harus selalu dijaga.

98
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
 Sebagai air umpan ketel pada boiler
Air umpan ketel harus terhindar dari zat-zat yang dapat menyebabkan
korosi, foaming dan kerak. Zat-zat penyebab korosi yang harus
dihilangkan dari dalam air diantaranya adalah besi, karbonat, dan
ammonia. Zat yang dapat menimbulkan foaming biasanya berasal dari
minyak. Zat yang dapat menyebabkan kerak yaitu silika, magnesium,
kalsium, dan garam-garam karbonat.
Proses pengolahan pada purified water plant sebagian besar dilakukan
pengolahan secara kimia karena sumber airnya yaitu potable water yang
sebelumnya sudah dilakukan proses pengolahan secara fisik, sehingga hanya
kandungan mineral dan ion saja yang harus dihilangkan agar air menjadi murni.
Metode untuk memproduksi Air Murni tidak ditetapkan di farmakope.
Tiap teknik pemurnian yang sesuai dan terkualifikasi atau tahapan teknik, dapat
digunakan untuk membuat Air Murni. Secara umum digunakan proses penukaran
ion, ultrafiltrasi dan/ atau proses RO. Teknik destilasi dapat juga digunakan.
d. Air dengan Tingkat Pemurnian yang Tinggi/ ATPT (Highly purified
Water/ HPW)
Air dengan Tingkat Pemurnian yang Tinggi (ATPT) hendaklah dibuat dari
Air Murni. ATPT hendaklah memenuhi standar kualitas air untuk lnjeksi
termasuk persyaratan endotoksin, tetapi metode pengolahannya dianggap tidak
sehandal distilasi. ATPT dapat diproses melalui kombinasi metode seperti
Reverse Osmosis (RO), ultrafiltrasi dan deionisasi.
e. Air untuk lnjeksi/ water for injection (WFI)
Farmakope menentukan atau membatasi tahap akhir pemurnian air yang
diizinkan dalam produksi air untuk lnjeksi. Destilasi adalah teknik yang dipilih;
karena dipertimbangkan sebagai teknik yang lebih handal, berdasarkan perubahan
fase, dan dalam beberapa hal digunakan suhu tinggi pada peralatan proses,
tergantung pada peralatan yang dipilih.
Hal-hal berikut hendaklah dipertimbangkan ketika merancang sebuah
sistem pemurnian air:
 Mutu air pasokan
 Spesifikasi mutu air yang dipersyaratkan;

99
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
 Untuk menghindari siklus start/stop terlalu sering dilakukan, ukuran
generator untuk memasok air ke SPA hendaklah cukup sehingga jumlah
air pasokan optimal atau cukup untuk pengolahan yang terus menerus;
 Blow-down dan dump function serta
 Ventilasi pendinginan untuk mencegah masuknya kontaminan.
4.2.7.1 Standar air yang digunakan untuk produksi
Peraturan Purified Water Highly purified Water for injection
terbaru CPOB water
Europhean pharm, Europhean pharm, Europhean pharm,
USP USP USP
Cunductivity 1,3 S/cm 1,3 S/cm 1,3 S/cm
at 250C
Heavy metals - 0,1 ppm 0,1 ppm
Nitrat - 0,2 ppm 0,1 ppm
Total Organic <500 pb <500 pb <500 pb
Carbon
Microbial <100 cfu/mL <100 cfu/mL <100 cfu/mL
limit
Endotoksin - <0,25 Eu/mL <0,25 Eu/mL

4.2.7.2 Kualifikasi
Sistem APF, Air Murni, ATPT dan Air untuk lnjeksi berdampak langsung
terhadap mutu, sehingga parameter mutu kritis sistem tersebut hendaklah
dikualifikasi. Kualifikasi hendaklah mengikuti kaidah validasi yang mencakup
Kualifikasi Desain (KD), kualilfikasi Instalasi (KI), Kualifikasi Operasional (KO)
dan Kualifikasi Kinerja (KK) sesuai dengan Pedoman CPOB.
Petunjuk Teknis ini tidak menetapkan persyaratan standar unluk tahap
validasi KD, Kl dan KO, tetapi hanya fokus pada pendekatan KK yang hendaklah
dilaksanakan pada sistem pemurnian APF untuk menunjukkan kinerja yang
konsisten dan handal. Pendekatan tiga fase hendaklah digunakan untuk memenuhi
tujuan pembuktian kehandalan dan ketahanan sisiem dalam kinerja jangka
panjang.
Pendekatan tiga fase hendaklah digunakan untuk memenuhi tujuan
pembuktian kehandalan dan ketahanan sistem dalam kinerja langka panjang :
a. Fase 1
100
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Jangka waktu pengujian 2-4 minggu hendaklah dilaksanakan untuk
memantau sistem secara intensif. Selama jangka waktu pengujian ini sistem
hendaklah beroperasi terusmenerus tanpa kegagalan atau penyimpangan
kinerja.
Kegiatan-kegiatan berikut ini hendaklah dicakup dalam pendekatan
pengujian:
 Uji kimia dan mikrobiologi dilakukan sesuai rencana yang telah
ditetapkan;
 Pengambilan sampel dilakukan tiap hari dari:
 air pasokan untuk verifikasi mutu;
 tiap tahap proses pemurnian:
 tiap titik penggunaan dan titik sampel lain yang telah ditetapkan;
 Penetapan rentang operasional yang sesuai;
 Penetapan prosedur pengoperasian, pembersihan, sanitasi dan
pemeliharaan;
 Mendemonstrasikan produksi dan distribusi air yang memenuhi kualitas
dan kuantitas yang dipersyaratkan ; .
 Penggunaan dan penyempurnaan Prosedur Tetap (Protap) untuk
pelaksanaan/pemeliharaan, sanitasi dan pemecahan masalah:
 Penetapan batas waspada dan batas bertindak; dan
 Pengembangan dan penyempurnaan prosedur penanganan kegagalan
sistem.
b. Fase 2
Jangka waktu pengujian 2-4 minggu berikutnya hendaklah dilaksanakan
untuk melakukan pemantauan lebih lanjut yang intensif, bersamaan dengan
penyempurnaan semua Protap setelah fase 1 selesai. Pola pengambilan sampel
secara umum hendaklah sama seperti fase 1. Pada fase ini,air dapat digunakan
untuk tujuan pembuatan obat.Pendekatan ini hendaklah juga mendemonstrasikan:
 Parameter operasional yang konsisten dalam rentang yang telah
ditetapkan; dan
 Produksi dan distribusi air dengan kuantitas dan kualitas yang dibutuhkan
secara konsisten jika sistem dioperasikan sesuai protap.

