bronkus terhadap berbagai stimulus, di sertai gejala penyempitan pada saluran pernafasan
karena bronko konstriksi reaksi inflamasi dan peningkatan sekresi kelenjar bronkus. Serangan
asma bisa terjadi spontan maupun karena rangsangan fisik, kimia / obat-obatan. Tanda klinik
asma berupa serangan episodik batuk, sesak nafas dengan ekspirasi memanjang dan pada
auskultasi terdengar suara ‘wheezing’ yang khas. Gambaran patologinya berupa kontraksi otot
polos saluran pernafasan, penebalan mukosa karena edema serta penyumbatan lumen saluran
nafas karena mukus yang kental dan liat. NAEPP ( National AsthmaEducation and Prevention
Program2007 ) menekankan adanya keterlibatan interaksi antara ekspresi gen dengan
lingkungan, infeksi virus sebagai penyebab utama kejadian dan perkembangan asma, airway
remodeling terlibat dalam asma kronis pada sebagian pasien
Bronkostriksi pada asma utamanya disebabkan oleh mediator yang dirilis oleh sel
mastosit, maka langkah terapinya adalah dengan menstabilkan membrane mastosit tersebut,
sehingga tidak mudah mengalami degranulasi. Stabilisator mukosa yang utama adalah
golongan kromon seperti natrium kromolin dan nedokromil, stabilisator mukosa adalah
senyawa kromon yang hanya bersifat preventif. Kromolin tersedia dalam bentuk inhalasi
dengan tujuan terapi menghambat rilis mediator inflamasi dari sel mastosit. Pemakaian dosis
tunggal kedua obat ini dapat mencegah fase awal respon konstriksi bronchus yang dosebabkan
oleh allergen. Namun untuk mengatasi respon lambat diperlukan waktu 1-2 bulan. Golongan
obat ini tidak memiliki efek bronkodilator sehingga tidak efektif untuk serangan asma akut.
Natrium kromolin
Natrium nedokromil
Intal plus
KESIMPULAN
Homer A. Bousey, MD, ‘Bronchodilators & Other Drugs Used in Asthma’, Basic and
Clinical Pharmacology, edited by B.G. Katzung, 7th edition, Appleton & Lange, 1998.