Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KHUSUS

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)


DI APOTEK KIMIA FARMA
Jl. KH. Ahmad Dahlan No 121 Solok

“DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI”

Oleh:
Megaraswita S, S.Farm
No. BP: 1841012103

Pembimbing 1 : Okli Muliadi, S.Farm., Apt


Pembimbing 2 : Dr. Regina Andayani., M.Si., Apt

ANGKATAN II TAHUN 2018


PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS ANDALAS
03 DESEMBER 2018 – 12 JANUARI 2019
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
khusus ini dalam rangka Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Kimia
Farma Solok.

Tugas khusus ini ditujukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan


Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) pada Program Studi Profesi Apoteker,
Fakultas Farmasi Universitas Andalas, Padang. Selesainya penulisan tugas khusus
ini tidak terlepas dari dukungan, doa, dan semangat dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini, perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:

1. Orangtua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, do’a, dan motivasi
selama kegiatan PKPA.

2. Ibu Prof. Dr. Fatma Sri Wahyuni, S.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Andalas.

3. Ibu Deni Noviza, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Andalas.

4. Bapak Okli Muliadi, S.Farm., Apt, selaku pembimbing I yang telah


memberikan fasilitas dan bimbingan selama PKPA Apotek.

5. Ibu Dr. Regina Andayani., M.Si., Apt selaku pembimbing II yang telah
memimbing penulis selama kegiatan PKPA Apotek.

6. Seluruh Tenaga Teknis Kefarmasian dan Karyawan/ti di Apotek Solok atas


segala bantuan, ilmu, dan bimbingannya selama kegiatan PKPA Apotek.

7. Rekan-rekan mahasiswa/i Program Studi Profesi Apoteker Angkatan II Tahun


2018, Fakultas Farmasi Universitas Andalas.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik


dan saran atas ketidaksempurnaan laporan akhir ini. Semoga laporan akhir ini

ii
dapat bermanfaat dikemudian hari dan semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua. Aaamiiin.

Solok, September 2018


Wassalam

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii

iii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II TINJAUAN KASUS 3
2.1 Resep 3
2.2 Deskripsi Pasien 4
2.3 Penyakit 5
2.4 Pengkajian Resep 11
BAB III TINJAUAN KOMPETENSI 20
3.1 Aspek Praktek Profesional, Legal, dan Etis 20
3.2 Aspek Optimalisasi Penggunaan Sediaan Farmasi 20
3.3 Aspek Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 20
3.4 Aspek Formulasi dan Pembuatan Sediaan Farmasi 21
3.5 Aspek Komunikasi dan Kolaborasi 22
3.6 Aspek Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan 22
3.7 Aspek Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 22
3.8 Aspek Kepemimpinan dan Manajemen Diri 25
3.9 Aspek Peningkatan Kompetensi Profesi 25
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 26
4.1 Kesimpulan 26
4.2 Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

Penyakit hipertensi dan diabetes mellitus merupakan penyakit yang jadi


perhatian di masyarakat, karena kedua penyakit ini merupakan penyakit kronik yang
sering dialami oleh sebagian masyarakat baik hipertensi maupun diabetes mellitus
dan bahkan seseorang dapat mengalami komplikasi keduanya (Bakri, et al., 2004).
Kedua penyakit tersebut merupakan penyakit degeneratif dan merupakan penyakit
yang belum bisa disembuhkan tetapi bisa dikendalikan agar tidak terjadi komplikasi.
Di Indonesia jumlah penderita diabetes minimal 2.5 juta pada tahun 2000
menjadi 4 juta dan tahun 2010 minimal 5 juta (Tjokroprawiro, 2006). Menurut data
yang dipublikasikan dalam jurnal diabetes care tahun 2004, penderita Diabetes
Mellitus di Indonesia pada tahun 2000 mencapai 8,4 juta orang dan menduduki
peringkat ke-4 setelah India China dan Amerika Serikat. Jumlah tersebut diperkirakan
akan meningkat lebih dari 2 kalinya pada tahun 2030, yaitu menjadi 21.3 juta orang
(Wild et al., 2004). Statistik menunjukan bahwa kurva kejadian diabetes mencapai
puncaknya pada umur antara 40 dan 60 tahun. Pada umur 44 sampai 70 tahun
diabetes lebih banyak terdapat pada wanita, tetapi pada umur yang lebih muda
frekuensi diabetes lebih besar pada pria (Haznam, 1991).
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang banyak terdapat di negara
maju maupun yang sedang berkembang. Di Amerika Serikat diperkirakan 20%
penduduknya mempunyai tekanan darah lebih daripada 160/90 mmHg. Di Indonesia
prevalensi belum diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan antara 8.8- 11,8%
(Muhimam dan Tjokronegoro, 1983).
Kejadian hipertensi pada penderita diabetes melitus lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan penderita tanpa diabetes melitus, dan pada beberapa penelitian
dibuktikan, kenaikan tersebut sesuai dengan kenaikan umur dan lama menderita
diabetes. Diperkirakan 30-60% penderita diabetes melitus mempunyai hubungan
dengan hipertensi. Munculnya diabetes berhubungan erat dengan adanya zat
angiotensin II dalam penderita hipertensi. Angiotensin II adalah mikrovaskular
penghambat aliran darah dalam tubuh yang mengakibatkan hipertensi. Namun, zat itu
juga menghambat produksi pelepasan insulin. Akibatnya, penderita hipertensi bisa

