PENDAHULUAN
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan
telah mengucapkan sumpah apoteker (PP 51, 2009 ; Permenkes RI, 2014).
adalah industri farmasi. Industri farmasi merupakan badan usaha yang memiliki izin
dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat
Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Produk
obat yang berkualitas tidak hanya ditentukan dari pemeriksaan bahan awal dan
produk akhir namun harus dibangun dari semua aspek produksi. Agar obat yang
dihasilkan berkualitas, mempunyai efikasi yang baik, bermutu, dan aman serta
konsisten maka dibutuhkan suatu pedoman bagi industri farmasi tentang Cara
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah cara pembuatan obat
yang bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan
mulai dari manajemen mutu, personalia, bangunan dan fasilitas, peralatan, sanitasi
1
dan hygiene, produksi, pengawasan mutu, pemastian mutu, inspeksi diri, audit
mutu, dan audit persetujuan pemasok, penanganan keluhan terhadap produk dan
Salah satu aspek dalam CPOB adalah mengenai personalia, yang salah
dalam industri farmasi untuk menjamin mutu obat yang dihasilkan. Kedudukan
Apoteker juga diatur dalam CPOB, yaitu sebagai penanggung jawab produksi,
untuk mempunyai wawasan, pengetahuan yang luas dan pengalaman praktis yang
praktis yang cukup yang salah satunya dapat diperoleh melalui kegiatan praktek
kerja profesi di industri farmasi. Dalam rangka pembinaan terhadap generasi baru
di bidang industri farmasi, yaitu tenaga apoteker, PT. Nusantara Beta Farma
Pelaksanaan PKPA di PT. Nusantara Beta Farma ini berlangsung dari tanggal 05
2
Apoteker dalam memasuki dunia kerja sebagai tenaga farmasi yang
profesional.
1. Dapat mengetahui jenis industri yang ada di PT. Nusantara Beta Farma
3. Dapat memahami prinsip CPOB dan CPKB serta penerapan dalam industri
famasi.
tanggal 05 Agustus – 30 Agustus 2019 yaitu di PT. Nusantara Beta Farma, Jl.
Padang Pariaman. Praktek dijadwalkan dari hari Senin - Jum’at, mulai pukul
08.00-16.00 WIB.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM
industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan
untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Fungsi industri
farmasi adalah pembuatan obat atau bahan obat, pendidikan, pelatihan, penelitian
dan pengembangan. Industri farmasi harus membuat obat sesuai dengan Pedoman
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Jaminan mutu suatu produk obat jadi
tidak hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian akan tetapi mutu harus
dibentuk atau dibangun pada seluruh tahapan proses produksi dari awal sampai
akhir. Oleh sebab itu, pelaksanaan CPOB harus diterapkan pada seluruh aspek
memenuhi persyaratan yang tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan
farmasi dari Direktur Jenderal. Industri farmasi yang membuat obat dan/atau
bahan obat yang termasuk dalam golongan narkotika wajib memperoleh izin
4
khusus untuk memproduksi narkotika sesuai dengan ketentuan peraturan
atas:
e) Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak
kefarmasian.
bagi pemohon izin industri farmasi milik Tentara Nasional Indonesia dan
modal asing atau penanaman modal dalam negeri, pemohon harus memperoleh
5
melakukan persiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan, dan instalasi
peraturan perundang-undangan.
menemukan obat dan/atau bahan obat hasil produksinya yang tidak memenuhi
farmasi wajib melaporkan hal tersebut kepada Kepala Badan. Ketentuan lebih
Provinsi.
berikut:
6
a. Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
perusahaan
Gangguan (HO)
Badan
pemastian mutu.
7
pengawasan mutu, dan Apoteker penanggung jawab pemastian
Persetujuan prinsip berlaku selama tiga tahun dan dapat diubah berdasarkan
permohonan dari pemohon izin industri farmasi yang bersangkutan. Dalam hal
permohonan pemohon jangka waktu tiga tahun, dapat diperpanjang oleh Direktur
Jenderal untuk paling lama satu tahun. Pada saat pemohon izin industri farmasi
sekali kepada Direktur Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi. Persetujuan prinsip batal demi hukum apabila
setelah jangka waktu tiga dan/atau setelah jangka waktu satu tahun perpanjangan,
8
Surat permohonan izin industri farmasi harus ditandatangani oleh Direktur
sebagai berikut:
pemastian mutu.
9
l. Surat pernyataan komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik
bidang kefarmasian.
dengan tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
lama dalam waktu dua puluh hari kerja sejak diterimanya tembusan permohonan,
administratif, paling lama dalam waktu sepuluh hari kerja sejak dinyatakan
contoh formulir yang telah ditetapkan. Direktur Jenderal menerbitkan izin industri
obat, pendidikan dan pelatihan, serta penelitian dan pengembangan. Izin industri
10
Industri farmasi dapat membuat obat secara kontrak kepada industri farmasi
lain yang telah menerapkan CPOB. Industri farmasi pemberi kontrak wajib
memiliki izin industri farmasi dan paling sedikit memiliki satu fasilitas produksi
a. Sekali dalam enam bulan, meliputi jumlah dan nilai produksi setiap obat
11
b. Larangan mengedarkan untuk sementara waktu dan/atau perintah untuk
penarikan kembali obat atau bahan obat dari peredaran bagi obat atau
c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenuhi
agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan
obat. Didalam CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengawasan mutu.
CPOB merupakan pedoman yang sangat penting tidak hanya bagi industri farmasi
dan regulator, tetapi juga bagi konsumen dalam memenuhi kebutuhannya akan
Inspeksi Diri dan Audit Mutu, Penanganan keluhan terhadap obat, Penarikan
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
12
karena tidak aman, mutu rendah, atau tidak efektif. Manajemen mutu
bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu kebijakan mutu
manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat
mencakup struktur organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya, serta tindakan
sehingga produk atau jasa pelayanan yang dihasilkan akan selalu memenuhi
pemastian mutu.
2.2.2 Personalia
penerapan sistem pengawasan mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
Kunci mencakup Kepala Bagian Produksi, Kepala Bagian Pengawasan Mutu dan
Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) yang dipimpin oleh Apoteker
maka masing – masing personil diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai
A. Bagian Produksi
13
Kepala Bagian Produksi dipimpin oleh seorang Apoteker yang terdaftar dan
produksi.
14
a. Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemasan, produk antara,
Mutu.
