LEUKEMIA AKUT
Di susun oleh
Listya Dwi Puspitasari
( 08613123 )
Fifin Yuniastuti
( 08613126 )
( 08613127 )
( 08613135 )
Diah Istiyaningsih
( 08613138 )
( 08613140 )
Mufidah
( 08613141 )
PENDAHULUAN
Kanker adalah penyakit yang tidak mengenal status sosial dan dapat manyerang siapa
saja dan muncul akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah
menjadi sel kanker dalam perkembangannya. Sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian
tubuh lainnya sehingga dapat menimbulkan kematian. Menurut American Cancer Society,
kanker adalah kelompok penyakit yang ditandai oleh pertumbuhan dan penyebaran sel
abnormal yang tidak terkendali(1).
Tiga karakter ganas inilah yang membedakan kanker dari tumor jinak. Sebagian besar
kanker membentuk tumor, tetapi beberapa tidak, seperti leukemia. Cabang ilmu kedokteran
yang berhubungan dengan studi, diagnosis, perawatan, dan pencegahan kanker disebut
onkologi. Kanker dapat menyebabkan banyak gejala yang berbeda, bergantung pada lokasi
dan karakter keganasan, serta ada tidaknya metastasis. Diagnosis biasanya membutuhkan
pemeriksaan mikroskopik jaringan yang diperoleh dengan biopsi. Setelah didiagnosis, kanker
biasanya dirawat dengan operasi, kemoterapi, atau radiasi. Kebanyakan kanker menyebabkan
kematian. Kanker adalah salah satu penyebab utama kematian di negara berkembang.
Kebanyakan kanker dapat dirawat dan banyak disembuhkan, terutama bila perawatan dimulai
sejak awal. Banyak bentuk kanker berhubungan dengan faktor lingkungan yang sebenarnya
bisa dihindari. Tumor (bahasa Latin; pembengkakan) menunjuk massa jaringan yang tidak
normal, tetapi dapat berupa "ganas" (bersifat kanker) atau "jinak" (tidak bersifat kanker).
Hanya tumor ganas yang mampu menyerang jaringan lainnya ataupun bermetastasis. Kanker
dapat menyebar melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh darah ke organ lain(2).
Pada umumnya, kanker dirujuk berdasarkan jenis organ atau sel tempat terjadinya.
Sebagai contoh, kanker yang bermula pada usus besar dirujuk sebagai kanker usus besar,
sedangkan kanker yang terjadi pada sel basal dari kulit dirujuk sebagai karsinoma sel basal.
Klasifikasi kanker kemudian dilakukan pada kategori yang lebih umum, misalnya Karsinoma,
merupakan kanker yang terjadi pada jaringan epitel, seperti kulit atau jaringan yang
menyelubungi organ tubuh, misalnya organ pada sistem pencernaan atau kelenjar. Sarkoma,
merupakan kanker yang terjadi pada tulang seperti osteosarkoma, tulang rawan seperti
kondrosarkoma, jaringan otot seperti rabdomiosarcoma, jaringan adiposa, pembuluh darah
dan jaringan penghantar atau pendukung lainnya. Leukemia, merupakan kanker yang terjadi
akibat tidak matangnya sel darah yang berkembang di dalam sumsum tulang dan memiliki
kecenderungan untuk berakumulasi di dalam sirkulasi darah. Limfoma, merupakan kanker
yang timbul dari nodus limfa dan jaringan dalam sistem kekebalan tubuh(2).
PEMBAHASAN
Leukemia; dalam bahasa Yunani leukos , "putih"; aima , "darah"), atau
lebih dikenal sebagai kanker darah merupakan penyakit dalam klasifikasi kanker (istilah
medis: neoplasma) pada darah atau sumsum tulang yang ditandai oleh perbanyakan secara tak
normal atau transformasi maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan
jaringan limfoid, umumnya terjadi pada leukosit (sel darah putih)(3).
Leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Perjalanan alamiah penyakit: akut dan kronis
Leukemia akut ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan,
dan memburuk. Apabila tidak diobati segera, maka penderita dapat meninggal dalam
hitungan minggu hingga hari. Sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit
yang tidak begitu cepat sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih
dari 1 tahun bahkan ada yang mencapai 5 tahun(4).