1
terkena penyakit baru, yaitu diabetes mellitus. Sedankan pada pasien yang telah
menderita diabetes mellitus munculnya hipertensi disebabkan karena hiperglikemia
yang dapat meningkatkan angiostensin II sehingga dapat menyebabkan hipertensi.
Kadang dengan adanya penyakit komplikasi seperti diatas dapat menimbulkan
kejadian Drug Related Problems (DRPs), bisa saja obat diabetes dapat memperburuk
keadaan hipertensinya atau obat hipertensi dapat meningkatkan kadar glukosa darah
pasien.
Pelayanan Kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya
berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan
komprehensif meliputi pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Salah satu sarana pelayanan kefarmasian
yaitu Apotek tempat praktek kefarmasian oleh seorang apoteker. Pelayanan
kefarmasian di apotek meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu pelayanan farmasi klinik dan
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai. Seorang apoteker harus mampu dalam menjalankan
serta menyeimbangkan kedua kegiatan tersebut.

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker,
baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan
obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Pelayanan resep dimulai dari
penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai termasuk peracikan obat, pemeriksaan,
penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep
dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error)
(Permenkes, 2014).

Salah satu bentuk kesalahan medikasi (medication error) adalah salah


persepsi antara penulis dengan pembaca resep, kegagalan komunikasi dan salah
interpretasi antara dokter dengan apoteker merupakan salah satu faktor kesalahan
medikasi (medication error) yang berakibat fatal bagi pasien. Adapun salah satu cara
untuk menghindari hal tersebut resep harus ditulis dengan jelas. Selain itu, apoteker
harus berupaya mencegah dan meminimalkan masalah yang terkait obat (Drug
Related Problem) dengan membuat keputusan profesional untuk tercapainya
pengobatan yang rasional.

2
Salah satu usaha untuk tercapainya pengobatan yang rasional, apoteker dapat
meminimalkan masalah yang terkait obat dengan melakukan pengkajian resep sesuai
persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis. Kegiatan ini
bertujuan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat pada resep, pemberian
informasi yang tidak benar dan mencegah terjadinya kesalahan dalam penulisan
resep. Jika ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep.

3
BAB 2
TINJAUAN KASUS

2.1 Resep

Resep dari dr. Helmilia Febrie


Tertanggal 12 Desember 2018
Untuk pasien Yandesi

R/ Amlodipin 5 mg no XXX
S 1dd tab 1
R/ Allupurinol 100 mg no XXX
S 1dd tab 1
R/ Metformin 500 mg no LX
S 2dd tab 1
R/ Aspilet 80 mg no XXX
S 1dd tab 1
R/ Simvastatin 20 mg no XXX
S 1dd tab 1
R/ Candesartan 8 mg no XXX
S 2dd tab 1
R/ Asam folat no LX
S 2dd tab 1

2.2 Deskripsi Pasien

Ibu Yandesi datang ke Praktek dokter umum dr.Helmilia Febrie pada tanggal 12
Desember 2018. Oleh dr. Helmilia Febrie diberikan obat seperti pada resep. Pada hari
yang sama, pasien Erlinda Rais kemudian menebus obatnya di Apotek Kimia Farma
Solok. Dari resep dan setelah konfirmasi ke pasien, diketahui bahwa diagnosanya
adalah komplikasi Diabetes Mellitus, hipertensi dan arthritis gout dan pasien sedang
dalam tahap pengobatan lanjutan.

