Anda di halaman 1dari 133

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

RESUME PKPA FARMASI INDUSTRI GELOMBANG 1


“KOMPETENSI KHUSUS”

OLEH :

NAMA : ELIVILIA OKTAVIANA BONITA S.


NIM : 15120220164
PEMBIMBING : apt. SELPIDA HANDAYANI, S.Farm., M.Sc.

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
KOMPETENSI KHUSUS 1
“MENJELASKAN TENTANG INDUSTRI FARMASI”

1. PENGERTIAN INDUSTRI FARMASI

Menurut BPOM (2018) Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik,
Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat.
Menurut Permenkes RI Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010, Industri
Farmasi merupakan badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan
kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Kegiatan pembuatan obat tersebut dikontrol dan
diawasi dengan ketat oleh pemerintah dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM),
sehingga obat yang dihasilkan dapat memenuhi kriteria mutu, kemanfaatan dan keamanan.
Industri Farmasi berfungsi antara lain proses pembuatan obat dan/atau bahan obat; pendidikan
dan pelatihan; dan penelitian dan pengembangan. Industri farmasi yang memproduksi obat
dapat mendistribusikan atau menyalurkan hasil produksinya langsung kepada pedagang besar
farmasi, apotek, instalasi farmasi rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, klinik, dan toko
obat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan industri farmasi
yang menghasilkan bahan obat dapat mendistribusikan atau menyalurkan hasil produksinya
langsung kepada pedagang besar bahan baku farmasi dan instalasi farmasi rumah sakit sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
KOMPETENSI KHUSUS 2
“PERSYARATAN PENDIRIAN INDUSTRI FARMASI”

Menurut Permenkes RI Nomor 1799/MENKES/PER/XII/2010 :


a. Syarat Perizinan Pendirian Industri Farmasi
Adapun persyaratan untuk memperoleh izin industri farmasi yaitu :
a) Berbadan usaha berupa perseroan terbatas/PT (PT adalah badan usaha yang modalnya
diperoleh dari hasil penjualan saham)
b) Memiliki rencana investasi dan kegiatan pembuatan obat;
c) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
d) Memiliki secara tetap paling sedikit 3 (tiga) orang apoteker Warga Negara Indonesia
(WNI) masing-masing sebagai penanggung jawab pemastian mutu, produksi, dan
pengawasan mutu.
e) Komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak langsung dalam
pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kefarmasian
Izin usaha industri farmasi diberikan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan
Alat Kesehatan Kementrian Kesehatan RI dengan rekomendasi dari kepala Badan Pengawasan
Obat dan Makanan (Badan POM). Izin ini berlaku seterusnya selama perusahaan industri
farmasi tersebut berproduksi dan memenuhi ketentuan peraturan perundang- undangan.
Industri farmasi yang akan melakukan perubahan bermakna terhadap pemenuhan persyaratan
CPOB, baik untuk perubahan kapasitas dan/atau fasilitas produksi wajib melapor dan
mendapat persetujuan sesuai ketentuan perundang-undangan (BPOM,2018).
b. Ketentuan - ketentuan Pendirian Industri Farmasi
Adapun ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam pendirian Industri Farmasi
yaitu:
a) Industri Farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB
b) Pemenuhan persyaratan CPOB dibuktikan dengan sertifikat CPOB
c) Sertifikat CPOB berlaku selama 5 (lima) tahun sepanjang memenuhi persyaratan
d) Industri Farmasi wajib melakukan farmakovigilans
Farmakovigilans adalah seluruh kegiatan tentang pendeteksian, penilaian
(assessment), pemahaman, dan pencegahan efek samping atau masalah
lainnya terkait dengan penggunaan obat.
c. Permohonan Izin Industri Farmasi
Adapun permohonan izin industri farmasi yaitu:
a) Pemohon yang telah selesai melaksanakan tahap persetujuan prinsip dapat mengajukan
permohonan izin industri farmasi. Permohonan persetujuan prinsip diajukan dengan
kelengkapan sebagai berikut:
1) Fotokopi akta pendirian badan hukum yang sah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk/Identitas Direksi dan Komisaris Perusahaan
3) Susunan Direksi dan Komisaris
4) Pernyataan direksi dan komisaris tidak pernah terlibat pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang farmasi
5) Fotokopi sertifikat tanah/bukti kepemilikan tanah
6) Fotokopi surat izin tempat usaha berdasarkan Undang-undang Gangguan (HO)
7) Fotokopi Surat Tanda Daftar Perusahaan
8) Fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan
9) Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajk (NPWP)
10) Persetujuan Lokasi dari pemerintah daerah Provinsi
11) Persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) dari BPOM
12) Rencana Investasi dan Kegiatan pembuatan obat
13) Asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-masing Apoteker
penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu, dan
apoteker penanggung jawab pemastian mutu.
14) Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung jawab
produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu, dan apoteker penanggung
jawab pemastian mutu dari pimpinan perusahaan.
b) Surat permohonan izin industri farmasi harus ditandatangani oleh direktur utama dan
apoteker penanggung jawab pemastian mutu dengan kelengkapan dokumen persyaratan
yang digunakan dalam permohononan izin industri farmasi sebagai berikut :
1) Fotokopi persetujuan prinsip Industri Farmasi.
2) Surat Persetujuan Penanaman Modal untuk Industri Farmasi dalam rangka
Penanaman Modal Asing atau Penanaman Modal Dalam Negeri.
3) Daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan.
4) Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya.
5) Fotokopi sertifikat Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan/Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
6) Rekomendasi kelengkapan administratif izin industri farmasi dari kepala dinas
kesehatan provinsi.
7) Rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB dari Kepala Badan
8) Daftar pustaka wajib seperti Farmakope Indonesia edisi terakhir;asli surat pernyataan
kesediaan bekerja penuh dari masing-masing apoteker penanggung jawab produksi,
apoteker penanggung jawab pengawasan mutu, dan apoteker penanggung jawab
pemastian mutu.
9) Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker penanggung jawab
produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu, dan apoteker penanggung
jawab pemastian mutu dari pimpinan perusahaan.
10) Fotokopi ijazah dan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dari masing-masing
apoteker penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab pengawasan mutu
dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu.
11) Surat pernyataan komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik langsung atau tidak
langsung dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang kefarmasian.
c) Permohonan izin industri farmasi diajukan kepada Direktur Jenderal dengan tembusan
kepada Kepala Badan dan kepala dinas kesehatan provinsi setempat.
d) Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya tembusan
permohonan, Kepala Badan melakukan audit pemenuhan persyaratan CPOB.
e) Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya tembusan
permohonan, kepala dinas kesehatan provinsi melakukan verifikasi kelengkapan
persyaratan administratif.
f) Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi persyaratan
CPOB, Kepala Badan mengeluarkan rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB kepada
Direktur Jenderal dengan tembusan kepada kepala dinas kesehatan provinsi.
g) Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi
kelengkapan persyaratan administratif, kepala dinas kesehatan provinsi mengeluarkan
rekomendasi pemenuhan persyaratan administratif kepada Direktur Jenderal dengan
tembusan kepada Kepala Badan
h) Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima rekomendasi serta
persyaratan lainnya, Direktur Jenderal menerbitkan izin industri farmasI.
KOMPETENSI KHUSUS 3
“CPOB 2018 DAN ASPEK-ASPEKNYA”

1. SISTEM MUTU INDUSTRI FARMASI


Pemegang Izin Industri Farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar sesuai
tujuan penggunaan, memenuhi persyaratan Izin Edar atau Persetujuan Uji Klinik, jika
diperlukan, dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan pasien pengguna
disebabkan karena keamanan, mutu atau efektivitas yang tidak memadai.
Industri farmasi harus menetapkan manajemen puncak yang mengarahkan dan
mengendalikan perusahaan atau pabrik. Manajemen puncak bertanggung jawab untuk
pencapaian sasaran mutu, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari personel
pada semua tingkat di berbagai departemen dalam perusahaan, juga pemasok dan
distributor. Untuk mencapai sasaran mutu yang handal, diperlukan Sistem Mutu yang
didesain secara komprehensif dan diterapkan secara benar serta mencakup Cara
Pembuatan Obat yang Baik dan Manajemen Risiko Mutu.

Manajemen Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat, dengan tujuan
untuk memastikan bahwa obat memiliki mutu yang sesuai tujuan penggunaan. Oleh
karena itu Manajemen Mutu mencakup juga Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
CPOB diterapkan di semua tahap siklus hidup dari pembuatan obat untuk uji klinik,
transfer teknologi, produksi komersial hingga produk tidak diproduksi lagi.
1) Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
CPOB adalah bagian dari Manajemen Mutu yang memastikan obat dibuat dan
dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan
tujuan penggunaan dan persyaratan Izin Edar, Persetujuan Uji Klinik atau spesifikasi
produk. CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu.
2) Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang mencakup pengambilan sampel,
spesifikasi dan pengujian, serta mencakup organisasi, dokumentasi dan prosedur
pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah
dilakukan. Bahan tidak boleh diluluskan untuk digunakan dan produk tidak boleh
diluluskan untuk dijual atau didistribusi sampai mutunya dinilai memuaskan atau
layak.
3) Pengkajian Mutu Produk
Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat
terdaftar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan konsistensi
proses, kesesuaian dengan spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan produk jadi,
untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk produk
dan proses. Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun
dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang sebelumnya.
Industri farmasi dan Pemegang Izin Edar apabila berbeda, hendaklah mengevaluasi
hasil pengkajian dan penilaian apakah tindakan korektif dan pencegahan atau
validasi ulang yang telah dilakukan sesuai dengan yang ditetapkan Sistem Mutu
Industri Farmasi. Hendaklah disiapkan prosedur manajemen untuk pengelolaan
secara berkesinambungan dan pengkajian atas tindakan ini. Efektivitas dari prosedur
ini diverifikasi saat pelaksanaan inspeksi diri. Pengkajian mutu dapat
dikelompokkan menurut jenis produk, misal sediaan padat, sediaan cair, produk
steril.
4) Manajemen Resiko Mutu
Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan penilaian,
pengendalian, komunikasi dan pengkajian risiko terhadap mutu obat. Proses ini
dapat diaplikasikan baik secara proaktif maupun retrospektif.
2. PERSONALIA
Pembuatan obat yang benar mengandalkan sumber daya manusia. Oleh sebab itu
industri farmasi harus bertanggung jawab untuk menyediakan personel yang
terkualifikasi dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tanggung
jawab individual secara jelas dipahami oleh masing-masing dan didokumentasikan.
Seluruh personel hendaklah memahami prinsip CPOB yang menyangkut tugasnya serta
memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi higiene yang
berkaitan dengan pekerjaannya. Industri farmasi hendaknya memiliki personel dalam
jumlah yang memadai yang terkualifikasi dan berpengalaman praktis. Tiap personel
tidak boleh terbebani tanggung jawab berlebihan sehingga menimbulkan risiko terhadap
kualitas. Dan harus memiliki struktrus organisasi yang berhubungan antara kepala
produksi, kepala pengawasan mutu dan kepala pemastian mutu. Dimana tugas porsenil
tersbut dapat didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk namum memiliki tingkat
kualifikasi yang memadai.
Manajemen puncak hendaklah menunjuk Personel Kunci termasuk Kepala
Produksi, Kepala Pengawasan Mutu, dan Kepala Pemastian Mutu. Posisi kunci tersebut
dijabat oleh Apoteker purnawaktu. Kepala Produksi, Kepala Pengawasan Mutu dan
Kepala Pemastian Mutu harus independen satu terhadap yang lain. Hendaklah personel
tersebut tidak mempunyai kepentingan lain yang dapat menimbulkan konflik
kepentingan pribadi atau financial.
1) Tugas Kepala Pemastian Mutu :
a. memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) sistem mutu;
b. ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual mutu
perusahaan;
c. memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala;
d. melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu;
e. memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit
terhadap pemasok);
f. memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi;
g. memastikan pemenuhan persyaratan teknik dan/atau peraturan BadanPengawas
Obat dan Makanan (Badan POM) yang berkaitan dengan mutu produk jadi;
h. mengevaluasi/mengkaji catatan bets;
i. meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan
mempertimbangkan semua faktor terkait;
j. memastikan bahwa setiap bets produk jadi telah diproduksi dan diperiksa sesuai
dengan peraturan yang berlaku di negara tersebut dan sesuai denganpersyaratan
Izin Edar; dan
k. tanggung jawab Kepala Pemastian Mutu dapat didelegasikan, tetapi hanya
kepada personel yang berwenang
2) Kepala Produksi memilih tanggung jawab sebagai berikut :
a. memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar
memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan;
b. memberikan persetujuan terhadap prosedur yang terkait dengan kegiatan
produksi dan memastikan bahwa prosedur diterapkan secara ketat;
c. memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh
personel yang berwenang;
d. memastikan pelaksanaan kualifikasi dan pemeliharaan bangunanfasilitas serta
peralatan di bagian produksi;
e. memastikan bahwa validasi yang tepat telah dilaksanakan; dan
f. memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personel di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.
3) Kepala Pengawan Mutu memiliki tanggung jawab sebagai berikut :
a. memberi persetujuan terhadap spesifikasi, instruksi pengambilan sampel,
metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain;
b. memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan;
c. memberi persetujuan dan memantau semua analisis berdasarkan kontrak;
d. memastikan pelaksanaan kualifikasi dan pemeliharaan bangunan fasilitas serta
peralatan di bagian produksi pengawasan mutu;
e. memastikan bahwa validasi yang tepat telah dilaksanakan;
f. memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personel di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan; dan
g. menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara,produk
ruahan dan produk jadi sesuai hasil evaluasi.
3. BANGUNAN FASILITAS
Bangunan-fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki desain, konstruksi dan
letak yang memadai, serta dirawat kondisinya untuk kemudahan pelaksanaan operasi
yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat sedemikian rupa untuk
memperkecil risiko terjadi ketidakjelasan, kontaminasi silang dan kesalahan lain, serta
memudahkan pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat
menurunkan mutu obat.
Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan kontaminasi
dari lingkungan sekitar, seperti kontaminasi dari udara, tanah dan air serta dari kegiatan
industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah diambil
tindakan pencegahan yang efektif terhadap kontaminasi tersebut.
Pasokan listrik, pencahayaan, suhu, kelembaban dan ventilasi hendaklah tepat
agar tidak mengakibatkan dampak merugikan baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap obat selama proses pembuatan dan penyimpanan, atau terhadap
keakuratan fungsi dari peralatan.
1) Area Penimbangan
Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara penimbangan
hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang didesain khusus untuk kegiatan
tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area penyimpanan atau area produksi.
2) Area Produksi
Kontaminasi silang hendaklah dicegah untuk semua produk melalui desain dan
pengoperasian fasilitas pembuatan yang tepat. Tindakan pencegahan kontaminasi silang
hendaklah sepadan dengan risikonya. Prinsip Manajemen Risiko Mutu hendaklah
digunakan untuk menilai dan mengendalikan risiko.
Fasilitas tersendiri dipersyaratkan untuk pembuatan obat yang berisiko karena:
a. risiko tidak dapat dikendalikan secara memadai melalui pengoperasian dan/atau
tindakan teknis;
b. data ilmiah dari evaluasi toksikologi tidak mendukung risiko yang dapat
dikendalikan;
c. batas residu relevan berdasarkan hasil evaluasi toksikologi, tidak dapat ditentukan
secara memuaskan dengan metode analisis tervalidasi. termasuk produk yang
dapat menimbulkan alergi dari bahan yang menimbulkan sensitisasi tinggi (misal
betalaktam), preparat biologis (misal dari organisme hidup), dan produk lain
seperti hormon tertentu (misal hormon seks), sitotoksika tertentu, produk
mengandung bahan aktif tertentu berpotensi tinggi serta pembuatan produk non
obat.
Tata letak ruang produksi sebaiknya dirancang sedemikian rupa untuk :
a. memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling berhubungan
mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang
dipersyaratkan ;
b. mencegah kesesakan dan ketidakteraturan; dan
c. memungkinkan komunikasi dan pengawasan yang efektif.
Kelas kebersihan ruang/area untuk pembuatan obat didasarkan pada jumlah
maksimum partikulat udara dan jumlah maksimum mikroba udara yang diperbolehkan
untuk tiap kelas kebersihan. Kelas kebersihan tersebut hendaklah disesuaikan dengan
tingkat risiko terhadap produk yang dibuat.
Kelas A, B, C dan D adalah kelas kebersihan ruang untuk pengolahan produk steril.
Persyaratan pembuatan produk steril dirangkum pada Aneks 1 Pembuatan Produk
Steril. Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk pengolahan produk nonsteril,
dimana persyaratan jumlah maksimum partikulat udara pada kondisi non operasional
adalah 3.520.000 partikel/m untuk partikel ukuran ≥0,5µm dan 29.000 untuk partikel
ukuran ≥5µm. Jumlah maksimum mikroba udara ditetapkan oleh industri berdasar
kajian risiko dari jenis sediaan yang ditangani misal cair, krim, padat.
3) Area Penyimpanan
Area penyimpanan hendaklah memiliki kapasitas yang memadai untuk menyimpan
dengan rapi dan teratur berbagai macam bahan dan produk seperti bahan awal dan bahan
pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi, produk dalam status
karantina, produk yang telah diluluskan, produk yang ditolak,produk yang dikembalikan
atau produk yang ditarik dari peredaran.
Area penyimpanan hendaklah didesain atau disesuaikan untuk menjamin kondisi
penyimpanan yang baik; Secara khusus area tersebut hendaklah bersih, kering dan
mendapat pencahayaan yang cukup serta suhunya dipertahankan dalam batas yang
ditetapkan. Area terpisah dan terkunci hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan
dan produk yang ditolak, atau yang ditarik kembali atau yang dikembalikan.
Bahan aktif berpotensi tinggi dan bahan radioaktif, narkotik, obat berbahaya lain,
dan zat atau bahan yang mengandung risiko tinggi terhadap penyalahgunaan, kebakaran
atau ledakan hendaklah disimpan di area yang terjamin keamanannya. Obat narkotik dan
obat berbahaya lain hendaklah disimpan di tempat terkunci.
4) Area Pengawsan Mutu
Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area produksi. Area pengujian
biologi, mikrobiologi dan radioisotop hendaklah dipisahkan satu dengan yang lain.
5) Sarana Pendukung
Ruang istirahat dan kantin hendaklah dipisahkan dari area produksi dan laboratorium
pengawasan mutu. Fasilitas untuk mengganti pakaian kerja, membersihkan diri dan
toilet hendaklah disediakan dalam jumlah yang cukup dan mudah diakses. Toilet tidak
boleh berhubungan langsung dengan area produksi atau area penyimpanan. Ruangganti
pakaian untuk area produksi hendaklah berada di area produksi namun terpisah dari
ruang produksi.
4. PERALATAN
Peralatan untuk pembuatan obat hendaklah memiliki desain dan konstruksi yang tepat,
ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan tepat, agar mutu obat
terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan untuk memudahkan
pembersihan serta pemeliharaan agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan
debu atau kotoran dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk.
1) Desain dan Kontruksi
a. Peralatan manufaktur hendaklah didesain, ditempatkan dan dikelola sesuai
dengan tujuannya
b. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara atau
produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau absorbsi yang dapat
memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan.
c. Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus, misalnya pelumas atau
pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga
tidak memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara
ataupun produk jadi.
d. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor, tetesan pelumas dan
hal sejenis atau karena perbaikan, pemeliharaan, modifikasi dan adaptasiyang
tidak tepat
2) Pemasangan dan Penempatan
a. Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko
kesalahan atau kontaminasi.
b. Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada jarak yang cukup untuk
menghindarkan kesesakan serta memastikan tidak terjadi kekeliruan dan
kecampurbauran produk.
c. Semua sabuk (belt) dan puli (pulley) mekanis terbuka hendaklah dilengkapi
dengan pengaman.
d. Air, uap dan udara bertekanan atau vakum serta saluran lain hendaklah dipasang
sedemikian rupa agar mudah diakses pada tiap tahap proses. Pipa hendaklah
diberi penandaan yang jelas untuk menunjukkan isi dan arah aliran.
e. Tiap peralatan utama hendaklah diberi tanda dengan nomor identitas yang jelas.
Nomor ini dicantumkan di dalam semua perintah dan catatan bets untuk
menunjukkan unit atau peralatan yang digunakan pada pembuatan bets tersebut
kecuali bila peralatan tersebut hanya digunakan untuk satu jenis produk saja.
3) Pembersihan dan Sanitasi Peralatan
a. Setelah digunakan, peralatan hendaklah dibersihkan baik bagian luar maupun
bagian dalam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, serta dijaga dan
disimpan dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihannya
diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets
sebelumnya telah dihilangkan.
b. Metode pembersihan dengan cara vakum atau cara basah lebih dianjurkan.
Udara bertekanan dan sikat hendaklah digunakan dengan hati-hati dan bila
mungkin dihindarkan karena menambah risiko kontaminasi produk.
c. Pembersihan dan penyimpanan peralatan yang dapat dipindah-pindahkan dan
penyimpanan bahan pembersih hendaklah dilaksanakan dalam ruangan yang
terpisah dari ruangan pengolahan.
4) Pemeliharaan
a. Peralatan hendaklah dipelihara sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau
kontaminasi yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.
b. Kegiatan perbaikan dan pemeliharaan tidak boleh menimbulkan risiko terhadap
mutu produk.
c. Prosedur tertulis untuk pemeliharaan peralatan hendaklah dibuat dan dipatuhi.
d. Pelaksanaan pemeliharaan dan pemakaian suatu peralatan utama hendaklah
dicatat dalam buku log alat yang menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan
dan nomor setiap bets atau lot yang diolah dengan alat tersebut. Catatan untuk
peralatan yang digunakan khusus untuk satu produk saja dapat ditulis dalam
catatan bets.
5. PRODUKSI
Kegiatan produksi hendaklah dilaksanakan mengikuti prosedur yang telah
ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa menghasilkan
obat yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin pembuatan dan
izin edar.
Seluruh penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina,
pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan,
pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai prosedur atauinstruksi tertulis
dan bila perlu dicatat. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan,
peralatan atau mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi
label ataupenandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan (bila ada)
dan nomor bets. Bila perlu, penandaan ini hendaklah juga menyebutkan tahap proses
produksi. Label pada wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti ganda dan
dengan format yang telah ditetapkan. Label berwarna sering kali sangat membantu
untuk menandakan status (misal: karantina, diluluskan, ditolak, bersih dan lain-lain).
Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label
hendaklah memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut:
a. nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan;
b. nomor bets/kontrol yang diberikan pada saat penerimaan bahan;
c. status bahan (misal: karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak); dan
d. tanggal kedaluwarsa atau tanggal uji ulang bila perlu.
Jika digunakan sistem penyimpanan terkomputerisasi yang divalidasi penuh, maka
semua keterangan di atas tidak perlu ditampilkan dalam bentuk tulisan terbaca pada label.
Perubahan signifikan terhadap proses pembuatan termasuk perubahan peralatan
atau bahan yang dapat memengaruhi mutu produk dan atau reprodusibilitas proses
hendaklah divalidasi.
6. CARA PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN OBAT YANG BAIK
Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian yang penting dalam kegiatan dan
manajemen rantai pemasokan obat yang terintegrasi. Dokumen ini menetapkan
langkah-langkah yang tepat untuk membantu pemenuhan tanggung jawab bagi semua
yang terlibat dalam kegiatan pengiriman dan penyimpanan produk. Dokumen ini
memberikan pedoman bagi penyimpanan dan pengiriman produk jadi dari Industri
Farmasi ke distributor.
Jika gudang industri farmasi bertindak juga sebagai pusat distribusi produk ke
fasilitas distribusi, fasilitas pelayanan kefarmasian dan fasilitas pelayanan kesehatan,
hendaklah industri farmasi juga menerapkan dan memenuhi pedoman Cara Distribusi
Obat yang Baik (CDOB).
Mutu obat dapat dipengaruhi oleh kekurangan pengendalian yang diperlukan
terhadap kegiatan selama proses penyimpanan dan pengiriman. Lebih lanjut, belum
ditekankan keperluan akan pembuatan, pengembangan dan pemeliharaan prosedur
penyimpanan dan pengiriman obat, serta pengendalian kegiatan proses distribusi.
Tujuan pedoman ini adalah untuk membantu dalam menjamin mutu danintegritas obat
selama proses penyimpanan dan pengiriman obat.
Untuk menjaga mutu awal obat, semua kegiatan dalam penyimpanan dan
pengirimannya hendaklah dilaksanakan sesuai prinsip CPOB dan CDOB. Pengiriman
dan transportasi obat hendaklah dimulai hanya setelah menerima pesanan resmi atau
rencana penggantian produk yang resmi dan didokumentasikan.
Hendaklah dibuat catatan pengiriman obat dan minimal meliputi informasi berikut:
a. tanggal pengiriman;
b. nama dan alamat perusahaan transportasi;
c. nama, alamat dan status penerima (misal apotek, rumah sakit, klinik);
d. deskripsi produk, mencakup nama, bentuk sediaan dan kekuatan (jika tersedia);
e. jumlah produk, misal jumlah wadah dan jumlah produk per wadah;
f. nomor bets dan tanggal kedaluwarsa;
g. kondisi transportasi dan penyimpanan yang ditetapkan; dan
h. nomor unik untuk order pengiriman.
7. PENGAWASAN MUTU
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta
termasuk pengaturan, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan bahwa
semua pengujian yang relevan telah dilakukan, dan bahan tidak diluluskan untuk dipakai
atau produk diluluskan untuk dijual, sampai mutunya telah dibuktikan persyaratan.
Bagian Pengawasan Mutu secara keseluruhan juga mempunyai tanggung jawab,
antara lain adalah membuat, memvalidasi dan menerapkan semua prosedurpengawasan
mutu, mengawasi pengendalian sampel pembanding dan/atau sampel pertinggal dari
bahan dan produk bila perlu, memastikan kebenaran label pada wadah bahan dan
produk, memastikan pelaksanaan pemantauan stabilitas produk, ikut serta dalam
investigasi keluhan yang terkait dengan mutu produk, dll. Semua

