PENDAHULUAN
Salah satu profesi di industri farmasi yang memiliki peran dan tanggung
jawab yang besar adalah profesi Apoteker. Apoteker merupakan sarjana farmasi
yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah apoteker (PP 51
2009, Permenkes RI, 2014). Industri farmasi harus memiliki 3 orang Apoteker
adalah industri farmasi. Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin
dari menteri kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat
ditentukan dari pemeriksaan bahan awal dan produk akhir namun harus dibangun
efikasi yang baik, bermutu, dan aman serta konsisten maka dibutuhkan suatu
pedoman bagi industri farmasi tentang cara pembuatan obat yang baik (CPOB).
CPOB adalah bagian dari manajemen mutu yang memastikan obat dibuat
dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai
dengan tujuan penggunaan dan persyaratan izin edar, persetujuan uji klinik atau
1
spesifikasi produk. CPOB menyangkut seluruh aspek produksi mulai dari sistem
mutu indutri farmasi, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, produksi, cara
penyimpanan dan pengiriman obat yang baik, pengawasan mutu, inspeksi diri,
audit mutu, dan audit dan persetujuan pemasok, keluhan dan penarikan produk
dan penarikan kembali produk, dokumentasi, kegiatan alih daya, kualifikasi dan
validasi.
Salah satu aspek dalam CPOB adalah mengenai personalia, yang salah
satunya adalah apoteker dalam industri farmasi memegang peranan penting dalam
industri farmasi untuk menjamin mutu obat yang dihasilkan. Kedudukan apoteker
juga diatur dalam CPOB, yaitu sebagai penanggung jawab produksi, pengawasan
wawasan, pengetahuan yang luas dan pengalaman praktis yang memadai serta
mendapatkan bekal pengetahuan dan pengalaman praktis yang cukup yang salah
satunya dapat diperoleh melalui kegiatan praktek kerja profesi di industri farmasi.
Dalam rangka pembinaan terhadap generasi baru dibidang industri farmasi, yaitu
2
1.2 Tujuan Praktek Kerja di Industri Farmasi
profesional.
3. Dapat memahami prinsip CPOB dan CPKB serta penerapan dalam industri
farmasi.
Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman. Praktek dijadwalkan dari hari Senin -
Sabtu. Jam kerja untuk hari Senin – Jumat dimulai dari pukul 08.00 – 16.00 WIB
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
industri farmasi adalah badan usaha yangmemiliki izin dari Menteri Kesehatan
untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Fungsi industri
farmasi adalah pembuatan obat atau bahan obat, pendidikan, pelatihan, penelitian
dan pengembangan. Industri farmasi harus membuat obat sesuai dengan Pedoman
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Jaminan mutu suatu produk obat jadi
tidak hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian akan tetapi mutu harus
dibentuk atau dibangun pada seluruh tahapan proses produksi dari awal sampai
akhir. Oleh sebab itu, pelaksanaan CPOB harus diterapkan pada seluruh aspek
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan
farmasi dari Direktur Jenderal. Industri farmasi yang membuat obat dan/atau
bahan obat yang termasuk dalam golongan narkotika wajib memperoleh izin
4
khusus untuk memproduksi narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan
atas:
d) Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang Apoteker warga negara
e) Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung
bagi pemohon izin industri farmasi milik Tentara Nasional Indonesia dan
modal asing atau penanaman modal dalam negeri, pemohon harus memperoleh
5
termasuk percobaan produksi dengan memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
menemukan obat dan/atau bahan obat hasil produksinya yang tidak memenuhi
farmasi wajib melaporkan hal tersebut kepada Kepala Badan. Ketentuan lebih
paling lama dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak permohonan
a. Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)/Identitas direksi dan komisaris
perusahaan
(HO)
5. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal paling lama dalam waktu
7
6. Pemohon izin industri farmasi dengan status penanaman modal asing atau
permohonan dari pemohon izin industri farmasi yang bersangkutan. Dalam hal
permohonan pemohon jangka waktu tiga tahun, dapat diperpanjang oleh Direktur
sebagai berikut:
8
i. Asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing Apoteker
k. Fotokopi Ijazah dan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dari masing-
l. Surat pernyataan komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau
Paling lama dalam waktu dua puluh hari kerja sejak diterimanya tembusan
persyaratan administratif, paling lama dalam waktu sepuluh hari kerja sejak
9
Kepala Badan dan pemohon dengan menggunakan contoh formulir yang telah
obat, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan. Izin industri
farmasi lain yang telah menerapkan CPOB. Industri farmasi pemberi kontrak
wajib memiliki izin industri farmasi dan paling sedikit memiliki satu fasilitas
10
4. Pelaporan data industri farmasi yang berisi profil industri farmasi termasuk
penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau bahan
c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenuhi
2.2 Cara Pembuatan Obat Yang Baik (CPOB) dan Cara Pembuatan
pedoman yang sangat penting tidak hanya bagi industri farmasi dan regulator,
11
tetapi juga bagi konsumen dalam memenuhi kebutuhannya akan pengobatan yang
obat yang baik, pengawasan mutu, inspeksi diri, audit mutu, dan audit dan
Pemegang Izin Industri Farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar
sesuai tujuan penggunaan, memenuhi persyaratan Izin Edar atau Persetujuan Uji
pasien pengguna disebabkan karena keamanan, mutu atau efektivitas yang tidak
tanggung jawab memobilisasi sumber daya dalam perusahaan atau pabrik untuk
12
Manajemen puncak bertanggung jawab untuk pencapaian sasaran mutu,
yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari personel pada semua tingkat di
mencapai sasaran mutu yang handal, diperlukan sistem mutu yang didesain secara
komprehensif dan diterapkan secara benar serta mencakup cara pembuatan obat
yang baik dan manajemen risiko mutu. Pelaksanaan sistem ini hendaklah
dan sarana serta peralatan yang cukup dan memadai. Tambahan tanggung jawab
legal diberikan kepada pemegang Izin Industri Farmasi (IIF) dan kepada
pemastian mutu.
2.2.2 Personalia
penerapan sistem pengawasan mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
Kunci mencakup Kepala Bagian Produksi, Kepala Bagian Pengawasan Mutu dan
Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) yang dipimpin oleh apoteker
maka masing–masing personil diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai
13
1. Bagian Produksi
profesional.
14
untuk melaksanakan tugas secara profesional. Kepala bagian mutudiberi
g. Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
15
d. Melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasaan Mutu.
terhadap pemasok).
Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) yang berkaitan dengan mutu
produk jadi.
j. Memastikan bahwa setiap bets produk jadi telah diproduksi dan diperiksa
sesuai dengan peraturan yang berlaku di negara tersebut dan sesuai dengan
konstruksi dan letak yang memadai, serta dirawat kondisinya untuk kemudahan
pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat
silang dan kesalahan lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan
16
a. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan kontaminasi
dari lingkungan sekitar, seperti kontaminasi dari udara, tanah dan air serta dari
kegiatan industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai,
tersebut
banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang serangga, burung,
binatang pengerat, kutu atau hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk
dipelihara dalam kondisi bersih dan rapi. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau
tidak langsung terhadap obat selama proses pembuatan dan penyimpanan, atau
17
f. Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan:
Pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas umum bagi
personel dan bahan atau produk, atau sebagai tempat penyimpanan bahan
mutu tidak boleh digunakan sebagai jalur lalu lintas bagi personel yang tidak
Penerimaan bahan
Pengolahan
Pencucian peralatan
Penyimpanan peralatan
Pengemasan
Pengiriman produk
18
a. Area Penimbangan
Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara
khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area
b. Area Produksi
dipersyaratkan
jumlah maksimum partikulat udara dan jumlah maksimum mikroba udara yang
Aneks 1 Pembuatan Produk Steril. Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk
19
pengolahan produk nonsteril, dimana persyaratan jumlah maksimum partikulat
ukuran ≥ 0,5 μm dan 29.000 untuk partikel ukuran ≥ 5 μm. Jumlah maksimum
mikroba udara ditetapkan oleh industri berdasar kajian risiko dari jenis sediaan
c. Area Penyimpanan
ruahan dan produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang telah
20
penyimpanan dengan luas yang memadai untuk sampel, baku pembanding
(bila perlu dengan kondisi suhu terkendali), pelarut, pereaksi dan catatan.
e. Sarana Pendukung
Ruang istirahat dan kantin hendaklah dipisahkan dari area produksi dan
Toilet tidak boleh berhubungan langsung dengan area produksi atau area
2.2.4 Peralatan
dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan
dikualifikasi dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk obat
terjamin secara seragam dari bets ke bets dan memudahkan pembersihan dan
antara, produk ruahan atau produk jadi tidak boleh bereaksi atau mengabsorpsi,
yang dapat mengubah identitas, mutu, atau kemurniannya di luar batas yang telah
ditentukan.
Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan
ketelitian yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan untuk
diperiksa pada interval waktu tertentu dengan metode yang ditetapkan. Peralatan
21
kontaminasi. Antara masing-masing peralatan hendaklah ditempatkan pada jarak
Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan, disimpan, dan bila perlu disanitasi
dan disterilisasi untuk mencegah kontaminasi atau sisa bahan dari proses
2.2.5 Produksi
yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Unsur-unsur produksi yang
diatur oleh CPOB meliputi pembelian bahan awal yaitu bahan baku & bahan
selama proses, penanganan bahan dan produk yang ditolak, dipulihkan dan
pengiriman obat, penyimpanan bahan awal, bahan kemas, produk antara, produk
ditentukan.
22
a. Bahan awal meliputi :
mengenai persediaan.
2. Setiap bahan awal hendaklah memenuhi spesifikasi dan diberi label dengan
3. Untuk setiap kiriman dan bets diberi nomor rujukan yang menunjukkan
4. Pada saat penerimaan barang dilakukan pemeriksaan visual, dan contoh yang
5. Kiriman bahan awal dikarantina sampai disetujui dan diluluskan untuk dipakai.
pengawasan mutu.
8. Bahan awal yang tidak stabil oleh pengaruh suhu, disimpan dalam suhu udara
yang diatur.
kontaminasi silang.
12. Semua bahan awal yang tidak memenuhi syarat diberi tanda silang, disimpan
23
b. Validasi Proses meliputi :
1. Semua proses produksi divalidasi dengan tepat dan dilaksanakan dengan tepat
c. Pencemaran meliputi :
Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadap suatu obat yang dapat merugikan
3. Bahan dan produk yang boleh diserahkan hanya yang telah diluluskan oleh
pengawasan mutu.
24
4. Sebelum dilakukan penimbangan dilakukan pemeriksaan terhadap
penandaan.
bahan.
bersih.
f. Pengembalian meliputi:
Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang
direkonsilasi.
25
6. Semua wadah dan peralatan yang berisi bahan dan produk diberi label
yang tepat.
7. Semua produk diberi label yang tepat dan dikarantina sampai diluluskan
silang.
26
5. Pengisian kapsul keras, kapsul kosong sebagai bahan awal, disimpan
dalam kondisi yang baik. Pemberian tanda tablet bersalut dan kapsul harus
jawab bagi semua yang terlibat dalam kegiatan pengiriman dan penyimpanan
a. Personalia
hendaklah dilatih dalam semua persyaratan dalam Aneks ini dan hendaklah
3. Prosedur dan kondisi kerja bagi karyawan, termasuk karyawan kontrak dan
karyawan temporer, serta personel lain yang mempunyai akses pada obat
27
dan pengiriman obat diduga atau terbukti terlibat didalam penyalahgunaan
dan/atau pencurian.
b. Manajemen Mutu
4. Prosedur tetap harus tersedia untuk semua pekerjaan administratif dan teknis
yang dilakukan.
c. Pengiriman
menerima pesanan resmi atau rencana penggantian produk yang resmi dan
1. Tanggal pengiriman.
3. Nama, alamat dan status penerima (misal apotek, rumah sakit, klinik).
tersedia).
5. Jumlah produk, misal jumlah wadah dan jumlah produk per wadah.
28
6. Nomor bets dan tanggal kedaluwarsa.
rantai distribusi. Obat tidak boleh dipasok setelah tanggal kedaluwarsa, atau
CPOB.
d. Dokumentasi
obat, termasuk semua tanda terima dan hal terkait yang dapat diterapkan.
persyaratan.
29
3. Catatan yang terkait dengan penyimpanan dan distribusi obat hendaklah
disimpan dan dengan mudah tersedia jika diminta oleh Badan POM sesuai
dengan CPOB.
untuk memastikan bahwa produk yang dibuat senantiasa mempunyai mutu yang
mencapai sasaran mutu yang ditetapkan mulai dari awal pembuatan sampai
harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.
pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai
atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi
30
persyaratan. Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi
juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.
memusnahkan.
yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci
oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan
secara rutin dan pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali
obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Prosedur dan catatan inspeksi diri
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar, independen, atau tim yang
hendaklah bertanggung jawab bersama bagian lain yang terkait untuk memberi
persetujuan pemasok yang dapat diandalkan memasok bahan awal dan bahan
31
pengemas yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Hendaknya dibuat
daftar pemasok yang disetujui untuk bahan awal dan bahan pengemas. Daftar
riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok. Jika audit diperlukan, audit
CPOB. Semua pemasok yang telah ditetapkan hendaklah dievaluasi secara teratur.
keluhan termasuk potensi cacat mutu dan, jika perlu, segera melakukan penarikan
obat termasuk obat uji klinik dari jalur distribusi secara efektif.
waktu jika ada cacat mutu yang terkonfirmasi (kesalahan pembuatan, kerusakan
produk, atau isu mutu serius lain terhadap obat atau obat uji klinik yang dapat
produk yang beredar tidak sesuai dengan izin edarnya, hendaklah dilaporkan
32
kepada Badan POM atau otoritas pengawas obat terkait sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
untuk mengelola investigasi keluhan dan cacat mutu serta memutuskan langkah-
langkah yang harus diambil untuk mengelola setiap potensi risiko yang muncul
independen dari bagian penjualan dan pemasaran, kecuali jika ada justifikasi.
Personel terlatih dan sumber daya yang memadai hendaklah tersedia untuk
obat.
dinilai untuk menetapkan apakah terjadi cacat mutu atau masalah lain. Perhatian
khusus hendaklah diberikan untuk menetapkan apakah keluhan atau cacat mutu
33
Ketika investigasi cacat mutu dimulai, hendaklah tersedia prosedur yang
tertentu, peninjauan catatan produksi bets, catatan sertifikasi bets dan catatan
distribusi bets (khususnya untuk produk yang tidak tahan panas) hendaklah
dilakukan.
