Anda di halaman 1dari 9

TUGAS FARMASI KLINIK

DISUSUN OLEH
NAMA : NUZUL GYANATA ADIWISASTRA
NPM: 5416221104

PROGRAM
MEGISTER FARMASI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA 2017
FARMASI KLINIS
Seorang pasien perempuan Ny AG usia 77 tahun dirawat inap di suatu RS
Kelulahan utama MRS
Mual muntah berulang, lemah, sakit kepala, tidak mau makan
Riwayat penyakit CHF selama 2 tahun, GGK
Riwayat social
Tinggal bersama anak perempuannya, suami sudah meninggal 8 tahun lalu
Riwayat pengobatan
Tablet digoxsin 250 mcg 1 x sehari
Furosemide 2 x 80mg
Pemeriksaan fisik
Umum : perkembangan fisik baik, gizi cukup
Tanda vital
BP :140/100 mmHg,
HR : 80X/menit,
RR : 20X/menit,
T : 37C,
BB : 50
HEENT : Normal
Dada : auskultasi dan perkusi jernih
Abdomen : lunak, tidak ada massa atau organ yang membesar
Genitourinary : normal
Rektal : normal
Anggota badan : normal
Saraf : normal, saraf kranial utuh, reflex tendon normal
Biokimia darah
Kalium : 2,5 mmol/L (normal 3,5-5)
Urea 40 mmol/L (normal : 3,0 6,5)
Kreatinin serum 3,4 mmol/L (normal 0,6-1,3)
Digoxsin 3,5mcg/L (normal 1-2mcg)
SOAP
S= 1. keluhan pasin ny AG : mual, muntah berulang, lemah, sakit kepala, tidak mau
makan
2. Riwayat penyakit sebelumnya CHF selama dua tahun , GGK
0= 1. Pasien perempuan
2. Bernama Ny.AG
3. Usia 77 tahun
4. pasien di rawat di rawat inap
5. Riwayat social pasien pasien tinggal bersama anak perempuannya, suami pasien
sudah meninggal 8 tahun lalu.
6. Riwayat prngobatan pasien : a. digoxsin 250 mcg 1x sehari dan furosemide
2x80mg
7. Pemeriksaan fisik
Umum : perkembangan fisik baik, gizi cukup
Tanda vital
o BP :140/100 mmHg,
o HR : 80X/menit,
o RR : 20X/menit,
o T : 37C,
o BB : 50
8.HEENT : Normal
9.Dada : auskultasi dan perkusi jernih
10.Abdomen : lunak, tidak ada massa atau organ yang membesar
11.Genitourinary : normal
12.Rektal : normal
13.Anggota badan : normal
15.Saraf : normal, saraf kranial utuh, reflex tendon normal
16.Biokimia darah
o Kalium : 2,5 mmol/L (normal 3,5-5)
o Urea 40 mmol/L (normal : 3,0 6,5)
o Kreatinin serum 3,4 mmol/L (normal 0,6-1,3)
o Digoxsin 3,5mcg/L (normal 1-2mcg)
A=
1. Penggunaan obat furosemide menjadi 1x80 mg di minum pagi hari dikarenakan bias
2x80mg dan di minum pagi sore akan menggantu istirahat pasien karena pasien ingin
buang air dan turunkan menjadi 1 x 40 mg setelah pasien merasa baik.
2. Pasien kemungkinanan mengalami hipokalemia karena kalium pasien di bawah
normal.
3. Dengan melihat hasil lab urea pasien kemungkinan mengalami gangguan ginjal.
4. Dengan hasil lab kreatinin pasien yang tinggi pasien mengalami gangguan ginjal salah
satunya pembentukan batu ginjal.
5. Dengan diberikan digoxsin kemungkinan besar pasien mengalami gagal jantung.
6. Mekanime digoxsin adalah salah satu obat yang digunakan dalam penanganan
masalah ritme jantung dan gagal jantung kongestif. Digoxin mengendalikan detak
jantung dan meningkatkan kekuatan serta efisiensi jantung sehingga sirkulasi darah
menjadi lebih baik. Akibatnya, pembengkakan pada tangan dan pergelangan kaki juga
turut reda. Detak jantung yang tidak teratur, atau disebut dengan aritmia, bisa
menyebabkan rasa sakit pada dada, pusing, jantung berdebar, dan sulit bernapas.
Digoxin akan memperlambat detak jantung hingga normal sehingga gejala akan
membaik dan jantung akan menjadi efisien kembali.
7. Obat furosemide adalah obat yang dibuat dari turunan asam antranilat. Obat
Furosemid bekerja pada glomerulus ginjal untuk menghambat penyerapan kembali
zat natrium oleh sel tubulus ginjal. Furosemid akan meningkatkan pengeluaran air,
natrium, klorida, dan kalium tanpa mempengaruhi tekanan darah normal.
8.
NO DRP KASUS NILAI KETERANGAN
NORMAL
1. Indikasi yang V TD pasien Untuk pasien Pilihan terapi ACEI,
tidak ditangani 140/80 mmHg dengan GGK ARB mono terapi atau
tetapi tidak dan DM atau kombinasi
menerima obat tidak target TD
anti hipertensi <140/90
mmHg (JNC 8)
Nilai kalium 3,5-5,0 Hipokalemia, adalah
pasien 2,5 mmol/L konsentrasi kalium
mmol/L dalam serum darah
kurang dari 3,5
mmol/L. Jika dari
beberapa tes
ditemukan
kecenderungan
rendahnya konsentrasi
kalium (contoh: 0,1-
0,2 mmol/L/hari) akan
lebih
mengkhawatirkan
dibandingkan dengan
nilai yang rendah pada
satu pengukuran.
Kondisi hipokalemia
akan lebih berat pada
diare, muntah, luka
bakar parah,
aldosteron primer,
asidosis tubular ginjal,
diuretik, steroid,
cisplatin, tikarsilin,
stres yang kronik,
penyakit hati dengan
asites, terapi
amfoterisin.
2. Pemilihan obat V Penggunaan Direkomendasikan
yang kurang furosemid pada agar mengganti
tepat kasus ini kurang dengan obat anti
tepat, karena hipertensi golongan
pada lain atau ARB (JNC 8)
pemeriksaan
fisik dada
Auskultasi dan
perkusi jernih
tidak adanya
tanda pasien
mengalami
oedema berat
3. Penggunaan obat -
tanpa indikasi
4. Dosis terlalu -
rendah
5. Dosis terlalu V Pasien konsumsi Dosis lazim ESO dari furosemid
tinggi furosemid 2 dd furosemid 1 dd hypokalemia
80 mg 40 mg
6. Reaksi obat yang -
tidak
dikehendaki
7. Interaksi obat V Penggunaan Interaksi obat Hipokalemia dan
furosemide dan hiperkalemia dapat
digoxin meningkatkan efek
digitalis dan dapat
menyebabkan
toksisitas digitalis,
sehingga perlu
memeriksa nilai K
sebelum pemberian
digoksin
8. Gagal menerima -
obat

