Anda di halaman 1dari 23

PENGEMBANGAN PRODUK BARU

PREFORMULASI TABLET ASETOSAL

LEARNING OUTCOME
BLOK FARMASI SAINS DAN INDUSTRI

KELOMPOK A
1. Sabrinna Vannesya P.
(16811005)
2. Aris Sumiatin
(16811019)
3. Istiqari Silma Arifah
(16811026)
4. Syaftio Obiye Jantra
(16811032)
5. Shinta Vriskanindya
(16811060)
6. Liza Octiani
(16811051)
7. Selly Listianti
(16811030)
8. Nevien Panaziza
(16811061)
9. Difla Hanum
(16811062)
10. Hanung Yudha
(16811043)
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016

Learning Outcome
1. Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi, tugas dan tanggung jawab R&D.
2. Mahasiswa mampu mengetahui proses dan strategi pengembangan produk
obat.
3. Mahasiswa mampu mengetahui syarat mendapatkan sertifikat CPOB.
4. Mahasiswa mampu mengetahui tahapan registrasi obat sesuai ketentuan dari
BPOM.
5. Mahasiswa mampu mengetahui tahapan mendapatkan izin edar obat beserta
sanksi pelanggaran izin edar obat.
6. Mahasiswa mampu mengetahui formula sediaan tablet asetosal.
1. Fungsi, tugas dan tanggung jawab R&D
R&D merupakan salah satu divisi perusahaan yang bertugas untuk
melakukan berbagai kegiatan riset dan pengembangan baik dalam hal produk
yang dihasilkan maupun peralatan pendukungnya dengan sasaran melahirkan
gagasan inovatif untuk menghadirkan produk baru yang lebih diminati pasar
dan dapat diproduksi secara efisien.
Fungsi dari Departemen Research and Development (R&D) yaitu
memberikan inovasi dan efisiensi formulasi produk baru yang meliputi proses
pembuatan, penampilan fisik, efisiensi komposisi bahan pembantu tanpa
mengurangi mutu produk.
R&D berperan dalam perbaikan, atau improvement existing product,
pengatasan masalah produksi, proyek penelitian khusus, penentuan spesifikasi
bahan baku untuk manufacturing, penyusunan metode analisa, penentuan shelflife produk, dan penunjang data untuk penyusunan dossier registrasi (formula,
data stabilitas, dan kemasan). Departemen R&D mencakup tiga bagian utama,
yaitu:
1. Packaging Development Tugas utama packaging development adalah
melakukan penelitian dan pengembangan material kemasan (primer dan
sekunder) untuk produk baru, melakukan penelitian dan pengembangan
desain produk baru, dan menyiapkan atau menyediakan dokumen yang
terkait dengan kemasan meliputi dokumen spesifikasi, metode analisis
(MA), dan prosedur pengemasan induk (PPI 3).
2. Formulation Development Tugas utama formulation development adalah
pengembangan produk baru, baik OTC maupun ethical, sesuai dengan
perkembangan teknologi sediaan farmasi. Proses pengembangan produk

baru ini dapat dilakukan di dalam perusahaan atau di luar perusahaan,


misalnya melalui kegiatanlisensi atau bekerja sama dengan lembaga
penelitian/pendidikan
3. Analytical Development
Tugas utama Analytical Development adalah sebagai berikut
a. Mengembangkan metode analisis suatu senyawa obat, bahan pengemas,
dan sampel produk sehingga diperoleh metode analisis yang sesuai.
Metode analisis yang diperoleh selanjutnya divalidasi dan dijadikan
acuan analisis pemeriksaan rutin sehingga metode analisis tersebut
menjadi valid, efektif, dan praktis.
b. Menentukan approved manufacturer bahan baku baru yang digunakan
c. Pengujian stabilitas produk, baik pengujian stabilitas yang dipercepat
(accelerated stability study) maupun pengujian stabilitas waktu yang
sebenarnya (real time stability study) terhadap produk obat baru
maupun produk obat yang telah dipasarkan(1).
2. Proses dan strategi pengembangan produk obat
a. Studi praformulasi untuk menentukan bentuk sediaan yang sesuai
Studi praformulasi merupakan tahap awal dalam pengembangan bentuk
sediaan obat yang rasional dari suatu zat aktif.Studi praformulasi berfokus
pada pengkajian sifat fisikokimia zat aktif dan eksipien yang
mempengaruhi pemilihan bentuk sediaan farmasi serta dapat diperoleh
formulasi obat yang aman, efektif, dan stabil.Sifat fisikokimia yang
dimaksud

meliputi

struktur

kimia,

bobot

jenis,

kelarutan,

pH,

inkompatibilitas, titik lebur, titik leleh, dsb.


b. Kajian pembuatan skala pilot
Setelah diperoleh formulasi yang sesuai dan menjanjikan dalam skala
laboratorium, maka dilakukan pembuatan obat dalam skala pilot. Jika
formulasi dalam skala laboratorium 5-10 kg bahan tiap batch, 0,5=2 L
untuk cairan maka pada formulasi skala pilot dibuat maksimum 10 kali
dari skala laboratorium. Hasil trial Formula skala pilot yang dilakukan
direkomendasikan untuk dilakukan uji stabilitas dipercepat dan jangka
panjang.
c. Kajian skala produksi masal
Sedangkan dalam pembuatan obat skala produksi dibuat sebanyak
maksimal 10 kali dari skala pilot (100 L).

