Anda di halaman 1dari 92

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

PT. Prima Medika Laboratories


Periode : November 2018

Disusun oleh :

Evi Susanti (17340200)


Kiki Yulianti (17340209)
Siti Khodijah (17340206)
Nurul Atikoh (17340213)
Rizky Karaboy (17340193)
Muhammad Sofyan Shaleh (17340194)
Yusta Viktoria Wontong (17340216)

APOTEKER ANGKATAN XXXV


PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2018
1 LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER


PT. Prima Medika Laboratories
Periode : 1 Sampai 30 November 2018

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Apoteker Pada
Program Pendidikan Profesi Apoteker Fakultas Farmasi
Institut Sains Dan Teknologi Nasional

Disusun Oleh :

Evi Susanti (17340200)


Kiki Yulianti (17340209)
Siti Khodijah (17340206)
Nurul Atikoh (17340213)
Rizky Karaboy (17340193)
Muhammad Sofyan Shaleh (17340194)
Yusta Viktoria Wontong (17340216)

Drs. Kosasih, M. Sc., Apt Stephanie Tendean, S. Farm., Apt


Pembimbing ISTN Preseptor PT. Prima Medika Laboratories

i
2 BAB I

3 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial


kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan.
Berdasarkan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara social dan
ekonomis. Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana,
tenaga, perbekalan kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta
fasilitas pelayanan kesehatan dan teknologi yang dimanfaatkan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, dan atau masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 tentang
pekerjaan kefarmasian, salah satu sarana yang digunakan sebagai tempat bagi
apoteker untuk melakukan pekerjaan kefarmasian adalah fasilitas produksi
sediaan farmasi yang dapat berupa industri farmasi obat, industri bahan baku
obat, industri obat tradisional dan pabrik kosmetik.
Industri farmasi dituntut untuk menghasilkan produk obat yang aman,
efektif dan bermutu sehingga dalam pembuatannya harus memperhatikan
semua aspek yang tercantum dalam peraturan perundang - undangan tentang
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang dikeluarkan oleh BPOM
(Badan Pengawasan Obat dan Makanan)
Salah satu aspek dalam CPOB adalah personalia, yang salah satunya
adalah Apoteker. Seorang Apoteker dalam industri farmasi memiliki peranan
sebagai kepala bagian produksi, kepala bagian pengawasan mutu dan kepala
bagian pemastian mutu ilmu dan keterampilan yang dimiliki Apoteker harus
dibaktikan secara menyeluruh dalam pekrjaannya profesinya disuatu industri
farmasi. Penerapan ilmu dan keterampilan apoteker secara total akan

1
meningkatkan kualitas produk obat yang dihasilkan oleh industri farmasi
semakin baik dari waktu kewaktu
Seorang Apoteker di tuntut untuk mempunyai wawasan, pengetahuan
yang luas dan pengalaman praktis yang memadai serta kemampuan dalam
memimpin agar dapat mengatasi permasalahan - permasalahan yang ada di
industri farmasi. Untuk memenuhi tuntutan tersebut seorang apoteker harus
mempunyai keahlian dalam menerapkan CPOB, tidak cukup hanya dengan
berdasarkan pengetahuan teoritis semata. Pengetahuan secara teoritis
memberikan gambaran ideal cara produksi obat di industri farmasi,
sedangkan praktek kerja langsung akan memberikan gambaran yang terjadi.
Dalam kombinasi dua pengetahuan ini, maka seorang Apoteker diharapkan
mempunyai wawasan tentang berbagai kendala yang dihadapi dalam proses
produksi obat dan bagaimana cara menyelesaikan sesuai CPOB.

Melalui Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) Falkutas Farmasi


Institut Sains dan Teknologi Nasional bidang industri di PT. Prima Medika
Laboratories diharapkaan calon Apoteker dapat memeroleh pengalaman
terutama dalam hal penerapan CPOB di Industri Farmasi.

I.2 TUJUAN

Tujuan dari Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang


diselenggarakan oleh Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional
yang bekerjasama dengan PT. Prima Medika Laboratories adalah
A. Tujuan umum :
1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman calon apoteker tentang
peran, fungsi, posisi dan tanggung jawab apoteker dalam industri
farmasi.
2. Memberi kesempatan untuk mempelajari prinsip, CPOB penerapannya
dalam industri farmasi.
3. Memberikan gambaran nyata dunia kerja dan permasalahan pekerjaan
kefarmasian di industri farmasi.

2
B. Tujuan khusus :
1. Mengetahui penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) di PT.
Prima Medika Laboratories
2. Mengetahui peran dan tanggung jawab Apoteker di industri farmasi
terutama sebagai penanggung jawab produksi, pemastian mutu dan
pengawasan mutu.
3. Mengetahui gambaran umum kegiatan yang berlangsung di PT. Prima
Medika Laboratories.

3
BAB II

TINJAUAN UMUM

2.1 Industri Farmasi

2.1.1 Pengertian Industri Farmasi


Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari
Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau
bahan obat. Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam
menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan
pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu dan pemastian
mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan. Fungsi industri
farmasi yaitu pembuatan obat dan/atau bahan obat, pendidikan dan
pelatihan, penelitian dan pengembangan.

Industri Farmasi yang melakukan kegiatan proses pembuatan


obat dan/atau bahan obat untuk sebagian tahapan harus berdasarkan
penelitian dan pengembangan yang menyangkut produk sebagai hasil
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.1.2 Izin Industri Farmasi


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1799 MENKES/PER/XII/2010 tentang industri farmasi, setiap
pendirian Industri Farmasi wajib memperoleh izin industri farmasi dari
Direktur Jendral. Industri farmasi yang membuat obat dan/atau bahan
obat yang termasuk dalam golongan narkotika wajib memperoleh izin
khusus untuk memproduksi narkotika sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Dalam hal permohonan persetujuan
prinsip dilakukan oleh industri Penanaman Modal Asing (PMA) atau
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), pemohon harus
memperoleh Surat Persetujuan Penanaman Modal dari instansi yang
menyelenggarakan urusan penanaman modal sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Persetujuan prinsip diberikan oleh Direktur
Jenderal setelah pemohon memperoleh persetujuan Rencana Induk

4
Pembangunan (RIP) dari Kepala Badan. Dalam hal permohonan
persetujuan prinsip telah diberikan, pemohon dapat langsung
melakukan persiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan, dan
instalasi peralatan, termasuk produksi percobaan dengan
memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan, Persetujuan
prinsip berlaku selama 3 (tiga) tahun.
2.1.3 Permohonan Izin Industri Farmasi
Surat permohonan izin industri farmasi harus ditandatangani oleh
direktur utama dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu dengan
kelengkapan sebagai berikut :

a. Fotokopi persetujuan prinsip industri farmasi


b. Surat persetujuan penanaman modal untuk Industri Farmasi dalam
rangka penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeri
c. Daftar peralatan dan mesin-mesin yang digunakan
d. Jumlah tenaga kerja dan kualifikasinya
e. Fotokopi sertifikat upaya pengelolaan lingkungan dan upaya
pemantauan lingkungan/ analisis mengenai dampak lingkungan
f. Rekomendasi kelengkapan administratif izin industri farmasi dari
kepala dinas kesehatan provinsi
g. Rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB dari Kepala Badan
h. Daftar pustaka wajib seperti Farmakope Indonesia edisi terakhir
i. Asli surat pernyataan kesediaan bekerja penuh dari masing-
masingapoteker penanggung jawab produksi, apoteker penanggung
jawabpengawasan mutu, dan apoteker penanggung jawab pemastian
mutu
j. Fotokopi surat pengangkatan bagi masing-masing apoteker
penanggung jawab produksi, apoteker penanggung jawab
pengawasan mutu, dan apoteker penanggung jawab pemastian mutu
dari pimpinan perusahaan
k. Fotokopi ijazah dan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) dari
masing-masing apoteker penanggung jawab produksi, apoteker

5
penanggung jawab pengawasan mutu dan apoteker penanggung
jawab pemastian mutu
l. Surat pernyataan komisaris dan direksi tidak pernah terlibat, baik
langsungatau tidak langsung dalam pelanggaran perundang-
undangan di bidangkefarmasian.
Permohonan izin industri farmasi diajukan kepada Direktur
Jenderal dengan tembusan kepada Kepala Badan dan kepala dinas
kesehatan provinsi setempat
1. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya
tembusan permohonan. Kepala Badan melakukan audit pemenuhan
persyaratan CPOB.
2. Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya
tembusan permohonan. Kepala dinas kesehatan provinsi melakukan
verifikasi kelengkapan persyaratan administratif.
3. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan
memenuhi persyaratan CPOB, Kepala Badan mengeluarkan
rekomendasi pemenuhanpersyaratan CPOB kepada Direktur Jenderal
dengan tembusan kepada kepala dinas kesehatan provinsi
4. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan
memenuhi kelengkapan persyaratan administratif, kepala dinas
kesehatan provinsi mengeluarkan rekomendasi pemenuhan
persyaratan administratif kepada Direktur Jenderal dengan tembusan
kepada Kepala Badan
5. Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima
rekomendasi serta persyaratan lainnya. Direktur Jenderal
menerbitkan izin industri farmasi.
2.1.4 Pelaporan
Industri Farmasi wajib menyampaikan laporan industri secara
berkala mengenai kegiatan usahanya:
1. Sekali dalam 6 (enam) bulan, meliputi jumlah dan nilai produksi
setiap obat atau bahan obat yang dihasilkan.
2. Sekali dalam 1 (satu) tahun.

6
2.1.5 Pencabutan Izin Usaha Industri Farmasi
Jika terjadi hal seperti di bawah ini maka izin usaha industri
farmasi dapat dicabut.
1. Tidak menyampaikan informasi industri secara berturut-turut tiga
kali atau dengan sengaja menyampaikan informasi yang tidak benar.
2. Tidak memenuhi ketentuan dalam izin usaha industri farmasi.
3. Melakukan pemindahan lokasi usaha industri tanpa persetujuan
tertulis terlebih dahulu.
4. Dengan sengaja memproduksi obat jadi atau bahan baku obat yang
tidak memenuhi persyaratan dan ketentuan yang berlaku.
5. Melakukan pemindah - tanganan hak milik izin usaha industri
farmasi dan perluasan tanpa memiliki izin.

2.2 Cara Pembuatan Obat Yang Baik


CPOB merupakan pedoman yang digunakan dalam pembuatan obat
atau bahan obat, bertujuan menjamin obat dibuat secara konsisten, memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dan sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB
mencakup seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu.
Dalam pembuatan obat tidak cukup bila obat hanya sekedar lulus dari
serangkaian pengujian, tetapi yang sangat penting adalah bahwa mutu harus
dibentuk ke dalam produk tersebut. Mutu obat tergantung dari bahan awal,
proses pembuatan dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan yang dipakai
dan personalia yang terlibat dalam pembuatan obat. Semua obat hendaknya
dibuat dalam kondisi yang dikendalikan dan dipantau dengan cermat.
Sejarah perkembangan CPOB di Indonesia diawali Penerapan CPOB
pertama kali tahun 1988. Berdasarkan keputusan Kepala Badan POM sesuai
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang farmasi, maka
Tim Revisi CPOB menyusun Pedoman CPOB edisi tahun 2001 yang
merupakan revisi dari edisi 1988, kemudian disusun Pedoman CPOB edisi
tahun 2006. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
dibidang pembuatan obat dan bahan baku CPOB 2006 sudah tidak sesuai,
sehingga Badan POM menerbitkan CPOB Edisi tahun 2012 yang masih
digunakan hingga sekarang.

7
Pada pembuatan obat, pengendalian menyeluruh adalah sangat esensial
untuk menjamin bahwa konsumen menerima obat yang bermutu
tinggi.Pembuatan secara sembarangan tidak dibenarkan bagi produk yang
digunakan untuk menyelamatkan jiwa dan memulihkan atau memelihara
kesehatan.Sertifikat CPOB merupakan bukti bahwa industri farmasi telah
memenuhi persyaratan CPOB dalam memproduksi suatu sediaan farmasi,
dimana sertifikat ini diterbitkan oleh Kepala BPOM yang berlaku selama 5
tahun selama yang bersangkutan masih berproduksi dan memenuhi
persyaratan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia Nomor Hk.04.1.33.12.11.09937 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Sertifikasi Cara Pembuatan Obat yang Baik, Industri Farmasi yang membuat
Obat wajib memenuhi persyaratan pada Pedoman CPOB yang berlaku.
Industri Farmasi yang membuat Bahan Baku Aktif Obat wajib memenuhi
persyaratan pada Pedoman Cara Pembuatan Bahan Baku Aktif Obat yang
Baik (CPBBAOB) yang berlaku.Pemenuhan persyaratan CPOB dan/atau
CPBBAOB dibuktikan dengan sertifikat. Tata cara memperoleh Sertifikat
Industri Farmasi adalah sebagai berikut(5):

1. Sertifikat CPOB/ CPBBAOB diterbitkan berdasarkan permohonan


tertulis kepada Kepala Badan.
2. Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
dengan menggunakan contoh Formulir 3.
3. Terhadap permohonan Sertifikasi CPOB dikenakan biaya sesuai
ketentuan Peraturan Pemerintah tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Badan
Pengawas Obat dan Makanan.
4. Dalam rangka Sertifikasi baru, Pemohon menyampaikan permohonan
persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP) kepada Kepala Badan.
5. Dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya
permohonan dilakukan evaluasi kesesuaian RIP dengan persyaratan
CPOB.

8
6. Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud nomor (5), Kepala
Badan menerbitkan :
a. persetujuan RIP, apabila dinyatakan memenuhi syarat; atau
b. surat permintaan perbaikan RIP, apabila dinyatakan belum memenuhi
syarat.
7. Kepala Badan melimpahkan wewenang pemberian persetujuan RIP
kepada Direktur.
8. Pemohon melaporkan kemajuan pembangunan secara periodik setiap 3
(tiga) bulan kepada Direktur dengan menggunakan contoh Formulir 4.
9. Setelah pembangunan selesai dan dilakukan kualifikasi, pemohon
mengajukan permohonan Sertifikasi dengan menggunakan contoh
Formulir 5.
10 Paling lama dalam waktu 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya
permohonan Kepala Badan melakukan Inspeksi.
11 Berdasarkan hasil Inspeksi Kepala Badan menyampaikan evaluasi
pemenuhan persyaratan CPOB kepada Pemohon.
12 Paling lama dalam waktu 10 (sepuluh) hari kerja sejak dinyatakan
memenuhi persyaratan CPOB berdasarkan evaluasi hasil inspeksi Kepala
Badan menerbitkan :
a. rekomendasi pemenuhan persyaratan CPOB sebagai kelengkapan
dalam rangka permohonan izin industri farmasi; atau
b. Sertifikat CPOB
13 Khusus dalam rangka permohonan izin industri farmasi, Sertifikat CPOB
akan diterbitkan setelah Industri Farmasi memperoleh izin industri
farmasi.
Sertifikat berlaku untuk 5 (lima) tahun selama yang bersangkutan masih
berproduksi dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Persyaratan dasar dari CPOB adalah :
1) Semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara
sistematis berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten

9
menghasilkan obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi
yang telah ditetapkan.
2) Tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan
sarana penunjang serta perubahannya yang signifikan divalidasi.
3) Tersedia semua sarana yang diperlukan dalam CPOB termasuk :
a. Personil yang terkualifikasi dan terlatih
b. Bangunan dan sarana dengan luas yang memadai
c. Peralatan dan sarana penunjang yang sesua
d. Bahan, wadah dan label yang benar
e. Prosedur dan instruksi yang disetujui dan
f. Tempat penyimpanan dan transportasi yang memadai.
4) Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang
jelas, tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana
yang tersedia.
5) Operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara
benar.
6) Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama
pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang
dipersyaratkan dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan benar-benar
dilaksanakan dan jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai
dengan yang diharapkan. Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan
diinvestigasi.
7) Catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran
riwayat bets secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam
bentuk yang mudah diakses.
8) Penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil risiko terhadap
mutu obat.
9) Tersedia sistem penarikan kembali bets obat manapun dari peredaran;
dan
10) Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu
diinvestigasi serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan
pencegahan pengulangan kembali keluhan.

10
2.2.1 Manajemen Mutu
Industri farmasi harus membuat obat sedemikian rupa agar
sesuai dengan tujuan penggunaannya, memenuhi persyaratan yang
tercantum dalam dokumen izin edar (registrasi) dan tidak
menimbulkan risiko yang membahayakan penggunanya karena tidak
aman, mutu rendah atau tidak efektif.

Pengawasan Mutu bagian dari CPOB yang berhubungan dengan


pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan
organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang memastikan
bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan telah dilakukan dan
bahwa bahan yang belum diluluskan tidak digunakan serta produk
yang belum diluluskan tidak dijual atau dipasok sebelum mutunya
dinilai dan dinyatakan memenuhi syarat. Manajemen mutu
bertanggung jawab untuk mencapai tujuan ini melalui suatu kebijakan
mutu, yang memerlukan partisipasi dan komitmen dari jajaran di
semua departemen di dalam perusahaan, para pemasok, dan para
distributor. Untuk mencapai tujuan mutu secara konsisten dan dapat
diandalkan, diperlukan sistem pemastian mutu yang didesain secara
menyeluruh dan diterapkan secara benar.

Unsur dasar manajemen mutu adalah suatu infrastruktur atau


sistem mutu yang tepat mencakup struktur organisasi, prosedur, proses
dan sumber daya serta tindakan sistematis yang diperlukan untuk
mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi
sehingga produk yang dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut
Pemastian Mutu.

Pengawasan Mutu secara menyeluruh juga mempunyai tugas


lain, yaitu : menetapkan, memvalidasi dan menerapkan semua
prosedur pengawasan mutu, mengevaluasi, mengawasi, dan
menyimpan baku pembanding, memastikan kebenaran label wadah
bahan dan produk, memastikan bahwa stabilitas dari zat aktif dan

11
produk jadi dipantau, mengambil bagian dalam investigasi keluhan
yang terkait dengan mutu produk, dan ikut mengambil bagian dalam
pemantauan lingkungan. Personil Pengawasan Mutu hendaklah
memiliki akses ke area produksi untuk melakukan pengambilan
sampel dan investigasi bila diperlukan, sehingga perlu dilakukan
dokumentasi atau dicatat prosedur yag dijalankan dan disimpan
dengan baik.(3)

2.2.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan
penerapan sistem pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan
obat yang benar. Jumlah karyawan untuk semua tingkatan
hendaknya cukup, serta memiliki pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan sesuai dengan tugasnya. Mereka hendaknya juga
memiliki kesehatan mental dan fisik yang baik sehingga mampu
melaksanakan tugasnya secara profesional dan sebagaimana
mestinya serta mempunyai kesadaran tinggi untuk mewujudkan
tujuan CPOB. Oleh sebab itu, industri farmasi hendaknya
menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang
memadai untuk melaksanakan semua tugas.

