BAB I
PENDAHULUAN
Cara pembuatan obat yang baik bertujuan untuk memastikan agar mutu obat
yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan penggunaan. CPOB
menyangkut seluruh aspek produksi mulai dari manajemen mutu; personalia;
bangunan dan fasilitas; peralatan; sanitasi dan hygiene; produksi; pengawasan
mutu; pemastian mutu; inspeksi diri, audit mutu, dan audit persetujuan pemasok;
penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan kembali produk; dokumentasi;
pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak; kualifikasi dan validasi. Salah satu
aspek CPOB dalam industri farmasi adalah personalia, sehingga seorang apoteker
berperan penting dalam industri farmasi untuk menjamin mutu obat yang
dihasilkan. Kedudukan apoteker juga diatur dalam CPOB, yaitu sebagai
penanggung jawab produksi, pengawasan mutu, dan pemastian mutu, sehingga
seorang apoteker dituntut untuk mempunyai wawasan, pengetahuan yang luas dan
pengalaman praktis yang memadai serta kemampuan dalam memimpin agar dapat
mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di Industri Farmasi. Dalam rangka
mencapai tujuan tersebut, calon apoteker mendapatkan bekal pengetahuan dan
pengalaman praktis yang cukup melalui kegiatan praktek kerja profesi di industri
farmasi.
Program profesi apoteker Universitas Surabaya bekerja sama dengan Lembaga
Farmasi TNI Angkatan Laut (LAFIAL) Drs. Mochammad Kamal yang berlokasi di
jalan Bendungan Jatiluhur Nomor 1 Jakarta untuk melaksanakan PKPA bagi
mahasiswa calon apoteker periode 04 Maret 2019 - 15 Maret 2019. Kegiatan PKPA
merupakan serangkaian kegiatan yang terdiri dari pengarahan, peninjauan
lapangan, pelaksanaan tugas khusus, diskusi dan presentasi tugas khusus.
Pelaksanaan PKPA ini diharapkan dapat meningkatkan mutu para calon apoteker
sebelum menghadapi dunia kerja di Industri Farmasi.
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan
dapat diandalkan, diperlukan sistem pemastian mutu yang didesain secara
menyeluruh dan diterapkan secara benar, serta menginkorporasi Cara Pembuatan
Obat yang Baik termasuk pengawasan mutu dan manajemen risiko mutu. Hal ini
hendaklah didokumentasikan dan dimonitor efektivitasnya.
Unsur dasar manajemen mutu adalah:
1. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur
organisasi, prosedur, proses dan sumber daya; daN
2. Tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan
tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan)
yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu. Konsep dasar
Pemastian Mutu, Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), Pengawasan Mutu dan
Manajemen Risiko Mutu adalah aspek manajemen mutu yang saling terkait.
A. Pemastian Mutu
Pemastian Mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik
secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat
yang dihasilkan. Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai
dengan tujuan pemakaiannya. Karena itu Pemastian Mutu mencakup CPOB
ditambah dengan faktor lain di luar Pedoman ini, seperti desain dan pengembangan
produk
Sistem Pemastian Mutu yang benar dan tepat bagi pembuatan obat hendaklah
memastikan bahwa:
1) Desain dan pengembangan obat dilakukan dengan cara yang memerhatikan
persyaratan CPOB
2) Semua langkah produksi dan pengawasan diuraikan secara jelas dan CPOB
diterapkan
3) Tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas dalam uraian jabatan
4) Pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pemasokan dan penggunaan
bahan awal dan pengemas yang benar
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal
Pengawasan Mutu secara menyeluruh juga mempunyai tugas lain, antara lain
menetapkan, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu,
mengevaluasi, mengawasi, dan menyimpan baku pembanding, memastikan
kebenaran label wadah bahan dan produk, memastikan bahwa stabilitas dari zat
aktif dan produk jadi dipantau, mengambil bagian dalam investigasi keluhan yang
terkait dengan mutu produk, dan ikut mengambil bagian dalam pemantauan
lingkungan. Semua kegiatan tersebut hendaklah dilaksanakan sesuai dengan
prosedur tertulis dan dicatat. Personil Pengawasan Mutu hendaklah memiliki akses
ke area produksi untuk melakukan pengambilan sampel dan investigasi bila
diperlukan.
