SUARA HATI
• TIGA LEMBAGA NORMATIF
– Bukan hanya masy yg mengatakan kpd kita bgmn kita hrs
hidup. Ada 3 pihak “lembaga”, yg mengajukan norma2
kpd kita.
– (1) adlh masy semua org & lembaga yg berpengaruh pd
hidup kita. Yg terpenting adlh keluarga t.u. ortu.
– Dr mereka kita pertama kali belajar apa yg baik & buruk,
apa yg boleh dilakukan & tdk boleh dilakukan, bgmn kita
bergaul dg orang lain.
– Semakin kita besar makin luas/banyak org & lembaga lain
yg mengajukan tuntutan kpd kita. Antara lain : sekolah,
guru, tempat kerja, negara, dst.
– Jd dr masy kita pertama kali belajar / berorientasi moral &
bagaimana kita hrs hidup.
– Yg kedua superego suara batin ttg perasaan moral yg
spontan.
– Superego kita dpt saat kecil kita mulai menginternalisasi /
membatinkan perintah2, larangan2 & nilai2 moral ortu.
– Jd batin kita mengumandangkan tuntutan masy kpd kita
– Yg khas dr seperego perasaan2 tsb tetap muncul
meskipun tdk ada org yg melihat pelanggaran2 kita
– Superego tdk memp norma2 asli sendiri, melainkan
menyuarakan norma2 dr lingk. Sosial kita atau dr lembaga
normatif ke-3 ideologi.
– Ideologi segala macam ajaran ttg makna kehidupan, ttg
nilai2 dasar & ttg bgmn man hrs hidup & bertindak.
– Merangkul ideologi berarti meyakini apa saja yg termuat di
dalamnya & kesediaan utk melaksanakannya.
– Ideologi menuntut org mengesampingkan penilaiannya
sendiri & bertindak sesuai dg ajarannya.
– Ajaran, kepercayaan dan agama termasuk ideologi
- Tdk ada jaminan suara hati tdk pernah keliru kita hrs
berusaha agar suara hati kita tepat.
- Suara hati harus dipertanggung jwbkan.
- Ada 2 gol sikap thd tang. Jwb suara hati : (1) menyangkal
(2) membenarkan.
- (1) moral masalah perasaan belaka. Perasaan tdk dpt
disebut benar/salah tdk dpt dipertang. Jwbkan
“emotivisme”
- Contoh : “Ani adalah cewek yg cantik”, menurut si Doel. “Ani
adalah cewek yg biasa saja”, menurut Niko. Kedua
pernyataan tsb ttg perasaan subyek, bukan kualitas obyek.
- Tdk masuk akal minta pertg. Jwban rasional darinya.
- Yg bilang cantik tdk lebih benar dr yg bilang biasa saja.
- Implikasi dr gol yg bersikap spt ini etika normatif tdk
punya pekerjaan.
- (2) contoh : seorang didatangi seorang mahasiswi yg hamil 4
bulan, & diminta menggugurkan kandungan tsb. Karena ayah
anak tsb tdk mau bertg jwb, & bila keluarganya tahu ia akan
dikucilkan masa depannya hancur.
bolehkan dokter tsb memenuhi permintaan mahasiswi tsb ?
- Ada 2 pendapat yg (1) mendukung & (2) menolak.
- (1) pengguguran boleh dilakukan demi masa dpn mahasiswi
tsb & wanita memp hak u/ menentukan sendiri apakah
kehamilannya mau diteruskan / tidak.
- (2) isi kandungan itu sesuatu yg bernyawa (man), sbg man
berhak hidupnya dilindungi.
- 2 pendapat ini memp pengandaian yg sama hanya 1 dr 2
pendapat yg benar.
- Pendapat yg membela mahasiswi dg eksplisit & tajam
menyangkal isi kand. Memp. Hak2 sendiri. Sebaliknya
pendapat yg menolak membela kehidupan anak dlm
kandungan menolak siapapun menent. Hidup matinya anak
dlm kandungan tsb.