2. Tipe sel predominan yang terlibat: limfoid dan mieloid
a. Ketika leukemia memengaruhi limfosit atau sel limfoid, maka disebut leukemia
limfositik.
b. Ketika leukemia memengaruhi sel mieloid seperti neutrofil, basofil, dan eosinofil,
maka disebut leukemia mielositik(4).
3. Jumlah leukosit di dalam darah
a. Leukemia leukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah lebih dari normal,
terdapat sel-sel abnormal
b. Leukemia subleukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah kurang dari normal,
terdapat sel-sel abnormal
c. Leukemia aleukemik, bila jumlah leukosit di dalam darah kurang dari normal,
tidak terdapat sel-sel abnormal(4).
4. Pervalensi empat tipe utama
a. Leukemia limfositik akut (LLA) merupakan tipe leukemia paling sering terjadi
pada anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah
berumur 65 tahun atau lebih
b. Leukemia mielositik akut (LMA) lebih sering terjadi pada dewasa daripada anakanak.Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut.
c. Leukemia limfositik kronis (LLK) sering diderita oleh orang dewasa yang
berumur lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda, dan
hampir tidak ada pada anak-anak
d. Leukemia mielositik kronis (LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga
terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit(4).
LEUKEMIA AKUT
Leukemia akut dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Leukemia Limfositik akut
2. Leukemia Mielositik akut
LEUKEMIA LIMFOSITIK AKUT
Leukemia limfositik akut biasa disebut juga dengan leukemia limfoblastik akut, yaitu
leukemia yang dimulai dari sel-sel darah putih atau limfosit yang berada di dalam sumsum
tulang belakang. Pada banyak kasus, leukemia ini menyerang darah cukup cepat dan dapat
menyebar ke bagian bagian tubuh, termasuk kelenjar getah bening, hati, limpa, sistem saraf
pusat (otak dan sumsum tulang belakang), dan buah zakar (pada pria)(1).
1. EPIDEMIOLOGI
Tahun 2007 di Amerika serikat terdapat laporan kasus
kejadian kanker sebesar 1,3%, kejadian ini relatif stabil selama 20
tahun. Diperkirakann kematian disebabkan kanker 10.410 pertahun,
2% dari semua kematian disebabkan oleh leukemia akut leukemia
akut adalah penyebab utama kematian terkait kanker pada orang
lebih muda dari usia 35 tahun, tetapi jarang menyebabkan kematian
setelah usia 35 tahun. Pada orang dewasa, antara leukemia akut
dan kronis terjadi pada tingkat yang sama(5).
atau
rokok;
paparan
obat-obatan
orang
tua
beberapa
lem,
produk
pembersih,
deterjen,
dan
penari
Down syndrome
Sindrom Klinefelter
Anemia Fanconi
Bloom syndrome
Ataksia-telangiectasia
Neurofbromatosis(1).
e. Ras / etnis
Umumnya terjadi pada kulit putih daripada di Afrika Amerika,
tetapi alasan untuk hal ini belum jelas(1).
f. Jenis kelamin
Umumnya terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Alasan
untuk ini tidak diketahui(1).
g. Memiliki saudara kembar identik
Banyak dokter merasakan peningkatan risiko antara kembar
identik mungkin karena sel-sel leukemia yang berasal dari satu janin
dalam rahim(1).
h. Faktor risiko yang belum terbukti atau kontroversial
Faktor lain yang telah dipelajari meliputi:
Merokok
4. PENEGAKAN DIAGNOSIS
Tes laboratorium yang digunakan untuk mendiagnosa dan mengklasifikasikan
limfositik akut leukemia
a. Jumlah sel darah dan blood cell exam
b. Tes ini melihat angka-angka dari berbagai jenis sel darah dan bagaimana
mereka terlihat di bawah mikroskop. Kebanyakan pasien dengan ALL
memiliki terlalu banyak sel darah putih matang dalam darah mereka, dan tidak
cukup sel darah merah atau platelet.
c. Blood chemistry dan koagulasi tes(1).
