PENDAHULUAN
dengan industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan baku obat
Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
adalah bahan baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan
dalam pengolahan obat dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjamin tersedianya obat
yang bermutu, aman dan berkhasiat yaitu dengan mengharuskan setiap industri
untuk menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (Menkes RI, 2010).
penerbitan izin, pembinaan dalam proses produksi dan distribusi hingga kegiatan
obat jadi maupun bahan baku perlu disusun pedoman yang dapat digunakan
sebagai acuan oleh petugas kesehatan di pusat dan daerah (Dirjen Binfar dan
CPOB dalam kegiatannya. Cara Pembuatan Obat yang Baik menyangkut seluruh
aspek produksi dan pengendalian mutu bertujuan menjamin mutu obat yang
sanitasi dan hygiene, produksi, pengawasan mutu, inspeksi diri, audit mutu dan
audit & persetujuan pemasok, penanganan keluhan terhadap produk dan penarikan
menghasilkan sediaan obat jadi yang tetap memenuhi persyaratan yang telah
pengalaman praktis yang cukup, yang salah satunya dapat diperoleh melalui
Mutiara Mukti Farma (PT. MUTIFA) Industri Farmasi yang berlokasi di Jl. Karya
No.68 Km. 8,5 Namorambe Medan, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia sebagai
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan selama satu bulan mulai dari
tanggal 5 agustus – 30 Agustus 2019 di PT. Mutiara Mukti Farma (PT. MUTIFA)
Industri Farmasi yang berlokasi di Jl. Karya No.68 Km. 8,5 Namorambe Medan,
TINJAUAN PUSTAKA
Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari menteri
kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Industri
Farmasi harus membuat obat sesuai aturan CPOB agar sesuai dengan tujuan
Proses pembuatan obat dan/atau bahan obat hanya dapat dilakukan oleh
Industri Farmasi dari Direktur Jenderal. Direktur Jenderal yang dimaksud adalah
jawab dalam pembinaan kefarmasian dan alat kesehatan (Kemenkes RI, 2010).
e. Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung ataupun tidak
kefarmasian.
persetujuan prinsip. Alur permohonan izin prinsip industri farmasi dapat dilihat
Gambar 2.1 Alur permohonan izin prinsip industri farmasi (Dirjen Binfar dan
Alkes RI b, 2011).
paling lama dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak permohonan
dengan kelengkapannya.
e. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal paling lama dalam waktu
prinsip berlaku selama 3 (tiga) tahun. Persetujuan prinsip dapat dicabut bilamana
laporan informasi kemajuan setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Direktur Jenderal
dengan tembusan kepada Kepala Badan dan Kepala Dinas Kesehatan (Dirjen
dilaksanakan lebih dari 3 (tiga) tahun sehingga masa berlaku persetujuan prinsip
Jenderal untuk paling lama 1 (satu) tahun (Dirjen Binfar dan Alkes RI, 2011a).
diajukan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala Badan dan Kepala
Dinas Kesehatan provinsi setempat. Surat Permohonan Izin industri farmasi harus
mutu (Dirjen Binfar dan Alkes RI, 2011a). Alur permohonan izin industri farmasi
Gambar 2.2 Alur permohonan izin industri farmasi (Dirjen Binfar dan Alkes RI,
2011b).
Izin Industri Farmasi dengan tata cara sebagai berikut:
d. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya tembusan
e. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya tembusan
f. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi
administratif berupa:
penarikan kembali obat/bahan obat dari peredaran bagi obat/bahan obat yang
mutu.
c. Perintah pemusnahan obat atau bahan obat, jika terbukti tidak memenuhi
a. Persetujuan Prinsip
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) adalah pedoman pembuatan obat
bagi industri farmasi di Indonesia yang bertujuan untuk memastikan agar sifat dan
mutu obat yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan dan
pernyataan formal dari manajemen puncak suatu industri farmasi dan menyatakan
arahan serta komitmen terhadap mutu produk (Badan POM RI, 2013).
semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok dan para distributor. Untuk
mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat diandalkan, diperlukan sistem
Obat yang Baik termasuk Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu. Hal ini
a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi,
tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk (atau jasa pelayanan) yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
2018).
Konsep dasar Pemastian Mutu, Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB),
Pengawasan Mutu dan Manajemen Risiko Mutu adalah aspek manajemen mutu
secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan memengaruhi mutu dari obat
yang dihasilkan. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu sesuai
ditambah dengan faktor lain di luar Pedoman ini, seperti desain dan
persyaratan CPOB
b. Semua langkah produksi dan pengawasan diuraikan secara jelas dan CPOB
diterapkan
e. Semua pengawasan terhadap produk antara dan pengawasan selama proses lain
untuk distribusi produk jadi. Penilaian hendaklah meliputi semua factor yang
dari Spesifikasi Produksi Jadi dan pemeriksaan produk dalam kemasan akhir
dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam izin edar dan
peraturan lain yang berkaitan dengan aspek produksi, pengawasan mutu dan
pelulusan produk
h. Tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa, sedapat
sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa simpan obat
i. Tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu yang secara berkala
j. Pemasok bahan awal dan bahan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk
produk
n. Evaluasi berkala mutu obat dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses dan
diperlukan dan relevan telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan
tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok
Fungsi ini hendaklah independen dari bagian lain. Sumber daya yang memadai
a. Sarana dan prasarana yang memadai, personil yang terlatih dan prosedur yang
bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi,
dan bila perlu untuk pemantauan lingkungan sesuai dengan tujuan CPOB.
ruahan dan produk jadi dilakukan oleh personil dengan metode yang disetujui
e. Produk jadi berisi zat aktif dengan kmposisi secara kualitatif dan kuantitatif
sesuai dengan yang disetujui pada saat pendaftaran, dengan derajat kemurnian
yang dipersyaratkan serta dikemas dalam wadah yang sesuai dan diberi label
yang benar.