4
2.3 Penyakit

2.3.1 Diabetes Mellitus

a. Pengertian

Diabetes mellitus (kencing manis) merupakan penyakit menahun dengan


komplikasi yang baru terlihat lima belas atau dua puluh tahun kemudian. Kata
diabetes sendiri berarti kencing dan mellitus dalam bahasa Latin berarti madu (mel).
Jadi penyakit ini bisa pula diartikan sebagai penyakit (banyak atau sering) atau
kencing dengan arti seni yang manis. Penyebab penyakit gula yaitu terjadinya
penumpukan gula darah yang membuat kadar naik sehingga di atas nilai normal, yaitu
melebihi 100 mg% dalam keadaan puasa dan 140 mg% saat 2 jam sesudah makan.
Penyakit diabetes mellitus ditandai oleh hiperglisemia serta gangguan-gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang bertalian dengan defisiensi absolut
atau relative aktivitas dan / atau sekresi insulin (Waspadji, 2007).

b. Gejala dan Faktor resiko

Diabetes Mellitus sudah lama diketahui bahwa diabetes merupakan penyakit


keturunan. Artinya bila orang tuanya menderita diabetes, anak-anaknya kemungkinan
akan menderita diabetes juga. Tetapi faktor keturunan saja tidak cukup, diperlukan
faktor lain yang disebut faktor risiko atau faktor pencetus misalnya, adanya infeksi
virus (pada DM tipe 1), kegemukan, pola makan yang salah, minum obat yang dapat
menaikkan kadar glukosa darah, proses menua, stres dan lain-lain. Gejala diabetes
yang klasik adalah adanya rasa haus yang berlebihan, sering kencing terutama malam
hari dan berat badan turun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang ada keluhan
lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan
kabur, gairah seks menurun, dan luka sukar sembuh (Waspadji, 2007).

c. Klasifikasi

Berdasarkan kerja insulin penyakit diabetes mellitus dibagi menjadi 2 yaitu:

5
1. Insulin dependen diabetes mellitus (Tipe I) yaitu penyakit yang timbul pada masa
remaja disertai dengan kelainan poliendokrin dan antibodi organ spesifik.
Diabetes mellitus tipe I merupakan kegagalan sintesis insulin oleh sel-sel beta
pancreas diperkirakan terjadi karena destruksi autoimun yang menimbulkan
gangguan pengaturan glukosa dalam darah. Biasanya ditemukan pada usia
sebelum 30 tahun. Lebih jarang ditemukan dan tidak begitu dipengaruhi oleh
faktor genetik seperti halnya DMT2 (Waspadji, 2007).
2. Non-insulin dependent diabetes mellitus (Tipe II) yaitu berdasarkan gemuk atau
tidak gemuk. Diabetes tipe ini lebih sering ditemukan dibandingkan DMT1 dan
lebih cenderung berkaitan dengan riwayat DM dalam keluarga. Terjadi karena
resistensi insulin dalam jaringan perifer. Disertai dengan peningkatan kadar
insulin serum, obesitas dan gaya hidup yang tidak sehat (Tao dan Kendall, 2013).
Obesitas merupakan faktor risiko yang biasa terjadi pada diabetes tipe ini, dan
sebagian besar pasien dengan diabetes tipe 2 bertubuh gemuk. Selain terjadi
penurunan kepekaan jaringan pada insulin, yang telah terbukti terjadi pada
sebagian besar dengan pasien diabetes tipe 2 terlepas pada berat badan, terjadi
pula suatu 6 defisiensi jaringan terhadap insulin maupun kerusakan respon sel α
terhadap glukosa dapat lebih diperparah dengan meningkatya hiperglikemia, dan
kedua kerusakan tersebut dapat diperbaiki melalui manuve-manuver teurapetik
yang mengurangi hiperglikemia tersebut.
3. Diabetes Mellitus Kehamilan Diabetes mellitus kehamilan (DMK) merupakan
diabetes yang terjadi selama masa kehamilan. Wanita yang sebelumnya dikenali
sebagai penderita diabetes dan hamil tidak termasuk dalam kategori ini. DMK
terjadi pada sekitar 3% kehamilan di Negara-negara industri, dan pengenalan
klinis menjadi penting karena risiko makrosomia pada keturunan mereka
meningkat meskipun angka kematian perinatal dan malformasi kongenatal tidak
boleh besar dibandingkan kehamilan pada wanita dengan toleransi glukosa
normal. Pada kebanyakan kasus, toleransi glukosa kembali ke normal setelah
melahirkan, namun risiko seumur hidup untuk mengalami IGT dan NIDDM pada
pokoknya meningkat (Waspadji, 2007).

d. Komplikasi

6
Ada dua komplikasi yang paling sering adalah reaksi hipoglikemia dan koma
diabetik. Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan
glukosa, dengan tanda-tanda: rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan
sebagainya. Koma diabetik relawan dengan koma hipoglikemik, koma diabetik ini
timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu tinggi, dan biasanya lebih dari 600
mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering timbul adalah nafsu makan menurun, minum
banyak, kencing banyak, rasa mual muntah, napas penderita menjadi cepat dan
dalam, serta berbau aseton, sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi
dan penderita koma diabetik harus segera dibawa ke rumah sakit. Sebaliknya,
komplikasi tersebut tidak akan muncul jika perawatan Diabetes Mellitus dilaksanakan
dengan tertib dan teratur (Tjokroprawiro, 2006)

e. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan jangka pendek untuk menghilangkan keluhan dan tanda