kegiatan tersebut hendaklah dilakukan sesuai dengan prosedur tertulis, dan dicatat di
mana perlu.
Dilakukan pengambilan sampel. Sampel hendaklah mewakili bets bahan atau
produk yang sampelnya diambil. Sampel lain dapat diambil untuk memantau bagian
proses berkondisi terkritis (misal, awal atau akhir suatu proses). Rencana pengambilan
sampel hendaklah dijustifikasi dengan benar dan berdasarkan pendekatan manajemen
risiko.
Tiap wadah sampel hendaklah diberi label yang menjelaskan isi, disertai nomor
bets, tanggal pengambilan sampel dan wadah yang diambil sampelnya. Kegiatan ini
hendaklah dilakukan sedemikian rupa untuk meminimalkan risiko ketercampurbauran
dan melindungi sampel dari kondisi penyimpanan yang merugikan.
8. INSPEKSI DIRI
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan
pengawasan mutu industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB. Program inspeksi diri
hendaklah dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan untuk
menetapkan tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan
secara independen dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat
mengevaluasi penerapan CPOB secara objektif.
Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan, di samping itu, pada situasi
khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan obat jadi atau terjadi penolakan yang
berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan hendaklah dilaksanakan. Prosedur dan
catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dandibuat program tindak lanjut yang
efektif.
9. KELUHAN DAN PENARIKAN PRODUK
Untuk melindungi kesehatan masyarakat, suatu sistem dan prosedur yang sesuai
hendaklah tersedia untuk mencatat, menilai, menginvestigasi dan meninjau keluhan
termasuk potensi cacat mutu dan, jika perlu, segera melakukan penarikan obat termasuk
obat uji klinik dari jalur distribusi secara efektif.
Personel yang terlatih dan berpengalaman hendaklah bertanggung jawab untuk
mengelola investigasi keluhan dan cacat mutu serta memutuskan langkah-langkah yang
harus diambil untuk mengelola setiap potensi risiko yang muncul akibat masalah
tersebut, termasuk penarikan. Jika ditemukan atau dicurigai cacat mutu pada suatu bets,
maka hendaklah dipertimbangkan untuk memeriksa bets atau mungkin produklain
untuk memastikan apakah bets lain atau produk lain tersebut juga terkena dampak.
Terutama hendaklah diinvestigasi apabila bets lainmengandung bagian atau komponen
yang cacat. Cacat mutu hendaklah dilaporkan tepat waktu oleh pabrik pembuat kepada
pemegang izin edar dan semua otoritas pengawas obat terkait dalam kasus-kasus di
mana cacat mutu dapat mengakibatkan penarikan atau pembatasan pasokan produk.
Setelah produk diedarkan, pengembalian apa pun dari jalur distribusi sebagai akibat
dari cacat mutu hendaklah dianggap dan dikelola sebagai penarikan. (Ketentuan ini
tidak berlaku untuk pengambilan atau pengembalian sampel produk dari jalur distribusi
untuk memfasilitasi investigasi terhadap masalah/laporan cacat mutu).
Pelaksanaan penarikan hendaklah mampu untuk dilakukan segera setiap saat.Dalam
kasus tertentu, untuk melindungi kesehatan masyarakat pelaksanaan penarikan
mungkin perlu dimulai sebelum menetapkan akar masalah dan luas daricacat mutu.
Catatan distribusi bets/produk hendaklah tersedia untuk digunakan oleh personel
yang bertanggung jawab terhadap penarikan. Catatan distribusi hendaklah berisi
informasi yang lengkap mengenai distributor dan pelanggan yang dipasok secara
langsung (dengan alamat, nomor telepon, dan/atau nomor faxpada saat jam kerja dan di
luar jam kerja, nomor bets dan jumlah yang dikirim), termasuk distributor di luar negeri
untuk produk yang diekspor.
Selain penarikan, perlu dipertimbangkan tindakan tambahan untuk mengurangi
risiko yang terjadi akibat cacat mutu. Tindakan tersebut dapat mencakup penerbitan
surat yang memperingatkan tenaga kesehatan profesional terkait penggunaan bets yang
berpotensi cacat. Hal ini hendaklah dipertimbangkan berdasarkan kasus per kasus dan
didiskusikan dengan otoritas pengawas obat terkait.
10. DOKUMENTASI
Dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari sistem pemastian
mutu dan merupakan kunci untuk pemenuhan persyaratan CPOB. Berbagai jenis
dokumen dan media yang digunakan hendaklah sepenuhnya ditetapkan dalam Sistem
Mutu Industri Farmasi. Dokumentasi dapat dibuat dalam berbagai bentuk, termasuk
media berbasis kertas, elektronik atau fotografi. Tujuan utama sistem dokumentasi yang
dimanfaatkan haruslah untuk membangun, mengendalikan, memantau dan mencatat
semua kegiatan yang secara langsung atau tidak langsung berdampak pada semua aspek
kualitas obat.
Ada dua jenis dokumentasi utama yang digunakan untuk mengelola dan mencatat
pemenuhan CPOB: prosedur/instruksi (petunjuk, persyaratan) dan catatan/laporan.
Pelaksanaan dokumentasi yang tepat hendaklah diterapkan sesuai dengan jenis dokumen.
11. KEGIATAN ALIH DAYA
Aktivitas yang tercakup dalam Pedoman CPOB yang dialihdayakan hendaklah
didefinisikan, disetujui dan dikendalikan dengan benar untuk menghindarkan
kesalahpahaman yang dapat menghasilkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang
tidak memuaskan. Hendaklah dibuat kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan
Penerima Kontrak yang secara jelas menentukan peran dantanggung jawab masing-
masing pihak. Sistem Mutu Industri Farmasi dari Pemberi Kontrak hendaklah
menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang
menjadi tanggung jawab penuh Kepala Pemastian Mutu.
Pembuatan obat alih daya di Indonesia hanya dapat dilakukan oleh industri farmasi
yang memiliki sertifikat CPOB yang berlaku yang diterbitkan oleh Badan POM.
Sebelum kegiatan alih daya dilaksanakan, Pemberi Kontrak bertanggung jawab untuk
menilai legalitas, kesesuaian dan kompetensi Penerima Kontrak untuk dapat dengan
sukses melaksanakan kegiatan alih daya. Pemberi kontrak juga bertanggung jawab
untuk memastikan, melalui kontrak, bahwa semua prinsip dan Pedoman CPOB diikuti;
Penerima Kontrak hendaklah dapat melaksanakan pekerjaan yang diberikan oleh
Pemberi Kontrak dengan memuaskan misal memiliki bangunan-fasilitas, peralatan,
pengetahuan, pengalaman, dan personel yang kompeten. Penerima Kontrak hendaklah
memastikan bahwa semua produk, bahan dan transfer pengetahuan yang diterima sesuai
dengan tujuan alih daya.
Kontrak tertulis hendaklah dibuat antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak
dengan menetapkan tanggung jawab masing-masing pihak dan jalur komunikasi terkait
dengan kegiatan alih daya. Aspek teknis dari kontrak hendaklah dibuat oleh personel
yang memiliki kompetensi dan pengetahuan yang sesuai dengan kegiatan alih daya dan
CPOB. Semua pengaturan kegiatan alih daya harus sesuai dengan peraturan dan Izin
Edar produk terkait dan disetujui oleh kedua belah pihak.
12. KUALIFIKASI DAN VALIDASI
CPOB mempersyaratkan industri farmasi mengendalikan aspek kritis kegiatan
yang dilakukan melalui kualifikasi dan validasi sepanjang siklus hidup produk dan
proses. Tiap perubahan yang direncanakan terhadap fasilitas, peralatan, sarana
penunjang, dan proses, yang dapat memengaruhi mutu produk, hendaklah
didokumentasikan secara formal dan dampak pada status validasi atau strategi
pengendaliannya dinilai. Sistem komputerisasi yang digunakan untuk pembuatan obat
hendaklah juga divalidasi sesuai dengan persyaratan Aneks 7 Sistem Komputerisasi.
Pendekatan manajemen risiko mutu hendaklah diterapkan sepanjang siklus hidup
obat. Sebagai bagian dari sistem manajemen risiko mutu, keputusan mengenai cakupan
dan luas kualifikasi-validasi fasilitas, peralatan, sarana penunjang, dan proses
hendaklah didasarkan pada penilaian risiko yang dijustifikasi dan didokumentasikan.
Validasi retrospektif tidak lagi dianggap sebagai pendekatan yang dapat diterima. Data
pendukung kualifikasi dan/atau studi validasi yang diperoleh dari sumber di luar
program industri dapat digunakan, dengan syarat pendekatan ini telah dijustifikasi dan
ada jaminan yang memadai bahwa pengendalian telah dilakukan saat mengambil alih
data tersebut.
KOMPETENSI KHUSUS 4
“MAMPU MEMAHAMI 12 ASPEK CPOTB TAHUN 2021”

1. SISTEM MUTU INDUSTRI OBAT TRADISIONAL


Pemegang izin IOT harus membuat obat tradisional sedemikian rupa agar sesuai
tujuan penggunaan, memenuhi persyaratan Izin Edar atau Persetujuan Uji Klinik jika
diperlukan dan tidak menimbulkan risiko yang membahayakan konsumen disebabkan
keamanan, mutu atau efektivitas yang tidak memadai.
IOT harus menetapkan Manajemen Puncak yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan atau pabrik dengan kewenangan dan tanggung jawab memobilisasi sumber daya
dalam perusahaan atau pabrik untuk mencapai kepatuhan terhadap regulasi. Manajemen
Puncak bertanggung jawab untuk pencapaian sasaran mutu, yang memerlukan partisipasi
dankomitmen dari personel pada semua tingkat di berbagai departemen dalam perusahaan,
juga pemasok dan distributor. Untuk mencapai sasaran mutu yang handal, diperlukan
Sistem Mutu Industri Obat Tradisional (SMIOT) yang didesain secara komprehensif dan
diterapkan secara benar serta mencakup CPOTB dan Manajemen Risiko Mutu (MRM).
Pelaksanaan sistem ini hendaklah didokumentasi lengkap dan dimonitor dipantau
efektivitasnya. Semua bagian SMIOT hendaklah didukung ketersediaan personel yang
kompeten, bangunan dan fasilitas serta peralatan yang cukup dan memadai. Tambahan
tanggung jawab legal diberikan kepada pemegang Izin IOT dan kepada Pemastian Mutu
Unsur dasar Manajemen Mutu adalah :
a. suatu infrastruktur atau SMIOT yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur,
proses dan sumber daya; dan b.
b. tindakan sistematis yang diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat
kepercayaan yang tinggi, sehingga produk akan memenuhi persyaratan mutu yang
telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut Pemastian Mutu.
c. semua bagian SMIOT hendaklah didukung dengan ketersediaan personel yang
kompeten, bangunan dan fasilitas serta peralatan yang cukup dan memadai.Kepala
Bagian Pemastian Mutu memiliki tambahan tanggung jawab secara hukum.
Manajemen Puncak memiliki tanggung jawab paling tinggi untuk memastikan
SMIOT yang efektif tersedia, mempunyai sumber daya yang memadai dan bahwa peran,
tanggung jawab, dan wewenang ditetapkan, dikomunikasikan dan diimplementasikan di
seluruh organisasi. Kepemimpinan dan partisipasi aktif Manajemen Puncak dalam
SMIOT sangat penting. Kepemimpinan ini hendaklah menjamin dukungan dan komitmen
personel di semua tingkat dan pabrik dalam organisasi terhadap SMIOT.
Secara berkala hendaklah dilakukan pengkajian manajemen terkait pengoperasian
SMIOT dengan melibatkan manajemen puncak, untuk mengidentifikasi peluang perbaikan
produk, proses dan sistem secara berkelanjutan. SMIOT hendaklah ditetapkan dan
didokumentasi. Manual mutu atau dokumentasi setara hendaklah ditetapkan dan
mendeskripsikan sistem manajemen mutu termasuk tanggung jawab manajemen.
1) Cara Pembuatan Obat Tradisional Yang Baik (CPOTB)
CPOTB adalah bagian dari SMIOT yang memastikan obat tradisional dibuat dan
dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan
penggunaan dan persyaratan Izin Edar, Persetujuan Uji Klinik jika diperlukan atau
spesifikasi produk. CPOTB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu, serta aspek
Pengembangan Produk dan MRM. Prinsip dasar CPOTB adalah semua proses
pembuatanobat tradisional ditetapkan secara jelas, dikaji secara sistematis berdasarkan
pengalaman dan terbukti mampu menghasilkan obat tradisional yang memenuhi
persyaratan mutu dan spesifikasi yang ditetapkan secara konsisten
2) Pengawasan Mutu
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOTB yang mencakup pengambilan
sampel, spesifikasi dan pengujian, serta mencakup organisasi, dokumentasi dan prosedur
pelulusan yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah
dilakukan. Bahan tidak boleh diluluskan untuk digunakan dan produk tidak boleh
diluluskan untuk dijual atau didistribusi sampai mutunya dinilai memenuhi spesifikasi.
3) Pengkajian Mutu Produk
Pengkajian mutu produk secara berkala hendaklah dilakukan terhadap semua obat
tradisional berizin edar, termasuk produk ekspor, dengan tujuan untuk membuktikan
konsistensi proses, kesesuaian dengan spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan
produk jadi, untuk melihat tren dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan untuk
produk dan proses. Pengkajian mutu produk secara berkala biasanya dilakukan tiap tahun
dan didokumentasikan, dengan mempertimbangkan hasil kajian ulang sebelumnya.
IOT dan Pemegang Izin Edar - apabila berbeda - hendaklah mengevaluasi hasil
pengkajian dan penilaian apakah tindakan korektif dan pencegahan atau validasi ulang
yang telah dilakukan sesuai dengan yang ditetapkan SMIOT. Hendaklah disiapkan
prosedur manajemen untuk pengelolaan secara berkesinambungan dan pengkajian atas
tindakan ini. Efektifitas prosedur ini diverifikasi saat pelaksanaan inspeksi diri.
Pengkajian mutu dapat dikelompokkan menurut jenis produk, misal sediaan padat,
sediaan cair.
2. PERSONALIA
Pembuatan obat tradisional yang benar mengandalkan sumber daya manusia. Oleh
sebab itu IOT harus bertanggung jawab untuk menyediakan personel yang terkualifikasi
dalam jumlah yang memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tanggung jawab individual
hendaklah secara jelas dipahami oleh masing-masing dan didokumentasikan. Seluruh
personel hendaklah memahami prinsip CPOTB yang menyangkut tugasnya serta
memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk instruksi higiene yang
berkaitan dengan pekerjaannya.
1) Personil Kunci
Personil kunci mencakup Kepala Produksi, Kepala Pengawasan Mutu dan Kepala
Pemastian Mutu. Posisi kunci tersebut dijabat oleh personil purnawaktu (penuh waktu).
Kepala Produksi, Kepala Pemastian Mutu dan Kepala Pengawasan Mutu harus
independen satu terhadap yang lain.
Tugas spesifik dan kewenangan dari personel pada posisi penanggung jawab boleh
didelegasikan kepada wakil yang ditunjuk namun memiliki tingkat kualifikasi yang
memadai. Hendaklah dalam penerapan CPOTB tidak ada celah ataupun tumpang tindih
tanggung jawab yang tercantum pada uraian tugas.
Manajemen Puncak hendaklah menunjuk Personel Kunci termasuk Kepala
Pemastian Mutu, Kepala Produksi, dan Kepala Pengawasan Mutu. Posisi Kepala
Pemastian Mutu tersebut hendaklah dijabat oleh seorang Apoteker purnawaktu (penuh
waktu). Kepala Pemastian Mutu, Kepala Produksi, dan Kepala Pengawasan Mutu harus
independen satu terhadap yang lain. Hendaklah personel tersebut tidak mempunyai
kepentingan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan pribadi atau finansial.
Kepala Pemastian Mutu hendaklah seorang apoteker yang terdaftar, terkualifikasi
dan berfungsi sebagai Apoteker Penanggung Jawab. Tugas Kepala Pemastian Mutu
dijelaskan dalam persyaratan sebagai berikut:
a) memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) sistem mutu;
b) ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual mutu perusahaan;
c) memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala;
d) melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu;
e) memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal (audit terhadap
pemasok);
f) memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi;
g) memastikan pemenuhan persyaratan teknis dan/atau peraturan Badan Pengawas
Obat dan Makanan yang berkaitan dengan mutu produk jadi;
h) mengevaluasi/mengkaji catatan bets;
i) meluluskan atau menolak produk jadi untuk penjualan dengan mempertimbangkan
semua faktor terkait;
j) memastikan bahwa setiap bets obat tradisional telah diproduksi dan diperiksa
sesuai persyaratan Izin Edar, dan dalam produk yang diekspor sesuai dengan
peraturan yang berlaku di negara tersebut; serta
k) tanggung jawab Kepala Pemastian Mutu dapat didelegasikan, tetapi hanya kepada
personel yang berwenang.
Kepala Pengawasan Mutu memiliki tanggung jawab sebagai berikut:
a) memberi persetujuan terhadap spesifikasi, instruksi pengambilan sampel,
metodepengujian dan prosedur pengawasan mutu lain;
b) memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan;
c) memberi persetujuan dan memantau semua analisis berdasarkan kontrak;
d) memastikan pelaksanaan kualifikasi dan perawatan bangunanfasilitas serta
peralatan di bagian pengawasan mutu;
e) memastikan bahwa validasi yang tepat telah dilaksanakan;
f) memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personel di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan; dan
g) menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk
ruahan dan produk jadi sesuai hasil evaluasi.
Tugas lain Pengawasan Mutu dirangkum dalam Bab VII Pengawasan Mutu.
Kepala Pemastian Mutu, Kepala Produksi dan Kepala Pengawasan Mutu memiliki
tanggung jawab bersama atau menerapkan bersama, semua aspek yang berkaitan dengan
mutu termasuk khususnya desain, pelaksanaan, pemantauan dan perawatan SMIOT yang
efektif. Hal ini termasuk yang tercakup dalam peraturan Badan Pengawas Obat dan
Makanan yang berlaku:
a) otorisasi prosedur tertulis dan dokumen lain termasuk amandemen;
b) pemantauan dan pengendalian lingkungan pembuatan;
c) higiene pabrik;
d) validasi proses;
e) pelatihan;
f) persetujuan dan pemantauan pemasok bahan;
g) persetujuan dan pemantauan terhadap IOT pembuat obat tradisional kontrak dan
penyedia kegiatan alih daya terkait CPOTB lain;
h) penetapan dan pemantauan kondisi penyimpanan bahan dan produk;
i) penyimpanan catatan;
j) pemantauan kepatuhan persyaratan CPOTB;
k) pemeriksaan, investigasi dan pengambilan sampel untuk pemantauan hal-hal
yangmungkin berpengaruh terhadap mutu produk;
l) ikut serta dalam pelaksanaan Tinjauan Manajemen terhadap kinerja proses,
mutuproduk dan SMIOT serta mendorong perbaikan berkelanjutan; dan
m) memastikan komunikasi yang tepat waktu dan efektif, dan proses eskalasi
berjalan untuk mengangkat permasalahan mutu ke tingkat manajemen yang tepat.
2) Pelatihan
IOT hendaklah mengadakan pelatihan bagi seluruh personel yang karena tugasnya
berada di area produksi dan gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personel
teknik, pemeliharaan dan pembersihan), dan bagi personel lain yang kegiatannya
berdampak pada mutu produk.
Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personel yang bekerja di area di
mana kontaminasi menimbulkan bahaya, misalnya area bersih (misalnya area
penimbangan, pengolahan) atau area penanganan bahan berisiko tinggi (misalnya
afrodisiak), atau menimbulkan sensitisasi (misalnya gatal).
Pengunjung atau personel yang tidak mendapat pelatihan sebaiknya tidak dibawa
masuk ke area produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Bila tidak dapat
dihindarkan, hendaklah mereka diberi penjelasan lebih dahulu, terutama mengenai
higiene perorangan dan pakaian pelindung yang dipersyaratkan serta diawasi dengan
ketat.
Semua personel hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat proses
perekrutan. Merupakan kewajiban IOT agar tersedia instruksi yang memastikan bahwa
kesehatan personel yang dapat memengaruhi mutu produk harus diketahui perusahaan.
Sesudah pemeriksaan kesehatan awal, hendaklah dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja
dan kesehatan personel bila diperlukan.
Hendaklah diambil tindakan untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang
berpenyakit menular atau memiliki lesi terbuka pada tubuh terlibat dalam pembuatan
obat tradisional. Setiap orang yang memasuki area pembuatan hendaklah mengenakan
pakaian pelindung sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan. Makan, minum,
mengunyah atau merokok, atau menyimpan makanan, minuman, bahan merokok atau
obat-obatan pribadi di area produksi dan area gudang hendaklah dilarang.
Secara umum, hendaklah dilarang melakukan kegiatan yang tidak higienis di
dalam area pembuatan atau di area lain yang dapat memengaruhi mutu produk.
Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung tangan operator dengan produk yang
terbuka dan juga dengan bagian peralatan yang bersentuhan langsung dengan produk.
Personel hendaklah diinstruksikan supaya menggunakan sarana dan bahan cuci tangan.
3) Konsultan
Seorang konsultan hendaklah memiliki pendidikan, pelatihan, dan pengalaman
yang memadai, atau kombinasinya, untuk memberi saran atas subjek yang dia kuasai.
Data yang mencakup nama, alamat, kualifikasi, dan jenis layanan yang diberikan oleh
para Konsultan hendaklah dijaga.
3. BANGUNAN FASILITAS
Bangunan-fasilitas untuk pembuatan obat tradisional hendaklah memiliki desain,
konstruksi dan letak yang memadai, serta disesuaikan kondisinya dan dirawat dengan baik
untuk memudahkan pelaksanaan operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan
hendaklah dibuat sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan,
kontaminasi dan kontaminasi silang dan kesalahan lain, dan memudahkan pembersihan,
sanitasi dan perawatan yang efektif untuk menghindarkan pencemaran silang, penumpukan
debu atau kotoran, dan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat tradisional.
Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan kontaminasi dari
lingkungan sekitar, seperti kontaminasi dari udara, tanah dan air serta dari kegiatan
industri lain yang berdekatan. Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah diambil
tindakan pencegahan yang efektif terhadap kontaminasi tersebut.
Pasokan listrik, pencahayaan, suhu, kelembaban dan ventilasi hendaklah tepat agar
tidak mengakibatkan dampak merugikan baik secara langsung maupun tidak langsung
terhadap obat tradisional selama proses pembuatan dan penyimpanan, atau terhadap
keakuratan fungsi dari peralatan.
1) Area Penimbangan
Penimbangan bahan awal dan perkiraan hasil nyata produk dengan cara
penimbangan hendaklah dilakukan di area penimbangan terpisah yang didesain
khusus untuk kegiatan tersebut. Area ini dapat menjadi bagian dari area penyimpanan
atau area produksi.
2) Area Produksi
Kontaminasi silang hendaklah dicegah untuk semua produk melalui desain dan
pengoperasian fasilitas pembuatan yang tepat. Tindakan pencegahan kontaminasi silang
hendaklah sepadan dengan risikonya. Prinsip MRM hendaklah digunakan untuk
menilai dan mengendalikan risiko.Fasilitas terdedikasi dipersyaratkan untuk pembuatan
obat tradisional yang berisiko karena: risiko tidak dapat dikendalikan secara memadai
melalui pengoperasian dan/atau tindakan teknis;
a) data ilmiah dari evaluasi toksikologi tidak mendukung risiko yang dapat
dikendalikan; dan
b) batas residu relevan berdasarkan hasil evaluasi toksikologi, tidak dapat
ditentukan secara memuaskan dengan metode analisis tervalidasi.
Tata letak ruang produksi dirancang sedemikian rupa untuk:
a) memungkinkan kegiatan produksi dilakukan di area yang saling berhubungan
mengikuti urutan tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang
dipersyaratkan;
b) mencegah kesesakan dan ketidakteraturan; dan
c) memungkinkan komunikasi dan pengawasan yang efektif.

Kelas Kegiatan Keterangan


1A Ekstraksi lanjutan, Jumlah partikel dan mikroba dalam ruang
pengolahan sediaan oral, kegiatan ditetapkan oleh masing- masing
sediaan untuk menangani Industri Obat Tradisional, berdasar kajian
luka terbuka dan sediaan dari jenis sediaan yang
yang mengandung Ditangani
produk berisiko tinggi.
1B Pengolahan sediaan selain Jumlah mikroba dalam ruang kegiatan
yang tercantum dalam 1A ditetapkan oleh masing-masing Industri Obat
yaitu sediaan serbuk, pil, Tradisional, berdasar kajian dari
obat luar jenis sediaan yang ditangani
(setengah padat dan COL)
2 Ekstraksi awal, pengemasan Ruang pengemasan sekunder yang tidak
sekunder berhubungan langsung dengan area luar,
untuk memasuki ruang ini disarankan
melewati suatu ruang antara