Struktur organisasi perusahaan sedemikian rupa sehingga bagian


produksi, pemastian mutu, pengawasan mutu dan manajemen mutu
(pemastian mutu) dipimpin oleh orang yang berbeda, yang tidak
saling bertanggung jawab satu terhadap yang lain. Masing-masing
diberi wewenang penuh dan sarana yang memadai yang diperlukan
untuk dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Personil tersebut
tidak mempunyai kepentingan lain di luar organisasi yang dapat
menghambat atau membatasi kewajibannya dalam melaksanakan
tanggung jawab atau yang dapat menimbulkan konflik kepentingan
pribadi atau finansial.(3)

12
Kepala bagian produksi, pengawasan mutu, dan kepala bagian
pemastian mutu harus seorang apoteker yang terkualifikasi,
memperoleh pelatihan yang sesuai, dan memiliki pengalaman praktis
yang memadai di bidang industri farmasi dan keterampilan dalam
kepemimpinan sehingga memungkinkan melaksanakan tugas secara
profesional. Kepala bagian produksi memiliki wewenang serta
tanggung jawab penuh untuk mengelola produksi obat, antara lain :
a. Memastikan bahwa obat di produksi dan di simpan sesuai
prosedur agar memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan;
b. Memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan
produksi dan memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara
tepat;
c. Memastikan bahwa catatan produksi telah di evaluasi dan
ditandatangani oleh kepala bagian produksi sebelum diserahkan
kepada kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu);
d. Memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di
bagian produksi;
e. Memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan;
f. Memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi
personil di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai
kebutuhan
Kepala bagian pengawasan mutu memiliki wewenang untuk
meluluskan bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi
bila produk tersebut sesuai dengan spesifikasinya, atau menolaknya
bila tidak cocok dengan spesifikasinya, atau bila tidak dibuat sesuai
dengan prosedur yang disetujui dan kondisi yang ditentukan.

Industri farmasi memberikan pelatihan bagi seluruh personil


yang karena tugasnya harus berada di dalam area produksi, gudang
penyimpanan atau laboratorium (termasuk personil teknik,
perawatan dan petugas kebersihan), dan bagi personil lain yang
kegiatannya dapat berdampak pada mutu produk. Disamping
pelatihan dasar mengenai CPOB, personil baru mendapat pelatihan

13
sesuai dengan tugas yang diberikan. Pelatihan berkesinambungan
juga diberikan dan efektivitas penerapannya dinilai secara berkala
tersedia program pelatihan yang disetujui kepala bagian masing-
masing.(3)

2.2.3 Bangunan dan Fasilitas


Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki
desain, konstruksi dan letak yang memadai serta disesuaikan
kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan
operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat
sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan,
pencemaran silang dan kesalahan lain serta memudahkan
pembersihan, sanitasi dan perawatan yang efektif untuk
menghindarkan pencemaran silang, penumpukan debu atau
kotorandan dampak lain yang dapat menurunkan mutu obat. Letak
bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk menghindarkan
pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti pencemaran dari
udara, tanah dan air serta dari kegiatan industri lain yang berdekatan.
Apabila letak bangunan tidak sesuai, hendaklah diambil tindakan
pencegahan yang efektif terhadap pencemaran tersebut.
Bangunan dan fasilitas hendaklah didesain, dikonstruksi,
dilengkapi dan dirawat sedemikian agar memperoleh perlindungan
maksimal terhadap pengaruh cuaca, banjir, rembesan dari tanah serta
masuk dan bersarang serangga, burung, binatang pengerat, kutu atau
hewan lain. Hendaklah tersedia prosedur untuk pengendalian
binatang pengerat dan hama. Bangunan dan fasilitas hendaklah
dirawat dengan cermat, dibersihkan dan bila perlu, didisinfeksi
sesuai prosedur tertulis rinci. Catatan pembersihan dan disinfeksi
hendaklah disimpan. Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area
produksi, laboratorium, area penyimpanan, koridor dan lingkungan
sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam kondisi bersih dan
rapi.

14
Kondisi bangunan hendaklah ditinjau secara teratur dan
diperbaiki di mana perlu. Perbaikan serta perawatan bangunan dan
fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati agar kegiatan tersebut tidak
memengaruhi mutu obat. Tenaga listrik, lampu penerangan, suhu,
kelembaban dan ventilasi hendaklah tepat agar tidak mengakibatkan
dampak yang merugikan baik secara langsung maupun tidak
langsung terhadap produk selama proses pembuatan dan
penyimpanan, atau terhadap ketepatan/ketelitian fungsi dari
peralatan.
Desain dan tata letak ruang hendaklah memastikan :
 Kompatibilitas dengan kegiatan produksi lain yang mungkin
dilakukan di dalam sarana yang sama atau sarana yang
berdampingan.
 Pencegahan area produksi dimanfaatkan sebagai jalur lalu lintas
umum bagi personil dan bahan atau produk, atau sebagai tempat
penyimpanan bahan atau produk selain yang sedang diproses.
Tindakan pencegahan hendaklah diambil untuk mencegah
personil yang tidak berkepentingan masuk. Area produksi, area
penyimpanan dan area pengawasan mutu tidak boleh digunakan
sebagai jalur lalu lintas bagi personil yang tidak bekerja di area
tersebut. Kegiatan di bawah ini hendaklah dilakukan di area yang
ditentukan :
a. Penerimaan bahan
b. Karantina barang masuk
c. Penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas
d. Penimbangan dan penyerahan bahan atau produk
e. Pengolahan
f. Pencucian peralatan
g. Penyimpanan peralatan
h. Penyimpanan produk ruahan
i. Pengemasan
j. Karantina produk jadi sebelum memperoleh pelulusan akhir

15
k. Pengiriman produk
l. Laboratorium pengawasan mutu.
Tingkat kebersihan ruang/area untuk pembuatan obat
hendaklah diklasifikasikan sesuai dengan jumlah maksimum
partikulat udara yang diperbolehkan untuk tiap kelas kebersihan
sesuai tabel dibawah ini :

Tabel 1. Jumlah Maksimum Partikulat Udara Tiap Kelas Kebersihan

Ukuran Non Operasional Operasional


Partikel
Kelas Jumlah maksimum partikel/m2 yang diperbolehkan
< 0,5 μm < 0,5 μm < 0,5 μm < 0,5 μm
A 3520 20 3520 20
B 3520 29 352000 2900

C 352000 2900 3520000 29000


D 3520000 29000 Tidak Tidak
Ditetapkan Ditetapkan
E 3520000 29000 Tidak Tidak
Ditetapka Ditetapkan

Catatan :
 Kelas A, B, C dan D adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan
produk steril.
 Kelas E adalah kelas kebersihan ruang untuk pembuatan produk nonsteril

16
Tabel 2. Menurut POPP CPOB, Rekomendasi Sistem Tata Udara Untuk
Tiap Kelas Kebersihan Adalah Sebagai Berikut(3):

Ventilasi
Bagian dari
Kelas Bangunan Suhu Kelembab Efisiensi Pertukara
Kebersihan Sesuai (°C) an Nisbi Saringan Udara/Ja Keterangan
Kelompok (%) Udara m
Kegiatan Akhir
dan Tingkat
Kebersihan
Pengolahan
dan pengisian
aseptis
A Di bawah III4 LAF dan
aliran udara 16 – 25 45 – 55 (99,995%) kecepatan
Pengisian
laminer udara 0,36-
salep mata,
0,54 m/det
bubuk
suspensi steril

Aliran Lingkungan
udara latar belakang
B Ruang steril 16 - 25 45 - 55 III4 turbulen zona kelas A
(99,995%) dengan dan
pertukaran pengolahan &
udara min. pengisian
20x aseptis

Pembuatan
larutan bila
C Ruang steril 6-25 45-55 III3 (99,95) Min. 20 x ada resiko
Pengisian
produk non-
aseptis

F8 (75%)
atau 90%
D Bersih 20-27 40-60 Min. 20 Pembuatan
obat steril
H13
dengan
(99,95%)
sterilisasi akhir
bila
sirkulasi di
make up air
10-12%
fress air)

17
F8 (75%) Ruang
atau 90% pengelolahan
ASHRAE dan
52-76 bila pengemasan
E Umum 20-27 Maks. 70% single pass 6-20 x primer obat
100% fresh non steril,
air pembuatan
H13 salep kecuali
(99,95%) salep mata
bila
resirkulasi
ditambah
make up air
10-12%
fress

F8 (75%)
atau 90%
ASHRAE
52-76 bila
single pass
)100%
F Umum 20-27 Maks. 40% fresh air) 6 – 20 x Pengelolaan
H13 bahan
(99,95%) higroskopis
bila
resirkulasi
ditambah
make up air
10-12%
fress

Keterangan :
 (*) untuk produk tertentu, kelembaban ruangan dapat
memengaruhi material flow padawaktu pengisian bubuk steril
sehingga memerlukan kelembaban nisbi < 40% ;
 (**) untuk lingkungan kerja pengemasan sekunder disarankan
untuk tidak berhubungan langsung dengan lingkungan luar.
 (***) suhu kamar ≤ 30
 TD = Tidak Diklasifikasikan ; TP = Tidak Perlu

18
Tabel 3. Rekomendasi Jumlah Partikel di Lingkungan Produksi Non-
Steril.

Kelas Non Keterangan


Operasional
Jumlah maksimum partikel/m2 yang diperbolehkan untuk kelas
setaraatau lebih tinggi dari
0,5 μm 5μm
Jumlah mikroba ditetapkan oleh
E 3.520.000 29.000 masing-masing industri farmasi,
missal : ruang pengolahan dan
pengemasan primer.
Ruang pengemasan sekunder yang
F Tidak Tidak tidak berhubungan langsung dengan
ditetapkan ditetapkan area luar, untuk memasuki ruang ini
disarankan melewati suatu ruang
penyangga atau ruang lain
G Tidak Tidak
ditetapkan ditetapkan Ruang penyimpanan (gudang)

2.2.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pembuatan harus terbuat dari
bahan inert yang digunakan untuk bagian peralatan yang bersentuhan
dengan bahan awal, produk antara atau produk ruahan antara lain
adalah :

Tabel 2.1 Bahan yang digunakan untuk peralatan

a. Baja tahan karat AISI 304  Peralatan atau bagian peralatan yang
(American Iron and Steel Institute tidak bersentuhan langsung dengan
304) yang mengandung antara lain bahan atau produk.
krom 18 - 20 % dan nikel 8 - 12 %.  Produk kering atau serbuk yang tidakn
bereaksi dengan logam / baja tahan
karat.

19
b. Baja tahan karat AISI 316 atau 316  Pengolahan dan pengisian produk steril
L (L= low carbon) mengandung dan nonsteril.
antara lain krom 16 – 18 %, nikel  Sistem pemipaan untuk air murni dan
10 – 14 % dan molibden 2– 3 air untuk Injeksi.
%dengan atau tanpa elektropolis
c. Gelas (juga untuk pelapis) Pengolahan bahan awal yang bereaksi

terhadap baja tahan karat

d. Lain-lain, misalnya : Pengolahan bahan awal yang bereaksi


politetrafluoroetilen (PTFE);
dengan bahan di butir (a), (b), (c)
polypropylene (PP); tersebut

polyvinylidenedifluoride (PVDF); dan di atas, tetapi tidak bereaksi dengan


PTFE, PP, PVDF dan perfluoroalkoxy
perfluoroalkoxy.

e. uPVC (unplasticized Untuk peralatan pengolahan air yang


polyvinylchloride) belum dimurnikan misal : tabung
penukar kation anion dan pelunak air.

f. Bahan inert lain :  pengolahan dan pengisian produk steril


- silicon, dan nonsteril.
 Sistem pemipaan untuk air murni dan
- chrome alloy
air untuk Injeksi.
Catatan :

Jangan menggunakan komponen peralatan yang terbuat dari asbes.

Peralatan yang digunakan untuk pembuatan harus memiliki desain


dan konstruksi yang tepat, ukuran yang memadai, serta ditempatkan dan
dikualifikasi dengan tepat agar mutu obat yang dihasilkan dapat terjamin,
seragam dari bets ke bets, dan memudahkan pembersihan serta perawatan
agar dapat mencegah kontaminasi silang, penumpukan debu dan kotoran
dan, hal-hal yang umumnya berdampak buruk pada mutu produk.(3)

20
Desain dan konstruksi peralatan hendaklah memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
1. Peralatan hendaklah didesain, ditempatkan dan di rawat sesuai dengan
tujuannya.
2. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk
antara atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi atau
absorbsi yang dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemungkinan
di luar batas yang ditentukan.
3. Bahan yang diperlukan untuk operasional alat khusus, misalnya
pelumas atau pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang
sedang diolah sehingga tidak mempengaruhi identitas, mutu atau
kemurnian bahan awal, produk antara ataupun produk jadi.
4. Peralatan tidak boleh merusak produk akibat katub bocor, tetesan
pelumas dan hal sejenis atau karena perbaikan, perawatan, modifikasi
dan adaptasi yang tidak tepat.
5. Peralatan hendaknya didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan.
Peralatan tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang
rinci serta disimpan dalam keadaan bersih dan kering.
6. Peralatan pencucian dan pembersihan hendaklah dipilih dan digunakan
agar tidak menjadi sumber pencemaran nantinya.
7. Peralatan yang digunakan hendaklah tidak berakibat buruk pada
produk. Bagian alat yang bersentuhan dengan produk tidak boleh
bersifat reaktif, adiktif atau absorbtif yang dapat mempengaruhi mutu
dan berakibat buruk pada produk.
8. Semua peralatan khusus untuk pengelolaan bahan mudah terbakar atau
bahan kimia atau yang ditempatkan di area dimana digunakan bahan
mudah terbakar, hendaklah dilengkapi dengan perlengkapan elektris
yang kedap eksplosi serta di bumikan dengan benar.
9. Tersedia alat timbang dan alat ukur dengan rentang dan ketelitian yang
tepat untuk proses produksi dan pengawasan. Peralatan yang digunakan
untuk menimbang, mengukur, memeriksa dan mencatat diperiksa
ketepatannya dan dikalibrasi sesuai program dan prosedur yang

21
ditetapkan. Hasil pemeriksaan dan kalibrasi hendaklah dicatatat dan
disimpan dengan baik.
10. Peralatan untuk mengukur, menimbang, mencatat, dan mengendalikan
dikalibrasi dan diperiksa pada interval waktu tertentu dengan metode
11. yang ditetapkan. Catatan yang memadai dari pengujian tersebut
hendaklah disimpan.
12. Filter cairan yang digunakan untuk proses produksi tidak melepaskan
serat ke dalam produk. Filter yang mengandung asbes tidak boleh
digunakan walaupun sesudahnya disaring kembali menggunakan filter
khusus yang tidak melepaskan serat.
13. Pipa air suling, air deionisasi dan bila perlu pipa air lain untuk produksi
hendaklah disanitasi sesuai prosedur tertulis. Prosedur tersebut
hendaklah berisi rincian batas cemaran mikroba dan tindakan yang
harus dilakukan.
14. Peralatan uji atau pun peralatan penunjang pengujian setidaknya
terkualifikasi satu tahap lebih tinggi dari kelas produksi.
Peralatan untuk pembuatan obat memiliki desain dan konstruksi
yang tepat, ukuran yang memadai, serta ditempatkan dan dikualifikasi
dengan tepat. Hal ini dilakukan agar mutu obat terjamin serta seragam dari
bets ke bets dan untuk memudahkan pembersihan serta perawatan.
Peralatan didesain dan dikonstruksikan sesuai dengan tujuannya.
Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk antara,
atau produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi, adisi, atau absorbsi yang
dapat mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang
ditentukan. Peralatan didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan.
Peralatan ditempatkan sedemikian rupa untuk memperkecil kemungkinan
terjadinya pencemaran silang antar bahan di area yang sama. Peralatan
dipasang sedemikian rupa untuk menghindari risiko kekeliruan atau
pencemaran. Peralatan dirawat sesuai jadwal untuk mencegah malfungsi
atau pencemaran yang dapat mempengaruhi identitas, mutu, atau
kemurnian produk.(3)

22
2.2.5 Sanitasi dan Higiene
Tingkat sanitasi dan higiene yang tinggi hendaklah diterapkan
dalam setiap aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan higiene
meliputi personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi
serta wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat menjadi sumber
pencemaran produk. Sumber pencemaran yang potensial hendaklah
dihilangkan melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh
dan terpadu. Sanitasi dan higiene yang diatur dalam pedoman CPOB
terbaru adalah terhadap personalia, bangunan, dan peralatan. Prosedur
sanitasi dan higiene hendaklah divalidasi dan dievaluasi secara berkala
agar selalu memenuhi persyaratan.(3)
Higiene Perorangan : Tiap personil yang masuk ke area produksi
hendaklah menggunakan pakaian pelindung yang sesuai dengan kegiatan
yang dilaksanakan. Semua personil hendaklah menjalani pemeriksaan
kesehatan pada saat direkrut dan dilakukan pemeriksaan kesehatan kerja
dan personil secara berkala.
1. Sanitasi bangunan dan fasilitas : Bangunan yang digunakan hendaklah
di desain dan dikonstruksi dengan tepat untuk memudahkan sanitasi
yang baik. Adanya prosedur tertulis yang menunjukkan penanggung
jawab untuk sanitasi serta menguraikan dengan cukup rinci mengenai
jadwal, metode, peralatan dan bahan pembersih yang harus digunakan
untuk pembersihan sarana dan bangunan. Prosedur tertulis hendaklah
dipatuhi.
2. Pembersihan dan sanitasi peralatan : setelah digunakan, peralatan
hendaklah dibersihkan baik bagian luar maupaun bagian dalam sesuai
dengan prosedur yang telah ditetapkan, serta dijaga dan disimpan
dalam kondisi yang bersih. Tiap kali sebelum dipakai, kebersihannya
diperiksa untuk memastikan bahwa semua produk atau bahan dari bets
sebelumnya telah dihilangkan. Catatan mengenai pelaksanaan
pembersihan, sanitasi, sterilisasi dan inspeksi sebelum penggunaan
peralatan hendaklah disimpan secara benar.