DM, mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai target pengendalian glukosa
darah. Pada waktu jangka panjang adalah untuk menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati (PERKENI, 2011).
Pengobatan Diabetes Mellitus Terapi farmakologis diberikan bersama dengan
pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri
dari obat oral dan bentuk suntikan. Obat hipoglikemik oral, Berdasarkan cara
kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan:
1) Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonylurea dan glinid
2) Peningkat sensitivitas terhadap insulin: metformin dan tiazolidindion
3) Penghambat glukoneogenesis (metformin)
4) Penghambat absorpsi glukosa: penghambat glukosidase alfa.
5) DPP-IV inhibitor.
Penggunaan Insulin untuk Pengobatan DMT2 Insulin adalah hormone alami
yang dikeluarkan oleh pankreas. Insulin dibutuhkan oleh sel tubuh untuk mengubah
dan menggunakan glukosa darah (gula darah), dari glukosa, sel membuat energi yang
dibutuhkan untuk menjalankan fungsinya. Pasien diabetes mellitus (kencing manis)
tidak memiliki kemampuan untuk mengambil dan menggunakan gula darah, sehingga
kadar gula darah meningkat. Pada diabetes tipe I, pancreas tidak dapat memporduksi.

7
Tipe insulin terdiri dari :
1. Aksi cepat (rapid acting)
2. Aksi pendek (short acting)
3. Aksi menengah (intermediate acting)
4. Aksi lama (long-acting)
5. Campuran (Pre-mixed).
Insulin dikategorikan berdasarkan durasi kerja. Inisiasi dan penyesuaian insulin.
Insulin bertindak cepat (Lispro [Humalog], aspart [Novolog], glulisine [Apidra]) atau
insulin short-acting (Regular) digunakan dalam hubungannya dengan makanan atau
untuk mengobati diantisipasi post-prandial glukosa darah meningkat. Karena onset
dan durasi insulin rapid-acting lebih fisiologis dari insulin reguler, beberapa praktisi
lebih suka menggunakan mereka. Namun, pada pasien DM tipe 2, insulin reguler
adalah pilihan yang tepat dan lebih murah.
Insulin Intermediate (NPH dan detemir [Levemir]) biasanya diberikan dua kali
sehari. Dosis pagi menyediakan kebutuhan insulin basal siang hari, dan puncak pasca
makan siang tindakan ini dapat mengurangi kebutuhan insulin short-acting saat
makan siang. Long acting insulin, memiliki durasi aksi sekitar 24 jam. Hal ini dapat
digunakan sebagai "basal" insulin di kedua tipe 1 dan diabetes tipe 2. Hal ini sering
diresepkan dengan dosis awal 20 unit pada waktu tidur dan dititrasi oleh 2 sampai 4
unit setiap 2-3 hari untuk gula darah puasa> 130 mg / dl. Campuran dari NPH dan
insulin bertindak pendek tersedia dalam berbagai bentuk. Dua campuran yang paling
sering digunakan adalah 75/25 NPH/lispro (Humalog mix) dan 70/30 NPH / aspart
(Novolog mix).

2.3.2 Hipertensi
a. Pengertian

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan


sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi
lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Sheps, 2005).

b. Gejala

8
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi maupun
pada seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu sakit kepala,
gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak nafas, cepat marah,
telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan
penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak) yang
mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan
kelumpuhan dan gangguan kesadaran hingga koma (Cahyono, 2008).

c. Klasifikasi

Klasifikasi tekanan darah oleh JNC VII untuk pasien dewasa berdasarkan rata-
rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis
Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori, dengan nilai normal tekanan darah
sistolik (TDS)

d. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka


kesakitan dan kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal mungkin
menurunkan gangguan terhadap kualitas hidup penderita. Pengobatan hipertensi
dimulai dengan obat tunggal, masa kerja yang panjang sekali sehari dan dosis
dititrasi. Obat berikutnya mungkin dapat ditambahkan selama beberapa bulan
perjalanan terapi. Pemilihan obat atau kombinasi yang cocok bergantung pada
keparahan penyakit dan respon penderita terhadap obat antihipertensi.