f. Dibuat catatan hasil pemeriksaan dan analisis bahan awal, bahan pengemas,
produk antara, produk ruahan, dan produk jadi secara formal dinilai dan
g. Sampel pertinggal bahan awal dan produk jadi disimpan dalam jumlah yang
cukup untuk dilakukan pengujian ulang bila perlu. Sampel produk jadi
kebenaran label wadah bahan dan produk, memastikan bahwa stabilitas dari zat
aktif dan produk jadi dipantau, mengambil bagian dalam investigasi keluhan yang
terkait dengan mutu produk, dan ikut mengambil bagian dalam pemantauan
akses ke area produksi untuk melakukan pengambilan sampel dan investigasi bila
2.2.2 Personalia
sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan obat yang benar. Oleh
sebab itu industri farmasi bertanggung jawab untuk menyediakan personil yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat
dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan
desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi
kekeliruan, pencemaran silang dan kesalahan lain, serta memudahkan
pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat
cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta masuk dan bersarang serangga, burung,
binatang pengerat, kutu atau hewan lain. (Badan POM RI, 2018).
produk steril. Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk
2.2.4 Peralatan
yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat terjamin sesuai desain serta seragam dari betske-bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya
ndengan tujuannya.
atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang
ditentukan.
d. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan pelumas
dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan adaptasi
tertulis yang rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan kering.
produk. Bagian alat produksi yang bersentuhan dengan produk tidak boleh
bersifat reaktif, aditif atau absorbtif yang dapat memengaruhi mutu dan
i. Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan
hendaklah disimpan.
l. Pipa air suling, air deionisasi dan bila perlu pipa air lain untuk produksi
berisi rincian batas cemaran mikroba dan tindakan yang harus dilakukan.
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene meliputi personil,
pembersih dan desinfeksi, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber
suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. (Badan POM
RI, 2018).
Sanitasi dan higiene yang diatur dalam pedoman CPOB 2018 adalah
efektivitas prosedur dan selalu memenuhi persyaratan (Badan POM RI, 2018).
2.2.6 Produksi
Selain itu, produksi baiknya dilakukan dan diawasi oleh personil yang
kompeten, mutu suatu obat tidak hanya ditentukan oleh hasil analisa terhadap
produk akhir, melainkan juga oleh mutu yang dibangun selama tahapan proses
seidentik mungkin (dalam batas syarat mutu) baik bagi bets yang sudah
a. Mutu produk obat tidak ditentukan oleh hasil akhir analisa saja, tetapi
Pembelian bahan awal hendaklah hanya dari pemasok yang telah disetujui
dan memenuhi spesifikasi yang relevan, dan bila memungkinkan, langsung dari
2) Validasi Proses
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Hasil validasi dan kesimpulan
hendaklah dicatat. Apabila suatu formula pembuatan atau metode preparasi baru
untuk pelaksanaan produksi rutin, dan bahwa proses yang telah ditetapkan dengan
pencemaran mikroba dan pencemaran lain. Risiko pencemaran silang ini dapat
timbul akibat tidak terkendalinya debu, gas, uap, percikan atau organisme dari
bahan atau produk yang sedang diproses, dari sisa yang tertinggal pada alat dan
pakaian kerja operator. Tingkat risiko pencemaran ini tergantung dari jenis
pencemar dan produk yang tercemar. Di antara pencemar yang paling berbahaya
adalah bahan yang dapat menimbulkan sensitisasi kuat, preparat biologis yang
mengandung mikroba hidup, hormon tertentu, bahan sitotoksik, dan bahan lain
sediaan parenteral, sediaan yang diberikan dalam dosis besar dan/atau sediaan
yang diberikan dalam jangka waktu yang panjang. Pencemaran silang hendaklah
dihindari dengan tindakan teknis atau pengaturan yang tepat, antara lain:
hormon seks, sitotoksik tertentu, vaksin hidup, dan sediaan yang mengandung
ulang atau masuknya udara yang tidak diolah atau udara yang diolah secara
tidak memadai.
d. memakai pakaian pelindung yang sesuai di area di mana produk yang berisiko
e. Memakai pakaian pelindung yang sesuai di area dimana produk yang beresiko
pencemaran silang.
bets/lot dengan tujuan untuk memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara,
produk ruahan atau produk jadi dapat diidentifikasi. Sistem penomoran bets/lot
yang digunakan pada tahap pengolahan dan tahap pengemasan hendaklah saling
berkaitan.
dan produk ruahan dianggap sebagai bagian dari siklus produksi dan memerlukan
dokumentasi yang lengkap. Hanya bahan awal, bahan pengemas, produk antara
dan produk ruahan yang telah diluluskan oleh pengawasan mutu dan masih belum
6) Pengembalian
8) Kegiatan Pengemasan
untuk menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas. Semua
pengemasan bets.
9) Produk Kering
terjadi pada saat penanganan bahan dan produk kering, perhatian khusus
peralatan.
Parameter operasional yang kritis (misal: waktu, kecepatan dan suhu) untuk
dalam dokumen produksi induk, dan dipantau selama proses berlangsung serta
dicatat dalam catatan bets. Kantong filter yang dipasang pada mesin pengering
fluid bed tidak boleh dipakai untuk produk yang berbeda tanpa pencucian lebih
dahulu. Untuk produk yang berisiko tinggi atau yang dapat menimbulkan
b. Pencetakan Tablet
terpisah. Tablet yang diambil dari ruang pencetak tablet untuk keperluan
pengujian atau keperluan lain tidak boleh dikembalikan lagi ke dalam bets yang
bersangkutan.
c. Penyalutan
d. Pengisian Kapsul
kapsul hendaklah disimpan dalam kondisi yang dapat mencegah kekeringan dan
selama proses penandaan tablet salut dan kapsul. Bilamana dilakukan penandaan
pada produk atau bets yang berbeda dalam saat yang bersamaan hendaklah
Produk cair, krim dan salep mudah terkena kontaminasi terutama terhadap
c. Tangki, wadah, pipa dan pompa yang digunakan hendaklah didesain dan
disanitasi
e. Kualitas kimia dan mikrobiologi air yang digunakan hendaklah ditetapkan dan
selalu dipantau
f. Mutu bahan yang diterima dalam tangki dari pemasok hendaklah diperiksa
mengenai waktu paling lama produk ruahan boleh disimpan serta kondisi
a) Semua parameter produk, volume atau jumlah isi produk diperiksa pada saat
b) Kemasan akhir diperiksa selama proses pengemasan dengan selang waktu yang
induk.
sasaran mutu mulai dari awal pembuatan sampai kepada distribusi produk jadi.