Tes darah kimia mengukur jumlah bahan kimia tertentu dalam darah, tetapi
mereka tidak digunakan untuk mendiagnosa leukemia. Pada pasien yang sudah
diketahui memiliki ALL, tes ini dapat membantu mendeteksi masalah hati atau
ginjal yang disebabkan oleh sel-sel penyebaran leukemia atau efek samping
dari obat kemoterapi tertentu (1).
d. Tes rutin di bawah mikroskop
Setiap sampel yang diambil (darah, sumsum tulang, jaringan kelenjar getah
bening, atau CSF) yang dilihat di bawah mikroskop oleh ahli patologi (dokter
yang mengkhususkan diri dalam tes laboratorium) dan dapat ditinjau oleh
pasien hematologi / onkologi (dokter yang mengkhususkan diri pada kanker
dan penyakit darah) (1).
e. Cytochemistry
Dalam tes cytochemistry, sel-sel yang terkena noda kimia (pewarna) yang
bereaksi hanya dengan beberapa jenis sel-sel leukemia. Noda ini menyebabkan
perubahan warna yang dapat dilihat di bawah mikroskop, yang dapat
membantu dokter menentukan apa jenis sel yang terlibat(1).
f. Arus cytometry dan imunohistokimia
Flow cytometry sering digunakan untuk melihat sel-sel dari sumsum tulang,
kelenjar getah bening, dan sampel darah. Hal ini sangat membantu dalam
menentukan jenis yang tepat dari leukemia(1).
g. Sitogenetik
Untuk tes ini, kromosom (untai panjang DNA) yang dilihat di bawah
mikroskop untuk mendeteksi perubahan apapun(1).
Ini adalah tes DNA yang sangat sensitif yang juga dapat menemukan beberapa
perubahan kromosom terlalu kecil untuk dilihat dengan mikroskop, bahkan
jika sel-sel leukemia sangat sedikit yang hadir dalam sampel(1).
j. Pencitraan tes
Tes pencitraan menggunakan x-ray, gelombang suara, medan magnet, atau
partikel radioaktif untuk menghasilkan gambar bagian dalam tubuh. Tes
pencitraan mungkin dilakukan pada orang dengan ALL, tetapi mereka lebih
sering dilakukan untuk mencari infeksi atau masalah lainnya, bukan leukemia
itu sendiri(1).
5. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya gejala klinis ALL menggambarkan kegagalan sumsum tulang
atau keterlibatan ekstramedular oleh sel leukemia. Akumulasi sel-sel limfoblas ganas
di sumsum tulang menyebabkan kurangnya sel-sel normal di darah perifer dan gejala
klinis dapat berhubungan dengan anemia, infeksi, dan perdarahan(7).
Pada ALL, sel induk terlalu banyak berkembang menjadi limfosit atau
limfoblast. Sel-sel tersebut biasa disebut dengan sel leukemik. Sel leukemik tidak
mampu melawan infeksi dengan cukup baik. Karena meningkatnya sel leukemik di
sumsum tulang belakang dan darah, ruang untuk sel darah putih yang sehat, sel darah
merah dan platelet menjadi sempit dan menyebabkan anemia, ataupun perdarahan(7).
6. MANIFESTASI KLINIS
Gejala
umum
hasil
dan
gambaran
tanda
sel-sel
ganas
menggantikan,
normal dapat
menekan progenitor
hematopoietik
infiltrasi
ke
dalam
extramedullary.
sel
dan
ruang
epistaksis. palpitasi. dispnea saat aktivitas, kejang, sakit kepala, atau diplopia.
Suhu sering meningkat dan mungkin disebabkan oleh penyakit atau infeksi;
ekimosis atau petekie; nyeri testis yang membesar, splenomegali hepatomegali
dan / atau limfadenopati, dan, jarang, kecil, berwarna biru kehijauan kumpulan
sel-sel leukemia di bawah kulit (chloromas)(5).
