Oleh:
Megaraswita S, S.Farm
No. BP: 1841012103
Bismillahirrahmanirrahim
1. Orangtua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, do’a, dan motivasi
selama kegiatan PKPA.
2. Ibu Prof. Dr. Fatma Sri Wahyuni, S.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Andalas.
3. Ibu Deni Noviza, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Universitas Andalas.
5. Ibu Dr. Regina Andayani., M.Si., Apt selaku pembimbing II yang telah
memimbing penulis selama kegiatan PKPA Apotek.
ii
dapat bermanfaat dikemudian hari dan semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua. Aaamiiin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
iii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II TINJAUAN KASUS 3
2.1 Resep 3
2.2 Deskripsi Pasien 4
2.3 Penyakit 5
2.4 Pengkajian Resep 11
BAB III TINJAUAN KOMPETENSI 20
3.1 Aspek Praktek Profesional, Legal, dan Etis 20
3.2 Aspek Optimalisasi Penggunaan Sediaan Farmasi 20
3.3 Aspek Dispensing Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 20
3.4 Aspek Formulasi dan Pembuatan Sediaan Farmasi 21
3.5 Aspek Komunikasi dan Kolaborasi 22
3.6 Aspek Upaya Preventif dan Promotif Kesehatan 22
3.7 Aspek Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 22
3.8 Aspek Kepemimpinan dan Manajemen Diri 25
3.9 Aspek Peningkatan Kompetensi Profesi 25
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 26
4.1 Kesimpulan 26
4.2 Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
terkena penyakit baru, yaitu diabetes mellitus. Sedankan pada pasien yang telah
menderita diabetes mellitus munculnya hipertensi disebabkan karena hiperglikemia
yang dapat meningkatkan angiostensin II sehingga dapat menyebabkan hipertensi.
Kadang dengan adanya penyakit komplikasi seperti diatas dapat menimbulkan
kejadian Drug Related Problems (DRPs), bisa saja obat diabetes dapat memperburuk
keadaan hipertensinya atau obat hipertensi dapat meningkatkan kadar glukosa darah
pasien.
Pelayanan Kefarmasian telah mengalami perubahan yang semula hanya
berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan
komprehensif meliputi pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Salah satu sarana pelayanan kefarmasian
yaitu Apotek tempat praktek kefarmasian oleh seorang apoteker. Pelayanan
kefarmasian di apotek meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu pelayanan farmasi klinik dan
kegiatan yang bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan
dan bahan medis habis pakai. Seorang apoteker harus mampu dalam menjalankan
serta menyeimbangkan kedua kegiatan tersebut.
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker,
baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan
obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku. Pelayanan resep dimulai dari
penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai termasuk peracikan obat, pemeriksaan,
penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep
dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error)
(Permenkes, 2014).
2
Salah satu usaha untuk tercapainya pengobatan yang rasional, apoteker dapat
meminimalkan masalah yang terkait obat dengan melakukan pengkajian resep sesuai
persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis. Kegiatan ini
bertujuan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat pada resep, pemberian
informasi yang tidak benar dan mencegah terjadinya kesalahan dalam penulisan
resep. Jika ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter
penulis resep.
3
BAB 2
TINJAUAN KASUS
2.1 Resep
R/ Amlodipin 5 mg no XXX
S 1dd tab 1
R/ Allupurinol 100 mg no XXX
S 1dd tab 1
R/ Metformin 500 mg no LX
S 2dd tab 1
R/ Aspilet 80 mg no XXX
S 1dd tab 1
R/ Simvastatin 20 mg no XXX
S 1dd tab 1
R/ Candesartan 8 mg no XXX
S 2dd tab 1
R/ Asam folat no LX
S 2dd tab 1
Ibu Yandesi datang ke Praktek dokter umum dr.Helmilia Febrie pada tanggal 12
Desember 2018. Oleh dr. Helmilia Febrie diberikan obat seperti pada resep. Pada hari
yang sama, pasien Erlinda Rais kemudian menebus obatnya di Apotek Kimia Farma
Solok. Dari resep dan setelah konfirmasi ke pasien, diketahui bahwa diagnosanya
adalah komplikasi Diabetes Mellitus, hipertensi dan arthritis gout dan pasien sedang
dalam tahap pengobatan lanjutan.