Pengawasan mutu tidak terbatas pada kegiatan laboratorium, tapi juga harus
terlibat dalam semua keputusan yang terkait dengan mutu produk (Badan POM
RI, 2018).
antara lain:
produk.
sesuai untuk jenis tugas yang ditentukan dan skala kegiatan pembuatan obat.
sebagai berikut:
d. Validasi
e. Pengawasan terhadap bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi
g. Pengujian stabilitas
keputusan akhir meluluskan atau menolak atas mutu bahan baku, produk obat
ataupun hal lain yang mempengaruhi mutu obat. Dokumentasi dan prosedur
produksi dan produk disetujui sebelum didistribusikan (Badan POM RI, 2018).
2.2.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit Persetujuan Pemasok
a. Personalia
e. Peralatan
g. Pengawasan mutu
h. Dokumentasi
m. Penanganan keluhan
n. Pengawasan label
masing dan memahami CPOB. Inspeksi diri dilakukan oleh tiap bagian sesuai
kebutuhan pabrik namun inspeksi diri yang dilakukan secara menyeluruh
hendaknya dilaksanakan minimal satu kali dalam setahun (Badan POM RI, 2018).
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagiandari sistem
umumnya dilaksanakan oleh spesialisdari luar atau independen atau suatu tim
yang dibentuk khusus untukhal ini oleh manajemen perusahaan. Audit mutu juga
dapat diperluasterhadap pemasok dan penerima kontrak (Badan POM RI, 2018).
terjadi kerusakan obat harus dikaji dengan teliti sesuai dengan prosedurtertulis.
Untuk menangani semua kasus yang mendesak, hendaklah disusun suatu sistem,
bila perlu mencakup penarikan kembali produk yang diketahui atau diduga cacat
dari peredaran secara cepat dan efektif (Badan POM RI, 2018).
untuk membantunya.
c. keluhan dan laporan suatu produk termasuk hasil evaluasi dari penyelidikan
serta tindak lanjut yang dilakukan hendaklah dicatat dan dilaporkan kepada
oleh pemalsuan.
diketahui ada produk yang cacat mutu atau diterima laporan mengenai reaksi
yang merugikan.
dengan segera.
cepat dan efektif dari seluruh mata rantai distribusi.Produk yang ditarik
kembali diberi identifikasi dan disimpan terpisah di area yang aman sementara
2.2.10 Dokumentasi
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian mutu.
personil menerima uraian tugas yang relevan secara jelas dan rinci sehingga
memperkecil risiko terjadi salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena
harus bebas dari kekeliruan dan tersedia secara tertulis. Keterbacaan dokumen
Isi dokumen hendaklah tidak bermakna ganda; judul, sifat dan tujuannya
dan mudah dicek. Dokumen hasil reproduksi hendaklah jelas dan terbaca.
secara berkala dan dijaga agar selalu mutakhir. Bila suatu dokumen direvisi,
yang sudah tidak berlaku secara tidak sengaja (Badan POM RI, 2018).
- Spesifikasi
- Dokumen Produksi
dan analisis harus sesuai dengan izin edar dan disetujui oleh kedua belah pihak
melaksanakan pekerjaan kontrak secara benar sesuai izin edar dan persyaratan
legal lain.
c. Memastikan semua produk yang diproses dan bahan yang dikirimkan oleh
b. Memastikan bahwa semua produk dan bahan yang diterima sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
d. Membatasi diri dari segala aktifitas yang berpengaruh buruk pada mutu.
2.2.12 Kualifikasi dan Validasi
sistem yang digunakan dalam suatu proses atau sistem akan selalu bekerja sesuai
identitas sifat suatu peralatan yang berkaitan dengan kinerja dan fungsinya, serta
1. Kualifikasi Desain
spesifikasi yang diatur dalam ketentuan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
2. Kualifikasi Instalasi
sesuai dengan spesifikasi yang tertera pada dokumen pembelian, buku manual alat
3. Kualifikasi Operasional
instalasi mesin atau peralatan produksi atau sarana penunjang dan digunakan
4. Kualifikasi Kinerja
cara-cara yang sesuai bahwa tiap bahan, prosedur, kegiatan, sistem, dan
yaitu:
1. Validasi Prospektif (Prospective Validation).
protokol validasi yang direncanakan. Validasi ini berlaku untuk produk yang
belum beredar.
otentik yang diperoleh dan dikumpulkan dari proses yang sedang dilaksanakan.
diperoleh dan dikumpulkan dari proses yang sudah dilaksanakan dan dinilai
menurut prinsip statistik. Validasi ini berlaku pada produk yang sudah beredar.
Validasi Ulang adalah validasi yang dilakukan bila ada perubahan bahan
obat sebelum diedarkan. Registrasi adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi Obat
a. Obat yang akan diedarkan di wilayah Indonesia wajib memiliki Izin Edar.
b. Untuk memperoleh Izin Edar harus dilakukan Registrasi.
c. Registrasi diajukan oleh Pendaftar kepada Kepala Badan (Badan POM RI,
2017).
a. Registrasi Baru;
b. Registrasi Variasi;
khasiat, keamanan, mutu, dan/atau Informasi Produk dan Label Obat yang telah
mutu Obat.
Variasi Notifikasi.
Registrasi Ulang adalah Registrasi perpanjangan masa berlaku Izin Edar (Badan
a. Izin edar dan persetujuan khusus ekspor berlaku paling lama 5 (lima) tahun
b. Dalam hal izin edar tidak diregistrasi ulang, obat tidak dapat diproduksi
kembali.
penunjukan dengan masa kerja sama kurang dari 5 (lima) tahun, masa berlaku
izin edar sesuai dengan masa berlaku kerja sama dalam dokumen perjanjian.
d. Obat yang telah habis masa berlaku Izin Edarnya dapat diperpanjang selama
Obat yang mendapat izin edar harus mendapat kriteria sebagai berikut :
a. khasiat yang meyakinkan dan keamanan yang memadai dibuktikan melalui uji
nonklinik dan uji klinik atau bukti-bukti lain sesuai dengan status
b. mutu yang memenuhi syarat sesuai dengan standar yang ditetapkan, termasuk
proses produksi sesuai dengan CPOB dan dilengkapi dengan bukti yang sahih;
dan
c. Informasi Produk dan Label berisi informasi lengkap, objektif dan tidak
menyesatkan yang dapat menjamin penggunaan Obat secara tepat, rasional dan
aman.