9
Dikenal 5 kelompok obat lini pertama (first line drug) yang lazim digunakan
untuk pengobatan awal hipertensi, yaitu diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik
(β-blocker), penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE- 30 inhibitor),
penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin Receptor Blocker, ARB) dan
antagonis kalsium. Pada JNC VII, penyekat reseptor alfa adrenergik (α-blocker) tidak
dimasukkan dalam kelompok obat lini pertama. Sedangkan pada JNC sebelumnya
termasuk lini pertama. Selain itu dikenal juga tiga kelompok obat yang dianggap lini
kedua yaitu: penghambat saraf adrenergik, agonis α-2 sentral dan vasodilator
(Nafrialdi, 2009).
2.3.3 Arthritis Gout
a. Pengertian
Kadar asam urat yang tinggi atau hiperurisemia bisa menimbulkan penyakit
gout (penyakit akibat pengendapan kristal Mono Sodium Urat/MSU) di jaringan.
Endapan kristal Mono Sodium Urat di jaringan bisa menimbulkan berbagai macam
penyakit seperti peradangan sendi akut, peradangan sendi kronik berulang (arthritis
gout), timbulnya tofi (akibat akumulasi kristal MSU di persendian, tulang rawan, atau
jaringan lunak), terganggunya fungsi ginjal (nefropati gout), terbentuknya batu asam
urat di ginjal (Misnadiarly, 2007).
b. Gejala dan Faktor resiko

2.4 Pengkajian Resep


2.4.1 Pengkajian Administrasi
PADA RESEP
No. URAIAN
ADA TIDAK
Inscription
Identitas dokter:
1. Nama dokter Ö
2. SIP dokter Ö
3. Alamat dokter Ö
4 Nomor telepon Ö
5 Tempat dan tanggal penulisan resep Ö

Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan resep (R/) Ö
Prescriptio/Ordonatio

10
7 Nama Obat Ö
8 Kekuatan obat Ö
9 Jumlah obat Ö
Signatura
10 Nama pasien Ö
11 Jenis kelamin Ö
12 Umur pasien Ö
13 Berat badan Ö
14 Alamat pasien Ö
15 Aturan pakai obat Ö
16 Iter/tanda lain Ö
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter Ö
Kesimpulan:
Resep tersebut lengkap / tidak lengkap.
 Resep ini belum lengkap karena identitas dokter dan pasien tidak lengkap,
namun secara keseluruhan resep ini sudah tergolong lengkap/ dapat diloloskan.
Karena identitas dokter sudah diketahui jelas sebelumnya. Solusi untuk
identitas pasien yang masih kurang lengkap dapat ditanyakan langsung kepada
pasien.

2.4.2 Pengkajian Farmasetika

Obat Aspek Kajian Ada/Tidak Uraian


Amlodipin 5 Nama Ada Amlodipin 5 mg
BSO Ada Tablet
mg
Kekuatan Ada 5 mg
Jumlah Ada 30 tablet
Signa Ada Sehari satu kali satu tablet
Simpan pada tempat kering dan
Stabilitas Tidak terlindung dari cahaya, pada
suhu 15-25˚C
Ketersediaan Ada Tersedia di KFA Solok
Obat sudah dalam bentuk obat
Aturan dispensing Tidak jadi, sehingga tidak perlu
adanya dispensing khusus
Regimen literatur Medscape:
Dosis pemeliharaan: 5 – 10 mg/hari

11
Kesimpulan Tepat
Obat Aspek Kajian Ada/Tidak Uraian
Nama Ada Allupurinol
BSO Ada Tablet
Kekuatan Ada 100 mg
Jumlah Ada 30 tablet
Signa Ada Sehari satu kali satu tablet
Simpan pada tempat kering dan
Stabilitas Tidak terlindung dari cahaya, pada
suhu 15-25˚C
Ketersediaan Ada Tersedia di KFA Solok
Obat sudah dalam bentuk obat
Allupurinol
Aturan dispensing Tidak jadi, sehingga tidak perlu
100 mg
adanya dispensing khusus

Medscape :
Regimen literatur
Dosis pemeliharaan: 100 – 200 mg/hari

Kesimpulan Tepat
Obat Aspek Kajian Ada/Tidak Uraian
Nama Ada Metformin
BSO Ada Tablet
Kekuatan Ada 500 mg
Jumlah Ada 60
Signa Ada Sehari dua kali satu tablet
Simpan pada tempat kering dan
Stabilitas Tidak terlindung dari cahaya, pada
suhu 15-25˚C
Ketersediaan Ada Tersedia di KFA Solok
Obat sudah dalam bentuk obat
Metformin Aturan dispensing Tidak jadi, sehingga tidak perlu
500 mg adanya dispensing khusus
Medscape:
Regimen literatur Dosis pemeliharaan: 500 mg setiap 12 jam,
atau 850 mg setiap 12 jam
Kesimpulan Sesuai
Obat Aspek Kajian Ada/Tidak Uraian
Aspilet 80 mg Nama Ada Aspilet
BSO Ada Tablet

