Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL


TANGGAL 1 SAMPAI 13 SEPTEMBER 2016

Disusun Oleh:
Suryo Anggoro Pamungkas S.Farm

(16811001)

Nurina Adani Sukiakusumah S.Farm

(16811007)

Hendra Rumba Setya S.Farm

(16811009)

Umi Farihah S.Farm

(16811010)

Asyrof Syahiroh S.Farm

(16811025)

Teti Mariam Riandari S.Farm

(16811037)

Muhammad Iqra Alva S.Farm

(16811040)

Anita Suryaningrum S.Farm

(16811042)

Hanung Yudha Febrianto S.Farm

(16811043)

Rachmawati Agustine Machtyas S.Farm

(16811056)

Ayu Prastiwi S.Farm

(16811057)

Difla Hanum S.Farm

(16811062)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016

LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
TANGGAL 1 SAMPAI 13 SEPTEMBER 2016

Disetujui Oleh:

Pembimbing
Program Pendidikan Profesi

Dinas Kesehatan Kab. Bantul

(Diesty Anita Nugraheni, M.Sc., Apt)

(Dra. Ismaryani, Apt., MPH)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Universitas Islam Indonesia

(Dimas Adhi Pradana, M.Sc., Apt)

ii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Segala puji bagi Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan anugerahNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi
Apoteker (PKPA) di Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa
Yogyakarta periode 1 - 13 September 2016 sebagai syarat untuk memperoleh
gelar Apoteker (Apt) Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Keberhasilan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker dan penyusunan
laporan ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis
sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya teriring doa Jazakumullah ahsanal
jazaa kepada:
1. Ibu Diesty Anita Nugraheni, M.Sc., Apt selaku pembimbing dari Program Studi
Profesi Apoteker atas bimbingan, arahan dan masukan yang sangat berarti bagi
kami.
2. drg. Maya Sintowati Pandji, MM selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Bantul yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk melakukan
Praktek Kerja Profesi Apoteker di Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.
3. Ibu Dra. Ismaryani, Apt., MPH sebagai preseptor dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Bantul atas materi, bimbingan dan arahan serta masukan yang
sangat berarti bagi kami.
4. Ibu Antin Sarwitri, S.Si., Apt, dan Ibu Nitakrit Rumantingsih, S.Farm sebagai
pemateri dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul atas materi, bimbingan dan
arahan serta masukan yang sangat berarti bagi kami.
5. Bapak Dimas Adhi P., M.Sc., Apt Selaku Ketua Program Studi Profesi
Apoteker Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam
Indonesia.
iii

6. Rekan mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker angkatan XXVIII


Universitas Islam Indonesia.
7. Seluruh pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan PKPA dan
penyelesaian laporan.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan,
kelemahan, dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna perbaikan ke depan.
Akhirulkalam penulis mohon maaf dengan ketulusan hati seandainya dalam
penulisan laporan ini terdapat kekhilafan, dan penulis berharap semoga laporan ini
dapat membawa manfaat bagi masyarakat pada umumnya serta perkembangan
dan kemajuan ilmu pengetahuan pada khususnya. Aamiin
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, September 2016

Penulis

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Tujuan dan Manfaat PKPA..................................................................2
BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG DINAS KESEHATAN.....................4
A. Aspek Umum.........................................................................................4
B. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Dinkes...........................................8
C. Proses Pendaftaran dan Perijinan Fasilitas Kefarmasian dan Tenaga
Farmasi......................................................................................................43
D. Program Kesehatan Masyarakat atau Promosi Kesehatan..................49
BAB III. KEGIATAN PKPA DAN PEMBAHASAN........................................53
A. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Dinkes..........................................53
B. Proses Pendaftaran dan Perijinan Fasilitas Kefarmasian dan Tenaga
Farmasi......................................................................................................64
C. Pembinaan dan Pengawasan Proses Perijinan di Dinas Kesehatan......75
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................79
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................81
LAMPIRAN.........................................................................................................84

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.............6
Gambar 2. Alur e-purchasing..............31
Gambar 3. Format LPLPO..............36
Gambar 4. Draf Awal Perencanaan................51
Gambar 5. Draf Awal Perencanaan dikali 18 bulan...........51

vi

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kartu Stok...................................................................................... 78
Lampiran 2. Gudang Farmasi Kabupaten Bantul............................................... 79
Lampiran 3. Sidak di Salah Satu Klinik.................................................. 80
Lampiran 4. Contoh SIPA................................................... 81
Lampiran 5. Contoh SIKA.................................................. 82
Lampiran 6. Form Permohonan Izin Penyelenggaraan Apotek ........................ 83
Lampiran 7. Form Data Perusahaan Produk Industri Rumah Tangga.... 84
Lampiran 8. Form Surat Permohonan Izin Praktek........................ 85
Lampiran 9. Form Data Produk Pangan............................................................. 86
Lampiran 10. Surat Permohonan Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian. 87
Lampiran 9. Form Permohonan Izin Penyelenggaraan Toko Obat.... 88

vii

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan pasal 1 ayat

(1)

, kesehatan merupakan keadaan sehat, baik

secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Untuk meningkatkan derajat
kesehatan manusia perlu dilakukan upaya yaitu dengan membangun saranasarana kesehatan yang merata dan terjangkau oleh pemerintah dan masyarakat
termasuk swasta secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan sehingga
masyarakat dapat menikmati pelayanan kesehatan dengan baik dan optimal.
Pembangunan kesehatan dilakukan untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberhasilan pembangunan
kesehatan dalam suatu wilayah ditandai dengan meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat secara umum. Empat pilar utama yang harus diperkuat dalam rangka
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah Pelayanan
Kesehatan, Sumber Daya Kesehatan, Manajemen Kesehatan dan Kontribusi
sektor-sektor terkait. Penguatan keempat pilar tersebut akan memberikan
pengaruh positif terhadap Kondisi Lingkungan, Perilaku Hidup Masyarakat dan
Akses serta Mutu Pelayanan Kesehatan.
Pada sisi lain, perkembangan ketatanegaraan bergeser dari sentralisasi
menuju desentralisasi yang ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah(2). Undang-Undang tersebut
memuat ketentuan yang menyatakan bahwa bidang kesehatan sepenuhnya
diserahkan kepada daerah masing-masing yang setiap daerah diberi kewenangan
untuk mengelola dan menyelenggarakan seluruh aspek kesehatan. Sebagai tindak
lanjut dari pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014, Pemerintah telah

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

mengeluarkan Peraturan Pemerintah nomor 18 tahun 2016 tentang Perangkat


Daerah yang mengatur tentang perangkat daerah dalam melaksanakan urusan
pemerintahan wajib salah satunya adalah urusan kesehatan.
Dengan adanya sistem otonomi daerah, dibuatlah peraturan daerah
tentang

pembentukan

pembangunan

dan

kesehatan.

organisasi

dinas

Pembentukan

kesehatan

dinas

sebagai

kesehatan

wujud

bertujuan

menyelenggarakan pembangunan kesehatan baik masyarakat, swasta, maupun


Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul secara sinergis, berhasil guna dan
berdayaguna, sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya.
Peran apoteker dalam lingkup pemerintahan perlu diketahui oleh
mahasiswa calon apoteker sebagai salah satu tempat untuk melaksanakan tugas
profesinya nanti. Salah satu upaya pemahaman, gambaran, dan pengetahuan
mendalam tentang peran apoteker yaitu dengan Praktek Kerja Profesi Apoteker
(PKPA). Oleh karena itu, Program Profesi Apoteker Fakultas MIPA Universitas
Islam Indonesia bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
mengadakan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang berlangsung
dari tanggal 1 sampai 13 September 2016 untuk memberikan bekal kepada calon
apoteker mengenai perannya di Dinas Kesehatan.
B. Tujuan dan Manfaat PKPA
a. Tujuan PKPA
Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Dinas Kesehatan
Kabupaten Bantul agar mahasiswa program profesi apoteker Fakultas MIPA
Universitas Islam Indonesia:
1.

Mengetahui dan memahami gambaran umum dinas kesehatan beserta

2.

peran dan fungsinya.


Mengetahui dan memahami gambaran umum dan peran apoteker di
Bidang Sumber Daya Kesehatan (SDK).

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

3.

Mengetahui sistem pengelolaan obat di Dinas Kesehatan Kabupaten

4.

Bantul.
Mengetahui perizinan dalam penyelenggaraan fasilitas kefarmasian dan

5.

tenaga kefarmasian di Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul


Mengetahui dan memahami pelaksanaan tugas dan fungsi koordinator
farmasi di lapangan, baik yang terkait dengan perizinan maupun yang
terkait dengan pembinaan, pengawasan, pengendalian sarana kesehatan

6.

pada lingkup Kabupaten Bantul.


Mengetahui peran apoteker dalam pelaksanaan program promosi
kesehatan.

b. Manfaat PKPA
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat menimba pelajaran praktis dari lapangan dan
membandingkan ilmu yang diperoleh dengan dunia kerja yang
sesungguhnya, sehingga dapat mempersiapkan diri dalam menghadapi
2.

kompetisi pendidikan.
Bagi Perguruan Tinggi
Perguruan Tinggi dapat memperkaya khasanah dunia kerja melalui
informasi yang diperoleh dari lapangan, sehingga dapat melakukan
penyesuaian materi perkuliahan terhadap tuntutan dunia kerja yang pada

3.

akhirnya dapat menghasilkan sarjana yang lebih kompetitif.


Bagi Tempat Magang
Di tempat magang mendapatkan bantuan mahasiswa yang masih
memiliki idealisme dan penuh dengan ilmu-ilmu segar yang belum lama
dipelajari dari bangku perkuliahan.

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG DINAS KESEHATAN
A. Aspek Umum
Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul terletak di Komplek II Kantor
Pemerintahan Kabupaten Bantul, jalan Lingkar Timur, Manding, Trirenggo,
Bantul 55741. Telepon/Fax : 0274-368828, 367531. Sebelum secara resmi
menjadi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, telah ada sebelumnya yang
bernama Dinas Kesehatan Rakyat. Mengingat perkembangan yang ada maka
Dinas Kesehatan Rakyat diubah menjadi Dinas Kesehatan. Dalam rangka
peningkatan pelaksanaan tugas-tugas pemerintah khususnya pelayanan dalam
bidang kesehatan di Kabupaten Bantul, telah terbentuk Dinas Kesehatan dengan
Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Organisasi Dinas Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten
Bantul(3).
a.

Kedudukan dan tugas pokok:


1.

Dinas Kesehatan merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah di


bidang Kesehatan yang dipimpin oleh Kepala Dinas dan berkedudukan
di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris

2.

Daerah.
Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan urusan rumah tangga
Pemerintah Daerah dan tugas pembantuan di bidang Kesehatan.

b. Fungsi Dinas Kesehatan kabupaten Bantul


Dinas kesehatan mempunyai fungsi pelaksana rumah tangga di bidang
kesehatan, pelaksana tugas perbantuan, dan tugas lain-lain yang diberikan
oleh kepala Daerah.Visi dan misi Dinas Kesehatan kabupaten Bantul
berdasarkan profil Dinas Kesehatan kabupaten Bantul tahun 2016 adalah
sebagai berikut :

a) Visi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul


4

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

Masyarakat sehat yang mandiri.


b) Misi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul
1. Mewujudkan pelayanan kesehatan yang paripurna, merata dan
2.

berkeadilan
Menggerakkan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat

Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

Gambar 1. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

c.