101
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
c. Fase 3
Fase 3 berlangsung selama 12 bulan setelah fase 2 memenuhi syarat. Air
dapat digunakan untuk tujuan pembuatan obat selama fase ini, yang memiliki
tujuan sebagai berikut:
 Mendemonstrasikan kinerja yang handal padajangka panjang; dan .
 Memastikan bahwa variasi pergantian musim dievaluasi. Lokasi dan
frekuensi pengambilan sampel serta pengujian hendaklah dikurangi ke
pola rutin (reguler/ kegiatan produksi sehari-hari) berdasarkan prosedur
yang ditetapkan dan hasil pemantauan yang diperoleh dari fase 1 dan fase
2.
4.2.7.3 Pemantauan Sistem secara Berkesinambungan
Setelah fase 3 program kualifikasi sistem pengolahan APF selesai,
pengkajian sistem hendaklah dilaksanakan. Setelah pengkajian ini, hendaklah
dilakukan pemantauan rutin berdasarkan hasil dari fase 3. Pemantauan hendaklah
mencakup kombinasi instrumen pemantau online terhadap parameter seperti
aliran, tekanan, suhu, konduktivitas, dan IOC, serta pengujian sampel offline (di
laboratorium) untuk parameter fisika, kimia dan mikrobiologi.
Sampel Offline untuk pengujian di laboratorium hendaklah diambil dari
titik penggunaan dan titik sampel yang spesifik. Sampel dari tempat penggunaan
hendaklah diambil dengan cara yang sama ketika air dialirkan untuk penggunaan.
Pengujian hendaklah dilakukan untuk memastikan pemenuhan spesifikasi
farmakope, dan mencakup minimal penentuan konduktivitas, pH, logam berat,
nitrat, IOC, Angka Lempeng Total (ALT), bakteri patogen spesifik dan terhadap
air untuk lnjeksi perlu pengujian endotoksin.
Analisis tren terhadap hasil pemantauan hendaklah dilakukan
(kecenderungan/ trending dalam batas 2 sigma). Batas waspada dan bertindak
hendaklah ditetapkan berdasarkan laporan data historis. Tren yang sering
melampaui batas waspada hendaklah memicu investigasi secara mendalam akar
permasalahan, dilanjutkan dengan tindakan korektif yang tepat.
4.2.7.4 Pemeliharaan Sistem Air
Sistem APF hendaklah dirawat sesuai dengan program perawatan
terkendali dan dokumentasikan yang mencakup: .

102
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
 Frekuensi perawatan yang ditentukan untuk tiap bagian sistem; .
 Program kalibrasi;
 Protap untuk pekerjaan yang spesifik; .
 Pengendalian suku cadang yang disetujui;
 Penerbitan rencana perawatan dan instruksi yang jelas;
 Pengkajian dan persetujuan penggunaan sistem setelah pekerjaan
perawatan selesai;
 Pencatatan dan pengkajian masalah dan kesalahan selama perawatan.

Pengkajian Sistem
Sistem APF (Air Murni, ATPT dan Air untuk lnjeksi) hendaklah dikaji
secara berkala pada interval waktu yang ditentukan.Tim evaluasi terdiri dari
bagian Teknik, bagian Pemastian Mutu, bagian Produksi dan bagian Perawatan.
Pengkajian hendaklah mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
 Perubahan yang terjadi sejak pengkajian terakhir;
 Kinerja sistem;
 Kehandalan;
 Tren mutu,
 Peyimpangan;
 lnvestigasi;
 Hasil uji di luar spesikasi (HULS) pemantauan;
 Perubahan instalasi;
 Pemutakhiran dokumentasi instalasi;
 Buku log;
 Status terakhir daftar protap.
Sistem baru, atau sistem yang menunjukkan ketidakstabilan atau
ketidakhandalan, hendaklah juga dikaji mengenai hal-hal berikut:
 Kebutuhan investigasi;
 CAPA
 Kualifikasi (KD, FAT, Kl, SA I, KO, KK) atau dokumen verifikasi setara
dan fase pemantauan sistem.