d. Validasi proses manufaktur


Validasi proses manufaktur bertujuan untuk memberikan dokumentasi
secara tertulis bahwa prosedur manufaktur yang berlaku dan digunakan
dalam proses manufaktur rutin (batch processing record), senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan secara terus menerus,
Tahap-tahap validasi proses manufaktur:
1. Desain atau prekualifikasi proses manufaktur
Dalam tahap ini dilakukan penentuan parameter dari setiap proses
manufaktur, menentukan parameter yang kritis, dan melakukan studi
terhadap validasi proses yang mendukung.
2. Kualifikasi proses manufaktur
Kualifikasi proses manufaktur dilakukan berdasarkan protokol
prospektif dan berdasarkan hasil dari tahap validasi proses pertama.
3. Verifikasi proses manufaktur
Tahap ini merupakan penilaian terhadap proses yang telah berjalan.
Parameter-parameter kritis dimonitor secara rutin. Seluruh perubahan
yang

telah

dilakukan

terhadap

prosedur

manufaktur

dinilai

pengaruhnya terhadap proses yang sudah divalidasi, dan dilakukan


revalidasi bila perlu(2).
e. Validasi Metode Analisa
Validasi merupakan tindakan pembuktian dengan cara yang sesuai
bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau
mekanisme yang digunakan dalam produksi maupun pengawasan mutu
akan senantiasa mencapai hasil yang diinginkanDalam melakukan
validasi diperlukan komite validasi yang merupakan sebuah team
(kelompok) yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program
validasi/ kualifikasi dalam industri farmasi yang bersangkutan. Tim ini di
ketuai oleh QA Manager dengan anggota berasal dari bagian Produksi,
QC/IPC, Teknik, R&D, dan bagian lain yang terkait, sesuai dengan jenis
pelaksanaan validasi/kualifikasi yang dilakukan.
Tujuan Validasi Metode Analisa adalah untuk membuktikan bahwa
semua Metoda Analisa(cara/prosedur pengujian)yang digunakan dalam
pengujian maupun pengawasan mutu, senantiasa mencapai hasil yang
diinginkan secara konsisten (terus-menerus). Penentuan Parameter Uji
1. Metode Analisa Adopsi (verifikasi)

Metode analisa adopsi adalah metode analisa dimana prosedur


pengujian diambil/diadopsi dari kepustakaan/ dokumen resmi, seperti
Farmakope Indonesia (FI), United State Pharmacope (USP), British
Pharmacope (BP), dan lain-lain.Parameter yang diuji adalah Akurasi
dan Presisi.
2. Metode Analisa Eksplorasi atau Modifikasi
Metode analisa eksplorasi atau modifikasi adalah medote analisa
dimana

prosedur

pengujiannya

tidak

terdapat

dalam

buku/kepustakaan/dokumen resmi.Untuk metode analisa eksplorasi


atau

modifikasi,

seluruh

selektifitas/spesifitas,

parameter

linearitas,

harus

akurasi,presisi,

diuji,
Limit

yaitu
of

detection,limit of quantition, dan robustness.


f. Kajian pemilihan kemasan primer dan sekunder
Fungsi adanya kemasan adalah sebagai berikut :
1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga ke
konsumen, agar tidak tercecer.
2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar
ultraviolet, panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi
dari kotoran dan mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu
produk.
3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan
sebagai alat komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label
yang terdapat pada kemasan.
4. Meningkatkan efisiensi.
g. Uji Stabilitas
Rancangan uji stabilitas komposisi zat aktif.
1. Stress testing komposisi zat aktif dapat membantu mengidentifikasi
kemungkinan degradasi produk, yang juga dapat membantu
membangun jalur degradasi dan stabilitas intrinsik molekul dan
memvalidasi kekuatan stabilitas dengan menunjukkan prosedur
analisis yang digunakan.
2. Pemilihan batch yaitu setidaknya tiga batch utama komposisi zat aktif
biasanya harus disediakan. Batch harus diproduksi untuk minimal
skala pilot dengan jalur sintesis yang sama dengan batch produksi, dan

menggunakan metode pembuatan dan prosedur yang mensimulasikan


proses akhir yang akan digunakan untuk batch produksi.
3. Spesifikasi untuk uji stabilitas harus mencakup pengujian sifat-sifat
dari komposisi zat aktif

yang rentan terhadap perubahan selama

penyimpanan dan yang dapat mempengaruhi kualitas,keselamatan dan


efikasi. Pengujian harus mencakup uji fisika, kimia, biologi dan
mikrobiologi.
4. Frekuensi pengujian
a. Untuk uji long-term (jangka panjang), frekuensi pengujian harus
mampu menentukan profil stabilitas.
b. Untuk uji periode re-test yang diusulkan atau rak-hidup minimal 12
bulan, frekuensi pengujian pada kondisi penyimpanan jangka
panjang biasanya harus setiap tiga bulan selama tahun pertama,
setiap enam bulan selama tahun kedua, dan setiap tahun selama
periode re-test yang diusulkan.
c. Pada uji accelerated (dipercepat), minimal tiga titik waktu, termasuk
titik waktu awal dan akhir (misalnya 0, 3 dan 6 bulan), yang paling
dianjurkan adalah pada tiap 6 bulan.
d. Pengujian intermediet minimal empat titik waktu, termasuk titik
waktu awal dan akhir (misalnya 0, 6, 9 dan 12 bulan), dan yang
paling direkomendasikan adalah tiap 12 bulan.
5. Kondisi penyimpanan
Evaluasi dilakukan di bawah kondisi penyimpanan (dengan toleransi
yang tepat) yang menguji stabilitas termal dan kepekaan terhadap
kelembaban.
6. Evaluasi
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menetapkan stabilitas,
berdasarkan pengujian minimum dari jumlah batch dan mengevaluasi
informasi stabilitas (seperti hasil uji stabilitas fisik, kimia, biologi dan
tes mikrobiologi). Data dapat menunjukkan terjadinya sedikit
degradasi dan variabilitas, hal tersebut menunjukkan bahwa perlunya
dilakukan uji ulang.
7. Laporan dan pelabelan
8. Sebuah pernyataan penyimpanan harus ditetapkan untuk ditampilkan
pada label berdasarkan evaluasi uji stabilitas zat aktif. Petunjuk yang

