Abstrak
Kepatuhan dan penanganan intensif dalam mengontrol tekanan darah merupakan faktor penting
dalam keberhasilan terapi hipertensi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konseling
oleh farmasis terhadap kepatuhan dan hubungan antara kepatuhan dan hasil terapi pasien hipertensi
anggota program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) di Klinik Mitra Husada Kabupaten Kendal.
Penelitian dilakukan pada November 2013–Januari 2014 melalui desain eksperimen semu (control group
design with pretest posttest). Sebanyak 55 pasien dikelompokkan secara random menjadi kelompok yang
memperoleh intervensi konseling (28 pasien) dan kelompok tanpa intervensi atau kontrol (27 pasien).
Subjek penelitian diikuti selama dua bulan untuk mengamati tingkat kepatuhan minum obat dengan
kuesioner MMAS dan penurunan tekanan darah sebelum dan sesudah konseling. Konseling oleh farmasis
menyebabkan tingkat kepatuhan minum obat berubah signifikan pada pasien hipertensi, pasien hipertensi
dengan DM, maupun pasien hipertensi dengan penyakit lain (p=0,015; 0,025; 0,009). Tingkat kepatuhan
pasien kelompok kontrol sebelum dan setelah penelitian diketahui tidak signifikan (p≥0,05). Pemberian
konseling mampu menurunkan tekanan darah sistolik/diastolik sebesar 10,7/8,2 mmHg. Penurunan tekanan
darah ini belum menunjukkan perbedaan yang bermakna jika dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Kata kunci: Hipertensi, kepatuhan minum obat, konseling farmasis, penurunan tekanan darah
242
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 4, Desember 2015
243
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 4, Desember 2015
maka menjadi peluang bagi farmasis untuk pasien, serta diskusi dengan dokter. Variabel
berperan dalam program tersebut dalam kendali dalam penelitian ini adalah petugas
bentuk pemberian konseling farmasis. Oleh yang mengukur tekanan darah yaitu seorang
karena itu dirasa perlu dilakukan penelitian perawat dengan menggunakan alat ukur
tentang pengaruh konseling farmasis terhadap tensimeter sphygmomanometer yang telah
tingkat kepatuhan minum obat dan hasil dikalibrasi, kuesioner MMAS yang telah
terapi hipertensi pada pasien yang menjadi tervalidasi5, serta bahan konseling berupa
anggota PROLANIS yang berobat di klinik materi konseling hipertensi tingkat dasar, dan
dokter keluarga Mitra Husada. pengobatan yang diterbitkan oleh BPJS yang
telah mengalami modifikasi oleh peneliti.
Metode Populasi dalam penelitian ini adalah
pasien hipertensi yang telah terdaftar sebagai
Penelitian ini dilakukan dari November anggota program pengelolaan penyakit kronis
2013 sampai dengan Januari 2014 dengan (PROLANIS) dokter keluarga. Kriteria
pengambilan data secara prospektif. Pasien inklusi yaitu pasien yang telah terdiagnosis
dikelompokkan secara random menjadi dua oleh dokter menderita hipertensi tingkat 1
kelompok, yaitu kelompok yang memperoleh maupun hipertensi tingkat 2 dengan atau
intervensi berupa konseling dari farmasis dan tanpa Diabetes Mellitus (DM) dengan nilai
kelompok tanpa intervensi (kontrol) yang gula darah puasa (GDP) ≥126 mg/dL atau
diikuti selama dua bulan untuk mengamati gula darah sewaktu (GDS) ≥200 mg/dL dan/
tingkat kepatuhan dan hasil terapi (penurunan atau dislipidemia dengan nilai kolesterol
tekanan darah) pada pasien hipertensi anggota total ≥200 mg/dL, tanpa penyakit penyerta
PROLANIS. lainnya, tekanan darah pasien tanpa DM dan
Pengukuran tingkat kepatuhan pasien atau dislipidemia ≥140/90 mmHg, dan pasien
dan hasil terapi dilakukan sebelum dan dengan DM dan atau dislipidemia ≥ 130/80
sesudah intervensi. Hal ini bertujuan untuk mmHg setidaknya tercatat selama minimal
membandingkan efektivitas dari pemberian 1 bulan, menjalani pengobatan hipertensi
konseling dibandingkan dengan kelompok minimal tiga bulan, belum pernah diberikan
kontrol. Penelitian ini dilakukan melalui konseling secara sistematis oleh farmasis/
eksperimen semu dengan desain control group peneliti dan bersedia mengikuti penelitian
design with pretest posttest di klinik dokter dengan menandatangani informed consent.