103
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Sistem APF (Air Murni, ATPT dan air untuk injeksi) adalah sistem yang
cenderung menjadi subyek inspeksi Badan POM dari waktu ke waktu. Pengguna
hendaklah melaksanakan inspeksi diri terhadap SPA yang sudah berjalan.
Daftar berikut dapat dijadikan acuan dalam inspeksi atau audit terhadap
system pengolahan APF:
 Gambar SPA terakhir yang menunjukan semua peralatan dalam sistem dengan
penandaan fungsi alat mulai dari awal inlet sampai titik pengguna lengkap
dengan titik pengambilan sampel;
 Gambar pemipaan yang disetujui (misal, ortografis dan/ atau isometris);
 Pola pengambilan sampel dan pemantauan dilengkapi gambar semua titik
sampel;
 Program pelatihan untuk pengambilan dan pengujian sampel;
 Penetapan batas waspada dan batas bertindak untuk pemantauan;
 Pemantauan hasil dan evaluasi tren;
 Pemeriksaan terhadap kajian sistem tahunan yang terakhir;
 Pengkajian perubahan terhadap sistem sejak inspeksi terakhir dan pemeriksaan
apakah pengendalian perubahan telah diimplementasikan;
 Pengkajian terhadap penyimpangan yang tercatat dan investigasinya;
 lnspeksi umum terhadap status dan kondisi sistem;
 Pengkajian catatan perawatan, kegagalan dan perbaikan; dan
 Pemeriksaan kalibrasi dan standardisasi instrumen kritis.

Fase
Durasi Frekuensi Parameter
validasi
Kualifikasi 14 hari Setiap hari di tiap -Pemeriksaan Kimia
kinerja fase ke-1 titik sampling -Conductivity
-TOC
-pH
-Pemeriksaan
mikrobiologi

104
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Fase
Durasi Frekuensi Parameter
validasi
Kualifikasi 14 hari Setiap hari di tiap -Pemeriksaan Kimia
kinerja fase ke-2 titik sampling -Conductivity
-TOC
-pH
-Pemeriksaan
Mikrobiologi
Kualifikasi 1 tahun Setiap 1 -Pemeriksaan Kimia
kinerja fase ke-3 minggu kerja -Conductivity
-TOC
-pH
-Pemeriksaan
Mikrobiologi

4.2.8 Observasi Sistem Tata Udara


Lafi AD menerapkan 3 sistem HVAC yang berbeda di tiga gedung produksi;
beta laktam, non beta laktam dan sefalosporin. Pemisahan sistem HVAC ini
bertujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang antar produk.
1. Beta laktam
Merupakan ruangan kelas E sehingga untuk sistem tata udaranya harus
dikondisikan sebagai berikut:
a. Tekanan di koridor ruang produksi dibuat lebih besar daripada tekanan
di dalam ruangan produksi (penimbangan, mixing, filling, cetak,
stripping, ruang karantina dan IPC). Perbedaan tekanan yang
digunakan antara koridor dan ruang produksi adalah 5 – 10 Pa.
Perbedaan tekanan ini bertujuan agar partikel beta laktam dari ruangan
produksi tidak mengkontaminasi ruangan produksi lainnya, personil
dan lingkungan di sekitarnya.
b. Suhu pada ruang penyimpanan bahan baku (zat aktif) berkisar antara 8
– 15 C (udara sejuk) dan suhu pada ruang penyimpanan bahan
tambahan……

105
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
c. Sistemnya telah dilengkapi dengan system pengaturan udara (air
handling system, air washer, air shower dan airlock/ruang penyangga)
d. Jumlah pertukaran udara yang terjadi pada ruang produksi beta laktam
adalah 20 x /menit.
e. Filter udara yang digunakan adalah pre filter (G4), medium filter (F8)
dan hepa filter (H13).
2. Non beta lactam
a. Tekanan di koridor ruang produksi dibuat lebih besar daripada tekanan
di dalam ruangan produksi (penimbangan, mixing, filling, cetak,
stripping, ruang karantina dan IPC). Perbedaan tekanan yang
digunakan antara koridor dan ruang produksi adalah 5 – 10 Pa.
Perbedaan tekanan ini bertujuan agar aliran udara dari ruangan
produksi tidak mengkontaminasi ruangan produksi lainnya atau
lingkungan di sekitarnya.
b. Suhu pada ruang penyimpanan bahan baku (zat aktif) dan ruang
penyimpanan bahan tambahan berkisar antara 8 – 15ºC (udara sejuk).
c. Filter udara yang digunakan adalah pre filter (G4), medium filter (F8)
dan hepa filter (H13).
d. Jumlah pertukaran udara yang terjadi pada ruang produksi beta lactam
adalah 20 x /menit
3. Sefalosporin
a. Tekanan di koridor ruang produksi dibuat lebih rendah daripada
tekanan di dalam ruangan produksi (penimbangan, mixing, filling,
cetak, stripping, ruang karantina dan IPC). Perbedaan tekanan yang
digunakan antara koridor dan ruang produksi adalah 5 – 10 Pa.
Perbedaan tekanan ini bertujuan agar aliran udara di dalam ruang
produksi selalu terjaga bersih (steril) dan tidak terkontaminasi oleh
lingkungan.
b. Suhu pada ruang penyimpanan bahan baku (zat aktif) dan ruang
penyimpanan bahan tambahan berkisar antara 8 – 15 C (udara sejuk).
c. Terdapat 6 kelas ruangan berbeda pada bangunan sefalosporin dimana
untuk pengaturan system tata udaranya, kelas A menggunakan hepa

106
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
filter dan laminar air flow untuk menjaga jumlah partikel agar tercipta
suatu kondisi steril; ruang kelas B juga menggunakan hepa filter tetapi
tidak ada laminar air flow; sementara kelas C dan D hanya
menggunakan pre filter dan medium filter.
d. Aliran udara mengalir dari kelas A ke ruangan kelas B dan berikutnya
ke ruangan kelas C dan D. jika ada ruang kelas E dan F maka udara
dari D akan mengalir ke E dan F. Prinsipnya aliran udara mengalir dari
ruangan yang kelasnya lebih tinggi. Dengan demikian dapat dikatakan
juga bahwa tekanan pada ruang kelas A lebih tinggi.