3.1 Sejarah
Pada tahun 1975 didirikan Industri Farmasi di kota Medan dengan nama
perusahaan tersebut dalam suatu akte notaris tertanggal 31 Januari 1980 dengan
nama PT. Mutiara Mukti Farma (PT. MUTIFA) yang berlokasi di Jl. Karya Jaya
kepada PT. Mutiara Mukti Farma (PT. MUTIFA) untuk memproduksi obat-
RI. Badan Pengawasan Obat dan Makanan No. 213/AA/III/81. PT. Mutiara Mukti
operasinya dalam menghasilkan berbagai jenis maupun bentuk sediaan obat untuk
(CPOB), bahwa setiap industri farmasi harus mengacu pada pedoman tersebut,
maka untuk memenuhi ketentuan tersebut PT. MUTIFA telah membangun pabrik
yang baru di Jl. Karya Jaya No.68 Km. 8,5 Namorambe Medan. Pada bulan Mei
1994 produksi telah dilaksanakan di pabrik yang baru dan pada saat ini kegiatan
administrasi juga telah dilakukan dilokasi tersebut. Pada tanggal 27 Juli 1994 PT.
CPOB.
Bentuk sediaan yang telah diproduksi sampai saat ini adalah tablet, sirup,
Ibukota (DKI) Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara,
berdasarkan sistem skala prioritas, yang mengutamakan obat yang lebih cepat laku
di pasaran. Hal ini tidak berlaku untuk obat Inpres dan Askes.
Membuat obat yang berkualitas tinggi sesuai dengan standar mutu obat
3.3 Tinjauan Khusus PT. Mutiara Mukti Farma (PT. MUTIFA) Medan
3.3.1 Lokasi dan Sarana Produksi
3.3.1.1 Lokasi
PT. MUTIFA Medan berada di Jl. Karya Jaya No.68 Km. 8,5 Namorambe
berikut.
Luas areal PT. MUTIFA medan mempunyai luas areal 16.000 m2 dan luas
Sumber arus listrik berasal dari perusahaan listrik Negara (PLN) dan
apabila listrik dari PLN terputus digunakan generator. Sumber air berasal dari air
pompa dan air PAM. Untuk keperluan produksi digunakan air PAM yang telah
diolah menjadi air mineral, dan kuades. Air sumur digunakan untuk pencucian
alat, mandi dan bila air PAM mengalami kerusakan dapat digunakan air sumur
yang telah mengalami tiga kali penyaringan. Bangunan penunjang lainnya terdiri
Sarana produksi yang ada PT. MUTIFA meliputi ruang produksi, gudang
bahan baku, gudang kemasan dan obat jadi, dibuat sedemikian rupa sesuai CPOB.
Ruang produksi PT. MUTIFA Medan terdiri atas lantai, dinding, dan langit-langit
a. Lantai
Lantai ruang produksi tablet, kapsul, dan syrup, terbuat dari beton yang
tidak menahan partikel, tahan terhadap deterjen, desinfektan, dan tahan terhadap
bahan kimia.
b. Dinding
Dinding ruang terbuat dari beton, yang dilapisi dengan epoksi dan
sebagian dilapisi dengan akrilik, sehingga permukaan dinding menjadi licin, rata
tidak menahan partikel, serta tidak menjadi tempat bersarangnya binatang kecil.
c. Langit-langit
Langit-langit ruang terbuat dari gipsum, yang dilapisi cat akrilik, sehingga
langit-langit menjadi licin dan rata-rata kedap air, mudah dibersihkan, tahan
d. Pengaturan Udara
Aliran udara yang digunakan dalam ruangan produksi adalah Air Handling
berasal dari dua sumber, yaitu berasal dari udara yang disirkulasi kembali
(sebanyak 80%), dan berasal dari udara bebas (sebanyak 20%). Suplai udara
tersebut kemudian melewati filter yang terdapat didalam Filter House yang terdiri
dari Prefilter yang memiliki efisiensi penyaringan sebesar 35% dan Medium Filter
99,95% Selanjutnya suplai udara ini melewati Cooling Coil, evaporator yang akan
menurunkan suhu (T) dan kelembaban relatif (RH) udara. Kemudian udara
produksi melalui ducting (saluran udara). Jumlah udara yang masuk ke dalam
personil yang memiliki ilmu pengetahuan sesuai dengan bidangnya, terampil dan
terlatih, disiplin, jujur dan mempunyai tingkat kesadaran yang tinggi akan
144 orang yang dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini:
pimpinan atau staf tersebut memberikan bimbingan dan pelatihan tentang CPOB
dari Apoteker, S-1, D-3, SLTA, SLTP dan SD yang dapat dilihat pada Tabel 3.3
berikut ini:
CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat
diproses dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang
spesifikasi CPOB mencakup seluruh aspek dan pengendalian mutu. Sistem CPOB
dibentuk kedalam produk tersebut.Mutu obat tergantung pada bahan awal, bahan
a. Semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara sistem
telah ditetapkan
b. Tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana
d. Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang jelas,
tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana yang
tersedia.
jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
riwayat bets secara lengkap, disimpan secara komprehensip, dan dalam bentuk
h. Penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil resiko terhadap mutu
obat.
pengawasan selama proses atau yang disebut dengan In Proces Control baik
terhadap produk antara maupun produk ruahan dari tiap tahap produksi. Bagian
ruahan yang sedang diperiksa, apabila tidak memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan diberi label merah dan tidak boleh diteruskan sebelum persyaratan
yang ditentukan atau bahan tersebut akan dimusnahkan jika tidak memungkinkan
berstatuskarantina diberi label kuning, dan jika lulus dari pemeriksaan akan diberi
Tugas dan fungsi bagian produksi PT. MUTIFA antara lain sebagai berikut:
jadi.
Sasaran utama yang harus dicapai oleh bagian produksi antara lain:
Sebelum proses berlangsung ada beberapa hal yang perlu dipersiapan yang
agar produksi dapat berjalan lancar dan menghasilkan suatu produk sesuai dengan
yang diharapkan.