3. Kebutuhan untuk meminta sampel atau produk cacat yang dikembalikan dan
memadai.
lapangan bagi pasien dan kebutuhan untuk melaporkan dampak penarikan obat
34
c. Investigasi dan pengambilan keputusan
dicatat, termasuk semua data yang asli dan rinci. Keabsahan dan luas dari cacat
Jika ditemukan atau dicurigai cacat mutu pada suatu bets, maka hendaklah
memastikan apakah bets lain atau produk lain tersebut juga terkena dampak.
Cacat mutu hendaklah dilaporkan tepat waktu oleh pabrik pembuat kepada
pemegang izin edar dan semua otoritas pengawas obat terkait dalam kasus-kasus
produk.
investigasi cacat mutu. Apabila akar masalah cacat mutu yang sebenarnya tidak
masalah yang paling mungkin dan tindakan untuk mengatasinya. Bila faktor
kesalahan proses, prosedural, sistem atau masalah lain tidak terabaikan. Tindakan
korektif dan tindakan pencegahan yang tepat hendaklah diidentifikasi dan diambil
35
sebagai tindak lanjut terhadap cacat mutu. Efektivitas tindakan tersebut hendaklah
dipantau dan dinilai. Catatan cacat mutu hendaklah ditinjau dandilakukan analisis
penarikan mungkin perlu dimulai sebelum menetapkan akar masalah dan luas dari
yang dipasok secara langsung (dengan alamat, nomor telepon, tau nomor fax pada
saat jam kerja dan di luar jam kerja, nomor bets dan jumlah yang dikirim),
2.2.10 Dokumentasi
manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang sangat penting
sangat penting untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas
secara jelas dan rinci sehingga memperkecil resiko terjadinya kekeliruan yang
36
Dokumentasi meliputi:
1. Spesifikasi
spesifikasi produk antara dan produk ruahan, dan spesifikasi produk jadi.
2. Dokumen produksi
3. Prosedur
Catatan menyajikan riwayat tiap bets produk, termasuk distribusi dan semua
dengan mutu yang tidak memuaskan. Hendaklah dibuat kontrak tertulis antara
Pemberi kontrak dan penerima kontrak yang secara jelas menentukan peran dan
tanggung jawab masing-masing pihak. Sistem mutu industri farmasi dari pemberi
37
Kontrak hendaklah menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk
untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala pemastian mutu.
Hendaklah dibuat kontrak tertulis yang meliputi semua kegiatan alih daya,
produk atau pekerjaan dan semua pengaturan teknis terkait. Semua pengaturan
untuk kegiatan alih daya termasuk usulan perubahan teknis atau perubahan lain
hendaklah sesuai dengan peraturan regulasi dan izin edar untuk produk terkait.
Jika pemegang izin edar dan izin industri farmasi tidak sama, pengaturan yang
dalam bab ini dan mengikuti peraturan yang berlaku. Pembuatan obat alih daya di
Indonesia hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi yang memiliki sertifikat
bertanggung jawab secara penuh untuk menjamin ada proses yang memastikan
kontrak, bahwa semua prinsip dan pedoman CPOB diikuti pemberi kontrak
38
kepada penerima kontrak untuk melaksanakan pekerjaan yang dialihdayakan
secara benar sesuai peraturan yang berlaku dan izin edar produk terkait.
produk lain dan pemberi kontrak hendaklah memantau dan mengkaji kinerja
pelaksanaannya.
untuk mengkaji dan menilai semua catatan dan hasil yang terkait dengan kegiatan
alih daya, dan memastikan baik sendiri maupun berdasarkan konfirmasi dari
kepala pemastian mutu dari penerima kontrak, bahwa semua produk dan bahan
yang dikirim oleh Penerima Kontrak telah diproses sesuai dengan CPOB dan izin
edar.
b. Penerima kontrak
dan transfer pengetahuan yang diterima sesuai dengan tujuan alih daya. Penerima
kontrak tidak boleh mengalihkan pekerjaan apa pun yang dipercayakan sesuai
39
termasuk penilaian kesesuaian pihak ketiga, yang dilakukan dengan cara yang
sama seperti yang dilakukan antara pemberi kontrak dan penerima kontrak.
kontrak, yang dapat berpengaruh buruk pada mutu produk alih daya dari pemberi
c. Kontrak
komunikasi terkait dengan kegiatan alih daya. Aspek teknis dari kontrak
hendaklah dibuat oleh personel yang memiliki kompetensi dan pengetahuan yang
sesuai dengan kegiatan alih daya dan CPOB. Semua pengaturan kegiatan alih
daya harus sesuai dengan peraturan dan izin edar produk terkait dan disetujui oleh
kedua belah pihak. Kontrak hendaklah menguraikan secara jelas pihak yang
bertanggung jawab melaksanakan setiap tahapan pada kegiatan alih daya, misal
transfer teknologi, rantai pasokan, subkontrak (bila ada), mutu dan pembelian
mutu, (termasuk pengawasan selama proses, pengambilan sampel, analisis dan uji
stabilitas).
oleh atau disediakan untuk pemberi kontrak.Semua catatan yang relevan untuk
penilaian mutu produk, bila terjadi keluhan atau cacat produk atau penyelidikan
kasus dugaan pemalsuan, hendaklah dapat diakses dan ditetapkan dalam prosedur
40
yang dibuat oleh pemberi kontrak. Kontrak hendaklah mencakup izin bagi
pemberi kontrak untuk menginspeksi kegiatan alih daya yang dilaksanakan oleh
dengan kualifikasi. Jadi, kualifikasi adalah istilah yang digunakan untuk validasi
produksi maupun sarana penunjang merupakan langkah pertama (first step) dalam
1. Kualifikasi
sistem yang digunakan dalam suatu proses atau sistem akan selalu bekerja sesuai
identitas sifat suatu peralatan yang berkaitan dengan kinerja dan fungsinya serta
a. Kualifikasi Desain.
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang berlaku. Jadi Kualifikasi Desain
41
(termasuk bangunan untuk industri farmasi) tersebut dibeli atau dipasang atau
dibangun.
b. Kualifikasi Instalasi.
yang diinstalasi atau dipasang sesuai dengan spesifikasi yang tertera pada
c. Kualifikasi Operasional.
instalasi mesin atau peralatan produksi atau sarana penunjang dan digunakan
d. Kualifikasi Kinerja.
penggunaan.
42
2. Validasi
cara yang sesuai bahwa tiap bahan, prosedur, kegiatan, sistem, dan perlengkapan
yang digunakan dalam produksi dan pengawasan mutu agar hasil yang diinginkan
diperoleh dan dikumpulkan dari proses yang sedang dilaksanakan. Validasi ini
Validation).
diperoleh dan dikumpulkan dari proses yang sudah dilaksanakan dan dinilai
menurut prinsip statistik. Validasi ini berlaku pada produk yang sudah
beredar.