12
Kekuatan Tidak 80 mg
Jumlah Ada 30
Signa Ada Sehari satu kali satu tablet
Simpan pada tempat kering dan
Stabilitas Tidak terlindung dari cahaya, pada
suhu 15-25˚C
Ketersediaan Ada Tersedia di KFA Solok
Obat sudah dalam bentuk obat
Aturan dispensing Tidak jadi, sehingga tidak perlu
adanya dispensing khusus
Medscape :
Regimen literatur
Dosis pemeliharaan: 75-81 mg/hari
Kesimpulan Sudah sesuai antara resep dan literatur
Obat Aspek Kajian Ada/Tidak Uraian
Nama Ada Simvastatin
BSO Ada Tablet
Kekuatan Ada 20 mg
Jumlah Ada 30 tablet
Signa Ada Sehari satu kali satu tablet
Simpan pada tempat kering dan
Stabilitas Tidak terlindung dari cahaya, pada
suhu 15-25˚C
Simvastatin Ketersediaan Ada Tersedia di KFA Solok
20 mg Obat sudah dalam bentuk obat
Aturan dispensing Tidak jadi, sehingga tidak perlu
adanya dispensing khusus
Medscape:
Regimen literatur
Dosis pemeliharaan: 10 – 20 mg/hari

Kesimpulan Sesuai
Obat Aspek Kajian Ada/Tidak Uraian
Nama Ada Candesartan 8 mg
BSO Ada Tablet
Kekuatan Ada 8 mg
Jumlah Ada 30 tablet
Candesartan 8 Signa Ada Sehari satu kali satu tablet
mg Simpan pada tempat kering dan
Stabilitas Tidak terlindung dari cahaya, pada
suhu 15-25˚C
Ketersediaan Ada Tersedia di KFA Solok

13
Obat sudah dalam bentuk obat
Aturan dispensing Tidak jadi, sehingga tidak perlu
adanya dispensing khusus

Medscape:
Regimen literatur
Dosis pemeliharaan: 8 – 32 mg/hari

Kesimpulan Tidak sesuai


Obat Aspek Kajian Ada/Tidak Uraian
Nama Ada Asam Folat
BSO Ada Tablet
Kekuatan Ada 400 mcg
Jumlah Ada 60 tablet
Signa Ada Sehari dua kali satu tablet
Simpan pada tempat kering dan
Stabilitas Tidak terlindung dari cahaya, pada
suhu 15-25˚C
Asam Folat Ketersediaan Ada Tersedia di KFA Solok
Obat sudah dalam bentuk obat
Aturan dispensing Tidak jadi, sehingga tidak perlu
adanya dispensing khusus
Medscape:
Regimen literatur
400 – 800 mcg/hari
Kesimpulan Sesuai

Tabel Pengkajian Farmasetik dari Ketiga Obat Diatas


No Kriteria Permasalahan Solusi
1 Bentuk sediaan Tidak ada masalah -
2 Stabilitas obat Tidak ada masalah -
3 Inkompatibiltas Tidak ada masalah -
4 Cara pemberian Tidak ada masalah -
5 Jumlah dan aturan pakai Tidak ada masalah -

2.4.3 Pengkajian Klinis


a. Ketepatan Indikasi
Nama Obat Rute Dosis Indikasi obat Tepat atau Komentar dan Alasan
tidak tepat

14
Amlodipin Peroral 5 mg Hipertensi dan Tepat Karena pasien memiliki
(1x1) serangan angina pectoris Hipertensi (140/100
mmHg)
Allupurinol Peroral 100 Hiperurisemia, terutama Tepat Karena pasien memiliki
mg pada penyakit gout untuk kadar asam urat yang
(1x1) mencegah serangan gout, tinggi (6,9 mg/dl)
batu ginjal rekuren, kadar
asam urat tinggi
Metformin Peroral 500 Diabetes mellitus tipe 2 Tepat Karena pasien memiliki
mg diagnosa Diabetes mellitus
(2x1)
Aspilet Peroral 80 mg Pencegahan primer dari Tepat Untuk pencegahan
(1x1) penyakit thromboembolic komplikasi penyakit
dan kardiovaskular, Diabetes mellitus dengan
seperti: stroke iskemik, penyakit kardiovaskular.
myocardial infarct akut,
pencegahan kambuhnya
stroke, angina pectoris
Simvastatin Peroral 20 mg Penyakit jantung koroner Tepat Karena pasien memiliki
(1x1) atau hiperkolesterolemia kadar kolesterol total
tinggi
Candesartan Peroral 8 mg Hipertensi dan Tidak tepat Karena hipertensi pasien
(1x1) serangan angina pectoris masih stage 1 (140/100
mmHg), pasien belum
membutuhkan kombinasi
dua obat.
Asam folat Peroral 400 Multivitamin Tepat Untuk mempertahankan
mcg sel-sel baru, dan juga
membantu mencegah
perubahan DNA yang
dapat menyebabkan kanker
pada pasien.