7. TERAPI FARMAKOLOGI
Keberhasilan treatment untuk LLA pertama kali dikembangkan pada anakanak. Terapi utama untuk LLA adalah dengan kemoterapi yang terbagi menjadi 3 fase:
a. Remission induction
b. Consolidation therapy
c. Maintenance therapy ( pemeliharaan)
Ketika didiagnosis leukemia, biasanya dalam tubuh terdapat sekitar 100 miliar sel-sel
leukemia. Dimana dengan terapi induksi selama 1 bulan cukup untuk mencapai remisi
dengan membunuh sekitar 99,9% sel-sel leukemia meskipun masih menyisakan
sekitar 100 juta sel leukemia dalam tubuh. Sisa sel tersebut juga harus dihancurkan.
Akan lebih intensif dengan program terapi konsolidasi selama 4 sampai 8 minggu dan
terapi maintenance sekitar 2 tahun, terapi tersebut akan membantu dalam
menghancurkan sel-sel kanker yang tersisa(1).
Pada terapi induksi bertujuan untuk mencapai remisi. Terapi ini menunjukkan
bahwa sel-sel leukemia tidak lagi ditemukkan dalam sample sumsum tulang, sehingga
sel sumsum tulang kembali normal dan jumlah darah menjadi normal(1). Nilai CR
(complete remission) sekitar 97% sampai 99% pada anak-anak yang diterapi dengan
obat
vincristine,
dexamethasone
atau
prednisone,
dan
asparaginase
atau
vincristine dan prednisone. Karena pada orang dewasa memiliki resiko yang tinggi,
maka biasanya pada orang dewasa menerima terapi induksi yang lebih intensif.
Beberapa studi menunjukkan bahwa penggantian dosis tinggi dari methotrexate dan
cytarabine dengan difraksinasi cyclophosphamide ditambah vincristine, doxorubicin,
dan dexamethasone dapat meningkatkan kelangsungan atau kualitas hidup pada orang
dewasa dengan kondisi LLA(5).
Terapi konsolidasi ini lebih intensif, berlangsung selama 4 sampai 8 minggu.
Terapi ini bertujuan untuk mengurangi sel-sel leukemia yang masih tersisa dalam
tubuh. Beberapa kombinasi obat digunakan untuk mencegah berkembangnya
resistensi dari sel-sel leukemia yang tersisa. Pada anak-anak dengan kondisi LLA
resiko standar biasanya diobati dengan obat-obatan seperti metotreksat dan 6mercaptopurine atau 6-thioguanine, dapat juga ditambahkan vincristine, Lasparaginase dan atau prednison. Kemudian untuk anak-anak dengan kondisi LLA
resiko tinggi umumnya menerima regimen obat yang lebih intens dari terapi ini. Obat
tambahan seperti L-asparaginase, doxorubicin, etoposid, siklofosfamid, dan sitarabin
sering digunakan dan deksametason digantikan prednison (karena penetrasi SSP yang
lebih baik untuk mencegah meningitis leukemia)(1)
Banyak pasien dengan kondisi LLA yang mengalami kekambuhan setelah
menyelesaikan terapi induksi dan konsolidasi, hal tersebut terjadi dimungkinkan
karena masih adanya sel-sel leukemia yang tersisa. Maka dari itu perlu dilakukan
terapi pemeliharaan dengan penggunaan obat jangka panjang yang memungkinkan
untuk membagi/ membelah paparan sel-sel secara perlahan. Kemudian memperkuat
sistem kekebalan tubuh untuk memberantas sel-sel leukemia dan melakukan apoptois
(proses kematian sel yang terprogram). Tujuan dari terapi pemeliharaan ini untuk
memberantas sisa dari sel-sel leukemia dan memperpanjang durasi remisi. Terapi
pemeliharaan biasanya terdiri dari mercaptopurine dan methotrexate, pada dosis
relatif kecil dihasilkan myelosupresan dengan selang pulses vincristine dan
steroid(5).
dari tubuh.
Meringankan gejala seperti rasa sakit atau penyumbatan yang disebabkan
oleh kanker.
Cure kanker(1).
sering digunakan untuk melawan kanker yang telah menyebar ke bagian lain dari
tubuh atau sering disebut metastasis(1).