Validasi Ulang adalah validasi yang dilakukan bila ada perubahan bahan baku,
43
itu memenuhi persyaratan aplikasi analitik yang dimaksudkan. Jenis prosedur
analitik yang harus divalidasi pada umumnya adalah uji identifikasi, uji kuantitatif
komponen terpilih lainnya dalam suatu produk obat, uji kuantitatif kandungan
Validasi Berkala
bagian lain, khususnya bagian produksi untuk menjamin bahwa setiap produk
yang tedapat pada siklus hidup validasi (Validation Life Cycle) berikut ini, yaitu:
laporan validasi.
d. Pelaksanaan Validasi.
(revalidation).
44
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
Sawahan Dalam V No.1 Padang, jumlah pekerjanya masih tergolong kecil yaitu 5
orang.
Industri ini mulai beroperasi sejak bulan Februari tahun 1995. Sebelumnya
berlokasi di Jl. Sawahan Dalam IV No. 20 yang masih dalam bentuk industri
apt. Drs. H. Yusri Umar pada tahun 1979, dengan nama PTBeta Farma Indonesia.
Farma membutuhkan tempat yang lebih luas untuk kegiatan produksi dan
berlokasi di rumah kediaman Bapak apt. Drs. H. Yusri Umar. Pada tanggal 24
Januari 1985 PT Nusantara Beta Farma mengajukan permohonan pindah dari Jl.
45
Upaya meningkatkan mutu obat Indonesia, Menteri Kesehatan RI
Indonesia.
membangun sarana dan prasarana yang lebih baik dan memenuhi syarat CPOB,
dimana izin pembangunan untuk pabrik yang baru dikeluarkan pada tanggal 8
Desember 1992 kemudian industri Farmasi yang baru mulai dibangun pada tahun
1993 yang berlokasi di Jalan Raya Padang – Bukittinggi Km 25, Desa Pasar
Pada 9 Februari 1995, pabrik yang memenuhi persyaratan CPOB dan telah
diberikan sertifikat CPOB mulai beroperasi dan kegiatan produksi pindah dari Jl.
Desa Pasar Usang, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman secara
bertahap. Pada awal Juni 1995 seluruh kegiatan produksi dari pabrik lama telah
Sejak tahun 2002 kepemimpinan mulai dipegang oleh Ibu apt. Hj. Diana
Agustin, S.Si, M.Si, MM yang merupakan anak pertama dari Bapak apt. Drs. H.
Yusri Umar. Sejak kepemimpinan beliau telah banyak melakukan perubahan baik
untuk mencapai manajemen yang profesional guna tercapai visi dan misi
perusahaan.
46
3.2 Visi, Misi dan Kebijakan Mutu Perusahaan
c) Melakukan kontrol kualitas yang ketat terhadap bahan baku, obat setengah jadi
e) Menyediakan SDM yang kompeten terlatih dan efisien sesuai dengan petunjuk
pelaksanaan CPOB.
secara berkesinambungan.
h) Menciptakan dan memelihara lingkungan kerja yang bersih, ramah dan sehat.
Km 25, Desa Pasar Usang Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman.
Tingkat II Padang Pariaman. Pabrik didirikan dengan status hak milik, luas
47
bangunannya 3.856,9 m2 dan Luas daerah pabrik seluruhnya adalah 12.235 m2.
oleh pagar bagian depan pabrik dan seberang jalan rumah penduduk.
d) Sebelah barat dibatasi oleh pagar industri, tanah kosong dan sungai batang
anai.
Jumlah Karyawan PT. NBF total 67 orang dengan jumlah pria 30 orang
orang, SMU 34 orang, SMP 3 orang. Pembagian cabang – cabang tugas Adm.
orang cleaning service 4 orang, satpam 4 orang, laundry 1 orang, supir 1 orang.
1. Fasilitas produksi
a. Intalasi air
Air yang akan digunakan terlebih dahulu diolah menjadi air yang bebas
mineral, sumber air yang digunakan adalah air hujan dan air Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM). Air yang berasal dari air hujan dan air PDAM
ditampung di bak penampung. Air dialirkan ke tabung 1 yang berisi pasir silica
48
ke tabung 2 yang berisi karbon. Air mengalir lagi ke filter 0,3μ kemudian ke
filter 0,5μ diteruskan melalui lampu UV didalam tangki stainless stell untuk
Air Minum (PDAM) Air dari Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) hanya
digunakan bila air hujan tidak mencukupi kebutuhan, hal ini bertujuan untuk
c. Instalasi Listrik
Instalasi ini terbagi atas air conditioner central, air conditioner window, dan
2. Fasilitas karyawan
Loundry, cuti karyawan, BPJS tenaga kerja (JHT 5,7 % ,JKK 0,24% dan JK 0,3%,
49
1. Ruang Produksi Obat dan Kuasi
obat dalam, Ruang kemas primer cairan obat dalam, Ruang formulasi
sediaan cair obat luar, Ruang kemas primer cairan obat luar, Ruang
formulasi salaf, Ruang kemas primer sediaan serbuk obat luar, Ruang kemas
primer sediaan serbuk obat dalam, Ruang timbang bahan baku obat
dalamRuang timbang bahan baku obatluar, Ruang stagging bahan baku obat
dalam, Ruang stagging bahan baku obat luar, Ruang cuci alat, Ruang
purified water.
a. Kelas F diantaranya adalah: Ruang kemas sekunder cairan obat luar dan
obat dalam, Ruang kemas sekunder sediaan salaf, Ruang kemas sekunder
sediaan serbuk obat dalam dan luar, Ruang cuci botol, Ruang laboratorium.,
Loker dan ruang ganti pakaian karyawan, Ruangan cetak nomor bets, Ruang
Ruang karantina produk jadi, Ruang retained sample obat, Ruang batch
a. Ruang pengolahan
Ruang pengolahan terdiri dari: ruang timbang khusus talkum dan lotion; ruang
stagging talkum dan lotion; ruang pencampuran serbuk tabur dan lotion; ruang
50
b. Ruang non-pengolahan
tabur, lotion; loker produksi putri dan putra, gudang bahan baku, gudang bahan
pengemas, ruang karantina produk jadi kosmetik, ruang gudang produk jadi.
a. Pengawasan Mutu
selama pembuatan obat dan dirancang untuk menjamin agar produk obat
mutu ini dipimpin oleh seorang Apoteker secara garis besar bagian pengawasan
1) Analisa
a. Analisa, pemeriksaan dan pengujian bahan awal (bahan baku dan bahan
pengemas).
produk jadi.
e. Analisa, pemeriksaan dan pengujian stabilitas produk jadi dibagi yaitu Real
51
2) Pantau lingkungan: Untuk sarana produksi (ruang, alat, dll).
b. Gudang
bahan baku, yaitu bahan yang di simpan pada suhu kamar, bahan yang di
Gudang produk jadi yaitu gudang tempat barang yang siap untuk
Hari Waktu
52
3.7 Keuangan PT Nusantara Beta Farma
1. Laporan cash flow: Laporan uang masuk dan keluar, dibuat tiap bulan Laporan
Beta Farma dapat dibagi atas dua bagian. Uang pinjaman bank digunakan
pembayaran piutang yang dapat dilakukan melalui bank (jumlah besar) dan
b) Uang keluar
3.8 Pemasaran
Sumatera yaitu :
Jambi
53
Lampung
Palembang
Untuk Sumatera Utara dan pulau Jawa produk PT Nusantara Beta Farma
belum dapat menembus pasar,untuk Medan dan Jakarta kalah bersaing dengan
54
BAB IV
TINJAUAN KEGIATAN
untuk melakukan pembinaan dan bimbingan serta pelatihan bagi calon apoteker
badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan
kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Fungsi industri farmasi adalah
4.1 Perencanaan
tahunan yang telah dibuat oleh bagian PPIC (Production Planning and Inventory
55
penentuan jumlah dan jenis produk yang akan diproduksi. Hal berdasarkan
ketika:
sediaan apa saja yang akan di produksi dan jumlahnya selama satu bulan
produksi tiapharinya.