Tahapan yang perlu diperhatikan sebelum produksi adalah sebagai berikut:
dengan sifat bahan yang akan digunakan. Bila perlu dapat digunakan Air
4. Alat-alat yang digunakan harus selalu dalam keadaan bersih dalam kondisi
baik.
yang bertujuan untuk dokumentasi, sehingga jika terjadi kekeliruan atau kesalahan
pada proses produksi, maka segera diketahui pada proses mana kesalahan terebut
Laporan proses produksi berguna untuk menghitung jam kerja yang diperlukan
dalam mengerjakan suatu bets sediaan. Laporan ini dibuat dan ditandatangani oleh
berlangsung harus dilakukan pengawasan selama proses atau yang disebut dengan
In Proces Control (IPC) baik terhadap produk antara maupun produk ruahan dari
tiap tahap produksi. Bagian pengawasan mutu akan melakukan In Proces Control
maupun produk ruahan yang sedang diperiksa, diberi label kuning, dan jika lulus
pemeriksaan diberi label hijau, sehingga dapat diteruskan ke proses selanjutnya.
Produk yang tidak memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan diberi label merah
dan tidak boleh diteruskan sebelum persyaratan yang ditentukan atau bahan
Finished Pack Analysis. Obat jadi yang lulus pemeriksaan selanjutnya diserahkan
granulator, mesin pencetak tablet lubrikator, FBD (Fluid Bed Dryer), mesin strip
dan mesin blister. Hal-hal yang diperiksa selama produksi adalah keseragaman
bobot, waklu hancur, ketebalan, kekerasan, kadar zat berkhasiat, friabilitas, LOD
Setiap tahapan proses pembuatan tablet dibuat dalam ruangan terpisah dari
produksi tablet dengan gudang bahan baku sedemikian rupa sehingga waktu yang
dibutuhkan untuk mengangkat bahan baku dari gudang bahan baku ke gudang
produksi relatif cepat dan tidak melalui ruangan produksi lainnya sehingga
pencampuran bahan, mesin pengisi kapsul dan oven. Pada produksi kapsul perlu
25ºC. Hal-hal yang diperiksa selama produksi adalah keseragaman bobot, kadar
Untuk liquida memproduksi sedian bentuk cair seperti suspensi dan sirup.
Unit ini dilengkapi dengan mesin pencampuran dan mesin pengisi obat kedalam
wadah. Hal-hal yang diperiksa selama poduksi adalah pH, Berat Jenis (BJ)
kebocoran wadah.
produk baru tersebut adalah formulasi yang meyusun semua protokol validasi
1. Jumlah contoh dan jadwal pengujian berdasarkan sifat zat yang diuji.
2. Kondisi penyimpanan.
suatu produk yang dihasilkan oleh industri farmasi, agar senantiasa memiliki
Sistem pengawasan mutu harus di rancang dengan tepat untuk menjamin bahwa
tiap obat mengandung bahan dengan mutu yang benar dan jumlah yang tepat
yang terpisah dan memiliki alat pengujian masing masing. Selain itu, ruang
ruang High Permance Liquid Chromatography (HPLC) dan terdapat juga lemari
Sampah dan sisa bahan laboratorium QC dibuang pada tempat yang sudah
disediakan. Bahan beracun dan bahan yang mudah terbakar disimpan pada tempat
khusus dan tempat terpisah. Limbah yang dihasilkan dari bagian QC dibuang ke
Tugas dan wewenang personil diterangkan dalam protap yang disimpan oleh
keadaan peralatan apakah berfungsi baik atau tidak. Tanggal dan waktu kalibrasi
pembuatan yang tertulis dan setiap pereaksi diberi label yang sesuai seperti
dengan memperhatikan fasilitas dan peralatan yang ada. Spesifikasi dan prosedur
pengujjian untuk setiap bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadi
masing-masing bahan atau produk dan diperiksa oleh supervisor. Catatan analisa
meliputi:
4. Perhitungan dalam unit ukuran, rumus yang digunakan dan range yang
diperbolehkan
7. Nama pemasok, jumlah keseluruhan dan jumlah bahan awal yang diterima
Contoh pertinggal diberi identitas yang jelas, mewakili tiap bets bahan
baku yang diterima dan obat jadi dalam kemasan lengkap disimpan dalam jangka
waktu tertentu (sampai batas waktu kadaluarsa) dengan kondisi yang sesuai
dengan label penandaan. Jumlah sampel pertinggal adalah minimal 2 kali dari
persyaratan yang ada dalam farmakope dan senantiasa direvisi secara rutin.
Spesifikasi dibuat dalam bentuk dokumen dan disimpan tersendiri yang meliputi:
Pengambilan sampel dilakukan terhadap sebagian kecil dari bets yang ada.
Sampel yang diambil hendaklah mewakili bets yang ada dan berdasarkan prosedur
tetap yang telah dibuat. Jumlah sampel yang diambil mengikuti rumus √𝑛 + 1.
Sampel bahan awal, produk antara, diambil secara acak mewakili tiap
wadah dengan menggunakan peralatan yang sesuai yang diambil pada proses
awal, tengah dan akhir. Pengambilan sampel dilakukan dengan tepat untuk
mencegah kontaminasi silang. Wadah untuk bahan sampel diberi label yang
menunjukkan isi wadah, nomor bets, tanggal pengambilan dan tanda bahwa
sampel telah diambil dari wadah tersebut, Pengambilan sampel bahan baku
dilakukan pada tempat yang bersih, dan dilakukan pemeriksaan awal terlebih
Bahan baku.yang akan diuji telah dilengkapi dengan sertifikat analisis dari
produsen atau supplier, bahan pengemas dilihat dari segi fisiknya. Pengawasan
pada kemasan diperiksa oleh IPC sebelum kegiatan pengemasan berjalan, selama
proses berlangsung, dan pada produk akhir yang sudah dikemas. Untuk menjamin
keseragaman bets, sampel diambil mewakili setiap bets produk antara dan produk
ruahan untuk diuji identitas, kekuatan, kemurnian dan kualitasnya. Produk antara
dan produk ruahan yang ditolak diberi penandaan dan diawasi dengan sistem
karantina.
dilakukan pengolahan ulang, maka prosedur tersebut harus diperiksa, dan disetujui
oleh bagian QA. Setiap bahan awal, produk antara, produk ruahan dan produk jadi
yang telah diuji dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan diberi label
“DILULUSKAN”
Setiap bahan awal, produk antara, produk ruahan dan obat jadi telah
ditetapkan batas waktu penyimpanannya. Jika obat telah melewati batas waktu
“DILULUSKAN”.