 Observasi Sistem Udara Bertekanan


Lafi AD menggunakan sistem udara bertekanan sebagai salah satu sarana
untuk menunjang proses produksi. Udara bertekanan yang dihasilkan harus
bersih dan terjaga dari kontaminasi karena akan bersentuhan langsung dengan
produk. Udara diambil dari udara luar dan diberi kompresi, kemudian difilter
dan didistribusikan. Untuk menghindari adanya kontaminasi saat
pendistribusian, maka bahan pipa, tangki dan katup yang digunakan terbuat
stainless steel kelas SS 316 dan hanya menggunakan satu jalur distribusi
utama yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penurunan tekanan yang
tiba-tiba.

Sistem udara bertekanan yang digunakan di Lafi Puskesad terdiri atas tiga
komponen utama yaitu: kompresor, pengering udara dan penyaring udara.
Kompresor yang digunakan adalah kompresor bebas minyak (Oil Free Scroll
Air Compressor Ingersoll Rand® AS 2-11 kw); yang bermaksud bebas oli di
area kompresi tetapi kompresornya sendiri tetap memerlukan oli untuk
melumaskan area gear yang dipisahkan dengan segel. Sementara untuk tipe
alat pengering udara yang digunakan adalah Refrigerated Air Dryer dan unit
alat penyaring udaranya adalah pre filter (posisi: setelah udara keluar dari
kompresor dan dari air receiver), oil removal, active carbon filter (setelah
udara keluar dari air dryer) dan final filter (pada masing-masing ruangan,
kecuali pada bangunan beta lactam, hanya ada satu buah yang posisinya
sebelum didistribusikan ke ruangan-ruangan).

107
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Jumlah ruangan yang menggunakan sistem udara bertekanan di Lafi AD
adalah 23 ruangan; dengan rincian 7 ruangan beta lactam (ruang mixing, ruang
cetak kaplet, ruang cuci alat, ruang isi kapsul, ruang strip, ruang isi serbuk,
dan ruang cuci botol); 11 ruangan di fasilitas non beta produksi padat (ruang
isi kapsul 1 dan 2, ruang strip 1, 2, 3 dan 4, ruang salut 2, ruang cuci alat dan
ruang campur); 5 ruangan pada fasilitas non beta produksi cair (ruang isi
cairan luar, ruang isi cairan oral, ruang campur tetes telinga, ruang cuci alat 1
dan 2, ruang cuci botol, dan ruang pengemasan). Contoh pemanfaatan sistem
udara bertekanan yang terdapat di Lafi AD adalah untuk menggerakan piston
mesin strip dalam proses pengepresan dan pemotongan strip; untuk
pengoperasian mesin kapsul yang dimulai dari proses pembukaan kapsul,
pengisian kapsul dan penutupan kapsul; pada mesin pengisian sirup kering dan
pada alat Fluid Bed Dryer (FBD) untuk menggerakan granul basah.

Untuk pemeliharaan unit air dryer dilakukan secara berkala yaitu


mingguan, bulanan dan tahunan. Pemeriksaan mingguan yang dilakukan
adalah pengecekan suara getaran, sensor temperature dan cooling fan.
Pemeriksaan bulanan yang dilakukan adalah pemeriksaan dan pembersihan
filter udara, pemeriksaan baut yang longgar dan dipadatkan. Sementara untuk
pemeriksaan tahunan yang dilakukan adalah penggantian filter udara,
pemeriksaan cooing fan serta penggantian selang yang bocor. Selain tindakan
pemeliharaan yang dipantau, tindakan pemeriksaan kinerja sistem juga
dipantau melalui pemeriksaan mikroba pada masing-masing ruangan yang
menggunakan sistem udara betekanan tersebut; jumlah partikel udara yang
dihitung dengan alat particle counter; dan Dew Point untuk mengecek jumlah
kandungan minyak pada udara.

4.2.9 Observasi Sistem Pengolahan Limbah


Pada bagian produksi obat non betalaktam, proses pengolahan limbah padat
dimulai saat penyedotan debu oleh dust collector dengan bantuan blower
kemudian dikumpulkan dalam kantong penampung dan dibakar. Untuk limbah
padat yang dihasilkan dari proses penyalutan tablet, limbah terlebih dahulu diolah
dengan sistem air washer agar berubah bentuk menjadi limbah cair yang

108
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
kemudian akan dikumpulkan bersama limbah cair lainnya pada bak sedimentasi.
Sedangkan limbah cair non betalaktam langsung dialirkan ke bak sedimentasi di
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tanpa mengalami proses destruksi
larutan NaoH 0,1 N.

Pada produksi betalaktam, pengolahan limbah diolah dengan sistem air


washer (limbah padat atau debu disedot oleh blower kemudian dikumpulkan
dalam kantong penampung, seterusnya limbah dapat di dekstrusi). Cairan ini
didestruksi untuk memecah cincin betalaktam dengan menggunakan larutan
NaOH 0,1 N yang diteteskan secara otomatis sampai diperoleh pH 9, lalu kembali
dinetralkan dengan pemberian HCl. Limbah hasil destruksi ini dialirkan ke bak
sedimentasi IPAL untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut.

Pengolahan limbah dilakukan dengan secara fisika, mikrobiologi, dan kimia.