3 Gudang, penyiapan bahan Gudang kotor dipisahkan dari ruang/ area


awal penyiapan bahan awal dan gudang bersih
(penyortiran,pencucian,peng
eringan,perajangan,
penggilingan), Laboratorium
Ketentuan kelas kebersihan 1A dan 1B dapat mengacu ke Kelas E Pedoman
CPOB untuk pengolahan produk nonsteril, di mana persyaratan jumlah maksimum
partikulat udara pada kondisi nonoperasional adalah 3.520.000 partikel/m3 untuk
partikel ukuran ≥ 0,5 µm dan 29.000 untuk partikel ukuran ≥ 5 µm.
3) Area Penyimpanan
Area penyimpanan hendaklah dilengkapi sedemikian rupa untuk memberi
perlindungan terhadap masuknya serangga atau hewan lain terutama hewan pengerat.
Tindakan efektif hendaklah diambil untuk mencegah penyebaran hewan-hewan tersebut
dan mikroba yang dibawa oleh bahan mentah obat tradisional untuk mencegah
kontaminasi atau pertumbuhan jamur dan mencegah kontaminasi silang. Area khusus
hendaklah digunakan untuk mengarantina bahan obat tradisional yang masuk dan bahan
obat tradisional yang diluluskan.
Area penyimpanan hendaklah diventilasi dengan baik dan wadah hendaklah
diletakkan sedemikian rupa sehingga memudahkan sirkulasi udara. Area penyimpanan
hendaklah didesain atau disesuaikan untuk menjamin kondisi penyimpanan yang baik;
secara khusus area tersebut hendaklah bersih, kering dan mendapat pencahayaan yang
cukup serta suhunya dipertahankan dalam batas yang ditetapkan. Area terpisah dan
terkunci hendaklah disediakan untuk penyimpanan bahan dan produk yang ditolak, atau
yang ditarik dari peredaran atau yang dikembalikan.
Bahan atau produk yang berpotensi tinggi hendaklah disimpan di area yang
terkunci dan terjamin keamanannya. Bahan pengemas cetak merupakan bahan yang
kritis karena menyatakan kebenaran obat tradisional menurut penandaannya. Perhatian
khusus hendaklah diberikan dalam penyimpanan bahan ini di tempat terkunci agar
terjamin keamanannya.
4) Area Pengawasan Mutu
Laboratorium pengawasan mutu hendaklah terpisah dari area produksi. Area
pengujian mikrobiologi hendaklah dipisahkan dari area pengujian lain
5) Sarana Pendukung
Ruang istirahat dan kantin hendaklah terpisah dari area lain. Fasilitas untuk
mengganti pakaian kerja, membersihkan diri dan toilet hendaklah disediakan dalam
jumlah yang cukup dan mudah diakses. Toilet tidak boleh berhubungan langsung
dengan area produksi atau area penyimpanan. Ruang ganti pakaian untuk area produksi
hendaklah berada di area produksi namun terpisah dari ruang produksi.
6) Pembersihan dan Samitasi Bangunan Fasilitas
Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat tradisional hendaklah didesain
dan dikonstruksi dengan tepat untuk memudahkan sanitasi yang baik hendaklah tersedia
dalam jumlah yang cukup sarana toilet dengan ventilasi yang baik dan tempat cuci bagi
personil yang letaknya mudah diakses dari area pembuatan. Hendaklah disediakan
fasilitas yang memadai untuk penyimpanan pakaian personel dan milik pribadinya di
tempat yang tepat. Penyiapan, penyimpanan dan konsumsi makanan dan minuman
hendaklah dibatasi di area khusus, misalnya kantin. Fasilitas ini hendaklah memenuhi
standar saniter hendaklah ada prosedur tertulis untuk pemakaian rodentisida, insektisida,
fungisida, agen fumigasi, pembersih dan sanitasi yang tepat. Prosedur tertulis tersebut
hendaklah disusun dan dipatuhi untuk mencegah kontaminasi terhadap peralatan, bahan
awal, wadah obat tradisional, tutup wadah, bahan pengemas dan label atau produk jadi.
Rodentisida, insektisida dan fungisida hendaklah tid ak digunakan kecuali yang sudah
terdaftar dan digunakan sesuai peraturan terkait.
4. PERALATAN
Peralatan untuk pembuatan obat tradisional hendaklah memiliki desain dan
konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai serta ditempatkan dan dikualifikasi dengan
tepat, agar mutu obat tradisional terjamin sesuai desain serta seragam dari bets-ke-bets dan
untuk memudahkan pembersihan serta perawatan agar dapat mencegah kontaminasi,
kontaminasi silang, penumpukan debu atau kotoran dan hal-hal lain yang umumnya
merugikan mutu produk
1) Desain dan Kontruksi
Peralatan manufaktur hendaklah didesain, ditempatkan dan dikelola sesuai
dengantujuannya 4.2 Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal,
produk antara, produk ruahan atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi,
adisi atau absorbsi yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar
batas yang ditentukan.
Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus, misalnya pelumas
atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga
tidak memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara
ataupun produk jadi. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katup bocor,
tetesan pelumas dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi dan
adaptasi yang tidak tepat.
2) Pemasangan dan Penempatan
Peralatan hendaklah dipasang sedemikian rupa untuk mencegah risiko
kesalahan atau kontaminasi. Peralatan satu sama lain hendaklah ditempatkan pada
jarak yang cukup untuk menghindarkan kesesakan serta memastikan tidak terjadi
kekeliruan dan kecampurbauran produk. Semua sabuk (belt) dan puli (pulley)
mekanis terbuka hendaklah dilengkapi dengan pengaman Air, uap dan udara
bertekanan atau vakum serta saluran lain hendaklah dipasang sedemikian rupa agar
mudah diakses pada tiap tahap proses. Pipa hendaklah diberi penandaan yang jelas
untuk menunjukkan isi dan arah aliran. Tiap peralatan utama hendaklah diberi tanda
dengan nomor identitas yang jelas. Nomor ini dicantumkan di dalam semua perintah
dan catatan bets untuk menunjukkan unit atau peralatan yang digunakan pada
pembuatan bets tersebut kecuali bila peralatan tersebut hanya digunakan untuk satu
jenis produk saja.
3) Pembersihan dan Sanitasi Peralatan
Setelah digunakan, peralatan hendaklah dibersihkan baik bagian luar maupun
bagian dalam sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, serta dijaga dan
disimpan dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihannya
diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets sebelumnya
telah dihilangkan. Metode pembersihan dengan cara vakum atau cara basah lebih
dianjurkan. Udara bertekanan dan sikat hendaklah digunakan dengan hati-hati dan
bila mungkin dihindarkan karena menambah risiko kontaminasi produk.
Pembersihan dan penyimpanan peralatan yang dapat dipindah-pindahkan dan
penyimpanan bahan pembersih hendaklah dilaksanakan dalam ruangan yang terpisah
dari ruangan pengolahan.
4) Perawatan
Peralatan hendaklah dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi atau
kontaminasi yang dapat memengaruhi identitas, mutu atau kemurnian produk.
Kegiatan perbaikan dan perawatan tidak boleh menimbulkan risiko terhadap mutu
produk. Bahan pendingin, pelumas dan bahan kimia lain seperti cairan alat penguji
suhu hendaklah dievaluasi dan disetujui dengan proses formal. Prosedur tertulis
untuk perawatan peralatan hendaklah dibuat dan dipatuhi. Pelaksanaan perawatan
dan pemakaian suatu peralatan utama hendaklah dicatat dalam buku log alat yang
menunjukkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor setiap bets atau lot yang
diolah dengan alat tersebut. Catatan untuk peralatan yang digunakan khusus untuk
satu produk saja dapat ditulis dalam catatan bets.
5. PRODUKSI
Kegiatan produksi harus dilaksanakan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan dan
memenuhi ketentuan CPOTB yang menjamin senantiasa menghasilkan obat tradisional
yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi ketentuan izin produksi dan izin edar
(registrasi).
Seluruh proses penanganan bahan awal sampai produk jadi, seperti penerimaan dan
karantina, pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan, pengolahan,
pengemasan dan distribusi hendaklah dilakukan sesuai prosedur atau instruksi tertulis dan
bila perlu dicatat. Selama pengolahan, semua bahan, wadah produk ruahan, peralatan atau
mesin produksi dan bila perlu ruang kerja yang dipakai hendaklah diberi label atau
penandaan dari produk atau bahan yang sedang diolah, kekuatan (bila ada) dan nomor bets.
Bila perlu, penandaan ini hendaklah juga menyebutkan tahap proses produksi. Label pada
wadah, alat atau ruangan hendaklah jelas, tidak berarti ganda dan dengan format yang telah
ditetapkan. Label berwarna sering kali sangat membantu untuk menandakan status (misal:
karantina, diluluskan, ditolak, bersih dan lain-lain).
Bahan awal di area penyimpanan hendaklah diberi label yang tepat. Label
hendaklah memuat keterangan paling sedikit sebagai berikut:
a) nama bahan dan bila perlu nomor kode bahan;
b) nomor bets/kontrol yang diberikan pada saat penerimaan bahan ;
c) status bahan (misal: karantina, sedang diuji, diluluskan, ditolak); dan
d) tanggal kedaluwarsa atau tanggal uji ulang bila perlu. Jika digunakan sistem
penyimpanan terkomputerisasi yang divalidasi penuh, maka semua keterangan di atas
tidak perlu ditampilkan dalam bentuk tulisan terbaca pada label.
Perubahan signifikan terhadap proses pembuatan termasuk perubahan peralatan
atau bahan yang dapat memengaruhi mutu produk dan atau reprodusibilitas proses
hendaklah divalidasi.
6. CARA PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK
Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian yang penting dalam kegiatan dan
manajemen rantai pemasokan obat tradisional yang terintegrasi. Dokumen ini menetapkan
langkah-langkah yang tepat untuk memenuhi tanggung jawab semua yang terlibat dalam
kegiatan penyimpanan dan pengiriman produk.
Dokumen ini memberikan pedoman bagi penyimpanan dan pengiriman produk
jadi dari pabrik ke distributor. Jika gudang IOT bertindak juga sebagai pusat distribusi
produk ke fasilitas distribusi, fasilitas pelayanan kefarmasian dan fasilitas pelayanan
kesehatan, hendaklah IOT juga menerapkan dan memenuhi ketentuan yang tercantum
dalam Bab ini. Mutu produk dapat dipengaruhi oleh kekurang pengendalian yang
diperlukan terhadap kegiatan selama proses penyimpanan dan pengiriman. Terlebih lagi,
tidak ditekankan keperluan akan pembuatan, pengembangan dan pemeliharaan prosedur
penyimpanan dan pengiriman produk, serta pengendalian kegiatan proses penyimpanan dan
pengiriman. Tujuan pedoman ini adalah untuk membantu dalam menjamin mutu dan
integritas produk selama proses penyimpanan dan pengiriman produk.
Untuk menjaga mutu awal obat tradisional, semua kegiatan dalam penyimpanan
dan pengirimannya hendaklah dilaksanakan sesuai prinsip CPOTB. Untuk menjaga mutu
awal obat tradisional, semua kegiatan dalam penyimpanan dan pengirimannya hendaklah
dilaksanakan sesuai prinsip CPOTB. Pengiriman dan transportasi produk hendaklah
dimulai hanya setelah menerima pesanan resmi atau rencana penggantian produk dan
didokumentasikan.
Hendaklah dibuat catatan pengiriman produk yang minimal meliputi informasi
berikut:
a) tanggal pengiriman;
b) nama dan alamat perusahaan transportasi;
c) nama, alamat dan status penerima (misal apotek, toko obat, rumah sakit, dll);
d) deskripsi produk, mencakup nama, dan bentuk sediaan;
e) jumlah produk, misal jumlah wadah dan jumlah produk per wadah;
f) nomor bets dan tanggal kedaluwarsa;
g) kondisi transportasi dan penyimpanan yang ditetapkan; dan
h) nomor unik untuk order pengiriman.
7. PENGAWASAN MUTU
Pengawasan Mutu mencakup pengambilan sampel, spesifikasi, pengujian serta
organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang menjamin bahwa semua pengujian
relevan telah dilakukan, dan bahwa bahan tidak diluluskan untuk dipakai atau produk
diluluskan untuk dijual atau didistribusikan, sampai mutunya telah dibuktikan memenuhi
persyaratan.
Tugas utama kepala bagian Pengawasan Mutu dijelaskan pada Bab II Personalia.
Secara keseluruhan Bagian Pengawasan Mutu juga mempunyai tanggung jawab, antara lain
membuat, memvalidasi dan menerapkan semua prosedur pengawasan mutu, mengawasi
pengendalian sampel pembanding dan/atau sampel pertinggal dari bahan dan produk bila
perlu, memastikan kebenaran label pada wadah bahan dan produk, memastikan pelaksanaan
pemantauan stabilitas produk, partisipasi dalam investigasi keluhan yang menyangkut mutu
produk, dll. Semua kegiatan tersebut hendaklah dilakukan sesuai prosedur tertulis, dan
dicatat di mana perlu.
Pengambilan sampel hendaklah dilakukan sedemikian rupa untuk mencegah
kontaminasi atau dampak lain yang merugikan mutu. Wadah yang diambil sampelnya
hendaklah diberi label yang mencantumkan antara lain isi wadah, nomor bets, tanggal
pengambilan sampel dan tanda bahwa sampel diambil dari wadah tersebut. Wadah
hendaklah ditutup rapat kembali setelah pengambilan sampel. Sampel hendaklah
representatif dari bets bahan atau produk yang sampelnya diambil. Sampel lain dapat
diambil untuk memantau bagian proses berkondisi terkritis (misal, awal atau akhir suatu
proses). Pola pengambilan sampel hendaklah dijustifikasi dengan benar dan berdasarkan
pendekatan manajemen risiko. Tiap wadah sampel hendaklah diberi label yang menjelaskan
isi, disertai nomor bets, tanggal pengambilan sampel dan wadah yang diambil sampelnya.
Kegiatan ini hendaklah dilakukan sedemikian rupa untuk meminimalkan risiko
kecampurbauran dan melindungi sampel dari kondisi penyimpanan yang merugikan.
8. INSPEKSI DIRI, AUDIT MUTU, DAN AUDIT PERSETUJUAN PEMASOK
Tujuan inspeksi diri adalah untuk mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan
pengawasan mutu IOT memenuhi ketentuan CPOTB. Program inspeksi diri hendaklah
dirancang untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOTB dan untuk menetapkan
tindakan perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara independen
dan rinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat mengevaluasi penerapan
CPOTB secara objektif. Inspeksi diri hendaklah dilakukan secara rutin dan, di samping itu,
pada situasi khusus, misalnya dalam hal terjadi penarikan produk jadi atau terjadi
penolakan yang berulang. Semua saran untuk tindakan perbaikan hendaklah dilaksanakan.
Prosedur dan catatan inspeksi diri hendaklah didokumentasikan dan dibuat program tindak
lanjut yang efektif.Penyelenggaraan audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri.
Audit mutu meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit mutu umumnya
dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim yang dibentuk khusus
untuk hal ini oleh manajemen perusahaan.
Hendaklah dilakukan evaluasi sebelum pemasok disetujui dan dimasukkan ke
dalam daftar pemasok atau spesifikasi. Evaluasi hendaklah mempertimbangkan riwayat
pemasok dan sifat bahan yang dipasok.
9. KELUHAN DAN PENARIKAN PRODUK
Untuk melindungi kesehatan masyarakat, suatu sistem dan prosedur yang sesuai
hendaklah tersedia untuk mencatat, menilai, menginvestigasi dan mengkaji keluhan
termasuk potensi cacat mutu dan, jika perlu, segera melakukan penarikan obat tradisional
dari jaringan distribusi secara efektif. Prinsip MRM hendaklah diterapkan pada investigasi,
penilaian cacat mutu dan proses pengambilan keputusan menyangkut tindakan penarikan
produk, tindakan korektif dan pencegahan serta tindakan pengurangan risiko lain Pedoman
terkait prinsip-prinsip ini dicantumkan dalam Bab I Sistem Mutu Industri Obat Tradisional.
Personel terlatih dan berpengalaman dalam bidangnya hendaklah bertanggung
jawab untuk mengelola investigasi keluhan dan cacat mutu serta memutuskan tindakan yang
harus diambil untuk mengelola setiap potensi risiko yang muncul akibat masalah tersebut,
termasuk penarikan produk. Personel tersebut hendaklah independen d ari bagian penjualan
dan pemasaran, kecuali jika ada justifikasi. Apabila personel tersebut bukan kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu), hendaklah kepala bagian Manajemen Mutu
(Pemastian Mutu) segera diberitahukan secara formal setiap investigasi, setiap tindakan
mitigasi dan setiap pelaksanaan penarikan produk.
Jika ditemukan atau dicurigai cacat mutu pada suatu bets, hendaklah
dipertimbangkan untuk memeriksa bets atau mungkin produk lain untuk memastikan
apakah bets lain atau produk lain tersebut juga terkena dampak. Secara khusus hendaklah
diinvestigasi bets lain yang mungkin mengandung sebagian bets yang cacat atau komponen
yang cacat.
Cacat mutu hendaklah dilaporkan tepat waktu oleh pabrik pembuat kepada
pemegang Izin Edar dan semua otoritas pengawas obat terkait dalam kasus-kasus di mana
cacat mutu dapat mengakibatkan penarikan atau pembatasan pasokan produk. Setelah
produk diedarkan, pengembalian apa pun dari jaringan distribusi sebagai akibat dari cacat
mutu hendaklah dianggap dan dikelola sebagai penarikan produk. (Ketentuan ini tidak
berlaku untuk pengambilan atau pengembalian sampel produk dari jaringan distribusi untuk
memfasilitasi investigasi terhadap masalah/laporan cacat mutu).
Pelaksanaan penarikan produk hendaklah mampu untuk dilakukan segera setiap
saat. Dalam kasus tertentu, untuk melindungi kesehatan masyarakat pelaksanaan
penarikan produk mungkin perlu dimulai sebelum menetapkan akar masalah dan luas dari
cacat mutu.
Catatan distribusi bets/produk hendaklah tersedia setiap saat untuk digunakan oleh
personel yang bertanggung jawab terhadap penarikan produk. Catatan distribusi hendaklah
berisi informasi yang lengkap mengenai distributor dan pelanggan yang dipasok secara
langsung (dengan alamat, nomor telepon, dan/atau nomor fax pada saat jam kerja dan di
luar jam kerja, nomor bets dan jumlah yang dikirim), termasuk distributor di luar negeri
untuk produk yang diekspor.
Selain penarikan produk, perlu dipertimbangkan tindakan tambahan untuk
mengurangi risiko yang terjadi akibat cacat mutu. Tindakan tersebut dapat mencakup
penerbitan surat yang memperingatkan tenaga kesehatan profesional terkait penggunaan
bets yang berpotensi cacat. Hal ini hendaklah dipertimbangkan berdasarkan kasus per kasus
dan didiskusikan dengan otoritas pengawas obat yang berwenang.
10. DOKUMENTASI
Dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari sistem pemastian
mutu dan merupakan kunci untuk pemenuhan persyaratan CPOTB. Berbagai jenis
dokumen dan media yang digunakan hendaklah sepenuhnya ditetapkan dalam SMIOT.
Dokumentasi dapat dibuat dalam berbagai bentuk, termasuk media berbasis kertas,
elektronik atau fotografi. Tujuan utama sistem dokumentasi yang digunakan haruslah
untuk membangun, mengendalikan, memantau dan mencatat semua kegiatan yang secara
langsung atau tidak langsung berdampak pada semua aspek mutu produk. SMIOT
hendaklah mencakup penjabaran rinci yang memadai terhadap pemahaman umum
mengenai persyaratan, di samping memberikan pencatatan yang cukup dari berbagai
proses dan evaluasi setiap pengamatan yang memadai, sehingga penerapan persyaratan
yang berkelanjutan dapat ditunjukkan. Acuan lebih lanjut terkait penerapan Cara
Dokumentasi yang Baik untuk menjamin integritas dokumen dan catatan dapat mengacu
pada Pedoman WHO Guidance on Good Data and Record Management Practices atau
pedoman internasional lain yang relevan.
Ada dua jenis dokumentasi utama yang digunakan untuk mengelola dan mencatat
pemenuhan CPOTB: prosedur/instruksi (petunjuk, persyaratan) dan catatan/laporan.
Pelaksanaan dokumentasi yang tepat hendaklah diterapkan sesuai dengan jenis dokumen.
11. KEGIATAN ALIH DAYA
Aktivitas yang tercakup dalam Pedoman CPOTB yang dialihdayakan hendaklah
didefinisikan, disetujui dan dikendalikan dengan benar untuk menghindarkan
kesalahpahaman yang dapat menghasilkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang
tidak memuaskan. Hendaklah dibuat kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan
Penerima Kontrak yang secara jelas menentukan peran dan tanggung jawab masing-
masing pihak. SMIOT dari Pemberi Kontrak hendaklah menyatakan secara jelas prosedur
pelulusan tiap bets produk untuk diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh Kepala
Bagian Pemastian Mutu. Pembuatan produk alih daya di Indonesia hanya dapat dilakukan
oleh IOT yang memiliki Sertifikat CPOTB yang diterbitkan oleh Badan POM dan masih
berlaku.
Sebelum kegiatan alih daya dilaksanakan, Pemberi Kontrak bertanggung jawab
untuk menilai legalitas, kesesuaian dan kompetensi Penerima Kontrak untuk dapat
dengan sukses melaksanakan kegiatan alih daya. Pemberi kontrak juga bertanggung
jawab untuk memastikan, melalui kontrak, bahwa semua prinsip dan Pedoman CPOTB
diikuti Penerima Kontrak memahami sepenuhnya masalah yang berkaitan dengan produk
atau pekerjaan yang dapat membahayakan bangunanfasilitas, peralatan, personel, bahan
atau produk lain.
Pemberi Kontrak hendaklah memantau dan mengkaji kinerja Penerima Kontrak
dan mengidentifikasi perbaikan yang diperlukan dan pelaksanaannya
Penerima Kontrak hendaklah dapat melaksanakan pekerjaan yang diberikan oleh
Pemberi Kontrak dengan memuaskan misal memiliki bangunan-fasilitas, peralatan,
pengetahuan, pengalaman, dan personel yang kompeten.
Kontrak tertulis hendaklah dibuat antara Pemberi Kontrak dan Penerima Kontrak
dengan menetapkan tanggung jawab masing-masing pihak dan jalur komunikasi terkait
kegiatan alih daya. Aspek teknis dari kontrak hendaklah dibuat oleh personel yang
memiliki kompetensi dan pengetahuan yang sesuai dengan kegiatan alih daya dan
CPOTB. Semua pengaturan kegiatan alih daya harus sesuai dengan peraturan dan Izin
Edar produk terkait dan disetujui oleh kedua belah pihak.
12. KUALIFIKASI DAN VALIDASI
CPOTB mempersyaratkan industri Obat Tradisional mengendalikan aspek kritis
kegiatan yang dilakukan melalui kualifikasi dan validasi sepanjang siklus hidup produk
dan proses. Tiap perubahan yang direncanakan terhadap fasilitas, peralatan, sarana
penunjang, dan proses, yang dapat memengaruhi mutu produk, hendaklah
didokumentasikan secara formal dan dampak terhadap status validasi atau strategi
pengendaliannya dinilai. Sistem komputerisasi yang digunakan untuk pembuatan obat
tradisional hendaklah juga divalidasi sesuai dengan persyaratan Aneks 1 Sistem
Komputerisasi.
Pendekatan MRM hendaklah diterapkan sepanjang siklus hidup produk. Sebagai
bagian dari sistem MRM, keputusan mengenai cakupan dan luas kualifikasi-
validasifasilitas, peralatan, sarana penunjang, dan proses hendaklah didasarkan pada
penilaian risiko yang dijustifikasi dan didokumentasikan. Validasi retrospektif tidak lagi
dianggap sebagai pendekatan yang dapat diterima. Data pendukung kualifikasi dan/atau
studi validasi yang diperoleh dari sumber di luar program industri dapat digunakan,
dengan syarat pendekatan ini telah dijustifikasi dan ada jaminan yang memadai bahwa
pengendalian telah dilakukan saat mengambil alih data tersebut. Data pendukung
kualifikasi dan/atau studi validasi yang diperoleh dari sumber di luar program industri
dapat digunakan, dengan syarat pendekatan ini telah dijustifikasi dan ada jaminan yang
memadai bahwa pengendalian telah dilakukan saat mengambil alih data tersebut.
KOMPETENSI 5
“MAMPU MELAKUKAN PENULUSURAN INFORMASI TERAKIT
KARAKTERISTIK FISIKA, KIMIA, FISIKOKIMIA, FARMAKOLOGI,
MIKROBIOLOGI, SERTA REGULASI SEBAGAI LANDASAN STUDI
PRAFORMULASI’

Bahan Aktif PARACETAMOL :


1) Sifat Fisika (Farmakope Indonesia Edisi IV, 2020)
Nama Resmi : Acetaminofen/ paracetamol

Nama Sinonim : 4’-Hidroksiasetanilida

Rumus Molekul : C8H9NO2

Berat Molekul : 151,16

Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.

Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida

1N; mudah larut dalam etanol.

2) Sifat Kimia (Farmakope Indonesia Edisi IV,2020, FI IV, Codex, Martindale)


Stabilitas : Paracetamol sangat stabil dalam aquadest,degradasi

dikatalis oleh asam dan basa

pH : 5,3-6,5

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya. Simpan

pada suhu ruang, terlindung dari kelembapan dan panas.

Sisa Pemijaran : Tidak lebih dari 0,1%

Logam Berat : Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.

pKa : 9,5
3) Mikrobiologi
Cemaran Organik : Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja
tinggi seperti tertera pada Kromatografi. resolusi, R antara puncak
parasetamol dan senyawa sejenis B parasetamol tidak kurang dari
2,0, antara puncak senyawa sejenis B parasetamol dan senyawa
sejenis C parasetamol tidak kurang dari 1,5
4) Farmakologi (Martindale, A to Z, DIH)
Kelas/Golongan : Analgesik, Antiinflamasi dan Antipiretik

Indikasi : Meredakan nyeri ringan sampai sedang; pengobatan demam.


Penggunaan tanpa label: Profilaksis nyeri dan demam setelah
vaksinasi (A to Z)

Dosis : Dosis oral yang biasa adalah 0,5 sampai 1 g setiap 4 sampai 6 jam
maksimal 4 g sehari.

Aturan Pakai : 3 x sehari

Mekanisme Kerja : Menghambat sintesis prostaglandin di sistem saraf pusat dan


secara perifer menghambat pembentukan impuls nyeri;
menghasilkan antipiresis dari penghambatan pusat pengatur
panas hipotalamus.

Efek Samping : Kulit ruam dan reaksi hipersensitivitas lainnya kadang-kadang


terjadi.

Interaksi Obat : Resiko toksisitas parasetamol dapat meningkat pada pasien yang
menerima obat lain yang berpotensi hepatotoksik atau obat-
obatan yang menginduksi enzim mikrosomal hati. Itu penyerapan
parasetamol dapat dipercepat oleh obat-obatan seperti
metoklopramid. Ekskresi mungkin terpengaruh dan konsentrasi
plasma berubah ketika diberikan dengan probenesid.
Colestyramine mengurangi penyerapan parasetamol jika
diberikan dalam waktu 1 jam setelah parasetamol.

Perhatian : Parasetamol harus diberikan dengan hati-hati pada pasien dengan


gangguan fungsi ginjal atau hati. Ini juga harus diberikan dengan
hati-hati kepada pasien dengan ketergantungan alkohol.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap acetaminophen atau komponen lain dari
formulasi

Farmakokinetik : Paracetamol mudah diserap dari saluran pencernaan dengan


konsentrasi plasma puncak terjadisekitar 10 sampai 60 menit
setelah dosis oral. Parasetamol didistribusikan ke sebagian besar
jaringan tubuh. Melintasi plasenta dan hadir dalam ASI. Protein
plasmapengikatan diabaikan pada konsentrasi terapeutik biasa
tetapi meningkat dengan meningkatnya konsentrasi. ItuWaktu
paruh eliminasi parasetamol bervariasi dari sekitar 1 hingga 3
jam. Parasetamol dimetabolisme terutama di hati dan
diekskresikan dalam urin terutama sebagai konjugat glukuronida
dan sul nasib. Kurang dari 5% diekskresikan sebagai tidak
berubahparasetamol. Metabolit terhidroksilasi minor (N acetyl-
p-benzoquinoneimine), biasanya diproduksi di jumlah yang
sangat kecil oleh isoenzim sitokrom P450(terutama CYP2E1 dan
CYP3A4) di hati dan ginjal. Biasanya didetoksifikasi dengan
konjugasi dengan glu tathione tetapi dapat menumpuk di
belakang

5) Regulasi (Pionas, BPOM)


Paracetamol merupakan Golongan obat Bebas (B) dengan monografi Paracetamol.

BAHAN TAMBAHAN :
1. Mikrokristalin Selulosa (Handbook of Excipient)
Nama Resmi : Microcrystalline Cellulose
Nama Sinonim : Cellulose gel; Avicel PH; Celex; hellilosum
microcristallinum; Celphere; emcocel; vivapur; tabulose;
pharmacel; fibrocel; MCC sanaq.
Rumus Molekul : (C6H10O5)n
Berat Molekul : 36.00
Rumus Struktur :

Kegunaan : Penyerap, bahan suspense, pengisi tablet dan kapsul,


penghancur tablet, dan bahan pengikat.
Pemerian : Bubuk kritas putih, tidak berbau, tidak berasa, terdiri dari
partikel berpori.
Permukaan Partikel : Halus
Bentuk Kristal : Amorf
Kelarutan : Sedikit larut dalam 5% b/v larutan NaOH; prakts tidak larut
dalam air, asam encer, dan sebagian pelarut organic
Sifat : Hidrofobik
Titik Lebur : 260 - 270˚C
Daya Alir : 1,41 g/s
pH : 5–7
Kelembaban : Kandungan air biasana kuran dari 5% b/b
Stabilitas : Merupakan bahan yang stabil meskipun higroskopis.
Inkompatibilitas : Inkompatible dengan bahan pengoksidasi kuat.
Penyimpanan : Harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk
dan kering
2) PVP ( Povidon ) (Handbook Of Pharmaceutical Exipent edisi VI; Farmakope Indonesia
Edisi III)
Nama Resmi : POVINYL PIROLIDON
Nama lain : Povinil Pirolidon, Povidon Rumus Molekul : (C3H4O2)n
Pemerian : Serbuk sangat halus, berwarna putih sampai krem, tidak
atau hampir tidak berbau, higroskopik Kelarutan : Larut
dalam asam, kloroform, etanol, keton, metanol, dan air.
Praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon, dan minyak.
Stabilitas : Stabil pada suhu 110 – 130 0C ,Mudah terurai dengan
adanya udara dari luar ; Dapat bercampur dengan air ;
Stabil bila disimpan ditempat kering.
Berat Jenis : 0,29-0,39 g/ml
pH : 3,0 – 7,0
Inkompatibilitas : Ditambahkan thimerosol akan membentuk senyawa
kompleks. Kompatibel terhadap gerak organik alami, resin
sintetik dan senyawa lainnya. Akan terbentuk senyawa
sulfathiazole, sodium salisilat, asam salisilat, fenol barbital
dan komponen lainnya.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, sejuk (15-25 ), dan kering. ℃
Konsentrasi : 2% (range : 0,5 – 5 %)
Tujuan pengguaan : Pengikat
3) Methyl Paraben (Handbook of Excipient)
Nama Resmi : METHYLIS PARABEN
Nama lain : Nipagin
Penerian : Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih
dan etanol (95%) dan dalam 3 bagian aseton, larut dalam 60
bagian gliserol panas dan dalam 40 bagian minyak lemak
nabati panas.
Inkompatibilitas : Aktivitas antimikroba methylparaben dan paraben lainnya
sangat berkurang dengan adanya surfaktan nonionik.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Zat Tambahan, zat pengawet antimikroba
4) Propyl Paraben
Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna\
Kelarutann : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol
dalam eter, sukar larut dalam air mendidih, mudah larut
dalam propilen glikol
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : Propil paraben stabil pada pH 3-6 dapat disterilakn dengan
autoklaf tanpa mengalami peruraian, stabil pada suhu
kamar selama 4 tahun lebih\
Kegunaan : Antimikroba
5) Sodium Starch glicolate (Handbook of Excipient)
Nama Resmi : Sodium Starch glicolate
Nama Sinonim : Sodium salt; Explotab; Tablo; Vivastar; Carboxymethyl
starch; Explosol; glycolys; primojel.
Rumus Struktur :

