Anda di halaman 1dari 11

BAB III

BAHAN DAN CARA KERJA



A. BAHAN

Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),
pragelatinisasi pati singkong suksinat (Laboratorium Farmasetika,
Departemen Farmasi FMIPA UI), hidroksi propil metil selulosa (ShinEtsu,
Jepang), natrium alginat (Kimica corporation, Jepang), Mg stearat, polivinil
pirolidon (BASF, Jerman), talk, natrium bikarbonat (Balian, China), etanol
(Merck, Jerman), asam klorida (Merck, Jerman).

B. ALAT

Neraca analitik EB-330H (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV-
Vis V-630 (Jasco, Jepang), alat uji disolusi (Erweka, Jerman), pengayak
dengan mesh 14 dan 16 (Restch, Jerman), flowmeter GDT (Erweka,
Jerman), friability tester (Erweka TAR, Jerman), bulk-density tester (Pharmeq
245-2E, Indonesia), hardness tester TBH 28 (Erweka, Jerman), mesin
pencetak tablet (Korsch, Jerman), moisture analyzer AMB 50 (Adam,
Amerika), pengaduk ultrasonik (Branson 3200, Amerika), oven (Inventum,
Belanda), dan jangka sorong.

21
Penggunaan pragelatinisasi..., Bilal Samsuri, FMIPA UI, 2008
22
C. CARA KERJA
1. Pembuatan Tablet Mengapung Verapamil HCl
Setelah melakukan uji formula pendahuluan maka dipilihlah lima
formula yang terbaik dengan komposisi sebagai berikut:
Tabel 1. Formula tablet mengapung verapamil HCl
Komponen Formula (% w/w)

Verapamil
HCl
PPSS
Na Alginat
HPMC
Talk
Mg stearat
PVP
NaHCO
3
I
26

26,5
26,5
-
2
1
3
15
II
26

31,8
21,2
-
2
1
3
15
III
26

37,1
15,9
-
2
1
3
15
IV
26

42,4
10,6
-
2
1
3
15
V
26

26,5
-
26,5
2
1
3
15

Sediaan tablet mengapung verapamil HCl dibuat dengan metode
granulasi basah. Pembuatan granul dilakukan dengan cara mencampurkan
verapamil HCl dengan PPSS dan natrium alginat/HPMC dengan konsentrasi
seperti pada Tabel 1 hingga homogen. Selanjutnya ditambahkan larutan PVP
3% sampai terbentuk massa granul, kemudian diayak dengan ayakan 14
Penggunaan pragelatinisasi..., Bilal Samsuri, FMIPA UI, 2008
23
mesh dan dikeringkan pada suhu 40
o
C di dalam oven selama 12 jam hingga
diperoleh granul yang kering. Granul kering kemudian diayak dengan
menggunakan ayakan 16 mesh, kemudian pada massa tersebut
ditambahkan natrium bikarbonat, Mg stearat dan talk. Massa dicampur
hingga homogen, kemudian massa granul tablet dievaluasi laju alir,
kelembaban, dan indeks kompresibilitasnya. Granul dicetak menjadi tablet
dengan bobot masing-masing sekitar 700 mg.

2. Kurva Kalibrasi Verapamil HCl
a. Pembuatan Kurva Serapan Verapamil HCl
Larutan Verapamil HCl dengan konsentrasi 20 ppm dalam aquades
dan HCl 0,1 N diukur serapannya pada panjang gelombang 200 400 nm.
Kemudian lihat kurva serapannya.

b. Pembuatan Kurva Kalibrasi Verapamil HCl dalam medium air
Dibuat larutan verapamil HCl dalam pelarut air dengan konsentrasi
20,12; 28,168; 36,216; 40,24; 50,3; 70,42 ppm. Setiap konsentrasi larutan
diukur serapannya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang maksimumnya (278 nm). Kemudian dari data yang telah
diperoleh maka dibuat persamaan regresi liniernya (y= bx + a).



Penggunaan pragelatinisasi..., Bilal Samsuri, FMIPA UI, 2008
24
c. Pembuatan Kurva Kalibrasi Verapamil HCl dalam medium HCl 0,1 N
Dibuat larutan verapamil HCl dalam pelarut HCl 0,1 N dengan
konsentrasi 16,0; 20,0; 32,0; 40,0; 50,0; 70,0 ppm. Setiap konsentrasi larutan
diukur serapannya dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
panjang gelombang maksimumnya (278 nm). Kemudian dari data yang telah
diperoleh maka dibuat persamaan regresi liniernya (y= bx + a).