P=
1. Menurunan dosis furosemide 1 X 1 diminum Pagi hari.
2. Digoxsin diberikan secara loading dose karena BB pasien hanya 50 mg dan di
monitoring
Misalnya 2-3 di berikan lalu 6-8 jam di berikan 6-8 jam berikan dosis digoxsin di bagi
sesuai dengan perhitungan dosis dengan melihat BB dan sistem organ lainnya.
3. Pemberian obat jantung bertujuan untuk meningkatkan oto jantung pada pasien.
4. Mengganti obat furosemide dengan golongan ARB.
5. Pemberian obat hipertensi bertujuan untuk menormalkan tekanan darah pasien
sehingga pasien lebih baik dan mengurangi gejala pusing pada pasien.
6. Memonitoring pasien dengan baik dan pasien melakukan pemeriksaan secara berskala
sesuai dengan terapi.
7. Menurut JNC 8 obat anti hipertensi untuk gagl ginjal kronis dengan atau tidak
diambetes mellitus obat pilihannya adalah ACEI dan ARB, pada kasus ini lebih
direkomendasi obat anti hipertensi golongan ARB. Obat-obat anti hipertensi glongan
ACEI dapat menyebabkan peningkatan nilai kalium serum dimana keadaan
hipokalemi dan hiperkalemi menimbulkan toksisitas dari digoksin.
8. Untuk penggunaan diuretic loop (furosemid) adalah diuretic boros kalium yang
berefek terjadinya hypokalemia kondisi ini dapat menyebabkan toksisitas dari
digoxin, tidak direkomendasikan juga obat diuretic hemat kalium (spironolakton),
untuk kaus ini penggunaan diuretic tidak direkomendasi.
9. Terapi non farmakologi pengatur pola hidup sehat yang bertujuan untuk
meningkatkan gay hidup sehat pasien.
10. Bila pasien sedang melakukan berjalanan bila terasa sesak pasien usahakan untuk
batuk karena dengan batuk kontraksi otot jantung berkontraksi.
11. Pasien harus terhindar atau kontak langsung dengan asap rokok atau pun pasien tidak
boleh merokok, tidak boleh mengkomsumsi minuman beralkohol.
12. Olahraga teratur dan tidak melakukan olahraga berat.
13. Untuk penggunaan digoxin (indek terapi sempit) harus dimonitoring kadar kalium
serum agar tidak terjadi toksisitas dari digoxin
14. Pada pasien ini tidak direkomemdasikan pemberian KSR karena dapat menyebabkan
hiperkalemia. Hiperkalemia adalah suatu kondisi klinis yang berbahaya karena dapat
ventrikel takikardia (VT), ventrikel fibrilasi (VF), henti jantung dan kematian pagi
pasien dengan gangguan fungsi jantung.