4
2.3 Penyakit
a. Pengertian
c. Klasifikasi
5
1. Insulin dependen diabetes mellitus (Tipe I) yaitu penyakit yang timbul pada masa
remaja disertai dengan kelainan poliendokrin dan antibodi organ spesifik.
Diabetes mellitus tipe I merupakan kegagalan sintesis insulin oleh sel-sel beta
pancreas diperkirakan terjadi karena destruksi autoimun yang menimbulkan
gangguan pengaturan glukosa dalam darah. Biasanya ditemukan pada usia
sebelum 30 tahun. Lebih jarang ditemukan dan tidak begitu dipengaruhi oleh
faktor genetik seperti halnya DMT2 (Waspadji, 2007).
2. Non-insulin dependent diabetes mellitus (Tipe II) yaitu berdasarkan gemuk atau
tidak gemuk. Diabetes tipe ini lebih sering ditemukan dibandingkan DMT1 dan
lebih cenderung berkaitan dengan riwayat DM dalam keluarga. Terjadi karena
resistensi insulin dalam jaringan perifer. Disertai dengan peningkatan kadar
insulin serum, obesitas dan gaya hidup yang tidak sehat (Tao dan Kendall, 2013).
Obesitas merupakan faktor risiko yang biasa terjadi pada diabetes tipe ini, dan
sebagian besar pasien dengan diabetes tipe 2 bertubuh gemuk. Selain terjadi
penurunan kepekaan jaringan pada insulin, yang telah terbukti terjadi pada
sebagian besar dengan pasien diabetes tipe 2 terlepas pada berat badan, terjadi
pula suatu 6 defisiensi jaringan terhadap insulin maupun kerusakan respon sel α
terhadap glukosa dapat lebih diperparah dengan meningkatya hiperglikemia, dan
kedua kerusakan tersebut dapat diperbaiki melalui manuve-manuver teurapetik
yang mengurangi hiperglikemia tersebut.
3. Diabetes Mellitus Kehamilan Diabetes mellitus kehamilan (DMK) merupakan
diabetes yang terjadi selama masa kehamilan. Wanita yang sebelumnya dikenali
sebagai penderita diabetes dan hamil tidak termasuk dalam kategori ini. DMK
terjadi pada sekitar 3% kehamilan di Negara-negara industri, dan pengenalan
klinis menjadi penting karena risiko makrosomia pada keturunan mereka
meningkat meskipun angka kematian perinatal dan malformasi kongenatal tidak
boleh besar dibandingkan kehamilan pada wanita dengan toleransi glukosa
normal. Pada kebanyakan kasus, toleransi glukosa kembali ke normal setelah
melahirkan, namun risiko seumur hidup untuk mengalami IGT dan NIDDM pada
pokoknya meningkat (Waspadji, 2007).
d. Komplikasi
6
Ada dua komplikasi yang paling sering adalah reaksi hipoglikemia dan koma
diabetik. Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan
glukosa, dengan tanda-tanda: rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan
sebagainya. Koma diabetik relawan dengan koma hipoglikemik, koma diabetik ini
timbul karena kadar darah dalam tubuh terlalu tinggi, dan biasanya lebih dari 600
mg/dl. Gejala koma diabetik yang sering timbul adalah nafsu makan menurun, minum
banyak, kencing banyak, rasa mual muntah, napas penderita menjadi cepat dan
dalam, serta berbau aseton, sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi
dan penderita koma diabetik harus segera dibawa ke rumah sakit. Sebaliknya,
komplikasi tersebut tidak akan muncul jika perawatan Diabetes Mellitus dilaksanakan
dengan tertib dan teratur (Tjokroprawiro, 2006)
e. Penatalaksanaan
7
Tipe insulin terdiri dari :
1. Aksi cepat (rapid acting)
2. Aksi pendek (short acting)
3. Aksi menengah (intermediate acting)
4. Aksi lama (long-acting)
5. Campuran (Pre-mixed).
Insulin dikategorikan berdasarkan durasi kerja. Inisiasi dan penyesuaian insulin.
Insulin bertindak cepat (Lispro [Humalog], aspart [Novolog], glulisine [Apidra]) atau
insulin short-acting (Regular) digunakan dalam hubungannya dengan makanan atau
untuk mengobati diantisipasi post-prandial glukosa darah meningkat. Karena onset
dan durasi insulin rapid-acting lebih fisiologis dari insulin reguler, beberapa praktisi
lebih suka menggunakan mereka. Namun, pada pasien DM tipe 2, insulin reguler
adalah pilihan yang tepat dan lebih murah.