3. Evaluasi Massa Tablet (granul)

a. Indeks kompresibilitas (12)
Uji indeks kompresibilitas dilakukan untuk mengetahui sifat alir dari
granul yang dihasilkan. Indeks kompresibilitas diukur dengan menggunakan
alat bulk-density tester. Granul atau massa tablet ditimbang sebanyak 50
gram (m), kemudian dimasukkan ke dalam gelas ukur lalu diukur volumenya
(V1). BJ bulk = m/V1
Gelas ukur yang berisi granul kemudian diletakkan pada alat tapping,
kemudian diketukkan sebanyak 300 kali. Percobaan diulangi dengan ketukan
sebanyak 300 kali yang kedua untuk memastikan bahwa volume granul tidak
mengalami penurunan (V2), kemudian volume diukur. BJ tapped = m/V2.
Kemudian indeks kompresibilitasnya dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
( BJ tapped BJ bulk )
Indeks kompresibilitas =
BJ tapped
x 100 %
Penggunaan pragelatinisasi..., Bilal Samsuri, FMIPA UI, 2008
25
Tabel 2. Skala kemampuan mengalir (28)
Indeks kompresibilitas (%) Sifat alir
< 10 Istimewa
11 15 Baik
16 20 Sedang
21 25 Agak baik
26 31 Buruk
32 37 Sangat buruk
> 38 Sangat, sangat buruk

b. Laju alir dan sudut reposa (12)
Laju alir dan sudut reposa ini diukur dengan menggunakan alat
flowmeter setelah massa granul tersebut dialirkan dan sudutnya diukur
dengan menggunakan alat pengukur jangka sorong.
Sejumlah bahan ditimbang dan dimasukkan ke dalam corong lalu
diratakan. Alat dinyalakan dan waktu yang diperlukan seluruh granul untuk
mengalir dicatat. Laju alir dihitung dengan satuan gram/detik. Sudut reposa
ditentukan dengan mengukur sudut kecuraman bukit yang dihitung sebagai
berikut :

H
tan =
R



Penggunaan pragelatinisasi..., Bilal Samsuri, FMIPA UI, 2008
26
Keterangan :
= sudut reposa
H = tinggi bukit (cm)
R = jari-jari alas bukit (cm)
Laju aliran yang baik yaitu apabila memiliki sudut 20 40
o
. Apabila
memiliki sudut reposa lebih besar 50
o
maka laju alirnya jelek.
Tabel 3. Hubungan sifat alir terhadap sudut reposa (28)
Sudut reposa (
o
) Kategori sifat alir
25 30 Istimewa
31 35 Baik
36 40 Sedang
41 45 Agak baik
46 55 Buruk
56 65 Sangat buruk
> 66 Sangat, sangat buruk

4. Evaluasi Sediaan Tablet

a. Penampilan fisik (12, 25)
Penampilan fisik merupakan parameter kualitas tablet yang penting
untuk diperhatikan untuk menjamin penerimaan bagi konsumen, mengontrol
keseragaman antara bahan, antara tablet yang satu dengan lainnya, serta
memantau ada atau tidaknya kesalahan pada waktu pembuatan.
Penggunaan pragelatinisasi..., Bilal Samsuri, FMIPA UI, 2008
27
Pengamatan dilakukan secara fisik meliputi bentuk, warna, tekstur, bentuk
permukaan, ada atau tidaknya bau, rasa dan kerusakan pada tablet.

b. Uji Kandungan Obat (5)
Tujuan uji ini adalah untuk menentukan kandungan obat dalam
sediaan tablet yang telah dibuat, menjamin sediaan tersebut mengandung
obat dalam jumlah yang sesuai dengan dosis yang ditentukan dan akan
memberikan efek terapetik sesuai dengan yang diinginkan. Penetapan kadar
tablet dilakukan dengan cara sejumlah 20 tablet dihancurkan hingga menjadi
serbuk. Kemudian ditimbang sejumlah serbuk yang setara dengan 180 mg
verapamil HCl dan dimasukan kedalam labu ukur 100,0 ml, lalu larutkan
dalam air. Aduk dengan pengaduk ultrasonik selama 60 menit, cukupkan
volumenya dengan air dan disaring. Filtrat diencerkan bertingkat hingga
diperoleh kadar verapamil HCl sebesar 72 ppm. Tentukan kadarnya dengan
spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 278 nm.
Pengukuran diulang sebanyak tiga kali.
Kadar verapamil HCl dalam tablet tersebut harus memenuhi
persyaratan yaitu (tidak kurang dari 90,0% dan tidak boleh lebih dari
110,0%).

c. Keseragaman ukuran (9, 25)
Pengujian keseragaman ukuran dilakukan dengan menggunakan alat
jangka sorong untuk menjamin keseragaman fisik dari sediaan yang telah
dibuat. Pengukuran tablet meliputi ukuran tebal dan diameter dari 20 tablet
Penggunaan pragelatinisasi..., Bilal Samsuri, FMIPA UI, 2008
28
yang diambil dari tiap batch. Menurut Farmakope Indonesia edisi III, diameter
tablet tidak boleh lebih dari 3 kali dan tidak boleh kurang dari 1 tebal dari
tablet tersebut.