Pengolahan secara fisika dilakukan dengan cara mengendapkan kotoran pada bak
sedimentasi. Cara kimia dilakukan dengan menambahkan koagulan Poly
Alumunium Chloride (PAC) pada bak koagulan dan flokulan polimer anionik pada
bak flokulasi. Cara mikrobiologi dilakukan dengan memanfaatkan bakteri aerob
yang terdapat pada bak aerasi untuk menghancurkan zat – zat organik yang
terdapat pada limbah. Untuk menjaga pertumbuhan bakteri ditambahkan pupuk
urea atau NPK sebagai nutrisi untuk bakteri serta aerator yang memompa oksigen.
Proses ini dilaksanakan selama 18-24 jam sesuai kebutuhan.
Tahapan pengolahan air limbah di IPAL Lafi Puskesad meliputi beberapa
tahap sebagai berikut :
1. Bak Sedimentasi Awal
Air limbah yang masuk dari produksi β -laktam (dari bak destruksi) maupun
Non β-laktam, dan laboratorium pengawasan mutu akan ditampung dalam
bak penampung, kemudiannya kotorannya diendapkan dalam bak
penampung/sedimentasi awal. Dari bak ini air mengalir ke bak pengendapan /
sedimentasi pertama.
2. Bak Sedimentasi Pertama
Pada tahap ini terjadi pengendapan kembali, didalam bak ini terdapat sekat-
sekat yang menghambat laju aliran air sehingga reaksi pengendapan

109
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
berlangsung lama dan kotoran dapat terhenti oleh sekat-sekat tersebut. Air
limbah dari bak ini mengalir ke bak ekualisasi.
3. Bak Ekualisasi
Bak ini dilengkapi dengan pompa untuk mengendalikan fluktuasi jumlah air
kotor yang tidak merata, yaitu pada jam kerja dan di luar jam kerja. Bak ini
juga disertai dengan pengaduk untuk mengaduk bahan-bahan agar tidak
mengendap.
4. Bak Aerasi (Aeration Tank)
Air limbah masuk ke dalam bak ini dengan menggunakan pompa secara
kontinyu. Di dalam bak ini terdapat bakteri aerob yang berguna untuk
menghancurkan zat-zat organik. Bak ini dilengkapi dengan aerator untuk
memasukkan oksigen ke dalam air limbah. Selain itu di dalam bak ini
terdapat pengaduk yang berfungsi untuk mengaduk air limbah sehingga
bakteri menyebar merata dan menjaga agar keseluruhan air limbah
mengalami kontak langsung dengan bakteri. Untuk menjaga pertumbuhan
bakteri ditambahkan pupuk urea/NPK sebagai nutrisi untuk bakteri dan
penjernih air limbah. Pada bak ini terdapat 2 alat defuser yang berfungsi
untuk mengurangi pengendapan. Defuser pertama berfungsi untuk
mengalirkan air limbah ke bak selanjutnya (bak Clarifier) disebut diffuser
tidak aktif, sedangkan diffuser aktif berfungsi untuk menarik kembali
endapan lumpur dari bak Clarifier. Ciri-ciri air limbah yang bersih di bak
aerasi yaitu berwarna coklat jernih.
5. Bak Sedimentasi Kedua/Bak Clarifier
Air limbah dari bak aerasi mengalir ke dalam bak clarifier. Dalam bak ini
hanya terjadi proses pengendapan. Bak berbentuk kerucut di bagian bawah
untuk menampung endapan.
6. Bak Koagulasi
Air dari bak clarifier masuk ke dalam bak koagulasi. Di dalam bak ini
ditambahkan koagulan PAC (Poly Aluminium Chloride) dengan
menggunakan dozing pump yang disertai dengan pengaduk baling-baling.
Konsentrasi PAC yang diteteskan dalam larutan yaitu 50 kg PAC dalam 1000

110
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
L air. Bak koagulasi berfungsi sebagai bak penampung koagulan dan terjadi
proses kimia.
7. Bak Flokulasi
Dari bak koagulasi air dialirkan ke bak flokulasi yang berfungsi untuk
mengendapkan endapan yang masih terbawa. Di dalam bak ini ditambahkan
polimer anionik sebagai flokulan dengan konsentrasi 0,5 kg polianionik
dalam 1000 L air. Pada bak flokulasi, air yang sudah jernih mengalir ke bak
kontrol melalui bidang yang miring ke satu arah untuk menahan endapan dan
partikel-partikel lain yang masih terdapat dalam air limbah dari bak flokulasi.
Melalui bidang miring ini, air jernih pada bak flokulasi mengalir ke bak
kontrol, sedangkan endapan yang masih terbawa akan mengendap dan masuk
ke bak sedimentasi ketiga yang merupakan bak pengendapan akhir.
8. Bak Bidang Miring
Bak bidang miring merupakan bagian dari bak flokulasi. Bak bidang miring
ini menahan endapan dan partikel-partikel lain yang masih terdapat dalam air
limbah dari bak flokulasi. Melalui bidang miring ini, air jernih pada bak
flokulasi mengalir ke bak kontrol, sedangkan endapan yang masih terbawa
akan mengendap dan masuk ke bak sedimentasi ketiga (bak pengendapan
akhir).

9. Bak Sedimentasi Ketiga (bak pengendapan akhir)


Dari bak flokulasi, air yang masih mengandung endapan dialirkan ke dalam
bak sedimentasi ketiga yang berbentuk kerucut di bagian bawah bak. Pada
bak ini diberi karung dan serabut yang berfungsi sebagai penyaring untuk
menampung endapan, sedangkan air yang lebih jernih masuk ke dalam bak
penampung cairan.
10. Bak Penampung Cairan
Dari bak ini air yang kemungkinan masih mengandung endapan dialirkan ke
bak sedimentasi pertama untuk dilakukan pengolahan kembali sampai limbah
tersebut benar-benar bersih dari senyawa kimia yang berbahaya.
11. Bak Kontrol