Insulin Intermediate (NPH dan detemir [Levemir]) biasanya diberikan dua kali
sehari. Dosis pagi menyediakan kebutuhan insulin basal siang hari, dan puncak pasca
makan siang tindakan ini dapat mengurangi kebutuhan insulin short-acting saat
makan siang. Long acting insulin, memiliki durasi aksi sekitar 24 jam. Hal ini dapat
digunakan sebagai "basal" insulin di kedua tipe 1 dan diabetes tipe 2. Hal ini sering
diresepkan dengan dosis awal 20 unit pada waktu tidur dan dititrasi oleh 2 sampai 4
unit setiap 2-3 hari untuk gula darah puasa> 130 mg / dl. Campuran dari NPH dan
insulin bertindak pendek tersedia dalam berbagai bentuk. Dua campuran yang paling
sering digunakan adalah 75/25 NPH/lispro (Humalog mix) dan 70/30 NPH / aspart
(Novolog mix).
2.3.2 Hipertensi
a. Pengertian
b. Gejala
8
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi maupun
pada seseorang dengan tekanan darah yang normal hipertensi yaitu sakit kepala,
gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak nafas, cepat marah,
telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan
penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak) yang
mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan
kelumpuhan dan gangguan kesadaran hingga koma (Cahyono, 2008).
c. Klasifikasi
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC VII untuk pasien dewasa berdasarkan rata-
rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih kunjungan klinis
Klasifikasi tekanan darah mencakup 4 kategori, dengan nilai normal tekanan darah
sistolik (TDS)
d. Penatalaksanaan
9
Dikenal 5 kelompok obat lini pertama (first line drug) yang lazim digunakan
untuk pengobatan awal hipertensi, yaitu diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik
(β-blocker), penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE- 30 inhibitor),
penghambat reseptor angiotensin (Angiotensin Receptor Blocker, ARB) dan
antagonis kalsium. Pada JNC VII, penyekat reseptor alfa adrenergik (α-blocker) tidak
dimasukkan dalam kelompok obat lini pertama. Sedangkan pada JNC sebelumnya
termasuk lini pertama. Selain itu dikenal juga tiga kelompok obat yang dianggap lini
kedua yaitu: penghambat saraf adrenergik, agonis α-2 sentral dan vasodilator
(Nafrialdi, 2009).
2.3.3 Arthritis Gout
a. Pengertian
Kadar asam urat yang tinggi atau hiperurisemia bisa menimbulkan penyakit
gout (penyakit akibat pengendapan kristal Mono Sodium Urat/MSU) di jaringan.
Endapan kristal Mono Sodium Urat di jaringan bisa menimbulkan berbagai macam
penyakit seperti peradangan sendi akut, peradangan sendi kronik berulang (arthritis
gout), timbulnya tofi (akibat akumulasi kristal MSU di persendian, tulang rawan, atau
jaringan lunak), terganggunya fungsi ginjal (nefropati gout), terbentuknya batu asam
urat di ginjal (Misnadiarly, 2007).
b. Gejala dan Faktor resiko
Invocatio
6 Tanda resep diawal penulisan resep (R/) Ö
Prescriptio/Ordonatio
10
7 Nama Obat Ö
8 Kekuatan obat Ö
9 Jumlah obat Ö
Signatura
10 Nama pasien Ö
11 Jenis kelamin Ö
12 Umur pasien Ö
13 Berat badan Ö
14 Alamat pasien Ö
15 Aturan pakai obat Ö
16 Iter/tanda lain Ö
Subscriptio
17 Tanda tangan/paraf dokter Ö
Kesimpulan:
Resep tersebut lengkap / tidak lengkap.
Resep ini belum lengkap karena identitas dokter dan pasien tidak lengkap,
namun secara keseluruhan resep ini sudah tergolong lengkap/ dapat diloloskan.
Karena identitas dokter sudah diketahui jelas sebelumnya. Solusi untuk
identitas pasien yang masih kurang lengkap dapat ditanyakan langsung kepada
pasien.