Pemastian mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup semua hal baik
secara tersendiri maupun secara kolektif, yang akan mempengaruhi mutu dari obat
yang dihasilkan. Pemastian mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat
dengan tujuan untuk memastikan bahwa obat yang dihasilkan dengan mutu yang
perusahaan.
keputusan serta tindakan atas hasil penilaian, bila perlu bekerja sama
pelayanan.
12. Bertanggung jawab dalam pelulusan atau penolakan obat jadi sesuai protap
terkait.
3.8.4 Produksi
Ruangan produksi dengan gudang bahan baku, gudang kemasan dan obat
jadi dibuat sedemikian rupa sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengangkut
bahan baku ke ruang produksi, bahan kemasan ke ruang pengemasan, obat jadi
dari ruang karantina ke gudang obat jadi relatif singkat dan tidak melalui ruang
dihindari.
3.8.5 Gudang
bahan baku, kemasan, dan sediaan jadi. Gudang melaksanakan penyimpanan dan
pengeluaran bahan baku, sediaan jadi dan kemasan dengan memakai prinsip FIFO
(First In First Out) maupun FEFO (First Expired First Out). Gudang terbagi 3
yaitu gudang bahan baku, gudang sediaan jadi dan gudang kemasan yang dibuat
4. Bon faktur ditanda tangani oleh kepala gudang, lalu diserahkan ke kasir
industri.
5. Bahan baku yang masuk tersebut langsung dibuat Bukti Barang Masuk
(BBM).
belum diperiksa atau dalam tahap pemeriksaan diberi label karantina. Label
karantina ini diberi warna kuning berisi nama barang, jumlah, nomor bets tanggal
diterima, unit penerimaan dan tanda tangan. Barang yang diluluskan diberi label
“diluluskan” berwarna hijau, serta berisi nama barang, tanggal diterima, jumlah,
pembuat atau penyalur nomor bets asal dan data yang diisi oleh unit
QualityControl (QC) (tanggal tes, nomor lot, tanda tangan dan tanggal
kadaluarsa), sedangkan barang yang ditolak diberi label “ditolak” yang berwarna
merah dan berisi nama barang, jumlah, nomor bets, tanggal diterima, dan tanda
Bahan baku atau kemasan dianalisis oleh unit Quality Control (QC)
setelah menerima Surat Pengiriman contoh bahan baku atau kemasan. Unit ini
kemasan berdasarkan hasil analisis. Bahan baku atau kemasan yang diluluskan
oleh unit Quality Control (QC) akan merobek label hijau (di luluskan) ditempel di
atas label kuning (karantina) dan ditempatkan di daerah yang diluluskan. Bahan
baku atau kemasan yang ditolak oleh unit Quality Control (QC) akan merobek
label “karantina” dan ditempelkan label “ditolak” yang berwarna merah serta
menempatkannya didaerah ditolak. Khusus bahan baku dan kemasan yang ditolak,
unit Quality Control (QC) harus membuat surat penolakan kepada pemasok
atau persyaratan selanjutnya disimpan di gudang obat jadi atau bahan baku, dan
jenis bahan baku, sedangkan untuk bahan baku cair disimpan terpisah. Untuk
dalam pengambilan maupun penyusunannya. Bahan baku dan kemasan yang tidak
tahan pada suhu kamar, disimpan pada ruangan khusus yang dilengkapi dengan
AC.
Masuknya obat jadi atau sediaan jadi digudang obat jadi diserahkan oleh
kepala limit kemasan sekunder kepada kepala gudang obat jadi, kemudian kepala
gudang obat jadi membuat surat Bukti Penyerahan Hasil Produksi (BPHP) yang
menerangkan nama obat jadi, kemasan, jumlah, nomor bets yang ditanda tangani
oleh kepala gudang obat jadi. Penyimpanan sediaan jadi berdasarkan bentuk
bahan baku, obat jadi dan kemasan secara komputerisasi maupun manual.
3.8.6 Limbah
a. Limbah cair
Sumber limbah cair berasal dari air cucian di ruang produksi dan air cucian
2) Pada bak netralisasi kalau perlu ditambahkan air kapur untuk menetralkan
limbah cair yang dikeluarkan. Selanjutnya limbah cair yang telah netral
3) Pada bak aerasi cairan limbah dialirkan dengan menggunakan aerator yang
Bak Netralisasi
Bak aerasi
Bak Sedimentasi
Bak biokontrol
baku mutu air limbah yang diisyaratkan dalam Surat Keputusan Menteri Negara
2) Buangan proses produksi seperti tepung sisa proses, produk antara atau
ruahan yang rusak atau kotor, kemasan (alumunium foil, botol, dus dan
lain-lain)
Tolak ukur yang dipakai untuk pemantauan limbah padat adalah kualitas
lingkungan atau kebersihan didalam area industri, dimana tidak didapat lagi
limbah padat yang berserakan dipabrik. Diagram sistem pengolahan limbah padat
a) bahan kimia/reagensia
2) Debu produksi
Tolak ukur yang dipakai untuk pemantauan limbah udara adalah kualitas
udara didalam dan diluar lingkungan pabrik, meliputi kadar NH2, SO2, CO, NO2,
TSP.