111
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Air yang sudah jernih dialirkan ke bak kontrol yang berisi ikan sebagai
kontrol biologi. Kemudian dilakukan pemeriksaan kadar COD (Chemical
Oxygen Demand), BOD (Biological Oxygen Demand), TDS (Total Dissolve
Solid), dan pH (6-9) dari air yang terdapat dalam bak kontrol ini, jika hasilnya
memenuhi persyaratan maka air dapat dibuang ke saluran umum
menggunakan klep agar air dari saluran umum tidak masuk.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil PKPA (PKPA) di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan
Darat (Lafi Puskesad) pada periode 9 Januari sampai dengan 4 Februari 2017
didapat kesimpulan sebagai berikut:
1. Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat (Lafi Puskesad)
merupakan industri farmasi milik pemerintah yang berkedudukan
langsung di bawah Pusat Kesehatan Angkatan Darat dengan tugas

112
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
litbang dan produksi obat-obat untuk kebutuhan dukkes (dukungan
kesehatan) dan yankes (layanan kesehatan) tertentu.
2. Apoteker memiliki peran dan tanggung jawab yang besar di Lafi
Puskesad. Hal ini ditunjukkan dengan keberadaan seorang Apoteker
sebagai Penanggung Jawab pada Bagian Produksi (β-laktam, non β-
laktam dan Sefalosporin), Pengawasan Mutu (Quality Control) dan
Pemastian Mutu (Quality Assurance). Hal ini telah sesuai dengan
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian.
3. Pengelolaan industri farmasi di LAFI PUSKESAD telah memenuhi
persyaratan CPOB dibuktikan dengan adanya sertifikat 6 CPOB yang
terdiri dari 3 sertifikat CPOB untuk produksi betalaktam dan 3 sertifikat
CPOB untuk produksi non betalaktam. Untuk produksi sefalosporin
masih dalam proses sertifikasi oleh BPOM.

5.2 Saran
Hendaknya Lafi AD perlu menambahkan fasilitas pendukung yaitu genset
agar kegiatan produksi dan pengawasan mutu dapat terus berjalan pada saat
aliran listrik terputus

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2012. Pedoman


Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik. Jakarta: Badan POM.

Pusat Kesehatan Angkatan Darat. 2007. Peraturan Kasad/219/XII/2007 tentang


Organisasi dan Tugas Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan TNI AD. Jakarta:
Dirkesad.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia No. 1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri
Farmasi. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
113
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Lembaga Farmasi Puskesad. 2011. Company profile [Slide]. Bandung: Lafi
Puskesad.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan


Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Presiden Republik Indonesia. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 51 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Sekretariat Negara
Republik Indonesia.

Prosedur Tetap (Protap) tahun 2010 tentang Tugas dan Tanggung Jawab
Pengelolahan Air Limbah Lafi Puskesad.

Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 660.31/SK/694-BKPMD/82


tentang Tata Cara Pengendalian dan Kriteria Pencemaran Lingkungan
Akibat Industri.

Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 6 Tahun
1999 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri di Jawa Barat.

Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.245/MenKes/SK/V/1990 tentang


Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri Farmasi.
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

114
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017

LAMPIRAN

115
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat

PUSKESAD

POKPIM ITDIT

SESPUSKESAD INFOLAHTA

SUBDIT SUBDITBIN SUBDITBIN SUBDIT

BINCAB YANKES MATKES BINDUKKES

RSPAD LAFI LAKESMIL LABIOMED LAKESGILUT LAPALKES GUPUS I GUPUS II

116
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017

Lampiran 2. Struktur Organisasi Lembaga Farmasi Puskesad

KALAFI

WAKALAFI

KAPASTITU PA AHLI PA AHLI KABAG MINLOG


BIOTEKFI AMDAL

KASI TUUD

KAINSTAL KAINSTAL KAINSTAL KAINSTAL HAR KAINSTAL


LITBANG PRODUKSI WASTU & SISJANG SIMPAN

117
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Lampiran 3. Sistem Pengawasan Mutu Lafi Puskesad

Pembelian / Rekanan Bahan Baku dan Bahan


Pembantu

Pemeriksaan Kualitas Oleh Pemeriksaan Jumlah


Instalasi.Wastu Gudang Karantina
dan Spesifikasi

Gudang bahan baku sesuai


unit

Gudang Instalsimpan

Penimbangan

Pemeriksaan Batch
Record Pengecekan Peralatan
Ruangan dan Jenis
Pemeriksaan produk ½ jadi Jumlah Bahan Baku,IPC
oleh Instalasi. Wastu Proses Produksi

Pemeriksaan produk ruahan Produk Ruahan Pengecekan Prosedur Kerja


oleh Instalasi. Wastu

Pengepakan Pengecekan Alat. Ruang,


Produk Ruah, Label, Wadah
Pemeriksaan produk obat Ins simpan
jadi oleh Instalasi. Wastu (Gudang karantina)

Pemeriksaan Batch
Uji Stabilitas oleh Gudang Pusat II
Instalasi.Wastu

Distribusi

Pengepakan

Pengguna/User
Cek Ulang

Gudang Daerah

118
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Lampiran 4. Blanko Laporan Hasil Pengujian Laboratorium

LEMBAGA FARMASI
PUSAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT
INSTALASI PENGAWASAN MUTU

LAPORAN HASIL PENGUJIAN


NOMOR : / /201
1. NAMA CONTOH 7. RUMUS KIMIA :
2. NAMA PABRIK: 8. DITERIMA TANGGAL :
3. NAMA PENYALUR : 9. MULAI DIUJI TANGGAL :
4. JUMLAH : 10. SELESAI DIUJI TANGGAL :
5. KEMASAN :
6. TGL DALUAWARSA :
11. PERMINTAAN DARI 12. MAKSUD PENGUJIAN :

Panitia Penerimaan Matkes/Matum Quality Control


No.....