23
3. Validasi prosedur pembersihan dan sanitasi: Prosedur tertulis
hendaklah ditetapkan untuk pembersihan alat dan persetujuan untuk
penggunaan bagi produksi obat, termasuk produk antara. Prosedur
pembersihan hendaklah rinci supaya operator dapat melakukan
pembersihan tiap jenis alat secara konsisten dan efektif.
Bahan yang digunakan untuk sanitasi peralatan antara lain deterjen
benzen sulfonat , alkohol eter sulfonat dan alkohol etoksilat (serba guna
untuk peralatan, lantai danalat gelas), cairan deterjen anionik dan jenis
natrium alkilsulfat (tangki dan wadah yang digunakan untuk pembuatan
obat cair), sabun cair (mencuci tangan dan peralatan), deterjen komersial
lain (permukaan luar tangki, peralatan kaca, peralatan dari bahan baja
tahan karat, kamar kecil dan lantai.). Natrium dodesil sulfat/ Natrium
lauryl sulfat (permukaan luar tangki, peralatan kaca, peralatan dari bahan
baja tahan karat, kamar kecil dan lantai).
Tingkat sanitasi dan hygiene yang tinggi diterapkan pada setiap
aspek pembuatan obat. Ruang lingkup sanitasi dan hygiene meliputi
personil, bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan produksi serta
wadahnya, dan segala sesuatu yang dapat merupakan sumber pencemaran
produk. Sumber pencemaran potensial dihilangkan melalui suatu
program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Untuk
menjamin perlindungan produk dari pencemaran dan untuk keamanan
personil, personil mengenakan pakaian pelindung yang bersih dan sesuai
dengan tugasnya termasuk penutup rambut. Personil diinstruksikan
supaya menggunakan sarana pencuci tangan sebelum memasuki area
produksi. Bangunan yang digunakan untuk pembuatan obat hendaknya
didesain dan dikonstruksi dengan tepat untuk memudahkan sanitasi.
Tersedia tempat cuci dan sarana toilet dengan ventilasi yang baik bagi
personil serta letaknya mudah diakses dari area pembuatan obat.
Hendaknya disediakan sarana untuk penyimpanan pakaian personil dan
barang pribadinya di tempat yang tepat.(3)

24
2.2.6 Produksi
Produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin
senantiasa menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta
memenuhi ketentuan izin pembuatan dan izin edar (registrasi). Produksi
hendaklah dilakukan dan diawasi oleh personil yang kompeten.
Penanganan bahan dan produk jadi, seperti penerimaan dan karantina,
pengambilan sampel, penyimpanan, penandaan, penimbangan,
pengolahan, pengemasan dan distribusi dilakukan sesuai dengan prosedur
atau instruksi tertulis dan bila perlu dicatat. Aspek penting dalam
kegiatan produksi meliputi hal-hal berikut :
1) Bahan Awal
Pengadaan bahan awal hanya diperoleh dari pemasok yang telah
disetujui dan memenuhi spesifikasi. Pemeriksaan bahan awal
dilakukan oleh bagian Pemastian Mutu berdasarkan spesifikasi yang
ditentukan dan dikarantina hingga diluluskan untuk digunakan. Bahan
awal yang tidak memenuhi syarat disimpan terpisah untuk
dikembalikan kepada pemasok atau dimusnahkan.
2) Validasi Proses
Semua proses produksi divalidasi dengan tepat dan dilaksanakan
sesuai prosedur yang telah ditentukan. Perubahan dalam proses,
peralatan, atau bahan sebaiknya disertai dengan tindakan validasi
ulang untuk menjamin bahwa perubahan tersebut akan tetap
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu. Semua
proses dan prosedur yang ada dievaluasi ulang secara rutin untuk
memastikan bahwa proses dan prosedur tetap mampu memberikan
hasil yang diinginkan.
3) Pencemaran
Pencemaran kimiawi atau mikroba terhadap produk obat yang dapat
merugikan kesehatan atau mempengaruhi daya terapetik serta
mempengaruhi kualitas harusdihindari. Kemungkinan terjadinya
pencemaran silang sebaiknya dihindari dengan tindakan teknis atau

25
pengaturan yang tepat seperti produksi dalam gedung terpisah
(diperlukan untuk penicillin, hormon, sitotoksik tertentu), tersedia
ruang penyangga udara dan penghisap udara, memakai pakaian
pelindung yang sesuai, melaksanakan prosedur pembersihan,
dekontaminasi, dan lain sebagainya.
4) Sistem Penomoran Bets atau Lot
Sistem cara penomoran bets atau lot dibuat secara rinci untuk
mempermudah identifikasi dan penelusuran produk antara, produk
ruahan, atau produk jadi. Sistem penomoran sebaiknya spesifik dan
tidak dapat digunakan secara berulang dalam periode tertentu,
minimal dalam jangka waktu 10 tahun.
5) Penimbangan dan Penyerahan
Perhitungan, penimbangan, penyerahan, dan penanganan bahan baku,
bahan pengemas, produk antara, dan produk ruahan dianggap suatu
siklus produksi yang harus tercakup dalam prosedur tertulis dan
terdokumentasi lengkap.
6) Pengembalian
Semua bahan baku, bahan pengemas, produk antara, dan produk
ruahan yang dikembalikan ke tempat penyimpanan didokumentasikan
dan dicek kembali dengan baik. Bahan tersebut tidak boleh
dikembalikan ke gudang kecuali jika telah memenuhi spesifikasi yang
ditetapkan.
7) Pengolahan
Pemeriksaan awal pada pengolahan baik bahan, kondisi daerah
pengolahan, peralatan, wadah, dan penutup mengikuti prosedur
tertulis yang telah ditetapkan. Pencegahan pencemaran silang harus
dilakukan pada seluruh tahap pengolahan.
8) Produk Steril
Produk steril dibuat dengan pengawasan khusus untuk menghindari
pencemaran mikroba dan partikel lain. Produksi steril digolongkan
dalam dua kategori utama, yaitu yang diproses secara aseptik pada
semua tahap dan yang disterilkan dalam wadah akhir/ sterilisasi akhir.

26
Pembuatan produk steril perlu ruangan terpisah bebas debu dan dialiri
udara melewati filter bakteri. Tekanan udara di dalam harus lebih
tinggi dari ruangan luarnya.
9) Pengemasan
Kegiatan pengemasan berfungsi membagi dan mengemas produk
ruahan menjadi obat jadi yang dilaksanakan di bawah pengawasan
ketat untuk menjaga identitas, keutuhan, dan kualitas produk jadi.
Kegiatan pengemasan dilaksanakan berdasarkan instruksi dan
menggunakan bahan pengemas yang tercantum dalam prosedur
pengemasan induk.
10) Bahan dan Produk yang Ditolak, Dipulihkan, dan Dikembalikan
Bahan dan produk yang ditolak diberi penandaan yang jelas dan
disimpan terpisah di area terbatas (restricted area). Bahan atau produk
tersebut dapat dikembalikan kepada pemasok, diolah ulang, atau
dimusnahkan. Bahan atau produk dapat diolah ulang dan dipulihkan
asalkan layak untuk diolah ulang melalui prosedur tertentu yang
disahkan serta hasilnya masih memenuhi persyaratan spesifikasi dan
tidak terjadi perubahan berarti terhadap mutu. Sisa produk yang tidak
layak untuk diolah ulang atau bahan pulihan yang tidak memenuhi
spesifikasi, mutu, kemanjuran, atau keamanan tidak boleh
ditambahkan ke dalam bets berikutnya. Langkah apapun yang
dilakukan harus mendapat persetujuan kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu) dahulu dan terdokumentasi.
11) Karantina Obat Jadi dan Penyerahan ke Gudang Obat Jadi
Karantina obat jadi merupakan titik akhir pengawasan sebelum obat
jadi diserahkan ke gudang dan siap didistribusikan. Sebelum
diluluskan untuk diserahkan ke gudang, pengawasan ketat dilakukan
untuk memastikan produk dan catatan pengemasan bets memenuhi
semua spesifikasi yang ditentukan.
12) Pengawasan Distribusi Obat Jadi
Sistem distribusi hendaknya dirancang dengan tepat sehingga
menjamin obat jadi yang pertama masuk [first-in-first-out (FIFO)] dan

27
obat jadi yang waktu kadaluwarsanya paling dekat didistribusikan
terlebih dahulu [first-expired-first out (FEFO)].
13) Penyimpanan Bahan Awal, Produk Antara, Produk Ruahan, dan Obat
Jadi
Bahan disimpan rapi dan teratur untuk mencegah risiko pencampuran
atau pencemaran serta memudahkan pemeriksaan dan pemeliharaan.
Kondisi penyimpanan obat dan bahan hendaknya sesuai dengan yang
tertera pada penandaan berdasarkan hasil uji stabilitas.
14) Pengiriman dan Pengangkutan
Bahan dan produk jadi diangkut sedemikian rupa sehingga tidak
merusak keutuhannya dan kondisi penyimpanannya terjaga.
Pengiriman dan pengangkutan bahan obat dilaksanakan setelah
terdapat pesanan pengiriman. Tanda terima pesanan pengiriman dan
pengangkutan didokumentasikan.
15) Pembuatan Obat Berdasarkan Kontrak
Pembuatan obat berdasarkan kontrak didefinisikan sebagai proses
pembuatan sebagian atau keseluruhan suatu obat oleh satu atau lebih
industri pembuat untuk kepentingan pihak lain.(3)

2.2.7 Pengawasan Mutu


Pengawasan mutu adalah bagian yang essensial dari Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk memastikan tiap obat yang
dibuat senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang sesuai dengan tujuan
penggunaannya. Sistem pengawasan mutu hendaklah dirancang dengan
tepat untuk menjamin bahwa tiap obat mengandung bahan yang benar
dengan mutu dan jumlah yang telah ditetapkan, serta dibuat pada kondisi
yang tepat dan mengikuti prosedur standar sehingga obat tesebut
senantiasa memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan untuk identitas,
kadar, kemurnian, mutu, dan keamanannya.

Pengawasan mutu meliputi semua fungsi analisis yang dilakukan di


laboratorium, termasuk pengambilan contoh, pemeriksaan, dan pengujian
bahan awal, produk antara, produk ruahan, dan obat jadi. Pengawasan

28
mutu meliputi juga program uji stabilitas, pemantauan lingkungan kerja,
validasi, dokumentasi suatu bets, program penyimpanan contoh dan
penyusunan serta penyimpanan spesifikasi yang berlaku dari tiap bahan
dan produk termasuk metode pengujiannya. Bagian pengawasan mutu
hendaklah melakukan validasi terhadap prosedur penetapan kadar,
kalibrasi instrumen serta memberi bantuan yang diperlukan atau
mengambil bagian dalam pelaksanaan validasi berkala oleh bagian lain,
terutama bagian produksi, untuk menjamin bahwa setiap produk yang
dihasilkan selalu memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Untuk
menjamin keseragaman bets dan keutuhan obat jadi, prosedur tertulis
mengenai pengambilan contoh, pengawasan, dan pengujian atau
pemeriksaan terhadap produk selama proses dari tiap bets hendaklah
ditetapkan dan diikuti. Prosedur pengawasan tersebut dimaksudkan untuk
memantau hasil produksi dan melakukan validasi terhadap kemampuan
produksi yang mungkin menjadi penyebab dari variabilitas produk dalam
proses.

2.2.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu, dan Audit dan Persetujuan Pemasok
Inspeksi diri bertujuan untuk mengevaluasi apakah seluruh aspek
yang terlibat dalam pembentukan kualitas produk dan tidak terbatas pada
produksi dan QC telah memenuhi persyaratan CPOB. Hal ini dilakukan
secara rutin maupun sebagai respon adanya product recall. Prosedur
maupun catatannya harus didokumentasikan untuk kemudian segera
dilakukan konfirmasi. Program inspeksi diri dirancang untuk mendeteksi
kelemahan dalam pelaksanaan CPOB dan menetapkan tindakan
perbaikan yang diperlukan. Inspeksi diri dilakukan secara independen
dan terperinci oleh petugas yang kompeten dari perusahaan yang dapat
mengevaluasi penerapan CPOB secara obyektif. Inspeksi diri dilakukan
secara rutin dan pada situasi khusus, misalnya terjadi penarikan kembali
obat jadi atau terjadi penolakan berulang. Semua saran untuk tindakan
perbaikan dilaksanakan umtuk mencegah keterulangan kejadian.
Prosedur dan catatan inspeksi diri didokumentasikan dan dibuat program
tindak lanjut yang efektif.(3)

29
Audit mutu berguna sebagai pelengkap inspeksi diri. Audit mutu
meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem
manajemen mutu dengan tujuan spesifik untuk meningkatkannya. Audit
mutu umumnya dilaksanakan oleh auditor dari luar atau auditor
independen atau suatu tim yang dibentuk khusus untuk hal ini oleh
manajemen perusahaan. Audit mutu juga dapat diperluas terhadap
pemasok dan penerima kontrak. Audit pemasok (audit supplier)
dilakukan untuk memberikan persetujuan terhadap pemasok bahan awal
dan bahan kemas untuk memastikan bahan memenuhi spesifikasi yang
ditentukan. Evaluasi manajemen mutu pemasok dilakukan sebelum
pemasok disetujui dengan mempertimbangkan riwayat pemasok dan sifat
bahan yang dipasok. Audit dilakukan berkala untuk memastikan kualitas
material yang dipasok.(3)

2.2.9 Penanganan Keluhan terhadap Produk dan Penarikan Kembali


Produk
Semua keluhan dan informasi lain yang berkaitan dengan
kemungkinan terjadi kerusakan obat dikaji dengan teliti sesuai dengan
prosedur tertulis. Laporan dan keluhan mengenai produk dapat
disebabkan oleh keluhan mengenai mutu yang berupa kerusakan fisik,
kimiawi, atau biologis dari produk atau kemasannya. Keluhan lainnya
adalah karena reaksi yang merugikan seperti alergi, toksisitas, reaksi
fatal, dan reaksi medis lainnya, serta keluhan mengenai efek terapetik
seperti produk tidak berkhasiat atau respon klinis yang rendah. Penarikan
kembali produk adalah suatu proses penarikan kembali dari satu atau
beberapa bets atau seluruh bets produk tertentu dari peredaran.

Penarikan kembali produk dilakukan jika ditemukan produk yang


cacat mutu atau jika ada laporan mengenai reaksi merugikan yang serius
serta berisiko terhadap kesehatan. Penarikan kembali produk dapat
berakibat penundaan atau penghentian pembuatan obat tersebut. Produk
yang ditarik kembali diberi identifikasi dan disimpan terpisah di area
yang aman sementara menunggu keputusan terhadap produk tersebut.

30
Produk kembalian adalah obat jadi yang telah beredar, yang kemudian
dikembalikan ke industri farmasi karena keluhan mengenai kerusakan,
daluwarsa, atau alasan lain misalnya kondisi wadah atau kemasan yang
menimbulkan keraguan akan identitas, mutu, jumlah, dan keamanan obat
yang bersangkutan. Penanganan produk kembalian dan tindak lanjutnya
didokumentasikan dan dilaporkan. Bila produk harus dimusnahkan,
dokumentasi mencakup berita acara pemusnahan yang diberi tanggal dan
ditandatangani oleh personil yang melaksanakan dan saksi.(3)

2.2.10 Dokumentasi
Dokumentasi adalah bagian dari sistem informasi manajemen dan
dokumentasi yang baik merupakan bagian yang esensial dari pemastian
mutu. Dokumentasi yang jelas merupakan fundamental untuk
memastikan bahwa tiap personil menerima uraian tugas yang relevan
secara jelas dan rinci sehingga memperkecil resiko terjadinya salah
tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan
komunikasi lisan. Keterbacaan dokumen sangat penting. Spesifikasi
menguraikan secara rinci persyaratan yang harus dipenuhi produk atau
bahan yang digunakan atau diperoleh selama pembuatan. Dokumen ini
merupakan dasar untuk mengevaluasi mutu. Prosedur berisi cara untuk
melaksanakan operasi tertentu, misalnya pembersihan, berpakaian,
pengendalian lingkungan, pengambilan sampel, pengujian, dan
pengoperasian peralatan. Dokumen didesain, disiapkan, dikaji, dan
didistribusikan dengan cermat. Dokumen dikaji ulang secara berkala
dan dijaga agar selalu terkini (up to date). Bila suatu dokumen direvisi,
dijalankan suatu sistem untuk menghindarkan penggunaan dokumen
yang sudah tidak berlaku secara tidak sengaja.(3)

2.2.11 Pembuatan dan Analisis berdasarkan Kontrak


Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dibuat secara
benar, disetujui, dan dikendalikan untuk menghindari kesalahpahaman
yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang
tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara Pemberi Kontrak dan

31
Penerima Kontrak harus dibuat secara jelas dengan menentukan
tanggung jawab dan kewajiban masingmasing pihak. Kontrak harus
menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap bets produk untuk
diedarkan yang menjadi tanggung jawab penuh kepala bagian
Manajemen Mutu (Pemastian Mutu). Penerima kontrak harus
mempunyai gedung dan peralatan yang cukup, pengetahuan dan
pengalaman, dan personil kompeten untuk melakukan pekerjaan yang
diberikan pemberi kontrak. Pembuatan obat berdasarkan kontrak hanya
dapat dilakukan oleh industri farmasi yang memiliki sertifikat CPOB.(3)

2.2.12 Kualifikasi dan Validasi


CPOB menguraikan prinsip kualifikasi dan validasi yang dilakukan
di industri farmasi. CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk
mengidentifikasi validasi yang perlu dilakukan sebagai bukti
pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan.
Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan, dan proses yang
dapat mempengaruhi mutu produk harus divalidasi. Pendekatan dengan
kajian risiko digunakan untuk menentukan ruang lingkup dan cakupan
validasi.

Validasi adalah tindakan pembuktian dengan cara yang sesuasi


(match & reliable) untuk memberikan kepastian (certainty) bahwa alat,
prosedur, kondisi (ruangan dan lingkungan) berfungsi sesuai dengan
spesifikasi yang dipersyaratkan. Validasi dibagi empat yaitu validasi
pembersihan, validasi metode analisis, validasi proses, dan validasi
ruangan. Seluruh kegiatan validasi harus direncanakan terlebih dahulu.
Unsur utama program validasi dirinci dengan jelas dan
didokumentasikan dalam Rencana Induk Validasi (Validation Master
Plan). Protokol validasi tertulis merinci kualifikasi dan validasi yang
akan dilakukan. Lalu, dibuat laporan yang mengacu pada protokol
kualifikasi/ validasi yang memuat ringkasan hasil yang diperoleh,
tanggapan terhadap penyimpangan yang terjadi, kesimpulan, dan
rekomendasi perbaikan. Setelah kualifikasi selesai dilakukan, maka
diberikan persetujuan tertulis untuk dapat melakukan tahap kualifikasi

32
dan validasi selanjutnya. Kualifikasi diklasifikasikan menjadi empat
yaitu kualifikasi desain (KD), kualifikasi instalasi (KI), kualifikasi
operasional (KO), dan kualifikasi kinerja (KK). KD adalah tindakan
untuk memastikan bahwa desain yang dilakukan telah memenuhi
ketentuan CPOB dan didokumentasikan. KI adalah tindakan untuk
memastikan bahwa peralatan atau sistem penunjang terpasang baik
sesuai spesifikasi yang ditentukan. KO adalah tindakan untuk
memastikan bahwa peralatan atau sistem penunjang telah dapat
dioperasikan dengan baik sesuai spesifikasi yang ditentukan. KK adalah
tindakan untuk memastikan bahwa peralatan dan sistem penunjang
dapat memberikan kinerja sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan.(3)

2.2.13 Pembuatann Produk Steril


Produk steril hendaklah dibuat dengan persyaratan khusus dengan
tujuan memperkecil risiko pencemaran mikroba, partikulat dan pirogen,
yang sangat tergantung dari keterampilan, pelatihan dan sikap personil
yang terlibat. Pemastian mutu sangatlah penting dan pembuatan produk
steril harus sepenuhnya mengikuti secara ketat metode pembuatan dan
prosedur yang ditetapkan dengan seksama dan tervalidasi.
Pembuatan produk steril hendaklah dilakukan di area bersih,
memasuki area ini hendaklah melalui ruang penyangga udara untuk
personil dan/atau peralatan dan bahan. Area bersih untuk pembuatan
produk steril digolongkan berdasarkan karakteristik lingkungan yang
dipersyaratkan. Tiap kegiatan pembuatan membutuhkan tingkat
kebersihan
ruangan yang sesuai dalam keadaan operasional untuk
meminimalkan risiko pencemaran oleh partikulat dan/atau mikroba
pada produk dan atau bahan yang ditangani. Pada pembuatan produk
steril dibedakan 4 (empat) kelas kebersihan:
1. Kelas A : zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misal zona
pengisian, wadah tutup karet, ampul dan vial terbuka,
penyambungan secara aseptis. Umumnya kondisi ini dicapai
dengan memasang unit aliran udara laminar (laminar air flow) di
tempat kerja. Sistem udara laminar hendaklah mengalirkan udara

33
dengan kecepatan merata berkisar 0,36-0.54 m/detik (nilai acuan)
pada posisi kerja dalam ruang bersih terbuka. Keadaan laminar
yang selalu terjaga hendaklah dibuktikan dan divalidasi. Aliran
udara searah berkecepatan lebih rendah digunakan pada isolator
tertutup dan kotak bersarung tangan.
2. Kelas B : untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis, kelas ini
adalah latar belakang untuk zona kelas A.
3. Kelas C dan D : area bersih untuk melakukan tahap proses
pembuatan yang mengandung risiko lebih rendah.