Kegunaan : Penghancur Tablet dan kapsul


Pemerian : Bubuk yang sangat higroskopis putih atau hampir putih
mengalir bebas. Butiran berbentuk tidak beraturan,
berbentuk bulat telur atau buah pir, berukuran 30 – 100 mm
atau membulat berukuran 10 – 35 mm.
Titik Lebur : Tidak meleleh, tetapi hangus pada suhu 200˚C\
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam metilen klorida. Memberikan
suspense tembus dalam air.
pH : 3 – 7,5
Sifat : Hidrofilik
Stabilitas : Stabil meskipun sangat higroskopis
Inkompatibilitas : Inkompatible dengan asam askorbat
Penyimpanan : Harus disimpan dalam wadah yang tertutup baik untuk
melindungi dari berbagai variasi kelembaban dan suhu.
6) Starch (maize) (Handbook of Excipient)
Nama Resmi : Starch
Nama Sinonim : Amido; amidon; amilo; amylum; C*PharmGel; Eurylon;
fecule; Hylon; maydis amylum; Melojel; Meritena; oryzae
amylum; Pearl; Perfectamyl; pisi amylum; Pure-Dent;
Purity 21; Purity 826; solani amylum; tritici amylum; Uni-
Pure.
Rumus Molekul : C6H10O5
Berat Molekul : 300–1000
Kegunaan : Pengisi tablet dan kapsul; penghancur tablet dan kapsul;
bahan pengikat tablet; agen pengental.
Pemerian : Tidak berbau dan tidak berasa, halus, putih sampai putih
pucat bubuk. Ini terdiri dari butiran bulat atau bulat telur
yang sangat kecil atau biji-bijian yang ukuran dan
bentuknya menjadi ciri khas setiap tumbuhan.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (96%) dan dalam
dingin air. Pati membengkak seketika dalam air sekitar 5-
10% pada 37oC.(3) Pati menjadi larut dalam air panas pada
suhu di atas suhu gelatinisasi. Pati sebagian larut dalam
dimetilsulfoksida dan dimetilformamida.
Stabilitas : Pati kering stabil jika terlindung dari kelembaban tinggi.
Pati adalah dianggap inert secara kimia dan mikrobiologis
dalam kondisi penyimpanan normal. Larutan pati atau pasta
secara fisik tidak stabil dan mudah dimetabolisme oleh
mikroorganisme; karena itu harus disiapkan baru bila
digunakan untuk granulasi basah.
Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan zat pengoksidasi kuat. Berwarna
senyawa inklusi dibentuk dengan yodium.
Penyimpanan : Simpan dalam wadah kedap udara di tempat yang sejuk dan
kering tempat.
7) Talc (Handbook of Excipient)
Nama Resmi : Talc
Nama Sinonim : Altalc; E553b; hydrous magnesium calcium silicate;
hydrous magnesium silicate; Imperial; Luzenac Pharma;
magnesium hydrogen metasilicate; Magsil Osmanthus;
Magsil Star; powdered talc; purified French chalk; Purtalc;
soapstone; steatite; Superiore; talcum.
Rumus Molekul : Mg6(Si2O5)4(OH)4
Rumus Struktur : -
Kegunaan : Bahan Pelicin.
Pemerian : Talc sangat halus, putih sampai putih keabu-abuan, tidak
berbau, tidak teraba, bubuk kristal yang tidak beraturan. Ini
melekat dengan mudah ke kulit dan lembut untuk disentuh
dan bebas dari pasir.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam asam dan basa encer, pelarut
organik, dan air
Stabilitas : Talk adalah bahan yang stabil dan dapat disterilkan dengan
pemanasan pada suhu 1600C selama tidak kurang dari 1
jam. Itu juga dapat disterilkan dengan: paparan etilen
oksida atau iradiasi gamma. Talk juga stabil pada tempat
sejuk dan kering
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
8) Magnesium Stearat (Handbook of Excipient)
Nama Resmi : Magnesium Stearate
Nama Sinonim : Dibasic magnesium stearate, magnesium distearate,
magnesia stearas, magnesium octadecanoate, octadecanoic
acid, magnesium salt, stearic acid, magnesium salt.
Rumus Molekul : C36H70MgO4
Berat Molekul : 591.24
Rumus Struktur : [CH3(CH2)16COO]2Mg
Kegunaan : Pelincir Tablet dan Kapsul
Pemerian : Bubuk yang sangat halus, putih muda, diendapkan atau
digiling, dengan densitas curah rendah, memiliki bau asam
stearat yang samar dan rasa yang khas. Bubuknya
berminyak jika disentuh dan mudah menempel di kulit.
Daya Alir : Serbuk kohesif yang mengakir buruk
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, etanol (95%), eter dan air,
sedikit larut dalam benzene hangat dan etanol hangat
(95%).
Titik leleh : 117 – 150 ˚C
pH : 7 – 11
Sifat : Hidrofobik
Bentuk Kristal : Berbentuk jarum
Stabilitas : Stabil
Inkompatibilitas : Tidak cocok dengan asam kuat, alkali, dan garam diron.
Hindari pencampuran dengan bahan pengoksidasi kuat.
Magnesium stearat tidak dapat digunakan dalam produk
yang mengandung aspirin, beberapa vitamin dan sebagian
besar garam alkaloid.
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat yang sejuk
dan kering.
KOMPETENSI KHUSUS 6
“MENJELASKAN PRINSIP-PRINSIP DASAR, TEKNIK DAN PERALATAN YANG
DIGUNAKAN DALAM PEMBUATAN SEDIAAN FARMASI”

Teknik atau Proses Pembuatan Tablet dengan Menggunakan Metode Granulasi


Basah, yaitu :
(Farmaceutical Dosage Forms Tablets, Vol. 1)
1. Penggilingan obat dan eksipien
2. Mencampur bubuk giling
3. Persiapan pengikat larutan
4. Mencampur larutan pengikat dengan campuran bubuk untuk membentuk massa basah
5. Penyaringan basah secara kasar massa menggunakan 6 sampai 12- mesh
6. Mengeringkan butiran lembab
7. Penyaringan butiran kering dengan pelumas dan disintegran
8. Mencampur butiran yang sudah disaring dengan pelumas dan disintegran
9. Kompresi tablet
(Buku Farmasi Industri)

1. Zat aktif dan eksipien masing-masing dihaluskan dalam mesin penggiling. Misalnya
menggunakan mesin “Tornado Mill”
2. Pencampuran zat aktif, zat pengisi, sebagian zat disentegran dalam mesin pencampur misalnya
“Planetary mixer” atau “Twin shell blender”. Atau pencampuran zat aktif, zat pengisi, zat
pengikat kering/sebagian zat disintegran (penambahan pengikat kering) dalam mesin
“Planetary mixer” atau “Twin shell blender”.
3. Penyiapan cairan penggranulasi basah, larutan musilago atau suspensi atau larutan gel. Atau
penyiapan air, alkohol, atau hidroalkohol untuk mengaktifkan pengikat kerinG
4. Pembuatan massa granulasi basah dengan cairan penggranulasi dalam mesin seperti “Sigma
blade mixer”
5. Massa lembab dibentuk menjadi granul dengan mengekstruksi melalui mesin “oscillating
granulator” dengan lempeng penyaring 6-12 mesh atau melalui mesin “fitz mill” dilengkapi
dengan lempeng penyaring besi yang diperforasi.

6. Granul lembab dikeringkan di oven pada suhu 500 C -600C atau dalam pengering “fluid bed
dryer”
7. Granul yang telah kering diekstruksi dalam mesin oscillating granulator dengan lempeng
penyaring 18-20 mesh atau dengan mesin fitz mill dengan lempeng penyaring 18-20 mesh.
8. Granul ditapis melalui penyaring 18-20 mesh kemudian dipindahkan ke mesin “twin shell
blender” dan dicampurkan dengan disintegran glidan dan lubrikan yang telah diayak dengan
pengayak 200 mesh.
9. Massa dikempa menjadi tablet.

(Teknologi Sediaan Solid, 2018)


Secara sederhana proses granulasi basah dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Campuran bahan aktif dan bahan tambahan, lalu dibasahi dengan cairan pengikat yang
sudah tercampur homogen.
b. Kemudian granul dibentuk dengan melewatkan massa yang lembab melalui ayakan
(mesh 6 – 12 )
c. lalu granul yang terbentuk dikeringkan pada suhu 40 –50º C, granul yang kering diayak
lagi (mesh 14 – 20), dilanjutkan dengan pencampuran komponen luar (penghancur luar,
glidan, lubrikan) dan
d. Massa granul siap dicetak.
Alat-alat yang digunakan dalam proses pembuatan tablet yaitu :
Mesin Pencetak Tablet
Fase-fase dalam proses pencetakan tablet saat menggunakan mesin pencetak tablet :
a. Fase 1 Pengisian die dengan granul
Punch atas dan punch bawah seperti halnya sepatu pengisi berada pada posisi awal. Serbuk atau
granul-granul dialirkan dari hopper masuk ke dalam die (aliran sesuai grafitasi). Sementara itu,
ruangan cetak diisi dengan massa tablet.
b. Fase 2: Pencetakan Granul
Punch atas meluncur ke dalam ruang cetak dan mencetak tablet. Pada tahap ini, hopper
akan kembali pada tempatnya dan punch atas akan turun mengempa granul menjadi tablet.
c. Fase 3: Pengeluaran Tablet
Punch atas bergerak keposisi semula. Sementara itu, punch bawah meluncur ke atasdan
membawa tablet ke atas pinggiran ruang cetak.
d. Fase 4: Pencetakan selanjutnya
Sepatu pengisi bergerak maju dan mendorong tablet di atas jalan penyalur. Punch bawah
jatuh kembali ke posisi semula. Secara bersamaan massa tablet meluncur untuk
pencetakan selanjutnya dari sepatu pengisi ke dalam ruangan cetak.
KOMPETENSI KHUSUS 7
“MENJELASKAN PERAN BAHAN TAMBAHAN DALAM FORMULASI SEDIAAN
FARMASI, a.l. DAPAR, PENGAWET, ANTIOKSIDAN, DAN/ATAU BAHAN
PENOLONG LAINNYA”

Alasan Penambahan Zat Tambahan


Penggunaan bahan tambahan tablet dimaksudkan untuk menghasilkan sediaan tablet
yang kompak dan memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Bahan tambahan tablet harus
bersifat netral, tidak berbau dan tidak berasa dan sedapat mungkin tidak berwarna. Bahan
tambahan yang digunakan dapat berfungsi sebagai zat pengisi, zat pengikat, zat pelicin, zat
penghancur atau zat lain yang cocok (Teknologi sediaan solid).
Bahan Tambahan dalam Tablet :
a) Bahan Pengisi :
Komponen utama sediaan pada yang bertujuan untuk meningkatkan berat dari sed iaan untuk
mencapai sifat manufaktur yang dibutuhkan (misalnya kekuatan pengempaan, massa yang
ideal untuk di cetak, homogenitas). Seperti : Microcrystalline cellulose (avicel), Mannitol,
sukrosa, Spray dried lactose (SDL), amylum, kalsium fosfat
b) Bahan Pengikat :
Memfasilitasi proses aglomerasi serbuk menjadi granul sehingga ukuran menjadi lebih
homogen. Dapat didispersikan dalam cairan penggranulasi/ dapay ditambahkan secara kering
, seperti : Turunan selulose, Na-CMC, Povidone, PEG, alginate
c) Bahan Penghancur :
Untuk membantu hancurnya sediaan menjadi partikel yang ukurannya lebih kecil Ketika
kontak dengan media aqueous, sehingga dapat lebih mudah terabsorbsi, seperti :
Crospovidone, Sodium Starch Glycolate, Croscamellose Sodium
d) Bahan Pelicin (Glidant) :
Berukuran kecil dan bersifat hidrofobik, mengisi ruang antar partikel dan melapisi permukaan
partikel sehingga dapat memperbaiki sifat alir massa cetak, seperti Colloidal Silicone dioxide,
Talcc, turunan silikat
e) Bahan Pelincir (Lubricant) :
Mencegah melekatkan massa cetak di punch dan die dengan mengurangi friksi yang
meningkat selama proses pengempaan dan pengeluaran tablet dari cetakan, seperti : Turunan
stearate, talc, lauryl sulfat
KOMPETENSI KHUSUS 8
“MENJELASKAN PRINSIP STABILITAS SEDIAAN FARMASI, FAKTOR YANG
BERPENGARUH, SERTA TEKNIK PENGUJIANNYA”
Prinsip Stabilitas:
Stabilitas didefinisikan sebagai kemampuan suatu produk untuk bertahan dalam batas
yang ditetapkan dan sepanjang periode penyimpanan dan penggunaan, yaitu shelf life nya, sifat
dan karakterisitiknya sama dengan yang dimilikinya pada saat produk dibuat. Lima Jenis
Stabilitas :
a) Stabilitas Kimia : Tiap zat aktif mempertahankan keutuhan kimia dan potensi yang tertera
pada etiket dalam batas yang ditetapkan.
b) Stabilitas Fisika : Mempertahankan sifat fisika awal, termasuk pemerian, kesesuaian,
keseragaman, disolusi dan kemampuanuntuk disuspensikan.
c) Stabilitas Mikrobiologi : Sterilitas atau resistensi terhadap pertumbuhan mikroba
dipertahankan sesuai dengan persyaratan yang dinyatakan. Zat antimikroba yang ada
mempertahankan efektivitas dalam batas yang ditetapkan.
d) Stabililitas Terapi : Efek terapi tidak berubah.
e) Stabilitas Toksikologi : Tidak terjadi peningkatan toksisitas yang bermakna.
Faktor yang Berpengaruh :
Faktor lingkungan utama yang dapat menurunkan stabilitas seperti paparan terhadap suhu
yang merugikan, cahaya, oksigen, karbon dioksida dan kelembaban. Demikian juga factor utama
bentuk sediaan yang mempengaruhi stabilitas obat seperti ukuran partikel (terutama dalam
emulsi dan suspensi), pH, komposisi sistem pelarut (misalnya persentase air dan
kepolaran), kesesuaian antara anion dan kation, kekuatan ion larutan, wadah utama, adanya
bahan tambahan kimiaspesifik, ikatan molekular, difusi obat dan adanya bahan pengisi. Dalam
sediaan obat, reaksi-reaksi berikut biasanya menyebabkan berkurangnya kandungan zat aktif dan
perubahan ini biasanya tidak tampak secara visual.
Teknik Pengujian :
a) Metode dan Kegunaan Uji Stabilitas
1. Accelerated : untuk menentukan ED dan suhu penyimpanan
2. Intermediate : untuk mengevaluasi pengaruh suhu 30°C, jika terjadi perubahan signifikan
selama pengujian accelerated
3. Long Term : untuk menentukan ED dan suhu penyimpanan, untuk memperpajang ED,
tidak ada Batasan waktu pengujian
4. On goin stability test : untuk mengevaluasi sediaan beredar selama masa hidup sediaan
(shelf life) + 1 tahun. Uji juga digunakan sebagai base data jika ada complain yang
dilakukan konsumen terhadap produk yang beredar
5. Stress test : untuk mengetahui profil degradasi suatu bahan obat
Dengan kondisi suhu >40°C, Rh 75% , fotolisis, atau pH ekstrim
In Use stability : Untuk produk multidose, memastikan produk tetap berkualitas dalam
periode waktu tertentu meskipun wadah sudah terbuka
b) Kondisi Penyimpanan Sediaan Pada Uji Stabilitas
Study Kondisi Penyimpanan Minimum time Sampling Period
Period
Long Term 25±2°C / 60±5% RH atau
30±2°C / 65±5% RH atau 12 Bulan 0,6,9,12 bulan
30±2°C / 75±5% RH
Intermediate 30±2°C / 65±5% RH 6 bulan 0,3,6 bulan
Accelerated 40±2°C / 75±5% RH 6 bulan 0,3,6 bulan
c) Zona Stabilitas Menurut ICH
Zona Tipe iklim
I Temperate (sedang)
II Subtropis dan Mediteranian
III Panas dan kering
IV Panas dan Lembab (tropis)
IVb Panas dan sangat lembab (kondisi pengujian ASEAN)
KOMPETENSI KHUSUS 9
“MELAKUKAN STUDI PRAFORMULASI DAN MENETAPKAN FORMULASI
SEDIAAN FARMASI DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK MUTU,
EFEKTIVITAS, KEAMANAN MAUPUN STABILITAS SEDIAAN”
FIMOL (PARACETAMOL 500 Mg)
A. Formula yang akan dibuat (dalam Skala 1 kali produksi)
1. Paracetamol “powder” : 51,59 kg
2. Avicel : 5,48 kg
3. Povidon K-30 : 2,58 kg
4. Methyl Paraben : 0,04 kg
5. Propyl Paraben : 0,02 kg
6. Sodium Starch Glycolate : 1,34 kg
7. Corn Starch : 1,44 kg
8. Talcum : 2,01 kg
9. Magnesium Stearate : 0,50 kg
10. Alkohol 95% : 2,58 jg
B. Rancangan Formula
1. Nama Produk : Fimol
2. Jumlah Produk : 103.174 tablet
3. Tanggal Produksi : Februari 2023
4. Tanggal Kadaluwarsa : Februari 2025
5. No.Reg : DBL2321300105A1
6. No.Batch : A001F SIMU
C. Metode Pembuatan
Parasetamol memiliki sifat alir dan kompaktibilitas yang buruk dengan bentuknya
yang kristal, maka perlu dibuat granul dengan metode granulasi basah sehingga dapat
meningkatkan fluiditas dan kompresibilitas yang baik (Voight, 1984). Tablet parasetamol
dicetak menggunakan metode granulasi basah dengan menambahkan bahan pengikat
untuk meningkatkan kekompakan antar partikel. Metode ini mengandung pengikat dalam
bentuk mucilago untuk meningkatkan kohesivitas agar kekerasannya semakin tinggi.
D. Alasan Penambahan bahan Tambahan
Nama Bahan Kegunaan Jumlah dalam Konsentrasi (%)
103.174 tablet
(kg)
Paracetamol Zat Aktif 51,59 51,59
Avicel Pengisi 5,48 5,48
Povidon K-30 Pengikat 2,58 2,58
Methyl Paraben Pengawet 0,04 0,04
Propyl Paraben Pengawet 0,02 0,02
Sodium Starch Penghancur Dalam 1,34 1,34
Glycolate
Corn Starch Penghancur Luar 1,44 1,44
Talcum Pelicin 2,01 2,01
Magnesium Stearate Pelincir 0,50 0,50
1) Avicel ( Bahan pengisi)
Avicel merupakan bahan pengisi, karena akan menghasilkan tablet dengan kekerasan
yang tinggi, kerapuhan yang kecil, waktu hancur yang cepat, dan persen pelepasan yang
lebih besar, bila dibandingkan dengan pengisi lain. Avicel sebagai bahan pengisi untuk
memperbaiki sifat alir dari paracetamol. Selain itu Tablet yang menggunakan avicel
sebagai pengisi mempunyai waktu hancur yang lebih cepat karena avicel selain sebagai
bahan pengisi juga berfungsi sebagai bahan penghancur bila dikombinasikan dengan
starch.
2) Povidon K-30 (pengikat)
Granul dengan polivinilpirolidon (PVP) memiliki sifat alir yang baik, sudut diam
minimum, menghasilkan fines lebih sedikit dan daya kompaktibilitasnya lebih baik. PVP
sebagai bahan pengikat dapat digunakan dalam bentuk larutan berair maupun alkohol.
PVP juga berkemampuan sebagai pengikat kering . Penggunaan PVP menghasilkan granul
dengan daya kompresi yang baik, selain itu juga menghasilkan tablet/granul yang kuat,
dan cepat larut.
3) Methyl Paraben dan Propyl Paraben (Pengawet)
Kombinasi propil paraben dengan metil paraben akan menghasilkan kombinasi pengawet
dengan aktivitas antimikroba yang kuat.
4) Sodium Starch Glycolate (penghancur luar)
Sodium Starch Glycolat memiliki waktu desintegrasi yang bisa ditentukan oleh daya
kempa yang digunakan dan merupakan serbuk yang alirannya baik sehingga cocok
digunakan untuk memperbaiki aliran granul paracetamol. Meskipun keefiktifan
kebanyakan penghancur dipengaruhi oleh eksipien hidrofobik seperti lubrikan, tetapi
tidak berlaku untuk keefektifan primogel. Meningkatnya tekanan kompresi tablet juga
tidak mempengaruhi waktu hancur.
5) Corn Starch (penghancur dalam)
Kemampuan amilum sebagai bahan penghancur dipengaruh oleh amilosa dalam amilum.
Hal ini dikarenakan amilosa mampu menyerap air sehingga
mempengaruhi proses pengembangan amilum. Sehingga, tablet yang kontak dengan
cairan saluran pencernaan mengembang dan menyebabkan tablet menjadi pecah dan
hancur Penggunaan pati jagung sebagai bahan penghancur memiliki konsentrasi 2-10 %
(Aulton, 1996).
6) Talcum (pelicin)
Penggunaan talk sebagai bahan pelicin memiliki beberapa keuntungan, seperti
harganya murah dan mudah didapat tidak diabsorpsi secara sistemik sehingga
tergolong tidak beracun, dapat berfungsi sekaligus sebagai bahan pelincir, anti
lekat dan bahan pelicin, sehingga efeknya sebagai bahan pelicin dapat optimal serta talk
dapat mencegah timbulnya noda gelap pada tablet karena talk dapat terdistribusi lebih
homogen sehingga tablet yang dihasilkan akan memiliki penampilan fisik yang baik
(Voigt, 1995).
7) Magnesium Stearate (Pelincir)
Digunakan sebagai lubricant atau pelincir. Karena (handbook of excipient, Hal: 404)
magnesium stearat banyak digunakan sebagai lubrikan pada sediaan tablet pada
konsentrasi antara 0,25 % dan 5,0 % b/b. Magnesium stearat merupakan lubrikan yang
paling banyak digunakan karena sifat lubrikant yang unggul (Aulton, 2013).
KOMPETENSI KHUSUS 10
“MENETAPKAN SPESIFIKASI BAHAN BAKU, BAHAN KEMASAN DAN
SEDIAAN/PRODUK MENGACU PADA KETENTUAN FARMAKOPE
INDONESIA ATAU KOMPENDIUM LAIN YANG SESUAI”

1. Spesifikasi Bahan Baku (Menurut CPOB dan POPP)


Spesifikasi Bahan Baku (Paracetamol)
Spesifikasi Halaman 1
PARACETAMOL dari 1
PT.
Kode Produk: 123456789
MUNAWARAH
No. 001
FARMA Departemen
Seksi Tanggal
Pengawasan Mutu …………….. berlaku
Februari 2023
Men
Disusun Oleh ggan
Diperiksa Oleh
Sitti Munawarah Disetujui Oleh QA ti
QC
Nursin, S.Farm. 20 Februari 2023 No :
18 Februari 2023
17 Februari 2023 -
Tanggal : -
Nama Pabrik Pembuat dan/atau Pemasok yang disetujui :
1. PT. Munawarah

No. Kode dari Pabrik dan / atau Pemasok : 123456789


Pemerian Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.

Kelarutan Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1N;
mudah larut dalam etanol.

Identifikasi Memenuhi Identifikasi seperti yang tertera pada metode Identifikasi


bahan awal Paracetamol BPFI
Tetapan Fisis Rotasi Optik : - 0.05˚ sampai + 0.05˚.
Kemurnian - Air : tidak lebih dari 0,5 %
- Logam berat : tidak lebih dari 10 bpj
- Kemurnia : Min. 99,81%
Batas Penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
Kadar/Potensi tertera pada Kromatografi. resolusi, R antara puncak parasetamol
dan senyawa sejenis B parasetamol tidak kurang dari 2,0, antara
puncak senyawa sejenis B parasetamol dan senyawa sejenis C
parasetamol tidak kurang dari 1,5
Spesifikasi lain - pH : 5,3 – 6,5
Frekuensi
-
Pengujian Ulang
Uji Spesifik -
Kondisi Dalam wadah tertutup rapat, , tidak tembus cahaya
Penyimpanan

2. Spesifikasi Bahan Pengemas (CPOB-POPP)


Spesifikasi Bahan Pengemas (Pollycelonium)

Spesifikasi Halaman 1 dari


Pollycelonium 1
PT. MUNAWARAH Kode Produk: 123456789
FARMA No. 001
Departemen Seksi
Tanggal berlaku
Pengawasan Mutu ……………..
Februari 2023
Disusun Oleh Mengg
Diperiksa Oleh Disetujui Oleh
Sitti Munawarah anti
QC QA
Nursin, S.Farm. No : -
18 Februari 2023 20 Februari 2023
17 Februari 2023 Tanggal : -
Nama Pabrik Pembuat dan/atau Pemasok yang disetujui :
1. PT. Munawarah

No. Kode dari Pabrik dan / atau Pemasok : 123456789


Bahan Pollycellonium 12µ Print dan Pollycellonium 12µ polos

Ukuran / Kapasitas Pollycellonium 12µm, ukuran 197mm x 500 m, dengan


kapasitas 1800 strip/jam

Deskripsi - Setiap Gulungan Diidentifikasi dengan Kode Batang


& dengan rincian lengkap Nomor Batch, Detail
Produk, Tanggal Pembuatan, dll.
- Opsi Diameter Luar Gulungan (OD)
Foil Tercetak: 250mm ± 10mm Foil
Tidak Tercetak:250mm/300mm/400mm/500 mm
(±10mm)
Persyaratan kimiawi -
/ Fisis
Penggunaan Strip Packing Produk Farmasi seperti Tablet dan Kapsul
(terutama yang Bersifat Higroskopis Tinggi)
Penyimpanan -
Kemasan Packing Aman dan Kokoh dipastikan tahan terhadap
Rintangan Transportasi
Bentuk / Gambar
teknis

3. Spesifikasi Sediaan Farmasi (CPOB-POPP)


Spesifikasi Sediaan Farmasi (Tablet Paracetamol)

Spesifikasi Halaman 1 dari 1


Tablet
Paracetamol (Fimol) 500
PT. MUNAWARAH mg
FARMA Kode Produk: 123456789
No. 001
Departemen
Seksi Tanggal berlaku
Pengawasan …………….. Februari 2023
Mutu
Disusun Oleh Mengganti
Diperiksa Oleh Disetujui Oleh
Sitti Munawarah No : -
QC QA
Nursin, S.Farm. Tanggal : -
18 Februari 2023 20 Februari 2023
17 Februari 2023
Bentuk Sediaan Tablet

Pemeriaan Berwarna putih, berbentuk bulat, tidak berbau

Bahan Aktif obat Tiap tablet fimol mengandung paracetamol, tidak kurang
tiap tablet dari 96,0% dan tidak lebih dari 100,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Rujukan ---
Karakteristik - Disolusi : Dalan waktu 15 menit harus larut tidak kurang
fisis/kimia dari 85% (Q) paracetamol, dari jumlah yang
tertera dietiket.
- Waktu Hancur : < 6 menit
- Kekerasan : 101 – 331 N
- Friability : < 0,5 %
- Kemurnia : Min. 99,81%
Spesifikasi Lain - Keseragaman sediaan : memenuhi syarat
- Diameter tablet : 12,90 – 14,12 mm
- Ketebalan 3,68 – 4,26 mm
- Tinggi : sekitar 2,4 mm
- Berat : 630 mg (592,0 – 679,6)
Spesifikasi kemasan
Lihat spesifikasi pada bahan pengemas.
dan penandaan
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat dan dalam suhu ruang
terkendali.
Masa Simpan 5 tahun dalam suhu 15 – 25 ˚C
KOMPETENSI KHUSUS 11
“MERANCANG PROSEDUR PEMBUATAN SEDIAAN FARMASI STERIL
DAN NON STERIL DENGAN MEMEBUHI KETENTUAN CARA PEMBUATAN
SEDIAAN FARMASI YANG BAIK (GMP)”

(CPOB, 2012)
1. Bangunan dan tipe ruang yang digunakan dalam produksi yaitu bagunan dengan tipe
ruang kelas E karena Sodium divalproat merupakan produk nonsteril
2. Untuk produk nonsteril, area produksi menggunakan pengaturan udara dimana udara
dalam ruang produksi harus lebih rendah dari pada diluar dan dilengkapi dengan dust
collector sehingga bahan serbuk tidak keluar dari ruang produksi untuk menghindari
kontaminasi silang akibat serbuk keluar dari ruang produksi
3. Melakukan proses produksi menggunakan teknik pembuatan yang sesuai. Untuk tablet
Sodium divalproat mengunakan metode granulasi basah
4. Mesin pencetak tablet hendaklah dilengkapi dengan fasilitas pengendali debu yang
efektif dan ditempatkan sedemikian rupa untuk menghindarkan kecampurbauran antar
produk. Tiap mesin hendaklah ditempatkan dalam ruangan terpisah. Kecuali mesin
tersebut digunakan untuk produk yang sama atau dilengkapi sistem pengendali udara
yang tertutup maka dapat ditempatkan dalam ruangan tanpa pemisah. Hendaklah selalu
tersedia alat timbang yang akurat dan telah dikalibrasi untuk pemantauan bobot tablet
selama-proses.

Teknik Pembuatan Tablet Sodium divalproat dengan Menggunakan Metode Granulasi


Basah, yaitu :
(Handbook pharmaceutical sediaan padat )
1. Granulasi basah
a. Larutkan povidone (item 1) di sekitar 33 ml alkohol.
b. Ayak natrium divalproat, pati, povidone (butir 4), dan setengah dari silikon dioksida
(butir 5) menggunakan mesin comminuting mill, dilengkapi dengandiamter ayakan
686 mmikron pada kecepatan tinggi,
c. Masukkan bahan yang telah digiling dari langkah 2 dan sisa silikon dioksida (butir 5)
ke dalam pencampur yang sesuai. Blender selama 5 hingga 10 menit. Tambahkan
larutan povidone (langkah 1a) ke dalam isi mixer untuk mendapatkan massa yang
sesuai. Bahannya tidak mudah basah, tetapi cepat mengembang. Jika perlu, tambahkan
alkohol ekstra, hingga 15 ml.
d. Ayak massa basah melalui granulator yang dilengkapi dengan ayakan no 4,0 mm dan
sebarkan di atas nampan oven berlapis kertas. Sebagai alternatif, ayak massa basah
melalui saringan dengan ayakan 9,53 mm yang dipasang pada mesin Comminutinf
mill, dengan kecepatan lambat, dengan pisau ke depan, dan sebarkan di atas nampan
oven berlapis kertas. Keringkan pada 49°C hingga LOD tidak lebih dari 2% (3 jam,
60°C, vakum )
e. Lewatkan granul kering melalui mess/ ayakan 1,18 mm atau 1,40 mm yangdipasang
pada granulator, atau saring butiran kering pada saringan dengan diamter 1,4 mm
yang dipasang pada alat pengocok ayakan yang sesuai. Lewatkan butiran kasar
melalui saringan dengan mess 1,18 mm atau 1,40 mm yang dipasang ke granulator
berosilasi.
2. Pelumasan
a. Campurkan setengah dari granul yang telah diayak dari langkah 1d ke dalam blender
yang sesuai. Tambahkan silikon dioksida (butir 7) melalui ayakan dengan diameter
1,7 mm ke dalam mixerr diikuti dengan penambahan granul yang disaring pada
langkah 1d.
b. campurkan selama 20 menit, pastikan tidak udara atau gumpalan pada silikon
dioksida yang digunakan sebagai pelicin yang tersisa.
c. Tuang ke dalam drum berlapis polythene yang telah ditara.