Peran dan Fungsi Apoteker


Apoteker yang bekerja di dinas kesehatan dapat berperan dalam
bidang sumber daya kesehatan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Bupati
Bantul No 59 tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan
Kabupaten Bantul, sebagai berikut(4):
a) Pasal 21
Seksi Penyelenggaraan Regulasi Kesehatan mempunyai tugas :
1. Menyusun rencana kegiatan
5

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

2. Menyiapkan bahan kerja


3. Mengumpulkan dan mengolah data yang berhubungan dengan
regulasi kesehatan
4. Melaksanakan proses pelayanan registrasi, akreditasi dan
sertifikasi tenaga kesehatan, sarana kesehatan dan sarana
kesehatan penunjang
5. Melaksanakan proses pemberian izin dokter dan dokter gigi
6. Melaksanakan proses pemberian sertifikasi pangan industri
rumah tangga, higiene sanitasi jasa boga, dan higiene sanitasi
rumah makan dan restoran
7. Melaksanakan proses sertifikasi alat kesehatan dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) kelas satu
8. Melaksanakan proses pemberian rekomendasi pada tenaga
kesehatan dan sarana kesehatan
9. Melaksanakan proses pemberian rekomendasi izin Pedagang
Besar Farmasi (PBF) cabang, Pedagang Besar Alat Kesehatan
(PBAK) dan Industri Kecil Obat Tradisional(IKOT)
10. Menyiapkan dan memfasilitasi urusan hukum yang berkaitan
dengan pelaksanaan kegiatan Dinas
11. Melaksanakan supervisi dan bimbingan teknis pada tenaga
kesehatan, sarana kesehatan dasar dan rujukan serta sarana
kesehatan penunjang lainnya milik pemerintah dan swasta.
12. Memberikan saran dan/atau pertimbangan kepada atasan
mengenal langkah atau tindakan yang diambil sesuai bidang
tugasnya.
13. Mengintervensi, mengidentifikasi, dan menyiapkan bahan
pemecahan permasalahan sesuai bidang tugasnya.
14. Melaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai
bidang tugasnya.
15. Mengevaluasi dan menyusun laporan tugas.
b) Pasal 22
Seksi Penyelenggaraan Kefarmasian dan Sarana Kesehatan mempunyai
tugas:
1. Menyusun rencana kegiatan
2. Menyiapkan bahan kerja
3. Mengumpulkan dan mengolah data yang berhubungan dengan
penyelenggaraan kefarmasian dan sarana kesehatan

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

4. Melaksanakan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan


5. Melaksanakan pengamatan mutu dan khasiat obat selama
penyimpanan dan sebelum didistribusikan ke unit kerja
pelayanan kesehatan
6. Melaksanakan pemantauan penggunaan obat rasional di unit
kerja pelayanan kesehatan
7. Melaksanakan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian
distribusi obat dan narkoba pada sarana pelayanan kesehatan
serta distribusi alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga kelas I, kosmetika, obat tradisional, dan komoditi pangan
8. Melaksanakan supervisi dan bimbingan teknis pelayanan
kefarmasian dan pengelolaan obat di sarana pelayanan
kesehatan
9. Memberikan saran dan/atau pertimbangan kepada atasan
mengenai langkah atau tindakan yang diambil sesuai bidang
tugasnya
10. Menginventarisasi, mengidentifikasi dan menyiapkan bahan
pemecahan permasalahan sesuai bidang tugasnya
11. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai
bidang tugasnya dan mengevaluasi dan menyusun laporan
pelaksanaan tugas.
B. Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Dinas Kesehatan
a. Seleksi
Dalam proses pengadaan obat dan perbekalan kesehatan seleksi
merupakan salah satu fungsi yang menentukan. Tujuan dari dilakukan
seleksi obat yaitu mendapat jenis dan jumlah obat sesuai kebutuhan,
menghindari kekosongan obat, meningkatkan penggunaan obat secara
rasional, dan meningkatkan efisiensi penggunaan obat(5,6).
Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) digunakan sebagai dasar dalam
proses seleksi, yang merupakan suatu daftar berisikan obat terpilih paling
dibutuhkan dan diupayakan tersedia di unit pelayanan kesehatan sesuai
dengan fungsi dan tingkatnya(7). Selain DOEN, seleksi obat juga
menggunakan FORNAS (Formularium Nasional) sesuai dengan Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor HK.02.02/MENKES/523/2015 tentang

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

Perubahan

atas

Keputusan

Menteri

Kesehatan

nomor

328/Menkes/SK/V/2013 tentang Formularium Nasional(8). FORNAS adalah


daftar obat yang disusun berdasarkan bukti ilmiah mutakhir oleh Komite
Nasional Penyusunan FORNAS yang didalamnya terdapat obat-obat yang
paling berkhasiat, aman dan harga terjangkau sebagai acuan penulisan resep
dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). DOEN dan FORNAS
merupakan standar nasional minimal untuk pelayanan kesehatan . Penerapan
DOEN dan FORNAS dimaksudkan untuk meningkatkan ketepatan,
keamanan, kerasionalan penggunaan dan pengelolaan obat yang sekaligus
meningkatkan daya guna dan hasil guna biaya yang tersedia sebagai salah
satu langkah untuk memperluas, memeratakandan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan kepada masyarakat.Penerapan DOEN dan FORNAS
harus dilaksanakan secara konsisten dan terus menerus di semua unit
pelayanan kesehatan(7).
Pemilihan obat adalah didasarkan pada obat generik terutama yang
tercantum dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium
Nasional (FORNAS) dengan berpedoman pada harga yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan. Penggunaan obat generik ini berpedoman pada
peraturan yang masih berlaku yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/Menkes/068/I/2010 Tentang Kewajiban Menggunakan Obat
Generik

di

Fasilitas

Pelayanan

Kesehatan

Pemerintah(9).

Sebelum

melakukan perencanaan obat perlu diperhatikan kriteria yang dipergunakan


sebagai acuan dalam pemilihan obat, yaitu(10):
1. Obat merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi penyakit.
2. Obat memiliki keamanan dan khasiat yang didukung dengan bukti
3.
4.

ilmiah.
Obat memiliki manfaat yang maksimal dengan resiko yang minimal.
Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari segi stabilitas

5.

maupun bioavailabilitasnya.
Biaya pengobatan mempunyai rasio antara manfaat dan biaya yang

6.

baik.
Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek terapi yang
serupa maka pilihan diberikan kepada obat yang :

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

6.1 Sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data ilmiah.


6.2 Sifat farmakokinetik diketahui paling banyak menguntungkan
6.3 Stabilitas yang paling baik.
6.4 Paling mudah diperoleh.
7. Harga yang terjangkau
8. Obat sedapat mungkin sediaan tunggal
Sedangkan menurut WHO tahap awal dalam seleksi obat pertama kali
adalah harus membuat daftar masalah kesehatan yang umum dialami (list of
common health problems). Setelah itu menetukan terapi standar untuk
memilih obat standar yang digunakan dan terapi nonobatnya. Tahap ketiga
melihat daftar obat esensial yang ada untuk kemudian dibuat daftar obat
yang berguna untuk menyususn formularium. Dari terapi standar yang ada
dibuat suatu guideline terapi untuk menentukan penggunaan obat yang
rasional melalui pelatihan, supervisi, dan monitoring.
Pemilihan obat atau kegiatan seleksi mempunyai kriteria. Misalnya
yang ditetapkan oleh WHO tahun 2007 sebagai kriteria obat esensial
nasional, yang biasanya diadopsi dan dimodifikasi dengan kondisi negara
bersangkutan. Kriteria seleksi obat menurut WHO yaitu(10):
1. Berdasarkan pola penyakit umum untuk pengobatan

serta

2.

pencegahan penyakit.
Obat-obatan yang terdapat data khasiat dan keamanan dari studi

3.

klinis dan terbukti kinerjanya dalam penggunaannya.


Obat-obatan yang mempunyai kualitas yang memadai, termasuk
bioavailabilitas

4.

serta

stabilitas

pada

penyimpanan

dan

penggunaannya.
Bila terdapat dua obat atau lebih pada golongan yang sama maka
pilih salah satu dengan melihat kualitas, keamanan, harga dan

5.

ketersediaannya.
Mempertimbangkan rasio biaya - manfaat obat dalam pemilihan

6.

obat-obatan.
Diarahkan pada obat yang telah dikenal luas, memiliki profil
farmakokinetika yang baik dan memungkinkan untuk diproduksi dan

7.

diperoleh di dalam negeri.


Obat-obatan yang paling penting yaitu obat dengan komponen
tunggal, fixed - rasio produk kombinasi yang diterima hanya bila

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

dosis masing-masing bahan memenuhi persyaratan dan ketika obat


dengan kombinasi memiliki keunggulan yang terbukti dalam hal
terapi,

efek,

keselamatan,

atau

kepatuhan

pasien

terhadap

pengobatan.
b. Perencanaan dan Pengadaan
Perencanaan merupakan suatu proses kegiatan seleksi obat dan
perbekalan kesehatan untuk menentukan jenis dan jumlah obat dalam
rangka pemenuhan kebutuhan obat di Dinas Kesehatan(5). Perencanaan
merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode dan dasardasar perencanaan yang telah ditentukan, antara lain metode kosumsi,
epidemiologi, dan kombinasi yang disesuaikan dengan anggaran yang
tersedia(10).
a) Metode Epidemiologi
Metode yang didasarkan pada dua data yaitu jumlah episode setiap
penyakit dan kebutuhan obat yang mudah diperkirakan denga rata-rata
standar terapi untuk mengetahui jumlah obat yang dibutuhkan
berdasarkan metode epidemiologi yaitu dengan mengalikan antara
jumlah obat untuk kebutuhan masing-masing penyakit dan jumlah
episode penyakit dalam satu tahun. Hal-hal yang diperlukan dalam
perencanaan menggunakan metode epidemiologi(5).
1. Membutuhkan daftar penyakit yang sering terjadi.
2. Data obat-obat essensial yang menggunakan untuk tata laksana
penyakit tersebut.
3. Standar treatment untuk tujuan penghitungan kebutuhan obat.
b) Metode Konsumsi
Metode perencanaan yang disusun berdasarkan data pemakaian
perbekalan farmasi di waktu lampau, didasarkan pada data-data
kebutuhan tahun lalu yang diperoleh dari laporan penggunaan obat
yang dibuat setiap bulan. Kelebihan metode ini adalah sederhana dan
mudah serta bermanfaat karena masalah kesehatan sangat banyak dan
kompleks. Namun kelemahannya adalah kesulitan dalam melakukan
prediksi penggunaan obat untuk periode kedepan secara tepat. Untuk

10

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

melakukan perencanaan kebutuhan menggunakan metode konsumsi


diperlukan data penggunaan periode sebelumnya, lead time, safety
stock, dan sisa stock(5).
Proses perencanaan pengadaan obat diawali dengan kompilasi data
yang disampaikan Puskesmas kemudian oleh instalasi farmasi
kabupaten/kota diolah menjadi rencana kebutuhan obat dengan
menggunakan teknik-teknik perhitungan tertentu yaitu(9)
1.

Tahap Pemilihan Obat.


Fungsi pemilihan obat adalah untuk menentukan obat yang
benar-benar diperlukan sesuai dengan pola penyakit. Untuk
mendapatkan perencanaan obat yang tepat, sebaiknya diawali
dengan dasar-dasar seleksi kebutuhan obat yang meliputi :
a. Obat dipilih berdasarkan seleksi ilmiah, medik dan
statistik yang memberikan efek terapi jauh lebih baik
b.

dibandingkan resiko efek samping yang akan ditimbulkan.


Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin, hal ini untuk
menghindari duplikasi dan kesamaan jenis. Apabila
terdapat beberapa jenis obat dengan indikasi yang sama
dalam jumlah banyak, maka kita memilih berdasarkan

c.

Drug of Choice dari penyakit yang prevalensinya tinggi.


ika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk efek

d.

terapi yang lebih baik.


Hindari penggunaan obat kombinasi kecuali jika obat
tersebut mempunyai efek yang lebih baik dibandingkan
obat tunggal.
Sebelum melakukan perencanaan obat perlu diperhatikan

kriteria yang dipergunakan sebagai acuan dalam pemilihan


obat, yaitu (9):
a.

Obat merupakan kebutuhan untuk sebagian besar populasi

b.

penyakit.
Obat memiliki keamanan dan khasiat yang didukung
dengan bukti ilmiah.

11

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

c.

Obat memiliki manfaat yang maksimal dengan resiko

d.

yang minimal.
Obat mempunyai mutu yang terjamin baik ditinjau dari

e.

segi stabilitas maupun bioavailabilitasnya.


Biaya pengobatan mempunyai rasio antara manfaat dan

f.

biaya yang baik.


Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki efek
terapi yang serupa maka pilihan diberikan kepada obat
yang :
1) Sifatnya paling banyak diketahui berdasarkan data
ilmiah.
2) Sifat farmakokinetiknya diketahui paling banyak

g.
h.

menguntungkan.
3) Stabilitas yang paling baik.
4) Paling mudah diperoleh.
Harga yang terjangkau
Obat sedapat mungkin sediaan tunggal
Proses

perencanaan

pengadaan

perbekalan

kesehatan

diawali dengan kompilasi data yang disampaikan Puskesmas


kemudian oleh Instalasi Farmasi kabupaten/kota diolah
menjadi rencana kebutuhan perbekalan kesehatan dengan
menggunakan teknik-teknik perhitungan(9).
2.

Tahap Pemilihan Perbekalan Kesehatan.


Fungsi pemilihan perbekalan kesehatan adalah untuk
menentukan

perbekalan

kesehatan

yang

benar-benar

diperlukan sesuai dengan kebutuhan dan dapat melindungi


masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penggunaan
yang tidak tepat dan atau yang tidak memenuhi persyaratan
mutu manfaat dan keamanan(9):
a.

Perbekalan kesehatan dipilih berdasarkan seleksi ilmiah,


medik dan statistik dan membantu fungsi pencapaian efek
terapi.

12

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

b.

Perbekalan kesehatan yang digunakan sesuai dengan


kemajuan pengetahuan dan teknologi.
Kriteria yang dipergunakan sebagai acuan dalam pemilihan

perbekalan kesehatan adalah memenuhi persyaratan mutu


manfaat

dan

keamanan

sebagaimana

dimaksud

dalam

Farmakope Indonesia, Standar Nasional Indonesia (SNI), dan


standar lain yang ditetapkan oleh ketentuan yang berlaku(9) :
a.

Perbekalan kesehatan memiliki keamanan dan membantu

b.

pengobatan yang didukung dengan bukti ilmiah.


Perbekalan kesehatan memiliki manfaat yang maksimal

c.

dengan resiko yang minimal.


Bila terdapat lebih dari satu pilihan yang memiliki manfaat
yang serupa maka pilihan diberikan kepada perbekalan
kesehatan yang :
a) Kemanfaatannya paling banyak diketahui berdasarkan
data ilmiah.
b) Kualitas dan stabilitas perbekalan kesehatan setelah
diedarkan yang paling baik.
c) Telah terregistrasi.
d) Paling mudah diperoleh
e) Harga terjangkau
Pemilihan perbekalan kesehatan berpedoman pada daftar

dan harga yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan yang masih


berlaku.
3.

Tahap Kompilasi Pemakaian Perbekalan Kesehatan.


Kompilasi pemakaian perbekalan kesehatan

adalah

rekapitulasi data pemakaian perbekalan kesehatan di unit


pelayanan kesehatan yang bersumber dari Laporan Pemakaian
dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO). Kompilasi pemakaian
perbekalan kesehatan dapat digunakan sebagai dasar untuk
menghitung stok optimum. Informasi yang diperoleh adalah (9):
a. Pemakaian tiap jenis perbekalan kesehatan pada masingmasing unit pelayanan kesehatan/puskesmas pertahun.

13

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

b.

Persentase pemakaian tiap jenis perbekalan kesehatan


terhadap total pemakaian setahun seluruh unit pelayanan

c.
4.

kesehatan/puskesmas.
Pemakaian rata-rata untuk

setiap

jenis

perbekalan

kesehatan untuk tingkat Kabupaten/Kota secara periodik.


Tahap Perhitungan Kebutuhan Perbekalan Kesehatan.
Perencanaan kebutuhan perbekalan kesehatan perlu
dilakukan perhitungan secara tepat. Perhitungan kebutuhan
perbekalan kesehatan dapat dilakukan dengan menggunakan
metode konsumsi(9).
Metode konsumsi adalah metode yang didasarkan atas
analisa

data

konsumsi

perbekalan

kesehatan

tahun

sebelumnya. Untuk menghitung jumlah yang dibutuhkan


berdasarkan metode konsumsi perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut (9):
a. Pengumpulan dan pengolahan data.
b. Analisa data untuk informasi dan evaluasi.
c. Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan kesehatan
d.

perbekalan kesehatan.
Penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan kesehatan
dengan alokasi dana. Untuk memperoleh data kebutuhan
perbekalan kesehatan yang mendekati ketepatan, perlu
dilakukan analisa trend pemakaian perbekalan kesehatan 3
(tiga) tahun sebelumnya atau lebih. Data yang perlu
dipersiapkan

untuk

perhitungan

dengan

metode

konsumsi4:
a) Daftar perbekalan kesehatan
b) Stok awal
c) Penerimaan
d) Pengeluaran
e) Sisa stok
f) Perbekalan kesehatan hilang/rusak, kadaluarsa dan
Kekosongan perbekalan kesehatan
g) Pemakaian rata-rata/pergerakan perbekalan kesehatan
pertahun
h) Waktu tunggu

14

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

i) Stok pengaman
j) Perkembangan pola kunjungan
Rumus4:
A = Rencana pengadaan

A = ( B+C+D) - E

B = Pemakaian rata-rata x 12 bulan


C = Stok pengaman 10 20 %
D = Waktu tunggu 3 6 bulan
E = Sisa stok
5.

Tahap Proyeksi Kebutuhan Obat


Proyeksi Kebutuhan Obat adalah perhitungan kebutuhan
obat secara komprehensif dengan mempertimbangkan data
pemakaian obat dan jumlah sisa stok pada periode yang masih
berjalan dari berbagai sumber anggaran4. Pada tahap ini
kegiatan yang dilakukan adalah(9):
a. Menetapkan perkiraan stok akhir periode yang akan
datang. Stok akhir diperkirakan sama dengan hasil
perkalian antara waktu tunggu dengan estimasi pemakaian
b.

rata-rata/bulan ditambah stok pengaman.


Menghitung perkiraan kebutuhan pengadaan obat periode
tahun yang akan datang. Perkiraan kebutuhan pengadaan
obat tahun yang akan datang dapat dirumuskan sebagai
berikut :

a=b+c+de-f
a = Perkiraan kebutuhan pengadaan obat tahun yang akan
datang.
b = Kebutuhan obat dan perbekalan kesehatan untuk sisa
periode berjalan (sesuai tahun anggaran yang)

15

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

c = Kebutuhan perbekalan kesehatan untuk tahun yang


akan datang
d = Perkiraan stok akhir tahun (waktu tunggu dan stok
pengaman)
e = Stok awal periode berjalan atau sisa stok per 31
Desember tahun sebelumnya di unit pengelola
perbekalan kesehatan.
f = Rencana penerimaan perbekalan kesehatan pada
periode berjalan (Januari s/d Desember)
c.

Menghitung perkiraan anggaran untuk total kebutuhan


perbekalan kesehatan dengan cara :
1. Melakukan analisis ABC.
2. Menyusun prioritas kebutuhan dan penyesuaian

d.

kebutuhan dengan anggaran yang tersedia.


Pengalokasian
kebutuhan
perbekalan
kesehatan
berdasarkan

sumber

anggaran

dengan

melakukan

kegiatan:
1. Menetapkan kebutuhan anggaran untuk masingmasing perbekalan kesehatan berdasarkan sumber
anggaran.
2. Menghitung persentase belanja untuk masing-masing
perbekalan kesehatan terhadap masing-masing sumber
anggaran.
3. Menghitung

persentase

anggaran

masing-masing

perbekalan kesehatan terhadap total anggaran dari


e.

semua sumber.
Mengisi lembar kerja perencanaan pengadaan perbekalan
kesehatan, dengan menggunakan formulir lembar kerja
perencanaan pengadaan perbekalan kesehatan dan masingmasing kolom diisi mengacu pada formulir lembar kerja

perencanaan pengadaan obat.


Fungsi utama dari sebuah pengadaan adalah untuk memperoleh
barang yang dibutuhkan pada waktu tepat, dalam jumlah yang benar,

16

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

dan pada harga yang paling menguntungkan. pengadaan Kantor


menyusun daftar kebutuhan, mengidentifikasi potensi pemasok,
memilih pemasok yang paling hemat biaya untuk masing-masing
produk, sistem kontrak yang aman, dan memastikan bahwa pemasok
dan sistem kesehatan sesuai dengan ketentuan kontrak. Tender
kompetitif yang direkomendasikan untuk pengadaan yang paling tepat
pada sistem farmasi. Untuk memaksimalkan manfaat dari pembelian
farmasi, korupsi dalam pengadaan harus diminimalkan. Sama
pentingnya adalah menghindari munculnya pilih kasih, sehingga
proses tender harusbersifat transparansesuai dengan Peraturan
Presiden RI nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan barang dan jasa
pemerintah dan perubahannya, terakhir diubah dalam Peraturan
Presiden nomor 4 tahun 2015 tentang perubahan keempat atas
Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 54 tahun 2010 tentang
pengadaan barang/jasa pemerintah(11). Sebuah proses tender resmi
mencakup seleksi obat, kuantifikasi, persiapan dokumen tender dan
kontrak, pemberitahuan dan undangan untuk tawaran, pembukaan
penawaran formal, pengumpulan penawaran, ajudikasi dan pemilihan
pemasok, pemberian kontrak, pemantauan kinerja pemasok dan klien,
dan penegakan ketentuan kontrak jika perlu(11).
Pemasok yang dapat diandalkan merupakan landasan pengadaan
yang efektif, dan proses prakualifikasi dianjurkan dan pemilihan
pemasok adalah langkah penting yang menentukan biaya obat-obatan
dan mendefinisikan integritas proses pengadaan. Keputusan pemenang
tender harus didasarkan pada kriteria yang tertulis formal dan harus
bebas dari pengaruh kepentingan kepentingan khusus. Informasi yang
akurat dan tepat waktu sangat penting pada setiap tahap proses,dan
kurangnya sistem informasi yang efektif merupakan penyebab utama
penundaan dan inefisiensi pengadaan(11).
Beberapa jenis metode pengadaan yang digunakan untuk obatobatan, tetapi metode pengadaan yang dipilih untuk masing-masing

17

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

obat harus mendapatkan harga terendah dengan produk kualitas tinggi,


memastikan kehandalan pemasok, baik dari segi kualitas, dan layanan,
menjaga transparansi dalam proses dan meminimalkan kesempatan
untuk melakukan keputusan yang tidak adil, serta mencapai tujuan
tersebut dengan lead time yang sependek mungkin(11).
Jenis pengadaan perbekalan farmasi diantaranya adalah: pembelian
(secara tender, langsung dari pabrik, distributor, PBF, atau rekanan),
produksi sediaan farmasi (produksi steril atau non steril), sumbangan
atau droping atau hibah, kerjasama operasional, penyewaan. Ada
beberapa metode proses pengadaaan(12,13) yaitu :
a)
Opentender (tender terbuka). Berlaku untuk semua rekanan
yang terdaftar dan sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan,
di dalam open tender ada seleksi dan penetapan peserta tender.
Persyaratan bagi peserta tender harus memenuhi spesifikasi,
cara dan jadwal pengiriman, tanggal terakhir penerimaan
proposal

yang

dilakukan

dalam

jangka

waktu

tertentu

(terjadwal) karena proses tender memerlukan waktu yang lama.