2.2.14 Manajemen Risiko Mutu


Salah satu ciri khusus industri farmasi adalah merupakan salah
satu industri yang berisiko tinggi. Obat sebagai produk yang dihasilkan
oleh industri farmasi baik dalam proses pembuatannya maupun
komponenya mengandung risiko pada tingkatan yang berbeda. Risiko
terhadap mutu obat hanyalah salah satu komponen dari keseluruhan
risiko. Prinsip utama dari manajemen risiko adalah bahwa mutu
produk hendaklah dipertahankan selamanya agar mutu produk tetap
konsisten dengan yang digunakan dalam uji klinis.
Manajemen risiko mutu adalah suatu proses sistematis untuk
melakukan penilaian, pengendalian dan pengkajian risiko terhadap
mutu suatu produk. Hal ini dapat di aplikasikan secara proaktif maupun
retrospektif.
1. Prinsip Manajemen Risiko Mutu Dua prinsip utama dalam
manajemen risiko mutu adalah :
a. Evaluasi risiko terhadap mutu dilakukan berdasarkan
pengetahuan secara ilmiah, pengalaman dengan proses dan
pada akhirnya terkait pada perlindungan pasien
b. Tingkat usaha, formalitas dan dokumentasi dari proses
manajemen risiko mutu sepadan dengan tingkat risiko.
2. Penanggung Tanggung Jawab Manajemen Risiko Mutu Aktivitas
manajemen risiko mutu biasanya dilakukan oleh tim interdispliner.
Ketika tim dibentuk, hendaklah disertakan tenaga ahli dari bidang

34
yang sesuai (misal unit mutu, pengembangan bisnis, teknik,
registrasi, produksi, penjualan dan pemasaran, hukum, statistik dan
klinis) sebagai tambahan terhadap individu yang mempunyai
pengetahuan tentang proses manajemen risiko mutu. Pengambil
keputusan dalam manajemen risiko mutu hendaklah :
a. Bertanggung jawab untuk mengoordinasi manajemen risiko
mutu lintas fungsi dan departemen yang berbeda dalam
organisasi mereka dan
b. Memutuskan bahwa proses manajemen risiko mutu telah
ditetapkan dijabarkan dan dikaji dan memiliki sumber daya
yang layak dan cukup.
3. Pelaksanaan Proses Manajemen Risiko Mutu Manajemen risiko
mutu hendaklah mencakup proses sistematis yang dirancang untuk
mengkoordinasi, memberi kemudahan dan membuat pengambilan
keputusan lebih baik secara ilmiah dalam hal risiko. Langkah yang
mungkin digunakan untuk memulai dan merencanakan proses
manajemen risiko mutu mencakup hal berikut:
a. Tetapkan masalah dan/atau risiko yang dipersoalkan, termasuk
asumsi terkait yang mengidentifikasi potensi risiko.
b. Kumpulkan latar belakang informasi dan/atau data bahaya
potensial, ancaman atau pengaruh pada kesehatan manusia
yang relevan untuk penilaian risiko.
c. Tentukan pemimpin dan sumber daya uang diperlukan.
d. Tetapkan batas waktu, hasil yang akan dilaporkan dan tingkat
pengambilan keputusan yang layak untuk proses manajemen
risiko. Suatu pendekatan manajemen risiko mutu yang efektif
dapat lebih menjamin :
1) Mutu yang tinggi dari produk kepada pasien
2) Membuat pengambilan keputusan lebih baik bila terjadi
masalah mutu potensial selama pengembangan dan
pembuatan

35
3) Dapat memberi kemudahan dalam pengambilan keputusan
dengan informasi yang lebih lengkap
4) Dapat meningkatkan keyakinan Badan POM RI akan
kemampuan perusahaan dalam menangani risiko potensial
dan secara menguntungkan dapat mempengaruhi tingkat
dan rentang pengawasan Badan POM RI.

2.3 Sarana Penunjang Kritis Industri Farmasi


2.3.1 Sistem Pengolahan Air (SPA)
Sistem pengolahan Air (SPA) adalah suatu sistem untuk
memperoleh air dengan kualitas yang dibutuhkan oleh setiap jenis obat
yang dibuat dan memenuhi persyaratan monografi farmakope. Air
memegang peran penting dan kritis dalam industri farmasi karena
merupakan bahan awal untuk memastikan produksi obat yang bermutu
dan aman bagi para pengguna. Karena perannya yang penting, SPA ini
perlu didesain, dibuat, di-commissioning, dikualifikasi, dioiperasikan
dan dirawat dengan benar untuk mencapai tujuan penggunaannya.
Sistem pemurnian air atau urutan tahap pemurnian air yang dipilih
hendaklah sesuai dengan tujuan penggunaannya. Aspek berikut
hendaklah dipertimbangkan bila memilih SPA :

a. Spesifikasi mutu air


b. Rendemen atau efisiensi sistem pemurnian air
c. Mutu air baku dan variasinya sepanjang waktu (perubahan musim)
d. Kehandalan dan ketangguhan peralatan pengolahan air pada waktu
operasional
e. Ketersediaan peralatan pengolahan air di peredaran
f. Kemampuan penyediaan dukungan dan pemeliharaan yang memadai
untuk peralatan pemurnian air
g. Biaya operasional.
Spesifikasi peralatan pemurnian air, sistem penyimpanan dan
distribusi hendaklah mempertimbangkan hal berikut :

36
a. Risiko kontaminasi dari peluruhan permukaan bahan yang
bersentuhan
b. Dampak yang merugikan dari penyerapan pada permukaan bahan
yang kontak adsorbtif
c. Desain higienis dan saniter, bila diperlukan
d. Ketahanan terhadap korosi
e. Bebas kebocoran
f. Konfigurasi untuk menghindari proliferasi mikroba
g. Toleransi terhadap bahan pembersih dan sanitasi (termal maupun
kimiawi)
h. Persyaratan kapasitas sistem dan keluaran; dan
i. Pengadaan semua instrumen yang diperlukan, pengujian dan titik
pengambilan sampel yang memungkinkan pemantauan parameter
mutu kritis sistem secara menyeluruh.
Desain, konfigurasi dan tata letak peralatan pemurnian air, system
penyimpanan dan distribusi hendaklah mempertimbangan aspek fisik
berikut :
a. Ketersediaan ruang untuk instalasi
b. Beban struktural dalam bangunan
c. Tersedia akses yang memadai untuk pemeliharaan ; dan
d. Kemampuan menangani bahan kimia untuk regenerasi dan sanitasi
secara aman.(5)
Sistem Pengolahan Air (SPA) berdampak langsung terhadap mutu
obat sehingga parameter mutu kritis sistem tersebut hendaklah
dikualifikasi untuk menunjukkan kinerja yang konsisten. Pendekatan 3
fase digunakan untuk memenuhi tujuan pembuktian kehandalan dan
ketahanan sisiem dalam kinerja langka panjang. Pendekatan 3 fase
antara lain :

a. Fase 1
Jangka waktu pengujian 2 - 4 minggu hendaklah dilaksanakan
untuk memantau sistem secara intensif. Selama jangka waktu
pengujian ini sistem hendaklah beroperasi terus menerus tanpa

37
kegagalan atau penyimpangan kinerja. Kegiatan-kegiatan berikut ini
hendaklah dicakup dalam pendekatan pengujian :
 Uji kimia dan mikrobiologi dilakukan sesuai rencana yang telah
ditetapkan
 Pengambilan sampel dilakukan tiap hari dari:
- air pasokan untuk verifikasi mutu
- tiap tahap proses pemrrrnian
- tiap titik penggunaan dan titik sampel lain yang telah
ditetapkan ;
 Penetapan rentang operasional yang sesuai
 Penetapan prosedur pengoperasian, pembersihan, sanitasi dan
pemeliharaan
 Mendemonstrasikan produksi dan distribusi air yang memenuhi
kualitas dan kuantitas yang dipersyaratkan
 Penggunaan dan penyempurnaan Prosedur Tetap (Protap) untuk
pelaksanaan/pemeliharaan, sanitasi dan pemecahan masalah
 Penetapan batas waspada dan batas bertindak
 Pengembangan dan penyempurnaan prosedur penanganan
kegagalan sistem.(5)
b. Fase 2
Jangka waktu pengujian 2 - 4 minggu berikutnya hendaklah
dilaksanakan untuk melakukan pemantauan lebih lanjut yang
intensif, bersamaan dengan penyempurnaan semua protap setelah
fase 1 selesai. Pola pengambilan sampel secara umum hendaklah
sama seperti fase 1. Pada fase ini, air dapat digunakan untuk tujuan
pembuatan obat.

Pendekatan ini hendaklah juga mendemonstrasikan parameter


operasional yang konsisten dalam rentang yang telah ditetapkan; dan
produksi dan distribusi air dengan kuantitas dan kualitas yang
dibutuhkan secara konsisten jika sistem dioperasikan sesuai protap.(5)

38
c. Fase 3
Fase 3 berlangsung selama 12 bulan setelah fase 2 memenuhi
syarat. Air dapat digunakan untuk tujuan pembuatan obat selama
fase ini, yang memiliki tujuan sebagai berikut :
 Mendemonstrasikan kinerja yang handal padajangka panjang ;
dan
 Memastikan bahwa variasi pergantian musim dievaluasi. Lokasi
dan frekuensi pengambilan sampel serta pengujian hendaklah
dikurangi ke pola rutin (kegiatan produksi sehari-hari)
berdasarkan prosedur yang ditetapkan dan hasil pemantauan yang
diperoleh dari fase l dan fase 2.(5)
2.3.2 Sistem Tata Udara
Sistem tata udara adalah suatu sistem yang mengondisikan
lingkungan melalui pengendalian suhu, kelembaban nisbi, arah
pergerakan udara dan mutu udara termasuk pengendalian partikel dan
pembuangan kontaminan yang ada di udara (seperti vapors atau uap
dan fumes atau asap).

Sistem Tata Udara memegang peran penting dalam industri farmasi


untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan pembuatan
produk, memastikan produksi obat yang bermutu serta memberikan
lingkungan kerja yang nyaman bagi personil. Sistem Tata Udara juga
dapa memberikan perlindungan pada lingkungan di mana terdapat
bahan berbahaya melalui pengaturan sistem pembuangan udara yang
efektif dan aman dari bahan tersebut.

Sistem tata udara mengkonsumsi energi yang besar dalam


pengoperasiannya sehingga untuk menentukan efisiensi kinerja
memerlukan pertimbangan bail melalui CPOB maupun melalui Good
Engineering Practice/ GEP (cara rekayasa yang baik). Parameter kritis
dari tata udara yang dapat mempengaruhi produk seperti : suhu,
kelembaban, partikel udara (Viabel dan nonviabel), perbedaan tekanan
antar ruang dan pola aliran udara, volume aliran udara dan pertukaran
udara dan sistem filtrasi udara.(5)

39
Ada 3 kategori dasar untuk sistem tata udara: sistem udara segar
100% (sekali lewaf) full fresh - air (once-through), sistem resirkulasi
dan sistem ekstraksi/ exhaust.

Gambar 2.1 Skematik dari Sistem ful/ fresh-air (once-through)

Sistem ful/ fresh-air (once-through) ini menyuplai udara luar yang


sudah diolah hingga memenuhi persyaratan kondisi suatu ruang,
kemudian diekstrak dan dibuang ke atmosfer. Sistem ini biasanya
digunakan pada fasilitas yang menangani produk/ pelarut beracun untuk
mencegah udara tercemar disirkulasikan kembali.(5)

40
Gambar 2.2 Skematik Sistem Resirkulasi

Sistem resirkulasi Resirkulasi hendaklah tidak menyebabkan risiko


kontaminasi atau kontaminasi silang (termasuk uap dan bahan yang
mudah menguap). Kemungkinan penggunaan udara resirkulasi ini dapat
diterima, bergantung pada jenis kontaminan udara pada sistem udara
balik. Hal ini dapat diterima bila filter HEPA dipasang pada aliran udara
pasokan (atau aliran udara balik) untuk menghilangkan kontaminan
sehingga mencegah kontaminasi silang.(5)

Filter HEPA yang digunakan pada sistem ini hendaklah tipe Hl3
sesuai klasifikasi EN 1822. Fillet HEPA mungkin tidak diperlukan bila
Sistem Tata Udara hanya untuk fasilitas satu jenis produk dan terbukti
tidak ada kemungkinan adanya kontaminasi silang. Resirkulasi udara dari
area yang tidak ada paparan debu obat, misal pada area pengemasan
sekunder, tidak membutuhkan filter HEPA di dalam sistem tata udaranya.
Filter HEPA dapat dipasang pada Unit Penanganan Udara atau dipasang
secara terminal (di ujung saluran udara).

Bila filter HEPA dipasang terminal, sebaiknya tidak dihubungkan


ke saluran dengan memakai saluran udara yang fleksibel. Disebabkan
oleh tekanan udara tinggi yang diperlukan bila filter dipasang terminal,
maka sebaiknya dipakai sambungan saluran yang kuat. Bila digunakan
saluran udara fleksibel hendaklah saluran tersebut sependek mungkin dan

41
dipasang dengan baik agar dapat menahan tekanan dalam saluran udara.
Udara yang mengandung debu berasal dari proses yang sangat beracun
dan/atau pelarut atau uap yang mudah terbakar jangan diresirkulasikan ke
sistem tata udara.(5)

Gambar 2.3 Skematik dari Sistem Ekstraksi/ Exhaust

Sistem ekstraksi/ exhaust. Bila dimungkinkan, debu atau cemaran


uap hendakrah dihilangkan dari sumbernya. Titik tempat ekstraksi
hendaklah sedekat mungkin dengan sumber keluarnya debu. Dapat
digunakan ventilasi setempat atau tudung penangkap debu yang sesuai.
Titik tempat ekstraksi hendakrah berupa penyedot tetap dengan kecepatan
ekstraksi tinggi atau semacam pipa dengan penyedot yang dapat
dipindahkan atau penyedot yang tetap.

Saluran udara untuk ekstraksi debu hendaklah dirancang dengan


kecepatan transfer yang cukup untuk menjamin bahwa debu dapat lewat
dan tidak mengendap di dalam saluran. Hendaklah dilakukan pemeriksaan
berkala untuk menjamin tidak ada debu yang menumpuk dalam saluran
udara. Kecepatan transfer bergantung pada densitas debu (semakin tinggi
densitasnya maka semakin tinggi kecepatan transfernya, misal: 15-20
meter/ detik).(5)

42
2.4 Peran Fungsi dan Tanggung Jawab Apoteker di Industri Farmasi

Peran apoteker di Industri farmasi seperti yang disarankan oleh world


Health Organization (WHO), yaitu Eight Star of Pharmacist yang meliputi :

a. Care Giver
Apoteker harus menjadi pemberi pelayanan. Bentuk pelayanan yang
diberikan dalam industri farmasi berupa informasi obat, efek samping
obat, teknologi dalam pembuatan obat, regulasi obat dan informasi
analitis mengenai hal yang berhubungan dengan obat kepada dokter,
sejawat dan profesi kesehatan lain. Dalam memberikan pelayanan,
Apoteker harus mampu berinteraksi dengan individu dan kelompok
dalam lingkungan industri seperti registrasi, formulasi, pengawasan
mutu, penjaminan mutu, produksi, maupun di luar industri seperti Badan
POM RI dalam registrasi dan pengawasan mutu obat, Kementerian
Kesehatan dalam pelayanan kefarmasian.
b. Decision Maker
Apoteker mendasarkan pekerjaanya pada ketepatan, keefikasian
dan biaya yang efektif dan efisien terhadap seluruh penggunaan sumber
daya misalnya pengendalian bahan awal dan obat jadi, alokasi dana yang
sesuai dengan kebutuhan, operasi mesin-mesin produksi, prosedur yang
tepat dalam memproduksi obat, pemanfaatan sumber daya manusia dan
strategi yang tepat dalam memasarkan dan memperkenalkan obat kepada
masyarakat.Untuk mencapai tujuan tersebut kemampuan dan
keterampilan Apoteker perlu diukur untuk kemudian hasilnya dijadikan
dasar dalam penentuan pendidikan dan pelatihan yang diperlukan.
c. Communicator
Apoteker mempunyai kedudukan penting dalam berhubungan
dengan masyarakat maupun praktisi kesehatan lain. Oleh karena itu, ia
harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang cukup baik.
Komunikasi tersebut meliputi komunikasi verbal, nonverbal, mendengar
dan kemampuan menulis dengan menggunakan bahasa sesuai kebutuhan.

43
d. Leader
Apoteker diharapkan memiliki kemampuan untuk menjadi
pemimpin. Kepemimpinan yang diharapkan meliputi keberanian
mengambil keputusan yang empati dan efektif serta kemampuan
mengkomunikasikan dan mengelola hasil keputusan.
e. Manager
Apoteker harus mampu mengelola seluruh sumber daya yang ada di
industri farmasi dan dapat mengakumulasikannya untuk meningkatkan
kinerja industri dari waktu ke waktu.
f. Life Long Learner
Belajar terus menerus dan melakukan interaksi yang baik dengan
rekan-rekan sejawat di industri farmasi untuk meningkatkan pengetahuan
dan kemampuan.
g. Teacher
Bertanggung jawab untuk memberikan pendidikan dan pelatihan
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan dunia industri kepada
sejawat Apoteker dalam praktek kerja lapangan dalam seminar mengenai
aspek-aspek industri farmasi dan lain-lain.

44
BAB III
TINJAUAN KHUSUS

3.1 Sejarah PT. Prima Medika Laboratories


PT. Prima Medika Laboratories merupakan salah satu cabang industri
farmasi dari PT. Pharos Group yang ada di indonesia berbentuk swasta
nasional, didirikan pada tahun 2006 oleh Bapak Andre Lembong. Alamat di
Jl. Raya Serang Desa Kadu RT. 017/ RW 04 Tangerang dengan luas area 5
hektar, komitme untuk terus berupaya menyediakan semua jenis produk yang
dibutuhkan masyarakat yang bermutu tinggi dengan menerapkan CPOB
disemua lini produksi. PT. Prima Medika Laboratories melakukan
pendekatan sistematik untuk mendapatkan, menganalisa menyimpan dan
membagi pengetahuan tentang produk, proses komponen, material dan
lainnya.

PT. Prima Medika Laboratories memiliki 2 site yaitu PT. Prima


Medika Laboratories plant 1 dan plant 2. Plant 1 yaitu sediaan steril dan non
steril. Sediaan steril SVP (Small Volume Parenteral) seperti injeksi cair,
injeksi serbuk, dan LVP (Large Volume Parenteral) seperti infus sedangkan
non steril meliputi kapsul keras. Plant 2 terdapat fasilitas obat solid, semi-
solid dan anti-virus. Semua sarana produksi yang digunakan telah memiliki
sertifikat CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik).