spesifik harus ditampilkan, terutama untuk zat aktif yang tidak tahan
terhadap pembekuan ataupun perubahan suhu.
9. Studi stabilitas berkelanjutan
10. Tujuan dari Program stabilitas berkelanjutan adalah untuk memantau
zat aktif dan untuk menentukan bahwa zat aktif tetap stabil dalam
setiap kondisi penyimpanan yang telah ditentukan.
Stabilitas Produk Jadi (Finished Pharmaceutical Product)
1. Seleksi Batch
Secara umum, desain uji stabilitas produk jadi didasarkan dari sifat
yang dimiliki oleh zat aktif dari produk. Uji stabilitas produk
dilakukan menggunakan paling sedikit 3 batch.
2. Sistem Pengemasan
Pengujian stabilitas harus dilakukan pada bentuk sediaan yang dikemas
dalam sistem penutupan kontainer yang akan diusulkan untuk
pemasaran.
3. Spesifikasi
Uji stabilitas yang dilakukan mencakup pengujian pada sifat-sifat
produk jadi yang rentan terhadap perubahan selama penyimpanan dan
yang akan mempengaruhi kualitas, keamanan, dan efikasi dari produk.
Uji meliputi uji fisik, kimia, biologi, dan mikrobiologi, dan konten
pengawet.
4. Frekuensi Pengujian
a. Untuk uji long-term (jangka panjang), frekuensi pengujian harus
mampu menentukan profil stabilitas.
b. Untuk uji periode re-test yang diusulkan atau rak-hidup minimal 12
bulan, frekuensi pengujian pada kondisi penyimpanan jangka
panjang biasanya harus setiap tiga bulan selama tahun pertama,
setiap enam bulan selama tahun kedua, dan setiap tahun selama
periode re-test yang diusulkan atau rak-hidup.
c. Pada uji accelerated (dipercepat), minimal tiga titik waktu, termasuk
titik waktu awal dan akhir (misalnya 0, 3 dan 6 bulan), yang paling
dianjurkan adalah pada tiap 6 bulan.
d. Pengujian intermediet minimal empat titik waktu, termasuk titik
waktu awal dan akhir (misalnya 0, 6, 9 dan 12 bulan), dan yang
paling direkomendasikan adalah tiap 12 bulan
5. Kondisi Penyimpanan

Evaluasi dilakukan di bawah kondisi penyimpanan (dengan toleransi


yang tepat) yang menguji stabilitas termal dan kepekaan terhadap
kelembaban.
6. Stabilitas komitmen
Ketika uji stabilitas jangka panjang pada 3 batch utama tidak dapat
memenuhi kriteria stabilitas yang baik, maka harus ada komitmen
untuk melanjutkan uji stabilitas.
7. Evaluasi
Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi dari hasil uji secara fisika,
kimia, biologi dan mikrobiologi pada produk jadi. Tujuan dari adanya
uji stabilitas adalah untuk melihat dari minimum batch mengenai
apakah penggunaan obat dan informasi penyimpanan pada pelabelan
dapat diaplikasikan pada keseluruhan batch yang diproduksi dibawah
kondisi yang sama. Pada uji statistik, produk akan otomatis di tolak
jika hasil p values lebih dari 0,25.
8. Pelabelan
Informasi penyimpanan pada label dibuat berdasarkan evaluasi
stabilitas dari produk jadi, serta pada label harus tercantum tangal
kadaluarsa produk.
9. In-use stability
Tujuan dari adanya uji in-use stability adalah untuk menyediakan
informasi menngenai pelabelan, kondisi penyimpanan dan periode
pemanfaatan produk setelah pembukaan dengan mempertimbangkan
volume pengisian wadah(3)(4).
3. Syarat mendapatkan sertifikat CPOB
Syarat mendapatkan sertfikat CPOB : (pasal 5)
Sertifikat CPOB diberikan untuk setiap unit bangunan sesuai dengan bentuk
sediaan dan proses pembuatan yang dilakukan untuk semua tahapan atau
sebagian tahapan. Sertifikat CPOB diberikan untuk setiap unit bangunan
dengan jenis bahan baku aktif obat yang dibuat. Sertifikat CPOB diterbitkan
apabila telah memenuhi persyaratan CPOB yang telah ditetapkan , termasuk :
a.Personil yang telah terkualifikasi dan terlatih
b. Bangunan dan sarana dengan luas yang memadai
c.Peralatan dan sarana penunjang yang sesuai
d. Bahan,wadah, serta label yang benar
e.Prosedur dan intruksi yang disetujui
f. Tempat penyimpanan dan transportasi yang memadai

