Anda di halaman 1dari 15

STUDI KASUS

PEMANTAUAN
TERAPI OBAT
Vania Putri Asysyifa
11615041
KASUS
Seorang pasien perempuan, Ny. AG, usia 77 tahun dirawat
inap di suatu RS.
KELUHAN UTAMA MRS:
• Mual muntah berulang, lemah, sakit kepala, tidak mau
makan
RIWAYAT PENYAKIT: CHF selama 2 tahun, GGK
RIWAYAT SOSIAL: tinggal bersama anak perempuannya,
suami sudah meninggal 8 tahun yang lalu
RIWAYAT PENGOBATAN: tablet digoksin 250 mcg 1x sehari
dan furosemide 2 x 80 mg
PEMERIKSAAN FISIK:
• Umum: perkembangan fisik baik, gizi cukup
• Tanda vital:
• BP: 140/100mmHg • T: 37⁰ C
• HR: 80x/menit • BB/TB: 50 kg / 150 cm
• RR: 20x/menit
• HEENT: normal
• Dada: auskultasi dan perkusi jernih
• Abdomen: lunak, tidak ada massa atau organ yang membesar
• Genitourinari: normal
• Rektal: normal
• Anggota badan: normal
• Saraf: normal, saraf kranial utuh, reflex tendon normal
BIOKIMIA DARAH:
• Kalium: 2,5 mmol/L
• Urea: 40 mmol/L
• Kreatinin serum: 3,4mg/dL
• Digoksin: 3,5 mcg/L
ANALISIS SOAP
SUBJEKTIF
• Ny. AG, perempuan 77 tahun, pasien rawat inap
• Keluhan MRS:
 Mual muntah berulang  Sakit kepala
 Lemah  Tidak mau makan
• Riwayat penyakit:
 CHF (congestive heart failure) selama 2 tahun
 Gagal ginjal kronis

• Riwayat pengobatan:
 Digoksin 250 mcg 1x sehari
 Furosemide 2 x 80 mg
• Riwayat sosial:
 Tinggal bersama anak perempuannya
 Suami sudah meninggal 8 tahun yang lalu
OBJEKTIF
TANDA-TANDA VITAL
Tanda vital Hasil Interpretasi
Tekanan darah 140/100 Tinggi, menandakan hipertensi stage 2
Denyut jantung 80x/menit Normal
Laju pernapasan 20x/menit Normal
Suhu tubuh 37⁰C Normal
Berat badan 50 kg
Tinggi badan 155 cm Normal
BMI 20,8 kg/m2
OBJEKTIF
PEMERIKSAAN FISIK
• Umum: perkembangan fisik baik, gizi cukup
• HEENT: normal
• Dada: auskultasi dan perkusi jernih
• Abdomen: lunak, tidak ada massa atau organ yang membesar
• Genitourinari: normal
• Rektal: normal
• Anggota badan: normal
• Saraf: normal, saraf kranial utuh, reflex tendon normal
OBJEKTIF
Normal BIOKIMIAHasil
DARAH Interpretasi
Kalium 3,5-5,5 mmol/L 2,5 mmol/L Rendah, mengindikasikan
hipokalemia
Urea 2,5-7,8 mmol/L 40 mmol/L Sangat tinggi akibat dari kondisi
gagal ginjal kronis
Kreatinin serum 0,6-1,2 mg/dl 3,4 mg/dL Terjadi kenaikan akibat
gangguan clearance ginjal akibat
kondisi gagal ginjal kronis
Kadar digoksin 0,5-0,9 mcg/L 3,5 mcg/L Toksisitas digoksin
(indeks terapeutik
kondisi CHF)
ASSESSMENT
Masalah yang dialami pasien:
1. Pasien mengalami keracunan (toksisitas) digoksin yang
dikonsumsinya untuk indikasi CHF yang dideritanya. Toksisitas
ditandai dengan keluhan mual muntah berulang, lemah, sakit
kepala
2. Congestive heart failure
3. Gagal ginjal kronis
4. Hipokalemia
5. Hipertensi, kemungkinan besar akibat dari hypertensive heart
failure
ASSESSMENT
EVALUASI PENGOBATAN PASIEN:
Nama obat Indikasi Dosis Dosis lazim Efek samping