15
e. Memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit
terhadap pemasok).
tanah, dan air maupun dari kegiatan industri lain yang berdekatan.
yang mungkin dilakukan dalam sarana yang sama atau dalam sarana yang
penempatan peralatan dan bahan secara teratur dan logis serta terlaksananya
16
kegiatan, kelancaran arus kerja, komunikasi dan pengawasan yang efektif,
d. Daerah pengolahan produk steril dipisahkan dari daerah produksi lain serta
hendaklah licin, bebas dari keretakan, dan sambungan yang terbuka serta
g. Saluran air limbah hendaklah cukup besar dan mempunyai bak kontrol serta
17
Untuk mencegah terjadinya pencemaran yang berasal dari lingkungan dan
sarana maka perlu disiapkan ruang terpisah yang dirancang khusus untuk
menghindari kontaminasi.
belakang untuk zona kelas A dan memiliki efisiensi saringan udara akhir
maksimal 70 %.
2.2.4 Peralatan
dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan
dikualifikasi dengan tepat, sehingga mutu yang dirancang bagi tiap produk obat
terjamin secara seragam dari bets ke bets dan memudahkan pembersihan dan
18
perawatannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan baku, produk
antara, produk ruahan atau produk jadi tidak boleh bereaksi atau mengabsorpsi,
yang dapat mengubah identitas, mutu, atau kemurniannya di luar batas yang telah
ditentukan.
Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian
yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan untuk mengukur,
pada interval waktu tertentu dengan metode yang ditetapkan. Peralatan hendaklah
kecampurbauran produk.
Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan, disimpan, dan bila perlu disanitasi
dan disterilisasi untuk mencegah kontaminasi atau sisa bahan dari proses
Tingkat sanitasi dan hygiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan hygiene meliputi personil,
19
Penerapan hygiene perorangan meliputi pemeriksaan kesehatan, mencuci
dan kesehatan personil secara berkala. Tiap personil yang mengidap penyakit atau
menderita luka terbuka yang dapat merugikan mutu produk dilarang menangani
bahan awal, bahan pengemas, bahan yang sedang diproses dan obat jadi sampai
produk. Kegiatan makan, minum dan merokok tidak diperbolehkan dalam area
tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik. Tiap kali sebelum dipakai,
kebersihan peralatan diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan
2.2.6 Produksi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Unsur-unsur produksi yang
diatur oleh CPOB meliputi pembelian bahan awal yaitu bahan baku & bahan
20
bets/lot, penimbangan dan penyerahan, pengolahan, pengemasan, pengawasan
selama proses, penanganan bahan dan produk yang ditolak, dipulihkan dan
pengiriman obat, penyimpanan bahan awal, bahan kemas, produk antara, produk
ditentukan.
3. Untuk setiap kiriman dan bets diberi nomor rujukan yang menunjukkan
dipakai.
pengawasan mutu.
8. Bahan awal yang tidak stabil oleh pengaruh suhu, disimpan dalam suhu
21
9. Bahan awal yang cenderung rusak potensinya dalam penyimpanan
kontaminasi silang.
12. Semua bahan awal yang tidak memenuhi syarat diberi tanda silang,
pemasok.
produksi.
c. Pencemaran meliputi :
Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadap suatu obat yang dapat merugikan
22
3. Sistem penomoran menjamin bahwa nomor tidak digunakan berulang dan
3. Bahan dan produk yang boleh diserahkan hanya yang telah diluluskan oleh
pengawasan mutu.
penandaan.
bahan.
bersih.
f. Pengembalian meliputi:
Semua bahan awal, bahan pengemas, produk antara dan produk ruahan yang
23
spesifikasi yang telah ditetapkan dan di dokumentasikan dengan benar serta
direkonsilasi.
6. Semua wadah dan peralatan yang berisi bahan dan produk diberi label yang
tepat.
7. Semua produk diberi label yang tepat dan dikarantina sampai diluluskan
silang.
24
tercantum dalam Dokumen Produksi Induk. Untuk bahan yang berisiko
dalam kondisi yang baik. Pemberian tanda tablet bersalut dan kapsul harus
untuk memastikan bahwa produk yang dibuat senantiasa mempunyai mutu yang
mencapai sasaran mutu yang ditetapkan mulai dari awal pembuatan sampai
Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus
terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk. Pengawasan
yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau
25
persyaratan. Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi
juga harus terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk.
memusnahkan.
2.2.8 Inspeksi diri, Audit Mutu, dan Audit & Persetujuan Pemasok
yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen dan rinci
oleh petugas yang kompeten dari perusahaan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan
secara rutin dan pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan kembali
obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Prosedur dan catatan inspeksi diri
mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar, independen, atau tim yang
hendaklah bertanggung jawab bersama bagian lain yang terkait untuk memberi
persetujuan pemasok yang dapat diandalkan memasok bahan awal dan bahan
26
pengemas yang memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan. Hendaknya dibuat
daftar pemasok yang disetujui untuk bahan awal dan bahan pengemas. Daftar
riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok. Jika audit diperlukan, audit
CPOB. Semua pemasok yang telah ditetapkan hendaklah dievaluasi secara teratur.
Kembalian
secara:
27
bersangkutan dan meneliti kembali semua data serta dokumentasi
yang berkaitan.
obat jadi atau seluruh obat jadi yang bersangkutan dan tindak lanjut
Penarikan kembali obat jadi dapat berupa penarikan kembali satu atau
beberapa bets atau seluruh obat jadi tertentu dari semua mata rantai
yang tidak memenuhi syarat kualitas atau atas dasar pertimbangan adanya
membahayakan kesehatan.
28
b. Obat Kembalian
Obat kembalian adalah obat jadi yang telah beredar dan kemudian
absahan, atau sebab lain mengenai kondisi obat, wadah, atau kemasan
digunakan.
hal-hal berikut:
29
2.2.10 Dokumentasi
manajemen dan dokumentasi yang baik merupakan bagian yang sangat penting
penting untuk memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas secara jelas
dan rinci sehingga memperkecil resiko terjadinya kekeliruan yang biasanya timbul
Dokumentasi meliputi :
1. Spesifikasi
2. Dokumen Produksi
awal dan bahan pengemas yang digunakan serta menguraikan semua operasi
3. Prosedur
30
Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi tertentu, misalnya
Catatan menyajikan riwayat tiap bets produk, termasuk distribusi dan semua
dan analisis harus sesuai dengan izin edar dan disetujui oleh kedua belah pihak.
diluluskan.