keluarga Mitra Husada Kaliwungu Kendal. Kriteria eksklusi yaitu pasien pikun, hamil,
Konseling kepada pasien merupakan atau mengundurkan diri selama mengikuti
variabel bebas yang diukur untuk mengetahui penelitian.
pengaruhnya terhadap kepatuhan dan hasil Data karakteristik subjek penelitian serta
terapi yang merupakan variabel tergantung. pengaruh dari kepatuhan terhadap penurunan
Selanjutnya kepatuhan merupakan variabel tekanan darah dianalisis dengan student t-test.
bebas untuk diketahui pengaruhnya terhadap Data tingkat kepatuhan minum obat sebelum
hasil terapi berupa penurunan tekanan darah dan setelah konseling dianalisis dengan uji
yang merupakan variabel tergantung. Variabel Wilcoxon. Semua uji statistik dilakukan pada
antara dalam penelitian ini antara lain umur, taraf kepercayaan 95%.
jenis kelamin, tingkat pengetahuan, indeks
masa tubuh, status merokok, dislipidemia, Hasil
DM, gaya hidup, jenis antihipertensi, lama
penyakit, gejala atau keluhan yang dirasakan Pada penelitian ini melibatkan 55 orang subjek
244
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 4, Desember 2015
penelitian. Sebanyak 28 pasien memenuhi status sosial dan status kesehatan bersifat
kriteria inklusi yang memperoleh intervensi homogen antara kedua kelompok (p>0,05),
berupa konseling dari farmasis/peneliti dan kecuali pada gejala atau keluhan pasien terdapat
sebanyak 27 pasien tanpa diberikan konseling perbedaan akan tetapi gejala yang dirasakan
oleh farmasis/peneliti. Pengambilan sampel oleh pasien pada dua kelompok hampir sama
dilakukan dengan metode total sampling, berkisar pada sedikit gejala hingga sedang.
yaitu peneliti mengambil seluruh subjek Perbedaan tingkat kepatuhan minum obat
penelitian berdasarkan pertimbangan kriteria pada pasien sebelum dengan setelah konseling
inklusi dan kriteria eksklusi penelitian ini. yang telah diberikan oleh farmasis dianalisis
Penentuan subjek penelitian dilakukan secara dengan menggunakan uji Wilcoxon (Tabel
random, yakni subjek yang memenuhi kriteria 2). Pada kelompok kontrol terjadi perubahan
penelitian dibagi menjadi 2 kelompok. Pasien tingkat kepatuhan minum obat pada penderita
diminta mengambil undian yang berisi tulisan HT+DM (p<0,05). Terdapat perbedaan yang
kelompok kontrol atau kelompok intervensi. signifikan antara tingkat kepatuhan minum
Karakteristik responden dapat dilihat pada obat sebelum dengan setelah mendapatkan
Tabel 1. konseling pada kelompok intervensi pada
Karakteristik responden yang meliputi semua kategori penderita hipertensi (p<0,05).