g. Prosedur interuksi ditulis dalam bentuk interuksi dengan bahasa


yang jelas, tidak bermakna ganda , dapat diterapkan secara spesifik
pada sarana yang tersedia
h. Operator telah memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur
secra benar
i. Catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan
penelusuran riwayat bets secara lengkap , disimpan secara
komprehensif, dan dalam bentuk yang mudah diakses
j. Tersedia system penariakn kembali bets obat maupun dari peredaran
k. Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji , penyebab cacat
mutu diinvestigasi, serta dlakukan tindakan perbaikan yang tepat dan
pencegahan penangglangan yang tepat dan pencegahan pengulangan
kembali keluhan
Sertifikat CPOB diterbitkan berdasarkan permohonan tertulis kepada kepala
BPOM. Sehingga kepala BPOM menerbitkan
a.Persetujuan RIP , apabila dinyatakan memenuhi syarat
b. Surat permitaan perbaikan RIP apabila dinyatakan belum
memenuhi syarat
c.Rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB sebagai kelengkapan
dalam rangka permohonan izin industry farmasi
d. Mendapatkatkan sertifikat CPOB. Khusus permohonan izin
industry farmasi , Sertifikat CPOB akan diterbitkan setelah industry
farmasi memperoleh izin industry farmasi.
Industri farmasi yang telah memperoleh sertifikat CPOB harus melakukan
perubahan bermakna pada fasilitas yang telah mendapatkan sertifikat dan akan
dilakukan inpeksi terkait :
a.Penambahan ruangan terkait perubahan kapasitas produksi
b. Perubahan system tata udara pada ruang produksi
c.Perubahan vendor biologis untuk proses pembatan produk biologi
d. Penambahan gudang di satu industri farmasi(5).

4. Tahapan registrasi obat sesuai ketentuan dari BPOM


Registrasi obat perlu dilakukan untuk memperoleh izin edar sehingga
produk yang beredar terjamin syarat mutu dan keamanannya. Obat yang
diregistrasi meliputi(6):
1. Obat produksi dalam negeri

Registrasinya dilakukan oleh pendaftar dengan memenuhi persyaratan


yaitu memiliki ijin industri farmasi dan memiliki setifikat CPOB yang
masih berlaku sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan yang diregistrasi
kecuali bagi industri yag baru melakukan pembangunan atau perluasan
fasilitas produksi dapat berupa hasil inspeksi terhadap pelaksanaan
pembangunan. Obat produksi dalam negeri meliputi:
a. Produksi sendiri
b. Produksi berdasarkan lisensi
Registrasinya dilakukan oleh penerima lisensi sebagai pendaftar.
Memiliki dokumen perjanjian lisensi yang memuat masa berlaku

lisensi dan obat yang akan diregistrasi.


Pemberi lisensi dapat berupa industro farmasi di luar negeri atau
badan riset pemilik formula dan teknologi di dalam negeri atau luar

c.

negeri.
Memiliki bukti status sebagai industri farmasi atau badan riset.
Pemilik ijin edar adalah industri farmasi pendaftar.
Produksi berdasarkan kontrak
Registrasinya dilakukan oleh pemberi kontrak sebagai pendaftar.
Pendaftar harus memiliki ijin industri farmasi, memiliki paling
sedikit 1 fasilitas sediaan lain yang telah memenuhi persyaratan

CPOB, dan memiliki dokumen perjanjian kontrak.


Pembuatan obat produksi dalam negeri berdasar kontrak dapat

berupa seluruh tahapan pembuatan ataun sebagian tahapan.


Formula obat produksi dalam negeri berdasar kontrak dapat berupa

formula dari pemberi kontrak atau penerima kontrak.


Industri farmasi pemberi kontrak atau penerima

kontrak

bertanggung jawab terhadap aspek khasiat, keamanan, dan mutu


obat dengan penanggung jawab utama industri farmasi pemberi

kontrak sebagai pemilik ijin edar.


Pemberi kontrak tidak dapat mengalihkan pembuatan obat yang

dikontrakkan kepada industri farmasi pihak ketiga.


2. Obat Impor
Obat impor biasanya diutamakan untuk obat program kesehatan
masyarakat, obat penemuan baru (obat yang masih dalam perlindungan
paten atau obat originator/inovasi baru), atau obat yang dibutuhkan
tetapi tidak dapat diproduksi di dalam negeri. Registrasinya hanya
dapat dilakukan oleh pendaftar yang mendapat persetujuan tertulis dari

industri farmasi di luar negeri. Industri farmasi di luar negeri wajib


memiliki ijin industri farmasi dan memenuhi persyaratan CPOB yang
dibuktikan dengan sertifikat CPOB yang masih berlaku atau dokumen
lain yang setara dan data inspeksi terakhir maksimal 2 tahun. Pendaftar
harus menyerahkan SMF terbaru apabila Industri farmasi di luar negeri
yang belum memiliki produk dengan jenis dan bentuk sediaan yang
sama dengan yang disetujui beredar di Indonesia dan produk sama baik
jenis maupun bentuk sediaannya terjadi perubahan pada fasilitas
produksi. Apabila hasil evaluasi dari dokumen SMF memerlukan
pembuktian terhadap pemenuhan persyaratan CPOB maka akan
dilakukan pemeriksaaan setempat.
Registrasi obat diajukan ke kepala badan oleh pendaftar dengan

b.
c.
d.