C. Pengkajian Mutu
Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua
obat terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan
konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan
produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan
untuk produk dan proses. Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya
dilakukan tiap tahun dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil
kajian ulang sebelumnya dan hendaklah meliputi paling sedikit
1) Kajian terhadap bahan awal dan bahan pengemas yang digunakan untuk
produk, terutama yang dipasok dari sumber baru
2) Kajian terhadap pengawasan selamaproses yang kritis dan hasil pengujian
produk jadi
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal
D. Manajemen resiko
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal
2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan penerapan
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh
personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan awal dan
berkesinambungan, termasuk instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan
pekerjaannya. Industri farmasi hendaklah memiliki personil yang terkualifikasi dan
berpengalaman praktis dalam jumlah yang memadai. Tiap personil hendaklah tidak
dibebani tanggung jawab yang berlebihan untuk menghindarkan risiko terhadap
mutu obat.
Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi. Tugas spesifik dan
kewenangan dari personil pada posisi penanggung jawab hendaklah dicantumkan
dalam uraian tugas tertulis. Tugas mereka boleh didelegasikan kepada wakil yang
ditunjuk serta mempunyai tingkat kualifikasi yang memadai. Hendaklah aspek
penerapan CPOB tidak ada yang terlewatkan ataupun tumpang tindih dalam
tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas.
Personil Kunci mencakup kepala bagian Produksi, kepala bagian Pengawasan
Mutu dan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Posisi utama tersebut
dijabat oleh personil purnawaktu. Kepala bagian Produksi dan kepala bagian
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal
B. Pelatihan
Industri farmasi hendaklah memberikan pelatihan bagi seluruh
personil yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi,
gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik,
perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang
kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk. Di samping pelatihan
dasar dalam teori dan praktik CPOB, personil baru hendaklah
mendapat pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan. Pelatihan
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal
Luas area kerja dan area penyimpanan bahan atau produk yang
sedang dalam proses hendaklah memadai untuk memungkinkan
penempatan peralatan dan bahan secara teratur dan sesuai dengan alur
proses, sehingga dapat memperkecil risiko terjadi kekeliruan antara
produk obat atau komponen obat yang berbeda, mencegah pencemaran
silang dan memperkecil risiko terlewat atau salah melaksanakan
tahapan proses produksi atau pengawasan.
Permukaan dinding, lantai dan langit-langit bagian dalam ruangan
di mana terdapat bahan baku dan bahan pengemas primer, produk
antara atau produk ruahan yang terpapar ke lingkungan hendaklah
halus, bebas retak dan sambungan terbuka, tidak melepaskan partikulat,
serta memungkinkan pelaksanaan pembersihan (bila perlu disinfeksi)
yang mudah dan efektif.
Konstruksi lantai di area pengolahan hendaklah dibuat dari bahan
kedap air, permukaannya rata dan memungkinkan pembersihan yang
cepat dan efisien apabila terjadi tumpahan bahan. Sudut antara dinding
dan lantai di area pengolahan hendaklah berbentuk lengkungan.
Pipa, fiting lampu, titik ventilasi dan instalasi sarana penunjang
lain hendaklah didesain dan dipasang sedemikian rupa untuk
menghindarkan pembentukan ceruk yang sulit dibersihkan. Untuk
kepentingan perawatan, sedapat mungkin instalasi sarana penunjang
seperti ini hendaklah dapat diakses dari luar area pengolahan.