Berdasarkan stok bahan baku dan bahan pengemas yang ada di Gudang
Bahan Awal, diklasifikasikan dan dipilih mana bahan baku yang lebih utama
Adanya tender dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang bekerjasama dengan
perusahaan.
oleh banyak faktor, baik faktor internal (dari dalam perusahaan sendiri) maupun
faktor eksternal. Faktor internal antara lain kapasitas produksi, jumlah persediaan
Peran dan tugas PPIC adalah merencanakan, menghitung bahan baku dan
56
Besar Farmasi dan konsumen lainnya) guna mendapatkan harga dan keuntungan
jumlah stok bahan baku dan bahan pengemas. PPIC akan merencanakan berapa
menjadi 1 semester, lalu tri semester dan terakhir untuk 1 bulan. Pemesanan ini
Bahan awal terdiri dari 2 jenis yaitu bahan baku dan bahan pengemas:
1. Pemesanan biasa
2. Pemesanan prekursor
57
orang dan pemesanan serta penyimpanan harus diruang terpisah dan di
3. Pemesanan kontrak
sekali banyak.
akhir. Bila stok yang tersisa tersebut jumlahnya setengah dari stok awal, maka
Sebelum dipesan dalam jumlah banyak, maka PPIC akan meminta sampel
bahan baku dari suplier untuk dibuat trial produk dalam jumlah yang sedikit.
Setelah dibuat trial produk akan di uji dan hasilnya akan disesuaikan dengan
spesifikasi. Apabila sudah sesuai dengan spesifikasi, maka akan dipesan dalam
barang, surat permintaan pembelian diajukan oleh kepala gudang bahan awal dan
diserahkan ke bagian PPIC, lalu bagian PPIC akan menyiapkan surat permintaan
58
a. Gudang bahan awal
d. Pemasok (supplier)
kedalam industri.
Barang pesanan akan diterima oleh bagian gudang bahan awal dan PPIC,
barang yang diterima, seperti nama barang, jumlah, no. Bets, expireddate dan
lainnya. Kemudian diisi blanko tanda terima barang masuk yang dibuat rangkap 5
b. Manajer Produksi
c. Expedisi
d. Kantor pusat
e. Satpam
ekspedisi dan petugas gudang. Barang yang datang harus disertai dengan
Data Sheet). Dengan adanya dokumen ini kita bisa melihat apakah barang yang
kirim ini sesuai dengan spesifikasi dan data yang terdapat di dokumen tersebut.
59
Dokumen ini berfungsi sebagai bukti bahwa barang yang dipesan ini mempunyai
kualitas yang baik dan bisa dipertanggung jawabkan apabila ada pemeriksaan dari
Balai POM.
diberi label kuning yang berarti “dalam karantina belum boleh diproses”.
2. Bagian QC
3. Bagian QA
4. Bagian produksi
5. Kantor pusat.
parameter uji yang ada di spesifikasi seperti organoleptis dan pengujian kadar.
Semua parameter yang ada harus memenuhi syarat spesifikasi. Untuk bahan
botol, ukuran botol dan volume botol sedangkan untuk etiket dilakukan pengujian
seperti lebar, panjang etiket dan bentuk tulisan dari etiket, apakah etiket nya
Setelah itu di sortir bahan pengemas yang bagus dan bahan pengemas yang rusak,
dan dibuat laporan berapa bahan pengemas yang bagus dan yang rusak.
Apabila hasil uji bahan baku, analisa dan periksa memenuhi syarat (sesuai
dengan spesifikasi yang ditentukan), bagian QC akan memberi label hijau yang
berarti “DILULUSKAN”. Bila hasil tidak memenuhi syarat, diberi label merah
60
yang berarti “DITOLAK”. Barang tersebut akan dipindahkan ke ruang reject
dipindahkan dan disimpan digudang bahan baku sesuai dengan sifat bahan dan di
secara COD (Cash Of Delivery) atau pembayaran secara langsung yang dilakukan
kredit yaitu dilakukan dengan pemberian tempo oleh supplier selama 1 bulan
setelah barang diterima oleh industri. Pembayaran secara kredit ini biasanya untuk
pemesanan barang yang bersifat kontrak dan dalam jumlah banyak seperti
pemesanan talkum.
4.3 Produksi
mulai dari permintaan bahan baku dan bahan pengemas untuk produk yang akan
61
Alur produksi di PT. Nusantara Beta Farma:
dari PPIC/marketing.
disaksikan oleh tim QC. Lalu petugas gudang mengisi identitas sampel dan
mengisi bets record. Bahan baku dimasukkan ke ruang staging dan dilakukan
6. Setelah bahan baku diproduksi dan didapatkan produk ruahan, maka bagian
label hijau yang dimana arti dari label hijau yaitu “boleh dilakukan proses
62
9. Setelah dinyatakan lulus oleh tim QC, bagian produksi akan melakukan
10. Produk yang sudah dikemas sekunder, akan dipindahkan ke ruang karantina
produk jadi dan dilakukan serah terima ke bagian gudang produk jadi dengan
Assurance)
farmasi yang menjaga secara konsisten mutu produk, mulai dari bahan awal
sampai produk akhir agar sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pengawasan mutu
dilakukan selama pembuatan obat dan dirancang untuk menjamin agar produk
dilaksanakan dan penelusuran bahan awal serta pelulusan produk tidak akan
hasil pelulusan atau penolakan bahan awal, produk antara dan produkjadi. Bagian
63
a. Pemeriksaan dan pengujian bahan awal/bahan baku dan
bahan pengemas
dahulu, hal ini dikarenakan supaya bahan yang akan digunakan itu sudah
memenuhi spesifikasi yang ada, hal ini merupakan hal yang paling utama dan
penting untuk dilakukan, apabila mutu produk ternyata kurang bagus dan tetap
dilakukan produksi, maka itu akan menyebabkan produk yang dihasilkan juga
tidak bermutu bagus. Begitu juga dengan bahan pengemas sebelum digunakan
harus diperiksa semuanya supaya proses produksi terlaksana dengan baik. Apabila
bahan awal setelah diperiksa semua parameter ujinya tidak sesuai dengan
ruahan. Dimana setelah proses produksi harus diperiksa terlebih dahulu sebelum
di kemas dalam pengemasan primer. Hal ini bertujuan untuk menjaga agarmutu
produk tetap bagus. Apabila didapatkan hasil nya melebihi range atau kurang dari
kadar seharusnya, maka akan dicari solusi yaitu berupa penambahan zat aktif atau
zat tambahan sehingga kadarnya bisa mencapai range dan efek terapi dari
sekunder
semua barang diperiksa, pemeriksaan dilakukan secara acak dengan sampling pola
64
N (√n +1). Hal yang perlu diperhatikan pada saat pemeriksaan adalah No.bets,
ED, kebocoran, kerapian etiket. Setelah pemeriksaan dan dinyatakan lulus oleh
QC, QC akan memberi cap QC pada box produk dan menyerahkan data
pemeriksaan ke QA, QA yang akan menentukan produk tersebut lulus atau tidak.