PT. Prima Medika Laboratories berkomitmen untuk menghasilkan


produk bermutu tinggi dengan harga sewajarnya dan terjangkau, serta
senantiasa melakukan penyempurnaan sistem dan continuous improvement
3.1.1 Sasaran Mutu
a. Conveyor sistem proses transfer barang dari GOF ke PBF
b. In line proses pengemasan dan coding
c. Produk recall maksimal 0,3% pertahun
d. Produk rework maksimal 0,3% pertahun
e. Produk reject maksimal 0,3% pertahun
f. Pelatihan Kompetensi oleh eksternal untuk personil kunci minimal
sekali setiap tahun

45
3.1.2 Pencapaian Sasaran Mutu
a. Pencapaian sasaran mutu membutuhkan partisipasi dan komitmen
dari semua karyawan dari berbgai tingkatan, pemasok dan
distributor. Perencanaan mutu memerlukan sistem mutu industri
farmasi yang didesain secara komprehenshif dan diterapkan
dengan benar serta didukung dengan sumber daya personil yang
kompeten, fasilitas, dan peralatan yang dibutuhkan.
b. Setiap keputusan manajemen selalu disampaikan dan dijelaskan
kepada seluruh karyawan agar dapat terjalin kerjasama yang baik
antar bagian untuk mencapai sasaran mutu yang ditetapkan. Setiap
departemen melakukan pengukuran indicator kerja yang akan
selalu dipantau secara berkala.
3.1.3 Manajemen Risiko
a. Manajemen risiko merupakan proses untuk menilai, mengontrol,
mengkomunikasikan dan memeriksa risiko dari kualitas suatu
produk farmasi.
b. PT. Prima Medika Laboratories memastikan bahwa:
‐ Evaluasi risiko terhadap kualitas didasarkan pada pengetahuan
ilmiah, pengalaman dengan proses dan akhirnya berhubungan
dengan perlindungan terhadap pasien.
‐ Tingkat upaya, formalitas dan dokumentasi dari proses
manajemen risiko sepadan dengan tingkatan risiko.
3.2 Logo PT. Prima Medika Laboratories

Gambar 3.1 Logo Prima Medika Laboratories

46
3.3 Visi dan Misi
A. Visi
Menjadi industri yang menghasilkan produk dengan efikasi yang baik
melalui platform bisnis yang baru
B. Misi
1. Pembinaan dan pengembangan kemampuan SDM sehingga mampu
mendukung visi perusahaan
2. Proses produksi yang efektif dan efisien berbasis teknologi dan
otomalisasi
3. Bekerjasama dengan chanel distribusi dan pemasaran produk yang
langsung bisa menjangkau pelanggan
4. Mampu menghasilkan produk-produk yang lengkap sesuai kebutuhan
pelanggan
5. Mengimbangi pengawasan mutu produk dengan kemajuan teknologi
3.4 Nilai Budaya
1. Mandiri
zzPT. Prima Medika Laboratories berusaha menjaga kemandirian
dalam penerapan CPOB dan sistem manajemen mutu dalam aktifitasnya
2. Kualitas
Dalam menjalankan bisnisnya selain menjalankan kebutuhan pasar,
PT Prima medika Laboratories tetap mengutamakan kualitas produk yang
dihasilkan
3. Konsisten
PT. Prima Medika Laboratories berusaha secara konsisten mengikuti
perkembangan teknologi dalam formulasi dan proses produksi, dan tetap
menjaga kualitas yang baik.
3.5 Struktur Organisasi PT. Prima Medika Laboratories
Struktur organisasi PT. Prima Medika Laboratories dipimpin oleh
presiden direktur yang bernama bapak Andre Lembong yang membawahi 7
director yang membawahi 7 Departemen, masing-masing departemen
tersebut adalah :

47
1. Finance
2. Training and engineering
3. Manufacturing
4. General Affair
5. NPD
6. Quality
7. Supply chain

3.6 Cara Pembuatan Obat yang Baik di PT. Prima Medika Laboratories
Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) bertujuan nntuk menjamin
obat dibuat secara konsisten, memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan
sesuai dengan tujuan penggunaannya. CPOB mencakup seluruh aspek
produksi dan pengawasan mutu yang bertujuan untuk menjamin obat dibuat
secara konsisten, memenuhi persyartan yang ditetapkan dan sesuai dengan
tujuan penggunaanya.

3.6.1 Manajemen Mutu


Suatu aspek fungsi manajemen yang menentukan dan
mengimplementasikan kebijakan mutu. Kebijakan mutu adalah
pernyataan formal dari manajemen puncak suatu industri farmasi dan
menyatakan arahan serta komitmen terhadap mutu produk unsur dasar
manajemen mutu adalah :
a. Suatu infrastruktur atau sistem mutu yang tepat mencakup struktur
organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya
b. Tindakan sistematis untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat
kepercayaan tinggi, sehingga produk atau jasa pelayanan yang
dihasilkan akan selalu memenuhi persyaratan yang telah
ditetapkan. Keseluruhan tindakan tersebut disebut pemastian mutu,
untuk menjamin mutu produk.
3.6.1.1 Pemastian Mutu ( Quality Assurance)
Pemastian mutu adalah suatu konsep luas yang mencakup
semua hal baik secara tersendiri maupun secara secara kolektif, yang
akan mempengaruhi mutu dari obat yang dihasilkan. Pemastian mutu

48
adalah totalitas semua pengaturan yang dibuat dengan tujuan untuk
memastikan bahwa obat dihasilkan dengan mutu yang sesuai dengan
tujuan pemakaiannya.
Ruang lingkup QA mencakup :
a. Review & Release
Sebelum melakukan release produk, QA memastikan/
mereview melalui BPO yang telah di isi oleh operator produksi
terkait pengisian, waktu kerja dan penyimpangan, setelah
verifikasi selesai dan semua record sudah direview. Dikatakan
output release jika finishing Product sesuai dengan BPO.
b. Penanganan Penyimpangan
Penanganan Penyimpangan merupakan semua kondisi
yang tidak sesuai dengan prosedur atau persyaratannya baik
secara internal maupun regulatory. Penyimpangan dibagi menjadi
empat macam yaitu:
1. Minor adalah ketidak sesuaian CPOB yang tidak berdampak
pada kualitas produk tetapi harus dilakukan perbaikan dan
pencegahan sesuai dengan batas waktu yang telah di tetapkan.
Contoh : Kesalahan pencatatan informasi di log book.
2. Mayor kemungkinan dapat berpengaruh ke kualitas produk
dan status registrasi, amaka harus di lakukan kajian resiko
beserta perbaikan dan pencegahan dengan cepat.
3. Kritikal (Pelanggaran berat)
Temuan yang berdampak kritis dan membahayakan pasien
pengguna obat. Memerlukan tindakan perbaikan dan
pencegahan segera dan dilaporkan bila tindakan perbaikan dan
pencegahan telah selesai di laksanakan. Dikategorikan kritikal
apabila mencakup :
 Bersifat sistemik yang berpengaruh kepada produk
sehingga mengancam kesehatan manusia

49
 Pola teridentifikasi dan Terkait proses utamanya pada
aspek system manajemen mutu validasi, tata udara dan
sistem pengolahan air.
c. Penanganan Customer Complain
Dibedakan menjadi dua PQC dan Pharmacovigilance
complaint. Site hanya melakukan investigasi PQC (Product
Quality Complain). Contohnya bocor kemasan, tablet pecah, sirup
berubah warna, expired date tidak jelas dll. Sedangkan
Pharmacovigilance complaint ditangani oleh Pharmacovigilance
team yang kemudian dievaluasi oleh pihak RnD. Contoh kasus
Pharmacovigilance yaitu efek samping yang tidak diharapkan.
Asal complaint yaitu dari distributor dan End Customer.
Semua bentuk complain harus didokumentasi dan diinvestigasi
untuk menemukan root cause serta menetapkan CAPA. Semua
bentuk deviasi harus didokumentasikan dan diinvestigasi untuk
menetapkan akar masalah (root cause) serta menetapkan CAPA
(Corrective Action Preventive Action). Root Cause analysis yang
digunakan adalah why analysis, fish bone dan lain sebagainya.
1) Penanganan Product Recall
Recall merupakan produk yang ditarik setelah
didistribusikan ke distributor maupun end customer. Recall
dapat berasal dari perintah regulatory agency maupun dari
site/ industri sendiri. Recall harus didokumentasikan dan
diinvestigasi untuk menemukan root cause serta menetapkan
CAPA. Bila dalam dua tahun tidak ada recall maka dapat
dilakukan mock recall (simulasi recall) untuk mengevaluasi
system recall yang ada.
Recall terbagi menjadi 3 class, yaitu :
 Recall class 1 penarikan sampai konsumen
 Recall class 2 penarikan sampai retailer
 Recall class 3 peenarikan sampai distributor

50
2) Pengendalian Perubahan
Semua perubahan baik temporary maupun permanen
harus dikendalikan dan didokumentasi. PT Prima Medika
Laboratories menggunakan sistem Change control untuk
mengendalikan perubahan. Semua perubahan harus dievaluasi
oleh regulatory team.
d. Internal Audit
Bertujuan untuk mengevaluasi kepatuhan dan kesesuaian
antara peraturan dengan aktualisai pelaksanaan quality sistem.
Laporan audit dan audit response didokumentasi dan diinvestigasi
untuk menemukan root cause serta menetapkan CAPA. Lead
auditor harus terkualifikasi/ tersertifikasi sebagai auditor. Auditor
tidak boleh mengaudit area yang menjadi responsibilitasnya agar
hasil audit dapat objektif. Auditor merupakan orang/ tim yang
mengaudit, sedangkan auditee merupakan orang/ tim yang sedang
diaudit.
e. Audit Vendor
Berlaku untuk material dan vendor local baru, vendor
import baru, maupun yang mengalami perubahan,. Vendor dalam
hal ini manufacturing site maupun distributor. Proses pemilihan
dimulai dengan mengkualifikasi vendor yang sesuai dan
perjanjian kontrak dilakukan oleh Business Development (BD)
dan QA. Setelah vendor mengisi form maka Business
Development dan QA melakukan perhitungan nilai (Score)
vendor. Setelah itu vendor di minta untuk mengisi for sebagai
database jika vendor mendapat score ≥ 6 dan form database telah
dilengkapi maka vendor dapat di masukan kedalam master
supplier oleh purchasing manager
f. In Proses Control
Untuk memastikan keseragaman bets dan keutuhan obat,
prosedur tertulis yang menjelaskan pengambilan sampel,
pengujian atau pemeriksaan yang harus dilakukan selama proses

51
dari tiap bets produk hendaklah dilaksanakan sesuai dengan
metode yang telah disetujui oleh kepala bagian Manajemen mutu
(Pemastian mutu) dan hasilnya dicatat. Pengawasan tersebut
dimaksudkan untuk memantau hasil dan memvalidasi kinerja dari
proses produksi yang mungkin menjadi penyebab variasi
karakteristik produk dalam proses.
Selama proses dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui
lebih awal jika terjadi penyimpangan selama proses berlangsung,
untuk menjamin ketika ada penyimpangan bisa diidentifikasi
waktu dan kegiatan IPC tertulis di IKS, dan memastikan produk
masih sesuai dengan spesifikasinya.
3.6.2 Personalia
Sumber daya manusia sangat penting dalam pembentukan dan
penerapan system pemastian mutu yang memuaskan dan pembuatan
obat yang benar. Oleh sebab itu industri farmasi bertanggung jawab
untuk menyediakan personil yang terkualifikasi dalam jumlah yang
memadai untuk melaksanakan semua tugas. Tiap personil hendaklah
memahami tanggung jawab masing-masing dan dicatat. Seluruh
personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta memperoleh
pelatihan awal dan berkesinambungan termasuk instruksi mengenai
hygiene yang berkaitan dengan pekerjaannya.
PT. Prima Medika Laboratories memiliki 7 departemen dalam
menjalankan kegiatan perusahaan. Setiap karyawan harus memiliki
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang memadai untuk
menjalankan tanggung jawabnya masing-masing. Mereka harus
memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik dalam melaksanakan
tugasnya, hal ini dapat diketahui dari pemeriksaan kesehatan yang
rutin dilakukan. Mereka juga hendaknya memiliki sikap dan
kesadaran yang tinggi untuk menerapkan CPOB dalam melaksanakan
setiap pekerjaan.
Dalam menciptakan hubungan yang harmonis, sehat, efektif dan
efisien antara pengusaha dan karyawan serta meningkatkan kinerja

52
karyawan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan dan
kesejahteraan karyawan, maka dibuat suatu peraturan perusahaan yang
bertujuan untuk:
1. Mempertegas hak-hak dan kewajiban pengusaha dan karyawan
serta timbal balik untuk membina hubungan kerja yang sehat dalam
PT. Prima Medika Laboratories Menetapkan syarat-syarat kerja
bagi karyawan
2. Mengatur tata kerja penyelesaian perselisihan antara pengusaha dan
karyawan baik yang diakibatkan oleh perbedaan pendapat atau
penafsiran melalui suatu hal yang berkaitan dalam pelaksanaan hak
dan kewajiban maupun diakibatkan oleh hal yang lain
3. Memperbaiki, mempertahankan serta mengembangkan hubungan
kerja yang baik dan harmonis antara pengusaha dan karyawan. PT.
Prima Medika Laboratories mengikuti sistem 5 hari kerja setiap
minggunya yaitu senin sampai dengan jumat, dari pukul 08.00
sampai 17.00 WIB.
Bagian personalia berfungsi dalam mengatur perencanaan dan
pengadaan serta pengendalian sumber daya manusia, koordinasi antar
unit kerja dan system pengkajian. Tugas bagian personalia secara
umum dapat dirinci sebagai berikut :
a. Mengkoordinir pelaksanaan pengadaan tenaga kerja yang
disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan
b. Mengatur pelaksanaan pengembangan kepegawaian
c. Melaksanakan pengkajian, pengupahan dan pemberian imbalan
jasa pegawai
d. Mengatur pelaksanaan administrasi kepegawaian perusahaan
e. Mengatur pelaksanaan program jaminan sosial dan kesejahteraan
pegawai
f. Melaksanakan hubungan kerja dan anggaran dibidang sumber daya
manusia
g. Menyusun rencana kerja dan anggaran perusahaan di bidang
sumber daya manusia

53
h. Memelihara terciptanya suasana kerja yang mendukung
operasional perusahaan.
3.6.3 Bangunan dan Fasilitas

Bangunan dan fasilitas untuk pembuatan obat harus memiliki


desain, konstruksi dan letak yang memadai serta disesuaikan
kondisinya dan dirawat dengan baik untuk memudahkan pelaksanaan
operasi yang benar. Tata letak dan desain ruangan harus dibuat
sedemikian rupa untuk memperkecil risiko terjadi kekeliruan,
pencemaran silang, penumpukan debu atau kotoran, dan dampak lain
yang dapat menurunkan mutu obat. Secara umum persyaratan
bangunan menurut CPOB :
a. Letak bangunan hendaklah sedemikian rupa untuk mencegah
terjadinya pencemaran dari lingkungan sekelilingnya, seperti
pencemaran dari udara, tanah dan air, maupun dari kegiatan
industri lain yang berdekatan.
b. Bangunan dan fasilitas hendaklah dikonstruksi dilengkapi dan
dirawat agar memperoleh perlindungan maksimal. Bangunan dan
faslitas hendaklah dirawat, dibersihkan dan bila perlu didisinfeksi
susuai prosedur tertulis rinci
c. Seluruh bangunan dan fasilitas termasuk area produksi,
laboratorium area penyimpanan koridor dan penyimpanan koridor
dan lingkungan sekeliling bangunan hendaklah dirawat dalam
kondisi bersih dan rapih. Kondisi bangunan hendaklah ditinjau
secara teratur dan diperbaiki dimana perlu perbaiakan serta
perawatan bangunan dan fasilitas hendaklah dilakukan hati-hati
agar kegiatan tersebut tidak memengaruhi mutu obat.
d. Dalam menentukan rancang bangun dan tata letakhendaklah
dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut: Kesesuaian dengan
dengan kegiatan lain yang mungkin dilakukan didalam sarana
yang sama atau sarana yang berdampingan.
e. Tata letak ruang yang sama sedemikian rupa untuk
memungkinkan kegiatan produksi dilaksanakan didaerah yang

54
letaknya diatur secara logis dan berhubungan mengikuti urutan
tahap produksi dan menurut kelas kebersihan yang disyaratkan,
luasnya ruang kerja yang memungkinkan penempatan peralatan
dan bahan secara teratur dan logis serta terlaksananya kegiatan,
kelancaran arus kerja, komunikasi, dan pengawasan yang efektif
pencegahan penggunaan kawasan industri sebagai lalulintas
umum.
f. Permukaan bagian dalam ruangan (dinding, lantai,dan langit-
langit) hendaklah licin, bebas dari keretakan dan sambungan yang
terbuka secara mudah dibersihkan dan bila perlu mudah
didesinfeksi.
g. Saluran air limbah hendaklah cukup besar dan mempunyai bak
control serta ventilasi yang baik.
h. Area produksi diventilasi secara efektif dengan fasilitas
pengendali udara.

PT. Prima Medika Laboratories berlokasi di Jl. Raya Serang


Desa Kadu RT.017/RW 04 Tangerang. PT. Prima Medika
Laboratories sesuai CPOB dengan tujuan untuk mencegah
kontaminasi silang antara produk.
Pada Plant 1 terdapat fasilitas sediaan steril dan non steril,
pada Plant 2 terdapat fasilitas obat antivirus, solid, dan semi solid.
Pada departemen QC terdapat fasilitas Laboratorium Fisika Kimia,
Laboratorium Mikrobiologi, Ruang Retained sample, sedangkan
untuk gudang (Warehouse) terdapat Gudang Obat Jadi (GOJ),
Gudang Bahan Baku, (GBB) dan Gudang Bahan Kemas (GBK).
Fasilitas lain sumber listrik, sumber air, sumber uap panas,
sumber energi gas dan tata udara. Sumber listrik berasal dari PLN,
generator set dan solar, sumber air berasal dari Sumur, sumber uap
panas berasal dari boiler steam/ ketel uap, tata udara berasal dari
Heating Ventilation and air conditioning (HVAC).

55
A. Desain Pabrik
Ruang penerimaan bahan karantina barang masuk,
penyimpanan bahan awal dan bahan pengemas, penimbangan dan
penyerahan produk, pengolahan, pencucian peralatan,
penyimpanan peralatan, penyimpanan produk ruahan, pengemasan,
karantina produk jadi sebelum pelulusan akhir, pengiriman produk
dan laboratorium pengawasan mutu di buat dalam ruang terpisah
satu sama lain. Didalam area produksi terdapat beberapa ruang
yaitu Black area, Grey area, dan White area. Dimana ruangan-
ruangan tersebut terpisah satu sama lain sesuai dengan spesifikasi
mutu produk yang dibuat. Jenis peralatan yang digunakan di area
produksi memiliki kapasitas yang berbeda-beda, hal ini
memungkinkan beberapa produk di produksi dalam waktu yang
bersamaan.
Untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi maka sudut
antara dinding dengan lantai berbentuk lengkungan, celah antara
rangka jendela dengan kaca dan celah pada pemasangan lampu
serta pipa harus dihindari, sehingga mengurangi resiko adanya
debu yang tersimpan. Penggunaan cat epoksi untuk melapisi
permukaan dinding dan lantai untuk area produksi bertujuan untuk
memperoleh permukaan yang rata dan tidak berpori, tahan
terhadap bahan kimia, serta mudah dibersihkan.
PT. Prima Medika Laboratories mempunyai ruangan
dengan klasifikasi berbeda-beda dipisahkan oleh ruangan antara.
Tiap ruangan diberi nama ruangan untuk identitas masing-masing
ruangan sesuai kegunaan dan untuk mapping pabrik sesuai RIP
(Rencana Induk Pembangunan).