Digoksin CHF 250 mcg* 0.125 mg/hari untuk Pusing, mental disturbance,
(0,25 mg) pasien gangguan ginjal sakit kepala, mual,
muntah
Furosemide Hipertensi, 2 x 80 mg Hipertensi: Hipokalemia,
edema akibat 20-80 mg setiap 12 jam hiperurisemia,
CHF sekali hyponatremia,
Edema: hipokalsemia,
Dosis awal 40 mg pada hiperglisemia
pagi hari, penunjang 20-
40 mg sehari
Bagian yang ditebalkan adalah keluhan yang dialami pasien. Dari evaluasi di atas dapat
disimpulkan bahwa pemakaian digoksin maupun furosemide pada pasien ini menimbulkan
efek samping dari obat yang merugikan (adverse drug reaction)
* = penggunaan dosis yang tidak sesuai (overdosis)
ASSESSMENT
Evaluasi pengobatan pasien:
Pada pemakaian furosemide sebagai antihipertensi tidak ada
perkembangan hasil terapi. Tekanan darah pasien masih tinggi, yaitu
140/100 mmHg berada pada stage 2. Namun masih bisa digunakan
untuk indikasi edema akibat CHF nya.
INTERAKSI OBAT antara Digoksin dengan Furosemide:
• Furosemide akan meningkatkan efek dari digoksin dengan
adanya sinergisasi farmakodinamik. Keadaan hipokalemia
akibat pemakaian furosemide dapat menimbulkan toksisitas
digitalis (digoksin).
• Digoksin meningkatkan kadar kalium dalam serum, sedangkan
furosemide sebaliknya, yaitu menurunkan kadar kalium serum.
Analisis DRP
DRP Obat Keterangan
D F

Indikasi tidak terobati X X Tidak ada indikasi yang tidak terobati, namun dapat dipastikan kebali kepada
dokter
Obat tanpa indikasi X X Tidak ada obat tanpa indikasi, namun dapat dipastikan kebali kepada dokter

Pemilihan obat tidak V V Pemilihan furosemide bersama digoksin kurang tepat untuk kondisi pasien
karena memicu terjadinya hipokalemia yang dapat menimbulkan toksisitas
tepat digoksin. Selain itu, pada pemakaian furosemide tidak terlihat adanya
perkembangan terhadap kondisi hipertensinya
Dosis Subterapeutik X X Dosis yang diberikan sudah memenuhi dosis terapeutik

Overdosis V X Dosis yang digoksin yang diberikan tidak mengalami penyesuaian dosis untuk
keadaan CHF
Gagal mendapatkan Tidak dapat ditentukan, karena data yang kurang memadai. Diperlukan
wawancara sejarah obat untuk sekaligus menilai kepatuhan pasien
terapi

Interaksi obat V V Terdapat interaksi antara digoksin dan furosemide, keterangan lebih lanjut ada
pada bagian INTERAKSI OBAT
ADR V V Pada penggunaan masing-masing obat muncul efek samping yang merugikan
pasien (ADR), keterangan lebih lanjut ada pada bagian EVALUASI PENGOBATAN
PASIEN
PLAN
1. Melakukan intoksikasi digoksin terlebih dahulu, yaitu dengan pemberian
digoxin Fab dan penggantian cairan kalium secara IV. Kemudian dilakukan
monitoring kadar kaliumnya karena penggunaan Furosemid.
2. Penggunaan Furosemid tetap dilanjutkan.
3. Penghentian digoksin sementara hingga intoksikasi telah berhasil dilakukan.
Kemudian dilakukan penurunan dosis Digoksin menjadi 0.125mg/hari.
Selanjutnya dilakukan monitoring untuk kadar Digoksin dalam darah untuk
mencegah adanya toksisitas kembali.
4. Menambahkan obat antihipertensi golongan ACEI seperti Captopril untuk
indikasi hipertensi stage 2 nya. Evaluasi tekanan darah setiap 2-4 minggu,
bila tekanan darah telah stabil monitoring dilakukan setiap 3-6 bulan.
5. Disarankan untuk melakukan perhitungan terhadap GFR pasien, bila telah
memasuki stage akhir harus langsung melakukan hemodialisis. Apabila
memungkinkan akan lebih baik melakukan transplantasi ginjal.
6. Untuk terapi nonfarmakologinya pasien dapat menjalankan diet DASH untuk
penanganan hipertensinya.

Anda mungkin juga menyukai