Pada penentuan harga metode ini lebih menguntungkan tetapi
memerlukan waktu yang lama, perhatian penuh, dan staf yang
b)

kuat.
Restricted tender (tender terbatas). Berlaku untuk lingkungan
PBF yang terbatas, karena tidak diumumkan secara luas, hanya
melibatkan sejumlah tertentu yang punya riwayat baik. Masingmasing peserta mendapat undangan yang sifatnya tertutup.
Harga masih dapat dikendalikan, proses tender lebih singkat,
biaya lebih hemat, mengurangi resiko lead time yang terlalu
panjang, tenaga dan beban kerja lebih ringan daripada tender

c)

terbuka.
Negotiated competitive (kerjasama dengan supplier dan kontrak
perjanjian), merupakan pengadaan yang relatif sederhana dan
waktu yang lebih pendek. Pengelola obat dapat menawarkan
secara rinci kepada pemasok, sering digunakan untuk kontrak

18

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

pengadaan obat jangka panjang. Dilakukan apabila item obat


tidak urgent, tidak banyak, biasanya dilakukan pendekatan
d)

langsung untuk item tertentu.


Direct
procurement
(pemilihan

secara

langsung),

merupakanmetode pengadaan yang paling sederhana tetapi


harga obat tertentu lebih mahal. Melakukan pembelanjaan sesuai
dengan kebutuhan langsung pada pemasok. Sebaiknya dilakukan
pada keadaan emergency (barang/obat perlu segera tersedia).
Item obat yang dibeli sedikit, atau jika tidak mungkin dilakukan
e)

negosiasi.
Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum
dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang
semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga
tertinggi yang didahului dengan pengumuman lelang. Langkahlangkah standar dalam siklus lelang yaitu:
1. Menentukan format lelang dan ruang lingkup.
2. Menetapkan persyaratan.
3. Memilih pemasok untuk berpartisipasi dalam tender.
4. Menyiapkan dan mengirimkan dokumen tender.
5. Menerima dan membuka penawaran.
6. Menyusun menawarkan untuk ajudikasi.
7. Mengambil keputusan tender
8. Mengeluarkan kontrak untuk memenangkan penawar.
9. Memantau kinerja dan kualitas produk.
10. Menegakkan persyaratan kontrak yang diperlukan.
Setiap tahap membutuhkan keputusan tentang prosedur yang

cocok dengan situasi tertentu. Di kebanyakan negara, pilihan akan


dibatasi oleh hukum dan peraturan pengadaan(11).
Metode pengadaan farmasi umumnya dibagi ke dalam beberapa
kategori dasar: open tender, restrictedtender, penunjukkan langsung
dan E - procurement. Opentender adalah prosedur formal dengan cara
mengundang perwakilan setiap pemasok. Dalam tender terbatas,
pemasok harus disetujui terlebih dahulu, seringkali melalui proses
prakualifikasi terlebih dahulu dengan menilai praktek manufaktur
yang baik, kinerja supply masa lalu, kemampuan finansial, dan faktor

19

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

terkait. E -procurement adalah tender berbasis internet. Selain metodemetode tersebut, terdapat metode E-Purchasing yang merupakan
metode pengadaan farmasi melalui sistem katalog elektronik (11).
Pengadaan Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh
Barang/Jasa oleh Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat
Daerah/Institusi yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan
sampai

diselesaikannya

seluruh

kegiatan

untuk

memperoleh

Barang/Jasa. Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor


70 tahun 2012 tentang perubahan kedua atas Peraturan Presiden
nomor 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah
Pengadaan secara elektronik atau E-Procurement adalah Pengadaan
Barang/Jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi
informasi

dan

transaksi

elektronik

sesuai

dengan

ketentuan

perundang-undangan. Layanan Pengadaan Secara Elektronik yang


selanjutnya disebut LPSE adalah unit kerja K/L/D/I yang dibentuk
untuk menyelenggarakan sistem pelayanan Pengadaan Barang/Jasa
secara elektronik. E-Tendering adalah tata cara pemilihan Penyedia
Barang/Jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh
semua Penyedia Barang/Jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan
secara elektronik dengan cara menyampaikan 1 (satu) kali penawaran
dalam waktu yang telah ditentukan(11).
Dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 70 tahun
2012 tentang perubahan kedua atas peraturan presiden nomor 54 tahun
2010 tentang pengadaan barang/jasa pemerintah telah di atur berbagai
teknis pengadaan yang menggunakan anggaran negara, baik APBD
maupun

APBN.

Lembaga

Kebijakan

Pemerintah

yang

selanjutnya

Pemerintah

yang

bertugas

Pengadaan

Barang/Jasa

disebut LKPP adalah

mengembangkan

kebijakan pengadaan barang/jasa(11).


Selama proses pengadaan pemerintah

dan

lembaga

merumuskan

menunjuk

pejabat

Penggunan Anggaran (PA) yang merupakan pejabat yang berwenang


dalam penggunaan angggaran negara. Pejabat yang bertanggung

20

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa adalah Pejabat


Pembuat Komitmen (PPK). Selain itu, Unit Layanan Pengadaan
(ULP) merupakan unit organisasi yang ditunjuk dalam melaksanakan
pengadaan, dan pejabat pengadaan merupakan personil yang ditunjuk
untuk melaksanakan pengadaan langsung. Hasil dari pekerjaan
pengadaan yang telah dilakukan dilakukan oleh panitia penerima hasil
pekerjaan dan akan diawasi, evaluasi dan dipantau oleh aparat
pengawas intern pemerintah (APIP). Dalam sebuah pengadaan
diperlukan sebuah perjanjian tertulis antara PPK dengan penyedia
barang/jasa(11).
Setiap pejabat yang melakukan proses pengadaan harus memiliki
sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa yang merupakan tanda bukti
pengakuan dari pemerintah atas kompetensi dan kemampuan profesi
dibidang Pengadaan Barang/Jasa. Pejabat tersebut juga harus
melakukan ikrar dalam bentuk Pakta Integritas, yang merupakan surat
pernyataan yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan
kolusi, korupsi, dan nepotisme dalam Pengadaan Barang/Jasa
dimanfaatkan oleh Pengguna Barang.
E-Purchasing adalah tata cara

pembelian

barang/jasa

melaluisistemkatalog elektronik. Pengadaan tersebut berdasarkan


Peraturan Presiden RI nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan
barang dan jasa pemerintah dan perubahannya, terakhir diubah dalam
Peraturan Presiden nomor 4 tahun 2015 tentang perubahan keempat
atas Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 54 tahun 2010
tentang pengadaan barang/jasa pemerintah.
Tahapan e-purchasing dimulai dengan pembuatan RKO sesuai
dengan anggaran yang tersedia, kemudian tim perencanaan terpadu
akan membuat daftar perencanaan obat dibuat paket sesuai item obat
yang ada di e-catalogue yang didalamnya telah tercantum Item dan
penyedia sudah ditentukan oleh Pemerintah Pusat melalui LKPP.
Paket perencanaan obat yang telah dibuat diserahkan kepada Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK). PPK akan meneliti kemudian memberikan

21

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

daftar perencanaan obat kepada Pejabat Pengadaan untuk melakukan


pengadaan secara e-purchasing. Pejabat pengadaan memilih penyedia
dan distributor yang bertanggung jawab untuk masing-masing obat
yang

tertera

di

e-catalogue.

Pejabat

pengadaan

kemudian

menyampaikan laporan kepada PPK terkait penyedia dan distributor


yang telah dipilih.
PPK membuat kesepakatan dengan penyedia yang telah ditunjuk
yang tertera dalam Surat Pesanan (SP) seperti tanggal obat dikirim,
waktu obat expired date obat, seri batch, dan sebagainya. Obat datang
dari distributor disertai dengan faktur dan diterima oleh Panitia
Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP), kemudian PPHP membuat Berita
acara serah terima obat dan diserahkan kepada PPK apabila semua
barang yang dipesan pada satu distributor telah diterima 100%, PPK
akan menyerahkan berita acara tersebut ke bagian keuangan untuk
segera mengajukan pembayaran.

22

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

c.

Penerimaan, Penyimpanan, dan Distribusi


1. Penerimaan
Penerimaan merupakan salah satu kegiatan pengadaan agar
perbekalan farmasi (terdiri dari obat, bahan obat dan alat kesehatan)

23

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

yang diterima sesuai dengan jenis, jumlah dan mutunya berdasarkan


dokumen yang menyertainya, dilakukan oleh panitia penerima yang
salah satu anggotanya adalah tenaga farmasi.
Petugas penerima perbekalan farmasi bertanggung jawab atas
pemeriksaan fisik, kelengkapan dan kesesuaian surat permintaan dan
faktur, penyimpanan, pemindahan, pemeliharaan, dan penggunaan obat.
Petugas penerima perbekalan farmasi wajib melakukan pengecekan
terhadap perbekalan farmasi yang diterima, yaitu meliputi sumber
barang perbekalan kesehatan didapat dari Dana Alokasi Khusus (DAK)
atau Dana Alokasi Umum (DAU), pengecekan kemasan, jenis, bentuk
sediaan dan jumlah obat, tanggal kadaluarsa obat ditandatangani oleh
petugas penerima, serta diketahui oleh Kepala Dinas. Petugas penerima
dapat menolak apabila terdapat kekurangan dan kerusakan obat.Setiap
penambahan obat, dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan obat
dan kartu stok(12).
2.

