Anda di halaman 1dari 3

BLOK PENGOBATAN RASIONAL

SKENARIO I
DALAM SAKITKU ADA KEBAIKAN

Nama
NIM

: DIFLA HANUM
: 16811062

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2016
Ostheoartritis Merupakan penyakit sendi degeneratif yang progresif dimana rawan kartilago yang
melindungi ujung tulang mulai rusak, disertai perubahan reaktif pada tepi sendi dan tulang subkhondral yang

menimbulkan rasa sakit dan hilangnya kemampuan gerak.Penyakit ini merupakan jenis arthritis yang paling
sering terjadi yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa (Binfar,2006). klasifikasi dalam Osteoarthitis
(OA) dapat dibedakan menjadi 2 yaitu primer dan OA sekunder. OA primer (idiopati) merupakan OA yang paling
umum terjadi dan tidak diketahui penyebabnya. OA primer terbagi menjadi OA terlokalisasi (melibatkan dua atau
lebih lokasi) dan OA tergeneralisasi (melibatkan tiga atau lebih lokasi). OA sekunder merupakan OA yang
berhubungan dengan inflamasi artritis lainnya atau reumatoid, trauma, gangguan metabolik atau endokrin, dan
faktor keturunan (Iso Farmakoterapui,2008). Adapun beberapa factor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
Oseoarthitis adalah
1. obesitas dimana Setiap penambahan 1 kg meningkatkan risiko terjadinya OA sebesar 10%. Bagi orang
yang obes, setiap penurunan berat walau hanya 5 kg akan mengurangi fakor risiko OA di kemudian hari
sebesar 50% ;
2. Okupasi mempunyai dengan risiko terserang OA dimana aktivitas dengan gerakan berulang atau cedera
akan meningkatkan risiko terjadinya OA.
3. genetik salah satu faktor mempunyai kontribusi sekitar 50% terhadap risiko terjadinya OA tangan dan
panggul, dan sebagian kecil OA lutut
4.nutrisi dimana fakta menunjukkan bahwa paparan terhadap oksidan bebas secara terus menerus dalam
jangka waktu lama berkontribusi terhadap berkembangnya penyakit yang berkaitan dengan penuaan
(penyakit degeneratif), termasuk OA.
5.trauma.
Patofisiologi Yang terjadi pada penderita OA ialah sobek dan ausnya lapisan permukaan kartilago.
Akibatnya tulangtulang saling bergesekan, menyebabkan rasa sakit, bengkak, dan sendi dapat kehilangan
kemampuan bergerak. Lama kelamaan sendi akan kehilangan bentuk normalnya, dan osteofit dapat tumbuh di
ujung persendian.3 Sedikit dari tulang atau kartilago dapat pecah dan mengapung di dalam ruang persendian.
Akibatnya rasa sakit bertambah, bahkan dapat memperburuk keadaan.3 Manifestasi klinik yang timbul adalah
penderita osteoarthritis akan merasakan sakit di persendian dan memiliki keterbatasan gerak.OA hanya
mempengaruhi persendian dan tidak mempengaruhi organ lain (Dipiro, 2009).Gejala OA meliputi rasa sakit pada
sendi lutut, sendi pinggul, tulang belakang serviks, lumbar , keterbatasan pergerakan, kekakuan, crepitus dan
deformitas dapat juga terjadi. Kekakuan sendi berlangsung kurang dari 30 menit dan sembuh dengan bergerak,
pembesaran sendi (Binfar,2006). Tata laksana terapi OA dibagi menjadi 2 yaitu Terapi non farmakologi
menghindari makanan yang merangsang sekresi asam lambung seperti makanan yang pedas, asam, beralkohol
dan mengandung kafein serta menghindari rokok, stress sehingga diperlukan istirahat yang cukup sedangkan
terapi farmakologisnya dalam pengobatan tahap awal dan rasa sakit masih keadaan ringan hingga sedang bisa
menggunakan obat topical kapsaisin dengan mekanisme yang menyebabkan pelepasan dan pengosongan
substansi P dari serabut syaraf seperti metil salisilat atau acetaminophen (paracetamol) yang mempunyai
mekanisme menghambat sintesis prostaglandin pada system syaraf pusat , apa bila terapi gagal atau terjadi
inflamasi dapat menggunakan obat golongan NSAID yang mempunyai aktivitas sebagai anti analgesic seperti
natrium diklofenak,piroksikam,celecoxib, sedangkan untuk pengobatan OA keadaan berat bisa menggunakan
obat-obat NSAID dengan golongan narkotik atau Opiod(Iso farmakoterapi,2008).
Tukak Peptik merupakan gangguan tukak pada saluran pencernaan bagian atas yang pembentukannya
memerlukan asam dan pepsin (Iso farmakoterapi,2008). Faktor resiko dalam peningkatan terjadi tukak lambung
gaya hidup seperti banyak konsumsi kopi,makanan yang pedas ataupun asam, akibat penggunaan obat golongan
NSAID dalam jangka waktu yang lama serta akibat stress yang berkepanjangan (Keshav, 2004).Patofisiologi
penyakit ini adanya asam dan pepsin saat H.pylopri, NSAID atau fakktor lain yang mengganggu pertahanan
mukosa normal dalam penyembuhan, sedangkan pemakain obat NSAID dalam penggunaan jangka panjang
dapat mengakibatkan luka gastroduodenal melalui secara langsung mengiritasi topical dari jaringan epitel serta
menghambat sintesa system endogenous mukosa saluran cerna yaitu prostaglandin. Adapun gejalannya seperti
syndrome dispeptik yaitu rasa panas dalam perut, mual, berat badan menurun, dan terasa kembung, adapun
dimana komplikasi dari penyakit tukak lambung yang di sebabkanpenggunaan obat NSAID apat menyebabkan
pendarahan saluran cerna, penetrasi ke dalam bagian tubuh seperti pancreasa dan hat (Iso Farmakoterapi,2008).
Terapi farmakologi dari tukak lambung pengobatan awal dengan 3 obat PPI yang lebih efeltif.lebih sering
penyakit tukak lambung dikarenakan penggunaan NSAID jika pengobatan ini dilanjutkan maka PPI obat pilihan
baik karena baik dalam penekanan asam yang kuat untuk mempercepat penyembuhan, sedangkan terapi non
farmakologi pasien harus mengurangi stress, merokok, dan menghindari makan minuman yang menyebabkan
dispesia atau tukak lambung seperti makanan pedas, kafein dan alcohol (ISO farmakoterapi,2008)
Dala permasalahan di scenario dapat menggunakan metode SOAP atara laiin
S (Subyek) : Ny.indah jenis kelamin perempuan usia 65 thn BB/TB: 68 kg/158 cm
Riwayat penyakit memiliki penyakit ostheoarthitis sejak 5 tahun yang lalu dan Infark miokard akut
(IMA) yang sudah ditangani dengan baik