11
Kesimpulan Tepat
Obat Aspek Kajian Ada/Tidak Uraian
Nama Ada Allupurinol
BSO Ada Tablet
Kekuatan Ada 100 mg
Jumlah Ada 30 tablet
Signa Ada Sehari satu kali satu tablet
Simpan pada tempat kering dan
Stabilitas Tidak terlindung dari cahaya, pada
suhu 15-25˚C
Ketersediaan Ada Tersedia di KFA Solok
Obat sudah dalam bentuk obat
Allupurinol
Aturan dispensing Tidak jadi, sehingga tidak perlu
100 mg
adanya dispensing khusus
Medscape :
Regimen literatur
Dosis pemeliharaan: 100 – 200 mg/hari
Kesimpulan Tepat
Obat Aspek Kajian Ada/Tidak Uraian
Nama Ada Metformin
BSO Ada Tablet
Kekuatan Ada 500 mg
Jumlah Ada 60
Signa Ada Sehari dua kali satu tablet
Simpan pada tempat kering dan
Stabilitas Tidak terlindung dari cahaya, pada
suhu 15-25˚C
Ketersediaan Ada Tersedia di KFA Solok
Obat sudah dalam bentuk obat
Metformin Aturan dispensing Tidak jadi, sehingga tidak perlu
500 mg adanya dispensing khusus
Medscape:
Regimen literatur Dosis pemeliharaan: 500 mg setiap 12 jam,
atau 850 mg setiap 12 jam
Kesimpulan Sesuai
Obat Aspek Kajian Ada/Tidak Uraian
Aspilet 80 mg Nama Ada Aspilet
BSO Ada Tablet
12
Kekuatan Tidak 80 mg
Jumlah Ada 30
Signa Ada Sehari satu kali satu tablet
Simpan pada tempat kering dan
Stabilitas Tidak terlindung dari cahaya, pada
suhu 15-25˚C
Ketersediaan Ada Tersedia di KFA Solok
Obat sudah dalam bentuk obat
Aturan dispensing Tidak jadi, sehingga tidak perlu
adanya dispensing khusus
Medscape :
Regimen literatur
Dosis pemeliharaan: 75-81 mg/hari
Kesimpulan Sudah sesuai antara resep dan literatur
Obat Aspek Kajian Ada/Tidak Uraian
Nama Ada Simvastatin
BSO Ada Tablet
Kekuatan Ada 20 mg
Jumlah Ada 30 tablet
Signa Ada Sehari satu kali satu tablet
Simpan pada tempat kering dan
Stabilitas Tidak terlindung dari cahaya, pada
suhu 15-25˚C
Simvastatin Ketersediaan Ada Tersedia di KFA Solok
20 mg Obat sudah dalam bentuk obat
Aturan dispensing Tidak jadi, sehingga tidak perlu
adanya dispensing khusus
Medscape:
Regimen literatur
Dosis pemeliharaan: 10 – 20 mg/hari
Kesimpulan Sesuai
Obat Aspek Kajian Ada/Tidak Uraian
Nama Ada Candesartan 8 mg
BSO Ada Tablet
Kekuatan Ada 8 mg
Jumlah Ada 30 tablet
Candesartan 8 Signa Ada Sehari satu kali satu tablet
mg Simpan pada tempat kering dan
Stabilitas Tidak terlindung dari cahaya, pada
suhu 15-25˚C
Ketersediaan Ada Tersedia di KFA Solok
13
Obat sudah dalam bentuk obat
Aturan dispensing Tidak jadi, sehingga tidak perlu
adanya dispensing khusus
Medscape:
Regimen literatur
Dosis pemeliharaan: 8 – 32 mg/hari
14
Amlodipin Peroral 5 mg Hipertensi dan Tepat Karena pasien memiliki
(1x1) serangan angina pectoris Hipertensi (140/100
mmHg)
Allupurinol Peroral 100 Hiperurisemia, terutama Tepat Karena pasien memiliki
mg pada penyakit gout untuk kadar asam urat yang
(1x1) mencegah serangan gout, tinggi (6,9 mg/dl)
batu ginjal rekuren, kadar
asam urat tinggi
Metformin Peroral 500 Diabetes mellitus tipe 2 Tepat Karena pasien memiliki
mg diagnosa Diabetes mellitus
(2x1)
Aspilet Peroral 80 mg Pencegahan primer dari Tepat Untuk pencegahan
(1x1) penyakit thromboembolic komplikasi penyakit
dan kardiovaskular, Diabetes mellitus dengan
seperti: stroke iskemik, penyakit kardiovaskular.