15
b. Kesesuaian Dosis

No Nama Obat Dosis Resep Dosis literature Kesimpulan Rekomendasi


.
1. Amlodipin 5 mg Dosis pemeliharaan: Sesuai -
(1x1) 5 – 10 mg/hari
(Medscape, 2018)
2. Allupurinol 100 mg Dosis pemeliharaan: Sesuai -
(1x1) 100 – 200 mg/hari
(Medscape, 2018)
3. Metformin 500 mg Dosis pemeliharaan: Sesuai -
(2x1) 500 mg setiap 12 jam,
atau 850 mg setiap 12
jam (Medscape, 2018)
4. Aspilet 80 mg Dosis pemeliharaan: Sesuai -
(1x1) 75 – 81 mg/hari
(Medscape, 2018)
5 Simvastatin 20 mg Dosis pemeliharaan: Sesuai -
(1x1) 10 – 20 mg/hari
(Medscape, 2018)
6 Candesartan 8 mg Dosis pemeliharaan: Tidak sesuai Tidak
(1x1) 8 – 32 mg/hari diberikan
(Medscape, 2018) kepada pasien
7 Asam folat 400 mcg 400 – 800 mcg/hari Sesuai -
(2x1) (Medscape, 2018)

c. Pertimbangan Klinis

No. Kriteria Permasalahan Solusi

1. Duplikasi/polifarmasi Ada Menghubungi dokter


(Amlodipin dan pembuat resep
candesartan)
2 Interaksi Ada - Pemberian obat
(Amlodipin, candesartan dijarakkan
dengan aspirin) - Melakukan
pemeriksaan tekanan
darah secara rutin
3. Alergi Tidak ada -
4. Kontraindikasi Tidak ada -

16
5. Reaksi obat yang Tidak ada -
merugikan (ADR/Adverse
Drug Reaction)
6. Efek Samping Obat Tidak ada -

2.4.4 Pelayanan Informasi Obat

Obat Aspek Uraian


Indikasi Hipertensi dan angina pectoris
Administrasi Peroral
Aturan pakai Sehari satu kali satu tablet setelah makan pagi
Simpan pada tempat kering dan terlindung dari
Penyimpanan
cahaya, pada suhu 15-25˚C
Kontraindikasi Hipersensitivitas
Kadar amlodipine di dalam darah dapat
terpengaruh jika dikonsumsi dengan obat:
Amlodipin amiodarone, atazanavir, ceritinib,
Interaksi clarithromycin, clopidogrel, conivaptan,
cyclosporine, dantrolene, digoxin, domperidone,
droperidol, eliglustat, idelalisib, lacosamide,
piperaquine, tacrolimus, tegafur, dan telaprevir.
Merasa lelah atau pusing, jantung berdegup
ESO kencang, merasa mual dan tidak nyaman di bagian
perut, pergelangan kaki membengkak.
Obat Aspek Uraian
Hiperurisemia, terutama pada penyakit gout untuk
Allupurinol Indikasi mencegah serangan gout, batu ginjal rekuren,
kadar asam urat tinggi
Administrasi Peroral
Aturan pakai Sehari satu kali satu tablet sesudah makan pagi
Simpan pada tempat kering dan terlindung dari
Penyimpanan
cahaya, pada suhu 15-25˚C
Kontraindikasi Hipersensitif
Interaksi Efek meningkat bila diberikan bersama:
azathioprine, klorpropamid, siklosporin,
Sandimmune, merkaptopurin, ampisilin,
amoksisilin, diuretik