Apabila ada keluhan obat dari konsumen, atau ada obat yang hampir
dari retain sampel ini untuk menangani keluhan konsumen, permasalahan dengan
BPOM dan untuk dibandingkan dengan produk yang ada dipasaran apabila terjadi
keluhan produk.
kunci di suatu perusahaan. Peran QA itu sangat besar mulai dari awal barang
produk ini sudah sesuai dengan CPOB. QA akan membuat protap yang nantinya
protap itu akan dilaksanakan oleh QC. Jadi QA dan QC bekerja sejalan, tidak
hanya QC saja yang sejalan dengan QA, namun ada juga dari produksi dan R & D
Selain membuat protap dan memastikan bahwa semua yang ada di industri
sudah sesuai dengan CPOB, QA juga berperan didalam pelulusan produk jadi
yang dikarantina di ruang karantina. Produk yang dikarantina akan diperiksa oleh
65
QC lalu hasil pemeriksaan dilaporkan ke QA. Jika produk tersebut ditolak maka
diberi label merah oleh QA, sedangkan untuk produk yang memenuhi syarat
dengan membuat protap, sehingga pemasok yang akan menyalurkan bahan baku
dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai
dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian manajemen mutu yaitu
dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi
berjalan.
produk setengah jadi yang belum dimasukkan ke dalam wadah. Pengawasan ini
sampel sesuai dengan prosedur tetap masing- masing. Apabila memenuhi syarat
66
a. Pemeriksaan proses meliputi :
proses berikutnya.
diperiksa pada saat awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan.
record). Produk ruahan yang telah memenuhi persyaratan dan dinyatakan lolos
oleh QC, maka proses selanjutnya dapat dilaksanakan. Tetapi, jika produk ruahan
belum memenuhi persyaratan seperti kadar zat aktif yang terlalu tinggi atau
rendah dari rentang yang ditetapkan atau pH sediaan yang tidak sesuai maka akan
dilakukan minimal tiga kali dengan sampel baru dan personel yang berbeda. Jika
67
hasil pengujian menunjukkan produk ruahan belum memenuhi persyaratan maka
bagian produksi akan mencari solusi sesuai dengan permasalahan yang ditemukan
produk. Pemeriksaan dilakukan oleh QCdi ruang karantina produk jadi yang
sebelumnya telah diberi label kuning. Pemeriksaan terhadap produk jadi ini
produk yang akan dikarantina dengan surat penyerahan produk jadi terlebih
“DILULUSKAN” oleh QA (Pemastian Mutu) dan pada box yang diperiksa diberi
stempel QC. Kemudian produk disimpan di gudang produk jadi. Jika produk tidak
mengatur dan mengendalikan semua bahan baik bahan baku, bahan pengemas,
maupun produk yang telah jadi, yang diatur sedemikian rupa sehingga mudah
68
a. Aman
Barang yang sering digunakan disimpan pada rak paling bawah sehingga
a. Gudang bahanbaku
Gudang bahan baku terdiri dari bahan baku zat aktif dan zat tambahan.
b. Gudang bahanpengemas
Gudang bahan pegemas terdiri dari pengemas primer seperti botol, pot
2. Ruang karantina
69
• Ruang karantina produkjadi
4. Gudang Teknisi
Gudang produk jadi terletak terpisah secara fisik dengan gudang bahan baku
dan bahan kemas. Gudang produk jadi digunakan untuk menyimpan produk
yang sudah dikemas sekunder dan telah dinyatakan release oleh Departemen
4.8 Pemasaran
1. Kebijaksanaan produksi
2. Kebijaksanaan harga
Untuk menentukan harga dipasaran berdarkan survei harga di pasar, jika dapat
demikian juga halnya jika PT. Nusantara Beta Farma ingin menaikkan harga
barang.
3. Kebijaksanaan promosi
70
Promosi dilakukan sebelum produk dilempar ke pasaran untuk meningkatkan
daya beli masyarakat melalui media massa, baik surat kabar, maupun radio.
4. Kebijaksanaan distribusi
Mencari pesanan yang di lakukan oleh salesman yang berada pada cabang
2. Sistem Canvashing
b. Obat Kuasi :Boraks Gliserin, Salaf 2 – 4, Salaf Ichtiol, Salaf AAV 1dan Salaf
AAV 2
d. Kosmetika :Salisil Talk Wangi (STW), Salisil Talk Tabung (STT), Gliserin
Kosmetik, Molissa bedak, lotion dan parfum, Glozz, powder lotion baby,
71
Air Handling Unit (AHU) atau sering juga disebut HVAC (Heating,
Ventilating and Air Conditioning) adalah suatu sistem unit yang berfungsi
tertentu) sesuai dengan kondisi yang diinginkan.AHU salah satu faktor yang
menentukan kualitas obat yang dilihat ialah kondisi lingkungan dimana produk
dibuat seperti cahaya, suhu, kelembaban relatif (RH), kontaminasi mikroba, dan
kelembaban, tekanan udara, pola aliran udara serta pergantian udara di ruang
AHU (Air Handling Unit) yang digunakan dalam industri dapat dibagi menjadi :
3. AC Central; Proses pendinginan udara terpusat pada satu lokasi yang kemudian
3. HVAC III (1 indoor, 4 outdoor ) untuk daerah serbuk dan Salisil Talc Wangi
(STW)
72
4. HVAC IV (1 indoor, 4 outdoor) untuk daerah produksi kosmetik HBL
distribusikan. Proses itu terjadi karena adanya kontak antara udara (campuran
udara dari ruangan dan udara bebas) dengan kisi-kisi (coil) evaporator yang
3. Filter (Penyaring)
ruangan.
Dumper merupakan bagian dari ducting yang berfungsi untuk mengatur jumlah
1. Input
73
Berfungsi sebagai tempat keluarnya udara ke ruangan.Dari In door, udara
2. Output
Berfungsi membawa udara panas dari ruangan ke out door, dimana terdapat
Sistem Kerja AHU dimana udara yang akan disalurkan berasal dari 2
sumber yaitu udara dari kelas E yang di sirkulasi kembali dan udara bebas (free
air), kemudian udara tersebut melewati filter yang terdapat di dalam filter house,
yang terdiri dari pre-filter yang memiliki efisiensi penyaringan sebesar 35%,
medium filter yang memiliki efisiensi penyaringan sebesar 95%, dan hepa filter
menurunkan suhu dan kelembaban udara dan kemudian di pompa oleh blower ke
dalam ruangan melalui “ducting (saluran udara)”. Jumlah udara yang masuk ke
sirkulasi kembali ke AHU, demikian seterusnya. System udara ini berputar secara
rotary.
Di dalam ruangan dipasang dua jenis grill yaitu supply grill dan return
grill. Supply Grill berfungsi untuk memasukan udara ke dalam ruangan sedangkan
74
return girl berfungsi menghisap kembali udara ke dalam untuk dibersihkan.