Pipa yang terpasang di dalam ruangan tidak boleh menempel pada
dinding tetapi digantungkan dengan menggunakan siku-siku pada jarak
cukup untuk memudahkan pembersihan menyeluruh. Pemasangan
rangka atap, pipa dan saluran udara di dalam ruangan hendaklah
dihindarkan. Apabila tidak terhindarkan, maka prosedur dan jadwal
pembersihan instalasi tersebut hendaklah dibuat dan diikuti. Lubang
udara masuk dan keluar serta pipa-pipa dan salurannya hendaklah
dipasang sedemikian rupa untuk mencegah pencemaran terhadap
produk. Saluran pembuangan air hendaklah cukup besar, didesain dan
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal
Catatan :
Kelas A, B, C dan D adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan
produk steril. Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal
c) Area Penyimpanan
Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai
untuk menyimpan dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan
produk seperti bahan awal dan bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi, produk dalam status karantina, produk yang
telah diluluskan, produk yang ditolak, produk yang dikembalikan atau
produk yang ditarik dari peredaran. Area penyimpanan hendaklah
didesain atau disesuaikan untuk menjamin kondisi penyimpanan yang
baik; terutama area tersebut hendaklah bersih, kering dan mendapat
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal
2.2.4 Peralatan
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan
konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan
dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta
seragam tiap antar bets dan untuk memudahkan pembersihan serta
perawatan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu
atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu
produk.
C. Perawatan
Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah
malfungsi atau pencemaran yang dapat memengaruhi identitas, mutu
atau kemurnian produk. Kegiatan perbaikan dan perawatan
hendaklah tidak menimbulkan risiko terhadap mutu produk.
Bahan pendingin, pelumas dan bahan kimia lain seperti cairan
alat penguji suhu hendaklah dievaluasi dan disetujui dengan proses
formal. Prosedur tertulis untuk perawatan peralatan hendaklah
dibuat dan dipatuhi. Pelaksanaan perawatan dan pemakaian suatu
peralatan utama hendaklah dicatat dalam buku log alat yang
menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor setiap
bets atau lot yang diolah dengan alat tersebut. Catatan untuk
peralatan yang digunakan khusus untuk satu produk saja dapat
ditulis dalam catatan bets.
Peralatan dan alat bantu hendaklah dibersihkan, disimpan, dan
bila perlu disanitasi dan disterilisasi untuk mencegah kontaminasi
atau sisa bahan dari proses sebelumnya yang akan memengaruhi
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal
A. Hygiene Perorangan
Tiap personil yang masuk ke area pembuatan hendaklah
mengenakan pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan yang
dilaksanakannya. Prosedur hygiene perorangan termasuk
persyaratan untuk mengenakan pakaian pelindung hendaklah
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal
A. AUDIT MUTU
Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi
diri. Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau
sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk
meningkatkannya. Audit mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis
dari luar atau independen atau suatu tim yang dibentuk khusus untuk
hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas
terhadap pemasok dan penerima kontrak.
A. Keluhan
Hendaklah ditunjuk personil yang bertanggung jawab untuk
menangani keluhan dan memutuskan tindakan yang hendak
dilakukan bersama staf yang memadai untuk membantunya. Apabila
personil tersebut bukan kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu), maka ia hendaklah memahami cara penanganan seluruh
keluhan, penyelidikan atau penarikan kembali produk. Hendaklah
tersedia prosedur tertulis yang merinci penyelidikan, evaluasi,
tindak lanjut yang sesuai, termasuk pertimbangan untuk penarikan
kembali produk, dalam menanggapi keluhan terhadap obat yang
diduga cacat.
Penanganan keluhan dan laporan suatu produk termasuk hasil
evaluasi dari penyelidikan serta tindak lanjut yang dilakukan
hendaklah dicatat dan dilaporkan kepada manajemen atau bagian
yang terkait. Perhatian khusus hendaklah diberikan untuk
menetapkan apakah keluhan disebabkan oleh pemalsuan. Tiap
keluhan yang menyangkut kerusakan produk hendaklah dicatat
yang mencakup rincian mengenai asalusul keluhan dan diselidiki
secara menyeluruh dan mendalam.
untuk memeriksa bets lain untuk memastikan apakah bets lain juga
terpengaruh. Khusus bets yang mengandung hasil pengolahan
ulang dari bets yang cacat hendaklah diselidiki. Setelah melakukan
penyelidikan dan evaluasi terhadap laporan dan keluhan mengenai
suatu produk hendaklah dilakukan tindak lanjut. Tindak lanjut ini
mencakup tindakan perbaikan bila diperlukan; penarikan kembali
satu bets atau seluruh produk akhir yang bersangkutan; dan
tindakan lain yang tepat.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen
dan bagian yang esensial dari pemastian mutu. Dokumentasi yang
jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil
menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya
timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan. Spesifikasi,
dokumen produksi induk/formula pembuatan, prosedur, metode dan
instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari kekeliruan dan
tersedia secara tertulis.