Sistem penanggulangan limbah udara antara lain tertera pada tabel berikut :
d. Limbah Suara
Limbah suara ini berasal dari mesin produksi, genset, mesin system
penunjang (AHU, mesin boiler). Cara pengendalian limbah suara ini dapat diatasi
Tolak ukur yang digunakan untuk pemantauan limbah suara adalah angka
kebisingan dan getaran didalam dan diluar area pabrik yang diukur sesuai dengan
PEMBAHASAN
PT. MUTIFA Medan sebagai salah satu PMDN (Pemegang Modal Dalam
Negeri) yang memproduksi obat telah menerapkan CPOB sejak bulan April tahun
1994. Penerapan CPOB dan seluruh aspek rangkaian produksi merupakan suatu
langkah untuk menjamin mutu obat jadi, sehingga memenuhi persyaratan yang
produk harus dibentuk di dalam produk tersebut, tidak cukup hanya lulus dari
memiliki manajemen mutu sesuai dengan CPOB 2018. Hal ini dapat dilihat dari
mulai dari pemesanan bahan baku dan kemasan obat sampai obat siap dikonsumsi
berdasarkan CPOB.
mengendalikan protap
3. Melaksanakan validasi
kembalian.
pengawasan dan pengujian seluruh bahan awal yang akan digunakan dalam
produksi, melakukan pengawasan selama proses produksi dan pengujian obat jadi.
mutu obat yang dihasilkan agar sesuai dengan persyaratan mutu obat yang telah
polisi yang mandiri untuk memantau keseluruhan proses pembuatan obat mulai
dari rencana design industri (R&D), pembelian bahan, proses produksi hingga
QA dan QC dipimpin oleh manager yang berbeda serta tidak saling bertanggung
jawab satu dengan yang lain. Untuk mendukung kegiatan operasionalnya, PT.
MUTIFA memerlukan personil yang terampil dan terlatih. Status dan jumlah
personil dilihat pada tabel 3.3. Dalam rangka memenuhi persyaratan CPOB,
dengan cara mengirim pimpinan atau staf untuk mengikuti pelatihan mengenai
Lokasi PT. MUTIFA Medan dibangun di kawasan yang jauh dari pusat
kota dan keramaian. Bangunan produksi antibiotik beta laktam terpisah dengan
bangunan produksi non beta laktam. Area penimbangan bahan awal dilakukan di
area penimbangan yang terpisah dan didesain khusus untuk kegiatan tersebut.
Area ini merupakan bagian dari area produksi. Ruang produksi dirancang
kekeliruan antara produk obat atau komponen obat yang berbeda, mencegah
dengan tingkat efisiensi yang dapat mencegah pencemaran dan pencemaran silang
serta mengendalikan suhu dan kelembaban. Area di mana dilakukan kegiatan yang
tablet memiliki dust collector. Area penyimpanan PT. MUTIFA terdiri dari
gudang bahan baku, gudang bahan kemasan, dan obat jadi. Gudang bahan baku
penyimpanan kemasan sekunder seperti master dus, kotak karton dan botol.
Gudang bahan jadi terdiri dari ruang karantina, penolakan, penyimpanan produk
jadi setelah diluluskan.Penyusunan bahan baku, bahan kemasan dan produk jadi di
gudang masing-masing, menggunakan palet yang terbuat dari kayu, berfungsi agar
tidak berkontak langsung dengan lantai, tidak tercemar debu, kotoran dan
terhindar dari rembesan air. Area pengawasan mutu memiliki ruangan terpisah
Visibel. Ruang istirahat, kantin, toilet dan bengkel tidak berhubungan langsung
4.4 Peralatan
Alat timbang dan alat ukur untuk proses produksi dan pengawasan
dikalibrasi secara berkala. Dalam tiap ruang produksi dapat terdapat satu atau dua
c. Ruang pengeringan hanya terdapat alat granulator dan Fluid Bed Dryer (FBD)
Setiap personil yang masuk ke dalam area produksi (grey area) harus
mengenakan pakaian pelindung, masker, sarung tangan dan penutup kepala. Hal
ini dilakukan untuk menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk
Sarana toilet dan tempat cuci tangan mudah diakses dari area produksi.
peralatan dan bahan pembersih pada ruangan terpisah dengan ruang pengolahan.
4.6 Produksi
produk jadi. Produk jadi dikarantina pada area produksi. Bagian pengawasan mutu
meluluskannya. Produk jadi kemudian diserahkan ke gudang obat jadi dan siap
didistribusikan.
Bahan baku yang baru datang masuk ke gudang diberi status karantina.
untuk semua bahan aktif dan bahan penolong. Setiap bahan baku yang masuk
harus dilengkapi dengan sertifikat analisa yang akan digunakan sebagai acuan
label released (warna hijau) kemudian disimpan di gudang. Apabila bahan baku
ditolak ditempelkan label rejected (warna merah) dan ditempatkan pada area
Produk ruahan adalah produk yang telah selesai diolah dan siap untuk
pada awal, tengah dan akhir proses. Produk ruahan harus segera diperiksa sesuai
dengan spesifikasinya. Produk jadi adalah produk yang telah melewati seluruh
Pengambilan contoh dilakukan pada proses pengemasan yaitu pada awal, tengah
Inspeksi diri PT. MUTIFA diadakan satu tahun sekali. Inspeksi diri
dilakukan oleh tim inspeksi diri yang diketuai oleh manager QA. Inspeksi diri
dilakukan terhadap departemen Produksi, R&D, QC, QA, dan Teknik. Laporan
1. Personalia
2. Bangunan
5. Peralatan
7. Pengawasan mutu
8. Dokumentasi
saran tindakan perbaikan. Audit mutu dilakukan oleh badan POM. Audit ini
mencakup aspek CPOB. Badan POM didampingi manager QA melaksanakan
a. Kategori A
resiko bagi pasien, laporan negatif dari media massa yang berkaitan dengan
b. Kategori B
mengandung resiko terhadap pasien (nomor kode tidak ada) dan cacat estetik.
(recall). Penarikan obat jadi dapat dilakukan karena keinginan produsen (misalnya
mau mengganti kemasan) atau keinginan badan POM. Produk kembalian yang
4.10 Dokumentasi
6. Dokumen registrasi
7. Catatan kalibrasi
8. Catatan Verifikasi
untuk memastikan bahwa setiap karyawan mendapat instruksi yang jelas dan rinci
terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul apabila hanya
dan pengemasan batch) harus menggambarkan riwayat lengkap dari setiap batch
tersebut dipasarkan.
menyebabkan produk atau pekerja dengan mutu yang tidak yang tidak
memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak harus
di buat secara jelas yang menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-
masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets
produk untuk diedarkan yang menjadi tangungg jawab penuh kepada bagian
validation. Validasi yang dilakukan oleh PT. MUTIFA adalah validasi proses
terhadap produk yang telah diproduksi dan dipasarkan tetapi belum pernah
validasi untuk produk yang akan divalidasi. Kegiatan validasi akan dilakukan oleh
validasi. Setiap akhir validasi harus dibuat suatu laporan validasi sebagai
yang menunjukan bahwa suatu peralatan, fasilitas, sistem penunjang dan proses
Kualifikasi mencakup:
Dokumen awal yang harus disiapkan mencakup desain alat dan spesifikasi
dengan desain yang telah ditentukan dan memenuhi kriteria penerimaan. Protap
memberikan kinerja yang baik atau berfungsi menghasilkan produk sesuai standar
mutu yang telah ditetapkan. PQ untuk peralatan dapat juga mengambil data dari
validasi proses.