31
b. Memastikan bahwa semua produk dan bahan yang diterima sesuai
mutu.
dengan kualifikasi. Jadi, kualifikasi adalah istilah yang digunakan untuk validasi
produksi maupun sarana penunjang merupakan langkah pertama (first step) dalam
1. Kualifikasi
atau sistem yang digunakan dalam suatu proses atau sistem akan selalu bekerja
merupakan identitas sifat suatu peralatan yang berkaitan dengan kinerja dan
fungsinya serta pemberian batasan nilai tertentu terhadap identitas atau sifat
tersebut.
1. Kualifikasi Desain.
32
dengan ketentuan atau spesifikasi yang diatur dalam ketentuan Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang berlaku. Jadi Kualifikasi Desain
atau dibangun.
2. Kualifikasi Instalasi.
3. Kualifikasi Operasional.
atau instalasi mesin atau peralatan produksi atau sarana penunjang dan
4. Kualifikasi Kinerja.
penggunaan.
33
Pelaksanaan kualifikasi harus dilakukan secara berurutan dan
2. Validasi
yang sesuai bahwa tiap bahan, prosedur, kegiatan, sistem, dan perlengkapan yang
digunakan dalam produksi dan pengawasan mutu agar hasil yang diinginkan
Validation).
diperoleh dan dikumpulkan dari proses yang sudah dilaksanakan dan dinilai
menurut prinsip statistik. Validasi ini berlaku pada produk yang sudah
beredar.
34
Validasi Ulang adalah validasi yang dilakukan bila ada perubahan bahan
analitik yang harus divalidasi pada umumnya adalah uji identifikasi, uji kuantitatif
komponen terpilih lainnya dalam suatu produk obat, uji kuantitatif kandungan
Validasi Berkala
atau mengambil bagian dalam pelaksanaan validasi berkala oleh bagian lain,
khususnya bagian produksi untuk menjamin bahwa setiap produk yang dihasilkan
yang tedapat pada Siklus Hidup Validasi (Validation Life Cycle) berikut ini, yaitu:
35
b. Menyusun Rencana Induk Validasi (Validation Master Plan), yaitu
laporan validasi.
d. Pelaksanaan Validasi.
(revalidation).
36
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
Industri Farmasi PT. Nusantara Beta Farma resmi berdiri dengan Keputusan
Dalam V No.1 Padang, jumlah pekerjanya masih tergolong kecil yaitu 5 orang.
Industri ini mulai beroperasi sejak bulan Februari tahun 1995. Sebelumnya
berlokasi di Jl. Sawahan Dalam IV No. 20 yang masih dalam bentuk industri
farmasi terbatas. PT. Nusantara Beta Farma merupakan salah satu industri farmasi
Yusri Umar, Apt pada tahun 1979, dengan nama PT. Beta Farma Indonesia. Pada
tanggal 9 Oktober 1979 mengajukan perubahan nama menjadi PT. Nusantara Beta
Farma membutuhkan tempat yang lebih luas untuk kegiatan produksi dan
adminitrasi perusahaan, karena pada awal pendirian PT. Nusantara Beta Farma
berlokasi di rumah kediaman Bapak Drs. H. Yusri Umar, Apt. Pada tanggal 24
Januari 1985 PT. Nusantara Beta Farma mengajukan permohonan pindah dari Jl.
37
Sawaha.//n Dalam V No. 1 ke Jl. Sawahan Dalam IV No. 20 Padang kemudian
Indonesia. Dengan adanya keputusan ini PT. Nusantara Beta Farma mulai
membangun sarana dan prasarana yang lebih baik dan memenuhi syarat CPOB,
dimana izin pembangunan untuk pabrik yang baru dikeluarkan pada tanggal 8
Desember 1992 kemudian industri farmasi yang baru mulai dibangun pada tahun
1993 yang berlokasi di Jalan Raya Padang – Bukittinggi Km 25, Desa Pasar
Pada 9 Februari 1995, pabrik yang memenuhi persyaratan CPOB dan telah
diberikan sertifikat CPOB mulai beroperasi dan kegiatan produksi pindah dari Jl.
Desa Pasar Usang, Kecamatan Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman secara
bertahap. Pada awal Juni 1995 seluruh kegiatan produksi dari pabrik lama telah
Sejak tahun 2002 kepemimpinan mulai dipegang oleh Ibu Hj. Diana
Agustin, S.Si, M.Si, MM., Apt yang merupakan anak pertama dari Bapak Drs. H.
Yusri Umar, Apt. Sejak kepemimpinan beliau telah banyak melakukan perubahan
baik di bidang peraturan dan sistem di PT. Nusantara Beta Farma. Tujuannya
adalah untuk mencapai manajemen yang profesional guna tercapai visi dan misi
perusahaan.
38
3.2 Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu Perusahaan
“Memproduksi obat yang bermutu tinggi sesuai dengan persyaratan cGMP guna
CPOB.
sehat.
39
PT. Nusantara Beta Farma berlokasi di Jalan Raya Padang – Bukittinggi Km
25, Desa Pasar Usang Kecamatan Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman.
Tingkat II Padang Pariaman. Pabrik didirikan dengan status hak milik, luas
bangunannya 3.856,9 m2 dan Luas daerah pabrik seluruhnya adalah 12.235 m2.
oleh pagar bagian depan pabrik dan seberang jalan rumah penduduk.
d. Sebelah barat dibatasi oleh pagar industri, tanah kosong dan sungai
batang anai.
1. Fasilitas produksi
a. Instalasi air
Air yang akan digunakan terlebih dahulu diolah menjadi air yang bebas
mineral, sumber air yang digunakan adalah air hujan dan air Perusahaan
a) Air hujan
b) Air yang berasal dari air hujan dan air PDAM ditampung di bak
40
mengalir lagi ke filter 0,3μ kemudian ke filter 0,5μ diteruskan
water.
Air dari Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) hanya digunakan bila
lingkungan sekitarnya.
c. Instalasi Listrik
Instalasi ini terbagi atas air conditioner central, air conditioner window,
2. Fasilitas karyawan
a. Pakaian kerja
b. Pakaian dinas
c. Laundry
41
Laundry adalah tempat pencucian dan setrika seragam kerja karyawan.
mengambil pakaian dari loker ke loker (locker kelas E dan locker kelas
d. Cuti karyawan
1. Cuti tahunan
atas cuti tahunan dengan mendapat upah tertentu. Hak cuti tahunan
3. Cuti sakit
Karyawan yang tidak bisa masuk kerja karena sakit atau dalam
5. Cuti haid
6. Program JAMSOSTEK
Jaminan hari tua ini berlaku bila umur tenaga kerja 55 tahun
atau lebih.
c) Jaminan Kematian
e. Fasilitas Antar-Jemput
43
1. Kelas E diantaranya yaitu :
a. Ruang kemas
b. Ruang kemas
c. Ruang kemas
e. Ruang laboratorium.