Spesifikasi menguraikan persyaratan yang harus dipenuhi
produk yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen
ini merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Dokumen Produksi
Induk, Prosedur Pengolahan Induk dan Prosedur Pengemasan Induk
(Formula Pembuatan, Instruksi Pengolahan dan Instruksi
Pengemasan) menyatakan seluruh bahan awal dan bahan pengemas
yang digunakan serta menguraikan semua operasi pengolahan dan
pengemasan. Prosedur berisi cara untuk melaksanakan operasi
tertentu, misalnya pembersihan, berpakaian, pengendalian
lingkungan, pengambilan sampel, pengujian, dan pengoperasian
peralatan. Catatan menyajikan riwayat tiap bets produk, termasuk
distribusinya dan semua keadaan yang relevan yang berpengaruh
pada mutu produk akhir.
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal
2. Dokumentasi
Protokol validasi tertulis hendaklah dibuat untuk merinci
kualifikasi dan validasi yang akan dilakukan. Protokol hendaklah
dikaji dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian
Mutu). Protokol validasi hendaklah merinci langkah kritis dan
kriteria penerimaan. Hendaklah dibuat laporan yang mengacu pada
protokol kualifikasi dan/atau protokol validasi dan memuat
ringkasan hasil yang diperoleh, tanggapan terhadap penyimpangan
yang terjadi, kesimpulan dan rekomendasi perbaikan. Tiap
perubahan terhadap rencana yang ditetapkan dalam protokol
hendaklah didokumentasikan dengan pertimbangan yang sesuai.
Setelah kualifikasi selesai dilaksanakan, hendaklah diberikan
persetujuan tertulis untuk dapat melaksanakan tahap kualifikasi dan
validasi selanjutnya.
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal
3. Kualifikasi
a. Kualifikasi Desain
Kualifikasi Desain (KD) adalah unsur pertama dalam
melakukan validasi terhadap fasilitas, sistem atau peralatan baru.
Desain hendaklah memenuhi ketentuan CPOB dan
dikomentasikan.
b. Kualifikasi Instalasi
Kualifikasi Instalasi (KI) hendaklah dilakukan terhadap
fasilitas, sistem dan peralatan baru atau yang dimodifikasi. KI
hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut:
a. Instalasi peralatan, pipa dan sarana penunjang dan
instrumentasi hendaklah sesuai dengan spesifikasi dan
gambar teknik yang didesain.
b. Pengumpulan dan penyusunan dokumen pengoperasian dan
perawatan peralatan dari pemasok.
c. Ketentuan dan persyaratan kalibrasi dan
d. Verifikasi bahan kontruksi.
c. Kualifikasi Operasional
Kualifikasi Operasional (KO) hendaklah dilakukan setelah
KI selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui. KO hendaklah
mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut:
a. Pengujian yang perlu dilakukan berdasarkan pengetahuan
tentang proses, sistem dan peralatan dan
b. Pengujian yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang
mencakup batas operasional atas dan bawah, sering dikenal
sebagai kondisi terburuk (worst case).
Penyelesaian KO yang berhasil hendaklah mencakup
finalisasi kalibrasi, prosedur operasional dan prosedur
pembersihan, pelatihan operator dan persyaratan perawatan
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal
d. Kualifikasi Kinerja
Kualifikasi Kinerja (KK) hendaklah dilakukan setelah KI dan
KO selesai dilaksanakan, dikaji dan disetujui. KK hendaklah
mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut:
a. Pengujian dengan menggunakan bahan baku, bahan
pengganti yang memenuhi spesifikasi atau produk simulasi
yang dilakukan berdasarkan pengetahuan tentang proses,
fasilitas, sistem dan peralatan.
b. Uji yang meliputi satu atau beberapa kondisi yang mencakup
batas operasional atas dan bawah.