3. Kompresi
Kompres ke dalam tablet 215 mg, menggunakan punch dan die diameter 6,24x11,90 mm.
Tahap “kompresi” harus dilakukan pada kelembaban relatif tidak lebih dari 40% dan tidak
lebih dari 26,5 °C.
KOMPETENSI KHUSUS 12
“MERANCANG KEMASAN, LABEL & BROSUR/LEAFLET SEDIAAN
FARMASI, SERTA MEMASTIKAN KETERSEDIAAN INFORMASI YANG
DIBUTUHKAN, A.L. ED, BUD, PELARUT, KOMPATIBILITAS, KONDISI
PENYIMPANAN”

1. Kemasan Primer

2. Kemasan Sekunder
KOMPETENSI KHUSUS 13
MENETAPKAN KESESUAIAN BAHAN BAKU DENGAN SPESIFIKASI
YANG DITETAPKAN.

Bahan Aktif Paracetamol :

1) Sifat Fisika (Farmakope Indonesia Edisi VI, 2020)


Nama Resmi : Acetaminofen/ paracetamol
Nama Sinonim : 4’-Hidroksiasetanilida
Rumus Molekul : C8 H9 NO 2
Berat Molekul : 151,16

Rumus Struktur :

Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.


Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida
1N; mudah larut dalam etanol.
2) Sifat Kimia (Farmakope Indonesia Edisi VI 2020, Codex, Martindale)
Stabilitas : Paracetamol sangat stabil dalam aquadest,degradasi
dikatalis oleh asam dan basa
pH : 5,3-6,5
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Simpan pada suhu ruang, terlindung dari kelembapan
dan panas.
Sisa Pemijaran : Tidak lebih dari 0,1%
Logam Berat : Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.
pKa : 9,5
3) Mikrobiologi
Cemaran Organik : Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi. resolusi,
R antara puncak parasetamol dan senyawa sejenis B
parasetamol tidak kurang dari 2,0, antara puncak
senyawa sejenis B parasetamol dan senyawa sejenis C
parasetamol tidak kurang dari 1,5
4) Farmakologi (Martindale, A to Z,DIH)
Kelas/Golongan : Analgesik, Antiinflamasi dan Antipiretik
Indikasi : Meredakan nyeri ringan sampai sedang; pengobatan
demam. Penggunaan tanpa label: Profilaksis nyeri dan
demam setelah vaksinasi (A to Z)
Dosis : Dosis oral yang biasa adalah 0,5 sampai 1 g setiap 4
sampai 6 jam maksimal 4 g sehari.
Aturan Pakai : 3 x sehari
Mekanisme Kerja : Menghambat sintesis prostaglandin di sistem saraf pusat
dan secara perifer menghambat pembentukan impuls
nyeri; menghasilkan antipiresis dari penghambatan pusat
pengatur panas hipotalamus
Efek Samping : Kulit ruam dan reaksi hipersensitivitas lainnya kadang-
kadang terjadi.
Interaksi Obat : Resiko toksisitas parasetamol dapat meningkat pada
pasien yang menerima obat lain yang berpotensi
hepatotoksik atau obat-obatan yang menginduksi enzim
mikrosomal hati. Itu penyerapan parasetamol dapat
dipercepat oleh obat-obatan seperti metoklopramid.
Ekskresi mungkin terpengaruh dan konsentrasi plasma
berubah ketika diberikan dengan probenesid.
Colestyramine mengurangi penyerapan parasetamol jika
diberikan dalam waktu 1 jam setelah parasetamol.
Perhatian : Parasetamol harus diberikan dengan hati-hati pada
pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati. Ini juga
harus diberikan dengan hati-hati kepada pasien dengan
ketergantungan alkohol.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap acetaminophen atau komponen
lain dari formulasi
Farmakokinetik : Paracetamol mudah diserap dari saluran pencernaan
dengan konsentrasi plasma puncak terjadisekitar 10
sampai 60 menit setelah dosis oral. Parasetamol
didistribusikan ke sebagian besar jaringan tubuh.
Melintasi plasenta dan hadir dalam ASI. Protein
plasmapengikatan diabaikan pada konsentrasi terapeutik
biasa tetapi meningkat dengan meningkatnya
konsentrasi. ItuWaktu paruh eliminasi parasetamol
bervariasi dari sekitar 1 hingga 3 jam. Parasetamol
dimetabolisme terutama di hati dan diekskresikan dalam
urin terutama sebagai konjugat glukuronida dan sul
nasib. Kurang dari 5% diekskresikan sebagai tidak
berubahparasetamol. Metabolit terhidroksilasi minor (N
acetyl-p-benzoquinoneimine), biasanya diproduksi di
jumlah yang sangat kecil oleh isoenzim sitokrom
P450(terutama CYP2E1 dan CYP3A4) di hati dan ginjal.
Biasanya didetoksifikasi dengan konjugasi dengan
glutathione tetapi dapat menumpuk di belakang.

Spesifikasi Bahan Baku (Menurut CPOB dan POPP)


Spesifikasi Bahan Baku (Paracetamol)
Spesifikasi Halaman 1 dari 1

PT. PARACETAMOL

MUNAWARAH Kode Produk: 123456789

FARMA No. 001


Departemen Seksi
Tanggal berlaku
……………..
Pengawasan Mutu Februari 2023
Disusun Oleh Disetujui Oleh Mengganti
Diperiksa Oleh
Sitti Munawarah QA No : -
QC
Nursin, S.Farm. 20 Februari Tanggal : -
18 Februari 2023
17 Februari 2023 2023
Nama Pabrik Pembuat dan/atau Pemasok yang disetujui :
1. PT. Munawarah

No. Kode dari Pabrik dan / atau Pemasok : 123456789


Pemerian Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.

Kelarutan Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida


1N; mudah larut dalam etanol.

Identifikasi Memenuhi Identifikasi seperti yang tertera pada metode


Identifikasi bahan awal Paracetamol BPFI
Tetapan Fisis Rotasi Optik : - 0.05˚ sampai + 0.05˚.
Kemurnian - Air : tidak lebih dari 0,5 %
- Logam berat : tidak lebih dari 10 bpj
- Kemurnian : Min. 99,81%
Batas Kadar/Potensi Penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
seperti tertera pada Kromatografi. resolusi, R antara puncak
parasetamol dan senyawa sejenis B parasetamol tidak
kurang dari 2,0, antara puncak senyawa sejenis B
parasetamol dan senyawa sejenis C parasetamol tidak
kurang dari 1,5
Spesifikasi lain - pH : 5,3 – 6,5
Frekuensi Pengujian
-
Ulang
Uji Spesifik -
Kondisi Dalam wadah tertutup rapat, , tidak tembus cahaya
Penyimpanan
KOMPETENSI KHUSUS 14
MENYIAPKAN LEMBAR KERJA, MENGHITUNG KEBUTUHAN BAHAN
DAN PERALATAN, DAN MEMASTIKAN KETERSEDIAAN BAHAN DAN
PERALATAN DI TEMPAT KERJA.
BAHAN
NO Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Jumlah dalam 1 Batch
Produksi 103.174 tablet
(kg)
1 001 Paracetamol Zat Aktif 51,59
2 002 Avicel Pengisi 5,48
3 003 Povidon K-30 Pengikat 2,58
4 004 Methyl Paraben Pengawet 0,04
5 005 Propyl Paraben Pengawet 0,02
6 006 Sodium Starch Penghancur 1,34
Glycolate Dalam
7 007 Corn Starch Penghancur 1,44
Luar
8 008 Talcum Pelicin 2,01
9 009 Magnesium Pelincir 0,50
Stearate
PERALATAN :
1) Penimbangan : Menyiapkan Timbangan digital averyweigh (kg), dan timbangan digital
mettler Toledo (Gram), Sendok timbang,
2) Pengeringan : menggunakan Oven atau Fluid Bed Drying (FBD)
3) Pencampuran : Menyiapkan super mixer, oscilating granulator, oven pengering granul
dan mesin campur planetary Shang Yuh
4) Pencetakan : Mesin cetak tablet Rimek-Unit-I, Timbangan digital Sartorius, Hardness,
Diameter, Thickness tester
5) Stripping : Stip Hi-Pack
No Nama Alat Fungsi Gambar
1 Timbangan Untuk menimbang
Digital bahan obat dengan
Averyweigh satuan Kg
(kg)

2 Timbangan Untuk menimbang


Mettler bahan obat dengan
Toledeo satuan mg atau Gram

3 Sendok Untuk memudahkan


Timbang dalam proses
pemindahan bahan
obat yang akan di
timbang

4 Oven atau Untuk mengeringkan


Fluid Bed granul
Drying (FBD)
5 Fluid Bed Untuk mengeringkan
Drying (FBD) granul

6 Super Mixer Untuk membuat


larutan pengikat

7 Oscilating Untuk mengayak


Granulator granul menjadi
granul yang lebih
homogen dengan
ukuran mess yang
berbeda

8 Planetary Untuk
Mixer mencampurkan
segala bahan obat
menjadi satu
9 Rimek-Unit-1 Untuk mencetak
granul menjadi
Tablet

10 Timbangan Untuk melakukan


digital penimbangan pada
Sartorius tablet setelah
pencetakan

11 Sotax Untuk mengukur


kekerasan, diameter
dan tebal tablet

12 Mesin Strip Untuk pengemasan


Hi-Pack sekunder pada tablet
Ketersediaan Bahan dan Peralatan
a) Bahan
NO Kode Bahan Nama Bahan Ketersediaan
Ada Tidak ada
1 001 Paracetamol √ -
2 002 Avicel √ -
3 003 Povidon K-30 √ -
4 004 Methyl Paraben √ -
5 005 Propyl Paraben √ -
6 006 Sodium Starch √ -
Glycolate
7 007 Corn Starch √ -
8 008 Talcum √ -
9 009 Magnesium √ -
Stearate
b) Alat
No Nama Alat Ketersediaan
Ada Tidak ada
1 Timbangan Digital Averyweigh (kg) √ -
2 Timbangan Mettler Toledeo √ -
3 Sendok Timbang √ -
4 Oven atau Fluid Bed Drying (FBD) √ -
5 Fluid Bed Drying (FBD) √ -
6 Super Mixer √ -
7 Oscilating Granulator √ -
8 Planetary Mixer √ -
9 Rimek-Unit-1 √ -
10 Timbangan digital Sartorius √ -
11 Sotax √ -
12 Mesin Strip Hi-Pack √ -
KOMPETENSI KHUSUS 15
“MENYIAPKAN BAHAN, PERALATAN DAN RUANGAN UNTUK
PEMBUATAN SEDIAAN FARMASI SESUAI KEBUTUHAN”
Penyiapan Bahan :
Bahan yang dibutuhkan seperti bahan aktif obat, pengisi, pengikat, penghancur, pelincir
serta pelincir disiapkan, Bahan baku obat diruang G, dibawah keruang antara, kemudian
dibawah keruang timbang dan dilakukan penimbangan, setelah bahan telah ditimbang
semua bahan di ruang stagging.
Peralatan :
6) Penimbangan : Menyiapkan Timbangan digital averyweigh (kg), dan timbangan
digital mettler Toledo (Gram), Sendok timbang,
7) Pengeringan : Menggunakan Oven atau Fluid Bed Drying (FBD)
8) Pencampuran : Menyiapkan super mixer, oscilating granulator, oven pengering
granul dan mesin campur planetary Shang Yuh
9) Pencetakan : Mesin tablet Rimek-Unit-I, Timbangan digital Sartorius, Hardness,
Diameter, Thickness tester
10) Stripping : Stip Hi-Pack
Ruangan :
Untuk produksi tablet dilakukan diruangan kelas kebersihan E. Dimana kelas E
merupakan ruangan untuk produksi sediaan farmasi non steril dengan persyaratan
minimum partikulat udaranya pada kondisi non operasional yaitu 3.520.000
partikel/m3 dengan partikel ukuran ≥ 0,5 mm dan 29.000 untuk partikel ukuran ≥ 5µm.
Jumlah maksimum mikroba udara ditetapkan oleh industri berdasar kajian risiko dari
jenis sediaan yang ditangani misal cair, krim, padat.
KOMPETENSI KHUSUS 16
“MEMBUAT SEDIAAN FARMASI STERIL DAN/ATAU NON-STERIL
MENGGUNAKAN TEKNIK YANG TEPAT SESUAI PROSEDUR YANG TELAH
DITETAPKAN”

(CPOB 2012; Generic Drug Formulation, 2000)


Untuk produk non-steril, area produksi menggunakan pengaturan udara dimana udara
dalam ruang produksi harus lebih rendah dari pada diluar dan dilengkapi dengan dust
collector sehingga bahan serbuk tidak keluar dari ruang produksi untuk menghindari
kontaminasi silang akibat serbuk keluar dari ruang produksi.
Teknik atau Proses Pembuatan Tablet dengan Menggunakan Metod e Granulasi Basah,
yaitu :
(Farmaceutical Dosage Forms Tablets, Vol. 1)
1. Penggilingan obat dan eksipien
2. Mencampur bubuk giling
3. Persiapan pengikat larutan
4. Mencampur larutan pengikat dengan campuran bubuk untuk membentuk massa basah
5. Penyaringan basah secara kasar massa menggunakan 6 sampai 12- mesh
6. Mengeringkan butiran lembab
7. Penyaringan butiran kering dengan pelumas dan disintegran
8. Mencampur butiran yang sudah disaring dengan pelumas dan disintegran
9. Kompresi tablet
KOMPETENSI KHUSUS 17
MELAKUKAN PENGUJIAN MUTU SELAMA PROSES PRODUKSI,
PRODUK ANTARA DAN PRODUK AKHIR

a. Evaluasi Produk antara


1. Uji Kecepatan alir : tujuannya untuk mengetahui apakah granul yang dihasilkan
memenuhi dengan syarat yang telah ditetapkan sehingga menghasilkan granul
yang baik
2. Homogenitas : untuk mengetahui sama tidaknya variasi granul yang dihasilkan
3. LOD (Loss on Drying) : untuk mengetahui kadar air yang hilang selama proses
pengeringan
b. Evaluasi produk akhir
1. Uji keseragaman ukuran : Dipilih 20 tablet masing-masing formula, diukur
tebal, dan diameter masing-masing tabket menggunakan alat ukur
2. Uji Keseragaman kandungan : Pengujian berlaku untuk tablet yang
mengandung zat aktif kurang dari 25 mg yang merupakan kurang dari 25%
terhadap bobot tablet
3. Uji keseragaman bobot : pengujian berlaku untuk tablet yang mengandung zat
aktif 25 mg atau lebih yang merupakan 25% / lebih terhadap bobot tablet
4. Uji waktu hancur : dilakukan pada 6 tablet. Uji waktu hancur sesuai dengan
persyaratan FI adalah kecuali dinyatakan lain, semua tablet harus tidak lebih
dari 15 menit untuk tablet tidak bersalut dan tidak lebih dari 60 menit untuk
tablet salut gula/salut selaput.
5. Kekerasan tablet : dilakukan uji kekerasan 20 tablet menggunkan hardness
tester satu persatu
6. Uji keregasan : Mengukur daya tahan permukaan tablet terhadap gesekan alat
yang berputar (friability tester)
KOMPETENSI KHUSUS 18
“MEMASTIKAN KESESUIANN MUTU PRODUK DENGAN SPESIFIKASI
YANG DITETAPKAN DAN MENETAPKAN KELAYAKAN PRODUK”

Spesifikasi Bahan awal dan Bahan pengemas :


Spesifikasi untuk bahan awal dan pengemasan primer atau cetak hendaklah mencakup
deskripsi bahan dengan memuat:
a. Nama dan kode produk, rujukan monografi serta adanya COA.
b. Petunjuk pengambilan sampel dan pengujian
c. Persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas keberterimaan
d. Kondisi penyimpanan
e. Batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian Kembali
Spesifikasi Produk Jadi :
a. Nama produk dan kode(bila diperlukan)
b. Formula
c. Deskripsi bentuk sediaan dan uraian kemasan
d. Kondisi penyimpanan
e. Massa edar.
KOMPETENSI KHUSUS 19
“MENDOKUMENTASIKAN DATA/INFORMASI TERKAIT PROSES PEMBUATAN
DAN PENGUJIAN MUTU PRODUK SECARA BERTANGGUNG-JAWAB”

Dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari sistem pemastian mutu
dan merupakan kunci untuk pemenuhan persyaratan CPOB. Berbagai jenis dokumen dan
media yang digunakan hendaklah sepenuhnya ditetapkan dalam Sistem Mutu Industri Farmasi.
Dokumentasi dapat dibuat dalam berbagai bentuk, termasuk media berbasis kertas, elektronik
atau fotografi. Tujuan utama sistem dokumentasi yang dimanfaatkan haruslah untuk
membangun, mengendalikan, memantau dan mencatat semua kegiatan yang secara langsung
atau tidak langsung berdampak pada semua aspek kualitas obat (CPOB, 2018).

1. Dokumen terkait Pengawasan Mutu (CPOB, 2018)


Bagian penting dokumentasi yang berkaitan dengan Pengawasan Mutu, hendaklah
mencakup:
• Spesifikasi;
• Prosedur yang menjelaskan cara pengambilan sampel, pengujian, catatan (termasuk
lembar kerja pengujian/analisis dan/atau buku catatan laboratorium), terdokumentasi
dan terverifikasi;
• Prosedur dan catatan kalibrasi/kualifikasi instrumen serta perawatan peralatan;
• Prosedur penyelidikan terhadap hasil uji di luar spesifikasi (huls) dan hasil uji di luar
tren (hult);
• Laporan pengujian dan/atau sertifikat analisis;
• Data pemantauan lingkungan, (udara, air dan sarana penunjang lain) bila perlu; dan
• Catatan validasi metode analisis, bila perlu.
2. Dokumen terkait proses pembuatan (CPOB, 2018)
Mencakup seperti ; Dokumen Produksi Induk, Formula Pembuatan, Prosedur
Pengolahan, Prosedur Pengemasan dan Instruksi Pengujian/Metode Analisis: menyajikan
rincian semua bahan awal, peralatan dan sistem komputerisasi (jika ada) yang akan
digunakan dan menjelaskan semua prosedur pengolahan, pengemasan, pengambilan sampel
dan pengujian. Adapun hasil beberapa dokumen yang essensial dalam produksi yaitu :
1) Bahan Awal dan Bahan Pengemas
Spesifikasi untuk bahan awal dan pengemasan primer atau cetak hendaklah mencakup,
jika memungkinkan:
a. Deskripsi bahan, mencakup:
• nama yang ditentukan dan kode referen (kode produk) internal;
• rujukan monografi farmakope, bila ada;
• pemasok yang disetujui dan, bila mungkin, produsen bahan; dan
• spesimen bahan cetak;
b. Petunjuk pengambilan sampel dan pengujian;
c. Persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas keberterimaan;
d. Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan; dan
e. Batas waktu penyimpanan sebelum dilakukan pengujian kembali.
2) Produk Antara dan Produk Ruahan
Spesifikasi produk antara dan produk ruahan untuk tahap kritikal hendaklah tersedia,
apabila produk tersebut dibeli atau dikirim. Spesifikasi hendaklah serupa dengan
spesifikasi bahan awal atau produk jadi, sesuai keperluan.
3) Produk Jadi
Spesifikasi produk jadi hendaklah mencakup atau memberikan referensi ke:
a. Nama produk yang ditentukan dan kode referen (kode produk) bila diperlukan;
b. Formula;
c. Deskripsi bentuk sediaan dan uraian mengenai kemasan;
d. Petunjuk pengambilan sampel dan pengujian;
e. Persyaratan kualitatif dan kuantitatif dengan batas keberterimaan;
f. Kondisi penyimpanan dan tindakan pengamanan khusus, bila diperlukan; dan
g. Masa edar.
3. Dokumen Produksi Induk (CPOB, 2018)
Dokumen Produksi Induk yang disahkan secara formal hendaklah mencakup nama,
bentuk sediaan, kekuatan dan deskripsi produk, nama penyusun dan bagiannya, nama
pemeriksa serta daftar distribusi dokumen dan berisi hal sebagai berikut:
a. Informasi Bersifat Umum Yang Menguraikan Jenis Bahan Pengemas Primer Yang
Harus Digunakan Atau Alternatifnya, Stabilitas Produk, Dan Tindakan Pengamanan
Selama Penyimpanan.
b. Komposisi Atau Formula Produk Untuk Tiap Satuan Dosis Dan Untuk Satu Sampel
Ukuran Bets;
c. Daftar Lengkap Bahan Awal, Baik Yang Tidak Akan Berubah Maupun Yang Akan
Mengalami Perubahan Selama Proses;
d. Spesifikasi Bahan Awal;
e. Daftar Lengkap Bahan Pengemas;
f. Spesifikasi Bahan Pengemas Primer;
g. Prosedur Pengolahan Dan Pengemasan;
h. Daftar Peralatan Yang Dapat Digunakan Untuk Pengolahan Dan Pengemasan;
i. Pengawasan Selama-Proses Pengolahan Dan Pengemasan; Dan
j. Masa Edar/Simpan.
KOMPETENSI KHUSUS 20
“MENJELASKAN PRINSIP MANAJEMEN MUTU : PENJAMINAN MUTU (QA)
DAN PENGAWASAN MUTU (QC)”

Manajemen mutu memiliki prinsip yaitu menjamin mutu suatu produk dimana tiap
personil harus memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat serta seluruh personil
hendaklah memahami prinsip CPOB (CPOB, 2018).
1. Penjaminan/Pemastian Mutu (QA) (CPOB, 2018)
Dalam organisasi, bagian pemastian mutu adalah bagian yang membangun,
mengembangkan dan memonitor pelaksanaan system mutu dari suatu perusahaan dan
memastikan penerapan CPOB dalam tiap langkah pembuatan obat (POPP 2013 : 3).
Pemastian Mutu adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan
untuk memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan tujuan
pemakaiannya dengan menerapkan sistem CPOB. CPOB adalah bagian dari Pemastian
Mutu yang memastikan bahwa obat dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk
mencapai standar mutu yang sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan
dalam izin edar dan spesifikasi produk.
Kepala bagian Pemastian Mutu haruslah seorang apoteker yang terdaftar dan
terkualifikasi, memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang
memadai dan keterampilan manajerial. Adapun kewenangan dan tanggung jawab penuh
untuk melaksanakan tugas yang berhubungan dengan sistem mutu/pemastian mutu yaitu
:

a. Memastikan Penerapan (Dan, Bila Diperlukan, Membentuk) Sistem Mutu;


b. Ikut Serta Dalam Atau Memprakarsai Pembentukan Manual Mutu Perusahaan;
c. Memprakarsai Dan Mengawasi Audit Internal Atau Inspeksi Diri Berkala;
d. Melakukan Pengawasan Terhadap Fungsi Bagian Pengawasan Mutu;
e. Memprakarsai Dan Berpartisipasi Dalam Pelaksanaan Audit Eksternal (Audit
Terhadap Pemasok);
f. Memprakarsai Dan Berpartisipasi Dalam Program Validasi;
g. Memastikan Pemenuhan Persyaratan Teknik Dan/Atau Peraturan Bad an Pengawas
Obat Dan Makanan (Badan Pom) Yang Berkaitan Dengan Mutu Produk Jadi;
h. Mengevaluasi/Mengkaji Catatan Bets;
i. Meluluskan Atau Menolak Produk Jadi Untuk Penjualan Dengan Mempertimbangkan
Semua Faktor Terkait;
j. Memastikan Bahwa Setiap Bets Produk Jadi Telah Diproduksi Dan Diperiksa Sesuai
Dengan Peraturan Yang Berlaku Di Negara Tersebut Dan Sesuai Dengan Persyaratan
Izin Edar; Dan
k. Tanggung Jawab Kepala Pemastian Mutu Dapat Didelegasikan, Tetapi Hanya Kepada
Personel Yang Berwenang.
2. Pengawasan Mutu (QC) (CPOB, 2018)
Pengawasan Mutu adalah bagian dari CPOB yang mencakup pengambilan sampel,
spesifikasi dan pengujian, serta mencakup organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan
yang memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan. Bahan
tidak boleh diluluskan untuk digunakan dan produk tidak boleh diluluskan untuk dijual atau
didistribusi sampai mutunya dinilai memuaskan.
Prinsip dasar Pengawasan Mutu adalah:
a) Fasilitas memadai, personel terlatih dan tersedia prosedur yang disetujui untuk
pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan pengemas, produk
antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila perlu untuk pemantauan kondisi
lingkungan sesuai tujuan CPOB;
b) Pengambilan sampel bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan
produk jadi dilakukan oleh personel yang ditetapkan dan menggunakan metode yang
disetujui;
c) Metode pengujian telah tervalidasi;
d) Pencatatan dilakukan secara manual dan/atau dengan alat pencatat selama pembuatan
yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan dalam prosedur
pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian benar-benar telah dilaksanakan. Tiap
penyimpangan dicatat lengkap dan diinvestigasi;
e) Produk jadi berisi zat aktif dengan komposisi secara kualitatif dan kuantitatif sesuai
dengan yang tercantum dalam Izin Edar atau Persetujuan Uji Klinik, memiliki derajat
kemurnian yang dipersyaratkan serta dikemas dalam wadah yang sesuai dan pelabelan
yang benar;
f) Dibuat catatan hasil pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan pengemas, produk
antara, produk ruahan, dan produk jadi yang secara formal dinilai terhadap spesifikasi;
dan ;
g) Sampel pertinggal bahan awal dan produk jadi disimpan dalam jumlah yang cukup,
untuk pengujian ulang di kemudian hari bila perlu. Sampel prod uk jadi disimpan dalam
kemasan akhir.
Kepala bagian Pengawasan Mutu hendaklah seorang apoteker terkualifikasi dan
memperoleh pelatihan yang sesuai, memiliki pengalaman praktis yang memadai dan
keterampilan manajerial sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tugasnya secara
profesional. Adapun tugas dan tanggung jawab pengawasan mutu yaitu :

a. Memberi persetujuan terhadap spesifikasi, (bahan awal, pengemas, produk jadi),


instruksi pengambilan sampel, metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain,
(untuk pengambilan sampel, pemeriksaan dan pengujian bahan awal, bahan pengemas,
produk antara, produk ruahan dan produk jadi, dan bila perlu untuk pemantauan kondisi
lingkungan sesuai tujuan CPOB)
b. Memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan;
c. Memberi persetujuan dan memantau semua analisis berdasarkan kontrak;
d. Memastikan pelaksanaan kualifikasi dan pemeliharaan bangunanfasilitas serta
peralatan di bagian produksi pengawasan mutu;
e. Memastikan bahwa validasi yang tepat telah dilaksanakan;
f. Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personel di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan; dan
g. Menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan
dan produk jadi sesuai hasil evaluasi.
KOMPETENSI KHUSUS 21
“MENJELASKAN PRINSIP MANAJEMEN RESIKO MUTU (QUALITY RISK
MANAGEMENT)”

Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk melakukan penilaian,
pengendalian, komunikasi dan pengkajian risiko terhadap mutu obat. Proses ini dapat
diaplikasikan baik secara proaktif maupun retrospektif (CPOB, 2018).
Prinsip Manajemen Risiko Mutu (CPOB, 2018)
a. Evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan pengetahuan secara ilmiah,
pengalaman dengan proses yang sudah disetujui dan pada akhirnya dikaitkan pada
perlindungan pasien; dan
b. Tingkat upaya pengambilan tindakan, formalitas dan dokumentasi dari proses manajemen
risiko mutu sepadan dengan tingkat risiko.
Hasil dari proses Manajemen Risiko Mutu hendaklah menjadi dasar untuk menentukan
tingkat tindakan teknis dan tindakan terorganisasi yang diperlukan untuk mengendalikan risiko
kontaminasi silang.
Prinsip Manajemen risiko mutu yaitu proses sistematis untuk penilaian, pengendalian,
komunikasi dan tinjauan risiko terhadap kualitas produk obat di seluruh siklus hidup produk
(ICH Q9, 2015).
KOMPETENSI KHUSUS 22
“MENJELASKAN PEMBAGIAN KLASIFIKASI RUANGAN PRODUKSI BESERTA
PARAMETER DAN PENGUKURANNYA”