44
f. Loker, dan ruang ganti pakaian karyawan.
bets.
h. Ruang climatic
chamber.
a. Ruang administrasi
umum.
b. Ruang pimpinan.
c. Musholla.
d. Ruang karantina
produk jadi.
a. Ruang pengolahan
b. Ruang non-pengolahan
45
Ruang non-pengolahan terdiri dari: ruang pengemas sekunder produk
serbuk tabur, lotion; loker produksi putri dan putra, gudang bahan baku,
a. Bagian Produksi
mengolah bahan baku dan bahan pembantu menjadi barang jadi yang
dari :
a) Obat
b) Kuasi
c) Kosmetik
b. Pengawasan Mutu
selama pembuatan obat dan dirancang untuk menjamin agar produk obat
pengawasan mutu ini dipimpin oleh seorang Apoteker secara garis besar
46
a) Analisa
bahan pengemas)
a. Real time
c. Gudang
sekunder
b) Gudang Bahan Baku, yaitu bahan yang di simpan pada suhu kamar,
bahan yang di simpan pada suhu sejuk dan bahan yang mudah
terbakar
2. Gudang Produk Jadi, yaitu gudang tempat barang yang siap untuk
dipasarkan
47
3.7 Program Kerja PT. Nusantara Beta Farma
Pada PT. Nusantara Beta Farma tidak menggunakan sistem shift kerja,
Hari Waktu
Senin – Jumat 08.00 – 16.00 WIB
Sabtu 08.00 – 15.00 WIB
Istirahat 12.00 – 13.00 WIB
Istirahat Jumat 11.30 – 13.30 WIB
Urusan keuangan PT. Nusantara Beta Farma dikelola oleh seorang manager.
1. Laporan cash flow : Laporan uang masuk dan keluar, dibuat tiap bulan
berikut:
a. Uang masuk
Uang masuk pada PT. Nusantara Beta Farma dapat dibagi atas dua bagian.
modal kerja) dan kredit investasi misalnya alat-alat, mesin, bangunan, dan
48
gudang dan uang pembayaran piutang yang dapat dilakukan melalui bank
b. Uang keluar
BAB IV
TINJAUAN KEGIATAN
Tinggi Ilmu Farmasi Indonesia telah melakukan kerjasama dengan PT. Nusantara
Beta Farma untuk melakukan pembinaan dan bimbingan serta pelatihan bagi
49
1799/Menkes/Per/ XII/2010 tentang Industri Farmasi, Industri Farmasi adalah
badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan
kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Fungsi industri farmasi adalah
4.1 Perencanaan
tahunan yang telah dibuat oleh bagian PPIC (Production Planning and Inventory
penentuan jumlah dan jenis produk yang akan diproduksi. Hal berdasarkan
ketika:
sediaan apa saja yang akan di produksi dan jumlahnya selama satu bulan
produksi tiapharinya.
Berdasarkan stock bahan baku dan bahan pengemas yang ada di Gudang
Bahan Awal, diklasifikasikan dan dipilih mana bahan baku yang lebih utama
Adanya tender dari Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang bekerjasama dengan
perusahaan.
50
Perencanaan dan pengadaan barang di industri dilakukan oleh bagian PPIC
oleh banyak faktor, baik faktor internal (dari dalam perusahaan sendiri) maupun
faktor eksternal. Faktor internal antara lain kapasitas produksi, jumlah persediaan
Peran dan tugas PPIC adalah merencanakan, menghitung bahan baku dan
Besar Farmasi dan konsumen lainnya) guna mendapatkan harga dan keuntungan
mengenai jumlah stok bahan baku dan bahan pengemas. PPIC akan merencanakan
diperkecil menjadi 1 semester, lalu tri semester dan terakhir untuk 1 bulan.
Pemesanan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan stok gudang minimal untuk
3 bulan.
Bahan awal terdiri dari 2 jenis yaitu bahan baku dan bahan pengemas:
51
a. Bahan aktif / bahan berkhasiat : seperti asam salisilat, asam benzoat,
1. Pemesanan biasa
2. Pemesanan prekursor
3. Pemesanan kontrak
sekali banyak.
akhir. Bila stok yang tersisa tersebut jumlahnya setengah dari stok awal, maka
52
b. Warna merah: untuk finance dan accounting
Sebelum dipesan dalam jumlah banyak, maka PPIC akan meminta sampel
bahan baku dari suplier untuk dibuat trial produk dalam jumlah yang sedikit.
Setelah dibuat trial produk akan di uji dan hasilnya akan disesuaikan dengan
spesifikasi. Apabila sudah sesuai dengan spesifikasi, maka akan dipesan dalam
barang, surat permintaan pembelian diajukan oleh kepala gudang bahan awal dan
diserahkan ke bagian PPIC, lalu bagian PPIC akan menyiapkan surat permintaan
d. Pemasok (supplier)
kedalam industri.
Barang pesanan akan diterima oleh bagian gudang dan PPIC, selanjutnya
53
seperti nama barang, jumlah, no. Bets, expired date dan lainnya. Kemudian diisi
blanko tanda terima barang masuk yang dibuat rangkap 5 (lima) yaitu untuk :
b. Manajer Produksi
c. Expedisi
d. Kantor pusat
e. Satpam
ekspedisi dan petugas gudang. Barang yang datang harus disertai dengan
data sheet). Dengan adanya dokumen ini kita bisa melihat apakah barang yang
kirim ini sesuai dengan spesifikasi dan data yang terdapat di dokumen tersebut.