Penyimpanan
Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi
menurut persyaratan yang telah ditetapkan, yaitu dibedakan menurut
bentuk sediaan dan jenisnya, dibedakan menurut suhunya dan
kestabilannya, berdasarkan abjad, berdasarkan FIFO dan FEFO disertai
dengan sistem informasi yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan
farmasi sesuai kebutuhan yang tercatat dalam kartu stok. Tujuan
penyimpanan obat-obatan adalah untuk memelihara mutu obat,
menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga
kelangsungan persediaan dan memudahkan pencarian serta pengawasan
(9)

Kegiatan penyimpanan obat, meliputi :


a. Pengaturan tata ruang
Diperlukan pengaturan tata ruang gudang dengan baik untuk
mendapatkan

kemudahan

24

dalam

penyimpanan,

penyusunan,

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

pencarian dan pengawasan obat-obatan. Faktor-faktor yang perlu


dipertimbangkan dalam merancang gudang adalah sebagai berikut:
a) Kemudahan bergerak, dengan sistem satu lantai dan tidak
menggunakan sekat-sekat agar tidak membatasi pengaturan
ruangan.
b) Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat,
ruang gudang dapat ditata berdasarkan sistem arah garis lurus,
arus U dan arus L
c) Sirkulasi udara yang baik, dengan adanya sirkulasi udara yang
cukup di dalam ruang gudang, maka akan memaksimalkan
umur

hidup

dari

obat

sekaligus

bermanfaat

dalam

memperpanjang dan memperbaiki kondisi kerja. Idealnya


dengan pemasangan AC, atau untuk pertimbangan biaya jika
gudang yang luas dapat digunakan kipas angin ataupun
ventilasi melalui atap
d) Rak dan pallet, penempatan rak yang tepat dan penggunaan
pallet dapat meningkatkan sirkulasi udara dan perputaran stok
obat
e) Kondisi penyimpanan khusus, yaitu untuk vaksin memerlukan
Cold Chain khusus dan harus dilindungi dari kemungkinan
putusnya aliran listrik, narkotik dan bahan berbahaya harus
disimpan dalam lemari khusus dan selalu terkunci, serta untuk
bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus
disimpan dalam ruang khusus atau sebaiknya disimpan di
bangunan khusus terpisah dari gudang induk
f)

Pencegahan

kebakaran,

dengan

menghindari

adanya

penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti dus,


kartun dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus dipasang
pada tempat yang mudah dijangkau dan dalam jumlah yang
cukup. Tabung pemadam kebakaran harus diperiksa secara
berkala, untuk memastikan masih berfungsi atau tidak(13).

25

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

b. Penyusunan stok obat


Obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis. Untuk
memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah
sebagai berikut:
a) Menggunakan prinsip FEFO (First Expired First Out) dan FIFO
(First In First Out) dalam penyusunan obat yaitu obat yang
masa kadaluarsanya lebih awal atau yang diterima lebih awal
harus digunakan lebih awal agar dapat menghindari ataupun
mengurangi adanya obat yang ED (Expired Date);
b) Menyusun obat dalam kemasan besar di atas pallet secara rapi
dan teratur;
c) Menggunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika;
d) Menyimpan obat yang dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara,
cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai;
e) Menyimpan obat dalam rak dan diberikan nomor kode,
memisahkan obat dalam dengan obat-obatan untuk pemakaian
luar;
f)

Mencantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi;

g) Apabila persediaan obat cukup banyak, maka obat dibiarkan


tetap dalam boks masing-masing, dan diambil seperlunya;
h) Obat-obatan yang mempunyai batas waktu pemakaian perlu
dilakukan rotasi stok agar obat tersebut tidak selalu berada
dibelakang sehingga obat dapat dimanfaatkan sebelum masa
kadaluarsa habis(13).
c. Pencatatan dan kartu stok
Fungsi dari pencatatan dan adanya kartu stok, yaitu :
a) Kartu

stok

digunakan

untuk

mencatat

mutasi

obat

(penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak atau kadaluarsa);


b) Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data
mutasi 1 (satu) jenis obat yang berasal dari 1 (satu) sumber
anggaran;

26

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

c) Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 (satu)


kejadian mutasi obat;
d) Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan,
perencanaan pengadaan distribusi dan sebagai pembanding
terhadap keadaan fisik obat dalam tempat penyimpanannya.
Manfaat yang didapat dari informasi yang terdapat pada kartu
stok, yaitu dapat mengetahui dengan cepat jumlah persediaan obat,
penyusunan

laporan,

perencanaan

pengadaan

dan

distribusi,

pengendalian persediaan, untuk pertanggung-jawaban bagi petugas


penyimpanan dan pendistribusian, serta sebagai alat bantu kontrol
bagi Kepala IFK atau Bendaharawan Obat(13).
d. Pengamatan mutu obat
Mutu obat yang disimpan di gudang dapat mengalami
perubahan baik karena faktor fisik maupun kimiawi. Perubahan mutu
obat dapat diamati secara visual dan jika dari pengamatan visual
diduga ada kerusakan yang tidak dapat ditetapkan dengan cara
organoleptik,

harus

dilakukan

sampling

untuk

laboratorium. Tanda-tanda perubahan mutu obat:


1) Tablet
(a) Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa
(b) Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik,

pengujian

lubang,

sumbing, pecah, retak dan atau terdapat benda asing, jadi


(c)

bubuk dan lembab


Kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi

mutu obat
2) Kapsul
(a) Perubahan warna isi kapsul
(b) kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan
lainnya
3) Tablet salut
(a)

Pecah-pecah, terjadi perubahan warna

(b)

Basah dan lengket satu dengan yang lainnya

(c)

Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan


fisik

27

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

4) Cairan
(a)

Menjadi keruh atau timbul endapan

(b)

Konsistensi berubah

(c)

Warna atau rasa berubah

(d)

Botol-botol plastik rusak atau bocor

5) Salep
(a)

Warna berubah

(b)

Konsistensi berubah

(c)

Pot atau tube rusak atau bocor Bau berubah

6) Injeksi
(a)

Kebocoran wadah (vial, ampul)

(b)

Terdapat partikel asing pada serbuk injeksi

(c)

Larutan yang seharusnya jernih tampak keruh atau ada


endapan

(d)

Warna larutan berubah

Tindak lanjut terhadap obat yang terbukti rusak, yaitu


dikumpulkan dan disimpan terpisah; dikembalikan atau diklaim
sesuai aturan yang berlaku; serta dihapuskan sesuai aturan yang
berlaku(13).
3.

Distribusi
Distribusi adalah suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
pengeluaran dan pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin
keabsahan serta tepat jenis dan jumlah dari gudang obat secara merata
dan

teratur

untuk

memenuhi

kebutuhan

unit-unit

pelayanan

kesehatan.Tujuan distribusi, yaitu agar terlaksananya distribusi obat


secara merata dan teratur sehingga dapat diperoleh pada saat
dibutuhkan, serta terjaminnya kecukupan persediaan obat di unit
pelayanan kesehatan(13).
Kegiatan distribusi obat di Instalasi Farmasi Kabupaten (IFK)
Kabupaten atau Kota terdiri dari:

28

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

1) Kegiatan distribusi rutin, yang mencakup distribusi untuk


kebutuhan pelayanan umum di unit pelayanan kesehatan.
2) Kegiatan distribusi khusus, yang mencakup distribusi obat program
dan obat Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD) diluar jadwal distribusi
rutin.
Tata cara pendistribusian obat, yaitu:
1) IFK di Kabupaten/Kota melaksanakan distribusi obat ke
Puskesmas di wilayah kerjanya sesuai dengan kebutuhan
masing-masing unit pelayanan kesehatan.
2) Puskesmas Induk mendistribusikan kebutuhan obat-obatan
untuk Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan Unit
Pelayanan Kesehatan lainnya yang ada di wilayah
binaannya.
3) Distribusi obat-obatan dapat pula dilaksanakan langsung
dari IFK ke Puskesmas Pembantu sesuai dengan situasi dan
kondisi wilayah atas persetujuan Kepala Puskesmas yang
membawahinya.
4) Tata cara distribusi obat ke puskesmas dapat dilakukan
dengan cara dikirim oleh unit IFK atau diambil oleh
puskesmas.
5) Obat-obatan yang akan dikirim ke Puskesmas harus disertai
dengan LPLPO atau SBBK. Sebelum dilakukan pengepakan
atas obat-obatan yang akan dikirim, maka perlu dilakukan
pemeriksaan terhadap :
a) Jenis dan jumlah obat
b) Kualitas atau kondisi obat
c) Isi kemasan dan kekuatan sediaan
d) Kelengkapan dan kebenaran dokumen pengiriman
obat
e) No. Batch
f) Tanggal kadaluarsa

29

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

g) Nama pabrik
h) Tiap pengeluaran obat dari IFK harus segera dicatat
pada kartu stok obat dan kartu stok induk obat serta
buku harian pengeluaran obat(13).
d. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan data obat di Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota
merupakan rangkaian kegiatan dalam rangka pengelolaan obat secara tertib
baik obat yang diterima, disimpan,didistribusikan maupun yang digunakan
di unit pelayanan kesehatan seperti Puskesmas.
a. Tujuan pencatatan dan pelaporan
Tersedianya data mengenai jenis dan jumlah penerimaan, persediaan,
pengeluaran/penggunaan dan data mengenai waktu dari seluruh
rangkaian kegiatan mutasi obat.
b. Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan
Kegiatan pencatatan dan pelaporan, yaitu pencatatan dan pengelolaan
data untuk mendukung perencanaan pengadaan obat.
c. Laporan Pengelolaan Obat
Sebagai unit kerja yang secara fungsional berada di bawah dan
langsung

bertanggungjawab

kepada

Kepala

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota, maka Instalasi Farmasi memiliki kewajiban untuk


melaporkan kegiatan pengelolaan obat yang dilaksanakan. Laporan
yang perlu disusun Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota terdiri dari :
1.

Laporan Mutasi Obat :


a. Petugas pencatatan, pelaporan dan evaluasi mempersiapkan/
membuat laporan mutasi obat berdasarkan data penerimaan
dan pengeluaran obat.
b. Laporan mutasi obat adalah laporan berkala mengenai mutasi
obat yang dilakukan per triwulan yang memuat jumlah

30

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

penerimaan, pengeluaran dan sisa persediaan di IF, kecuali


Narkotika dan Psikotropika yang dilakukan setiap bulan.
c. Kegunaan laporan mutasi obat ini adalah :
1) Untuk mengetahui jumlah penerimaan dan pengeluaran
obat per triwulan
2) Untuk mengetahui sisa persediaan obat pada akhir
triwulan
3) Untuk

pertanggung

jawaban

Kepala

Instalasi

Farmasi/Bendaharawan

Barang

sesuai

peraturan

perundangan berlaku.
d. Laporan mutasi obat ini dibuat rangkap 2, untuk :
1) Asli dikirim kepada atasan langsung (Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota).
2) Tindasan satu untuk arsip
e. Laporan Kegiatan Distribusi (digunakan kartu per UPK)
Fungsi: Laporan Puskesmas atas mutasi obat dan kunjungan
resep per tahun. Informasi yang didapat:
1) Jumlah obat yang tersedia (stok akhir)
2) Jumlah obat yang diterima
3) Jumlah kunjungan resep
Manfaat informasi yang didapat:
1) Jenis dan jumlah persediaan obat di setiap UPK
2) Perbandingan sisa stok dengan pemakaian per bulan
3) Perbandingan

jumlah

persediaan

dengan

jumlah

pemakaian per bulan


2. Laporan Pencacahan Persediaan Akhir Tahun Anggaran (31
Desember)
a. Petugas Pencatatan dan Evaluasi mempersiapkan/membuat
Berita Acara Pencacahan Obat Akhir Tahun Anggarandan
Laporan Pencacahan Persediaan Akhir Tahun Anggaran.