56
Gambar 3.2 Layout produksi streril non betalactam
Keterangan :
Putih white area Kantin Panel
Grey area Toilet Gudang
Black Ruang IC

57
Gambar. 3.3 Layout Produksi Solid, Semi-Solid dan Anti-Virus
Keterangan :
Grey area Kantin Panel
Lobby Black
Gudang Toilet

B. Gudang/ Ware house


Penerimaan dan Penyimpanan Barang
Pada saat barang datang personil bertanggung jawab dalam
hal pemeriksaan kondisi fisik maupun dokumen barang atau
material agar sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dan
disetujui. Pemeriksaan terhadap material meliputi :

58
1. Memastikan setiap material yang datang memiliki CoA
(Certificate of Analysis) yang dikeluarkan oleh supplier
2. Menyesuaikan barang yang ada dengan CoA yang didapatkan
meliputi : Jenis, nama supplier, no batch, expiry date.
3. Memeriksa surat jalan dan kondisi material (Sesuaian alamat,
nama, nomor PO dan jumlah material).
4. Khusus untuk material API dan bulk personil harus memeriksa
kesesuaian jumlah secara acak antara actual dan surat jalan.
5. Memeriksa kondisi template dan mencatat no template
6. Pada form pemeriksaan dibuat nama barang, tanggal terima,
disertai tandatangan personil yang menerima.
Setelah dilakukan pemeriksaan dan penerimaan barang atau
material personil harus segera mengondisikan keadaan barang
dengan terlebih dahulu dilakukan karantina pada inhold staging
area. Personil harus memeriksa kondisi kebersihan dan
penempatan material. Apabila terdapat dua batch berbeda pada satu
material yang sama maka material harus diberi separator sebagai
pemisah yang bertujuan menghindari terjadinya kesalahan pada
proses pengambilan material.
PT. Prima Medika Laboratories memiliki beberapa gudang
yaitu Gudang Bahan Baku (GBB), Gudang Bahan Kemas (GBK)
dan Gudang Obat Jadi (GOJ) dan Gudang API. Secara umum
kegiatan yang dilakukan pada setiap gudang adalah sebagai
berikut:
1. Gudang Bahan Baku (GBB)
a. Menangani penerimaan bahan baku
b. Menangani penyerahan bahan baku untuk produksi sesuai
dengan jurnal permintaan bahan baku dari bagian produksi
c. Mencatat keluar masuk bahan baku pada kartu stock bahan
baku di gudang setiap ada bahan baku yang keluar.
Bahan baku yang disimpan di gudang bahan baku PT.
Prima Medika Laboratories yaitu bahan-bahan untuk

59
memproduksi produk-produk PT. Prima Medika Laboratories
Kondisi penyimpanan bahan baku di gudang PT. Prima Medica
Laboratories disesuaikan dengan bahan baku.
2. Gudang Bahan Kemas (GBK).
a. Menangani penerimaan Bahan Kemas untuk blister, strip,
ampul, vial, wadah, dan pengemas lainnya
b. Menangani penyerahan bahan kemas untuk packaging primer
pada grey area dan packaging sekunder dan tersier pada
black area
c. Mencatat keluar masuk bahan kemas pada kartu stock di
gudang setiap ada bahan kemas yang keluar. Kondisi
penyimpanan digudang ini menggunakan cool room dengan
suhu kamar (≤ 25 0C)
3. Gudang Obat Jadi ( GOJ )
Kegiatan ini dilakukan di gudang finishing product antara lain :
a. Menangani proses penerimaan finishing product dari bagian
produksi
b. Menyiapkan dan mengirimkan finished good sesuai dengan
order penjualan dari bagian marketing
c. Proses penyimpanan dan penyiapan pengiriman finishing
Product
d. Menangani return finishing product dari customer
Di gudang finishing product (gudang Obat Jadi) PT. Prima
Medika Laboratories produk ditempatkan berdasarkan jenis
sediaan, dimana antara tablet, sirup, injeksi, salep disimpan
secara terpisah cara distribusi produk PT Prima Medika
Laboratories menggunakan metode FEFO (First Expired First
Out).
Pada gudang bahan baku dan bahan kemas masing-masing
mempunyai:

60
a. Ruang karantina yaitu ruang tempat menyimpan bahan baku
sementara selama bahan tersebut dalam proses pengujian
laboratorium pengawasan mutu
b. Ruang sampling yaitu ruang tempat dilakukan pengambilan
contoh bahan baku oleh bagian pengawasan mutu. Ruang
sampling PT. Prima Medika Laboratories di bagian grey area
tetapi untuk bahan baku sediaan steril pengambilan harus di
lakukan di dalam LAF
c. Ruang diluluskan yaitu ruang tempat menyimpan bahan baku
setelah bahan baku tersebut diluluskan (released) oleh
pengawasan mutu
d. ditolak untuk raw material yaitu ruangan tempat produk
kembalian yang tidak dapat diolah ulang atau harus
dimusnahkan.
4. Gudang API
Gudang ini merupakan gudang penyimpanan bahan-bahan
yang mudah terbakar, yaitu alcohol dan bahan lain yang mudah
terbakar. Gudang API terletak digedung terpisah dengan gedung
lainnya dibelakang gedung produksi. Pada gudang API
digunakan Exhaust untuk mengeluarkan uap yang dihasilkan
dari bahan-bahan yang tersimpan didalam gudang.
C. Pengolahan Air untuk Produksi
Air merupakan salah satu aspek kritis (vital) dalam
pelaksanaan GMP. Hal tersebut disebabkan karena air merupakan
bahan baku dalam jumlah besar, terutama untuk produk sirup,
injeksi dan lain-lain. Bila tercemar, beresiko sangat fatal bagi
pemakai (pasien). Tujuan dari sistem pengolahan air untuk
produksi adalah menghilangkan cemaran sesuai dengan standar
kualitas air yang telah ditetapkan oleh acuan standar.
Purified Water System merupakan suatu sistem pengolahan
air yang digunakan untuk proses produksi. Pada proses pengolahan
air ini, air yang digunakan adalah air yang terdapat pada sumur

61
penampungan air. Kemudian air tersebut diproses dengan
menggunakan sistem pemurnian air atau yang dikenal dengan
Purified Water System. Adapun proses yang dilalui dalam
pengolahan air tersebut adalah :
a. Multi Media Filter (MMF)
MMF berfungsi untuk menghilangkan lumpur, endapan
dan partikel partikel yang terdapat pada raw water.
b. Active Carbon Filter
Karbon aktif berfungsi sebagai pre-treatment sebelum
proses de-ionisasi untuk menghilangkan chlorine, chloramines,
benzene, pestisida, bahan-bahan organik, warna, bau dan rasa
dalam air.
c. Water Softener Filter
Berisi resin anionik yang berfungsi untuk
menghilangkan dan/ atau menurunkan kesadahan air dengan
cara mengikat ion Ca2+ dan Mg2+ yang menyebabkan tingginya
tingkat keasadahan air.
d. Reverse Osmosis
Reverse Osmosis merupakan teknik pembuatan air
murni (purifed water) yang dapat menurunkan hingga 95%
Total Dissolve Solids (TDS) didalam air. Reverse osmosis
terdiri dari lapisan filter yang sangat halus (hingga 0,0001
mikron). Air melalui sinar UV 100% UV level, nilai UV = 254
nm bertujuan untuk proses pembunuhan bakteri.
e. Tangki Penampung untuk mengatur pH
Pada tangki ini dilakukan penambahan NaOH, dengan
tujuan untuk mengatur pH air. Selanjutnya, air akan difilter
dengan membran filter sebelum masuk kedalam tangki EDI
(Electonic De-Ionization).
f. EDI (Electonic De-Ionization)
EDI (Electonic De-Ionization) merupakan
perkembangan dari ion Exchange system dimana sebagai

62
pengikat ion (+) dan (-) dipakai juga elektroda disamping resin.
Elektroda ini dihubungkan dengan arus listrik searah sehingga
proses pemurnian air dapat berlangsung terus menerus tanpa
perlu regenarasi. Setelah melewati EDI, selanjutnya purifed
water yang dihasilkan ditampung dalam tanki penampungan
(storage tank).
g. Tangki Penampungan
Setelah melewati EDI, selanjutnya purifed water yang
dihasilkan ditampung dalam tanki penampungan (storage tank)
yang dilengkapi dengan CIP (cleaning in place) dan looping
system.
CPOB 2018 mensyaratkan bahwa air yang digunakan untuk
proses produksi harus disirkulasi selama 24 jam. Untuk itu dalam
Purifed Water System harus dilengkapi dengan looping system
sehingga memungkinkan air disirkulasi selama 24 jam. Pada sistem
ini harus dilengkapi dengan TOC (Total Organic Carbon),
conductivity dan endotoksin monitoring untuk memantau jumlah
senyawa karbon yang terdapat dalam air. Senyawa - senyawa
karbon tersebut dapat berasal dari bangkai kuman (bakteri) yang
mati pada saat proses pengolahan air. Bangunan pengolahan air
harus terpisah dari bangunan untuk proses produksi walaupun
demikian letaknya sebaiknya berdekatan, agar resiko pencemaran
dapat ditekan seminimal mungkin selama distribusi dalam pipa
penyalur.
D. Pengolahan Limbah PT. Prima Medika Laboratories
Limbah industri farmasi merupakan bahan sisa suatu
kegiatan atau proses pada suatu industri yang dapat mempengaruhi
lingkungan sekitarnya sehingga pengolahannya harus ditangani
sedemikian rupa agar tidak menggangu lingkungan.
Macam - macam limbah di PT. Prima Medika Laboratories dan
penanganannya :
1. Limbah Padat

63
Limbah padat yang dihasilkan biasanya berupa sisa-sisa
buangan seperti kertas, plastik, dan kemasan bekas zat aktif dan
tambahan obat, dan hasil padatan lainnya serta limbah padat
yang terdapat pada filter di bak penampungan awal limbah cair.
Dalam pengolahan limbah padat, PT. Prima Medika
Laboratories bekerjasama dengan pihak ketiga.
2. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)
Limbah B3 yang dihasilkan, Dalam pengolahan limbah
B3, PT. Prima Medika Laboratories bekerjasama dengan pihak
ketiga yaitu Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLI) untuk
melakukan pengolahan limbah B3, tetapi limbah yang di
hasilkan di kumpulkan di tempat pembuangan sementara
(TPS) kemudian diserahkan ke pihak ketiga. Untuk limbah gas
seperti karbon oksida (CO) dilakukan ileh pihak EHS dengan
membuat laporan Plant Trip Report yang dilakukan setiap 6
(enam) bulan sekali.
3. Limbah cair
Limbah cair yang dihasilkan berasal dari laboratorium
dan Produksi, diantaranya :
a. Limbah cair laboratorium
Berupa reagen-reagen dan pengolahannya dengan dibawa
ke tempat pembuangan dan diolah.
b. Limbah cair produksi
Limbah cair yang diolah oleh IPAL di PT. Prima
Medika Laboratories adalah limbah cair selain dari produksi
antivirus dan injeksi.
E. Teknik dan Maintenance
Bagian ini berperan dalam pelaksanaan kegiatan
operasional, pemeliharaan serta perbaikan sarana produksi,
bangunan dan sarana penunjang lainnya. Bagian teknik dalam
melakukan perawatan/ maintenance dibagi menjadi :
1. Listrik/ Electrical

64
Memelihara seluruh peralatan yang menggunakan listrik
antara lain :

a. Mesin/ Mechanical
b. Memelihara seluruh mesin - mesin produksi dan alat
penunjang lainnya seperti : boiler, compressor, chiller,
sistem tata udara (AHU/ HVAC/ Heating Ventilating and
Air Conditioning), sistem pengolahan air meliputi water
system dan IPAL.
c. Air Handling Unit (AHU)/ HVAC
AHU merupakan persyaratan mutlak yang harus
dipenuhi untuk industri farmasi yaitu berfungsi sebagai
pengatur tekanan udara yang masuk ke ruang produksi.
Udara luar disaring dengan filter sebelum masuk ke ruang
produksi melalui pipa (ducting). AHU memiliki 2 filter
yaitu prefilter dengan efisiensi 25 % dan medium filter
dengan efisiensi 95 %, bakteri filter 99,97 %. AHU terdiri
dari beberapa alat yang memiliki fungsi berbeda - beda
yang terdiri dari :
 Cooling coil, berfungsi mengontrol suhu udara yang
akan didistribusikan ke ruangan produksi. Proses
pendinginan udaradilakukan dengan mengalirkan
udara yang berasal dari campuranudara balik dan udara
luar melalui kisi - kisi (coil) evaporator yang bersuhu
rendah. Proses tersebut menyebabkan terjadinya
kontak antara udara dan permukaan kisi evaporator
yang akan menghasilkan udara dengan suhu lebih
rendah.
 Static Pressure Fan (Blower), berfungsi untuk
menggerakkan udaradi sepanjang sistem distribusi
udara yang terhubung dengannya.

65
 Blower berupa blower radial yang memiliki kisi-kisi
penggerak udara yang terhubung dengan motor
penggerak blower. Motor berfungsi mengubah energi
listrik menjadi energi gerak. Energi gerak inilah yang
disalurkan ke kisi - kisi penggerak udara hingga
kemudian dapat menggerakkan udara. Blower dapat
diatur aga rmenghasilkan frekuensi perputaran yang
tetap hingga menghasilkan output udara dengan debit
yang tetap.
 Filter, merupakan bagian AHU yang berfungsi untuk
mengendalikan dan mengontrol jumlah partikel dan
mikroorganisme yang mengkontaminasi udara masuk
ke dalam ruang produksi. Filter yang digunakan dibagi
menjadi beberapa jenis, tergantung efisiensinya, yaitu
prefilter, medium filter, dan High Efficiency
Particulate Air (HEPA) filter. Penempatan filter diatur
berdasarkan jenis dan efisiensi penyaringan filter yang
menentukan kualitas udara yang dihasilkan.
 Ducting, berfungsi sebagai saluran tertutup tempat
mengalirnya udara. Secara umum, ducting merupakan
sebuah sistem saluranudara tertutup yang
menghubungkan blower dengan ruang produksi, yang
terdiri dari saluran udara yang masuk (ducting supply)
dan saluran udara yang keluar dari ruangan produksi
dan masuk kembali ke AHU (ducting return). Ducting
didesain hingga dapat mendistribusikan udara ke
seluruh ruangan produksi yang membutuhkan dengan
hambatan udara sekecil mungkin.
 Dumper, bagian dari ducting AHU berfungsi mengatur
jumlah udara yang dipindahkan ke dalam ruang
produksi. Besar kecilnyadebit udara yang dipindahkan
dapat diatur sesuai denganpengaturan tertentu pada

66
dumper. Hal ini berguna terutama untukmengatur
besarnya debit udara yang sesuai dengan ukuran
ruangan yang akan menerima distribusi udara tersebut
selanjutnya dikirim ke tiap ruang produksi sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan.
HVAC (Heating, Ventilating and Air
Conditioning), merupakan salah satu sarana penunjang
kritis yang memegang peran penting dalam industri
farmasi. Hal ini antara lain disebabkan karena :
a. Untuk memberikan perlindungan terhadap lingkungan
pembuatan produk.
b. Memastikan produksi obat yang bermutu.
c. Memberikan lingkungan kerja yang nyaman bagi
personil.
d. Memberikan perlindungan pada Iingkungan di mana
terdapat bahan berbahaya melalui pengaturan sistem
pembuangan udara yang efektif dan aman dari bahan
tersebut.
2. Sistem HVAC adalah suatu sistem yang mengondisikan
lingkungan melalui pengendalian suhu, kelembaban, arah
pergerakan udara dan mutu udara - termasuk pengendalian
partikel dan pembuangan kontaminan yang ada di udara
(seperti ‘vapors’ dan ‘fumes’). Secara Umum fungsi HVAC
sebagai fasilitas tata udara adalah untuk menciptakan kondisi
lingkungan tempat agar mememuhi semua persyaratan teknis
bagi dilaksanakannya kegiatan farmasi.
F. Sistem Tata Udara
Sebagai pusat pengendalian udara yang diperuntukkan
khusus untuk ruang produksi, berfungsi untuk mendinginkan suhu
di dalam ruangan, mengatur kelembaban serta mengatur tekanan
udara pada suatu ruangan. AHU (Air Handling Unit) merupakan
bagian dari HVAC yang diberi filter agar memenuhi kriteria kelas

67
ruangan. AHU di PT. Prima Medika Laboratories terbagi dalam 11
sentral pada plant 1 dan plant 2 yaitu :

1. AHU Plant 1 (AHU 1)


AHU (Air Handling Unit) ini dikhususkan untuk white
area kelas A dan B. Biasanya digunakan untuk ruang
penimbangan, filling, mixing (ruang produksi steril). AHU 1
mempunyai 5 bagian yaitu A 01 (Untuk area LAF kelas A),
B01 semua bagian ruangan white area (All Area White) C01
(Semua area white), E01 (Area grey persiapan 1 dan persiapan
2), E02 Ruang penimbangan non steril.
2. AHU Plant 2
Terbagi menjadi 2 bagian besar yaitu CPOB dan
CPOTB AHU CPOB terbagi menjadi 7
1) AHU 1 (Area zona keluar masuk)
2) AHU 2 (Area antivirus)
3) AHU 3 ( Area Semisolid)
4) AHU 4 (Area Line Halal)
5) AHU 6 (Area Produksi Solid)
6) AHU 6A (Area timbang)
7) AHU 11 (Area Inline)
Sedangkan CPOTB terbagi menjadi 5 bagian
8) AHU 5 (Area RH rendah)
9) AHU 7 (Area Solid)
10) AHU 8 (Area Solid)
11) AHU 9 (Area Solid)
12) AHU 10 (Ruang Timbang)
Relative Humidity (RH) Rendah digunakan untuk
membuat obat yang sensitif terhadap kelembababan contoh
Obat tradisional.
Hepa filter untuk udara pada bangunan produksi
diatur melalui sistem Air Handling Unit (AHU) yang dikelola
untuk mencegah kontaminasi silang. Pada ruangan tertentu juga

68
dilengkapi dengan heap filter, hepa filter yang dipakai yaitu
hepa filter H-14 dengan efficiency 99,997%, ruang LAF juga
menggunakan hepafilter H-14.
Untuk mengontrol mengatur kelembaban udara
ruangan digunakan heater coil, dimana ketika kelembaban
udara tinggi makan heatler akan menyala. Untuk mengawasi
suhu dan kelembaban digunakan alat Termohygrometer,
sedangkan untuk melihat tekanan udara menggunakan alat
magnehelic.
Parameter kritis yang di kontrol oleh sistem HVAC adalah :
1) Suhu dan Kelembaban (RH)
Berkaitan dengan kenyamanan personil yang bekerja pada
ruangan, dan stabilitas dari material yang dikerjakan.
2) Partikel Udara
Sesuai dengan kelas kebersihan yang didukung oleh
HVAC. Pada Tabel 1. Klasifikasi Kebersihan Ruang
Pembuatan obat.
a. Perbedaan tekanan antar ruang , mempengaruhi arah
aliran udara. Arah aliran udara bergerak dari kelas
kebersihan tinggi (A) ke kelas kebersihan yang lebih
rendah (B,C,D,E). Hal ini sangat berpengaruh untuk
mencegah adanya kontaminasi silang.
b. Jumlah pertukaran udara dalam ruangan perjam atau
ACH (Air Change Hour)
c. Sistem Filtrasi Udara
Pertimbangan dalam menentukan setiap
parameter kritis yang akan di kontrol oleh HVAC
a) Klasifikasi ruang
b) Produk/bahan yang digunakan
c) Jenis proses, padat, cairan/semi padat atau steril
d) Proses terbuka atau tertutup
e) Rekomendasi Sistem Tata Udara

69
3.6.4 Peralatan

Jenis peralatan di PT. Prima Medika Laboratories meliputi


yang bersentuhan dengan bahan baku, produk antara, produk ruahan
obat atau obat jadi, dipilih yang terbuat dari stainless steel atau kaca
atau bahan inert lainnya untuk mencegah terjadinya reaksi kimia,
adisi atau absorbsi oleh bahan-bahan dari peralatan sesuai dengan
tabel spesifikasi peralatan sesuai pedoman CPOB Tabel 4. Sarana-
sarana yang diperlukan dalam menjalankan peralatan juga
diperhatikan dan diatur sedemikian rupa, seperti letak sambungan
listrik, saluran air dan gas.