Dokumen ini berfungsi sebagai bukti bahwa barang yang dipesan ini mempunyai
kualitas yang baik dan bisa dipertanggung jawabkan apabila ada pemeriksaan dari
Balai POM.
diberi label kuning “dalam karantina belum boleh diproses”. Kemudian petugas
2. Bagian QC
3. Bagian QA
4. Bagian produksi
5. Kantor pusat.
54
Ketika bahan baku datang, maka yang di uji adalah pengujian organoleptis
diameter tutup botol, sedangkan untuk etiket dilakukan pengujian seperti lebar,
panjang etiket dan bentuk tulisan dari etiket, apakah etiket nya bagus, warnanya
cerah/tidak pudar, tulisan dan pemotongannya tidak miring. Setelah itu di sortir
bahan pengemas yang bagus dan bahan pengemas yang rusak, dan dibuat laporan
Apabila hasil uji, analisa dan periksa memenuhi syarat (sesuai dengan
syarat untuk diproses”. Bila hasil tidak memenuhi syarat, diberi label merah “tidak
syarat dipindahkan dan disimpan digudang bahan baku sesuai dengan sifat bahan
secara COD (cash of delivery) atau pembayaran secara langsung yang dilakukan
kredit yaitu dilakukan dengan pemberian tempo oleh suplier selama 1 bulan
setelah barang diterima oleh industri. Pembayaran secara kredit ini biasanya untuk
pemesanan barang yang bersifat kontrak dan dalam jumlah banyak seperti
pemesanan talkum.
55
4.3 Produksi
dibantu oleh beberapa supervisor dan leader yang mengatur, mengkoordinasi dan
dari PPIC/marketing
disaksikan oleh tim QC. Lalu petugas gudang mengisi identitas sampel dan
56
5. Petugas produksi mengambil bahan baku di ruang staging dan dibawa ke
6. Setelah bahan baku diproduksi dan didapatkan produk ruahan, maka bagian
9. Setelah dinyatakan lulus oleh tim QC, bagian produksi akan melakukan
10. Produk yang sudah dikemas sekunder, akan dipindahkan ke ruang karantina
produk jadi dan dilakukan serah terima ke bagian gudang obat jadi dengan
Assurance)
farmasi yang menjaga secara konsisten mutu produk, mulai dari bahan awal
sampai produk akhir agar sesuai dengan tujuan penggunaannya. Pengawasan mutu
dilakukan selama pembuatan obat dan dirancang untuk menjamin agar produk
57
penetapan spesifikasi, pengambilan sampel dan pengujian, dokumentasi dan
benar dilaksanakan dan penelusuran bahan awal serta pelulusan produk tidak akan
hasil pelulusan atau penolakan bahan awal, produk antara dan produk jadi. Bagian
bahan pengemas
hal ini dikarenakan supaya bahan yang akan digunakan itu sudah memenuhi
spesifikasi yang ada, hal ini merupakan hal yang paling utama dan penting untuk
dilakukan, apabila mutu produk ternyata kurang bagus dan tetap dilakukan
produksi, maka itu akan menyebabkan produk yang dihasilkan juga tidak bermutu
bagus. Begitu juga dengan bahan pengemas sebelum digunakan harus diperiksa
semuanya supaya proses produksi terlaksana dengan baik. Apabila bahan awal
setelah diperiksa kadarnya tidak sesuai dengan spesifikasi, maka bahan awal
ruahan. Dimana setelah proses produksi harus diperiksa terlebih dahulu sebelum
58
di kemas dalam pengemasan primer. Hal ini bertujuan untuk menjaga agarmutu
produk tetap bagus. Apabila didapatkan hasil nya melebihi range atau kurang dari
kadar seharusnya, maka akan dicari solusi yaitu berupa penambahan zat aktif atau
zat tambahan sehingga kadarnya bisa mencapai range dan efek terapi dari
sekunder
dilakukan pemeriksaan oleh QC atas permintaan periksa oleh gudang. tidak semua
barang diperiksa, pemeriksaan dilakukan secara acak dengan sampling pola N (√n
+1). Yang perlu diperhatikan pada saat pemerksaan adalah no.bets, ED,
kebocoran, kerapian etiket. setelah pengujian dan di nyatakan lulus oleh QC, QC
akan memberi stempel pada box produk dan menyerahkan data pemeriksaan ke
Apabila ada keluhan obat dari konsumen, atau ada obat yang hampir
dari retain sampel ini untuk menangani keluhan konsumen, permasalahan dengan
BPOM dan untuk dibandingkan dengan produk yang ada dipasaran apabila terjadi
keluhan produk.
59
Pemastian Mutu (Quality Assurance) ini merupakan salah satu personil
kunci di suatu perusahaan. Peran QA itu sangat besar mulai dari awal barang
produk ini sudah sesuai dengan CPOB. QA akan membuat protap yang nantinya
protap itu akan dilaksanakan oleh QC. Jadi QA dan QC bekerja sejalan, tidak
hanya QC saja yang sejalan dengan QA, namun ada juga dari produksi dan R & D
Selain membuat protap dan memastikan bahwa semua yang ada di industri
sudah sesuai dengan CPOB, QA juga berperan didalam pelulusan produk jadi
yang dikarantina di ruang karantina. Produk yang dikarantina akan diperiksa oleh
QC lalu hasil pemeriksaan dilaporkan ke QA. Jika produk tersebut ditolak maka
diberi label merah oleh QA. Sedangkan untuk produk yang memenuhi syarat
dengan membuat protap, sehingga pemasok yang akan menyalurkan bahan baku
dilakukan selama proses dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai
dengan metode yang telah disetujui oleh kepala bagian manajemen mutu yaitu
dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari proses produksi
60
yang mungkin menjadi penyebab variasi karakteristik produk selama proses
berjalan.
produk setengah jadi yang belum dimasukkan ke dalam wadah. Pengawasan ini
sampel sesuai dengan prosedur tetap masing- masing. Apabila memenuhi syarat
ditetapkan.
diperiksa pada saat awal dan selama proses pengolahan atau pengemasan.
61
spesifikasi dan memastikan semua komponen sesuai dengan yang
record). Produk ruahan yang telah memenuhi persyaratan dan dinyatakan lolos
oleh QC, maka proses selanjutnya dapat dilaksanakan. Tetapi, jika produk ruahan
belum memenuhi persyaratan seperti kadar zat aktif yang terlalu tinggi atau
rendah dari rentang yang ditetapkan atau pH sediaan yang tidak sesuai maka akan
dilakukan minimal tiga kali dengan sampel baru dan personel yang berbeda. Jika
bagian produksi akan mencari solusi sesuai dengan permasalahan yang ditemukan
sebelumnya telah diberi label kuning. Pemeriksaan terhadap produk jadi ini
produk yang akan dikarantina dengan surat penyerahan produk jadi terlebih
62
“DILULUSKAN” oleh QA (Pemastian Mutu) dan pada box yang diperiksa diberi
stempel QC. Kemudian produk disimpan di gudang produk jadi. Jika produk tidak
mengatur dan mengendalikan semua bahan baik bahan baku, bahan pengemas,
maupun produk yang telah jadi, yang diatur sedemikian rupa sehingga mudah
a. Aman.