Kemoterapi membunuh sel kanker. Obat ini juga dapat mempengaruhi sel-sel
normal. Tapi sel yang normal dapat memperbaiki dirinya sendiri. Perawatannya
mungkin akan menggunakan lebih dari satu obat kemo. Kombinasi ini disebut
kemoterapi. Obat-obatan bekerja sama untuk membunuh sel kanker lebih.
Cara pemberian obat kemoterapi:
Menggunakan pil atau cairan.
Vaksinasi flu.
Langsung dimasukkan ke tulang belakang, dada, perut atau menggosokkan
pada kulit.
Efek samping kemoterappi:
Mual muntah
Rambut rontok
Perubahan sumsum tulang
Mulut dan kulit kering
Perubahan dalam kehidupan seks
Masalah kesuburan
Perubahan ingatan
Perubahan kesuburan
Perawatan diri selama kemoterapi:
Banyak istirahat
Makan makanan yang sehat
Banyak olahraga
Tidak mengkonsumsi alcohol(1).
b. RADIASI
Terapi radiasi adalah penggunaan radiasi untuk mengobati kanker dan masalah
lainnya. Ada berbagai jenis radiasi. Salah satu yang mungkin Anda tahu tentang
adalah x-ray. Radiasi adalah energi yang dibawa oleh gelombang atau aliran partikel.
Ini merusak gen (DNA) dan beberapa molekul sel. Gen mengontrol bagaimana sel-sel
tumbuh dan membelah. Radiasi kerusakan gen dari sel kanker sehingga tidak dapat
tumbuh dan membelah lagi. Radiasi ini berarti dapat digunakan untuk membunuh sel
kanker dan tumor menyusut. Terapi radiasi tidak seperti kemoterapi , terapi radiasi
hanya untuk perawatan tumor. Radiasi adalah pengobatan lokal. Hal ini berarti hanya
mempengaruhi bagian tubuh yang diobat.
Keberhasilan terapi radiasi:
Menyembuhkan kanker tahap awal
Menghambat penyebaran kanker di area lain
Menyembuhkan gejala(1).
c. IMUNOTERAPI
dewasa. (acute myeloid leukemia) AML catatan untuk kebanyakan kasus leukemia
akut pada orang dewasa, dan terjadi dengan frekuensi yang meningkat di pasien lansia
laki-laki daripada perempuan. Ada sekitar 4 kasus AML per 100.000 individu.
Kejadian AML meningkat dengan usia dari 1,8 per 100.000 pada individu lebih
muda dari usia 65 tahun untuk 17,9 per 100.000 pada mereka yang berusia 65 tahun
atau lebih. Leukemia akut sedikit lebih umum pada. Di Amerika , leukemia akut lebih
umum pada kulit putih dari pada kalangan Afrika Amerika, Indian Amerika,dan etnik
hispanil(5).
2. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari leukemia akut tidak diketahui. Namun sebuah proses
multifaktorial yang melibatkan genetik, faktor lingkungan, sosial, ekonomi, racun,
status imunologi, dan paparan virus sangat memungkinkan. Sampai saat ini faktor
infeksi dan genetik memiliki hubungan yang paling kuat terkait dengan penyebab
terjadinya leukemia akut. Faktor resiko yang berhubungan dengan kejadian LMA
yaitu paparan dari agen alkilating atau epipodophylotoxins, kondisi klinik yang
terpapar oleh radiasi ionik, paparan benzen dan peptisida(5).
3. FAKTOR RESIKO
Faktor resiko merupakan suatu pemicu yang menyebabkan sesorang menderita
penyakit, seperti kanker. Salah satu contohnya adalah membiarkan kulit terkena sinar
matahari yang memaparkan sinar UV kuat merupakan salah satu faktor resiko kanker
kulit. Merokok juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker. Tetapi tidak
semua atau beberapa faktor resiko yang kita alami menimbulkan penyakit, ada banyak
orang yang menderita penyakit tetapi tidak diketahui faktor resiko yang terjadi.
Bahkan jika seseorang memiliki faktor resiko kanker, sangat sulit sekali untuk
mengetahui seberapa besar kontribusi kanker dalam tubuh(1).