Kelas kebersihan ruang/area untuk pembuatan obat didasarkan pada jumlah maksimum
partikulat udara dan jumlah maksimum mikroba udara yang diperbolehkan untuk tiap kelas
kebersihan. Kelas kebersihan tersebut hendaklah disesuaikan dengan tingkat risiko terhadap
produk yang dibuat. Kelas A, B, C dan D adalah kelas kebersihan ruang untuk pengolahan
produk steril. Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk pengolahan produk nonsteril,
dimana persyaratan jumlah maksimum partikulat udara pada kondisi nonoperasional adalah
3.520.000 partikel/m untuk partikel ukuran ≥0,5 µm dan 29.000 untuk partikel ukuran ≥ 5 µm.
Jumlah maksimum mikroba udara ditetapkan oleh industri berdasar kajian risiko dari jenis
sediaan yang ditangani misal cair, krim, padat (CPOB, 2018).
Pada pembuatan produk steril dibedakan menjadi 4 kelas bersih (CPOB, 2018) :
❖ Kelas A
Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misal zona pengisian, wadah tutup karet,
ampul dan vial terbuka, penyambungan secara aseptis. Umumnya kondisi ini dicapai dengan
memasang unit aliran udara laminar (laminar air flow) di tempat kerja. Sistem udara laminar
hendaklah mengalirkan udara dengan kecepatan merata berkisar 0,36 – 0,54 m/detik (nilai
acuan) pada posisi kerja dalam ruang bersih terbuka. Keadaan laminar yang selalu terjaga
hendaklah dibuktikan dan divalidasi. Aliran udara searah berkecepatan lebih rendah dapat
digunakan pada isolator tertutup dan kotak bersarung tangan.
❖ Kelas B
Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis, Kelas ini adalah lingkungan latar
belakang untuk zona Kelas A.
❖ Kelas C dan D
Area bersih untuk melakukan tahap proses pembuatan yang mengandung risiko lebih
rendah.
Jumlah maksimum partikulat udara yang diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan
adalah sebagai berikut:
Batas mikroba yang disarankan untuk pemantauan area bersih selama kegiatan
berlangsung :

Contoh kegiatan yang dapat dilakukan diberbagai kelas :


Menurut POPP CPOB 2013 :
KOMPETENSI KHUSUS 23
“MENJELASKAN PRINSIP KUALIFIKASI RUANGAN DAN MESIN PRODUKSI,
VALIDASI PROSES, VALIDASI PEMBERSIHAN DAN VALIDASI METODE
ANALISA”

A. KUALIFIKASI (CPOB, 2018)


Kegiatan kualifikasi hendaklah mempertimbangkan semua tahap mulai dari
pengembangan awal sesuai spesifikasi kebutuhan pengguna sampai pada akhir penggunaan
peralatan, fasilitas, sarana penunjang, atau sistem.
1. Kualifikasi Desain (KD)
Tindakan verifikasi yang didokumentasikan bahwa desain yang diusulkan dari
peralatan, fasilitas, sarana penunjang, atau system sesuai untuk tujuan yang diinginkan.
2. Kualifikasi Instalasi (KI)
Tindakan verifikasi yang didokumentasikan bahwa desain yang diusulkan dari
peralatan, fasilitas, sarana penunjang, atau sistem sesuai untuk tujuan yang diinginkan.
KI hendaklah mencakup, namun tidak terbatas pada hal-hal berikut:
a. Verifikasi kebenaran instalasi komponen, instrumentasi, peralatan, pemipaan, dan
peralatan penunjang sesuai dengan gambar teknis dan spesifikasi;
b. Verifikasi kebenaran instalasi terhadap kriteria yang telah ditentukan;
c. Pengumpulan dan pemeriksaan dokumen instruksi kerja dan instruksi pengoperasian
serta instruksi perawatan peralatan dari pemasok;
d. Kalibrasi instrumen; dan
e. Verifikasi bahan konstruksi.
3. Kualifikasi Operasional (KO)
Tindakan verifikasi yang didokumentasikan bahwa seluruh fasilitas, sistem dan
peralatan yang telah diinstalasi atau dimodifikasi berfungsi sesuai rancangan pada rentang
operasional yang diantisipasi. KO hendaklah mencakup, namun tidak terbatas pada hal-hal
berikut:
a. Pengujian yang dikembangkan berdasar pemahaman proses, sistem, dan peralatan untuk
memastikan sistem beroperasi sesuai desain; dan
b. Pengujian untuk mengonfirmasi batas operasi atas dan batas operasi bawah, dan/atau
kondisi "terburuk".
4. Kualifikasi Kinerja (KK)
Tindakan verifikasi yang didokumentasikan bahwa fasilitas, sistem dan peralatan,
dapat berfungsi secara efektif dan berulang, berdasarkan metode proses dan spesifikasi
produk. KK hendaklah mencakup, namun tidak terbatas pada hal-hal berikut:
a. Pengujian dengan menggunakan bahan yang dipakai di produksi, bahan pengganti yang
memenuhi spesifikasi, atau produk simulasi yang terbukti mempunyai sifat yang setara
pada kondisi operasional normal dengan ukuran bets kondisi terburuk.
b. Pengujian hendaklah mencakup rentang operasional proses yang diinginkan, kecuali
jika tersedia bukti terdokumentasi dari tahap pengembangan yang telah
mengonfirmasikan rentang operasional.
5. Kualifikasi Ulang
Hendaklah dilakukan evaluasi terhadap peralatan, fasilitas, sarana penunjang, dan
sistem secara berkala untuk memastikan bahwa status kualifikasi tetap terkendali. Bila
diperlukan kualifikasi ulang dan dilakukan pada periode waktu tertentu, periode hendaklah
dijustifikasi dan kriteria untuk evaluasi ditetapkan. Selanjutnya, kemungkinan perubahan
kecil dari waktu ke waktu hendaklah dinilai.
B. VALIDASI
Menurut CPOB, 2012
1. Validasi Proses
Pada umumnya validasi proses dilakukan sebelum produk dipasarkan (validasi
prospektif). Dalam keadaan tertentu, jika hal diatas tidak memungkinkan, validasi dapat
juga dilakukan selama proses produksi rutin dilakukan (validasi konkuren). Proses yang
sudah berjalan hendaklah juga divalidasi (validasi retrospektif).
1) Validasi Prospektif
Validasi prospektif hendaklah mencakup, tapi tidak terbatas pada hal berikut:
❖ Uraian singkat suatu proses;
❖ Ringkasan tahap kritis proses
❖ Pembuatan yang harus diinvestigasi;
❖ Daftar peralatan/fasilitas yang digunakan termasuk alat ukur,pemantau dan pencatat
serta status kalibrasinya;
❖ Spesifikasi produk jadi untuk diluluskan;
❖ Daftar metode analisis yang seharusnya;
❖ Usul pengawasan selama-proses dan kriteria penerimaan;
❖ Pengujian tambahan yang akan dilakukan termasuk kriteria penerimaan dan
validasi metode analisisnya, bila diperlukan;
❖ Pola pengambilan sampel (lokasi dan frekuensi);
❖ Metode pencatatan dan evaluasi hasil;
❖ Fungsi dan tanggung jawab; dan
❖ Jadwal yang diusulkan.
2) Validasi Konkuren
Dalam kondisi khusus, dimungkinkan tidak menyelesaikan program validasi
sebelum produksi rutin dilaksanakan. Keputusan untuk melakukan validasi konkuren
harus dijustifikasi, didokumentasikan dan disetujui oleh kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu). Persyaratan dokumentasi untuk validasi konkuren sama
seperti validasi prospektif.
3) Validasi Retrospektif
Validasi retrospektif hanya dapat dilakukan untuk proses yang sudah mapan,
namun tidak berlaku jika terjadi perubahan formula produk, prosedur pembuatan atau
peralatan.
Validasi proses hendaklah didasarkan pada riwayat produk. Tahap validasi
memerlukan pembuatan protocol khusus dan laporan hasil kajian data untuk mengambil
kesimpulan dan memberikan rekomendasi.
Pada umumnya, validasi retrospektif memerlukan data dari 10 (sepuluh) sampai
30 (tiga puluh) bets berurutan untuk menilai konsistensi proses, tapi jumlah bets yang
lebih sedikit dimungkin kan bila dapat dijustifikasi.
Menurut CPOB, 2018
Validasi Proses, terbagi menjadi :
a. Validasi Konkuren
Dalam kondisi di luar kebiasaan, ketika dimungkinkan untuk tidak
menyelesaikan program validasi sebelum produksi rutin dilaksanakan. Namun,
keputusan untuk melakukan validasi konkuren harus dijustifikasi dan disetujui oleh
Badan POM.
b. Validasi Proses Tradisional
Pada umumnya minimal produksi tiga bets berturut-turut dalam kondisi rutin.
Alternatif jumlah bets dapat dipertimbangkan dari justifikasi apakah ada metode
pembuatan standar yang telah digunakan dan apakah produk atau proses yang mirip
telah digunakan sebelumnya di pabrik tersebut. Data pelaksanaan validasi awal dengan
tiga bets mungkin dapat ditambahkan pada data yang diperoleh dari bets berikutnya
sebagai bagian dari pelaksanaan verifikasi on-going.
Protokol validasi proses hendaklah mencakup, namun tidak terbatas pada hal-
hal berikut:
1) Penjelasan singkat tentang proses dan mengacu Prosedur Pengolahan Induk
masing-masing;
2) Fungsi dan tanggung jawab;
3) Ringkasan CQA untuk diinvestigasi;
4) Ringkasan CPP dan batasan yang terkait;
5) Ringkasan atribut dan parameter lain (tidak kritikal) yang akan diinvestigasi atau
dipantau selama kegiatan validasi, dan alasan penyertaannya;
6) Daftar peralatan/fasilitas yang akan digunakan (termasuk alat ukur/alat pantau/alat
perekam) termasuk status kalibrasi;
7) Daftar metode analisis dan validasi metode, yang sesuai;
8) Usulan parameter pengawasan selama-proses dengan kriteria keberterimaan dan
alasan pemilihan masing-masing pengawasan selama-proses;
9) Pengujian tambahan yang akan dilakukan, dengan criteria keberterimaan;
10) Pola pengambilan sampel dan alasannya;
11) Metode mencatat dan mengevaluasi hasil; dan
12) Proses pelulusan bets dan sertifikasi bets (bila diperlukan).
c. Verifikasi Proses Kontinu
Untuk produk yang dikembangkan berdasarkan pendekatan quality by design
(QbD), selama proses pengembangan telah ditetapkan secara ilmiah, strategi
pengendalian, yang memberikan tingkat kepastian mutu produk yang tinggi, maka
verifikasi proses secara kontinu dapat dilakukan sebagai alternatif untuk validasi proses
tradisional.
d. Validasi Hibrida
Yaitu gabungan dari pendekatan tradisional dan validasi kontinu, validasi ini
dapat digunakan bilamana sudah diperoleh pengetahuan dan pemahaman yang tinggi
mengenai produk dan proses yang diperoleh dari pengalaman pembuatan dan data
riwayat bets.
e. Verifikasi Proses on-going
Verifikasi proses on-going hendaklah digunakan sepanjang siklus hidup produk
untuk mendukung status validasi produk sebagaimana didokumentasikan dalam
Pengkajian Mutu Produk.
2. Validasi Metode Analisa
Menurut CPOB, 2012
Tujuan validasi metode analisis adalah untuk menunjukkan bahwa metode analisis
sesuai dengan tujuan penggunaannya Metode analisis hendaklah divalidasi kecuali metode
yang digunakan tersebut terdapat dalam farmakope yang relevan atau rujukan standar lain
yang diakui. Meskipun demikian kesesuaian semua metode pengujian yang digunakan
hendaklah diverifikasi pada kondisi aktual penggunaan dan didokumentasikan.
ICH guidelines tentang validasi metode analisis :
➢ Akurasi (Accuracy);
➢ Presisi (precision);
➢ Ripitabilitas (repeatibilty);
➢ Presisi antara (intermediate precision);
➢ Reprodusibilitas/keterulangan (reproducibility)
➢ Spesivisitas (specify)/Selektifitas (selectivity);
➢ Batas deteksi (limit of detection/LOD);
➢ Batas kuantitasi (limit of quantitation/LOQ);
3. Validasi Pembersihan
Menurut CPOB, 2018
Validasi pembersihan hendaklah dilakukan untuk mengonfirmasi efektivitas
prosedur pembersihan peralatan yang kontak dengan produk. Bahan simulasi dapat
digunakan dengan justifikasi ilmiah yang sesuai. Bila peralatan sejenis dikelompokkan
bersama, dibutuhkan justifikasi untuk menentukan peralatan yang akan divalidasi.
Pengambilan sampel hendaklah dilakukan dengan cara usap dan/atau bilas atau
dengan cara lain tergantung pada peralatan produksi. Bahan dan metode pengambilan
sampel tidak boleh memengaruhi hasil. Perolehan kembali sampel yang diambil hendaklah
dibuktikan dapat dicapai dari semua material yang kontak produk dengan semua metode
pengambilan sampel yang digunakan.
Untuk membuktikan bahwa metode pembersihan telah tervalidasi, prosedur
pembersihan hendaklah diulang beberapa kali berdasarkan penilaian risiko dan memenuhi
kriteria keberterimaan. Bila proses pembersihan tidak efektif atau tidak sesuai untuk
beberapa peralatan, hendaklah digunakan peralatan yang dikhususkan atau tindakan lain
yang sesuai untuk tiap produk
KOMPETENSI KHUSUS 24
“MENJELASKAN PRINSIP KALIBRASI MESIN PRODUKSI”

Kalibrasi merupakan pembuktian bahwa instrumen atau peralatan tertentu memberikan


hasil dalam batas yang ditentukan dengan membandingkan hasil yang diperoleh terhadapacuan
atau standar yang dapat ditelusuri pada suatu rentang pengukuran yang tepat.
Serangkaian tindakan pada kondisi tertentu untuk menentukan tingkat kesamaan nilai
yang diperoleh dari sebuah alat atau sistem ukur, atau nilai yangdirepresentasikan dari
pengukuran bahan dan membandingkannya dengan nilai yang telah diketahui dari suatu acuan
standar pada kondisi tertentu
Menurut CPOB 2018
Prinsip :
Pembuktian bahwa instrumen atau peralatan tertentu memberikan hasil dalam batas yang
ditentukan dengan membandingkan hasil yang diperoleh terhadap acuan atau standar yang
dapat ditelusuri pada suatu rentang pengukuran yang tepat.
• Peralatan untuk pengendalian, penimbangan, pengukuran, pemantauan dan pengujian yang
kritis untuk memastikan mutu produk antara atau BAO hendaklah dikalibrasi sesuai dengan
prosedur tertulis dan jadwal yang ditetapkan
• Kalibrasi peralatan hendaklah dilakukan dengan menggunakan standar yang dapat ditelusur
terhadap standar yang tersertifikasi, jika ada.
• Catatan kalibrasi tersebut hendaklah disimpan.
• Status kalibrasi terkini untuk peralatan kritis hendaklah diketahui dan dapat diverifikasi.
• Instrumen yang tidak memenuhi kriteria kalibrasi tidak boleh digunakan.
Penyimpangan dari standar kalibrasi yang telah disetujui untuk instrumen kritis
hendaklah diselidiki untuk menentukan apakah hal tersebut kemungkinan dapat berdampak
pada mutu produk antara atau BAO yang dibuat menggunakan alat tersebut sejak kalibrasi
terakhir.
KOMPETENSI KHUSUS 25
“MENJELASKAN PRINSIP INSPEKSI DIRI, AUDIT, DAN PEMBUATAN
CORRECTIVE ACTION & PREVENTIVE ACTION (CAPA)”

❖ INSPEKSI DIRI
Menurut Peraturan BPOM Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Pedoman Cara Pembuatan
Obat yang Baik
Inspeksi diri adalah Audit yang dilakukan oleh orang dalam organisasi sendiri untuk
memastikan pemenuhan terhadap CPOB dan peraturan pemerintah. Tujuan Inspeksi diri untuk
mengevaluasi apakah semua aspek prosuksi dan pengawasan mutu industri farmasi telah
mememenuhi ketentuan CPOB, untuk mendeteksi kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan
untuk menetapkan tindakan perbaikan atau tindakan penanganan yang diperlukan.
Inspeksi diri dilakukan dengan rutin, selain itu dilakukan juga pada kondisi khusus
seperti terjadi penarikan obat jadi atau terjadi penolakan yang berulang. Semua prosedur dan
tindakan dalam inspeksi diri harus didokumentasikan. Hendaklah dibuat instruksi tertulis
untuk inspeksi diri yang menyajikan standar persyaratan minimal dan seragam. Daftar ini
sebaiknya berisi pertanyaan mengenai ketentuan CPOB yang mencakup antara lain:
- Personel;
- Bangunan-fasilitas termasuk fasilitas untuk personel;
- Pemeliharaan bangunan dan peralatan;
- Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi;
- Peralatan;
- Produksi dan pengawasan selama-proses;
- Pengawasan mutu;
- Dokumentasi;
- Sanitasi dan higiene;
- Program validasi dan revalidasi;
- Kalibrasi alat atau sistem pengukuran;
- Prosedur penarikan obat jadi;
- Penanganan keluhan;
- Pengawasan label; dan
- Hasil inspeksi diri sebelumnya dan tindakan perbaikan.
Aspek-aspek tersebut hendaklah diperiksa secara berkala menurut program yang telah
disusun untuk memverifikasi kepatuhan terhadap prinsip Pemastian Mutu. Inspeksi diri dapat
dilaksanakan per bagian sesuai dengan kebutuhan perusahaan, namun inspeksi diri yang
menyeluruh sebaiknya dilaksanakan minimal 1 (satu) kali dalam setahun.

❖ AUDIT
Menurut Peraturan BPOM Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Pedoman Cara Pembuatan
Obat yang Baik
1. Audit Mutu
Audit mutu adalah suatu inspeksi dan penilaian independen terhadap seluruh atau
sebagian dari sistem mutu dengan tujuan untuk meningkatkan sistem mutu tersebut. Audit
mutu umumnya dilaksanakan oleh spesialis dari luar atau independen atau suatu tim yang
dibentuk khusus untuk hal ini oleh manajemen perusahaan Audit mutu meliputi :
- Pemeriksaan
- Penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu dengan tujuan spesifik
untuk meningkatkannya.
2. Audit dan Persetujuan Pemasok
Kepala Bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu) bertanggung jawab terkait
memberi persetujuan pemasok bahan awal dan bahan pengemas yang memenuhi spesifikasi
yang telah ditentukan. Dimana :
- Hendaklah dibuat daftar pemasok yang disetujui untuk bahan awal dan bahan
pengemas. Daftar pemasok hendaklah disiapkan dan dikaji ulang.
- Hendaklah dilakukan evaluasi sebelum pemasok disetujui. Evaluasi hendaklah
mempertimbangkan riwayat pemasok dan sifat bahan yang dipasok.
- Jika audit diperlukan, audit tersebut hendaklah menetapkan kemampuan pemasok
dalam pemenuhan standar CPOB.
- Semua pemasok yang telah ditetapkan hendaklah dievaluasi secara berkala.
3. Audit Bahan Aktif
Audit hendaklah dilakukan terhadap pabrik pembuat dan distributor bahan aktif
untuk memastikan bahwa mereka memenuhi Pedoman Cara Pembuatan Bahan Baku Aktif
Obat yang Baik dan Cara Distribusi Obat yang Baik yang lengkap dan jelas dilakukan;
pertimbangan hendaklah diberikan pada potensi kontaminasi silang dari bahan lain di
lokasi. Laporan berisi mengenai apa yang telah dilakukan dan diamati saat audit dengan
segala ketidaksesuaian yang diidentifikasi dengan jelas. Tindakan perbaikan dan
pencegahan yang diperlukan hendaklah dilaksanakan.
Audit lebih lanjut hendaklah dilakukan pada interval yang ditentukan berdasarkan
proses manajemen risiko mutu untuk memastikan pemeliharaan standar dan penggunaan
berkelanjutan dari rantai pasokan yang disetujui.
❖ Corrective action & preventive action (CAPA)
Menurut Peraturan BPOM Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat yang
Baik
Tindakan korektif dan tindakan pencegahan (TKTP) atau Corrective action &
preventive action (CAPA) yang tepat hendaklah diidentifikasi dan dilaksanakan sebagai
respons terhadap hasil investigasi. Efektivitas tindakan tersebut hendaklah dipantau dan dinilai,
sesuai prinsip Manajemen Risiko Mutu;
Menurut ICH Q10, 2015
Metode CAPA mempunyai tujuan untuk melaksanakan tindakan korektif dan preventif
yang dihasilkan dari penyelidikan keluhan, penolakan produk, ketidaksesuaian, penarikan,
penyimpangan, audit, inspeksi, temuan peraturan, kinerja proses dan pemantauan kualitas
produk.
Tingkat usaha, formalitas, dan dokumentasi dari investigasi harus sepadan dengan
tingkat risiko, sesuai dengan ICH Q9. Metodologi CAPA harus menghasilkan perbaikan produk
dan proses dan peningkatan pemahaman produk dan proses.
Penerapan sistem tindakan korektif dan tindakan pencegahan di seluruh siklus produk.
Perkembangan Manufaktur Penghentian
Transfer Teknologi
Farmasi Komersial Produk
Produk atau proses CAPA dapat CAPA harus CAPA harus
Variabilitas digunakan sebagai digunakan dan dilanjutkan setelah
dieksplorasi. sistem yang efektif efektivitasnya dari produk dihentikan.
Metodologi CAPA untuk umpan balik, tindakan yang harus NS dampak pada
adalah berguna di umpan maju dan terus dievaluasi. produk tersisa di
mana korektif menerus peningkatan. pasar seharusnya
tindakan dan dipertimbangkan
pencegahan serta produk lain
tindakan adalah yang mungkin
dimasukkan ke terpengaruh.
dalam desain
berulang dan proses
pengembangan.

Menurut FDA, 2014


Corrective Action
Correction active atau Tindakan koreksi adalah Tindakan menghilangkan sesuatu yang
tidak sesuai. Koreksi dapat berupa pekerjan ulang atau regrade. Prosesnya meliputi:
1. Meninjau dan mendefinisikan masalah atau ketidaksesuaian.
2. Menemukan penyebab masalah.
3. Kembangkan rencana tindakan untuk memperbaiki masalah dan mencegah terulangnya
kejadian tersebut.
4. Menerapkan rencana tersebut.
5. Mengevaluasi efektivitas koreksi.
Preventive Action
Preventive action atau Tindakan pencegahan sendiri adalah menghilangkan penyebab
potensi ketidaksesuaian atau situasi yang tidak diinginkan lainnya. Terkadang ada lebih dari
satu potensi ketidaksesuaian. Dimana tindakan pencegahan ini dilakukan untuk kejadian
ketidaksesuaian. Prosesnya meliputi:
1. Identifikasi potensi masalah atau ketidaksesuaian.
2. Temukan penyebab masalah potensial.
3. Kembangkan rencana untuk mencegah kejadian tersebut.
4. Laksanakan rencana tersebut.
5. Tinjau tindakan yang diambil dan efektivitasnya dalam mencegah masalah
Tujuan tindakan korektif dan pencegahan :
- Mengumpulkan informasi, menganalisis informasi, mengidentifikasi dan menyelidiki
masalah produk dan kualitasnya
- Mengambil tindakan korektif dan/atau pencegahan yang tepat dan efektif untuk mencegah
terulangnya masalah tersebut.
Terjemahan diagram alur keputusan :
⚫ Apakah prosedur sistem CAPA yang membahas pesyaratan regulasi QS telah ditetapkan
dan didokumentasikan?
⚫ Masalah yang ada – tindakan perbaikan
- Apakah sumber data berkualitas telah diidentifikasi?
- Apakah data dari sumber-sumber ini telah dianalisis untuk masalah kualitas dan produk
yang ada yang memerlukan tindakan korektif?
⚫ Potensi masalah – tindakan pencegahan
- Apakah sumber informasi produk dan kualitas yang mungkin menunjukkan tren yang
tidak diinginkan diidentifikasi oleh perusahaan?
- Apakah data dari sumber – sumber ini telah dianalisis untuk mengindentifikasi potesnsi
produk dan masalah kualitas yang mungkin memerlukan tindakan pencegahan?
⚫ Apakah data yang diterima oleh system CAPA lengkap, akurat dan tepat waktu?
⚫ Apakah metode analisis statistic yang tepat digunakan?
Apakah hasil analisis dibandingkan diseluruh sumber data ang berbeda untuk
mengidentifikasi dan mengembangkan tingkat masalah produk dan kualitas?
⚫ Invesigasi penyebab
⚫ Apakah prosedur investigasi kegagalan diikuti?
⚫ Apakah investigasi kegagalan sepadan dengan signifikansi dan risiko ketidaksesuaian?
⚫ Apakah analisis tailure dilakuakn keakar penyebab, jika memungkinkan?
⚫ Apakah ada pengendalian untuk mencegah penyebaran produk yang tidak sesuai?
⚫ Apakah tindakan korektf yang tepat telah diambil untuk masalah produk dan kualitas yang
signifikan yang diidentifikasi dari sumber data?
⚫ Apakah tindakan korektif dan pencegahan :
a. Efektif?
b. Diverifikasi atau divaidasi sebelum implementasi?
c. Apakah tindakan korektif dan pencegahan berdampak buruk pada perangkat jadi?
⚫ Apakah tindakan korektif dan pencegahan untuk masalah produk dan kualitas
diimplementasikan dan didokumentasikan?
⚫ Apakah informasi mengenai produk yang tidak sesuai, masalah kualitas dan tindakan
korektif dan pencegahan telah disebarluaskan dengan benar?
⚫ Apakah informasi dikumpulkan untuk tinjauan manajemen?
Evaluasi subsistem 1 atau kecukupan berdasarkan temuan lanjutan inspeksi subsistem
lainnya
KOMPETENSI KHUSUS 26
“MENJELASKAN PRINSIP PENANGANAN KELUHAN DAN OBAT KEMBALIAN”