245
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 4, Desember 2015
Tabel 2 Pengaruh Pemberian Konseling terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien di Klinik Mitra
Husada Kendal
Kelompok MMAS pre MMAS post Nilai-p
N % N %
Kontrol HT Tinggi 0 0,00 0 0,00
Sedang 3 37,50 5 62,50 0,157
Rendah 5 62,50 3 37,50
HT+DM Tinggi 0 0,00 2 20,00
Sedang 3 30,00 5 50,00 0,014
Rendah 7 70,00 3 30,00
HT+Lainnya Tinggi 0 0,00 2 22,22
Sedang 3 33,33 2 22,22 0,083
Rendah 6 66,67 5 55,56
Intervensi HT Tinggi 1 11,11 4 44,44
Sedang 1 11,11 5 55,56 0,015
Rendah 7 77,78 0 0,00
HT+DM Tinggi 1 11,11 3 33,33
Sedang 2 22,22 3 33,33 0,025
Rendah 6 66,67 3 33,33
HT+Lainnya Tinggi 0 0,00 4 40,00
Sedang 1 10,00 4 40,00 0,009
Rendah 9 90,00 2 20,00
Keterangan: HT= penderita hipertensi; DM= penderita Diabetes Mellitus; Lainnya=penderita penyakit
selain DM
Tabel 3 Hubungan Tingkat Kepatuhan Pasien terhadap Perubahan Tekanan Darah pada
Kelompok Intervensi
Sistolik Diastolik
Komorbid MMAS Nilai-p Nilai-p
Turun Tetap/Naik Turun Tetap/Naik
HT Sedang 4 0 (0,0%) 0,343 4 0 (0,0%) 0,343
(100,0%) (100,0%)
Rendah 4 1 (20,0%) 4 1 (20,0%)
(80,0%) (80,0%)
HT+DM Tinggi 2 1 (33,3%) 1,000 1 2 (66,7%) 0,165
(66,7%) (33,3%)
Sedang 2 1 (33,3%) 1 2 (66,7%)
(66,7%) (33,3%)
Rendah 2 1 (33,3%) 3 0 (0,0%)
(66,7%) (100,0%)
HT+Lainnya Tinggi 2 2 (50,0%) 1,000 1 3 (75,0%) 0,732
(50,0%) (25,0%)
Sedang 2 2 (50,0%) 2 2 (50,0%)
(50,0%) (50,0%)
Rendah 1 1 (50,0%) 1 1 (50,0%)
(50,0%) (50,0%)
Penurunan
TD
Sistolik * 10,7±8,9 mmHg 3,1±2,4 mmHg
Diastolik* 8,2 ±7,2 mmHg 4,1±3,7 mmHg
P=0,171
*Nilai dalam rata-rata±standar deviasi
246
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 4, Desember 2015
oleh farmasis terhadap kepatuhan minum obat pasien untuk patuh terhadap pengobatannya
pasien penderita hipertensi. Hal ini sejalan bahkan dapat menyebabkan kegagalan terapi,
dengan penelitian sebelumnya, yaitu yang serta menimbulkan komplikasi yang sangat
menunjukkan adanya peningkatan kepatuhan merugikan bagi pasien.9 Pengukuran tingkat
pada pasien hipertensi dalam penggunaan kepatuhan penting dilakukan agar tercapai
obat secara bermakna setelah mendapatkan efektivitas dan efisiensi pengobatan, serta
konseling farmasis di RSUD Undata Palu.7 untuk monitoring keberhasilan pengobatan.
Salah satu faktor yang kemungkinan berperan Selain itu, tenaga kesehatan dapat melakukan
dalam kegagalan konseling pasien penderita evaluasi, rekomendasi alternatif pengobatan,
hipertensi dengan komplikasi penyakit yang dan perubahan dalam berkomunikasi untuk
lain adalah ketidakpatuhan pasien terhadap lebih meningkatkan kepatuhan pasien.
pengobatan. Konseling farmasis merupakan Penelitian ini menghasilkan peningkatan
faktor penting dalam upaya meningkatkan kepatuhan minum obat pada pasien akan
kepatuhan pasien dalam menggunakan obat.8 tetapi belum mampu menurunkan tekanan
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa darah baik sistolik/diastolik secara bermakna.