- Beda dg kasus cewek : tdk ada kontradiksi kalau yg satu
menyatakan cantik, yg satu tdk, ke-2 belah pihak bisa
menerima.
- Sdg pd kasus mahasiswi : jika salah satu benar, berarti
pendapat yg lain salah.
terlihat bahwa penilaian moral tdk sekedar masalah
perasaan, melainkan masalah kebenaran obyektif.
- Jika ada perbedaan pendapat moral kita tdk berdebat ttg
perasaan, melainkan ttg apa yg sec. obyektif menjadi kewaj.
Kita & apa yg tdk “bersifat rasional & obyektif”.
- Suara hati & penilaian moral bukan sekedar perasaan dpt
dilihat berlaku umum. Dlm kasus dokter, jika pendpt
menyatakan dokter tdk boleh menggugurkan kandungan
berlaku u/ semua, tdk hanya dokter (berlaku universal).
- Suara hati sadar apa yg diyakini sbg kewajiban berlaku
obyektif & berlaku bagi siapapun yg ada dlm situasi yg sama.
- “universal kesadaran moral” memp makna seharusnya
setiap org dlm situasi yg sama berpendapat yg sama.
- Tdk cukup kita punya pendapat moral t3, tetapi juga hrs
masuk akal & dpt dipertg jwbkan krn bisa keliru.
- Bgmn mprtang. Jwbkan suara hati ?
- Kita hrs terbuka bagi setiap argumen, sangkalan,
pertanyaan, keragu2an dr org lain/hati kita sendiri kita hrs
mencari argumen utk memprtg jwbkan pendpt moral kita.
- Tdk perlu tiap kali kalah debat kita ubah pendapat kita.
Kehabisan argumen blm tentu pendpt moral kita salah.
- Tetapi jk pend. Moral kita kelihatan sungguh2 tdk dpt dipertg
jwbkan kita hrs bersedia mencari orientasi baru.
- Bagaimana mengambil keputusan spy sec. moral memadai ?
- Sblm mengambil keputusan kita hrs bersikap terbuka,
trbuka thd pandangan org lain, t.u. org yg trkena keputusan
kita.
- Kita hrs bersedia memikirkan kembali pendirian kita, bahkan
jika perlu mengubahnya shg keputusan yg kita ambil tepat.
- Saat mengambil keputusan hrs menurut suara hati yg
disadari sbg kewajiban, meski tdk sesuai dg pendpt org lain.
- Kewajiban bertindak sesuai suara hati tdk menjamin
keputusan tsb betul.
- Man memang dpt keliru, ttp tdk berarti keputusannya yg
ternyata salah, sec. moral salah juga.
- Yg dpt dipersalahkan sec. moral jk prsiapan keputusan itu
krg teliti/terbuka/trlalu mdh dipengaruhi pndpt lain jd pd
persiapan keputusan yg kurang dpt dipertg jwbkan.
- Jika keputusan sec. obyektif yg salah tsb berakibat buruk
pd org lain kita wjb semaks. Mkn mengurangi akibat buruk
tsb jd kita bertang jwb thd keputusan kita.
- Seringkali kita dihadapkan pd keragu2a saat mengambil
keputusan.
- Pemecahan plg buruk jika tetap ragu2.
- Spt contoh : seorang guru menget. muridnya morfinis.
Apakah ia akan melaporkan kpd kep. Sekolah, dg akibat
anak tsb akan dikeluarkan dr sekolah, atau sbg guru ia
mendiamkan, ttp mndekati ortu anak tsb & membantu anak
tsb mengatasi masalahnya.
ke-2 alasan tsb trdpt alasan2 yg baik u/ dipilih apa yg hrs
diputuskan ?
- Kita hrs sgr memutuskan salah satu tindakan, meskipun kita
msh ragu mana yg terbaik jd ambil salah satu keputusan
kita bebas memilih (kita tdk mengelak dr tg jwb.)
- Kita menyadari, mungkin : keputusan kita krg baik “berani
mengambil resiko”. Kita hrs mengambil tndkan selanjutnya
jika ternyata keputusan kita berakibat negatif “sikap yg
berani memikul tg jwb”.