Berikut beberapa faktor resiko yang dapat menyebankan leukemia myeloid akut
(AML):
Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor resiko yang menyebabkan AML.
Paparan Bahan Kimia(1).
Resiko kedua penyebab terjadinya AML yaitu terkena atau terpapar bahan
radiasi(1).
Kelainan Darah
Seorang yang memiliki kelainan darah akan dapat menyebabkan peningkatan
resiko AML. Ini merupakan gangguan myeloproliferative kronis seperti
polisitemia vera, trombositopenia, dan myelofibrosis idiopatik. Myelogenous
leukimia
kronis
(CML)
merupakan
jenis
lain
dari
gangguan
AML(1).
Sindrom Bawaan
Tidak semua AML terjadi karena sindrom bawaan. Tetapi ada beberapa
sindrom bawaan dengan perubahan genetik yang dapat menimbulkan atau
4. PENEGAKAN DIAGNOSIS
Setelah dilakukan pengambilan sample darah, dilakukan tes laboratorium untuk
menegakkan diagnosa dan mengklasifikasikannya. Satu atau lebih tes laboratorium
yang akan dijalani untuk menentukan subtipe spesifik dari AML. Tesnya dapat
berupa:
Cytochemistry
Untuk tes ini, sel-sel yang terinfeksi bahan kimia (pewarna) yang bereaksi
menunjukkan jenis sel leukimia.
Sitogenetik
Sinar-X
5. PATOFISIOLOGI
Hematopoiesis normal, ada sekelompok sel induk mengalami diferansiasi,
proliferasi dan pematangan untuk pembentukan sel- sel darah yang matang dapt
terlihat dalam sirkulasi perifer. Sel myeloid untuk menimbulkan 6 jenis sel darah
(eritrosit, trombosit, monosit, basofil, neutrofil, dan eosinofil), sedangkan sel induk
limfoid untuk membentuk limfosit B dan T pada sirkulasi. Leukimia dapat
berkembang pada setiap tahap dalam setiap baris sel. AML dan ALL, keduanya timbul
dari sebuah sel leukemia tunggal yang berkembang dan mendapatkan mutasi, yang
berpuncak pada populasi monoklonal leukemia sel. Ada kegagalan dalam menjaga
keseimbangan relatif antara proliferasi dan diferenisasi, sehingga sel tidak dapat
membedakan bagian tahap hematopoiesis. Sel (lymphoblasts atau myeoblasts)
berkembang tidk terkendali proliferasi, diferensiasi, dan apoptosis di bawah kontrol
genetik, dan leukemia dapat terjadi ketika kesimbangan proses tersebut diubah. AML
mungkin timbul dari cacat sel induk prulipoten atau kerja lebih dari tanda myeloid.
Sehingga dalam bagian deferensiasi dan tanda proliferasi myeiloid membentuk sel
darah belum matang. Bentuk AML menunjukan pola yang berbeda dan resisten
terhadap kemoterapi lebih jelas pada orang dewasa(5).
6. MANIFESTASI KLINIS
Hampir sama dengan leukemia limfoblastik akut yaitu :
gejala tidak jelas, seperti kelelahan, kurang toleransi latihan dan "kurang
epistaksis. palpitasi. dispnea saat aktivitas, kejang, sakit kepala, atau diplopia.
Suhu sering meningkat dan mungkin disebabkan oleh penyakit atau infeksi;
ekimosis atau petekie; nyeri testis yang membesar, splenomegali hepatomegali
dan / atau limfadenopati, dan, jarang, kecil, berwarna biru kehijauan kumpulan
sel-sel leukemia di bawah kulit (chloromas)(5).
7. TERAPI FARMAKOLOGI
Beberapa obat yang biasa digunakan untuk mengobati AML meliputi:
Sitarabin (sitosin arabinoside atau ara-C)
Anthracycline obat-obatan seperti daunorubisin (juga dikenal sebagai
daunomisin), idarubicin, atau mitoxantrone
6-thioguanine (6-TG)
HU (Hydrea )
Kortikosteroid obat, seperti prednison atau deksametason (Decadron
)
Methotrexate
6-mercaptopurine (6-MP)(1).