kepatuhan pasien pada pengobatan penyakit Hal ini bertentangan dengan hipotesis dan
yang bersifat kronis pada umumnya rendah. penelitian sebelumnya yang menyatakan
Rendahnya kepatuhan pasien yang mungkin bahwa peningkatan kepatuhan minum obat
disebabkan oleh ketidaksengajaan (contoh akan dapat menurunkan tekanan darah pasien
karena aktivitas atau lupa dan sengaja tidak hipertensi secara bermakna.7
minum obat saat merasa bertambah parah Menurut Chobanian et al., (2003) terapi
atau membaik) menunjukkan sebagian besar pada tekanan darah seharusnya dilakukan
pasien tidak patuh terhadap pengobatan secara menyeluruh yang meliputi berhenti
hipertensi yang dijalani disebabkan pasien merokok, penurunan kadar lipid, pengurangan
sering lupa meminum obat dan pemahaman konsumsi garam, olahraga secara rutin, dan
pasien yang salah mengenai penyakit mereka dapat menurunkan berat badan.10 Penderita
sehingga pasien akan sengaja tidak meminum hipertensi dengan komplikasi penyakit yang
obat. Pasien yang tidak patuh dalam minum lain pada penelitian ini sebagian besar belum
obat beranggapan bahwa setelah pasien melakukan diet dengan cara mengelola pola
meminum obat antihipertensi kemudian telah makan. Hanya sebagian kecil pasien yang
terjadi penurunan pada tekanan darah, pasien masih rutin melakukan aktivitas fisik seperti
merasa penyakitnya telah sembuh dan tidak jalan pagi. Hal ini mungkin dapat disebabkan
perlu meminum obat kembali. Selanjutnya masih kurangnya pemahaman pasien tentang
pasien akan meminum obat kembali apabila pentingnya terapi nonfarmakologi. Terapi
timbul gejala-gejala kenaikan tekanan darah, obat yang aman dan efektif akan tercapai
misal adanya rasa sakit di bagian tengkuk apabila pasien diberi informasi yang tepat
atau merasa pusing. Ketidakpatuhan dalam mengenai obat-obatan serta penggunaannya.
mengonsumsi obat juga dapat disebabkan Penelitian yang sebelumnya menunjukkan
kurangnya pemahaman pasien tentang resiko keberhasilan pengobatan pada penderita
yang akan terjadi apabila tekanan darah hipertensi dengan penyakit lainnya tidak
pasien tidak mencapai target yang ditetapkan. hanya dipengaruhi oleh kepatuhan pasien akan
Kepatuhan pasien dapat juga berpengaruh tetapi juga oleh kualitas pelayanan kesehatan,
terhadap tingkat keberhasilan pengobatan. sikap, dan keterampilan petugas, sikap, dan
Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat pola hidup pasien beserta keluarga.11 Oleh
yang optimal tanpa adanya kesadaran dari karena itu, untuk menciptakan pengetahuan
247
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 4, Desember 2015
248
Jurnal Farmasi Klinik Indonesia Volume 4, Nomor 4, Desember 2015
report of the joint national committee New Engl J Med. 2007;2(3):280–96. doi:
on prevention, detection, evaluation and 10.1371/journal.pone.0000280
treatment of high blood pressure. JAMA. 12. Schnipper JL, Kirwin JL, Cotugno MC,
2003;42(6):1206–52.doi:10.1001/ Wahlstrom SA, Brown BA, Tarvin E,
jama.289.19.2560. et al. Role of pharmacist counseling
11. Hashmi SK, Afridi MB, Abbas K, in preventing adverse drug events
Sajwani RA, Saleheen D, Frossard PM, et after hospitalization. Arch Intern Med.
al. Factors associated with adherence to 2006;166(5):565–51.doi:10.1001/
anti-hypertensive treatment in Pakistan. archinte.166.5.565.
249