menyerahkan dokumen registrasi. Dokumen registrasi meliputi(6):


a. Bagian I : Dokumen administratif, informasi produk, dan penandaan
Bagian II
: Dokumen mutu
Bagian III
: Dokumen non klinik
Bagian IV
: Dokumen klinik
Dokumen registrasi disusun sesuai dengan format ASEAN Common
Technical Dossier (ACTD) dan harus menggunakan bahasa Indonesia
atau bahasa Inggris. Permohonan pra-registrasi dan registrasi ini dapat
diajukan secara elektronik.
Setelah penyerahan dokumen registrasi yang telah lengkap
dilanjutkan dengan tahap evaluasi. Pada tahap evaluasi dibentuk tim
evaluasi yaitu(6):
1. KOMNAS penilai

obat

bertugas

membahas,

merumuskan,

memberikan pertimbangan dan keputusan hasil evaluasi obat.


2. Panitia penilai khasiat keamanan bertugas evaluasi aspek khasiat
dan keamanan untuk dibahas dalam rapat berkala KOMNAS.
3. Panitia penilai mutu bertugas untuk melakukan evaluasi terhadap
mutu.
4. Panitia penilai informasi produk dan penandaan bertugas evaluasi
aspek informasi produk dan penandaan.
Persetujuan atau penolakan ijin edar akan diberikan berdasarkan rekomendasi
dari tim evaluasi yang sudah disebutkan di atas. Ijin edar berlaku 5 tahun dan
dapat diperpanjang selama masih memenuhi kriteria yang berlaku dan

pendaftar wajin memproduksi atau mengimpor dan mengedarkan obat


selambat-lambatnya 1 tahun setelah menerima ijin edar. Apabila registrasi obat
ditolak dan pendaftar merasa keberatan terhadap keputusan registrasi maka
pendaftar dapat mengajukan permohonan peninjauan kembali kepada kepala
badan secara tertulis. Peninjauan kembali tersebut dapat diajukan paling lama 6
bulan setelah tanggal surat penolakan dikeluarkan dan hanya dapat dilakukan
sekali.
5. Tahapan mendapatkan izin edar obat beserta sanksi pelanggaran izin edar
obat
Tahapan mendapatkan surat izin edar obat :
1. Registrasi obat diajukan pendaftaran kepada kepala Bada
2. melakukan pra registrasi , Pra-registrasi adalah prosedur registrasi
yang dilakukan untuk menentukan jalur evaluasi dan kelengkapan
dokumen registrasi obat untuk kategori 1, kategori 2, kategori 3,
kategori 4, kategori 5, kategori 6, dan kategori 7
3. melakukan registrasi obat dengan menyerahkan berkas registrasi
dengan mengisi formulir registrasi dan disket disertai bukti
pembayaran biaya evaluasi dan pendaftaran, dan hasil pra-registrasi.
4. Melampirkan berkas dokumen adsmintratif dan dokumen penunjang.
Dokumen penunjang meliputi :
a. Dokumen mutu dan teknologi untuk menjamin mutu obat.
b. Dokumen uji preklinik yang dapat menggambarkan profil
farmakodinamik,

farmakokinetik maupun toksisitas yang aman,

sebelum diuji coba pada manusia,


c. Dokumen uji klinik harus dapat membuktikan efikasi dan keamanan
obat jadi secara meyakinkan dengan rincian sesuai.
5. Melakukan pengisian formulir yang berisi tentang :
a. Mengenai nama dan alamat pendaftar dan industri farmasi pembuat
obat serta keterangan umum mengenai obat yang didaftarkan;
b. Dokumen yang mencakup aspek efikasi, keamanan dan mutu
mengenai obat yang didaftarkanmeliputi : 1. dokumen administrati,
2. informasi produk yang mencakup aspek efikasi, keamanan dan
mutu,3. cara pemberian nomor bets dan 4. informasi harga
c. Melampirkan dokumen untuk mendukung keterangan meliputi
:dokumen mutu dan teknologi,dokumen uji preklinik dan dokumen
uji klinik

6. Evaluasi terhadap berkas regsitrasi obat


7. Pemberian keputusan izin edar obat oleh BPOM
Pemberian keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan sejak
menerima berkas registrasi yang lengkap selambat-lambatnya:
a. Registrasi baru jalur I (satu): 100 hari kerja;
b. Registrasi baru jalur II (dua): 150 hari kerja;
c. Registrasi baru jalur III (tiga) untuk obat jadi baru: 300 hari kerja;
obat copy dengan STINEL dan obat khusus ekspor: 80 hari kerja;
d. Registrasi variasi kategori-6, kategori-7, kategori-8 dan kategori-9:
80 hari kerja;
e. Registrasi variasi

kategori-10

dengan

informasi

penandaan

mutakhir: 40 hari kerja.


Sanksi pelanggaran surat izin edar obat :
1. Barangsiapa mengedarkan obat jadi tidak sesuai dengan ketentuan
dalam keputusan ini dapat dikenai sanksi pidana sesuai ketentuan
2.

peraturan perundangundangan yang berlaku.


Selain dapat dikenai sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat pula dikenai sanksi administratif berupa:
a. Peringatan tertulis
b. Penghentian sementara kegiatan
c. Pembekuan dan/atau pencabutan izin edar obat yang bersangkutan
d. Sanksi administratif lain sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku(7).