Tanggal ....-....-201, TA 201.


Contoh :..No..

13. HASIL PENGUJIAN

a. Pemerian
b. Identifikasi
c. Kemurnian
d. Kelarutan
e. Keasaman/Kebasaan
f. Suhu Lebur : (Syarat : - )
g. Rotasi Jenis : (Syarat : - )
h. Indeks Bias : (Syarat : - )
i. Bobot Jenis : (Syarat : - )
j. Susut Pengeringan : % (Syarat : - )
k. Kadar Abu : % (Syarat : - )
l. Kadar : % (Syarat : - )
14. PEMERIKSAAN LAIN :

15. PUSTAKA : Farmakope Indonesia Ed. IV Th. 1995/Prosedur Tetap

17. KESIMPULAN :
16. CATATAN :
18. PEMERIKSA :

119
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Lampiran 5. Blanko Catatan Pengujian Tablet dan Kapsul

120
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Lampiran 6. Blanko Laporan Hasil Pengujian Larutan/ Sirup

LEMBAGA FARMASI
PUSAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT

INSTALASI PENGAWASAN MUTU

LAPORAN HASIL PENGUJIAN


NOMOR : / P /201
1. NAMA OBAT JADI : 8. KOMPOSISI : Tiap 5 ml Sirop/tiap
2. NAMA PABRIK : ml Larutan mengandung :
3. NO. BATCH :
4. - JUMLAH : 9. DITERIMA TANGGAL :
Botol - - 201
- SELESAI KEMAS TGL : - 10. MULAI DIUJI TANGGAL :
-201 - - 201
5. KEMASAN : 11. SELESAI DIUJI TANGGAL :
6. TGL DALUAWARSA : - - 201
7. TANGGAL PEMBUATAN : - -
2011
Pem.
Lab. :
12. PERMINTAAN DARI : Ins. 13. MAKSUD PENGUJIAN :
Produksi Quality Control
No. /Sie / / 201 , Tgl. - -
201
14. HASIL PENGUJIAN
a. Pemerian :
b. Identifikasi :
c. pH Larutan :
d. Bobot jenis : g/ml (Syarat : - g/ml)
e. Volume rata-rata tiap Botol : ml
f. Kadar :
(Syarat : % - %)
g. Hasil Jadi :

15. PUSTAKA : Farmakope Indonesia Ed. IV Th. 1995/Prosedur Tetap


16. CATATAN : 17. KESIMPULAN :
18. PEMERIKSA :

121
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Lampiran 7. Alur Proses Produksi Tablet Secara Granulasi Basah

Penimbangan

Pencampuran

Granulisasi

Pengeringan

Pengayakan

Pencampuran
QC
Pencetakan
QC
Produk Jadi

Strip & kemas

Intalsimpan

122
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Lampiran 8. Alur Produksi Tablet Biasa/ Salut dengan Metode Cetak
Langsung

Penimbangan Dilakukan oleh


petugas Instalsimpan

Pencampuran

Wastu

Pencetakan

Wastu/IPC
Tablet non
coating Penyalutan

Wastu/IPC

Stripping

Wastu/IPC

Produk Jadi

Wastu

Pengemasan Sekunder

Wastu

Instal SIMPAN

123
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Lampiran 9. Alur Proses Produksi Sirup

Gudang bahan baku


Gudang pengemas

Penimbangan
Pencucian botol

Pencampuran
Pengeringan

wastu

Pengisian &Penutupan

wastu

Labeling &Kemas Instalsimpan

124
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Lampiran 10. Alur Produksi Kapsul

QC

QC

125
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Lampiran 11. Instalasi AHU Lafi Puskesad

126
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Lampiran 12. Blanko Bukti Penyerahan Bahan

PUSAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT


Bentuk 02
LEMBAGA FARMASI Lembar ke

BUKTI PENYERAHAN
No : BP/INT- / / INS SIMPAN
Dari :
Kepada :
Nama Barang Surat perintah
No (menurut nama PUSKESAD Banyaknya Keterangan
Nomor Tanggal
benda resmi

Yang menerima, Yang menyerahkan,


KA INSTALASI PRODUKSI KA INS
SIMPAN

( ) ( )

MENGETAHUI,

KEPALA LEMBAGA FARMASI

127
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Lampiran 13. Blanko Kartu Gudang

KARTU GUDANG

GOLONGAN BEK KES ……………..

Nama barang: …………… Satuan Barang: ………...

No. Tanggal PERUBAHAN Sisa

Dari/kepada Terima Keluar

1 2 3 4 5 6

128
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Lampiran 14. Skema IPAL

AWA

BAK
SEDIMENTASI I

Limbah
Beta
laktam
129
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Lampiran 15. Label Karantina, Diluluskan, dan Ditolak

130
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Lampiran 16.Alur Sistem Pengolahan Air

131
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Lampiran 17. Sertifikat Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB)

Sertifikat CPOB Sediaan β-laktam

Sertifikat CPOB Sediaan Non β-laktam

132
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Lampiran 18. Denah Bangunan Betalaktam Lafi Puskesad

133
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Lampiran 19. Denah Bangunan Sefalosporin Lafi Puskesad

134
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Lampiran 20. Layout Bangunan Produksi Non Betalaktam

135
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017

Lampiran 21. Alur Penerimaan dan Pengeluaran Barang di Instalasi


Penyimpanan Lafi Puskesad

Dirkesad

PPM Surat Perintah Ka Lafi Surat Perintah


Produksi Puskesad
Produksi
Instalsimpan Lafi
GUPUS II Produksi
Puskesad

Proses Penerimaan Barang

SKB PPM
Tim komisi Card deck Batch
BP GUPUS II
B Program recor
A Produksi d
Proses Pengeluaran Barang
PPnM