Barang yang sering digunakan disimpan pada rak paling bawah sehingga
Bahan awal dan bahan pengemas yang tahan pada suhu kamar disimpan
pada suhu kamar (< 30 0C) sedangkan bahan yang tidak tahan suhu tinggi
63
seperti zat warna disimpan dalam ruang sejuk (cool room) dengan suhu 8-
150C.
Gudang bahan baku terdiri dari bahan baku zat aktif dan zat tambahan.
Gudang bahan pegemas terdiri dari pengemas primer seperti botol, pot
2. Ruang karantina
yang memerlukan pengujian oleh Departemen Quality Control (QC) dan belum
4. Gudang Teknisi
Gudang produk jadi terletak terpisah secara fisik dengan gudang bahan baku
dan bahan kemas. Gudang produk jadi digunakan untuk menyimpan produk yang
sudah dikemas sekunder dan telah dinyatakan release oleh Departemen Quality
64
4.8 Pemasaran
Sumatera. Pemasaran produk PT. Nusantara Beta Farma dilakukan oleh Pedagang
Besar Farmasi (PBF) PT. Panay Farma Lab yang berkedudukan di Jl. Sawahan.
1. Kebijaksanaan produksi
masyarakat.
2. Kebijaksaan harga
dapat dijangkau oleh masyarakat maka harga tersebut merupakan harga jadi,
demikian juga halnya jika PT. Nusantara Beta Farma ingin menaikkan harga
barang.
3. Kebijaksanaan promosi
meningkatkan daya beli masyarakat melalui media massa, baik surat kabar,
maupun radio.
4. Kebijaksanaan distribusi
65
Mencari pesanan yang di lakukan oleh salesman yang berada pada cabang
motor.
2. Sistem Canvashing
a. Obat :
b. Obat Kuasi :
- Boraks Gliserin
- Salaf 2 – 4
- Salaf Ichtiol
- Alkohol 70%
- Kaporit
- Rivanol
- Gentian Violet
d. Kosmetika :
66
- Gliserin Kosmetik
4.10 Keuangan
manajer. Arus uang keluar pada PT. Nusantara Beta Farma dapat digambarkan
sebagai berikut:
Uang masuk pada PT. Nusantara Beta Farma dapat dibagi atas dua bagian.
Uang pinjaman bank dan uang pembayaran piutang yang dapat dilakukan
Air Handling Unit (AHU) atau sering juga disebut HVAC (Heating,
Ventilating and Air Conditioning) adalah suatu sistem unit yang berfungsi
tertentu) sesuai dengan kondisi yang diinginkan. AHU salah satu faktor yang
menentukan kualitas obat yang dilihat ialah kondisi lingkungan dimana produk
dibuat seperti cahaya, suhu, kelembaban relatif (RH), kontaminasi mikroba, dan
67
kontaminasi partikel. AHU memiliki seperangkat alat yang dapat mengontrol
suhu, kelembaban, tekanan udara, pola aliran udara serta pergantian udara di
AHU (Air Handling Unit) yang digunakan dalam industri dapat dibagi
menjadi :
sentral tersebut.
AC Window dan AC Split digunakan untuk ruangan kelas F dan kelas G. PT.
3. HVAC III (1 indoor, 4 outdoor ) untuk daerah serbuk dan Salisil Talc
Wangi (STW)
68
Mengontrol suhu dan kelembaban relatif (RH) udara yang akan di
(campuran udara dari ruangan dan udara bebas) dengan kisi-kisi (coil)
evaporator yang akan menghasilkan udara dengan suhu yang lebih rendah.
3. Filter (Penyaring)
dengan ruangan.
1. Input
2. Output
69
Berfungsi membawa udara panas dari ruangan ke out door, dimana terdapat
Sistem Kerja AHU dimana udara yang akan disalurkan berasal dari 2
sumber yaitu udara dari kelas E yang di sirkulasi kembali dan udara bebas (free
air). kemudian udara tersebut melewati filter yang terdapat di dalam filter house,
yang terdiri dari pre-filter yang memiliki efisiensi penyaringan sebesar 35%,
medium filter yang memiliki efisiensi penyaringan sebesar 95%, dan hepa filter
menurunkan suhu dan kelembaban udara dan kemudian di pompa oleh blower ke
dalam ruangan melalui “ducting (saluran udara)”. Jumlah udara yang masuk ke
sirkulasi kembali ke AHU, demikian seterusnya. System udara ini berputar secara
rotary.
Di dalam ruangan dipasang dua jenis grill yaitu supply grill dan return grill.
Kecuali di ruangan produksi Salisil Talk Wangi tidak terdapat return grill karena
ruangan ini hanya punya supply grill agar serbuk-serbuk yang bertebaran tidak
70
Kompresor yang berada didalam unit outdoor yang berisi cairan Freon akan
dialirkan dengan tekanan tinggi melalui pipa refrigen dan sebelum masuk ke pipa
cooling coil cairan tersebut akan disaring dengan filter dryer dan akan menuju ke
pipa ekspansi alu freon akan disemprotkan ke pipa cooling coil. Hal ini
mengakibatkan udara yang berada di dalam pipa cooling coil akan menjadi dingin.
Compressor akan bekerja secara terus menerus sampai suhu yang diinginkan telah
tercapai. Apabila suhu yang diinginkan telah tercapa kompresor akan mati dengan
sendirinya.
suatu produksi. PT. NBF dalam melaksanakan kegiatan menggunakan tiga jenis
terlebih dahulu.
3. Air PDAM digunakan untuk keperluan produksi apabila stok air hujan telah
menipis.
Pre-treatment water
Air yang berasal dari air hujan dan air PDAM ditampung di bak
penampung. Air dialirkan ke tabung 1 yang berisi pasir silica untuk menyaring
berisi karbon. Air mengalir lagi ke filter 0,3μ kemudian ke filter 0,5μ diteruskan
71
mikroorganisme air ini dinamakan air layak minum, kemudian masuk ke dalam
1. Reverse osmosis
dilakukan dengan cara mesin RO1 dihidupkan untuk mengisi tangki RO1 dengan
mengisap air dari bak penampungan pre-treatment water. Air melewati filter 0,3μ.
Air mengalir melalui 4 buah membran yang akan menghasilkan air non mineral.