6. Formulasi sediaan tablet asetosal


a. Spesifikasi produk
1) Nama produk
2) Bahan aktif
3) Bentuk sediaan
4) Kemasan
5) Kekuatan sediaan
6) Target pasien

: Tablet Asetosal
: Asetosal
: Tablet
: Blister
:
: Dewasa

b. Kajian praformulasi
1) Zat Aktif
Nama

Asetosal

Sinonim

Aspirin; Asam Asetilsalisilat; Acidum


Acetylsalicylicum; Acetylsalicylic acid; 2-

(ACETYLOXY)benzoic acid;
2-Acetoxybenzenecarboxylic acid; 2Acetoxybenzoic acid; Acetylsalicylate;
Acetylsalicylsaeure; Acide 2(acetyloxy)benzoique; Acide actylsalicylique;
ASA; Azetylsalizylsaeure; Azetylsalizylsure;
Easprin;
o-acetoxybenzoic acid; O-acetylsalicylic acid;
o-carboxyphenyl acetate; Polopiryna; Salicylic acid
acetate; cido acetilsaliclico
Rumus Struktur

Kandungan
Pemerian bahan

Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih,


tidak berbau atau hampir tidak berbau, rasa asam,
stabil di udara kering, di dalam udara lembab
secara bertahap terhidrolisa menjadi asam salisilat
dan asam asetat

Data kelarutan

Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol,


larut dalam kloroform dan eter, agak sukar larut
dalam eter mutlak

Susut pengeringan
Titik leleh/lebur
Penyimpanan

2) Bahan Tambahan

141C - 144C

Nama

Starch 1500

Sinonim

Starch [9005 25 -8]

Rumus molekul

[C16H10O5]n . dimana n= 300 1000

Rumus struktur

Pemerian bahan

Amylum tidak berbau tidak berasa ,warna putih


sampai putih tua ,serbuk halus

Penggunaan

Desintegran 3 25 %

Data kelarutan

Praktis tidak larut dalam etanol 96%dan dalam air


dingin.pati mengembang seketika dalam air sekitar 5
10 % pada 378C .pati menjadi larut dalam air panas
pada suhu diatas suhu gelatinasi.

pH
Titik leleh/lebur
ADI/safety
Inkompatibilitas Pati tidak kompatibel dengan zat pengoksidasi kuat.
Berwarna senyawa inklusi terbentuk dengan yodium
Stabilitas dan

Pati kering stabil jika dilindungi dari kelembaban

penyimpanan

tinggi.pati dianggap sebagai bahan kimia dan


mikrobiologi pada kondisi penyimpanan dibawah
normal .larutan amilum atau atau pasta amylum tidak
stabil dan mudah dimetabolisme oleh
microorganisme,karena itu untuk granulasi basah
harus selalu dibuat baru. Pati harus disimpan dalam
wadah kedap udara di tempat sejuk dan kering

Nama

Avicel PH

Sinonim

Microcrystalline cellulose; Cellets; Celex; cellulose


gel; hellulosum microcristallinum; Celphere; Ceolus
KG; crystalline cellulose; E460; Emcocel;
Ethispheres; Fibrocel; MCC Sanaq; Pharmacel;
Tabulose; Vivapur.

Rumus molekul

(C6H10O5)n,dimanan220.

Rumus struktur

Pemerian bahan

Serbuk kristal berupa partikel berpori berwarna putih,


tidak berasa dan tidak berbau. Tersedia di pasaran
dalam beberapa ukuran partikel dan tingkat
kelembaban yang memiliki sifat dan kegunaan yang
berbeda-beda.

Penggunaan

Adsorben
Anti-adheran

: 20-90%
: 5-20%

Bahan pengikat kapsul : 20-90%


Disintegran tablet
: 5-15%
Bahan pengikat tablet : 20-90%
Data kelarutan

Mudah larut dalam larutan NaOh 5% b/v, praktis tidak


larut dalam air, larutan asam, dan sebagian pelarut

Kelembaban

organik.
Microcrystalline cellulose merupakan bahan yang
higroskopis. Pada umumnya kurang dari 5% b/b,
namun jenis yang berbeda juga memiliki kadar air

Titik leleh/lebur

yang berbeda.
260-270oC

ADI/safety
Inkompatibilitas Inkompatibel dengan bahan pengoksidasi kuat
Stabilitas dan

Merupakan bahan higroskopis yang stabil.

penyimpanan

Penyimpanan pada wadah tertutup rapat di tempat


yang kering dan sejuk.

Nama

Powdered cellulose

Sinonim

Alphacellulose;Arbocel;cellulosipulvis;E460;
Elcema;KCFlock;Microcel3E150;Sanacel;
SanacelPharma;SancelW;SolkaFloc.

Rumus molekul

(C6H10O5)n,dimanan500.