Meskipun KK diuraikan sebagai kegiatan terpisah, dalam
beberapa kasus pelaksanaannya dapat disatukan dengan KO.
4. Validasi Proses
Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk
dipasarkan (validasi prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika hal
di atas tidak memungkinkan, validasi dapat juga dilakukan selama
proses produksi rutin dilakukan (validasi konkuren). Proses yang
sudah berjalan hendaklah juga divalidasi (validasi retrospektif).
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal
b. Validasi Konkuren
Dalam kondisi khusus, dimungkinkan tidak
menyelesaikan program validasi sebelum produksi rutin
dilaksanakan. Keputusan untuk melakukan validasi konkuren
harus dijustifikasi, didokumentasikan dan disetujui oleh kepala
bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Persyaratan
dokumentasi untuk validasi konkruen sama seperti validasi
prospektif
c. Validasi Retrospektif
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal
d. Validasi Pembersihan
Validasi pembersihan dilakukan untuk konfirmasi
efektivitas prosedur pembersihan. Penentuan batas kandungan
residu suatu produk, bahan pembersih dan pencemaran
mikroba, secara rasional hendaklah didasarkan pada bahan
yang terkait dengan proses pembersihan. Batas tersebut
hendaklah dapat dicapai dan diverifikasi. Hendaklah
digunakan metode analisis tervalidasi yang memiliki kepekaan
untuk mendeteksi residu atau cemaran.
Batas deteksi masing-masing metode analisis hendaklah
cukup peka untuk mendeteksi tingkat residu atau cemaran
yang dapat diterima. Biasanya validasi prosedur pembersihan
dilakukan hanya untuk permukaan alat yang bersentuhan
langsung dengan produk. Hendaklah dipertimbangkan juga
untuk bagian alat yang tidak bersentuhan langsung dengan
produk. Interval waktu antara penggunaan alat dan
pembersihan hendaklah divalidasi demikian juga antara
pembersihan dan penggunaan kembali. Hendaklah ditentukan
metode dan interval pembersihan. Prosedur pembersihan
untuk produkdan proses yang serupa, dapat dipertimbangkan
untuk memilih suatu rentang yang mewakili produk dan proses
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal
linearitas; dan
rentang.
f. Pengendalian Perubahan
Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci
langkah yang diambil jika ada usul perubahan terhadap bahan
awal, komponen produk, peralatan proses, lingkungan kerja
(atau pabrik), proses produksi atau pengujian ataupun
perubahan yang berpengaruh terhadap mutu atau
reprodusibilitas proses. Prosedur pengendalian perubahan
hendaklah memastikan bahwa data pendukung cukup untuk
menunjukkan bahwa proses perubahan yang diperbaiki akan
menghasilkan suatu produk sesuai mutu yang diinginkan dan
konsisten dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.
g. Validasi Ulang
Fasilitas, sistem, peralatan dan proses termasuk proses
pembersihan serta metode analisis hendaklah dievaluasi secara
berkala untuk konfirmasi keabsahannya. Jika tidak ada
perubahan yang signifikan terhadap status validasi, peninjauan
dengan bukti bahwa fasilitas, sistem, peralatan, proses dan
metode analisis memenuhi persyaratan yang ditetapkan akan
kebutuhan revalidasi.