PEMBAHASAN
1. Dianosis pasien Gagal jantung kongestif atau Congestive heart failure (CHF)
merupakan kegagalan jantung dalam memompa pasokan darah yang dibutuhkan
tubuh. Hal ini terjadi karena kelainan pada otot-otot jantung sehingga tidak bisa
bekerja secara normal.
2. Dianosis pasien kemungkinan gagal jantung, gagal jantung merupakan ondisi saat otot
jantung menjadi sangat lemah sehingga tidak bisa memompa cukup darah ke seluruh
tubuh. Kondisi ini dikenal juga dengan istilah gagal jantung kongestif. Terjadinya
gagal jantung biasanya dipicu oleh masalah kesehatan, seperti:

Penyakit jantung koroner.


Aritmia atau gangguan ritme jantung.
Kardiomiopati atau gangguan otot jantung.
Kerusakan pada katup jantung.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Hipertiroidisme atau kelenjar tiroid yang terlalu aktif.
Anemia atau kekurangan sel darah merah.
Miokarditis atau radang otot jantung.
Cacat jantung sejak lahir.
Diabetes.
3. Diagonis selanjutnya pasien di diagnosis gagal ginjal karena dilihat dari nilai urea dan
kreatini pasien yang tidak normal dimana fungsi ginjal pasien terganggu sebagai
akibatnya zat-zat yang berbahaya ini menumpuk dalam tubuh sehingga akan
menimbulkan berbagai gejala gagal ginjal yang berbahaya. Tanpa pengobatan atau
penanganan yang tepat, gagal ginjal akan mengakibatkan penumpukan racun, cairan
ekstra dan mineral berbahaya dalam darah yang pada akhirnya akan menyebabkan
kematian.
4. Diagnosis selanjutnya pasien memiliki penyakit hipertensi dimana pemeriksaan tensi
pada pasien tinggi 140/100 dan pasien mengalami hipertansi stadium 1, hipertensi
merupakan suatu keadaan tubuh dari tekanan darah yang meningkat akibat dari
adanya peningkatan tekanan darah secara kornis (dalam jangka waktu yang cukup
lama).
5. Sebaiknya terapi untuk hipertensi pasien di ganti dengan golongan ARB tidak
menggunakan obat hemat kalium tetapi menggunkan obat golongan ARB.

Anda mungkin juga menyukai