Saat ini PT. Prima Medika Laboratories telah mempunyai


beberapa mesin yang canggih seperti mesin satu line (In line) yang
terdapat pada ruang produksi tablet, mulai dari pencucian hingga
capping dilakukan secara otomatis, mesin boiler, mesin mixing, mesin
filling dan lain sebagainya dengan kapasitas produksi tertentu.

Pemeliharaan kebersihan peralatan dilakukan menurut jadwal


dan cara yang tepat dan dibuat harian. Catatan mengenai pelaksanaan
pemeliharaan dan pemakaian suatu peralatan utama yang
mencantumkan tanggal, waktu, produk, kekuatan dan nomor setiap
bets yang diolah dengan peralatan tersebut. Pemeliharaan tiap
peralatan utama harus ditandai dengan pemberian label yang berisi
nomor pengenal untuk membedakan antara peralatan yang akan
dibersihkan atau sedang dalam proses produksi atau dipakai. Label
berwarna putih Clean tag menandakan bila mesin sudah dibersihkan
(bersih) label kuning menandakan bahwa ruangan sudah dilakukan
pembersihan oleh operator yang di paraf oleh supervisor dan IPC, hal
ini menandakan peralatan sudah bersih dan siap digunakan untuk
proses produksi. sedangkan label hijau menandakan jika sedang ada
proses produksi.

70
3.6.5 Sanitasi dan Hygiene

Usaha sanitasi dan hygiene di PT. Prima Medika Laboratories


dilakukan terhadap semua ruang lingkup sanitasi dan hygiene :
1. Personalia
Setiap personil yang berhubungan dengan pembuatan,
pengolahan, pengemasan, penyimpanan dan pengawasan mutu
obat harus memperhatikan hygiene dengan memakai pakaian kerja
yang bersih dan memakai sepatu atau sandal yang telah
disediakan. Alat-alat pelindung diri (APD) seperti masker, ear
Phone, topi khusus dan sarung tangan yang digunakan untuk
mencegah kontaminasi produk dan menjaga kesehatan operator.
Pakaian kerja dan perlengkapan produksi yang kotor disimpan
dalam wadah tertutup di ruang antara sampai saat dilakukannya
pembersihan peralatan. pakaian kotor yang sudah digunakan
memiliki ruang pencucian (laundry) tersendiri yang bertujuan
untuk mencegah terjadinya kontaminasi dengan pakaian kerja
lainnya. Di PT. Prima Medika Laboratories juga menyediakan
pemeriksaan kesehatan sebelum karyawan diterima bekerja
berupa rontgen torax, buta warna, berbadan sehat dan
pemeriksaan TBC dan pemeriksaan selanjutnya dilakukan medical
check up secara berkala setiap satu tahun sekali pemeriksaannya
berupa pemeriksaan dan konseling kesehatan, buta warna, ritme
jantung dan tekanan darah. Personil yang melakukan pemeriksaan
visual dilakukan pemeriksaan kesehatan mata dan setelah itu
dilakukan kualifikasi mata yang dilakukan setiap 6 bulan sekali.
Setiap personil tidak diperbolehkan merokok, makan, minum atau
melakukan kegiatan yang dapat mengotori daerah produksi,
laboratorium, gudang dan daerah lain yang mungkin merugikan
mutu produk.
2. Bangunan
Bangunan dirancang dan dibangun sedemikian rupa
sehingga memudahkan pelaksanaan sanitasi yang baik.

71
Penyediaan toilet dengan jumlah yang cukup dan berventilasi
baik. Tempat cuci tangan bagi karyawan yang letaknya sebelum
masuk area produksi. Sampah dikumpulkan dalam wadah yang
sesuai untuk dipindahkan ke tempat penampungan diluar
bangunan. Pembersihan bangunan dilakukan berjadwal sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan.
3. Peralatan
Kegiatan pemeliharaan kebersihan terbagi menjadi dua
antara lain pembersihan operasional dan non oprasional.
Pembersihan operasional dilakukan pada saat ada kegiatan atau
sedang produksi dan dilakukan pembersihan setiap hari pada pagi
hari. Pembersihan nonoperasional berhubungan dengan peralatan
dan mesin dilaksanakan pembersihan setiap satu minggu sekali.
Sanitasi ruangan dan peralatan dilakukan setiap sebelum produksi
menggunakan alkohol (untuk produk steril). Kegiatan
pemeliharaan kebersihan peralatan meliputi bagian luar dan
bagian dalam peralatan hingga terkecil sesuai dengan cara yang
telah ditentukan. Setiap dilakukan kegiatan pembersihan harus
dituliskan dan dilaporkan dalam buku catatan pembersihan
peralatan.
4. Tahapan Sebelum dilakukan Proses Manufacturing
a. Proses Pembersihan dan sanitasi
b. Pembersihan adalah proses penyingkiran atau membersihkan
partikel yang ada dipermukaan. Sedangkan sanitasi adalah
proses pengurangan kontaminasi mikroba dengan
menggunakan reagen atau desinfektan
1) Persiapan ruangan
Ruangan yang akan digunakan untuk proses
produksi harus dalam keadaan bersih telah disanitasi dan
diberi label bersih. Sanitasi ruangan setelah proses
produksi dilakukan oleh operator. Sanitasi yang dilakukan
yaitu sanitasi lantai, kaca, dan meja, sebelum ruang

72
produksi digunakan kondisi ruangan harus diperiksa
kesesuaian dengan persyaratan tekanan, suhu dan
kelembaban, sebelum memulai produksi, harus dipastikan
bahwa sudah tercapai perbedaan tekanan udara antar
ruang. Untuk ruangan ruang granulasi dan kompresi
tablet tekanan udara didalam ruang lebih rendah dari
tekanan udara dalam koridor untuk mencegah terjadinya
kontaminasi akibat debu yang keluar dari ruang granulasi
dan kompresi, Sedangkan untuk ruang produksi liquid
dan cream tekanan udara didalam ruang diatur lebih
tinggi dari tekanan udara dalam koridor.
2) Persiapan Peralatan
Semua peralatan yang digunakan sebelum proses
produksi harus telah dibersihkan, disanitasi dan
dilengkapi dengan label bersih, setiap alat memiliki IKS
tersendiri dalam proses pembersihannya, setiap selesai
digunakan untuk produksi maka harus segera dibersihkan
oleh operator. Setiap kali selesai dibersihkan operator
harus menempelkan label bersih alat dan mencantumkan
nama produk yang diproduksi seblum pembersihan alat,
no batch paraf operator dan tanggal.
c. Line Clereance
Memastikan bahwa ruangan, equipment dokumen,
personil, material yang akan digunakan untuk proses produksi
sudah siap digunakan dan tidak ada material yang tertinggal
dari proses sebelumnya. Parameternya :
1) Tidak ada sisa bulk atau packaging material dari
produksebelumnya
2) Memastikan bahwa peralatan yang digunakan bersih dari
produk termasuk packaging komponen
3) Tidak ada dokumen atau material lain dalam ruangan atau
line selain yang diperlukan

73
4) Personil yang terlihat sudah memakai Apd yang lengkap.
3.6.6 Produksi

Produksi dilaksanakan berdasarkan permintaan pasaran yang


kemudian dibuat perencanaan produksi oleh kepala bagian yang
bekerja sama dengan Manajer Produksi, kemudian mulai menyiapkan
bahan baku untuk ditimbang dan diteruskan kepada bagian produksi
untuk di proses sampai packing sekunder dan tersier. Unit produksi
tersebut antara lain injeksi, kapsul, tablet, tablet salut selaput.
1. Proses Produksi Injeksi
Serah terima bahan kemas sesuai dengan PO (Packaging
order) kemudian masuk ke proses Washing atau pencucian
(persiapan I) Washing dimulai setelah semua parameter
pemeriksaan IPC telah dilaksanakan, kemudian bahan kemas
disterilisasi di oven pharma dengan suhu 190 °C selama 3 jam 45
menit, kemudian sterilisasi peralatan (Baju, sarung tangan, dan
sepatu white) pada Autoklaf Fedegari dengan suhu 121 °C selama
35 menit, (beker glas, gelas ukur, sendok, dan peralatan lain) pada
oven dengan suhu 190 °C selama 3 jam 45 menit . Sedangkan
untuk Bahan baku diserah terima dari Gudang Bahan Baku (GBB)
sesuai dengan BPO (Bulk Production Order) Bahan baku
dimasukan keruang penimbangan (White area) melalui passbox,
IPC sampling Water For Injection (WFI) yang akan dipakai untuk
pemeriksaan pH, conductifity, endotoksin dan bioburden,
kemudian masuk keproses timbang bahan baku, Proses
penimbangan dilakukan diruang timbang di bawah LAF oleh
produksi didampingi IPC, BB yang ditimbang harus sesuai dengan
BPO yang tertera pada weight ticket. Sebelumnya dilakukan
sanitasi ruangan, bagian produksi persiapkan semua peralatan,
change part mesin, filling rota, filling trouble, sanitasi ruangan,
alat dan mesin, Pengecekan Bahan Baku (Laporan Sampling
Analisa (LSA), Laporan Penerimaan Barang (LPB), BB, Reassay,
expired date (ED), kode BB), pengecekan line clereance.

74
Kemudian ke proses mixing, BB yang telah ditimbang dimasukan
kedalam ruang mixing dilakukan sesuai yang tertera di BPO,
kemudian bulk mixing difiltrasi dengan filter 0,2 mm + 0,45 mm
dan dilakukan pengecekan pH, osmol balk dan sampling oleh QC,
kemudian produksi melakukan set mesin untuk tinggi dan volume
ampul dan vial, selama proses filling IPC melakukan pengecekan
produk dengan parameter pengecekan tinggi, volume dan
kebersihan ampul sesuai yang dipersyaratkan di BPO. IPC
melakukan inspeksi filling dengan jumlah sampel yang diambil
sesuai dengan syarat di Instruksi Kerja Sistem (IKS), Kemudian
hasil filling dibawa ke ruang sterilisasi akhir (Untuk produk
terminal sterlization) Sterilisasi dilakukan oleh produksi pada
mesin Autoclave systec dengan suhu 121°C selama 30 menit.
Kemudian Produk disimpan di ruang ruahan yang selanjutnya di
visual inspection, dimana operator melakukan visual 100%
terhadap produk yang diproduksi, kemudian IPC melakukan
pemeriksaan visual (Verifikasi) produk yang di cek operator
produksi (metode sampling) sesuai jumlah yang tertera di IKS.
Parameter pemeriksaan antara lain, (beling, serat, partikel hitam
pertikel putih). Jika produk dinyatakan lulus uji visual maka
dilanjutkan dengan proses pengemasan pengemasan terbagi
menjadi 2 yaitu kemas primer dan sekunder yang telah di packing
disimpan diruang staging obat jadi dan diberi label hold/ karantina
kemudian dilakukan serah terima Gudang Obat Jadi (GOJ)
parameternya produksi harus memastikan produk sudah release
QA ditandai dengan tertempelnya label release pada MB produk,
Kemudian Produksi dan GOJ serah terima obat jadi.
2. Produksi Solid Tablet
Pelaksanaan produksi tablet berdasarkan catatan produksi
Abatch record / BPO (Bulk Producton order). Hal ini berisi
seluruh kegiatan produksi meliputi formula, spesifikasi bahan baku
dan pengemas, spesifikasi obat jadi, alat yang digunakan, tahap-

75
tahap pengolahan meliputi pemeriksaan kebersihan alat,
penimbangan dan pembuatan, uji dalam proses, data deviasi dan
pernyataan serah terima produk ruahan ke bagian produksi. Catatan
produksi batch record juga berisi catatan pengemasan batch yang
meliputi daftar bahan pengemas, tahap-tahap pengemasan dan
pernyataan serah terima obat jadi dari bagian produksi ke bagian
gudang.
Alur produksi tablet diawali dengan bahan baku datang dari
supplier, kemudian dilakukan sempling oleh QC, setelah
dinyatakan release QC bahan baku dikirim ke staging bahan baku,
selanjutnya dilakukan penimbangan bahan baku, kemudian
dilakukan proses granulasi dengan menggunakan mesin super
mixer.
Proses pengeringan menggunakan mesin FBD (Fluid Bed
Dryer) yang dilengkapi dengan mesin pengayakan. granul hasil
proses granulasi ditampung dalam FBD pada suhu dan waktu yang
ditentukan sesuai BPO, kemudian dilakukan pemeriksaan kadar air
menggunakan moisture analyzer, dan dilakukan pengayakan
menggunakan ayakan dengan nomor ayakan mesh 1 dan ayakan
mesh 0,8. Selanjutnya proses final mixing pencampuran zat pelicin
dan zat penolong lainnya dengan menggunakan drum mixer dan
hasil dari pencampuran terakhir ini merupakan massa yang siap
dicetak, sebelum dicetak terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan
atas distribusi partikel, homogenitas dan kadar air. Massa cetak
tersebut dilakukan oleh analis di Laboratorium QC.
Selanjutnya dilakukan proses pencetakan, selama
pencetakan tablet berlangsung dilakukan pemeriksaan terhadap
produk meliputi :
In Proces Control
 Fisik tablet (pemerian)
 Keseragaman bobot (timbangan digital)
 Diameter (jangka sorong)

76
 Tebal tablet (jangka sorong)
 Kekerasan tablet (hardness tester)
 Kerapuhan tablet (friability tester)
 Waktu hancur (disintegration tester)
Quality Control
 Identifikasi
 Keseragaman kandungan
 Yield
Pemeriksaan dilakukan setiap 30 menit dengan tekhnik
pengambilan sampel yaitu awal, tengah dan akhir selanjutnya
dilakukan pemriksaan di Laboratorium QC oleh pengawas mutu.
Setelah proses pencetakan tablet selesai, tablet tersebut dilakukan
proes pengemasan primer dan sekunder. Kemudian dimasukan
kedalalam Master box Produk yang sudah dikemas yang telah
memenuhi syarat dapat dikirim ke gudang obat jadi
3. Produksi Semi Solid
Pelaksanaan produksi semi solid berdasarkan catatan
produksi batch record / BPO (Bulk Producton order). Hal ini berisi
seluruh kegiatan produksi meliputi formula, spesifikasi bahan baku
dan pengemas, spesifikasi obat jadi, alat yang digunakan, tahap-
tahap pengolahan meliputi pemeriksaan kebersihan alat,
penimbangan dan pembuatan, uji dalam proses, data deviasi dan
pernyataan serah terima produk ruahan ke bagian produksi. Catatan
produksi batch record juga berisi catatan pengemasan batch yang
meliputi daftar bahan pengemas, tahap-tahap pengemasan dan
pernyataan serah terima obat jadi dari bagian produksi ke bagian
gudang.
Alur produksi semi solid diawali dengan bahan baku datang
dari supplier, kemudian dilakukan sempling oleh QC, setelah
dinyatakan release QC bahan baku dikirim ke staging bahan baku,
selanjutnya dilakukan penimbangan bahan baku, kemudian bahan
baku yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam alat pencampur

77
(emulsifying) dicampur terus menerus pada suhu dan waktu
tertentu hingga terbentuk massa yang dikehendaki, setelah proses
pencampuran selesai dilanjutkan dengan proses filing meggunakan
mesin filing kantex dengan pengemasan primer .
Pengecekan dilakukan oleh inspector di laboratorium In
Proses control. Pengambilan sampel sesuai dengan IKS yang telah
di tetapkan untuk masing-masing jenis produk. Setelah di realise
oleh inspector IPC kemudian di lanjutkan dengan proses
pengemasan sekunder dan pengemasan tersier.
Pengemasan sekunder dalam Unit box (UB), yang
kemudian dilanjutkan ke kemasan tersier yaitu Master box (MB)
Produk yang sudah dikemas diberi tanda hold, setelah memenuhi
syarat dapat dikirim ke gudang obat jadi.
3.6.7 Pengawasan Mutu

Pengawasan mutu (Quality control) merupakan departemen


yang bertanggung jawab dan bertugas memeriksa kualitas produk
selama proses produksi ( In Process Control ) meliputi pemeriksaan
raw material dan produk jadi. Pemeriksaan yang dilakukan oleh
laboratorium ini meliputi pengujian raw material, produk ruahan,
pengujian produk jadi dan uji stabilitas.
Pengawasan mutu di PT. Prima Medika Laboratories
dilakukan oleh QC yang bertanggung jawab untuk melaksanakan
selama produksi agar produk yang dihasilkan senantiasa memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan. Sesuai dengan tanggung jawabnya
QC melakukan pengujian yang meliputi semua fungsi analisis
termasuk pengambilan contoh, pemeriksaan dan pengujian bahan
baku, produk antara, produk ruahan, kemasan, obat jadi, program uji
stabilitas, dokumentasi dari suatu batch, penyimpanan contoh
pertinggal, penyusunan dan penyimpanan spesifikasi yang berlaku
bagi setiap bahan dan produk termasuk metode pengujiannya.