d. Keseragaman bobot (9, 25)
Tablet ditimbang satu per satu dengan menggunakan timbangan
digital. Tablet tidak bersalut harus memenuhi syarat keseragaman bobot
yang ditetapkan sebagai berikut: timbang 20 tablet, hitung bobot rata-rata tiap
tablet. Jika ditimbang satu per satu, tidak boleh lebih dari 2 tablet yang
masing-masing bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih besar
dari harga yang telah ditetapkan pada kolom A, dan tidak 1 tablet pun yang
bobotnya menyimpang dari bobot rata-ratanya lebih dari harga yang
ditetapkan pada kolom B. Jika tidak mencukupi 20 tablet, dapat digunakan 10
tablet. Tidak 1 tablet pun yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot
rata-rata yang ditetapkan kolom A dan tidak 1 tablet pun yang bobotnya
menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan pada kolom B.
Cara perhitungan penyimpangan bobot tablet terhadap bobot rata-rata:
bobot tablet
Penyimpangan (%) =
bobot tablet rata-rata

x 100 %



Penggunaan pragelatinisasi..., Bilal Samsuri, FMIPA UI, 2008
29
Tabel 4. Tabel syarat keseragaman bobot tablet
Penyimpangan rata-rata Bobot rata-rata
A B
25 mg/ kurang 15% 30%
26 mg s.d 150 mg 10% 20%
151 mg s.d 300 mg 7,5% 15%
> 300 mg 5% 10%

e. Kekerasan tablet (12, 25)
Kekerasan tablet diukur dengan menggunakan alat hardness tester.
Diambil 20 tablet dari masing-masing batch. Kemudian sampel dari tablet
diletakkan diantara plat penguji mesin kekerasan. Satuan kekerasan yang
dilakukan adalah kP. Kekarasan tablet akan mempengaruhi profil disolusi dan
waktu hancur dari tablet yang telah dibuat.

f. Keregasan tablet (12, 25)
Ditentukan dengan menggunakan alat friability tester. Sampel terdiri
dari 20 tablet dibersihkan, ditimbang beratnya dan dimasukkan ke dalam alat
uji keregasan tablet. Alat dijalankan dengan kecepatan 25 rpm selama 4
menit. Sampel kemudian dikeluarkan, dibersihkan dari debu dan ditimbang
kembali. Uji ini dilakukan untuk menjamin tablet yang dihasilkan tetap dalam
keadaan baik selama proses distribusi dan penyimpanan. Kemudian
keregasan tablet dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Penggunaan pragelatinisasi..., Bilal Samsuri, FMIPA UI, 2008
30

W
1
W
2

Keregasan tablet =
W
1
x 100 %


Keterangan :
W
1
= Berat tablet awal
W
2
= Berat tablet akhir

g. Uji keterapungan (Buoyancy test) (24)
Uji keterapungan secara in vitro dijelaskan dengan floating lag time.
Tablet dimasukkan ke dalam beaker glass 100 ml yang berisi HCl 0,1 N, dan
waktu yang dibutuhkan oleh tablet terangkat ke permukaan dan mengapung
disebut dengan floating lag time. Kemudian juga diamati berapa lama tablet
mengapung.

g). Uji daya mengembang (26)
Uji ini dilakukan dengan cara menimbang berat awal tablet (W1)
kemudian tablet tersebut dimasukkan ke dalam media larutan HCl 0,1 N
selama 8 jam. Timbang tablet setiap 0,5; 1; 2; 3,5; 5; 8 jam. Kemudian dibuat
grafik indeks daya mengembang terhadap waktu. Dihitung juga kemampuan
mengembang setelah 8 jam dengan rumus sebagai berikut:

W2 W1
S =
W1


Keterangan :
S = Daya mengembang
Penggunaan pragelatinisasi..., Bilal Samsuri, FMIPA UI, 2008
31
W
1
= Berat tablet awal
W
2
= Berat tablet akhir

h. Uji Disolusi (27)
Uji disolusi dilakukan dengan menggunakan metode USP yang
dimodifikasi, yaitu dilakukan terhadap tiga tablet menggunakan alat disolusi
tipe 1 (tipe keranjang) dengan kecepatan 50 rpm dalam medium 900 ml HCl
0,1 N pada suhu 37 + 0,5
o
C. Pengambilan cuplikan dilakukan pada jam ke
0,5; 1; 2; 3,5; 5; dan 8. Kemudian ukur jumlah verapamil HCl dalam sampel
dengan menggunakan alat spektrofotometer UV Vis pada panjang
gelombang maksimumnya (278 nm) dengan menggunakan HCl 0,1 N
sebagai blanko. Jika perlu maka dilakukan pengenceran pada filtrat yang
telah diambil.
Tabel 5. Penerimaan persentase obat yang dilepaskan dengan dosis 180 mg
atau 240 mg.
Waktu (jam) Jumlah yang terlarut (%)
1 7 15
2 16 30
3,5 31 50
5 51 75
8 Tidak kurang dari 85


Penggunaan pragelatinisasi..., Bilal Samsuri, FMIPA UI, 2008

Anda mungkin juga menyukai