Riwayat pengobatan : piroxicam 20 mg, antasida


O (objective) :menderita ulkus peptikum, BMI BB/m2 ; 65/1,582 =27,23 (obesitas)
A (Asesment) : DRP: pasien mempunyai penyakit tukak peptik akibat ADR dari penggunaan piroxicam jangka
panjang, pemilihan obat yang kurang tepat dalam pemberian obat untuk ulkus peptikum ialah pemberian
omeprazole dan ranitidine diberikan secara bersamaan serta obat yang tidak tepat yaitu pemilihan celecoxib
untuk OA nya akan tetapi pasien memiliki riwayat gangguan pada kardiovaskular yaitu IMA, dimana celecoxib
merupakan inhibitor Cox-22 dihubungkan dengan insiden terjadinya infark miokard hal ini disebabkan karena
inhibitor Cox-2 tidak menghambat agregasi platelet (Glace,edisi kelima), kemudian
Non-DRP : konsumsi kopi berlebih (3 cangkir sehari).
P (Planning) : Obat piroxicam tetep diberikan tanpa diganti dengan obat celecoxib untuk pengobatan
osteoarthritis.Pemberian obat golongan PPI seperti omeprazole dapat digunakan untuk pengobtan ulkus peptik,
serta penggunaan vitamin B sebagai asupan vitamin B12 disebabkan dari literature mengatakan bahwa
mengkonsumsi obat omeprazole dapat mengakibatkan defisiensi vitamin B12.
M(Monitoring) : terhadap efektivitas obat dilihat terhadap tingkat kesembuhan pasien , monitoring terhadap
pemberian NSAID berdasarkan efek sampingnya dan memantau terhadap kepatuhan pasien dalam konsumsi
obat.melakukan edukasi terhadap pasien terkait dengan terkait dengan program yang dilakukan seperti diet
dengan mengubah kebiasaan atau pola gaya hidup sehari-hari demi kualitas hidup pasien.
Daftar Pustaka
Dirjen Binfar Komunitas dan Klinis. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Pasien Penyakit Arthritis Rematik.
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Keshav, Satish., 2004. The Gastroinstestinal System at a Glance. Oxford: Blackwell Publishing Ltd.
Schwinghammer, L.T and Dipiro,J.T. 2009. Pharmacotherapy Handbook.7th edition.United States. McGrow:Hill
Company.
Sukandar.,E.Y,Andrajati.R,Sigit.J.I,Andyana.I,K.,Setiadi,A.P,Kusnandar. 2008. Iso Farmakoterapi. PT ISFI:
Jakarta.
Neal, M.J. 2006.At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima.Jakarta : Penerbit Erlangga. pp.

Anda mungkin juga menyukai