78
QC berhak menolak penggunaan bahan baku jika tidak
potensial dan tidak memenuhi sertifikat analisa bahan baku. Bahan
baku sebelum masuk gudang diperiksa terlebih dahulu oleh QC, jika
memenuhi syarat bahan baku diberi label berwarna hijau (lulus) dan
jika tidak memenuhi syarat diberi label warna merah (tidak lulus) dan
dikembalikan ke suplier.
Standar yang digunakan untuk pemeriksaan adalah Farmakope
Indonesia Edisi III dan IV serta standar PT. Prima Medika
Laboratories. Jika ada obat yang dikembalikan karena klaim dari
pemakai mengenai kualitas dan keefektifannya maka QC akan
melakukan analisis secara fisika, kimia maupun mikrobiologi dan
hasil analisis dicocokkan dengan sampel pertinggal. Ruang QC
letaknya terpisah dari ruang produksi, dengan tujuan agar
laboratorium bebas dari pencemaran yang bisa mempengaruhi hasil
pengujian.
QC PT. Prima Medika Laboratories dibagi menjadi tiga sub
Departemen, yaitu :
1. Departemen Fisika Kimia
melakukan pemeriksaan zat didasarkan atas reaksi-reaksi fisika
kimia yang terjadi terhadap zat tersebut dengan menggunakan
reagen-reagen tertentu. Pengujian ini bersifat kuantitatif dan
kualitatif. Selain itu juga pengujian terhadap proses produksi,
bahan obat, obat setengah jadi, sediaan jadi dan bahan pengemas
sediaan.
2. Departemen Mikrobiologi
Melakukan kegiatan yang dilaksanakan laboratorium untuk
mendapatkan pemeriksaan yang bermutu dan didapatkan hasil
yang konsisten sehingga produk yang dihasilkan berefikasi tinggi
dan aman untuk digunakan dan sesuai dengan pemakaiannya.
3. Pengujian Bahan Baku dan Bahan Kemas

79
Melakukan pengujian sterilitas bahan baku dan pengujian
kesesuaian kemasan yang masuk ke gudang sebelum dapat
digunakan untuk produksi.
Masing-masing Departemen tersebut terpisah satu dengan
yang lainnya dan memiliki penanggung jawab dengan fungsi dan
tugas tersendiri Pengawasan mutu PT. Prima Medika Laboratories
mencakup semua kegiatan analitis di laboratorium, antara lain:
a. Pengambilan sampel.
b. Pemeriksaan dan pengujian bahan awal, produk antara, produk
ruahan, dan produk jadi.
c. Pengujian yang dilakukan dalam rangka validasi.
d. Penanganan sampel pertinggal.
e. Menyusun dan memperbaharui spesifikasi bahan dan produk serta
metode pengujiannya.

3.6.8 Inspeksi Diri, Audit Mutu dan Audit & Persetujuan Pemasok

Jadwal tahunan pelaksanaan inspeksi diri disusun oleh bagian


QA PT. Prima Medika Laboratories setiap awal tahunnya. Inspeksi
diri dilakukan minimal 1 kali setiap tahun yang bertujuan untuk
mengevaluasi apakah semua aspek produksi dan pengawasan mutu
industri farmasi memenuhi ketentuan CPOB (Cara Pembuatan Obat
yang Baik). Penatalaksanaan inspeksi diri PT Prima Medika
Laboratories mencakup semua area yang terdapat dalam ruang
lingkup Instruksi Kerja Sistem (IKS) inspeksi diri.

Daftar pemeriksaan (checklist) dibuat sebagai panduan atau


garis besar dari suatu inspeksi dan dapat dikembangkan sesuai dengan
kondisi area yang diperiksa. Selain itu, pemeriksaan dapat
berkembang sesuai dengan kondisi dengan menganut prinsip-prinsip
dasar dari CPOB.
Pelaksanaan audit sesuai dengan jadwal yang telah disusun,
audit mendadak (apabila diperlukan) dapat dilakukan tanpa
pemberitahuan dengan tujuan untuk memastikan konsistensi

80
pelaksanaan CPOB. Intruksi tertulis inspeksi diri menyajikan standar
persyaratan minimal dan seragam yang berisi pertanyaan mengenai
ketentuan CPOB, mencakup antara lain:
1. Personalia
2. Bangunan termasuk fasilitas untuk personil
3. Perawatan bangunan dan peralatan
4. Penyimpanan bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi
5. Peralatan
6. Pengolahan dan pengawasan selama proses
7. Pengawasan mutu
8. Dokumentasi
9. Sanitasi dan hygiene
10. Program validasi dan revalidasi

Dalam pelaksanaannya dibentuk suatu tim yang ditunjuk oleh


pimpinan perusahaan PT. Prima Medika Laboratories yang sekurang-
kurangnya terdiri dari tiga personil kunci mewakili masing-masing
department yang terdiri dari Quality Assurance, Quality Control dan
Produksi yang ahli dibidangnya dan memahami CPOB. Inspeksi diri
dapat dilakukan bagian demi bagian dan dilakukan menyeluruh tiap
tahun sekali. Hasilnya disusun dalam suatu laporan yang mencakup
hasil inspeksi diri, penilaian dan kesimpulan, usul tindakan perbaikan.
Berdasarkan laporan inspeksi diri tersebut, pimpinan perusahaan
melakukan tindakan perbaikan yang diperlukan.

3.6.9 Penanganan Keluhan Terhadap Produk, Penarikan Kembali


Produk dan Produk Kembalian Penarikan kembali obat jadi
dilakukan apabila ditemukan adanya keluhan dan laporan mengenai
produk yang tidak memenuhi persyaratan kualitas atau atas dasar
adanya efek samping yang merugikan kesehatan atau masalah medis
lainnya.
1. Agar keluhan yang diterima dapat ditangani dengan cepat dan
tepat.

81
2. Sebagai dasar untuk perbaikan proses produksi atau perbaikan
formulasi.
3. Mencegah agar keluhan yang sama tidak teulang lagi di waktu
yang akan datang.
Jenis keluhan dan laporan yang terjadi di PT. Prima Medika
Laboratories mencakup 2 kategori :
1. Teknisi
Yaitu keluhan yang berkaitan dengan kualitas produk, seperti:
a. Kondisi Fisik
b. Kimiawi
c. Mikrobiawi
d. Penampilan Produk
2. Farmakologis dan Efek Samping
Yaitu keluhan yang berkaitan dengan reaksi produk yang
merugikan, seperti:
a. Reaksi Alergi
b. Reaksi Tidak Manjur
c. Reaksi Yang Membahayakan Kesehatan
Penanganan dilakukan dengan membuat catatan tertulis
mengenai semua keluhan dan ditangani oleh orang yang bersangkutan
kemudian dilakukan investigasi dan evaluasi dengan meninjau
seluruh informasi yang masuk, melakukan pengujian terhadap bets
produk tersebut dan bets lainnya serta meneliti kembali data dan
dokumentasi yang berkaitan. Tindak lanjut yang diambil atas dasar
hasil evaluasi dan penelitian tersebut berupa tindakan perbaikan yang
diperlukan, penarikan kembali bets obat jadi tersebut. Hasil
pelaksanaan penanganan keluhan, laporan, penelitian dan tindak
lanjut yang diambil dicatat dan dilapokan kepada pejabat pemerintah
yang berwenang. PT. Prima Medika Laboratories juga menerima obat
kembalian yang mengalami kerusakan, masalah keabsahan atau sebab
lain mengenai kondisi obat, wadah atau kemasan. Obat kembalian

82
akan diperiksa untuk mengetahui faktor penyebabnya. Obat
kembalian dapat digolongkan menjadi:
1. Obat kembalian yang masih memenuhi spesifikasi dan dapat
digunakan
2. Obat kembalian yang masih dapat diolah kembali
3. Obat kembalian yang tidak dapat diolah kembali.
Untuk obat kembalian yang tidak dapat diolah kembali
hendaknya dimusnahkan. Pelaksanaan terhadap obat kembalian
dicatat, dilaporkan dan dibuat berita acara pemusnahan yang
ditandatangani oleh pelaksana pemusnahan dan saksi.

PT. Prima Medika Laboratories terdapat sampel pertinggal


yang dapat digunakan untuk pengujian produk kembalian dan
pengujuan stabilitas produk dengan jumlah sampel pertinggal yang
telah di tentukan yaitu retund sample sebanyak 30 sampel, stabilita on
going ED + 1 tahun sebanyak 15 sampel, long term sebanyak 15
sampel pengujiannya setiap 3, 6, 9, 12, 24, 36 bulan.

3.6.10 Dokumentasi
Dokumentasi pembuatan obat di PT. Prima Medika
Laboratories merupakan bagian dari sistem informasi manjemen yang
meliputi metode dan instruksi, perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian serta evaluasi seluruh rangkaian kegiatan pembuatan
obat. Dokumentasi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap
petugas mendapat instruksi secara rinci dan jelas
mengenai bidang tugas yang harus dilaksanakannya sehingga
memperkecil risiko terjadinya salah tafsir dan kekeliruan yang
biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi
lisan. Sistem dokumentasi PT Prima Medica Laboratories
menggunakan 4 tingkatan dokumen yaitu Quality Manual (QM),
Quality Prosedure (QP), Instruksi Kerja Sistem (IKS) dan Instruksi
Kerja Mesin (IKM), dan support document. Setiap dokumen
hendaklah menggambarkan riwayat lengkap dari setiap bagian sesuai

83
dengan standar yang telah di tetapkan dalam suatu produk sehingga
memungkinkan penyelidikan serta penelusuran terhadap bets atau lot
produk yang bersangkutan. Sistem dokumentasi digunakan pula
dalam pemantauan dan pengendalian, misal control copy dan
uncontrol copy.

Sistem dokumentasi di PT. Prima Medika Laboratories telah


dilaksanakan dengan adanya log book atau log sheet masing - masing
bagian yang memuat dokumentasi dari seluruh proses produksi.
Dokumentasi dari masing - masing departemen berbeda yang meliputi
dokumentasi produksi, dokumentasi QC, dan dokumentasi QA.

3.6.11 Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak


Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak PT Prima Medika
Laboratories tercantum dalam sebuah kontrak yang dibuat sebagai
acuan dalam penerimaan dan pembuatan kontrak kerjasama dengan
pihak lain dalam hal pembuatan obat/ produksi maupun analisa untuk
menghindari kesalah pahaman sehingga produk jadi atau teknis
produksi maupun analisa sesuai kesepakatan bersama.
PT. Prima Medika Laboratories melakukan Pembuatan dan
Analisis Berdasarkan Kontrak untuk produknya, yang terdiri dari:
sediaan solid (dry syrup, tablet, kapsul) , sediaan steril (infus dan
injeksi), sediaan semi solid (krim), sediaan liquid (syrup), kosmetik.
Produk tersebut dikembangkan oleh Product Development (PD),
analytical Development dan Packing Development yang berpusat di
Head Office PT. Pharos.
PT Prima Medika Laboratories memberikan tanggung jawab ke
beberapa divisi dalam hal Pembuatan dan Analisis Berdasarkan
Kontrak, yang terdiri dari :
1. Product Development dan QA
a. Mengumpulkan literatur ilmiah untuk data perubahan
formula yang dikehendaki.

84
b. Merencanakan trial produk mengenai formula skala trial,
persiapan alat dan mesin.
2. Registrasi
Melakukan proses registrasi ke BPOM.
3.6.12 Kualifikasi dan Validasi
Kualifikasi dan validasi di PT. Prima Medika Laboratories
dikoordinasi oleh bagian Pemastian Mutu (QA). Kualifikasi yang
dilakukan oleh PT. Prima Medika Laboratories meliputi kualifikasi
desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi operasional dan kualifikasi
kinerja. Keempat kualifikasi tersebut dilaksanakan terhadap
instrument baru. Pelaksanaan kualifikasi tersebut dicatat dan
didokumentasikan dalam jadwal kualifikasi alat. Pelaksanaan
kualifikasi mengacu pada prosedur perusahaan pada periode minimal
1 tahun sekali, sedangkan kalibrasi dilakukan 6 bulan sekali bila tidak
ada perubahan signifikan. Kalibrasi dan kualifikasi dapat dilaksanakan
di luar jadwal,yaitu jika diperkirakan terdapat masalah dengan alat.
Dalam melaksanakan validasi, perusahaan mengacu pada Rencana
Induk Validasi (RIV). RIV merupakan dokumen yang merangkum
filosofi perusahaan secara keseluruhan dan pendekatan yang
digunakan untuk mengembangkan kinerja yang baik. Secara garis
besar, organisasi validasi terdiri dari tim pengkajidan tim pelaksana.
Tim pengkaji terdiri dari manajer Departemen R&D, Produksi,
Pemastian Mutu/ Pengawasan Mutu dan Teknik. Sedangkan, tim
pelaksana terdiridari pengawas, pelaksana, operator, teknisi dan analis
dari setiap departemen.

PT. Prima Medika Laboratories pada setiap mesin dan peralatan


sudah melakuakan kualifikasi baik Kualifikasi Desain, (KD),
Kualifikasi Instalasi(KI), Kualifikasi Oprasional (KO) maupun
Kualifikasi Kinerja (KK) dan juga sudah melakukan validasi baik
terhadap metode analisa, proses produksi, pembersihan maupun
proses pengemasan dan validasi proses produksi.

85
a. Kualifikasi
 Kualifikasi Desain (KD)
Quality Assurance memastikan bahwa desain, fasilitas,
peralatan, atau sistem yang diusulkan sesuai dengan tujuan yang
dimaksudkan. Contoh perusahaan membuat rancangan desain
alat/mesin kemudian mencari supplier yang bisa membuat alat
tersebut sesuai dengan syarat yang telah ditentukan.
 Kualifikasi Instalasi (KI)
Quality Assurance melakukan Kualifikasi instalasi antara
lain pembelian, dan pemasangan agar memenuhi spesifikasi
yang telah ditetapkan. Untuk menjamin dan
mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan yang
diinstalasi sesuai dengan spesifikasi yang tertera pada dokumen
 Kualifikasi Operasional (KO)
Quality Assurance melakukan kualifikasi operasional
untuk menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau
peralatan yang telah diinstalasi bekerja atau beroperasi sesuai
dengan spesifikasi yang diinginkan.
 Kualifikasi Kinerja (KK)
Quality Assurance melakukan kualifikasi kinerja untuk
menjamin dan mendokumentasikan bahwa sistem atau peralatan
yang diinstalasi beroperasi sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan dengan cara menjalankan sistem sesuai dengan
tujuan penggunaan.Performance qualification dilakukan pada
alat dengan menggunakan masing-masing produksebanyak
yang ditentukan secara berurutan sehingga sering dilakukan
bersama validasi proses produksi.
b. Validasi
 Validasai Metode Analisis
Parameter yang dilakukan, yaitu :

86
‐ Spesifikasi/selektifitas (selectivity),yaitu kemampuan suatu
metode analisis untuk membedakan senyawa yang diuji
dengan derivate/metabolitnya.
‐ Linearitas (linearity), kemampuan suatu metode analisis
untuk menunjukan hubungan secara langsung atau
proporsional antara respon detektor dengan perubahan
konsentrasi analit.
‐ Akurasi (accuracy), yaitu kemampuan suatu metode analisa
untuk memperoleh nilai yang sebenarnya (ketepatan
pengukuran). Akurasi dinyatakan sebagai persentasi (%)
perolehan kembali (recovery).
‐ Presisi/ketelitian (precision), yaitu kemampuan suatu
metode analisis untuk menunjukan kedekatan dari suatu
seri pengukuran yang di peroleh dari sampel yang
homogen.
‐ Limit of Detection (LOD), yaitu jumlah analit terkecil dari
suatu sampel yang dapat dideteksi.
‐ Limit of quantification (LOQ), yaitu jumlah analit terkecil
dari suatu sampel yang dapat diukur dengan akurat dan
teliti.Ketegaran (robustness), merupakan kapasitas suatu
metode analisis untuk tidak terpengaruh oleh variasi kecil
dalam parameter metode.
 Validasi Proses Produksi
Validasi proses produksi ada tiga macam, yaitu :
‐ Perspective validation, Validasi yang dilakukanpada
produk-produk baru pada tiga batch pertama secara
berurutan, dimana ketiga batch tersebut diproduksi untuk
dijual, bukan termasuk trial batch.
‐ Concurrent validation, validasi yang dilakukan terhadap
produk yang sudah berjalan namun selama dalam proses
terjadi perubahan parameter kritis, seperti peralatan yang
digunakan, prosedur pembuatan, spesifikasi bahan baku,

87
cara pengujian, dan lain hal yang dapat mempengaruhi
mutu dan spesifikasi produk.
‐ Retrospective validation, validasi yang dilakukan untuk
produk-produk yang sudah lama beredar dan belum
divalidasi. Data retrospektif dilakukan dengan cara
penelurusan batch record produk, minimal dari 10 -30
batch record. Proses produksi dapat dinyatakan memenuhi
persyaratan jika secara statistik menunjukan konsistensi
hasil pada setiap batch-nya seluruh parameter uji
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan pada
spesifikasi produk yang bersangkutan.
c. Validasi Proses Pengemasan
Tujuan dari validasi proses pengemasan adalah untuk
memberikan bukti tertulis dan terdokumentasi bahwa proses
pengemasan yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur tetap
proses pengemasan yang telah ditentukan serta memberikan hasil
yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan secara terus
menerus.
d. Validasi Pembersihan
Validasi pembersihan yang dilakukan di PT. Prima Medika
Laboratories yaitu dengan cara:
‐ Metode apus/swab test
‐ Metode pembilasan akhir (rinse sampling method)
‐ Metode dengan menggunakan placebo
3.6.13 Pembuatan Produk Steril
Produk steril hendaklah dibuat dengan persyaratan khusus
dengan tujuan memperkecil risiko pencemaran mikroba, partikulat
dan pirogen, yang sangat tergantung dari ketrampilan, pelatihan dan
sikap personil yang terlibat. Pemastian Mutu sangatlah penting dan
pembuatan produk steril harus sepenuhnya mengikuti secara ketat
metode pembuatan dan prosedur yang ditetapkan dengan seksama dan
tervalidasi. Pelaksanaan proses akhir atau pengujian produk jadi tidak

88
dapat dijadikan sebagai satu - satunya andalan untuk menjamin
sterilitas atau aspek mutu lain. Di PT. Prima Medika Laboratories
aspek tersebut mencakup pengembangan, proses pembuatan,
distribusi, inspeksi dan pendaftaran/ pengkajian proses yang
mencakup sejak pembuatan sampai penggunaan bahan aktif obat,
produk jadi, produk biologi dan produk bioteknologi (termasuk
penggunaan bahan baku aktif, pelarut, bahan pengisi, bahan pengemas
dan label produk jadi, produk biologi dan produk bioteknologi).
Pembuatan produk steril pada PT. Prima Medika Laboratories
di buat secara aseptis dan non aseptis, pada proses aseptis pembuatan
obat dijaga dari kemungkinan kontaminasi pada setiap pembuatan
obat untuk menjaga produk tetap steril. Untuk cara aseptis dikenal
adanya proses media fill yaitu simulasi proses untuk mengetahui
performa dari pembuatan produk steril media fill dilakukan untuk
menguji apakah prosedur produksi sediaan steril dengan cara aseptis
dapat mencegah kontaminasi selama pembuatan obat. Media fill
dinyatakan berhasil jika tidak ada pertumbuhan bakteri selama proses
produksi sediaan steril.
3.6.14 Manajemen Risiko Mutu
Manajemen resiko merupakan proses untuk menilai,
mengontrol mengkomunikasikan dan memeriksa risiko dari kualitas
suatu produk farmasi. Manajemen resiko mutu di PT Prima Medika
Laboratories dimulai dengan pembentukan suatu team untuk
pengkajian resiko, dimana team tersebut memeiliki pengetahuan dan
pengalaman yang memadai dibagiannya masing - masing.
Perhitungan terhadap resiko dapat dilakukan dengan mencari nilai
RPN (Risk Priority Number) berdasarkan tingkalitas tingkat
keparahan (Severity – S), Probabilitas (Probability – P) dan
kemampuan deteksi (Detectability – D), dengan rumus RPN = S X P
X D, Untuk memastikan bahwa :

89
1. Evaluasi risiko terhadap kualitas didasarkan pada pengetahuan
ilmiah, pengalaman dengan proses dan akhirnya berhubungan
dengan perlindungan terhadap pasien.
2. Tingkat upaya formalitas dan dokumentasi dari proses manajemen
risiko sepadan dengan tingkatan risiko.

90

Anda mungkin juga menyukai