myocardial infarct akut,
pencegahan kambuhnya
stroke, angina pectoris
Simvastatin Peroral 20 mg Penyakit jantung koroner Tepat Karena pasien memiliki
(1x1) atau hiperkolesterolemia kadar kolesterol total
tinggi
Candesartan Peroral 8 mg Hipertensi dan Tidak tepat Karena hipertensi pasien
(1x1) serangan angina pectoris masih stage 1 (140/100
mmHg), pasien belum
membutuhkan kombinasi
dua obat.
Asam folat Peroral 400 Multivitamin Tepat Untuk mempertahankan
mcg sel-sel baru, dan juga
membantu mencegah
perubahan DNA yang
dapat menyebabkan kanker
pada pasien.
15
b. Kesesuaian Dosis
c. Pertimbangan Klinis
16
5. Reaksi obat yang Tidak ada -
merugikan (ADR/Adverse
Drug Reaction)
6. Efek Samping Obat Tidak ada -
17
Demam, sakit tenggorokan, sakit kepala parah,
kulit mengelupas, dan ruam kulit merah, rasa sakit
atau perdarahan ketika buang air kecil, mual, nyeri
ESO perut bagian atas, gatal-gatal, kehilangan nafsu
makan, penurunan berat badan, urine gelap, tinja
berwarna seperti tanah liat, urin sedikit, bintik-
bintik ungu atau merah di bawah kulit
Obat Aspek Uraian
Indikasi Diabetes mellitus tipe 2
Administrasi Peroral
Aturan pakai Sehari dua kali satu tablet sesudah makan
Simpan pada tempat kering dan terlindung dari
Penyimpanan
cahaya, pada suhu 15-25˚C
Hipersensitifitas, penyakit jantung kongesti,
Kontraindikasi peningkatan keasaman darah, gagal ginjal, wanita
yang sedang menyusui.
Diuretik thiazide, obatan-obatan golongan
Metformin
phenothiazine, kontrasepsi oral, penghambat kanal
Interaksi kalsium, kostikosteroid, atau isoniazid, obatan-
obatan golongan sulfonylurea, cimetidine, ACE
inhibitor
Mual dan muntah, penurunan nafsu makan,
rasa logam dalam mulut, sakit perut, batuk, suara
ESO
serak, diare, nyeri otot, kram, lemas dan
mengantuk
Obat Aspek Uraian
Aspilet Pencegahan primer dari penyakit thromboembolic
dan kardiovaskular, seperti: stroke iskemik,
Indikasi
myocardial infarct akut, pencegahan kambuhnya
stroke, angina pectoris
Administrasi Peroral
Aturan pakai Sehari satu kali satu tablet
Simpan pada tempat kering dan terlindung dari
Penyimpanan
cahaya, pada suhu 15-25˚C
Kontraindikasi Hipersensitivitas
Interaksi Mifepristone, acetazolamide, warfarin,
kortikosteroid, methotrexate, asam folat
18
Gatal, kesulitan bernafas, pembengkakan wajah,
bibir, lidah, tenggorokan, tinja yang hitam,
berdarah, batuk darah atau muntah seperti ampas
ESO
kopi, mual, muntah, sakit perut parah, demam
selama lebih dari 3 hari, masalah pendengaran,
kuping berdenging
19
Meredakan bronkospasme pada asma dan
Indikasi
obstruksi saluran napas reversibel lainnya
Administrasi Peroral
Aturan pakai Sehari dua kali satu tablet
Simpan pada tempat kering dan terlindung dari
Penyimpanan
Asam Folat cahaya, pada suhu 15-25˚C
Kontraindikasi -
Interaksi Fenitoin, phospenytoin
Ruam, gatal atau bengkak (terutama pada wajah,
ESO lidah, tenggorokan), pusing, atau kesulitan
bernapas,
20
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, J.B. Suharjo B. 2008. Perubahan Gaya hidup dan Penyakit Kronis Modern.
Gaya Hidup & Penyakit Modern
Nafrialdi. 2009. Antihipertensi. Sulistia Gan Gunawan (ed). Farmakologi dan Terapi
Edisi 5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
21