17
Demam, sakit tenggorokan, sakit kepala parah,
kulit mengelupas, dan ruam kulit merah, rasa sakit
atau perdarahan ketika buang air kecil, mual, nyeri
ESO perut bagian atas, gatal-gatal, kehilangan nafsu
makan, penurunan berat badan, urine gelap, tinja
berwarna seperti tanah liat, urin sedikit, bintik-
bintik ungu atau merah di bawah kulit
Obat Aspek Uraian
Indikasi Diabetes mellitus tipe 2
Administrasi Peroral
Aturan pakai Sehari dua kali satu tablet sesudah makan
Simpan pada tempat kering dan terlindung dari
Penyimpanan
cahaya, pada suhu 15-25˚C
Hipersensitifitas, penyakit jantung kongesti,
Kontraindikasi peningkatan keasaman darah, gagal ginjal, wanita
yang sedang menyusui.
Diuretik thiazide, obatan-obatan golongan
Metformin
phenothiazine, kontrasepsi oral, penghambat kanal
Interaksi kalsium, kostikosteroid, atau isoniazid, obatan-
obatan golongan sulfonylurea, cimetidine, ACE
inhibitor
Mual dan muntah, penurunan nafsu makan,
rasa logam dalam mulut, sakit perut, batuk, suara
ESO
serak, diare, nyeri otot, kram, lemas dan
mengantuk
Obat Aspek Uraian
Aspilet Pencegahan primer dari penyakit thromboembolic
dan kardiovaskular, seperti: stroke iskemik,
Indikasi
myocardial infarct akut, pencegahan kambuhnya
stroke, angina pectoris
Administrasi Peroral
Aturan pakai Sehari satu kali satu tablet
Simpan pada tempat kering dan terlindung dari
Penyimpanan
cahaya, pada suhu 15-25˚C
Kontraindikasi Hipersensitivitas
Interaksi Mifepristone, acetazolamide, warfarin,
kortikosteroid, methotrexate, asam folat

18
Gatal, kesulitan bernafas, pembengkakan wajah,
bibir, lidah, tenggorokan, tinja yang hitam,
berdarah, batuk darah atau muntah seperti ampas
ESO
kopi, mual, muntah, sakit perut parah, demam
selama lebih dari 3 hari, masalah pendengaran,
kuping berdenging

Obat Aspek Uraian


Indikasi Penyakit jantung koroner atau hiperkolesterolemia
Administrasi Peroral
Aturan pakai Sehari satu kali satu tablet pada malam hari
Simpan pada tempat kering dan terlindung dari
Penyimpanan
cahaya, pada suhu 15-25˚C
Hipersensitivitas, wanita hamil dan menyusui,
Simvastatin Kontraindikasi
penyakit hati kronis
Bosenta, efavirenza, rifampisin, antikoagulan,
Interaksi
verapamil
Konstipasi, ISPA, sering buang gas, peningkatan
ESO
enzim hati, nyeri otot dan perut, gangguan tidur

Obat Aspek Uraian


Indikasi Hipertensi dan angina pectoris
Administrasi Peroral
Aturan pakai Sehari satu kali satu tablet sesudah makan malam
Simpan pada tempat kering dan terlindung dari
Penyimpanan
cahaya, pada suhu 15-25˚C
Kontraindikasi Hipersensitivitas
Candesartan
Interaksi NSAIDs
Bengkak pada tungkai, pusing, peningkatan lemak
trigliserida dalam darah, hiperurisemia, lemas,
ESO
sakit maag, diare, mual, nyeri sendi, sakit
punggung

Obat Aspek Uraian

19
Meredakan bronkospasme pada asma dan
Indikasi
obstruksi saluran napas reversibel lainnya
Administrasi Peroral
Aturan pakai Sehari dua kali satu tablet
Simpan pada tempat kering dan terlindung dari
Penyimpanan
Asam Folat cahaya, pada suhu 15-25˚C
Kontraindikasi -
Interaksi Fenitoin, phospenytoin
Ruam, gatal atau bengkak (terutama pada wajah,
ESO lidah, tenggorokan), pusing, atau kesulitan
bernapas,

20
DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, J.B. Suharjo B. 2008. Perubahan Gaya hidup dan Penyakit Kronis Modern.
Gaya Hidup & Penyakit Modern

Medscape. 2018. Drug and Diseases: Drug Information.

Misnadiarly. 2007. Obesitas sebagai Faktor Resiko beberapa Penyakit. Jakarta:


Pustaka Obor Populer

Nafrialdi. 2009. Antihipertensi. Sulistia Gan Gunawan (ed). Farmakologi dan Terapi
Edisi 5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

PERKENI. 2011. Konsensus pengelolaan diabetes melitus tipe 2 di indonesia 2011.


Semarang: PB PERKENI.

Sheps, S. G. (2005). Mayo clinic hipertensi; mengatasi tekanan darah tinggi.


Jakarta:Intisari Mediatama.

Tjokroprawiro A, 2006. Hidup Sehat Bersama Diabetes Mellitus, Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta

Waspadji, S, 2007, Penatalaksanaan DM terpadu, Fakultas Kedokteran Universitas


Indonesia, Jakarta
Meiyanti, Julius I. Mulia. 2000. Perkembangan patogenesis dan
Meiyanti, Julius I. Mulia. 2000. Perkembangan patogenesis dan

21

Anda mungkin juga menyukai