Rumus struktur

Pemerian bahan

Serbuk putih atau hampir putih, tidak berbau dan tidak


berasa. Terdapat beberapa jenis ukuran partikel, dari

freeflowingfineorgranulardensepowder,toa
coarse,fluffy,nonflowingmaterial.
Penggunaan

Bahan pengisi kapsul : 5-30%


Bahan pengikat tablet : 5-40% (granulasi basah)
10-30% (granulasi kering)
Disintegran tablet
: 5-20%
Glidan tablet
: 1-2%

Data kelarutan

Praktis tidak larut dalam air, larutan asam dan


sebagian pelarut organik, meskipun dapat terdispersi
dalam kebanyakan cairan. Mudah larut dalam larutan
NaOh 5% b/v. Selulosa serbuk tidak dapat
mengembang dalam air, namun dapat mengembang
dalam larutan natrium hipoklorit (pemutih)

pH
Titik leleh/lebur
ADI/safety

Powdered cellulose is widely used in oral


pharmaceutical formula- tions and food products and
is regarded as a nontoxic and nonirritant material.
However, allergic reactions when inhaled, ingested or
in contact with the skin are possible.(6)
Powdered cellulose is not absorbed systemically
following peroral administration and thus has little
toxic potential. Con- sumption of large quantities of
cellulose may, however, have a laxative effect,
although this is unlikely to be a problem when
cellulose is used as an excipient in pharmaceutical
formulations.
Deliberate abuse of formulations containing cellulose,
either by inhalation or by injection, has resulted in the

formation of cellulose granulomas.


Inkompatibilitas Inkompatibeldenganbahanpengoksidasikuat,bromin
pentaflorida,natriumnitritdanflorin.

Stabilitas dan

Merupakan bahan higroskopis yang stabil.

penyimpanan

Penyimpanan pada wadah tertutup rapat di tempat


yang kering dan sejuk.

c. Formula tablet asetosal


Formula tablet asetosal
Bahan

Jumlah (mg/tablet)

Fungsi bahan

325

Zat aktif

Asetosal
Starch 1500

25.52

Avicel PH

21.33

Powdered cellulose

6.33

(Niazi, Sarfaraz K., 2009, Handbook of Pharmaceutical Manufacturing


Formulations: Compressed Solid Products, Pharmaceutical Scientist, Inc.,
Illinois, USA)

d. Cara pembuatan tablet asetosal


e. Uji dan evaluasi sediaan
Evaluasi serbuk
(1) Kecepatan alir serbuk
Sebanyak 50 gram serbuk dimasukkan kedalam corong uji waktu alir.
Penutup corong dibuka sehingga serbuk keluar dan ditampung pada
bidang datar. Waktu alir serbuk dicatat. Kecepatan alir granul yang
baik adalah kurang dari 100 gram / 10 detik. Kecepatan alir dapat
dihitung dengan persamaan :
kecepatan alir =

berat granul (gram)


waktu(detik)

Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali(1).


(2) Sudut diam
Sebanyak 50 gram serbuk dimasukkan kedalam corong uji waktu alir.
Kemudian sumbatan dibuka sehingga terbentuk tumpukan granul

berbentuk kerucut pada bidang datar yang telah disiapkan kertas


milimeter blok tepat di bagian bawah corong. Tinggi dan diametr
granul diukur untuk mengetahui sudut diam granul. Sudut diam yang
baik antara 24-25(1).
Sudut diam dapat dihitung dengan persamaan berikut:
tinggi
tan =
0,5 diameter
Parameter sudut diam sebagai berikut:
Sudut Diam (derajat)

Keterangan

25-30

Excellent

31-35

Good

36-40

Fair-aid not needed

41-45

Passable-may hang up

46-55

Poor-must agitate, vibrate

56-65

Very poor

>66

Very, very poor

(3) Tapped Density


Ditimbang sebanyak 100 gram pada gelas ukur 250 ml (Vo) dan di
tapping 500 kali (Vf). Pengujian dilakukan sebanyak 3 kali replikasi.
Pengukuran % kompresibilitas berdasarkan: (3)
Compressibility Index:
100 (V0 Vf)/V0
(4) Uji kadar air
Uji kadar dilakukan dengan alat moisture balance dan didalamnya
dimasukkan serbuk yang telah dikeringkan. Sebanyak 0,5 gram
serbuk dimasukkan ke dalam alat moisture balance. Ditutup
penutupnya dan dicatat hasil kadar yang muncul pada alat tersebut.

Uji sifat fisik tablet


(1) Kekerasan
Diambil 20 tablet secara acak. Tablet diletakkan satu persatu pada
posisi yang ada pada alat, lalu baca angka yang ditunjukkan pada alat.

Syarat uji kekerasan tablet besar adalah sebesar 7-10 kg/cm2 dan tablet
kecil sebesar 4-6 kg/cm2(1).
(2) Kerapuhan
Diambil 20 tablet, dibebas debukan dengan menggunakan vakum,
kemudian ditimbang. Dimasukkan ke dalam alat friabilator, diatur
putaran sebanyak 100 putaran 4 menit (25 rpm). Setelah selesai, tablet
dibebas debukan lagi menggunakan vakum dan ditimbang kembali.
Kerapuhan tablet dinyatakan dalam selisih berat awal dan akhir tablet
dibagi bobot tablet mula-mula dan dikalikan 100%.
W1-W2
% Kerapuhan tablet=
100%
W1
Kriteria: Kerapuhan tablet harus <1%(3).
(3) Keseragaman
b) Keseragaman bobot
Uji keseragaman bobot dilakukan dengan cara ditimbang seksama 10
tablet satu-persatu. Dihitung nilai penerimaan(4).
c) Keseragaman ukuran
Uji keseragaman ukuran dilakukan dengan cara sepuluh tablet diukur
keseragaman ukuran satu per satu, mengukur diameter menggunakan
jangka