4.13 Registrasi
dan registrasi variasi. Pada registrasi ulang produk-produk yang sudah mendekati
perubahan pada produk obat, baik itu bahan awal yang berganti pemasok, logo
a. Registrasi Baru;
f. Registrasi Variasi;
khasiat, keamanan, mutu, dan/atau Informasi Produk dan Label Obat yang telah
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Diharapkan kepada pihak PT. Mutiara Mukti Farma (PT. MUTIFA) untuk
secara berkala. Dan dapat memberikan Pelatihan dan pembekalan CPOB kepada
Operator produksi secara berkala agar terus menjaga kualitas obat yang
dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
BPOM RI. (2017). Kriteria dan tata laksanaregistrasi obat. Jakarta : badan
pengawas obat dan makanan.
BPOM RI. (2018). Perubahan atas Peraturan kepala badan pengawas obat dan
makanan republic Indonesia nomor HK.03.1.33.12.12.8195 Tahun
2012 tentang penerapan pedoman cara pembuatan obat yang baik.
Jakarta : badan pengawas obat dan makanan.
Dirjen Binfar dan Alkes RI. (2011). Pedoman Pelayanan Perizinan Industri
Farmasi. Jakarta : Direktorat Bina Produksi Dan Distribusi
Kefarmasian, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
DIREKTUR
UTAMA Mgr
Pembelian
DIREKTUR
Mgr
Keuangan
Asisten direktur bidang CPOB Plant manajer
Dra.Nuranti Rumela Sirait, S.Farm Dr. Nerdy, S. Farm, M.Si, Apt
Mgr
Akuntansi
Mgr
Kabag PPIC SPV QA SPV PRODUKSI Pesonalia
Waryanti.K.Ningsih Apriani, Siti Aisyah. S. SPV QC SPV R&D
, SE S.Farm, Apt Farm, Apt Yenny Purnama sari, Hoko Wilopo, S. Farm, Apt
S.Farm, Apt
Kabag CS/Laundry
Rut Nanci, Apt
76
Lampiran 2. Sertifikat CPOB cairan obat luar nonbetalaktam
77
Lampiran 3. Sertifikat CPOB cairan oral nonbetalaktam
78
Lampiran 4. Sertifikat CPOB kapsul keras nonbetalaktam
79
Lampiran 5. Sertifikat CPOB semisolid nonbetalaktam
80
Lampiran 6. Sertifikat CPOB serbuk obat luar nonbetalaktam
81
Lampiran 7. Sertifikat CPOB tablet biasa dan tablet salut nonbetalaktam
82
Lampiran 8. Sertifikat CPOB serbuk oral antibiotik penisilin dan turunannya
83
Lampiran 9. Sertifikat CPOB tablet biasa antibiotik penisilin dan turunannya
84
Lampiran 10. Bagan proses pembuatan sediaan liquida
Penimbangan
Pelarutan
Pencampuran
Penyaringan
IPC :
- pH lautan
- Bj Karantina
- Kadar zat
Berkhasiat
- Viskositas
Pengisian ke bawah
IPC :
- Keseragama volome Karantina
- Kadar zat berkhasiat
- Kebocoran wadah
Pengemasan
Penimbangan
IPC : Karantina
kadar zat berkhasiat
IPC :
- Kadar zat
berkhasiat Karantina
- Waktu hancur
- Keseragaman
bobot
- Disolusi
Seleksi
Pengemasan
86
Finished Pack
Karantina
Analysis
Penimbangan
Pencampuran
Cetak tidak
langsung
Slugging
Granulasi basah
Pengeringan di
oven suhu 60⁰
Granulasi kering
IPC:LOD
Lubrikasi/pena
mbahan bahan
pelicin
Pengemasan
Pencetakan Karantina
BETALAKTAM
NONBETALAKTAM
88
No. Nama obat Komposisi
3. Amlodipine 5 MF Amlodipine
5. Amlodipine 10 MF Amlodipine
89
23. Methylprednisolone16 Methylprednisolone
Chlorpheniramine maleat
36. Omegavit kapsul Fero Fumarat 89,5 Mg, Mn- Sulfat 0,2 Mg,
90
43. Omekur Cimetidine
91
65. Panviton kaplet Curcumae, Ekstrak ginseng, Vit V, Vit B1,
Ca, Mg, Zn
Hidroksida, Simetikon
Ascorbat
74. Vitalamin kaplet Vit A, Vit B1, Vit B2, Vit B6, Vit B12, Vit C,
MnSO4
PRODUK POT
1. Chloramphenicol Chloramphenicol
92
2. Prednison isi 100 Prednison
3. Vitamin B complek isi 250 Vit B1, Vit B2,Vit B5, Vit B6,
4. Vitamin B1 Vitamin B1
PRODUK SYRUP
guaiafenesin, CTM
93
11. Omedom syr 60ml Domperidon
Guaiakolat
Guaiakolat
94
Dextromethorpan HBr, Ethanol
kloramfeniramin maleat
kloramfeniramin maleat
hidroksida, simethicone
5. Pacdin biosepta 1L
6. Pacdin biosepta 15 ml
95
11. Povidone iodine 15ml Povidon iodine
96
Lampiran 15. Label sampel telah diambil
97
98
Lampiran 16. Label pembersihan mesin/alat
99
Lampiran 17. Sampel pertinggal
100
Lampiran 18. Label karantina
101
102
Lampiran 19. Catatan pengujian kadar sediaan padat
103
Lampiran 20. Catatan pengujian kadar cairan
104
Lampiran 21. Label diluluskan
105
106
Lampiran 22. Label penimbangan
107
Lampiran 23. Bukti permintaan dan penyerahan bahan baku
108
109
Lampiran 24. Kartu persediaan bahan baku
110
Lampiran 25. Kartu persediaan
111
112
113