izin edar. Produksi hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang
kompeten, serta dalam hal penanganan bahan dan produk jadi, seperti
penerimaan dan karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan,
penimbangan, pengolahan, pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan
sesuai dengan prosedur atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat. Berikut ini
terdapat skema teknologi produksi sediaan farmasi:
PIC/S merupakan gabungan dari dua organisasi yang bekerja sama secara
aktif dan saling membangun antara negara-negara dan otoritas pengawas obat
dibidang GMP (Good Manufacturing Practice). PIC/S didirikan untuk
menyelaraskan, mendidik dan memperbarui aspek-aspek yang berkaitan dengan
GMP antar negara. Peran PIC/S adalah menjaga keselamatan kesehatan masyarakat
dengan memberikan obat-obat berkualitas baik dengan adanya harmonisasi GMP
antar negara. Untuk mencapai harmonisasi ini dilakukan pelatihan antar anggota,
saling bertukar informasi dan pengalaman, menetapkan prosedur yang berkaitan
dengan pembuatan dan pengendalian mutu produk obat sehingga standar yang sama
antar negara dapat diterapkan. Yang menjadi anggota PIC/S bukanlah industri
farmasi, tetapi otoritas pengawas obat di masing-masing negara, salah satunya
adalah Badan POM RI.
2. Limbah Cair
Sumber pencemaran limbah cair berasal dari bekas cucian peralatan
produksi, laboratorium, kamar mandi/WC, bekas reagensia di
laboratorium dan lain-lain. Pengolahan limbah cair dapat dilakukan
dengan beberapa cara antara lain:
a. Pembuatan saluran drainase sesuai dengan sumber limbah
Saluran air hujan langsung dialirkan ke selokan umum.
Saluran dari kamar mandi/WC langsung dialirkan ke septic
tank.
Saluran dari tempat pencucian alat-alat atau sisa produksi dan
laboratorium dialirkan IPAL
b. Membuat Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).
c. Khusus untuk limbah cair yang berasal dari golongan β-Laktam,
sebaiknya ditambahkan NaOH untuk memecah cincin β-Laktam.
maupun zat kimia terlarut mengandung bau bisa menjadi bukti timbulnya
masalah pada warna dan bau.
b. Kualitas Biologi
Adanya mikroorganisme terlarut dalam air seperti kandungan bakteri, algae,
cacing serta planton dapat menjadi penentu kualitas biologi. Dasar pemikiran
bahwa air tidak akan membahayakan kesehatan merupakan latar belakang
penentuan kualitas mikroorganisme. Dalam konteks ini maka penentuan kualitas
biologi air didasarkan pada analisis kehadiran mikroorgansime indicator
pencemaran.
3. Limbah Gas
Debu selama proses produksi, uap lemari asam di laboratorium, pelarut uap,
proses film coating, asap dari pemanasan uap (Steam boller), generator listrik dan
insenerator merupakan sumber pencemaran limbah gas atau udara. Pemantauan
kualitas udara di dalam dan di luar lingkungan industri, meliputi H2S, NH3, SO2,
CO2, NO2, TPS (debu) dan Pb.Pengolahan limbah gas dapat dilakukan dengan
beberapa cara antara lain:
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal
a. Lemari asam dilengkapi dengan exhaust fan dan cerobong asap ±6 m yang
dilengkapi dengan absorben.
b. Solvent di ruang coating digunakan dust collector (wet system).
c. Debu di sekitar mesin produksi dipasang penyedot debu dan dust
collectorunit.
d. Asap dari genset dan insenerator dibaut cerobong asap ±6 m.
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal
BAB III
mantan Direktur Utama PT. Kimia Farma, Sekjen Depkes RI, dan anggota
MPR RI dengan pangkat Laksamana Pertama TNI. Tanggal 22 Agustus
kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Lembaga Farmasi TNI AL.
Berdasarkan KEPMEN/PANGAL 6740.1 yang ditandatangani oleh
Panglima AL Laksamana Muda Laut R. E. Martadinata, tanggal 5 November
1963 didirikan suatu Lembaga Kimia dan Farmasi AL (LKF AL).
Pada bulan Agustus 1976, dua instansi di jajaran kesehatan TNI AL,
yaitu PAFAL-D dan LKF AL digabung menjadi Lembaga Farmasi TNI AL
dengan pertimbangan efisiensi dan perampingan. Penggabungan
dilaksanakan oleh Laksamana Pertama TNI Dr. Soedibjo Sardadi, MPH.,
yang menjabat sebagai Kadiskesal dan sebagai Kepala Lembaga Farmasi
TNI AL yang pertama adalah Letkol Laut (K) Drs. Sugiyanto, Apt.