sorong

dan

mengukur

ketebalan

menggunakan

mikrometerisekrup. Kecuali dinyatakan lain diameter tablet tidak


boleh lebih dari tiga kali tebal tablet dan tidak kurang dari satu
sepertiga tebal tablet(1).
(4) Waktu hancur (disintegrasi)
Masukkan 1 tablet pada masing-masing 6 tabung dari keranjang pada
alat disintegrasi. Jalankan alat, gunakan air dengan suhu 372o. Semua
tablet harus hancur sempurna(4).
(5) Disolusi tablet
Media disolusi : 500 ml dapar asetat 0,05 M yang dibuat dengan
mencampur 2,99 g natrium asetat trihidrat dan 1,66 ml asam asetat
glasial P dengan air hingga 1000 ml.
Isi chamber disolusi dengan dapar asetat pH 4,50,5 sebanyak 500 ml,
kemudian pasang padle pada setiap chamber disolusi dan pasang pipet
volume 5 ml. Masukkan tablet aspirin. Nyalakan alat disolusi dengan
pengaturan waktu selama 30 menit dengan kecepatan 50 rpm. Diambil

sebanyak 5 ml larutan disolusi pada menit ke-30, kemudian disaring


dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 265 nm, serta
absorbansi larutan baku asam asetilsalisilat BPFI dalam media yang
sama dan pada panjang gelombang yang sama.
Toleransi dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari 80%
C9H8O4, dari jumalah yang tertera pada etiket(4).
f. Metode analisa
Analisa kadar asetosal menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi.
Kondisi KCKT:
Fase gerak: metanol dan dapar fosfat (80:20)
Kolom: C18
Laju alir: 0,8 ml/menit
Volume injeksi: 20l
Detektor: UV 265 nm
Larutan asam ortofosfat 5%: Akuabides 2 ml dipipet ke dalam lanu ukur
10 ml kemudian dipipet asam ortofosfat sebanyak 0,6 ml. Ditambahkan
akuabides hingga tanda batas.
Larutan dapar fosfat 0,016 M pH 4,6: Kalium dihidrogen ortofosfat
0,2125 g dilarutkan dengan 80 ml akuabides dalam gelas beker 100 ml, pH
disesuaikan menjadi 4,6 menggunakan asam ortofosfat 5%. Larutan
dipindah ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan akuabides hingga
tanda batas.
Pembuatan fase gerak metanol:dapar fosfat (80:20): Disiapkan 400 ml
metanol dalam labu 500 ml. Dapar fosfat 100 ml ditambahkan ke dalam
labu, kemudian disaring dan diultrasonikasi.
Pembuatan larutan standar aspirin 1000 ppm: Timbang serbuk standar
aspirin 50 mg. Masukkan ke dalam labu ukur 50 ml menggunakan pelarut
metanol hingga tanda batas. Kemudian dihomogenkan menggunakan
ultrasonik.
Pembuatan larutan stok 500 ppm: Dari larutan standar aspirin 1000 ppm
ambil 25 ml. Masukkan dalam labu ukur 50 ml, tambahkan menggunakan
pelarut metanol hingga tanda batas. Kemudian dihomogenkan menggunakan
ultrasonik.
Kurva baku: Buat larutan kurva baku konsentrasi 20, 40, 60, 80, dan 100
ppm. Ambil dari larutan baku 500 ppm masing-masing 0,4 ml; 0,8 ml; 1,2
ml; 1,6 ml; 2 ml. Masukkan dalam labu ukur 10 ml. Tambahkan metanol
hingga tanda batas dan homogenkan dengan ultrasonik.

Preparasi sampel dan penetapan kadar sampel aspirin: Timbang 20


tablet kemudian digerus. Timbang seksamaserbuk sampel setara 100 mg
aspirin.Masukkan ke dalam labu ukur 25 ml. Tambahkan metanol hingga
tanda

batas.Homogenkan

dengan

ultrasonik

10

menit.

Saring

menggunakan mikrofilter dan injeksikan sebanyak 20 l pada alat KCKT.


Lakukan 3x replikasi.
g. Kemasan(DIBIKIN OBY)

Referensi
1. Hariandja, ES. Safitri, K.,Analisis Proses Pengembangan Produk Baru
Berdasarkan Kinerja R&D Di PT. Bio Farma, Bandung. Prosiding Seminar
Nasional Manajemen Teknologi IX. 2009.
2. Surbhi G, Seema S, Gurpreet S, Rana A.C. Industrial Process Validation of
Tablet Dosage Form: An Overview. International Resarch Journal of
Pharmacy. 2012; 3(3): 48 54.
3. ICH. 2000. Good Manufacturing Practice Guide for Active Pharmaceutical
Ingredient : Q7. ICH Harmonised Tripartite Guidline. USA
4. ICH. 2005. Validation of Analytical Procedures: Text and Methodology
Q2(R1).ICH Harmonised Tripartite Guidline. USA
5. Peraturan Kepala BPOM RI no HK.04.1.33.12.11.09937 tahun 2011 tentang
tata cara pembuatan obat yang baik.
6. Anonim. 2011. Keputusan Badan Pengawas Obat dan Makanan No.
HK.03.1.23.10.11.08481 tahun 2011 tentang Kriteria dan Tata Laksana
Registrasi Obat. Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia,
Jakarta.
7. DAPUS MBAK DIFLA
8. Monografi asetosal
9. Monografi amilum
10. Monografi Avicel
11. Monografi powdered cellulose
12. Formula = Niazi
13.

Anda mungkin juga menyukai