Kapasitas tangki RO1 adalah 500 L. Setelah tangki RO1 penuh maka mesin RO1
otomatis akan mati lalu mesin RO2 akan hidup dan akan mengisi tangki RO2
melewati 4 buah membran dengan kadar mineral adalah 0. Mesin RO2 hidup
sampai air pada tangki RO1 habis. Kapasitas tangki RO2 adalah 1000 L. Sebelum
dialirkan pada titik yang membutuhkan air melalui lampu UV untuk membunuh
water system terdapat pressure gauge yang berguna untuk melihat tekanan pada
water system. Apabila nilai menunjukan tekanan <1 menandakan bahwa water
2. Backwash microfilter
72
Evaluasi terhadap Water System :
1. Bebas mineral
Air yang berada pada tabung dialirkan dengan mesin pompa. Sebelum
Jika tidak ada yang menggunakan air maka air akan otomatis kembali ke
tangki.
73
Pengecekan mikrobiologi dilakukan tiap satu bulan dan sampel diambil dari
Kran pada tangki boiler dibuka, kemudian air pada tabung kedua (pada
solar
Ketika air telah mencapai suhu >100oC maka boiler akan mati secara
otomatis
Limbah merupakan bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah udara
Limbah yang dihasilkan oleh PT. Nusantara Beta Farma adalah sebagai
berikut:
1. Limbah cair
Limbah cair berasal dari air cucian alat produksi, cucian botol, cuci alat
laboratorium. Limbah ini harus diolah oleh Instalasi Penanganan Air Limbah
a. Bak Pengumpul
74
Digunakan untuk menampung seluruh limbah
b. Bak Pengatur pH
c. Bak aerasi
d. Bak Pengendapan
Air limbah pada bak pengendapan berasal dari bak aerasi. Di sini air
e. Bak Biokontrol
dinyatakan layak untuk dialirkan ke sungai. Selain itu air limbah pada
75
3) pH limbah: diukur setiap hari
2. Limbah padat
- Diuji pH nya
dibakar.
Lingkungan Hidup (KHL). Contoh limbah B3 adalah oli bekas, aki bekas, lampu
TL dan catridge.
76
BAB V
PEMBAHASAN
Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
yang memproduksi kosmetika yang telah memiliki izin usaha industri atau tanda
2010).
Sumatera Barat yang memiliki Industri Farmasi dan Industri Kosmetik. PT.
Nusantara Beta Farma telah memiliki sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB) untuk sediaan cairan obat dalam non betalaktam, cairan obat luar non
betalaktam dan sediaan semisolid non betalaktam. Secara umum PT. Nusantara
Beta Farma telah menerapkan aspek-aspek CPOB baik dari segi aspek manajemen
mutu sampai kualifikasi dan validasi. Selain itu juga PT. Nusantara Beta Farma
untuk Industri Farmasi yang sesuai dengan CPOB yaitu APJ Quality Control
(QC), APJ Quality Assurance (QA) dan APJ Produksi sedangkan pada bagian
Kosmetika yang dimiliki oleh PT. Nusantara Beta Farma termasuk golongan A.
77
Aspek-aspek lainnya seperti peralatan, produksi, pengawasan mutu,
inspeksi diri dan penanganan keluhan terhadap obat, penarikan kembali obat dan
mutu dan bagian pemastian mutu dipimpin oleh Apoteker yang bertanggung
Sistem kerja yang digunakan adalah sistem rolling yang bertujuan untuk
sehingga dapat mencegah terjadinya kontaminasi silang. Selain itu PT. Nusantara
pemisahan ruang Grey Area (Kelas E) dari lingkungan luar dengan dibatasi oleh
Black Area (Kelas F), pemanfaatan sistem oven dua pintu dan pemakaian AC
laundry, ruang ganti pakaian dan toilet. Sedangkan fasilitas untuk karyawan yang
ada di PT. Nusantara Beta Farma masih kurang, contohnya ruang tempat istirahat
78
Dari segi peralatan PT. Nusantara Beta Farma khususnya bidang
seperti : Liquid Filler Machine (mesin pengisi cairan), Pneumatic Paste Filler
Machine (mesin pengisi salep), Powder Filler Machine (mesin pengisi serbuk),
Mixer, Tangki Stainless Steel, Cupping Machine, sesuai dengan persyaratan yang
telah ditetapkan CPOB. Semua peralatan yang digunakan harus dikalibrasi dan
yang digunakan dalam produksi dan pengawasan akan senantiasa mencapai hasil
pekerjaan PT. Nusantara Beta Farma selalu menggunakan prosedur tetap (protap).
Dilihat dari segi pengontrolan produk PT. Nusantara Beta Farma melalui
terhadap bahan baku obat, bahan tambahan, bahan pengemas, etiket, produk jadi,
saran atau masukan untuk menunjang proses produksi, seperti dalam pengolahan
bets dan penciptaan kondisi yang menunjang dalam proses penyimpanan bahan-
bahan di gudang.
Tingkat sanitasi dan hygiene yang tinggi harus diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Oleh sebab itu segala kegiatan harus dilakukan sesuai
79
bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta wadahnya dan setiap
hal yang dapat merupakan sumber pencemaran produk. Sumber pencemaran harus
dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan hygiene yang menyeluruh dan
terpadu. Contoh upaya hygiene di PT. Nusantara Beta Farma seperti personil
tempat sampah, toilet yang memadai, adanya loker karyawan dan lain-lain.
prosedur yang ditetapkan pada CPOB. Dimana limbah cair yang berasal dari
aerasi. Pada bak aerasi dilengkapi aerator yang berfungsi menghasilkan oksigen
menguraikan zat-zat organik menjadi CO2 dan H2O. Limbah dari bak aerasi
berupa lumpur kemudian air limbah dialirkan ke bak biokontrol. Pada bak
biokontrol ada 2 indikator pemeriksaan yang dilakukan yaitu secara fisika dan
mengetahui apakah limbah tersebut masih berbahaya atau tidak. Jika ikan tersebut
ada yang mati maka limbahnya belum boleh dialirkan ke sungai atau aliran air
lainnya karena masih berbahaya dan jika tidak ada lagi ikan yang mati, air limbah
80
meliputi pemeriksaan COD, BOD, pH, total nitrogen, fenol dan total zat
tersuspensi. Pemeriksaan ini dilakukan satu kali sebulan namun untuk pemeriksan
dan pengawasan mutu. Dokumentasi juga harus sesuai dengan protap, gunanya
Sistem Air Handling Unit (AHU) pada PT. Nusantara Beta Farma ini
adalah untuk mengatur tata udara yang meliputi temperatur, kelembaban, tekanan
udara, aliran udara diruangan dan jumlah frekuensi udara per jam, sehingga sesuai
dengan kondisi yang dibutuhkan. Kondisi lingkungan yang kritis terhadap kualitas
partikel, maka pemakaian Air Handling Unit dan pengontrolan Air Handling Unit
Water System atau Sistem Pengolahan Air (SPA) yang ada di PT.
memproduksi air yang di butuhkan oleh Industri Farmasi. Pada PT. Nusantara
Beta Farma sumber air yang digunakan ada 2 yaitu air hujan dan air PDAM.