31

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

b. Laporan Pencacahan Persediaan Akhir Tahun Anggaran dibuat


pada setiap akhir tahun anggaran yang memuat jumlah
penerimaan dan pengeluaran selama 1 tahun anggaran dan sisa
persediaan pada akhir tahun anggaran yang bersangkutan.
c. Kegunaan Laporan Pencacahan Persediaan Akhir Tahun
Anggaran adalah:
1) Untuk mengetahui jumlah penerimaan dan pengeluaran obat
selama 1 tahun anggaran
2) Untuk mengetahui sisa persediaan obat pada akhir tahun
anggaran
3) Sebagai

pertanggung

jawaban

dari

Kepala

IF

Bendaharawan Barang kepada Dinkes Kabupaten/Kota


d. Laporan Pencacahan Persediaan Akhir Tahun Anggaran dibuat
rangkap 2 untuk :
1) Asli

dikirim

kepada

Kepala

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota
2) Arsip
3.

Laporan Pengelolaan Obat Tahunan/ Profil Pengelolaan Obat di


Kabupaten/Kota
Fungsi: Mengukur tingkat kinerja pengelolaan obat di Daerah
Kabupaten/Kota selama satu tahun anggaran.
Kegiatan yang harus dilakukan :
a.

Siapkan data pencacahan obat per 31 Desember di tingkat


Instalasi Farmasi Kabupaten/ Kota

b.

Siapkan data pencacahan obat per 31 Desember di tingkat


Puskesmas

c.

Susun daftar obat yang

diterima pada tahun anggaran

berjalan, berasal dari berbagai sumber anggaran obat


d.

Evaluasi

LPLPO/LB2

untuk

mendapatkan

mengenai :
1) Pemakaian rata-rata tiap jenis obat

32

informasi

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

2) Jumlah kunjungan resep


e.

Harga perolehan akhir sesuai aturan akuntansi

f.

jumlah alokasi dana obat untuk tahun berjalan dari berbagai


sumber

g.

Data umum yang menyangkut :


1) Jumlah penduduk
2) Jumlah kunjungan / kunjungan kasus
3) Jumlah peserta Askes
Informasi yang didapat:
a.

Jumlah dan nilai persediaan obat di tingkat Instalasi


Farmasi per 31 Desember.

b.

Jumlah dan nilai persediaan obat di tingkat


Puskesmas per 31 Desember.

c.

Pemakaian rata-rata per bulan untuk setiap jenis obat

d.

Tingkat kecukupan setiap jenis obat

e.

Rencana kebutuhan obat untuk tahun anggaran


berikutnya

f.

Realisasi pengadaan obat menurut sumber anggaran

g.

Biaya obat per kunjungan

Manfaat Informasi:
a.

Untuk pelaksanaan tindak lanjut peningkatan dan


penyempurnaan pengelolaan obat di Kabupaten /
Kota

b.

Bahan masukan dalam penyusunan profil kesehatan


Kabupaten/ Kota

4.

Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).


LPLPO adalah Lembar yg digunakan untuk pencatatan dan
pelaporan

obat

penggunaan,

di

Puskesmas,

perencanaan

serta

kebutuhan

untuk

menganalisis

obat,

pengendalian

persediaan, pembuatan laporan pengelolaan obat, sekaligus sebagai

33

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

lembar permintaan obat yang akan diserahkan kepada Dinas


Kesehatan Kabupaten Bantul. Laporan ini dibuat berdasarkan data
yang terdapat pada buku register obat. LPLPO dibuat setiap bulan
untuk selanjutnya dibuat laporan LPLPO tahunan yang digunakan
sebagai dasar perencanaan untuk menentukan jumlah permintaan
obat. LPLPO merupakan bentuk dokumentasi pencatatan obat
maupun alkes di puskesmas yang berisi nama obat yaitu obatobatan yang digunakan untuk pelayanan, satuan (dalam tablet,
kapsul, botol, boks, atau satuan lain yang mewakili jumlah obat
tersebut), stok awal yaitu stok sisa bulan lalu yang ada di
puskesmas, penerimaan adalah obat yang datang kepuskesmas
pada bulan ini, persediaan adalah stok awal ditambahkan dengan
penerimaan, pemakaian adalah pemakaian pada bulan ini, sisa stok
adalah sisa stok bulan ini, stok optimum adalah stok hasil kalkulasi
dimana persediaan diperkirakan aman, permintaan adalah jumlah
permintaan obat untuk bulan depan, pemberian (penulisan jumlah
obat yang diterima oleh Puskesmas disesuaikan dengan kolom
sumber dana yang digunakan untuk pengadaan obat tersebut) dan
keterangan lain yang diperlukan.
a.

Laporan

Pemakaian

disampaikan
Farmasi.Petugas

oleh

dan

Lembar

Permintaan

Puskesmas/UPK

Pencatatan

ke

dan Evaluasi

Obat

Instalasi
melakukan

evaluasi dan pengecekan sesuai dengan rencana distribusi


dari Instalasi Farmasi lalu dikirimkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk mendapatkan persetujuan dari
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Formulir yang
digunakan sebagai dokumen bukti mutasi obat adalah
formulir LPLPO atau disebut juga formulir Laporan
Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat. Formulir ini
dipakai untuk permintaan dan pengeluaran obat.

34

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

b.

Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat dibuat


rangkap 3 (tiga) :
1) Asli untuk Instalasi Farmasi di Kabupaten/Kota
2) Tindasan 1 untuk arsip instansi penerima (Puskesmas)
3) Tindasan

dikirim

untuk

Dinas

Kesehatan

Kabupaten/Kota
c.

Kegunaan LPLPO sebagai :


1) Bukti pengeluaran obat di Instalasi Farmasi.
2) Bukti penerimaan obat di Puskesmas
3) Surat permintaan/pesanan obat dari Puskesmas kepada
DinasKesehatanKabupaten/Kota.
4) Sebagai bukti penggunaan obat di Puskesmas(14).

Contoh LP-LPO Puskesmas

e. Pengawasan dan Perbekalan Farmasi


Pengawasan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan adalah kegiatan untuk
menjamin keamanan, khasiat/kemanfaatan, dan mutu Sediaan Farmasi dan Alat
Kesehatan. Pengawasan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan diselenggarakan
dengan berasaskan kemanusiaan; keamanan; khasiat / manfaat; mutu dan
ketersediaan.Pengawasan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan meliputi fungsi:
a. Penetapan standar dan persyaratan;
b. Pengawasan pembuatan;
b. Pengawasan penandaan dan informasi;
35

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

c.
d.

Pengawasan peredaran;
Pengawasan pemasukan ke dalam dan/atau pengeluaran dari wilayah

e.
f.
g.
h.
i.

Indonesia;
Pengawasan promosi dan iklan;
Pengujian laboratorium, penarikan kembali, dan pemusnahan produk;
Pemeriksaan sarana dan pengambilan contoh produk;
Penyidikan; dan
Partisipasi masyarakat.
Tujuan pengawasan adalah untuk peningkatan produktivitas para petugas

pengelola obat agar mutu pelayanan obat dapat ditingkatkan secara optimum.
Ruang lingkup dari pengawasan tersebut meliputi:
a.
b.

Sarana Infrastruktur
Sistem pengelolaan (perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

c.
d.
e.

pendistribusian, pencatatan dan pelaporan, monitoring dan evaluasi)


Sumber daya manusia (jumlah dan kualifikasi)
Quality Assurance
Lain-lain (tersedianya buku-buku pedoman, sarana informasi)
Fungsi dari pengawasan pengelolaan dan penggunaan obat meliputi :

a.
b.
c.
d.

Proses penyusunan rencana


Persiapan pelaksanaan (tenaga, dana, waktu, check list)
Pelaksanaan (kunjungan, diskusi, umpan balik, penyelesaian)
Pemanfaatan hasil pengawasan (kompilasi hasil, analisa, rekomendasi
tindak lanjut) (14).
Evaluasi adalah serangkaian prosedur untuk menilai suatu program dan

memperoleh informasi tentang keberhasilan pencapaian tujuan, kegiatan, hasil


dan dampak serta biayanya. Proses evaluasi dapat dilihat sebagai lima langkah
model umpan balik, yang masing-masing langkah adalah :
a.
Penetapan apa yang harus diukur. Manajemen puncak menetapkan proses
pelaksanaan dan hasil mana yang akan dipantau dan dievaluasi. Proses dan
b.

hasil pelaksanaan harus dapat diukur dalam kaitannya dengan tujuan.


Pembuatan standar kinerja. Standar digunkan untuk mengukur kinerja
merupakan suatu rincian dan tujuan yang strategis. Standar harus dapat

c.
d.

mengukur apa yang mencerminkan hasil kinerja yang telah dilaksanakan.


Pengukuran kinerja yang aktual yaitu dibuat pada waktu yang tepat.
Bandingkan kinerja yang aktual dengan standar. Jika hasil kinerja yang
aktual berada di dalam kisaran toleransi maka pengukuran dihentikan.

36

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

e.

Melakukan tindakan korektif. Jika hasil kinerja aktual berada di luar


kisaran toleransi, harus dilakukan koreksi untuk deviasi yang terjadi.
Terdapat tiga area kritis dalam statistik evaluasi yaitu :

a.

Pemilihan indikator

b.

Reabilitas

c.

Validitas (14).
Banyak hal yang dapat dijadikan sebagai indikator dalam pengelolaan obat

dengan syarat bahwa indikator tersebut memenuhi kriteria dari indikator yang
telah ditetapkan. Yang dapat dijadikan sebagai indikator pengelolaan obat di
kabupaten kota adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
t.
u.
v.
w.
x.
y.

Alokasi dana pengadaan obat


Prosentasi alokasi dana pengadaan obat
Biaya obat per penduduk
Ketersediaan obat sesuai kebutuhan
Pengadaan obat esensial
Pengadaan obat generik
Biaya obat per kunjungan kasus penyakit
Biaya obat per kunjungan resep
Kesesuaian item obat yang tersedia dengan DOEN
Kesesuaian ketersediaan obat dengan pola penyakit
Tingkat ketersediaan obat
Ketepatan perencanaan
Prosentase dan nilai obat rusak atau kadaluarsa
Ketepatan distribusi obat
Prosentase penyimpangan jumlah obat yang didistribusikan
Prosentase rata-rata bobot dari variasi persediaan
Rata-rata waktu kekosongan obat
Prosentase penggunaan obat tertentu
Polifarmasi
Prosentase penggunaan obat rasional
Prosentase Obat yang tidak diresepkan
Ketepatan waktu LPLPO
Ketersediaan obat di pedesaan
Kesesuaian ketersediaan obat program dengan jumlah kebutuhan
Kesesuaian permintaan obat Buffer Stock
Dari berbagai indikator tersebut diatas dapat ditentukan berapa besar

keberhasilan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan, salah satu


keberhasilan pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan adalah

37

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar


mencapai 90 % (14).
Pedoman pembinaan dan pengawasan penggunaan perbekalan farmasi di
fasilitas kesehatan pemerintah dimaksudkan untuk menjadi pedoman bagi
petugas pelaksana di Pusat, propinsi, dan Kabupaten/Kota. Tata cara
pelaksanaan pembinaan dan pengawasan meliputi :
1.

Pembinaan pelaksanaan penulisan Resep dan penyediaan perbekalan


farmasi.
a.

Dilakukan melalui komunikasi, informasi, dan edukasi dengan


bimbingan teknis dan pertemuan berkala secara berjenjang

b.
2.

Pembinaan dilaksanakan oleh pemerintah dan organisasi profesi terkait

Pemantauan pelaksanaan penulisan resep dilakukan di Rumah Sakit,


Puskesmas, dan jaringannya
a.