Berdasarkan surat keputusan KASAL Nomor Skep/4832/IX12005, pada
tanggal 21 September 2015 LAFIAL berganti nama menjadi LAFIAL Drs.
Mochammad Kamal.
(LADOKGI), sebelah utara dibatasi oleh Sekesal Jakarta, dan sebelah timur
dibatasi dengan Jl. Bendungan Jati Luhur. Bangunan LAFIAL didirikan di
atas tanah seluas 0,65 hektar dengan luas bangunan ± 2.50 m2.
3.2.2 Misi
administrasi, sarjana teknik kimia, diploma farmasi, diploma analis dan lain-
lain. Jika dilihat dari status, ada dua golongan personalia yaitu militer (pamen,
pama, bintara dan tamtama) dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Kepala bagian
(Kabag) bertanggungjawab dalam penyusunan prosedur kegiatan secara
tertulis, memantau kegiatan di masing-masing bagian, baik personil, mesin
dan peralatan agar tetap sesuai dengan pedoman Cara Pembuatan Obat yang
Baik. Sedangkan Sub bagian (Subbag) bertugas dalam melakukan pelaksaan
teknis prosedur pada masing-masing bagian.
2. Apoteker 8 orang
3. D3 Farmasi 10 orang
4. D3 Analis 1 orang
Tata Usaha dan Urusan Dalam dipimpin oleh Kepala Tata Usaha dan
Urusan Dalam (Kataud) yang merupakan unsur pelayanan di LAFIAL yang
bertanggungjawab penuh kepada Kalafial. Tata Usaha dan Urusan Dalam
LAFIAL terdiri dari:
Bentuk
No. Nama Patent Nama Generik Kekuatan Ket
Sediaan
1 Allopural Allopurinol Tablet 100 mg
2. Ambroxal Ambroxol Tablet 30 mg
3. Amlodipal Amlodipin Tablet 5 mg
4. Amlodipal Amlodipin Tablet 10 mg
5. Antiflu Multiomponen Tablet - 650 mg
6. Bisopral Bisoprolol Tablet 2,5 mg
7. Bisopral Bisoprolol Tablet 5 mg
8. Diklofal Na Diklofenak Tablet 50 mg 200 mg
9. Diklofal SR Na Diklofenak Tablet 100 mg 200 mg
10. Glibenal Glibenklamid Tablet 5 mg 125 mg
11. Imodial Loperamid HCL Tablet 2 mg 125 mg
12. Irbesal Irbesartan Tablet 150 mg
13. Irbesal Irbesartan Tablet 300 mg
14. Meloxal Meloxicam Tablet 15 mg
15. Metformar Metformin Tablet 500 mg
Asam Asetil
16 Navycardia Tablet 100 mg
Salisilat
17. Navyclop Klopidogrel Tablet 75 mg
18. Navyglim Glimepirid Tablet 2 mg
19. Navyglim Glimepirid Tablet 4 mg
20. Navylasix Furosemid Tablet 40 mg
21. Navyprazole Lanzoprazole Tablet 30 mg
22. Navysolon Metilprednisolon Tablet 4 mg 125 mg
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal
Kaplet
23. Parasetamol Parasetamol Salut 500 mg 700 mg
Selaput
Kaplet
Asam
24. Ponstal Salut 500 mg 700 mg
Mefenamat
Selaput
25. Pravastal Pravastatin Tablet 20 mg
26. Ranmar Ranitidin Tablet 150 mg 400 mg
27. Simvastal Simvastatin Tablet 10 mg 125 mg
Asam
28. Tranexal Tablet 500 mg
Tranexamat
29. Valmar Valsartan Tablet 80 mg
30. Valmar Valsartan Tablet 160 mg
Betahistin
31. Vertigal Tablet 6 mg
Maleat
32. Vitaneuron Multivitamin Tablet - 650 mg
33. Vitarma Multivitamin Tablet - 750 mg
Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker
Di Lembaga Farmasi TNI Angkatan Laut Drs. Mochamad Kamal
BAB IV
KEGIATAN DI LAFI AL
mengenai jumlah obat yang akan dibutuhkan untuk kebutuhan operasi dan latihan
