Disusun oleh :
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan bahkan untuk menyelamatkan jiwa manusia.
Obat yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu berkualitas, keamanan terjamin
dan terbukti berkhasiat. Oleh karena itu, pabrik obat atau industri farmasi diwajibkan untuk
menjamin keamanan, khasiat dan mutu produk obat yang dihasilkannya selama diberikan izin
Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk
melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Industri farmasi wajib memenuhi
persyaratan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang bertujuan untuk menjamin obat
dibuat secara konsisten memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan sesuai dengan
Salah satu aspek dalam Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah bangunan
dan fasilitas. Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain,
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik
untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan
harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran-
silang dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang
efektif untuk menghindari pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang
dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara
merobek jaringan ke dalam kulit melalui kulit atau selaput lendir. Injeksi dilakukan dengan
atau dengan mengisikan sejumlah obat ke dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda
(Anief, 1994).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)?
4. Bagaimana kelas kebersihan dari area yang ada dalam bangunan untuk sediaan injeksi
antibiotika sefalosporin?
C. TUJUAN
3. Untuk mengetahui alur gerak personil dan alur gerak material produksinya.
4. Untuk mengetahui kelas kebersihan dari area yang ada dalam bangunan untuk sediaan
PEMBAHASAN
A. Industri Farmasi
Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan
untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Obat adalah bahan atau
paduan bahan, termasuk produk biologi, yang digunakan untuk mempengaruhi atau
menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
manusia. Bahan obat adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang
digunakan dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi
kegiatannya. Oleh karena itu, industri tersebut wajib memenuhi persyaratan yang
d. Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang Apoteker Warga Negara
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung
a. Melakukan pemindah tanganan hak milik izin usaha industri farmasi dan
dahulu.
d. Dengan sengaja memproduksi obat jadi atau bahan baku obat yang tidak
CPOB merupakan pedoman yang harus diterapkan dalam seluruh rangkaian proses
di industri farmasi dalam pembuatan obat jadi, sesuai dengan keputusan Menteri
Pedoman CPOB bertujuan untuk menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaanya (Badan POM,
2012).
CPOB mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu. Pada proses
pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat penting untuk menjamin bahwa
obat yang bermutu tinggi tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari
serangkaian pengujian, tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke
dalam produk tersebut (to build quality into the product). Mutu obat tergantung pada bahan
awal, bahan pengemas, proses produksi, pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang
dipakai, serta personel yang terlibat. Oleh karena itu, Pemastian Mutu suatu obat
hendaknya dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau secara cermat (Badan
POM, 2012).
perubahan-perubahan yang sangat cepat pula dalam konsep serta persyaratan CPOB.
Konsep CPOB bersifat dinamis dan mengikuti perkembangan teknologi di bidang farmasi.
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai dengan
karena tidak aman, mutu rendah atau tidak efektif. Manajemen bertanggung jawab
untuk pencapaian tujuan ini melalui suatu “Kebijakan Mutu”, yang memerlukan
pemasok dan para distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan
Obat yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu. Hal ini
2. Personalia
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh sebab
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh pelatihan awal dan
pekerjaannya.
3. Bangunan dan Fasilitas
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan
baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain
ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan,
pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan pembersihan, sanitasi dan
atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat.
4. Peralatan
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat,
agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari bets ke bets dan untuk
penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada
mutu produk.
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,
pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber
produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan
7. Pengawasan Mutu
memberikan kepastian bahwa produk secara konsisten mempunyai mutu yang sesuai
mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi.
bahwa semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan
untuk dipakai atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan
memenuhi persyaratan.
Pengawasan Mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus
mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim yang
dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat
terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedur tertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem, bila
perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat dari
10. Dokumentasi
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
Dokumentasi yang jelas adalah fundamental untuk memastikan bahwa tiap personil
menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga memperkecil
risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya
pembuatan, prosedur, metode dan instruksi, laporan dan catatan harus bebas dari
kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen adalah sangat penting.
11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak
menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak
tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus dibuat secara jelas yang
menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang
menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan.
menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu tinggi. Pembuatan secara
sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang digunakan untuk menyelamatkan jiwa,
Tidaklah cukup bila produk jadi hanya sekedar lulus dari serangkaian pengujian,
tetapi yang lebih penting adalah bahwa mutu harus dibentuk ke dalam produk tersebut.
Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan pengemas, proses produksi dan
pengendalian mutu, bangunan, peralatan yang dipakai dan personil yang terlibat.