- Dasar = NPM
- Penimbangan
Proses Produksi
Pemotongan kartu barang
Pembuatan BP intern LAFI
(setelah selesai timbang 1 item
B PPn
obat)
A M

Tim komisi
Wastu

LHP
BP dari produksi
Karantina Obat Jadi

Gudang Obat Jadi


SKB
PPM
BP LAFI
distribusi
Keterangan :
PPM : Perintah Pengeluaran Materil
PPnM : Perintah Penerimaan Materil
Instal simpan NPM : Nota Pengeluaran Materil
BP : Bukti Penyerahan
SKB : Surat Keluar Barang
LHP : Laporan Hasil Pengujian
BA : Berita Acara
136
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017

Lampiran 22. Alur Penerimaan dan Pengeluaran Barang GUPUS II


-Instalsimpan

DI KEMBALIKAN
REJECT
KE REKANAN

GU.
REKANAN TRANS IN
(KARANTINA)
GU. HANPROD
-KONTRAK -PERIKSA (SESUAI INSTAL
-CoA -SAMPLING RELEASE
DENGAN SIMPAN
-FAKTUR -LABEL JENIS BAHAN)
-SPB KARANTINA
-TIM KOMISI -BUAT KPH -TERIMA BP
-TERIMA SALINAN HPL -TERIMA PPM
-BUKU PENERIMAAN - BUAT SKB
-KARTU PERSEDIAAN -TERIMA BA
-KARTU INTERN
PERTGGJAWABAN
β-LAKTAM
(BAHAN BAKU)
LANGSUNG KE
INSTAL GU. BHN BAKU RUANG RUANG INSTALPROD OBAT
PENGEMASAN
SIMPAN β – LAKTAM TIMBANG STAGGING (PENGOLAHAN) JADI

-TERIMA BP -TERIMA BP -BP INS


NON β-LAKTAM PROUKSI PROUKSI -BA INTERN

TIM KOMISI TIM KOMISI

INSTAL GU. BEKKES GU. PAK GU. DIT.


OBAT JADI DAERAH
SIMPAN (GUPUS II) (GUPUS II) TRANS OUT BEK.ANG

-LABEL
-TERIMA
-TERIMA -TERIMA -BUAT BUKTI -BUAT S. KUASA
PENANDAAN BP PRODUKSI SALINAN BA SALINAN PPM PENGELUARAN -BUAT S. JALAN
(NO. BETS, DLL -BUAT BA -TERIMA -BUAT S. PAK -BUAT PAM -BEKAL MATERIIL
-LABEL SALINAN PPM -BUAT BP -BUAT SKB -BUAT SKB
DILULUSKAN
WASTU

137
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017

Lampiran 23. Alur Material Bahan Baku Obat dalam Proses Produksi

BBO dalam Ruang antara/ interlock


Kemasan sekunder

Instalsimpan

Lepas kemasan sekunder

Dikeluarkan dari ruang antara


oleh petugas Instalsimpan kelas E

BBO dalam Kemasan primer

Dibersihkan oleh petugas


Instalsimpan kelas E

Barang masuk ke
koridor kelas E

Unit proses pengolahan


kelas E

Penimbangan - pengemasan primer

Produk jadi In Process Control

Produk antara, produk ruahan

Reject/release

Final inspection

Instalsimpan Gupus II

Distribusi

138
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Lampiran 24. Kartu Kendali

139
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 9 Januari – 4 Februari 2017
Lampiran 25. Produk Lafi Puskesad

140
Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi Pusat Kesehatan Angkatan Darat
Periode 1 – 30 November 2016

Lampiran 26. Daftar Produk Obat Lafi Puskesad

No. Nama produk Kandungan Jenis sediaan


1 Buscopiad Antalgin, Hyosin Butil Bromida Tablet
2 Clofenac Natrium diklofenak Tablet salut
3 Floxad Ciprofloksasin Kaplet
4 Imodiad Loperamid Tablet
Difenhidramin, Dekstrometorfan,
5 Lafidril-DMP Fenilefrin, Amonium Chloride, Na.sitrat, Sirup
alkohol
6 Lafihistamin Mebhidrolin Tablet
7 Lafinazole Miconazole Nitrat Salep
Larutan
8 Lafiodine Povidon Iodin 10%
antiseptic
9 Lafitens Captopril Tablet
10 Metron Metronidazol Tablet
11 Neodiare Attapulgit Tablet
12 Neolafimag Sanalmin, Simetikon Tablet kunyah
Parasetamol, Klorfeniramin Maleat,
13 Neostopflu Tablet
Fenilpropanolamin
Antalgin, Klordiazepoksid, Tiamin
14 Neuralgad Mononitrat, Piridoksin HCl, Tablet
Sianokobalamin, Kofein
15 Neurobiad Vitamin B1, vitamin B6, vitamin B12 Tablet
16 Ponstad Asam Mefenamat Kaplet, Kapsul
Fe gluconas, Mn Sulfat, Cu sulfat, Asam
17 Sangobiad Kapsul
Folat, Sianokobalamin, vitamin C
18 Solvonad Bromheksin HCl Tablet
19 Sultrim Trimetoprim, Sulfametoksazol Tablet, Sirup
20 Thiamfi Tiamfenikol base Kapsul
Ekstrak ginseng, Vit A, Vit B1, Vit B2,
Vit B6, Nikotamida, Asam askorbat,
21 Yudhavit Kalsium pentotenat, Tembaga sulfat, Fe Kaplet
gluconas, Mg sulfat, Mn sulfat, Zinc
Sulfat

141

Anda mungkin juga menyukai