Anda di halaman 1dari 12

Kelompok 1

I DEWA MADE ANDY DWIPUTRA 181048


I MADE WISNU WARDANA 181049
NI PUTU DIAH INDRAYANI 181050
NI WAYAN ARI WIDYANINGSIH 181051
PUTU AYU SUANTARI 181052
IGA CEMPAKA RAHAYU DEWI 181053
NI LUH WAYAN MUDIA ARIANI 181054
PUTU AYU PREMA GITA CAHYANI 181055
 
LATAR BELAKANG
◦ Farmasi merupakan salah satu bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu
kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung jawab memastikan efektivitas dan keamanan
penggunaan obat.

◦ Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,
penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan konstrasepsi, untuk manusia.

◦ Peredaran adalah setiap kegiatan atau serangkaian kegiatan penyaluran dan penyerahan sediaan
farmasi dan alat kesehatan baik dalam rangka perdagangan, bukan perdagangan, atau pemindah
tanganan.

◦ Izin edar adalah izin yang diberikan kepada produsen untuk produk dalam negeri atau penyaluran untuk
produk import berdasarkan penilaian terhadap mutu, manfaat, keamanan produk alat kesehatan atau
perbekalan kesehatan rumah tangga yang akan diedarkan.
SWALAYAN DAN TOKO KELONTONG

◦ Supermarket atau pasar swalayan adalah tempat perbelanjaan berbentuk toko


yang menjual berbagai macam makanan, minuman segar maupun hasil olahan,
serta macam-macam perlengkapan rumah tangga.

◦ Toko kelontong atau mini market adalah suatu toko kecil yang umumnya mudah
diakses umum atau bersifat lokal, yang menjual berbagai makanan dan minuman .
◦ Obat yang dapat dijual di swalayan dan toko kelontong adalah hanya golongan obat
bebas. Sedangkan untuk obat bebas terbatas, obat keras, obat psikotropika dan
obat narkotika tidak dapat dijual di swalayan dan toko kelontong.
◦ obat bebas terbatas tidak boleh dijual diswalayan dan toko kelontong , meskipun
dapat dibeli tanpa resep dokter, aturan pakai dan efek sampingnya dalam
pengonsumsian obat harus tetap diperhatikan. obat bebas terbatas harus terdapat
tenaga farmasi yang nantinya dapat memberikan informasi mengenai pemakain
obat kepada konsumen.

◦ Untuk obat keras, obat psikotropika dan obat narkotika tentu saja tidak
diperbolehkan swalayan dan toko kelontong menjual jenis obat tersebut karena obat
keras, obat psikotropika dan obat narkotika hanya boleh dijual di apotek dengan
resep dokter.

◦ Sehingga swalayan dan toko kelontong tidak mempunyai kewenangan untuk menjual
obat dengan golongan obat bebas terbatas, obat keras, obat psikotropika dan obat
narkotika.
toko obat berizin dapat menjual obat bebas dan obat bebas terbatas, tetapi toko
obat berizin tidak dapat menjual obat keras, obat psikotropika dan obat narkotika
dan juga tidak dapat melayani resep dokter. Selain itu pada toko obat berizin wajib
memiliki seorang tenaga teknis kefarmasian sebagai penanggungjawab dalam
penjualan obat bebas dan bebas terbatas.
Peraturan Yang Mengatur Tentang Obat dan
Penjualan Obat
◦ Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000 yang mengatur
mengenai penggolongan obat yang terdiri dari obat bebas, obat bebas terbatas, obat wajib
apotek, obat keras, obat psikotropika dan obat narkotika.

◦ Menurut peraturan ini obat bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter,
disebut obat OTC (over the counter). Obat bebas dapat dijual bebas di warung kelontong, toko
obat berizin, supermarket serta apotek.

◦ Untuk obat bebas terbatas sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau
dibeli bebas tanpa resep dokter dan disertai tanda peringatan. Obat bebas terbatas hanya
dapat dijual bebas di toko obat berizin yang dipegang oleh seorang tenaga teknis kefarmasian
serta apotek yang hanya boleh beroperasi jika ada seorang apoteker, hal ini diharapkan agar
pasien memperoleh informasi obat yang memadai saat membeli obat bebas terbatas. Contoh
obat golonagn ini adalah obat batuk, obat pilek, krim antiseptik, obat tetes mata dll
◦ Untuk obat keras, karena obat-obat ini berkhasiat keras dan bila dipakai
sembarangan bisa berbahaya bahkan meracuni tubuh, memperparah penyakit atau
menyebabkan kematian. Karena itu obat-obat ini hanya boleh dijual di apotek
dengan resep dokter.

◦ Sedangkan untuk obat psikotropika dan narkotika karena dapat menyebabkan


ketergantungan dan untuk mengurangi terjadinya penyalahgunaan maka hanya
dapat diserahkan oleh apoteker dengan resep dokter.
◦ Menurut pasal 108 yang berbunyi “ praktek kefarmasian yang meliputi pembuatan,
termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusian obat, pelayanan obat atas resep dokter,
pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat
tradisional harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan sesuai dengan ketentuan peratuan perundang-undangan”.

◦ Berdasarkan pasal tersebut swalayan dan toko kelontong hanya berwenang untuk
menjual obat bebas sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
949/Menkes/Per/VI/2000 yang didalamnya memuat tentang “obat bebas dapat
dijual bebas di warung kelontong, toko obat berizin, supermarket serta apotek”.
◦ Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000
tentang penggolonagn obat, swalayan dan toko kelontong tidak berwenang untuk
menjual obat bebas terbatas, obat keras, obat narkotika dan psikotropika.

◦ Berdasarkan pasal 198 UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang berbunyi


bahwa “ setiap orang yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk
melakukan praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud dalam pasal 108 dipidana
dengan pidana denda paling banyak Rp 100.000.000”. sehingga jika swalayan dan
toko kelontong menjual obat selain obat bebas akan dikenakan sanksi sesuai
dengan pasal 198.
KESIMPULAN
◦ Swalayan dan toko kelontong dapat menjual obat. Obat yang dapat dijual di swalayan dan toko kelontong
adalah hanya golongan obat bebas. Sedangkan untuk obat bebas terbatas, obat keras, obat psikotropika
dan obat narkotika tidak dapat dijual di swalayan dan toko kelontong.

a. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000 yang didalamnya memuat tentang “obat
bebas dapat dijual bebas di warung kelontong, toko obat berizin, supermarket serta apotek”.

b. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000 tentang penggolonagn obat, swalayan


dan toko kelontong tidak berwenang untuk menjual obat bebas terbatas, obat keras, obat narkotika dan
psikotropika.

c. Berdasarkan Pasal 198 UU No 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang berbunyi bahwa “ setiap orang
yang tidak memiliki keahlian dan kewenangan untuk melakukan praktik kefarmasian sebagaimana
dimaksud dalam pasal 108 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp 100.000.000”. sehingga jika
swalayan dan toko kelontong menjual obat selain obat bebas akan dikenakan sanksi sesuai dengan pasal
198.
SARAN

◦ Perlu dilakukan pengawasan dari pihak yang berwenang baik BPOM


dan petugas yang terkait agar tidak terjadi penjualan obat selain obat
bebas yang marak terjadi ditoko kelontong dan swalayan.

Anda mungkin juga menyukai