Oleh
Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi ujian tengah semester mata
kuliah farmasi klinik
JAKARTA
2018
CASE STUDY 1 FARKLIN
Ibu Rita berusia 45 thn terdiagnosis preeklamsia, usia kehamilan 25 minggu, TD 160/120
mmHg, pemeriksaan laboratorium menunjukan nilai elektrolit abnormal untuk natrium dan
magnesium rendah. Pasien mengalami gerakan involunter pada tangan kanan.
Pertanyaan :
a. Terapi apa yang akan anda berikan untuk pasien di atas ? jelaskan alasannya.
Jawab
a. Terapi yang diberikan berupa
1. Memberian terapi MgSO4 diberikan yang bertujuan untuk menormalkan
cairan natrium dan magnesium yang rendah dan mencegah terjadinya kejang
pada pasien.
2. Pemberian terapi antihipertensi berupa metyldopa dengan dosis 0,5 – 3 mg
terbagi 2 dosis yang bertujuan untuk menurukan TD pasien dan obat ini aman
setelah trimester pertama.
3. Pemberian Fenitoin per oral 3x2 mg perhari selama 7 hari dengan monitoring
ketat dan bila kondisi pasien membaik kurang dari 7 hari dapat diganti dengan
magnesium sulfat.
4. Pemberian kortikosteroid inj. (Peluang Baru Pemberian Kortikosteroid
Sebagai Terapi pada Kasus Preeklampsia Obstetri & Ginekologi, Vol. 22 No.
1 Januari-April 2014 : 22-30)
b. Bila dokter memutuskan untuk memberikan terapi dengan capropil 12.5 mg 3X1,
Spironolacton 25 mg 1x1, Fenitoin 100 mg 3x1. Apakah bisa dinyatakan terapi
tersebut rasional ? Lakukan evaluasi dengan PCNE
Jawab
Terapi yang di berikan dokter tersebut tidak rasional karena terdapat
kombinasi obat untuk antihipertensi salah satunya captropil karena dapat
menggangu janin dan pemberian spironolacton dapat mengakibatkan
teratogenik pada janin.
Fenitoin, bersifat teratogenik. Kemungkinan melahirkan bayi dengan cacat
kongenital meningkat 3 kali lipat, bila ibunya mendapatkan terapi fenitoin
selama trisemester pertama kehamila. Cacat kongenital yang menonjol adalah
sindrom fetal hidantoin yakni bibir sumbng, sumbing palatum, penyakit
jantung kongenital, pertumbuhan lambat, dan defisiensi mental. Pada
kehamilan lanjutan, fenitoin menyebabkan abnormalitas tulang pada neonatus.
(Farmakologi dan Terapi Edisi 6, 2016, Hal:188)
Terjadi interaksi antara captopril dan spironolakton dimana toksisitas dari
kedua obat ini akan meningkat, dan dapat menyebabkan hyperkalemia.
(Medscape 2017)
EVALUASI PCNE
1. Obat Captropil
Type Problem Potential problem
P2. Adverse reactions -> toxic adverse drug event
CAUSE OF DRP
Bapak Bejo berusia 50 thn tiba-tiba masuk IGD dalam kondisi pusing, rasa haus yang luar
biasa dan keringat dingin. Setelah dilakukan pemeriksaan diperoleh hasil :
Pertanyaan :
a. Dokter berencana untuk memberikan ramipril 20mg per hari dan glibenclamid 5 mg 2
kali sehari. Menurut anda apakah terapi ini sudah sesuai?
Jawab
a. Terapi yang diberikan belum sesuai karena pasien di berikan obat glibenclamid 5 mg
2x sehari dalam data lab tersebut pasien di indikasi memiliki gangguan ginjal
sehingga glibenclamid ini dapat memperparah ginjal karena di ekresi melalui ginjal :
tetapi untuk antihipertensi pada pasien menggunakan Ramipril sudah sesuai
karena pada kondisi pasien yang mempunyai riwayat hipertensi dan DM
direkomendasikan penggunaan gol obat ACEI/ARB sehingga terapi
antihipertensi sudah sesuai. (JNC 8: Evidence-based Guideline Penanganan
Pasien Hipertensi Dewasa)
Dan Untuk DM pasien dapat ditambahkan terapi berupa insulin dengan
penyusuian dosis yang tepat untuk pasien.
(PEDOMAN PELAYANAN FARMASI (TATA LAKSANA TERAPI
OBAT) UNTUK PASIEN GERIATRI DIREKTORAT JENDERAL BINA
KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN
KESEHATAN RI 2006)
Untuk terapi DM pasien glibenclamid harus di ganti dengan obat gliquidone
karena obat ini aman untuk pasien yang memiliki gangguan ginjal.
(PEDOMAN PELAYANAN FARMASI (TATA LAKSANA TERAPI
OBAT) UNTUK PASIEN GERIATRI DIREKTORAT JENDERAL BINA
KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN
KESEHATAN RI 2006)
b. Pada saat kontrol bulan berikutnya pasien mengalami erythemia multiform, Dokter
konsultasi ke anda mengenai hal ini.
1. Apakah pasien perlu pengganti resep terapi? Jelaskan dan berikan alasannya?
Jawab
Perlu adanya penggantian resep kemungkinan terjadinya erythemia
multiform karena efek samping dari peresepan glibenclamid sehingga
perlu penggantian obat untuk antidiabetik pada pasien menjadi obat
gliquidone untuk DM dan terapi tambahan berupa acyclovir tab.
2. Masuk dalam kategori PCNE yang mana masalah yang dialami oleh pasien
ini?
TYPE OF PROBLEM Potential problem
P2. Adverse reactions -> adverse drug event (non allergic)
P2 terkait masalah efek samping dari penggunaan obat terapi pasien
dan pada saat control kembali pada bulan berikutnya pasien mengalami
eritema multiform, penggunaan glibenclamid memiliki efek samping,
dimana salah satu efek samping dari penggunaan ramipril adalah dapat
menyebabkan eritema multiform.
CAUSE OF DRP
C8. Other -> Other cause
TYPE OF INTERVENTION
I3. Drug level -> a.Drug changed to gliquidone
b.Drug Stopped
I4. Other -> Other intervention monitoring drug use
OUTCOME OF INTERVENTION
01. Solved -> Problem totally solved
3. Bila diketahui nilai GDP 280mg/dl dan GD2jpp 300 mg/dl. Pasien
mengkomsumsi makanan yang mengandung KH sebesar 240 kalori. Dokter
ingin memberikan terapi insulin kepada pasien dan mencapai target GD
premeal menjadi 150mg/dl. Berapakah kadar insulin yang dibutuhkan oleh
pasien?
Jawab
Diket : GDP =280 mg/dl
GD2jpp = 300 mg/dl
KH = 240 kalori – 60 gram KH
GD Premeal =150 mg/dl
BB = 70 kg