C. Denah Bangunan dalam Produksi Sefalosporin
awal, sampel produk antara dan produk akhir serta sampel pemantauan
harus dirancang agar keduanya tidak saling mengganggu. Misalnya, jangan sampai flow
personil masuk sama dengan flow proses masuk barang. Dalam fasilitas produksi obat
tempat masuknya personil dan barang terpisah. Ini sesuai dengan kaidah CPOB untuk
meminimalkan risiko kontaminasi. Dalam cara pandang produksi ini untuk mengefektifkan
hasil produksi Flow proses dalam contoh ini sistem tertutup dimana produk tidak
Ada 2 sistem flow proses yaitu close dan open. Sistem tertutup menggunakan pipa
untuk pemindahan bahan antar ruang/proses, sistem ini diterapkan biasanya pada sediaan
Prinsip tekanan udara pada ruangan yang memproduksi sediaan antibiotic sefalosporin
adalah menggunakan clean coridor dimana tekanan pada koridor lebih tinggi daripada
tekanan pada ruang proses. Dengan tekanan tinggi pada koridor maka kotoran dari ruang
proses tidak akan masuk ke koridor sehingga disebut clean coridor/koridor bersih. Kotoran
dari luar tidak akan masuk ke koridor karena kotoran dari lingkungan luar telah dicegah
masuk ke dalam ruangan proses. tekanan ruang proses pencampuran lebih tinggi dibanding
dengan koridor, dengan sistem ini kotoran dari koridor tidak akan masuk dan mencemari
produk. Kotoran juga tidak bisa masuk dari koridor ke ruang pengisian liquid. Di FAQ
CPOB halaman 2 juga dijelaskan seperti ini, dalam FAQ menggunakan istilah koridor
positif (clean colidor) dan koridor negatif (dirty coridor). Untuk sediaan antibiotic non
betalaktam harus dibuat dalam gedung terpisah sendiri, tidak boleh satu gedung dengan
Sistem tata udara adalah sistem penanganan tata udara yang disyaratkan CPOB pada
saat pabrik farmasi melakukan aktivitas.persyaratan tersebut meliputi, kualitas udara, suhu,
Sistem tata udara untuk keperluan industri dibagi menjadi dua golongan, yaitu untuk
memberikan kenyamanan lingkungan kerja dan untuk mengatur suhu, kelembaban dari udara
yang dipergunakan dalam proses produksi, penyimpanan, dan lingkungan kerja mesin. Sistem
pengaturan tata udara menggunakan Air Handling Unit (AHU) dengan Air Conditioner (AC)
sentral.
ruangan (supply grill) atau ujung dari ducting yang membawa udara keluar ruangan (retum
grill).
Pada system tata udara menggunakan filter untuk penyaring udara yang dikeluarkan
blower/fan. Filter adalah bahan yang digunakan untuk menyaring udara dalam Air Handling
System dengan tujuan untuk menghasilkan udara yang lebih bersih setelah melaluinya.
Tingkat kebersihan udara dalam ruangan dihasilkan dari filter yang terpasang pada ducting
yang berhubungan dengan ruangan tersebut. Dalam AHS dikenal 3 jenis filter yang terpasang
1. Filter kasar atau coarse filter atau lazimnya disebut pre filter. Filter ini mempunyai
efisiensi 30%-40%.
2. Filter menengah atau medium filter Filter ini mempunyai efisiensi 85%-95%.
3. Filter halus atau HEPA (High Efficiency Particulate Air) Filter ini mempunyai efisiensi
99,997%. Pre-filter dan medium filter terpasang dalam rumah filter (bahasa populernya :
housing) sedangkan filter HEPA terpasang dalam ruangan. Pemasangan pre-filter untuk
Kecepatan pertukaran udara dalam ruangan produksi sefalosporin adalah 20 kali per
Selain menggunakan filter, industri juga dilengkapi dengan dust collector. Dust Collector
adalah salah satu mesin penghisap debu dan asap yang menyebabkan polusi udara dari proses-
proses industri. Pada proses industri yang menimbulkan debu dan asap dapat dihisap oleh
mesin dust collector, udara kotor tersebut kemudian difilter dan dipisahkan antara debu dan
udara, debu atau asap masuk ketempat penampungan sedangkan udara dibuang keluar pabrik
sehingga pencemaran udara dapat diatasi.
1. Cara pembuatan obat yang baik (CPOB) adalah cara pembuatan obat yang bertujuan untuk
memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan dan tujuan
penggunaan.
2. Desain bangunan yang digunakan membuat injeksi antibiotic sefalosporin memiliki
ukuran, rancang bangun, konstruksi, serta tata letak yang memadai sehingga memudahkan
dalam pelaksanaan kerja, kebersihan, dan pemeliharaan yang baik.
3. Alur gerak personil menggunakan flow proses system terbuka, sedangkan alur gerak
material menggunakann flow proses system tertutup.
4. Kelas kebersihan dari area dalam bangunan sesuai dengan dengan peraturan yang berlaku
dalam CPOB berdasarkan partikulat udara.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. (1994). Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 194.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2012. Pedoman Cara Pembuatan
Obat yang Baik . Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2010, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.1799/MENKES/PER/XII/2010 tentang Industri Farmasi, Jakarta, Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.