Kecuali di ruangan produksi Salisil Talk Wangi tidak terdapat return grill karena
ruangan ini hanya punya supply grill agar serbuk-serbuk yang bertebaran tidak
Kompresor yang berada didalam unit outdoor yang berisi cairan Freon
akan dialirkan dengan tekanan tinggi melalui pipa refrigen dan sebelum masuk ke
pipa cooling coil cairan tersebut akan disaring dengan filter drier dan akan menuju
ke pipa ekspansi lu freon akan disemprotkan ke pipa cooling coil. Hal ini
mengakibatkan udara yang berada di dalam pipa cooling coil akan menjadi dingin.
Kompressor akan bekerja secara terus menerus sampai suhu yang diinginkan telah
tercapai. Apabila suhu yang diinginkan telah tercapai kompresor akan mati
dengan sendirinya.
terlebih dahulu.
3. Air PDAM digunakan untuk keperluan produksi apabila stok air hujan telah
menipis.
Pre-treatment water
75
Air yang berasal dari air hujan dan air PDAM ditampung di bak
berisi karbon. Air mengalir lagi ke filter 0,3μ kemudian ke filter 0,5μ diteruskan
mikroorganisme air ini dinamakan air layak minum, kemudian masuk ke dalam
1. Reverse osmosis
dilakukan dengan cara mesin RO1 dihidupkan untuk mengisi tangki RO1 dengan
mengisap air dari bak penampungan pre-treatment water. Air melewati filter 0,3μ.
Air mengalir melalui 4 buah membran yang akan menghasilkan air non mineral.
Kapasitas tangki RO1 adalah 500 L. Setelah tangki RO1 penuh maka mesin RO1
otomatis akan mati lalu mesin RO2 akan hidup dan akan mengisi tangki RO2
melewati 4 buah membran dengan kadar mineral adalah 0. Mesin RO2 hidup
sampai air pada tangki RO1 habis.Kapasitas tangki RO2 adalah 1000 L. Sebelum
dialirkan pada titik yang membutuhkan air melalui lampu UV untuk membunuh
water system terdapat pressure gauge yang berguna untuk melihat tekanan pada
water system. Apabila nilai menunjukan tekanan <1 menandakan bahwa water
76
b. Backwashmicrofilter
1. Bebas mineral
Air yang berada pada tabung dialirkan dengan mesin pompa. Sebelum
Jika tidak ada yang menggunakan air maka air akan otomatis kembali ke
tangki.
77
Pengecekan mikrobiologi dilakukan tiap satu bulan dan sampel diambil dari
Kran pada tangki boiler dibuka, kemudian air pada tabung kedua (pada proses
Kemudian air dipanaskan dengan boiler yang menggunakan bahan bakar solar
Limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah udara
Limbah yang dihasilkan oleh PT. Nusantara Beta Farma adalah sebagai berikut:
1. Limbah cair
Limbah cair berasal dari air cucian alat produksi, cucian botol, cuci alat
laboratorium. Limbah ini harus diolah oleh Instalasi Penanganan Air Limbah
a. Bak Pengumpul
b. Bak Pengatur pH
78
Pada bak pengatur pH dilakukan pemeriksaan pH dimana pH diatur pada
c. Bak aerasi
d. Bak Pengendapan
Air limbah pada bak pengendapan berasal dari bak aerasi. Di sini air limbah
e. Bak Biokontrol
Limbah yang keluar dari bak pengendapan ditampung di bak biokontrol. Pada
bak biokontrol dapat diketahui apakah air limbah setelah pengolahan telah
layak dibuang ke dalam air dengan cara dimasukkan ikan ke dalam bak
tersebut sebagai indikator. Apabila ikan yang dimasukan ke dalam bak tersebut
dapat hidup maka air limbah dinyatakan layak untuk dialirkan ke sungai. Selain
itu air limbah pada bak biokontrol juga dilakukan pengukuran pH setiap hari,
79
Nitrogen: dilakukan satu kali sebulan.
2. Limbah padat
a. Limbah padat memiliki nilai ekonomis seperti kertas, kardus, karton, drum
b. Limbah padat tidak memiliki nilai ekonomis seperti talkum, dikumpulkan dan
Diuji pH nya,
dibakar.
80
BAB V
PEMBAHASAN
Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
yang memproduksi kosmetika yang telah memiliki izin usaha industri atau tanda
2010).
Nusantara Beta Farma telah memiliki sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) untuk sediaan cairan obat dalam nonbetalaktam, cairan obat luar
Beta Farma telah menerapkan aspek-aspek CPOB baik dari segi sistem mutu
industri farmasi sampai kualifikasi dan validasi. Selain itu juga PT Nusantara Beta
(CPKB).
menerapkan seluruh aspek yang tercantum dalam CPOB agar dihasilkan obat
yang berkhasiat, aman dan bermutu. Untuk mencapai peran dan tanggung jawab
81
tersebut, apoteker dituntut memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
yang memadai serta harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
Industri Farmasi yang sesuai dengan CPOB yaitu APJ Quality Control (QC), APJ
Quality Assurance (QA) dan APJ Produksi sedangkan pada bagian kosmetika juga
aspek Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB). Dimana syarat industri
kosmetika.
inspeksi diri dan penanganan keluhan terhadap obat, penarikan kembali obat dan
mutu dan bagian pemastian mutu dipimpin oleh apoteker yang bertanggung jawab
Sistem kerja yang digunakan adalah sistem rolling yang bertujuan untuk
82
Beta Farma juga memperhatikankesesesuaian alur produksi dan tingkat
pemisahan ruang Kelas E dari lingkungan luar dengan dibatasi oleh Kelas F,
pemanfaatan sistem oven dua pintu dan pemakaian ACcentral sebagai sarana
laundry, ruang ganti pakaian, toilet dan kantin. Tetapi fasilitas kantin yang ada di
baik terhadap bahan baku obat, bahan tambahan, bahan pengemas, etiket, produk
jadi, stabilitas maupun produk kembalian. Setiap bagian dapat saling memberikan
saran atau masukan untuk menunjang proses produksi, seperti dalam pengolahan
bets dan penciptaan kondisi yang menunjang dalam proses penyimpanan bahan-
bahan digudang.
Bidang produksi juga dilengkapi dengan alat-alat seperti : Liquid Filler Machine
83
Powder Filler Machine (mesin pengisi serbuk), Mixer, Tangki Stainless
tube), Filling cream, dan alat penunjang seperti dash colektor (alat penghisap
debu) sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan CPOB. Semua peralatan
yang digunakan harus dikalibrasi dan divalidasi agar penggunaannya tepat dan
akurat.
yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil
terhadap bahan baku obat, bahan tambahan, bahan pengemas, etiket, produk jadi,
saran atau masukan untuk menunjang proses produksi, seperti dalam pengolahan
bets dan penciptaan kondisi yang menunjang dalam proses penyimpanan bahan-
bahan di gudang.