81
Kedua air ini diolah dan dikontrol sesuai dengan prosedur tetap (protap) yang
sudah ada.
a. Obat :
b. Kuasi :
Boraks Gliserin
Salaf 2 – 4
Salaf Ichtiol
Salicyl befanax
Alkohol 70%
Kaporit
Rivanol
Gentian Violet 1%
Kalium Permanganat
d.Kosmetika :
Salisil Talk Wangi (STW) merupakan produk andalan PT. Nusantara Beta
82
Hair Body Mist
BAB VI
6.1 Kesimpulan
industri PT. Nusantara Beta Farma dapat diambil kesimpulan antara lain :
CPKB.
4) CPOB terdiri dari 12 aspek mulai dari manajemen mutu sampai kualifikasi &
validasi, dan untuk CPKB juga terdiri dari 13 aspek mulai dari manajemen
mutu sampai penanganan keluhan dan penarikan produk. PT. Nusantara Beta
6.2 Saran
produknya tidak hanya di surat kabar dan radio tapi juga televisi agar lebih
proses produksi.
83
3. PT. Nusantara Beta Farma hendaknya memperluas dan memperbanyak unit
penjualan setiap daerah sehingga daerah atau kota yang ada di propinsi
84
DAFTAR PUSTAKA
Badan POM RI, 2012, Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik Jilid 1, Nomor
HK.03.1.33.12.12.8195, Jakarta.
85
Lampiran 1.Denah Lokasi PT. Nusantara Beta Farma
86
Lampiran2.Denah Lokasi Industri Kosmetik
87
Lampiran3.Denah Lokasi Industri PKRT
88
Lampiran 4. Struktur Organisasi PT. Nusantara Beta Farma
89
Lampiran 5.Alur Kerja Produksi
PRODUKSI
Permintaan tertulis Bahan Awal (BA)
dari bagian produksi ke GBA
GBA PEMBELIAN
R. Timbang
R..Stagging
Pengemasan Primer
90
Lampiran 6. Lanjutan
Produksi + Lab QC
Lab.QC– R&D cari penyebab dan
Reject solusinya
- Release dengan label hijau untuk obat jadi
- Jalankan dan isi bets record
- Pengiriman dan muat barang
- STTB (Surat Tanda Terima Barang)
- Buat faktur dari PT. NBF ke PT. Panay Farmalab
-
GOJ PT. Panay Farmalab
Penerimaanbarang
91
Lampiran 7.Alur Pemesanan Barang dan Barang Datang
Ka. GBA
Laporanbahanbakuterpakai
Pemesananjikastoktinggalseten
gahnya
SuratPesananBahan
PPIC
LegalitasSuplier
Karakteristikbahan,
mutubahandanhargabahan
Memiliki COA (Certificated of analysis)
Sistempembayaran
BarangDatang PPIC
GudangKarantina
Dikembalikan ke Suplier,
QC barang diganti sesuai spech
Reject yang dininginkan
Lulus dengan label
hijau
GBA
92
Lampiran 8. Kartu Permintaan Pembelian
93
Lampiran 9. Kartu Permintaan Bahan Baku
94
Lampiran 10. Kartu Permintaan Bahan Pengemas
95
Lampiran 11. Kartu Persediaan Bahan baku (kartu stok)
96
Lampiran 12. Kartu Persediaan Bahan Pengemas Skunder
97
Lampiran 13. Kartu Pesediaan Pengemas Primer
98
Lampiran 14. Blangko Spesifikasi Pengemas
99
Lampiran 15. Kartu Tanda Barang Masuk
Namaekspedisi : …………….………………….…………………………………..
Namapemasok : ………………………………………………….………………...
Rincianbarang : ………………………………………………………...………….
PasarUsang, ………....................
Diketahuioleh, DiterimaOleh,
( ) ( ) ( ) ( )
100
Lampiran 16. Kartu Permohonan Periksa
101
Lampiran 17. Hasil Pemeriksaan Pengujian Bahan Baku
102
Lampiran 18. Label Bahan Baku Memenuhi Syarat dan Ditolak
Tandatangan
BagianGudang Quality control
( ) ( )
(Memenuhi syarat)
(Ditolak)
103
Lampiran 19. Blanko Catatan In Process Control
104
Lampiran 20. Blanko Catatan Pengujian Larutan
105
Lampiran 21. Catatan Pengujian Salep
106
Lampiran 22. Blanko Catatan Pengujian Salisil Talk Wangi
107
Lampiran 23. Catatan Pemeriksaan Obat Jadi
108
Lampiran 24. Label Karantina Produk Jadi
109
Lampiran 25. Label Diluluskan Oleh QA Untuk Produk Jadi
110
Lampiran 26. Label Diluluskan dan Ditolak Oleh QC untuk Produk Jadi
111
Lampiran 27. Surat Penyerahan Produk Jadi
112
Lampiran 28. Blanko Checklist Kelengkapan Dokumen Oleh QC dan QA
113
Lampiran 29. Berita Acara Pemusnahan Produk
114
Lampiran 30. Label Penanganan Produk Kembalian
115
Lampiran 31. Surat Pesanan (Purchase Order) Biasa
116
Lampiran 32. Surat Pesanan (Puschase Order) Prekursor
117
Lampiran 33. Sertifikat CPKB Serbuk Tabur
118
Lampiran 34. Sertifikat CPKB Cairan Kental
119
120
Lampiran 35. Sertifikat CPKB Cairan Suspensi
121
Lampiran 36. Sertifikat CPOB Cairan Oral Non betalaktam
122
Lampiran 37. Sertifikat CPOB Cairan Obat Luar Non betalaktam
123
Lampiran 37. Sertifikat CPOB Semisolid Non betalaktam
124
125