Pemantauan pelaksanaan dilakukan oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit


untuk

penulisan

resep

di

Rumah

Sakit,

Instalasi

Farmasi

Kabupaten/Kota untuk penulisan resep di Puskesmas dan jaringannya


serta sarana pelayanan kesehatan lainnya.
b.

Hasil pemantauan dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan


Kabupaten/Kota.

c.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan rekap hasil


pemantauan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi (15).

Pembinaan

pengelolaan

obat

publik

dan

perbekalan

kesehatan

dilaksanakan secara berjenjang dari tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota


sampai tingkat Puskesmas baik dalam aspek administrasi maupun teknis
pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan, antara lain melalui :
1.

Pertemuan koordinasi pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan


yang dapat dihadiri oleh narasumber Pusat, dan pertemuan tingkat

2.

Kabupaten/Kota yang dapat dihadiri narasumber Provinsi.


Konsultasi dari Puskesmas ke Kabupaten/ Kota, Kabupaten/ Kota ke
Provinsi dan Provinsi ke Pusat.

38

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

3.

Kunjungan lapangan berupa bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi


ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan sampai dengan UPK yang
diikuti tim Puskesmas, tim Kabupaten dan tim Provinsi secara bersamasama.
Pelatihan pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan yang diselenggarakan

4.

di tingkat Kabupaten dan Provinsi sebagai upaya peningkatan kemampuan


dan mutu sumberdaya manusia (15).
Pengendalian merupakan proses pengawasan atas pergerakan masuk dan
keluarnya material serta peralatan dari dan ke gudang agar persediaan dan
penempatan dapat diketahui secara cepat dan tepat. Pengendalian yang
dilakukan

untuk

memantau

dan

mengendalikan

pelaksanaan

kegiatan

pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan dapat dimanfaatkan instrumeninstrumen pencatatan dan pelaporan yang telah ada seperti LPLPO dan lain-lain
(14)

f. Pemusnahan Perbekalan Farmasi


Kegiatan pemusnahan perbekalan farmasi di Dinas Kesehatan Bantul
dilakukan dengan melakukan pemisahan terlebih dahulu sediaan farmasi yang
rusak dan kadaluarsa di ruang khusus dan disusun berdasarkan bentuk
sediaannya. Narkotika dan psikotropika dipisahkan dari obat lainnya. Kemudian
membuat daftar sediaan farmasi yang akan dimusnahkan (meliputi nama, jenis,
tanggal kadaluarsa, jumlah, sumber dana dan nilai harga perbekalan farmasi
tersebut). Obat tidak langsung dimusnahkan hal ini dikarenakan keterbatasan
fasilitas dan biaya sehingga dilakukan kerjasama dengan pihak ketiga untuk
pemusnahan.
Daftar sediaan farmasi yang akan dimusnahkan dibuat berita acara yang
akan diajukan dimintai persetujuan kepada Kepala Dinas Kesehatan Bantul
untuk pengajuan anggaran pemusnahan kepada Pemerintah Daerah. Apabila SK
(Surat Keputusan) Sekretaris Daerah, dalam hal ini SK Pemusnahan telah
dikeluarkan oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah
maka pihak Dinas Kesehatan Bantul akan mengundang pihak ketiga untuk
melakukan lelang pengadaan pemusnahan. Setelah terjadi kontrak kerjasama
39

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

dengan pihak ketiga, perbekalan farmasi yang akan dimusnahkan akan dihitung
beratnya untuk perhitungan biaya pemusnahan dan dibuat berita acara
penyerahan kepada pihak ketiga yang akan diangkut dengan truk kontainer
menuju tempat pelaksanaan pemusnahan. Kemudian pihak Dinas Kesehatan
Bantul bertugas memegang kunci kontainer, menyusul menuju tempat
pelaksanaan pemusnahan untuk membuka kunci kontainer dan menjadi salah
satu saksi pemusnahan perbekalan farmasi tersebut.
Setelah

dilakukan

pemusnahan,

dibuat

berita

acara

pemusnahan

perbekalan farmasi oleh pihak Dinas Kesehatan Bantul dan pihak ketiga yang
mencakup keterangan siapa yang melakukan pemusnahan, saksi-saksi, nama dan
jumlah perbekalan farmasi yang dimusnahkan serta lokasi pemusnahan. Ini
digunakan sebagai bukti pemusnahan untuk dilaporkan kepada pihak-pihak
terkait dan juga sebagai arsip Dinas Kesehatan.
C.

Proses Pendaftaran dan Perijinan Fasilitas Kefarmasian dan Tenaga


Farmasi
Pengaturan terhadap penyelenggaraan pelayanan dan perizinan di bidang

kesehatan perlu dilakukan karena sangat berpengaruh pada derajat kesehatan


masyarakat.Pengaturan ini diharapkan dapat meningkatkan perlindungan
kesehatan masyarakat atas pelayanan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan
kesehatan, tenaga kesehatan, pengobat tradisional maupun fasilitas umum
lainnya. Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 09 tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Pelayanan dan Perizinan Di Bidang Kesehatan Pasal 2
ayat (2) menyatakan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perizinan di bidang
kesehatan meliputi : izin fasilitas pelayanan kesehatan, izin tenaga kesehatan,
surat tanda daftar, sertifikasi, dan rekomendasi. Salah satu fasilitas pelayanan
penunjang kesehatan yaitu penyelenggaraan apotek (16).
1.

Pemberian Izin Apotek


Untuk mendirikan apotek di suatu daerah tertentu, apoteker atau apoteker

yang bekerjasama dengan pemilik sarana perlu memiliki SIA (Surat Izin Apotek)
yang diberikan oleh Menteri Kesehatan RI sebagaimana tercantum dalam
Permenkes Nomor 1332 tahun 2002 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian

40

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

Izin Apotek(17).Peraturan mengenai pemberian izin apotek di Kabupaten Bantul


mengacu pada beberapa sumber diantaranya adalah :
a.

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 09 tahun 2013 tentang

b.

Penyelenggaraan Pelayanan dan Perizinan Di Bidang Kesehatan


Peraturan Bupati Bantul Nomor 49 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
Peraturan Bupati Bantul Nomor 25 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Apotek di Kabupaten Bantul
Ketentuan dan tata cara izin pendirian apotek diatur dalam Peraturan

Daerah Kabupaten Bantul Nomor 09 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan


Pelayanan dan Perizinan Di Bidang Kesehatanterutama pasal 9 ayat (6).
Persyaratan administrasi permohonan izin apotek meliputi:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)

fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) APA dan PSA


fotokopi NPWP APA dan PSA
fotokopi izin gangguan
fotokopiSurat Izin Usaha Perdagangan (SIUP)
fotokopi akte pendirian perusahaan, bagi yang berbentuk badan usaha
fotokopiSurat Izin Praktek Apoteker (SIPA) dan ijazah apoteker
denah lokasi dan denah bangunan
bukti penggunaan bangunan
data apoteker pendamping dan atau tenaga teknis kefarmasian
hasil pemeriksaan kualitas air yang memenuhi syarat yang masih berlaku
surat pernyataan dari apoteker bahwa APA tidak bekerja tetap pada
perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi APA pada apotek lain bermaterai

cukup
12) surat izin dari atasan bagi APA yang berstatus PNS
13) surat pernyataan PSA tidak terlibat pelanggaraan sesuai peraturan
14)
15)
16)
17)

perundang-undangan yang berlaku di bidang farmasi bermeterai cukup


fotokopi akte perjanjian kerjasama APA dan PSA
daftar obat generik berlogo
rekomendasi dari IAI
daftar ketenagaan dan uraian tugas
Sedangkan alur perizinan secara teknis di Dinkes Kabupaten Bantul

dijelaskan sebagai berikut:


1) Pemohon mengajukan proposal pendirian apotek kepada Dinas kesehatan
Kabupaten Bantul
2) Presentasi proposal dilakukan dihadapan tim dari dinas kesehatan, dinas
perizinan, organisasi profesi, puskesmas di wilayah calon apotek didirikan,

41

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

sertaBadan Lingkungan Hidup (BLH) yang selanjutnya disahkan oleh Dinas


Kesehatan setelah dilakukan revisi atau perbaikan.
3) Pemohon melengkapi persyaratan perizinan
4) Setelah pemohon mengirim berkas ke Dinas Kesehatan, Dinas kesehatan
melakukan verifikasi dan tinjauan lokasi.

Apabila persyaratan belum

lengkap atau belum benar, tim dari dinas kesehatan akan memberikan surat
pemberitahuan kepada pemohon. Apabila Kepala Dinas Kesehatan tidak
memberikan surat pemberitahuan kepada pemohon, persyaratan dianggap
lengkap dan benar.
5) Dinas kesehatan menerbitkan atau menunda surat rekomendasi yang akan
diserahkan ke dinas perizinan. Penundaan dilakukan jika pemohon masih
belum memenuhi ketentuan.
6) Pemohon menyerahkan berkas persyaratan ke Dinas Perizinan.
7) Dinas perizinan menerbitkan surat izin apotek(SIA).
Apotek yang telah mendapatkan SIA memiliki masa berlaku selama 5
tahun sepanjang izin gangguan masih berlaku dan dapat diperpanjang maksimal
3 bulan sebelum masa berlaku izin yang dimiliki apotek tersebut habis (16).
Ketentuan penyelenggaraan apotek dijelaskan pada pasal 6 ayat (4),
meliputi :
1.
2.
3.

Selama pelayanan apotek harus ada apoteker


Wajib membuat laporan narkotika, psikotropika, dan obat generik berlogo
Menyelenggarakan pelayanan sesuai kompetensi dan kewenangan tenaga

4.

kefarmasian
Apotek diperbolehkan menjual alat kesehatan sesuaidengan ketentuan yang

5.

berlaku
Dilarang mendistrbusikan obat dan alat kesehatan yang tidak memiliki izin

6.

edar
Melayani sediaan farmasi sesuai dengan ketentuan perundang undangan
(16)

Peraturan Bupati Bantul Nomor 49 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan


Apotek di Kabupaten Bantul mengatur jumlah persebaran dan jarak apotek
berdasarkan radius dengan lokasi apotek yang sudah ada. Pendirian apotek baru
berjarak minimal 500 meter dari apotek yang sudah ada.Apotek dengan sistem

42

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

waralaba hanya dapat didirikan satu apotek di Kecamatan Banguntapan, Sewon,


Kasihan, dan Bantul (18).
2.

Perizinan Tenaga Farmasi


Tenaga kefarmasian berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul

Nomor 09 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pelayanan dan Perizinan Di


Bidang Kesehatan pasal 4 ayat (3) meliputi apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian. Hal ini juga ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 51
tentang Pekerjaan Kefarmasian.Untuk menjamin bahwa pekerjaan kefarmasian
dilakukan oleh tenaga yang memiliki kompetensi dan wewenang di bidang
kefarmasian, setiap tenaga kefarmasian harus melakukan registrasi dan
perizinan. Proses ini diatur dalam beberapa peraturan, meliputi :
a.

Peraturan Pemerintah Nomor 51 tentang Pekerjaan Kefarmasian pasal 39

b.

ayat (1) dan (2)


Peraturan
Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja


c.