anggota TNI. Rencana produksi juga memuat mengenai jumlah dan jenis obat yang
akan diproduksi. Jumlah dan jenis obat yang akan diproduksi ditentukan dengan
mempertimbangkan beberapa hal, antara lain: data mengenai kebutuhan obat dari
bagian pelayanan, persediaan bahan baku yang masih ada, dan anggaran biaya pada
tahun tersebut. Data-data tersebut kemudian dianalisa lebih lanjut untuk
menentukan prioritas obat yang akan diproduksi. Selain itu, jumlah tenaga kerja
yang tersedia dan kecepatan produksi juga menjadi bahan pertimbangan saat
menentukan prioritas. Hasil perencanaan produksi ini kemudian dituangkan dalam
program kerja anggaran tahunan. Berdasarkan hasil perencanaan produksi,
LAFIAL akan menyiapkan bahan baku berupa zat aktif, bahan penolong dan bahan
pengemas yang dibutuhkan untuk produksi. Bahan baku yang dibeli harus selalu
disertai dengan Certificate of Analysis (CoA) dan lulus uji pemeriksaan sesuai
dengan spesifikasi yang telah di tentukan, hal tersebut dilakukan oleh bagian
pengawas mutu (Wastu). Pengadaan bahan baku yang dilakukan oleh LAFIAL
adalah dengan menggunakan metode lelang. Peserta lelang adalah PBF rekanan
TNI AL yang telah terdaftar. Bila semua bahan telah tersedia, selanjutnya bagian
perencanaan produksi akan menyusun jadwal produksi dan membuat konsep Surat
Perintah Produksi (SPP) yang kemudian diajukan kepada KALAFIAL. Surat
Perintah Produksi (SPP) merupakan suatu perintah untuk melaksanakan tugas
produksi dan dikeluarkan oleh KALAFIAL. Produksi hanya dapat dilakukan
setelah ada SPP. Jadwal kegiatan produksi dapat berubah apabila terdapat
persediaan obat yang habis di gudang. Obat yang habis tersebut menjadi prioritas
untuk diproduksi.
seragam. Granul tersebut akan dievaluasi yang dilakukan oleh bagian QC (Quality
Control).
Tahap dilanjutkan dengan pencampuran dengan fase luar yang meliputi lubrikan,
glidan, dan disintegran. Kemudian akan dilakukan proses pencetakan tablet. Tablet
yang selesai di cetak akan dilakukan evaluasi tablet terlebih dahulu yang dilakukan
oleh bagian QC (Quality Control). Setelah dinyatakan lulus QC, maka tablet akan
dikemas menggunakan strip atau blister.
yang dilakukan terhadap sediaan tablet, kapsul dan kaplet meliputi kadar,
keseragaman bobot, keseragaman kandungan, kerapuhan tablet, disolusi,
disintegrasi, dan uji kebocoran pada kemasan primer.
Sedangkan pemeriksaan yang dilakukan terhadap sediaan cair dan salep meliputi
kadar, bobot jenis, pH, viskositas, homogenitas, dan tes kebocoran n pada kemasan
primer.
C. Sub-bagian Laboratorium Kimia
Sub-bagian ini melaksanakan pemeriksaan secara kimiawi bahan baku obat, obat
setengah jadi, obat jadi dan bahan pengemas. Pemeriksaan bersifat kualitatif dan
kuantitatif dan dilakukan berdasarkan reaksi-reaksi yang terjadi dengan
menggunakan reagen tertentu. Sub-bagian ini juga memeriksa secara rutin air
minum dan makanan di lingkungan LAFIAL, air minum di kapal TNI AL maupun
masyarakat juga dilakukan.