❖ PENANGANAN KELUHAN
Menurut Peraturan BPOM Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Pedoman Cara
Pembuatan Obat yang Baik
Tujuan penaganan keluhan untuk melindungi kesehatan masyarakat, suatu sistem dan
prosedur yang sesuai hendaklah tersedia untuk mencatat, menilai, menginvestigasi dan
meninjau keluhan termasuk potensi cacat mutu dan, jika perlu, segera melakukan penarikan
obat termasuk obat uji klinik dari jalur distribusi secara efektif.
Prinsip penanganan keluhan mutu yaitu personel yang terlatih dan berpengalaman
hendaklah bertanggung jawab untuk mengelola keluhan dan cacat mutu serta memutuskan
langkah-langkah yang harus diambil untuk mengelola setiap potensi risiko yang muncul
akibat masalah tersebut, termasuk penarikan. Jika ditemukan atau dicurigai cacat mutu pada
suatu bets, maka hendaklah dipertimbangkan untuk memeriksa bets atau mungkin
produklain untuk memastikan apakah bets lain atau produk lain tersebut juga terkena
dampak. Terutama hendaklah diinvestigasi apabila bets lain mengandung bagian atau
komponen yang cacat.
Prosedur Penanganan dan Investigasi Keluhan Termasuk Cacat Mutu yang Mungkin
Terjadi
• Hendaklah tersedia prosedur tertulis yang merinci tindakan yang diambil setelah
menerima keluhan. Semua keluhan hendaklah didokumentasikandan untuk menetapkan
apakah terjadi cacat mutu atau masalah lain.
• Perlu diperhatikan keluhan atau cacat mutu yang dicurigai berkaitan dengan pemalsuan
atau tidak
• Dikomunikasikan kepada bagian atau personel yang relevan yang bertanggung jawab
atas investigasi dan pengelolaan keluhan terkait, misal dugaan efek samping.
• Ketika investigasi cacat mutu dimulai, hendaklah tersedia prosedur yang setidaknya
mencakup hal-hal berikut:
1. Deskripsi cacat mutu yang dilaporkan.
2. Penentuan luas dari cacat mutu. Hendaklah dilakukan pemeriksaan atau pengujian
sampel pembanding dan/atau sampel pertinggal, dan dalam kasus tertentu,
peninjauan catatan produksi bets, catatan sertifikasi bets dan catatan distribusi bets
(khususnya untuk produk yang tidak tahan panas) hendaklah dilakukan.
3. Kebutuhan untuk meminta sampel atau produk cacat yang dikembalikan dan bila
sampel telah tersedia, kebutuhan untuk melakukan evaluasi yang memadai.
4. Penilaian risiko yang ditimbulkan oleh cacat mutu, berdasarkan tingkat keparahan
dan luas dari cacat mutu.
5. Proses pengambilan keputusan yang akan digunakan terkait dengan kemungkinan
kebutuhan tindakan pengurangan-risiko dalam jaringan distribusi, seperti penarikan
bets/produk atau tindakan lain.
6. Penilaian dampak dari tindakan penarikan obat terhadap ketersediaannya di
peredaran bagi pasien, dan kebutuhan untuk melaporkan dampak penarikan obat
kepada otoritas terkait.
7. Komunikasi internal dan eksternal yang perlu dilakukan sehubungan dengan cacat
mutu dan investigasi.
8. Identifikasi potensi akar masalah dari cacat mutu.
9. Kebutuhan untuk melakukan identifikasi dan mengimplementasikan tindakan
korektif dan pencegahan yang tepat, dan penilaian terhadap efektivitasnya.
❖ PRODUK KEMBALIAN
Menurut Peraturan BPOM Nomor 34 Tahun 2018 Tentang Pedoman Cara Pembuatan
Obat yang Baik
a. Produk yang dikembalikan dari peredaran dan telah lepas dari pengawasan industri farmasi
hendaklah dimusnahkan. Produk tersebut dapat dijual lagi, diberi label kembali atau
dipulihkan ke bets berikut apabila tidak ditemukan keraguan mutunya setelah dilakukan
evaluasi secara kritis bagian Pemastian Mutu sesuai prosedur tertulis. Evaluasi tersebut
meliputi pertimbangan sifat produk, kondisi penyimpanan khusus yang diperlukan, kondisi
dan riwayat produk serta lama produk dalam peredaran. Bilamana ada keraguan terhadap
mutu, produk tidak boleh dipertimbangkan untuk didistribusikan atau dipakai lagi,
walaupun pemrosesan ulang secara kimia untuk memperoleh kembali bahan aktif
dimungkinkan. Tiap tindakan yang diambil hendaklah dicatat dengan baik.
b. Industri farmasi hendaklah menyiapkan prosedur untuk penahanan, penyelidikan dan
pengujian produk kembalian serta pengambilan keputusan apakah produk kembalian dapat
diproses ulang atau harus dimusnahkan setelah dilakukan evaluasi secara kritis.
Berdasarkan hasil evaluasi, produk kembalian dapat dikategorikan sebagai berikut:
a) produk kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan karena itu dapat dikembalikan
ke dalam persediaan;
b) produk kembalian yang dapat diproses ulang; dan
c) produk kembalian yang tidak memenuhi spesifikasi dan tidak dapat diproses ulang.
c. Prosedur hendaklah mencakup:
a) identifikasi dan catatan mutu produk kembalian;
b) penyimpanan produk kembalian dalam karantina;
c) penyelidikan, pengujian dan analisis produk kembalian oleh bagian Pengawasan Mutu;
d) evaluasi yang kritis sebelum manajemen mengambil keputusan apakah produk dapat
diproses ulang atau tidak; dan
e) pengujian tambahan terhadap persyaratan dari produk hasil pengolahan ulang.
d) Produk kembalian yang tidak dapat diolah ulang hendaklah dimusnahkan. Prosedur
pemusnahan bahan atau pemusnahan produk yang ditolak hendaklah disiapkan. Prosedur
ini hendaklah mencakup tindakan pencegahan terhadap kontaminasi lingkungan dan
penyalahgunaan bahan atau produk oleh orang yang tidak mempunyai wewenang.
KOMPETENSI KHUSUS 27
“MENJELASKAN PERSYARATAN HIGIENIS DAN PELATIHAN KARYAWAN”

Higiene Perorangan adalah Kewajiban tiap personil mengamati peraturan mengenai


kesehatan kerja, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan personel, demikian pula
pengawasan higiene terhadap proses pembuatan obat yang harus diterapkan oleh personil
(CPOB, 2018).
A. Persyaratan Higienis (CPOB, 2018)
1. Personel hendaklah menerapkan sanitasi yang baik dan kebiasaan sehat.
2. Personel hendaklah mengenakan pakaian bersih dan sesuai untuk kegiatan pembuatan.
Pakaian perlindung tambahan, seperti penutup kepala,wajah, tangan dan lengan
hendaklah dikenakan jika diperlukan, untu kmelindungi produk antara dan BAO dari
kontaminasi.
3. Personel hendaklah menghindari kontak langsung dengan produk antara atau BAO.
4. Merokok, makan, minum, mengunyah dan menyimpan makanan hendaklah dibatasi
pada area tertentu yang telah ditetapkan yang terpisah d ari area pembuatan.
5. Personel yang menderita penyakit infeksi atau memiliki luka terbuka pada permukaan
yang terpapar di tubuh tidak boleh melaksanakan kegiatan yang dapat memengaruhi
mutu BAO.
Higiene Perorangan :
• Program higiene yang rinci hendaklah disiapkan dan mencakup prosedur yang
berkaitan dengan praktik kesehatan dan higiene serta pakaian personel.
• Prosedur hendaklah dipahami dan dipatuhi secara ketat oleh setiap personel yang akan
diberikan selasama sesi pelatihan, oleh manajemen.
• Semua personel hendaklah menjalani pemeriksaan kesehatan pada saat proses
perekrutan karena dapat memengaruhi mutu
• Hendaklah diambil tindakan untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang
berpenyakit menular atau memiliki lesi terbuka pada tubuh terlibat dalam pembuatan
obat.
• Setiap orang yang memasuki area pembuatan hendaklah mengenakan pakaian
pelindung sesuai dengan kegiatan yang akan dilakukan.
• Makan, minum, mengunyah atau merokok, atau menyimpan makanan,minuman, bahan
merokok atau obat-obatan pribadi di area produksi danarea gudang hendaklah dilarang.
• Hendaklah dihindarkan persentuhan langsung antara tangan operator dengan produk
yang terbuka dan juga dengan bagian peralatan yangbersentuhan dengan produk.
• Personel hendaklah diinstruksikan supaya menggunakan sarana cuci tangan.
• Persyaratan khusus untuk pembuatan produk tertentu, misal sediaansteril, tercakup
dalam Aneks 1 Pembuatan Produk Steril.
B. Pelatihan Karyawan (CPOB, 2018)
Pelatihan karyawan dilakukan untuk meningkatkan pemahaman personal sehingga dalam
proses pembuatan obat dapat berjalan dengan baik.
• Mengadakan pelatihan bagi seluruh personel yang karena tugasnya berada di area
produksi dan gudang penyimpanan atau laboratorium (termasuk personel teknik,
pemeliharaan dan pembersihan), dan bagi personel lain yang kegiatannya berdampak
pada mutu produk
• Semua personil yang bekerja secara langsung dalam kegiatan preparasi dan produksi
radiofarmaka dan personil hendaklah mendapat pelatihan yang sesuai dengan lingkup
kerjanya dan tentang prinsip CPOB khususnya dalam pembuatan radiofarmaka.
• Personel baru hendaklah memperoleh pelatihan sesuai dengan tugas yang diberikan
kepadanya. Pelatihan berkesinambungan hendaklah juga diberikan secara berkala.
• Pelatihan spesifik hendaklah diberikan kepada personel yang bekerja di area dimana
kontaminasi menimbulkan bahaya, misalnya area bersih atau area penanganan bahan
berpotensi tinggi, toksik, bersifat infeksius atau menimbulkan sensitisasi
• Pengunjung atau personel yang tidak mendapat pelatihan sebaiknya tidak dibawa
masuk ke area produksi dan laboratorium pengawasan mutu. Bila tidak dapat
dihindarkan, hendaklah mereka diberi penjelasan lebih dahulu, terutama mengenai
higiene perorangan dan pakaian pelindung yang dipersyaratkan serta diawasi dengan
ketat
KOMPETENSI KHUSUS 28
“MENJELASKAN ASPEK PENUNJANG DALAM INDUSTRI FARMASI MELIPUTI
AIR, UDARA DAN LIMBAH”

SARANA PENUNJANG
Dilakukan kualifikasi dan pemantauan pada semua sarana penunjang yang dapat
mempengaruhi mutu produk (misal uap panas, gas, udara bertekanan dan sistem tata udara)
(CPOB, 2018).
1. AIR (CPOB, 2018)
• Air yang digunakan untuk proses pembuatan BAO hendaklah ditunjukkan
kesesuaiannya dengan tujuan penggunaannya.
• Kecuali ada justifikasi lain, air untuk proses hendaklah minimal memenuhi persyaratan
World Health Organization (WHO) untuk mutu air minum.
• Apabila air minum tidak memenuhi persyaratan untuk menjamin mutu BAO dan
dibutuhkan spesifikasi mutu air secara kimiawi dan/atau mikrobiologi yang lebih ketat,
hendaklah ditetapkan spesifikasi yang sesuai untuk sifat fisika/kimiawi, angka mikroba
total, organisme yang tidak diharapkan dan endotoksin.
• Apabila air yang digunakan pada proses, diolah oleh pabrik pembuat untuk mencapai
mutu yang ditetapkan, proses pengolahan hendaklah divalidasi dan dipantau dengan
batas bertindak yang tepat.
• Apabila pabrik pembuat BAO nonsteril baik bertujuan maupun mengklaim bahwa
BAO tersebut sesuai untuk digunakan pada proses lanjutan untuk memproduksi obat
(produk) steril, air yang digunakan untuk tahap isolasi dan pemurnian akhir hendaklah
dipantau dan dikendalikan terhadap aangka mikroba total, organisme yang tidak
diharapkan dan endotoksin.
❖ Spesifikasi Mutu Air (Juknis SPK – CPOB, 2013)
1) Air Pasokan (Feed Water)
Air pasokan yang setara dengan air minum tidak perlu dimodifikasi. Perlu
dilakukan pengolahan awal terhadap air yang berasal dari sumber alam, termasuk
mata air, sumur, sungai, danau dan laut. Pengolahan secara umum meliputi
pelunakan (softening), penghilang ion tertertentu, pengurangan partikel dan
mikroba.
2) Air murni (Purified water)
Air murni henfaklah dihasilkan dari air pasokan dan memenuhi spesifikasi
farmakope untuk kemurnian kimiawi dan mikroba. Selama penyimpanan dan
distribusi air murni hendaklah terlindung dari potensi pencemaran ulang dan
proliferasi mikroba.
3) Air dengan tingkat pemurnian tinggi/ATPT (Higly purified water/HPW)
ATPT/HPW hendaklah dibuat dari air murni. ATPT ini merupakan air
dengan spesifikasi khusus. Kualitas air ATPT hendaklah sesuai standar air untuk
injeksi termasuk persyaratan endotoksin, tetapi metode pengolahannya tidak
sehandal metode destilasi. ATPT dapat diproses dengan kombinasi metode seperti
Reverse Osmosis (RO), ultrafiltrasi dan deionisasi.
4) Air untuk injeksi (Water for Injection/WFI)
Air untuk injeksi hendaklah dibuat dari air murni, sebagai pesyaratan
minimum untuk air pasokan. WFI bukan air steril dan bukan produk jadi steril, tapi
merupakan produk antara atau produk ruahan.

❖ Jenis-jenis Air (Guideline on The Quality of Water for Pharmaceutical Use, 2018)
1) Portable water / Air Minum
Air Minum tidak tercakup dalam monografi farmakope tetapi harus
mematuhi peraturan tentang air yang ditujukan untuk konsumsi manusia dengan
kualitas yang setara dengan yang didefinisikan dalam Directive 98/83/EC atau
ditetapkan oleh pejabat yang berwenang.
2) Water For Injection (WFI)
Air untuk Suntikan (WFI) adalah air untuk persiapan obat-obatan untuk
pemberian parenteral ketika: air digunakan sebagai pembawa (air untuk injeksi
dalam jumlah besar) dan untuk melarutkan atau mengencerkan zat atau sediaan
untuk pemberian parenteral (air steril untuk injeksi).
3) Purified Water
Air Murni adalah air untuk persiapan obat-obatan selain yang
dipersyaratkan keduanya steril dan apirogenik, kecuali jika dibenarkan dan
diizinkan. Air Murni yang memenuhi uji endotoksin yang dijelaskan dalam Ph. Eur.
4) Water for preparation of extracts
Air untuk sediaan ekstrak adalah air yang dimaksudkan untuk sediaan
ekstrak obat Herbal yang sesuai dengan bagian Air yang dimurnikan dalam jumlah
besar atau Air yang dimurnikan dalam wadah dalam monografi Air murni, atau air
yang dimaksudkan untuk konsumsi manusia dengan kualitas yang setara dengan
yang ditetapkan di Directive 98/83/EC yang dipantau menurut bagian Produksi
yang dijelaskan dalam monografi.
Produk Obat Steril
Produk Obat Steril Kualitas air minum yang dapat diterima

Biologis (termasuk vaksin dan ATMP) WFI

Parenteral WFI

Sediaan optalmik Purified water / air murni

Larutan Hemofiltrasi
WFI
Larutan Hemodiafiltasi

Larutan dialysis peritoneal WFI

Larutan irigasi WFI

Sediaan hidung/telinga Purified water / air murni

Sedian berhubungan dengan kulit Purified water / air murni

Produk Obat Non Steril

Produk Obat Non Steril Kualitas air minum yang dapat diterima

Vaksin untuk penggunaan non parenteral Purified water / air murni*

Sediaan Oral Purified water / air murni

Larutan Nebiliser Purified water / air murni**

Sediaan berhubungan dengan kulit Purified water / air murni***

Sediaan hidung/telinga Purified water / air murni

Sediaan rectal/vagina Purified water / air murni


❖ Kualifikasi Sistem Pengolahan Air (BPOM, 2013)
• Fase 1
Jangka waktu pengujian 2-4 minggu dan pengambilan sampel dilakukan tiap
hari dari air pasokan untuk verifikasi mutu; tiap tahap proses pemurnian; tiap titik
penggunaan dan titik sampel lain yang telah ditetapkan. Parameter pengujian kimia
dan mikrobiologi.
• Fase 2
Jangka waktu pengujian 2-4 minggu berikutnya dan pengambilan sampel
sama dengan fase 1. Parameter pengujian kimia dan mikrobiologi. Bertujuan untuk
memverifikasi parameter operasional yang ditetapkan pada fase 1. Pada fase ini air
dapat digunakan untuk tujuan pembuatan obat.
• Fase 3
Jangka waktu pengujian selama 12 bulan setelah fase 2 memenuhi syarat.
Pengambilan sampel tiap hari dan dalam seminggu secara bergilir mencakup semua
titik pemantauan. Parameter pengujian kimia dan mikrobiologi. Pada fase ini air
dapat digunakan untuk tujuan pembuatan obat.

2. SISTEM TATA UDARA


Sistem Tata Udara atau Heating Ventilation and Air Conditioning (HVAC) adalah
suatu sarana penunjang udara yang digunakan untuk mengendalikan kondisi/parameter
udara seperti kelembaban, suhu, mikroorganisme, dan partikel-partikel dalam pergantian
udara perjam agar memenuhi standar atau persyaratan CPOB. HVAC diperlukan mencegah
terjadinya kontaminasi silang.
Adapun tujuan penggunaan HVAC, yaitu:
• Untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan pembuatan produk,
• Memastikan produksi obat yang bermutu,
• Memberikan lingkungan kerja yang nyaman bagi personil,
• Memberikan perlindungan pada Iingkungan dimana terdapat bahan berbahaya
melalui pengaturan sistem pembuangan udara yang efektif dan aman dari bahan
tersebut.
• Untuk menyediakan sistem sesuai dengan ketentuan CPOB untuk memenuhi kebutuhan
perlindungan produk dan proses sejalan dengan persyaratan GEP (Good Engineering
Practices), seperti keandalan, perawatan, keberlanjutan, fleksibilitas, dan keamanan
Sistem HVAC terdiri dari beberapa mesin/alat yang masing-masing memiliki fungsi
yang berbeda sehingga membentuk suatu sistem tata udara. Adapun beberapa komponen
HVAC, yaitu:
Cooling coil : Digunakan untuk mengatur suhu, kelembaban, dan selisih tekanan udara
Ducting : Berfungsi menyalurkan udara dari blower kedalam ruangan
Dumper : Mengatur besarnya tekanan udara yang akan masuk kedalam ruangan
Difuser : Digunakan untuk mensuplai udara dan untuk menerima udara kembali
Filter : Menyaring udara yang dikeluarkan oleh blower
Fan : Digunakan untuk mengetahui volume udara yang disuplai
Heating : Digunakan untuk mengatur udara yang masuk kedalam ruangan
Parameter Kritis Tata Udara :
• Suhu
• Kelembaban
• Partikel udara (viable dan non viabel)
• Perbedaan tekananan antar ruang dan pola aliran udara
• Volume alir udara dan pertukaran udara
• Sistem filtrasi udara
Tabel Rekomendasi Tata udara untuk Tiap Kelas Kebersihan
Ventilasi
Kelas Kelembp Evesiensi
Bagian dari Suhu
Kebersihn an Nisbi saringan Keterangan
bangunn (˚C)
(%) udara akhir
A Dibawah 16- 25 45 – 55 H14 • Pengolahan dan
aliran udara (99,995%) pengisian aseptis
lamier • Pengisian salep
mata steril
• Pengisian bubuk
steril*
• Pengisiansuspensi
steril
B Ruang Steril 16- 25 45 – 55 H14 Lingkungan latar
(99,995%) belakang zona kelas A
untuk pengolahan dan
pengisian aseptis
C Ruang Steril 16- 25 45 – 55 H13 • Pembuatan larutan
(99,95%) bila ada risiko di luar
kebiasaan
• Pengisian produk
yang akan
mengalami sterilisasi
akhir
• Pembuatan larutan
yang akan disaring
kemudian pengisian
secara aseptis
dilakukan di kelas A
dengan latar
belakang kelas B.
D Bersih 20- 27 40 – 60 F8 (75% Pembuatan obat steril
atau 90%) dengan sterilisasi akhir
E Umum 20- 27 Maks. 70 F8 (75% Ruang pengolahan dan
atau 90%) pengemasan primer
H13 obat nonsteril,
(99,95%) pembuatan salep
kecuali salep mata
E Khusus 20- 27 Maks. 40 F8 (75% Pengolahan bahan
atau 90%) higroskopis
H13
(99,95%)
Ada 3 kategori dasar untuk Sistem Tata Udara
1) Sistem ful/ fresh-air (once-through)
Sistem ini menyuplai udara luar yang sudah diolah hingga memenuhi persyaratan
kondisi suatu ruang, kemudian diekstrak dan dibuang ke atmosfer. Sistem ini biasanya
digunakan pada fasilitas yang menangani produk/ pelarut beracun untuk mencegah
udara tercemar di sirkulasikan kembali.
2) Sistem resirkulasi
Resirkulasi hendaklah tidak menyebabkan risiko kontaminasi atau kontaminasi
silang (termasuk uap dan bahan yang mudah menguap).
3) Sistem ekstraksi/ exhaust
Ekstraksi tinggi atau semacam pipa dengan penyedot yang dapat dipindahkan atau
penyedot yang tetap. Saluran udara untuk ekstraksi debu hendaklah dirancang yang
cukup untuk menjamin bahwa debu dapat lewat dari saluran. Hendaklah dilakukan
pemeriksaan berkala untuk yang menumpuk dalam saluran udara.
3. LIMBAH (CPOB, 2018)
Limbah dari industri farmasi ada empat macam yaitu limbah padat, limbah cair,
limbah udara, dan limbah suara.
a. Limbah Padat
1) Sumber Pencemaran
a) Debu/serbuk obat dari sistem pengendalian debu (dust collector)
b) Obat rusak/kadaluwarsa/obat sub standart (reject)
c) Kertas, karton, plastik bekas, botol dan aluminium foil dan sampah Rumah
tangga
d) Lumpur dari proses Instalasi Pengolahan Air Limbah
2) Upaya Pengelolaan Lingkungan
a) Sampah domestik dibuatkan tempat sampah
- Warna hijau → sampah organik
- Warna merah → sampah B3
- Warna kuning → Sampah daur ulang
- Warna abu-abu → sampai lain-lain seperti puntung rokok, permen
b) Sisa – sisa kertas, karton, plastik dan aluminium foil dikumpulkankemudian
dijual ke pengumpul sampah (perusahaan daur ulang sampah)
c) Debu/sisa-sisa serbuk, obat rusak/kadaluwarsa serta lumpur dari IPAL di bakar
di incinerator
3) Tolak Ukur
Adapun yang menjadi tolak ukur dampak limbah padat
SKMENLHNo.50/MENLH/1995 tentang baku mutu tingkat kebauan lingkungan
pabrik yang bersih, tidak berbau, tidak ada limbah B3 (Bahan Berbahaya dan
Beracun), sampah tertata rapi (Fatmawati, 2015)
4) Pemantauan
Kualitas lingkungan (kebersihan) di dalam area industri

b. Limbah Udara/Gas
1) Sumber Pencemaran
a) Debu selama proses produksi
b) Uap lemari asam di laboratorium
c) Uap solvent proses film coating
d) Asap Steam boiler, generator listrik dan incinerator
2) Upaya Pengelolaan Lingkungan
a) Lemari asam dilengkapi dengan exhaust fan dan cerobong ± 6 m dilengkapi
dengan absorbent
b) Solvent di ruang coating digunakan dust collector (wet system)
c) Debu disekitar mesin produksi dipasang penyedot debu dan dust collector unit
d) Asap dari Genset dan Incenerator dibuat cerobong asap ± 6 m
3) Tolak ukur
SKMENLHNo.50/MENLH/1995 tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak
4) Pemantauan
Kualitas udara didalam dan diluar lingkungan pabrik, meliputi kadar H2S, NH,
SO2, CO, NO2, O3, total solid particle (TSP/debu), dan Pb (timbal)
c. Limbah Suara
1) Sumber Pencemaran
Suara dan getaran dari mesin-mesin pabrik, genset, dan steam boiler.
2) Upaya Pengelolaan Lingkungan
a) Untuk menanggulangi kebisingan yang ditimbulkan oleh genset, dibuatruangan
berdinding dua (double cover) dan dilakukan perawatan mesin secara berkala
b) Untuk menanggulangi getaran yang ditimbulkan oleh mesin genset dan mesin -
mesin lain, mesin-mesin ditempatkan pada lantai yang telah dicor beton dan
diberi penguat (pengunci antara mesin dan lantai)
3) Tolak ukur dampak
SKMENLHNo.48/MENLH/1995 tentang baku mutu tingkat kebisingan
SKMENLHNo.49/MENLH/1995 tentang baku mutu tingkat getaran
4) Pemantauan
Angka kebisingan dan getaran di dalam dan diluar area pabrik
Kebisingan : max 65 dB
Getaran : max 7,5 Hz
d. Limbah cair
1) Sumber Pencemaran berasal dari
a) Bekas cucian peralatan produksi, laboratorium, laundri dan rumah tangga
b) Kamar Mandi dan WC
c) Bekas reagensia di Laboratorium
2) Prinsip Pengelolaan limbah cair
1. Pengolahan limbah primer
Tujuan pengolahan limbah pada tahap ini adalah menghilangkan buangan yang
tidak larut terdapat empat tahap yaitu:
a) Screening, pada tahap ini berisi usaha-usaha untuk mengurangi atau
menghilangkan bahan buangan yang besar seperti: sampah, plastik, botol
bekas, kayu, barang rongsokan, dan sisa’-sisa lain yang berukuran besar.
Untuk menghilangkan limbah ini dapat dibuat saringan dengan
menggunakan kasa atau ijuk. Benda yang tertangkap Sharingan tersebut
dapat diambil secara manual atau dengan alat mekanis secara periodik dan
continue (misalnya setiap pagi atau setiap sore).
b) Canal longitudinal, benda-benda yang masih dapat melewati saringan kasa
besi atau ijuk (misalnya pasir) diendapkan dengan menggunakan semacam
kanal yang yang bagian bawahnya dibuat agar melebar (Canal longitudinal)
benda-benda yang mengendap di bagian bawah kanal tersebut selanjutnya
dapat diambil secara pada waktu-waktu tertentu secara periodik.
c) Penghilang lemak, minyak dan sejenisnya, tahap ini mempunyai prinsip
bahwa lemak, minyak dan sejenisnya memiliki berat jenis yang lebih kecil
dari air sehingga akan mengapung di bagian atas air. Untuk menghilangkan
jenis kotoran ini, air limbah dialirkan ke kolam yang berukuran relatif luas
dan memiliki aliran rendah dan tenang
d) Menghilangkan zat padat tersuspensi, pada tahap ini dilakukan dengan cara
mengalirkan limbah cair ke dalam suatu saluran yang dilengkapi dengan
menyaring penyaring dari kasa yang diperuntukkan untuk menyaring zat
yang tersuspensi.
2. Pengolahan limbah sekunder
Prinsip pengolahan limbah pada tahap ini adalah untuk menghilangkan
kontaminan kontaminan lain proses pada pengolahan primer, yaitu padatan
tersuspensi (solid suspenede). Senyawa-senyawa organik terlarut dan senyawa-
senyawa anorganik terlarut.
Cara untuk menghilangkan kontaminan kontaminan ini adalah dengan
cara filtrasi sederhana, penambahan suatu koagulator, penambahan arang aktif
(terutama untuk menurunkan kadar fenol), serta penambahan bahanbahan kimia
dengan bahan-bahan flokulan ( misalnya Al2 O3 , Ca(OH)2 ,kaporit, dan lain
sebagainya)
❖ Pemecahan Cincin Beta laktam
Dapat dilakukan dengan berbagai cara (Sri Sumiyati & Fitri Prabani, 2008) :
- Hidrolisa dengan menaikkan pH 10-12
- Hidrolisa dengan penambahan asam
- Hidrolisa dengan penambahan mercury chloride
Limbah beta laktam dipisahkan dengan limbah non beta laktam. Prinsip utama
pengolahan limbah beta laktam adalah pemecahan cincin beta laktam yaitu pada tangki
hidrolisa dengan cara melakukan hidrolisa pada pH 11,5 – 12 dengan penicillin sebagai
parameter antibiotiknya, dan hidrolisa dilakukan dengan penambahan NaOH. Alasan
dilakukan hidrolisa pada pH 11,5 – 12 adalah lebih aman bagi peralatan unit pengolahan
dan lingkungan serta mudah penanganannya. Jika dihidrolisa dengan menggunakan
asam dikhawatirkan dapat merusak peralatan, sedangkan dengan mercuri chloride
dikhawatirkan mercurinya tidak ramah atau tidak aman terhadap lingkungan.
Hasil olahan di tangki hidrolisa kemudian dialirkan ke tangki netralisasi untuk
menetralisasi basa sesudah proses hidrolisa dengan NaOH dengan melakukan proses
netralisasi dengan HCl sehingga nilai pH yang dihasilakan adalah sesuai dengan
ketentuan pH normal yaitu 6 – 9.
Pengolahan limbah Betalaktam (ß-lactamase) harus ditangani secara khusus
dan dipisahkan dari limbah non Betalaktam. Hal utama pengolahan air limbah
Betalaktam ialah pemecahan cincin (ß-lactamase) pada tangki hidrolisis dengan
penambahan natrium hidroksida pada pH 12 dengan penicillin sebagai parameter
antibiotiknya. Adapun cara pemecahannya adalah (1) Hidrolisa dengan menaikkan pH
sampai 10-12 dengan menggunakan natrium hidroksida (NaOH). (2) Hidrolisa dengan
penambahan asam (HCl). (3) Hidrolisa dengan penambahan merkuri klorida (HgCl2).
Alasan berbagai perusahaan memakai natrium hidroksida karena ekonomis dan ramah
lingkungan serta aman bagi peralatan IPAL. Jika hidrolisis menggunakan asam
dikhawatirkan merusak unit IPAL karena korosif dan jika menggunakan merkuri
klorida (HgCl2) dikhawatirkan merusak lingkungan dari sisa merkuri hasil hidrolisa
(Gede, dkk, 2021).
KOMPETENSI KHUSUS 29
“MENJELASKAN PENYIAPAN DOKUMEN REGISTRASI OBAT”