Tenaga Kefarmasian pasal 52 ayat (1) dan (2), pasal 53


Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 09 tahun 2013 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan dan Perizinan Di Bidang Kesehatan
Peraturan mengenai registrasi dan perizinan dijabarkan dalam Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 tentang


Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.STRA (Surat Tanda
Registrasi Apoteker) diterbitkan oleh KFN paling lama 10 (sepuluh) hari kerja
sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. Beberapa persyaratan
administratif permohonan STRA meliputi:
1)
2)
3)
4)

fotokopi ijazah Apoteker


fotokopi surat sumpah/janji Apoteker
fotokopi sertifikat kompetensi profesi yang masih berlaku
surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin

praktik
5) surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi
danpas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan
ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar

43

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

Sedangkan

persyaratan

administratif

untuk

permohonan

STRTTK

meliputi:
1) fotokopi ijazah Sarjana Farmasi atau Ahli Madya Farmasi atau Analis
Farmasi atau Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker
2) surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin
praktik
3) surat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
kefarmasian
4) surat rekomendasi kemampuan dari Apoteker yang telah memiliki STRA
atau pimpinan institusi pendidikan lulusan, atau organisasi yang
menghimpun Tenaga Teknis Kefarmasian, dan
5) pas foto terbaru berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan
ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 (dua) lembar
Apoteker yang baru lulus pendidikan dapat memperoleh STRA secara
langsung. Permohonan STRA tersebut diajukan oleh perguruan tinggi secara
kolektif setelah memperoleh sertifikat kompetensi profesi 2 (dua) minggu
sebelum pelantikan dan pengucapan sumpah Apoteker baru. Untuk memperoleh
SIPA,SIKA atau SIKTTK, tenaga kefarmasian mengajukan permohonan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian
dilakukan(19). Persyaratan administrasi izin kerja apoteker dan tenaga teknis
kefarmasian meliputi:
1) fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon yang masih berlaku
2) fotokopi Surat tanda Registrasi Apoteker (STRA) dan Surat Tanda
Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK) yang masih berlaku
3) fotokopi ijazah apoteker dan ijazah tenaga teknis kefarmasian
4) surat keterangan sehat dan tidak buta warna dari dokter yang memiliki SIP
5) surat keterangan dari pimpinan fasilitas kefarmasian atau apoteker
penanggungjawab yang menyatakan masih bekerja pada fasilitas yang
bersangkutan dan
6) pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2 lembar
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 09 tahun 2013
tentang Penyelenggaraan Pelayanan dan Perizinan Di Bidang Kesehatan
padamenjelaskan bahwa izin tenaga kesehatan berlaku selama 5 tahun sepanjang
STRA masih berlaku dan tempat praktik masih sesuai dengan yang tercantum

44

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

dalam Surat Izin serta dapat diperpanjang maksimal 3 bulan sebelum masa
berlaku habis. Selain itu juga dijelaskan beberapa pembatasan izin, meliputi:
a.

SIPA bagi apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian


dan SIKA bagi apoteker penanggung jawab industri farmasi, UKOT, IOT,

b.

PBF hanya diberikan 1 tempat fasilitas kefarmasian


SIPA bagi Apoteker pendamping dapat diberikan untuk maksimal 3 tempat

c.

fasilitas pelayanan kefarmasian


Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian di

d.

puskesmas dapat menjadi apoteker pendamping di luar jam kerja


SIKTTK dapat diberikan untuk paling maksimal 3 tempat fasilitas
pelayanan kefarmasian.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul dapat mencabut SIPA, SIKA

atau SIKTTK karena:


1) atas permintaan yang bersangkutan
2) STRA atau STRTTK tidak berlaku lagi
3) yang bersangkutan tidak bekerja pada tempat yang tercantum dalam surat
izin
4) yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan fisik dan mental untuk
menjalankan

pekerjaan

kefarmasian

berdasarkan

pembinaan

dan

pengawasan dan ditetapkan dengan surat keterangan dokter


5) melakukan

pelanggaran

disiplin

tenaga

kefarmasian

berdasarkan

rekomendasi KFN melakukan pelanggaran hukum di bidang kefarmasian


yang dibuktikan dengan putusan pengadilan.
3.

Pemberian Izin Makanan


Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk

mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan fisik yang
dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.Pangan
Industri Rumah Tangga (PIRT) merupakan perusahaan pangan yang memiliki
tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan manual
hingga semi otomatis.Pendaftaran PIRT berguna agar industri rumahan yang
dimiliki punya izin dan sudah dinyatakan aman secara kesehatan.

45

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 09 tahun 2013


tentang Penyelenggaraan Pelayanan dan Perizinan Di Bidang Kesehatan
disebutkan secara jelas bahwa sertifikasi bidang kesehatan meliputi sertifikasi
makanan minuman dan sertifikasi sanitasi lingkungan. Sertifikasi makanan
minuman meliputi :
a.
b.

sertifikasi pelatihan keamanan pangan industri rumah tangga (PKP-IRT)


sertifikasi kursus higiene sanitasi bagi pengusaha/penanggungjawab

c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

makanan
sertifikasi kursus higiene sanitasi bagi penjamah makanan
sertifikasi kursus higiene sanitasi depot air minum bagi pengusaha
sertifikasi kursus higiene sanitasi depot air minum bagi operator
sertifikasi produksi pangan industri rumah tangga (SPP-IRT)
sertifikasi laik higiene sanitasi jasaboga
sertifikasi laik higiene sanitasi restoran dan rumah makan
sertifikasi laik higiene sanitasi depot air minum
sertifikasi laik sehat makanan jajanan
sertifikasi makanan minuman lain sesuai peraturan perundang-undangan
Pemohon yang akan mengurus izin PIRT sebelumnya mendaftarkan diri

terlebih dahulu ke dinas kesehatan untuk mengikuti Penyuluhan Keamanan


Pangan (PKP) secara kolektif dengan jadwal yang telah ditentukan.Pemohon
akan mendapatkan sertifikat PKP sebagai bukti bahwa pemohon telah mengikuti
penyuluhan. Pemohon yang telah memiliki sertifikat PKP tersebut mengajukan
permohonan peninjauan lokasi PIRT kepada dinas kesehatan. Kemudian dinas
kesehatan akan melakukan peninjauan lokasi PIRT dan menilai kesesuaian
berdasarkan ketentuan. Apabila penilaian sudah sesuai, dinas kesehatan akan
menerbitkan sertifikat PIRT dalam jangka waktu + 7 hari. Apabila masih belum
sesuai, tim dari dinas kesehatan akan memberitahukan kepada pemohon untuk
melakukan perbaikan.

Sertifikat PIRT berlaku selama 5 tahun dan dapat

diperpanjang. Pengajuan perpanjangan sertifikat harus diajukan paling lambat 3


bulan sebelum masa berlaku izin yang dimiliki habis(16).
D. Program Kesehatan Masyarakat atau Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat,

46

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

agar merekan dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang
bersumber daya masyarakat, sesuai dengan kondisi social budaya setempat dan
didukung kebijakan public yang berwawasan kesehatan(20,21).
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dalam Pasal 3
menyatakan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial
dan ekonomis. Selanjutnya dalam Pasal 46 dinyatakan bahwa untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat,
diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk
upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat.Upaya
kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,
menyeluruh, dan berkesinambungan(21).
Sebagaimana disebutkan dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 1193/MENKES/SK/X/2004 tentang Kebijakan Nasional Promosi
Kesehatan

dan

Surat

Keputusan

Menteri

Kesehatan

Nomor

1114/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan


di Daerah, strategi dasar utama Promosi kesehatan adalah:
1.
2.
3.
4.

Pemberdayaan
Bina suasana
Advokasi, serta
dijiwai semangat kemitraan (20,21).
Berdasarkan strategi dasar tesebut di atas, promosi kesehatan dapat

dikembangkan sesuai sasaran, kondisi, dan tujuan dari promosi kesehatan


tersebut.
1.

Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menumbuhkan dan
meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan individu, keluarga,
dan masyarakat untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya,
menciptakan lingkungan sehatserta berperan aktif dalam penyelenggaraan

47

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

setiap upaya kesehatan. Pemberdayaan terhadap individu, keluarga, dan


masyarakat yang diselenggarakan harus memperhatikan kondisi dan situasi,
2.

khususnya social budaya masyarakat setempat.


Bina suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan suasana atau lingkungan social
yang mendorong individu, keluarga, dan masyarakat untuk mencegah
penyakit dan meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan

3.

sehat dan berperan aktif dalam setiap upaya penyelenggaraan kesehatan


Advokasi
Advokasi merupakan upaya atau proses yang terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait agar masyarakat di
lingkungan berdaya untuk mencegah serta meningkatkan kesehatannya serta
menciptakan lingkungan sehat. Selama perbincangan dalam advokasi perlu
diperhatikan bahwa sasaran advokasi hendaknya diarahkan/dipandu untuk
menempuh tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Memahami/menyadari persoalan yang diajukan
b. Tertarik untuk ikut berperan dalam persoalan yang diajukan
c. Mempertimbangkan sejumlah pilihan kemungkinan dalam berperan
d. Menyepakati satu pilihan kemungkinan dalam berperan
e. Menyampaikan langkah tindak lanjut (20,21).
Kata kunci dalam penyiapan bahan advokasi adalah tepat, lengkap, akurat,
menarik, artinya bahan advokasi harus mencakup hal-hal sebagai berikut:
a.

Sesuai dengan sasaran (latar belakang pendidikan, jabatan, budaya,

b.
c.

kesukaan, dan lain-lain)


Sesuai dengan lama waktu yang disediakan untuk advokasi
Mencakup unsure-unsur pokok yaitu Apa, Mengapa, Di mana,

d.

Bilamana, Siapa, dan Bagaimana.


Memuat masalah dan pilihan-pilihan kemungkinan untuk memecahkan

e.
f.
g.

masalah
Memuat peran yang diharapkan dari sasaran advokasi
Memuat peran yang diharapkan dari sasaran advokasi
Memuat data pendukung, bila mungkin juga bagan, gambar dan lain-

h.

lain
Dalam kemasan yang menarik, ringkas tetapi jelas

Dalam pelaksanaannya, strategi promosi kesehatan harus diperkuat dengan


metode dan media yang tepat, serta tersedianya Sumber daya yang memadai.

48

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

1.

Metode dan media


Pemilihan metode harus dilakukan dengan memperhatikan kemasan
informasinya, keadaan penerima informasi, dan hal-hal lain seperti ruang
dan waktu.Media atau sarana informasi juga perlu dipilih mengikuti metode

2.

yang telah ditetapkan, memperhatikan sasaran atau penerima informasi.


Sumber Daya.
Sumber daya utama yang diperlukan untuk penyelenggaraan promosi
kesehatan adalah tenaga (SDM), sarana/peralatan termasuk media
komunikasi, dan dana atau anggaran. Pengelolaan promosi kesehatan
hendaknya dilakukan oleh koordinator yang mempunyai kapasitas di bidang
promosi kesehatan.Koordinator tersebut dipilih dari tenaga khusus promosi
kesehatan (yaitu pejabat fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat atau
PKM).

Berdasarkan

Surat

1114/Menkes/SK/VII/2005

Keputusan
tentang

Menteri

pedoman

Kesehatan

pelaksanaan

nomor
promosi

kesehatan di daerah disebutkan bahwa standar tenaga khusus promosi


kesehatan untuk puskesmas adalah
a. Tenaga yang memiliki kualifikasi D3 Kesehatan dengan minat dan
b.

bakat di bidang promosi kesehatan sebanyak 1 orang


Memiliki kompetensi membantu tenaga kesehatan lain dalam
merancang pemberdayaan dan melakukan bina suasana serta advokasi
(21)

49

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL
Periode 1-13 September 2016

54

Anda mungkin juga menyukai