Tingkat sanitasi dan hygiene yang tinggi harus diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Oleh sebab itu segala kegiatan harus dilakukan sesuai
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan setiap
hal yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran harus
dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan hygiene yang menyeluruh dan
84
terpadu. Contoh upaya hygiene di PT Nusantara Beta Farma seperti personil
tempat sampah, toilet yang memadai, adanya loker karyawan dan lain-lain.
prosedur yang ditetapkan pada CPOB. Dimana limbah cair yang berasal dari
aerasi. Pada bak aerasi dilengkapi aerator yang berfungsi menghasilkan oksigen
menguraikan zat-zat organik menjadi CO2 dan H2O. Limbah dari bak aerasi
berupa lumpur kemudian air limbah dialirkan ke bak biokontrol. Pada bak
biokontrol ada 2 indikator pemeriksaan yang dilakukan yaitu secara fisika dan
mengetahui apakah limbah tersebut masih berbahaya atau tidak. Jika ikan tersebut
ada yang mati maka limbahnya belum boleh dialirkan ke sungai atau aliran air
lainnya karena masih berbahaya dan jika tidak ada lagi ikan yang mati, air limbah
meliputi pemeriksaan COD, BOD, pH, total nitrogen, fenol dan total zat
85
Dokumentasi merupakan prosedur, instruksi dan catatan tertulis yang
dan pengawasan mutu. Dokumentasi juga harus sesuai dengan protap, gunanya
Sistem Air Handling Unit (AHU) pada PT. Nusantara Beta Farma ini
adalah untuk mengatur tata udara yang meliputi temperatur, kelembaban, tekanan
udara, aliran udara diruangan dan jumlah frekuensi udara per jam, sehingga sesuai
dengan kondisi yang dibutuhkan. Kondisi lingkungan yang kritis terhadap kualitas
partikel, maka pemakaian Air Handling Unit dan pengontrolan Air Handling Unit
memproduksi air yang di butuhkan oleh Industri Farmasi. Pada PT Nusantara Beta
Farma sumber air yang digunakan ada 3 yaitu air hujan air PDAM, dan air tanah.
Air hujan dan air PDAM ini diolah dan dikontrol sesuai dengan prosedur tetap
(protap) yang sudah ada. Sedangkan untuk air tanah digunakan sebagai air di
86
a. Obat : OBH (Obat Batuk Hitam)
b. Kuasi : Boraks Gliserin, Salaf 2-4, Salaf Ichtiol, Salaf AAV 1 dan Salaf AAV
d. Kosmetika : Molisa handbody lotion, Molisa daily face powder, Molisa bedak
kocok anak & dewasa, Glozz baby & kids, Hebta deodorant powder, sandiana
face powder, sandiana facial wash, sandiana face powder Hebta, Gliser
pelembab, Handsoap, Syara, Audee dan Salisil Talk Wangi (STW) dalam
Farma,
87
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Cairan Suspensi).
Quality Assurance (QA) yang dipegang oleh apt. Nasty Ranura, S. Farm,
Jawab Quality Control (QC) apt. Riri Ramadhani, S. Farm. Sedangkan untuk
kosmetik.
4. CPOB terdiri dari 12 aspek mulai dari manajemen mutu sampai kualifikasi &
validasi, dan untuk CPKB juga terdiri dari 12 aspek mulai dari sistem mutu
88
industri farmasi sampai kualifikasi dan validasi. PT Nusantara Beta Farma
6.2 Saran
1. Untuk
hanya disurat kabar dan radio tetapi juga di pasarkan melaui iklan ditelevisi
dan jejaring sosial agar lebih dikenal masyarakat serta diiringi dengan
2. Sebaiknya
3. PT
penjualan setiap daerah sehingga daerah atau kota yang ada di provinsi lainnya
4. Untuk
zaman saat ini, seperti desain produk kosmetik dengan menggunakan warna
dan gambar yang menarik, hal ini di harapkan dapat mengambil perhatian
5. Tingkatkan
89
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM RI. 2018. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia 2010 Nomor 1799/Menkes/Per/XII/2010
tentang Industri Farmasi. Jakarta.
Muliyawan, Dewi & Suriana, Neti. 2013. A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT
Elex Media Komputerindo.
90
LAMPIRAN
91
Lampiran 1. Denah Lokasi PT. Nusantara Beta Farma
92
Lampiran 2. Denah Lokasi Industri Kosmetik
93
Lampiran 3. Denah Lokasi Industri PKRT
94
Lampiran 4. Struktur Organisasi PT Nusantara Beta Farma
95
Lampiran 5. Bagan Alur Kegiatan Produksi
96
Gambar 5. Bagan Alur kegiatan Produksi
Ka. GBA
PPIC
Legalitas Suplier
Karakteristik bahan, mutu bahan dan harga
bahan
Memiliki COA (Certificated of analysis)
Sistem pembayaran
Suplier QC
Sampling
g
Jika ditolak akan dicari
supplier lain
Jika lulus barang akan
Pemesanan barang dipesan
Gudang Karantinaa
Dikembalikan ke Suplier,
QC Reject barang diganti sesuai spech
yang dininginkan
Lulus dengan diberi label hijau oleh
QC
Diperiksa / dicocokan barang yang
ada dengan dokumennya oleh QA
GBA
97
Gambar 6. Alur Pemesanan Barang dan Barang Datang
98
Lampiran 8. Surat Pemesanan
99
Gambar 8. Surat Pemesanan
Lampiran 9. Surat Tanda Terima Barang Masuk
100
Lampiran 10. Surat Permohonan Periksa Bahan Baku
101
Lampiran 11. Hasil Pemeriksaan Pengujian Bahan Baku
102
Gambar 11. Hasil Pemeriksaan Pengujian Bahan Baku
103
Lampiran 12. Label Bahan Baku
12.a . Gambar label bahan baku karantina belum boleh diproses
12.b. Gambar label bahan baku karantina memenuhi syarat boleh diproses
12.c. Gambar label bahan baku karantina tidak memenuhi syarat tidak boleh
diproses
104
Lampiran 13. Kartu Persediaan Bahan Baku
105
Lampiran 14. Kartu Persediaan Bahan Pengemas Primer
107
Lampiran 16. Blanko Spesifikasi Pengemas
108
Lampiran 17. Catatan Pengujian Produk Ruahan
109
Lampiran 18. Label Produk Ruahan
110
Gambar 19. Blanko Catatan In Process Control
111
Gambar 20. Catatan Pemeriksaan Produk Jadi
112
Gambar 21. Label Karantina Produk Jadi
113
Gambar 22. Label Diluluskan Produk Jadi
114
Gambar 23. Label Ditolak Produk Jadi
115
Gambar 24. Surat Penyerahan Produk Jadi
116
Gambar 25. Blanko Checklist Dokumen Catatan Bets
117
Gambar 26. Berita Acara Pemusnahan Produk
118
Lampiran 27. Sertifikat CPOB Cairan Oral Nonbetalaktam
119
Lampiran 28. Sertifikat CPOB Cairan Obat Luar Nonbetalaktam
120
Lampiran 29. Sertifikat CPOB Semisolid Nonbetalaktam
121
Gambar 29. Sertifikat CPOB Semisolid Nonbetalaktam
122
Gambar 30. Sertifikat CPKB Serbuk Tabur
123
Gambar 31. Sertifikat CPKB Cairan Kental
124
Lampiran 32. Sertifikat CPKB Cairan Suspensi
125
Gambar 32. Sertifikat CPKB Cairan Suspensi
126