Obat yang dikenal sebagai faktor pertumbuhan, seperti G-CSF (filgrastim,
Neupogen ) dan GM-CSF (Sargramostim, Leukine ), kadang-kadang diberikan
untuk meningkatkan jumlah sel darah putih selama kemoterapi, untuk mengurangi
kemungkinan infeksi. Namun, tidak jelas apakah mereka
keberhasilan pengobatan(1).
Jika jumlah sel darah putih Anda sangat rendah selama pengobatan, Anda
dapat membantu Anda mengurangi
paparan kuman. Selama waktu ini, dokter Anda mungkin mengatakan kepada Anda
untuk:
cetakan.
Pastikan orang lain mencuci tangan mereka ketika mereka datang dalam
mungkin karena mereka tidak dapat mentolerir rejimen dosis tinggi. Dosis pembatas
neurotoksisitas dalam kelompok dosis tinggi lebih besar pada lansia . Tidak jelas
apakah agen yang sama (sitarabin dan anthracycline) untuk induksi remisi yang
diberikan sebaiknya digunakan untuk postremission terapi pada dosis yang lebih
tinggi, atau apakah agen yang berbeda yaharus diberikan. Jika kekambuhan leukemia
disebabkan oleh garis sel resisten, maka penggunaan agen yang berbeda yang bersifat
non-resisten silang dengan obat yang digunakan dalam induksi mungkin akan
bermanfaat. Dosis tinggi sitarabin tampaknya menjadi bagian penting dari
postremission terapi, terutama jika tidak digunakan dalam terapi induksi. Masih
banyak pertanyaan, seperti dosis optimal (g/m2), jumlah dosis per siklus, dan jumlah
siklus dosis tinggi cytarabine. Di antara pasien dengan pusat faktor yang mengikat
AML, ditetapkan sebagai keberadaan salah satu t (8;21) atau inv (16), sudah jelas
bahwa beberapa siklus bermanfaat, umumnya 3-4 siklus. Pedoman NCCN
merekomendasikan empat siklus dosis tinggi cytarabine untuk orang dewasa lebih
besar dari usia 60 tahun dan dengan Sitogenetika baik atau, alternatif, satu siklus dosis
tinggi cytarabine diikuti oleh auto HSCT. Pasien dengan risiko menengah
Sitogenetika harus menerima 4 siklus dosis tinggi cytarabine atau menjalani baik
secara autoHSCT atau alogenik HSCT. Jika pasien 60 tahun atau lebih tua, dosis
standar cytarabine dengan atau tanpa anthracycline selama satu hingga dua siklus,
dengan mengurangi dosis dosis tinggi cytarabine rejimen (1 sampai 1,5 g/m2 per hari
selama 4-6 dosis) selama satu hingga dua siklus, dalam suatu uji klinis
direkomendasikan. Pasien dengan risiko tinggi Sitogenetika, MDS dasar, atau
sekunder AML baik harus terdaftar dalam percobaan klinis atau dirujuk untuk salah
satu yang cocok atau pendonor allo HSCT(5).
8. TERAPI NON FARMAKOLOGI
Terapi non farmakologis dari AML sama dengan ALL
DAFTAR PUSTAKA
(1) American Cancer Society, 2010, Acute Lymphocit Leukemia, available at
www.cancer.org, diakses tanggal 11 Desember 2011
(2) Anonim, 2010, Cancer, available at www.wikipedia.org/cancer, diakses tanggal 11
Desember 2011
(3) Simon, Sumanto, 2003, Neoplasma Sistem Hematopoetik Leukemia, Fakultas
Kedokteran Universitas Atmajaya, Jakarta
(4) Anonim, 2010, Leukemia, available at www.wikipedia.org/leukemia, diakses tanggal
11 Desember 2011
(5) Dipiro; Joseph; T; et al, 2005, Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach, Sixth
Edition, The Mc Graw-Hill Companies, New York
(6) American Cancer Society, 2010, Acute Myeloid Leukemia, , available at
www.cancer.org, diakses tanggal 11 Desember 2011
(7) National Cancer Institute, 2010, Acute Lymphocit Leukemia, available at
www.cancer.gov, diakses tanggal 11 Desember 2011