Penyiapan dokumen registrasi obat meliputi : kelengkapan administrasi, teknis, sampel


dan desain kemasan (BPOM, 2017).
a. Kelengkapan administrasi
• Form identitas produk & perusahaan yang ditandatangani pimpinan perusahaan
• Surat persetujuan penggunaan bersama fasilitas produksi obat (jika CPOB, untuk
registrasi suplemen kesehatan
• Perjanjian kerjasama (kontrak/lisensi/distribusi)
• Surat pernyataan Apoteker sebagai penanggung jawab teknis
• Surat kuasa bermaterai dari pimpinan perusahaan sebagai petugas pendaftaran produk
b. Kelengkapan teknis
• Data formula
• Cara pembuatan
• Kode produk/bets disertai dengan arti kode tersebut
• Spesifikasi kemasan dan tutup
• Sertifikat analisa bahan baku
• Sertifikat analisa produk jadi
• Metode dan hasil uji stabilitas
• Uji alkohol untuk cairan obat dalam
• Uji toksisitas untuk : produk mengandung ganoderma atau lingzhi, maitake, shitake,
teh dengan pelarut alkohol, dan produk yang belum diketahui keamanannya
• Uji kloramfenikol untuk produk mengandung madu dan turunannya
• Asal perolehan kapsul, sertifikat analisa gelatin, sertifikat bebas Bovine Spongiform
Encephalopathy (BSE), sertifikat halal, dan surat pernyataan bermaterai dari
Perusahaan
c. Kelengkapan sampel dan desain kemasan.
• Sampel dengan label asli (untuk obat tradisional lokal hanya bila diperlukan)
• Desain kemasan yang direncanakan beredar
• Formulir keterangan khasiat/ kegunaan, aturan pakai, tanggal kedaluarsa,
peringatan/perhatian, efek samping, kontraindikasi, interaksi obat
Registrasi Obat adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi Obat untuk mendapatkan
persetujuan.
• Registrasi terdiri atas :
1. Registrasi Baru adalah Registrasi untuk Obat yang belum mendapatkan Izin Edar di
Indonesia.
2. Registrasi Variasi adalah Registrasi perubahan pada aspek administratif, khasiat,
keamanan, mutu, dan/atau Informasi Produk dan Label Obat yang telah memiliki
Izin Edar diIndonesia. Registrasi variasi terbagi menjadi :
3. Registrasi Ulang adalah Registrasi perpanjangan masa berlaku Izin Edar.
Registrasi Baru terdiri atas :
a. Kategori 1: Registrasi Obat Baru dan Produk Biologi, termasuk Produk Biosimilar.
b. Kategori 2: Registrasi Obat Generik dan Obat Generik Bermerek.
c. Kategori 3: Registrasi sediaan lain yang mengandung Obat dengan teknologi
khusus, dapat berupa transdermal patch, implant, dan beads.
Registrasi Variasi terdiri atas :
a. Kategori 4/Registrasi Variasi Major adalah Registrasi Variasi yang berpengaruh
bermakna terhadap aspek khasiat, keamanan dan/atau mutu Obat.
b. Kategori 5/Registrasi Variasi Minor adalah Registrasi Variasi yang tidak termasuk
kategori Registrasi Variasi Major maupun Registrasi Variasi Notifikasi.
c. Kategorii 6/Registrasi Variasi Notifikasi adalah Registrasi Variasi yang berpengaruh
minimal atau tidak berpengaruh sama sekali terhadap aspek khasiat, keamanan,
dan/atau mutu Obat, serta tidak mengubah informasi pada Izin Edar
Persyaratan Registrasi
Registrasi dilakukan oleh Pendaftar dengan menyerahkan dokumen registrasi. Obat
yang diregistrasi berupa:
⚫ Obat Produksi Dalam Negeri
Pendaftar yang melakukan permohonan Registrasi Obat Produksi Dalam Negeri harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
⚫ Memiliki izin Industri Farmasi; dan
⚫ Memiliki sertifikat CPOB yang masih berlaku sesuai dengan jenis dan bentuk sediaan yang
diregistrasi.
⚫ Obat Impor
Obat Impor berupa:
⚫ Obat Impor dalam bentuk Produk Ruahan; atau
⚫ Obat Impor dalam bentuk Produk Jadi.
Registrasi Obat Impor diutamakan untuk:
⚫ Obat program kesehatan nasional;
⚫ Obat penemuan baru; dan/atau
⚫ Obat yang dibutuhkan tetapi tidak dapat diproduksi di dalam negeri.
Registrasi Narkotika
Registrasi Narkotika hanya dapat dilakukan oleh pendaftar yang memiliki izin khusus
untuk memproduksi Narkotika dari Menteri Kesehatan.
Registrasi Obat Generik
⚫ Registrasi Obat Generik diajukan oleh Pendaftar menggunakan nama generik.
⚫ Seluruh tahapan pembuatan Obat Generik dilakukan di dalam negeri.
⚫ Dikecualikan untuk Obat yang sebagian tahapan pembuatan belum dapat dilakukan di dalam
negeri.
⚫ Dalam hal Pendaftar sudah memiliki Obat Generik Bermerek dengan Zat Aktif yang sama,
Obat Generik yang diregistrasi harus dibuat dengan Formula, sumber bahan baku, spesifikasi
Obat, mutu, spesifikasi kemasan, proses produksi, dan menggunakan fasilitas produksi yang
sama.
Spesifikasi meliputi:
⚫ ukuran;
⚫ bentuk;
⚫ warna;
⚫ aroma; dan
⚫ rasa.
Label Obat Generik harus mencantumkan informasi sebagai berikut:
⚫ Harga eceran tertinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; dan:
⚫ Logo generik berwarna hijau menggunakan format sebagai berikut:
⚫ Logo generik dicantumkan secara proporsional sesuai dengan ukuran kemasan.

⚫ Dalam hal Pendaftar mengajukan Registrasi Obat Generik dengan lebih dari 1 (satu)
kekuatan Zat Aktif, pada kemasan harus dicantumkan kekuatan Zat Aktif setelah bentuk
sediaan dengan ukuran huruf sesuai dengan ukuran huruf nama generik.
Persyaratan Registrasi :
⚫ Nama Obat yang diregistrasi dapat menggunakan
⚫ Nama generik; atau
⚫ Nama dagang.
Nama generik sesuai dengan International Nonproprietary Names Modified yang
ditetapkan Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization) atau nama yang ditetapkan
dalam program kesehatan nasional. Nama dagang merupakan nama yang diberikan oleh
Pendaftar sebagai identitas Obat.
⚫ Pemberian nama dagang berdasarkan kajian mandiri dan menjadi tanggung jawab
Pendaftar.
⚫ Kajian mandiri mengacu pada Pedoman Umum Nama Obat yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan ini.
⚫ Kajian mandiri tidak sesuai dengan Pedoman Umum Nama Obat, usulan nama Obat
tersebut tidak dapat disetujui.
⚫ Apabila di kemudian hari ada pihak lain yang lebih berhak atas nama Obat yang tercantum
dalam Izin Edar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, Pendaftar harus
mengganti nama Obat.
Dokumen registrasi obat :
Dokumen registrasi obat terdiri dari:
- Bagian I : dokumen administratif, Informasi Produk dan Label.
⚫ Dokumen administrasi: surat pengantar, formular registrasi, pernyataan pendaftar,
Sertifikat dan dokumen admistrasi lain berdasarkan obat yang diproduksi, hasil
registrasi, kuitansi/bukti pembayaran.
⚫ Dokumen informasi : Ringkasan Karakteristik Produk/Brosur; dan Informasi Produk
untuk Pasien.
- Bagian II : dokumen mutu.
⚫ Sub bagian A (Ringkasan dokumen mutu/RDM) adalah ringkasan sesuai ruang
lingkup dan format pada dokumen mutu lengkap (body of data). RDM terdiri dari
sususan dan informasi yang tercantum didalamnya sebegai berikut:
⚫ S zat aktif (S1 informasi umum, S2 proses dan sumber zat aktif, S3 karakterisasi, S4
spesifikasi dan metode pengujian zat aktif, S5 baku pembanding, S6 spesifikasi dan
pengujian kemasan, S7 stabilitas).
⚫ P obat jadi (P1 pemerian dan formula, P2 pengembangan produk, P3 proses
pembuatan, P4 spesifikasi dan metode pengujian eksipien, P5 spesifikasi dan metode
pengujian, P6 baku pembanding, P7 spesifikasi dan pengujian kemasan, P8 stabilitas,
P9 data ekivalensi) Subbagian B (Dokumen mutu) format pada dokumen mutu
lengkap (body of data)
⚫ S zat aktif (S1 informasi umum, S2 proses dan sumber zat aktif, S3 karakterisasi, S4
spesifikasi dan metode pengujian zat aktif, S5 baku pembanding, S6 spesifikasi dan
pengujian kemasan, S7 stabilitas).
⚫ P obat jadi (P1 pemerian dan formula, P2 pengembangan produk, P3 proses
pembuatan, P4 spesifikasi dan metode pengujian eksipien, P5 spesifikasi dan metode
pengujian, P6 baku pembanding, P7 spesifikasi dan pengujian kemasan, P8 stabilitas,
P9 data ekivalensi)
- Bagian III : dokumen nonklinik.
Sub bagian A (tinjauan studi nonklinik) berisi tentang tinjauan Studi Non klinik harus
mencantumkan penilaian kritis dan terintegrasi dari evaluasi farmakologi, farmakokinetik
dan toksikologi Obat, Harus ada pernyataan bahwa studi nonklinik yang diserahkan sesuai
dengan Cara Berlaboratorium yang Baik (Good Laboratory Practice/GLP).
⚫ Sub bgaian B (ringakasan dan matriks studi nonklinik)
⚫ Sub bagian C (Laporan studi klinik).
⚫ Sub bagian D (Daftar Pustaka)
- Bagian IV : dokumen klinik.
⚫ Sub bagian A (tinjauan studi klinik) berisi tentang 1. Alasan Pengembangan Obat. 2.
Tinjauan Biofarmasetika. 3. Tinjauan Farmakologi Klinik. 4. Tinjauan Khasiat. 5.
Tinjauan Keamanan. 6. Kesimpulan Manfaat dan Risiko.
⚫ Subbagian B (ringkasan studi klinik)
⚫ Subbagian C (Matrik studi klinik) matrik adalah kerangka, bagan
⚫ Subbagian D (Laporan studi klinik)
⚫ Subbagian E (Daftar Pustaka)
Nomor Registrasi
A B C 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Digit Pertama

- D = Nama Dagang
- G = Generik
Digit Kedua

- B = Obat Bebas
- T = Obat Bebas Terbatas
- K = Obat Keras
- P = Psikotropika
- N = Narkotika
Digit ketiga

- L = Lokal
- I = Impor

Digit ke-4 dan 5


Digit ke-4 dan 5 menunjukkan tahun registrasi atau persetujuan obat tersebut oleh BPOM
Digit ke-6, 7, dan 8
Digit ke-6, 7, dan 8 menunjukkan nomor urut pabrik,
Digit ke-9, 10, dan 11
Digit ke-9, 10, dan 11 menunjukkan nomor urut obat yang disetujui untuk masing- masing
pabrik,
Digit ke-12 dan 13
Digit ke-12 dan 13 menunjukkan bentuk sediaan obat.
Digit ke-14
Digit ke-14 menunjukkan kekuatan sediaan obat, misalnya:
- A menunjukkan kekuatan obat jadi yang pertama di setujui
- B menunjukkan kekuatan obat jadi yang kedua di setujui
- C menunjukkan kekuatan obat jadi yang ketiga di setujui, dst.
Digit ke-15
Digit ke-15 menunjukkan kemasan berbeda untuk tiap nama, kekuatan, dan bentuk sediaan
obat, misalnya:
1. Menunjukkan kemasan utama
2. Menunjukkan beda kemasan yang pertama
3. Menunjukkan beda kemasan yang kedua, dst.
KOMPETENSI KHUSUS 30 : MENYIAPKAN DAN MERANCANG
DOKUMEN REGISTRASI

Menurut BPOM, 2017, Hal : 22, 61, 68, 69


1. Dokumen registrasi terdiri dari empat bagian sebagai berikut:
A. Bagian I : Dokumen Administratif dan Informasi Produk dan label terdiri dari:
- Daftar Isi Keseluruhan
- Dokumen Administratif
- Informasi Produk dan Label
B. Bagian II : Dokumen Mutu terdiri dari:
- Ringkasan Dokumen Mutu (RDM)
- Dokumen Mutu
- Daftar Pustaka
C. Bagian III : Dokumen Nonklinik terdiri dari:
- Tinjauan Studi Nonklinik
- Ringkasan dan Matriks Studi Nonklinik
- Laporan Studi Nonklinik (jika perlu)
- Daftar Pustaka
D. Bagian IV : Dokumen Klinik terdiri dari:
- Tinjauan Studi Klinik
- Ringkasan Studi Klinik
- Matriks Studi Klinik
- Laporan Studi Klinik
- Daftar Pustaka
Contoh Dokumen Registrasi Obat :
KOMPETENSI KHUSUS 31
“MELAKSANAKAN PENYIMPANAN SESUAI GSP”

Penyimpanan dan pengiriman adalah bagian yang penting dalam kegiatan dan
manajemen rantai pemasokan obat yang terintegrasi.
❖ Penyimpanan sesuai GSP (CPOB, 2018)
a. Obat dan/atau bahan obat harus disimpan terpisah dari produk selain obat dan/atau
bahan obat dan terlindung dari dampak yang tidak diinginkan akibat paparan cahaya
matahari, suhu, kelembaban atau faktor eksternal lain.
b. Kontainer obat dan/atau bahan obat yang diterima harus dibersihkan sebelum disimpan.
c. Penyimpanan secara teratur sesuai kategorinya; obat dan/atau bahan obat dalam status
karantina, diluluskan, ditolak, dikembalikan, ditarik atau diduga palsu.
d. Harus diambil langkah-langkah untuk memastikan rotasi stok sesuai dengan tanggal
kedaluwarsa obat dan/atau bahan obat mengikuti kaidah First Expired First Out
(FEFO).
e. Harus tersedia tempat khusus dengan label yang jelas, aman dan terkunci untuk
penyimpanan obat dan/atau bahan obat yang ditolak, kedaluwarsa, penarikan kembali,
produk kembalian dan obat diduga palsu
❖ Penyimpanan Bahan Awal, Bahan Pengemas, Produk Antara, Produk Ruahan dan
Produk Jadi
a. Semua bahan dan produk disimpan secara rapi dan teratur untuk mencegah risiko
kecampurbauran atau kontaminasi serta memudahkan pemeriksaan dan pemeliharaan
b. Semua bahan dan produk disimpan secara rapi dan teratur untuk mencegah risiko
kecampurbauran atau kontaminasi serta memudahkan pemeriksaan dan sekelilingnya
c. Bahan dan produk disimpan dengan kondisi lingkungan yang sesuai. Penyimpanan
yang memerlukan kondisi khusus disediakan.
d. Kondisi penyimpanan obat dan bahan sesuai dengan yang tertera pada penandaan
berdasarkan hasil uji stabilitas.
e. Penyimpanan di luar gedung diperbolehkan untuk bahan yang dikemas dalam wadah
yang kedap (misalnya drum logam) dan mutunya tidak terpengaruh oleh suhu atau
kondisi lain.
f. Kegiatan pergudangan terpisah dari kegiatan lain.
g. Semua penyerahan ke area penyimpanan, termasuk kembalian, didokumentasikan
dengan baik.
h. Tiap bets bahan awal, bahan pengemas, produk antara, produk ruahan dan produk jadi
yang disimpan di area gudang mempunyai kartu stok. Kartu stok tersebut secara berkala
direkonsiliasi dan bila ditemukan perbedaan dicatat dan dijustifikasi bila jumlah yang
disetujui untuk pemakaian berbeda dari jumlah pada saat penerimaan atau pengiriman.
Hal ini didokumentasikan dengan penjelasan tertulis.
❖ Penyimpanan Bahan Awal dan Bahan Pengemas
a. Pemisahan secara fisik atau cara lain yang tervalidasi (misalnya cara elektronis)
disediakan untuk penyimpanan bahan atau produk yang ditolak, kadaluwarsa, ditarik
dari peredaran atau kembalian. Bahan atau produk, dan area penyimpanan tersebut
diberi identitas yang tepat.
b. Semua bahan awal dan bahan pengemas yang diserahkan ke area penyimpanan
diperiksa kebenaran identitas, kondisi wadah dan tanda pelulusan oleh bagian
Pengawasan Mutu.
c. Bila identitas atau kondisi wadah bahan awal atau bahan pengemas diragukan atau tidak
sesuai dengan persyaratan identitas atau kondisinya, wadah tersebut dikirim ke area
karantina. Selanjutnya pihak Pengawasan Mutu menentukan status bahan tersebut.
d. Bahan awal dan bahan pengemas yang ditolak tidak boleh disimpan bersama-sama
dengan bahan yang sudah diluluskan, tapi dalam area khusus yang diperuntukkan bagi
bahan yang ditolak.
e. Bahan cetak disimpan di “area penyimpanan terbatas” (restricted storage area) dan
penyerahan di bawah supervisi yang ketat.
f. Stok tertua bahan awal dan bahan pengemas dan yang mempunyai tanggal kadaluwarsa
paling dekat digunakan terlebih dahulu (prinsip FIFO dan FEFO).
g. Bahan awal dan bahan pengemas di uji ulang terhadap identitas, kekuatan, mutu dan
kemurnian, sesuai kebutuhan, misalnya setelah disimpan lama, atau terpapar ke udara,
panas atau kondisi lain yang mungkin berdampak buruk terhadap mutu.
❖ Penyimpanan Produk Antara, Produk Ruahan dan Produk Jadi
a. Produk antara dan produk ruahan disimpan di bawah kondisi yang tepat.
b. Tiap penerimaan diperiksa untuk memastikan bahwa bahan yang diterima sesuai
dengan dokumen pengiriman.
c. Tiap wadah produk antara, produk ruahan dan produk jadi yang diserahkan ke area
penyimpanan diperiksa kesesuaian identitas dan kondisi wadah.
d. Bila identitas atau kondisi `wadah produk antara, produk ruahan dan produk jadi
diragukan atau tidak sesuai dengan persyaratan identitas atau kondisinya, wadah
tersebut dikirim ke area karantina. Selanjutnya pihak Pengawasan Mutu menentukan
status produk tersebut.
KOMPETENSI KHUSUS 32
“MELAKSANAKAN DISTRIBUSI SESUAI GDP”

CDOB adalah pedoman yang memuat prinsip-prinsip Cara Distribusi Obat Yang Baik
(CDOB) atau Good Distribution Practice (GDP) disebut juga yang berlaku untuk aspek
pengadaan, penyimpanan, dan penyaluran, termasuk pengembalian obat dan/atau bahan obat
dalam rantai distribusi.
Distribusi sesuai GDP (Good Distribution Practice) (CPOB, 2018)
a. Fasilitas distribusi harus menetapkan dan mempertahankan prosedur untuk identifikasi,
pengumpulan, penomoran, pencarian, penyimpanan, pemeliharaan, pemusnahan dan akses
ke semua dokumen yang berlaku.
b. Fasilitas distribusi harus melaksanakan penilaian risiko secara berkesinambungan untuk
menilai risiko yang mungkin terjadi terhadap mutu dan integritas obat dan/atau bahan obat.
c. Penanggung jawab harus seorang Apoteker yang memenuhi kualifikasi dan kompetensi
sesuai peraturan perundang-undangan. Di samping itu, telah memiliki pengetahuan dan
mengikuti pelatihan CDOB yang memuat aspek keamanan, identifikasi obat dan/atau bahan
obat, deteksi dan pencegahan masuknya obat dan/atau bahan obat palsu ke dalam rantai
distribusi.
d. Personil yang terkait dengan distribusi obat dan/atau bahan obat harus memakai pakaian
yang sesuai untuk kegiatan yang dilakukan. Personil yang menangani obat dan/atau bahan
obat berbahaya, termasuk yang mengandung bahan yang sangat aktif (misalnya korosif,
mudah meledak, mudah menyala, mudah terbakar), beracun, dapat menginfeksi atau
sensitisasi, harus dilengkapi dengan pakaian pelindung sesuai dengan persyaratan kesehatan
dan keselamatan kerja (K3).
e. Semua peralatan untuk penyimpanan dan penyaluran obat dan/atau bahan obat harus
didesain, diletakkan dan dipelihara sesuai dengan standar yang ditetapkan. Harus tersedia
program perawatan untuk peralatan vital, seperti termometer, genset, dan chiller yang telah
terkalibrasi.
Menurut CPOB 2018
Kondisi Penyimpanan dan Transportasi

Pemantauan - Industri farmasi hendaklah menginformasikan semua kondisi


Kondisi penyimpanan dan pengangkutan yang sesuai kepada pihak yang
bertanggung jawab atas transportasi obat..
Penyimpanan dan - Catatan pemantauan suhu hendaklah tersedia
Transportasi - Obat hendaklah disimpan dan diangkut dengan memenuhi
prosedur sedemikian hingga kondisi suhu dan kelembaban relatif
yang tepat dipertahankan, misal menggunakan cold chain untuk
produk yang tidak tahan panas.
- Hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk melakukan investigasi
dan penanganan terhadap penyimpangan persyaratan
penyimpanan, misal penyimpangan suhu.
Kendaraan dan - Kendaraan dan perlengkapan yang digunakan untuk
Perlengkapan mengangkut, menyimpan atau menangani obat hendaklah sesuai
dengan penggunaannya dan diperlengkapi dengan tepat untuk
mencegah pemaparan produk terhadap kondisi yang dapat
memengaruhi stabilitas produk dan keutuhan kemasan, serta
mencegah semua jenis kontaminasi.
- Rancangan dan penggunaan kendaraan dan perlengkapan harus
bertujuan untuk meminimalkan risiko kesalahan dan
memungkinkan pembersihan dan/atau pemeliharaan yang efektif
untuk menghindarkan kontaminasi, penumpukan debu atau
kotoran dan/atau efek merugikan terhadap obat yang
didistribusikan.
- Jika memungkinkan, hendaklah digunakan kendaraan dan
perlengkapan tersendiri untuk menangani obat.
- Alat untuk memantau kondisi di dalam kendaraan dan wadah
pengiriman, misal suhu dan kelembaban, hendaklah dikalibrasi.
- Kendaraan dan wadah pengiriman hendaklah mempunyai
kapasitas yang memadai untuk penempatan secara teratur
berbagai kategori obat selama transportasi.
- Hendaklah tersedia tindakan pengamanan untuk mencegah pihak
yang tidak berwenang masuk dan/atau merusak kendaraan
dan/atau perlengkapan, serta mencegah pencurian atau
penggelapan.
Wadah - Seluruh obat hendaklah disimpan dan dikirimkan dalam wadah
Pengiriman dan pengiriman yang tidak mengakibatkan efek merugikan terhadap
Pelabelan mutu produk, dan memberikan perlindungan yang memadai
terhadap pengaruh eksternal, termasuk kontaminasi.
- Label wadah pengiriman tidak perlu mencantumkan deskripsi
lengkap mengenai identitas isinya (untuk menghalangi
pencurian), namun hendaklah tetap mencantumkan informasi
yang memadai mengenai kondisi penanganan dan penyimpanan
serta tindakan yang diperlukan untuk menjamin penanganan
yang tepat.
- Jika pengiriman obat di luar pengendalian sistem manajemen
industri farmasi, hendaklah diberi label yang mencantumkan
nama dan alamat industri farmasi, kondisi transportasi khusus
dan ketentuan lain yang dipersyaratkan termasuk simbol-simbol
keamanan.
- Hendaklah tersedia prosedur tertulis untuk penanganan wadah
pengiriman yang rusak dan/atau pecah. Perhatian khusus
hendaklah diberikan terhadap wadah penyimpanan yang berisi
produk yang mempunyai potensi bahaya.
Pengiriman - Pengiriman dan transportasi obat hendaklah dimulai hanya
setelah menerima pesanan resmi atau rencana penggantian
produk yang resmi dan didokumentasikan.
- Hendaklah dibuat catatan pengiriman obat dan minimal meliputi
informasi berikut:
a. tanggal pengiriman
b. nama dan alamat perusahaan transportasi
c. nama, alamat dan status penerima (misal apotek, rumah
sakit, klinik)
d. deskripsi produk, mencakup nama, bentuk sediaan dan
kekuatan (jika tersedia)
e. jumlah produk, misal jumlah wadah dan jumlah produk per
wadah
f. nomor bets dan tanggal kedaluwarsa
g. kondisi transportasi dan penyimpanan yang ditetapkan
h. nomor unik untuk order pengiriman
- Catatan pengiriman hendaklah berisi informasi yang cukup untuk
menjamin ketertelusuran dan mempermudah penarikan obat jika
diperlukan.
- Cara transportasi, termasuk kendaraan yang digunakan,
hendaklah dipilih dengan hati-hati, dengan mempertimbangkan
semua kondisi, termasuk iklim dan variasi cuaca.
- Hendaklah dilakukan validasi pengiriman untuk membuktikan
bahwa seluruh kondisi penyimpanan terpenuhi pada seluruh
rantai distribusi.
- Obat tidak boleh dipasok setelah tanggal kedaluwarsa, atau
mendekati tanggal kedaluwarsa.
- Transportasi dan produk transit, apabila gudang industri farmasi
bertindak juga sebagai pusat pengiriman kepada pelanggan,
maka industri farmasi hendaklah juga memenuhi ketentuan
CDOB.

Prosedur Distribusi
a. Produk antara dan BAO diluluskan untuk distribusi kepada pihak ketiga hanya setelah
bahan tersebut diluluskan oleh unit mutu. Produk antara dan BAO dalam kondisi
karantina dapat dipindahkan ke unit lain di bawah pengawasan perusahaan bila
diotorisasi oleh unit mutu dan jika pengawasan dan dokumentasi yang sesuai tersedia.
b. Produk antara dan BAO diangkut sedemikian rupa sehingga tidak member dampak
buruk terhadap mutu bahan tersebut.
c. Kondisi khusus transportasi atau penyimpanan untuk produk antara dan BAO
dinyatakan pada label.
d. Untuk transportasi produk antara dan BAO, pabrik pembuat memastikan bahwa
penerima kontrak pengangkutan (kontraktor) memahami dan mematuhi kondisi
transportasi dan penyimpanan yang sesuai.
e. Tersedia suatu sistem di mana distribusi tiap bets produk antara dan/atau BAO dapat
segera ditetapkan untuk memungkinkan penarikan
Ketertelusuran BAO dan Produk Antara yang Didistribusikan
Para agen, perantara, pedagang, distributor, perusahaan pengemas ulang dan
perusahaan pela belulang memastikan ketertelusuran yang lengkap dari BAO dan produk
antara yang didistribusikan. Dokumen yang disimpan dan tersedia mencakup :
a) Identitas pabrik orisinal;
b) Alamat pabrik orisinal;
c) Surat pesanan;
d) Surat pemuatan barang atau bills of lading (dokumentasi transportasi);
e) Dokumen penerimaan;
f) Nama atau tujuan pengiriman BAO atau produk antara;
g) Nama pabrik pembuat dan nomor bets BAO atau produk antara;
h) Catatan transportasi dan distribusi;
i) Semua sertifikat analisis yang otentik, termasuk yang diterbitkan pabrik orisinal
j) Tanggal uji ulang atau tanggal kadaluwarsa.
KOMPETENSI 33
“MENGENAL PROFIL INDUSTRI FARMASI TEMPAT BER-PKPA”

Lafi Puskesad adalah Badan Pelaksana Pusat Kesehatan Angkatan Darat yang
berkedudukan langsung di bawah Direktur Kesehatan Angkatan Darat. Tugas pokok Lafi
Puskesad adalah membantu Puskesad dalam menyelenggarakan pembinaan dan
melaksanakan produksi, penelitian, serta pengembangan obat dalam rangka mendukung tugas
pokok Puskesad. Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, Lafi Puskesad
menyelenggarakan tugas sebagai berikut :
1. Dalam melaksanakan fungsi utama yaitu :
a. Produksi, meliputi segala usaha, pekerjaan, dan kegiatan di bidang produksi obat.
b. Pengawasan mutu, meliputi segala usaha, pekerjaan, dan kegiatan pemeriksaan fisika,
kimia, dan mikrobiologi terhadap bahan baku, bahan pendukung produksi, serta
pengawasan selama proses produk antara, produk ruahan, dan produk jadi
c. Penelitian dan pengembangan, meliputi segala usaha, pekerjaan, dan kegiatan di
bidang penelitian dan pengembangan produk, sistem metode, dan personel dalam
rangka penyelenggaraan produksi obat.
d. Pemeliharaan, meliputi segala usaha, pekerjaan, dan kegiatan dibidang pemeliharaan
dan perbaikan peralatan produksi, serta pengawasan mutu dan sistem penunjang.
e. Penyimpanan, meliputi segala usaha, pekerjaan, dan kegiatan di bidangpenerimaan,
penyimpanan, serta pengeluaran bahan baku, bahan pendukung produksi, peralatan,
dan obat jadi.
2. Dalam melaksanakan fungsi organik yaitu : Fungsi organik militer Meliputi segala usaha,
pekerjaan, dan kegiatan dibidang intelijen, operasi, personil, logistik, teritorial,
perencanaan dan pengawasan serta pemeriksaan dalam rangka mendukung tugas pokok
Lafi Puskesad.

Anda mungkin juga menyukai