PENDAHULUAN
yang dapat digunakan sebagai obat, merupakan tanaman yang termasuk dalam
family Ciperaceae. Rimpang rumput teki ini merupakan tumbuhan gulma yang
dapat tumbuh dengan mudah tanpa memilih tanah atau ketinggian tempat.
rumput teki ini mengadung komponen-komponen kimia antara lain minyak atsiri,
bakteri seperti gatal-gatal di kulit, bisul, dan keputihan. Beberapa penelitian yang
antibakteri (Abdul, 2008). Hasil penelitian yang telah dilaporkan adalah ekstrak
pengujian aktivitas antibakteri dari ekstrak dan fraksi rimpang ruput teki terhadap
pertumbuhan lemah, fraksi etil asetat memiliki daya hambat rata-rata 16,41mm
1
dengan respon pertumbuhan sedang (Rahim , 2013).
Kulit adalah organ terluar dan terluas yang melindungi tubuh. Terdapat
berbagai macam tipe kulit, ada kulit kering, berminyak dan kulit sensitif. Kulit
dewasa dan kulit bayi pun berbeda, bayi memiliki kulit yang sangat peka, Kondisi
kulit pada bayi yang relatif lebih tipis menyebabkan bayi lebih rentan terhadap
infeksi, iritasi dan alergi. Salah satu masalah kulit yang masih sering terjadi pada
bayi dan anak adalah diaper dermatitis. Diaper dermatitis adalah kelainan
peradangan kulit di daerah yang tertutup popok yang paling sering diderita oleh
bayi atau anak-anak (Maya, 2004) . Umumnya, penyakit ini timbul pada lipatan –
lipatan kulit paha, diantara kedua pantat, dan dapat timbul dibagian kulit lainnya.
Sedangkan masalah kulit bagi orang dewasa, terjadinya rasa gatal yang
disebabkan oleh biang keringat, ada pula yang terjadi karena memiliki kulit
menimbulkan ruam, gatal, dan bintik kemerah-merahan pada kulit (Maya, 2004).
kulit memberikan rasa kurang nyaman, terutama jika diberikan pada anak-anak,
halus, dan lembut, homogen, sehingga mudah ditaburkan atau disapukan merata
antiseptik ini dapat digunakan pada bayi- bayi yang sering mengalami gatal akibat
biang keringat, dan juga dapat digunakan oleh orang dewasa. Keunggulan lain
2
dari bedak ini adalah mudah menyerap di kulit sehingga cocok untuk mencegah
timbulnya biang keringat yang dapat menyebabkan kulit terasa gatal – gatal dan
berwarna merah
(Cyperus rotundus L) dalam sediaan Bedak Tabur dan menguji daya antiseptik
antiseptik.
H0 : Tidak ada pengaruh variasi ekstrak rimpang rumput teki pada sediaan
H1 : Ada pengaruh variasi ekstrak rimpang rumput teki pada sediaan bedak
3
1.5 Manfaat Penelitian
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Devisi : Magnoliophyta
Klas : Liliopsida
Bangsa : Cyperales
Suku : Cyperaceae
Marga : Cyperus
tajam. Daun 4 sampai 10 helai berjejal pada pangkal batang dengan pelepah daun
tertutup tanah, helaian daun berbentuk garis, buah memanjang sampai bulat telur
sungsang, persegi tiga berwarna coklat, panjang lebih kurang 5 mm. Rimpang
utuh berbentuk jorong atau bulat panjang sampai bulat telur memanjang, bagian
pangkal meruncing, sangat keras, sukar dipatahkan. Panjang 1 cm - 5,5 cm, garis
tengah 7 mm sampai 1,5 cm. Warna coklat muda sampai coklat kehitaman,
sampai lebih kurang 4 mm. Bindang patahan tidak rata, warna putih kotor. Batas
5
2.1.3 Nama Daerah (Departemen Kesehatan, 2006)
Di Jawa tumbuh liar ditempat yang terbuka atau terlindung sedikit dari
sinar matahari seperti tanah yang tidak ditanami, jalan, lapangan bahkan juga
dilahan tegalan, pematang sawah dan sawah yang kurang mendapat pengairan. Di
pati, resin, dan minyak terbang (minyak menguap 0,3 – 1 %) yang isinya
cyperolone, patcholulenone sineol, pinen, rotunal dan kandungan yang lain berupa
karbohidrat, seperti d-glukosa (41,7%), d-fruktosa (9,3%), dan gula tak mereduksi
a. Flavonoid
Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang
ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru
mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua
cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3) sehingga membentuk
6
Flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada
seluruh dunia tanaman mulai dari fungus sampai angiospermae. Efek flavonoid
pengobatan tradisional.
lebih luas karena pengaruh lipooksigenase merupakan langkah pertama pada jalur
dengan demikian mengurangi pembekuan darah tetapi, jika dipakai pada kulit,
radang melaui dua cara yaitu menghambat asam arakhidonat dan sekresi enzim
lisosom dari sel endothelial dan menghambat fase proliferasi dan fase eksudasi
dari proses radang. Terhambatnya pelepasan asam arakhidonat dari sel inflamasi
7
b. Alkaloid
golongan ini adalah alkaloid nakonitum dan alkaloid steroid. Beberapa alkaloid
terdapat dalam berbagai spesies Acontium, Delphinium, dan Garrya. Steroid dan
alkaloid steroid yang dimodifikasi biasanya terdapat sebagai Glikosida C-3 atau
ester. Struktur seperti ini jelas sangat menyerupai struktur saponin. Seperti
senyawa isoprenoid yang tidak mengandung nitrogen, diantara alkaloid ini ada
c. Seskuiterpenoid
isopren yang terdiri dari kerangka asiklik dan bisiklik dengan kerangka dasar
tersebar luas. Senyawa ini mempunyai bioaktivitas yang cukup besar diantaranya
d. Tanin
8
e. Saponin
Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa
jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan
hemolisis sel darah merah. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba juga.
Diantara banyak efek yang dilaporkan, efek yang ditunjang dengan baik oleh
bukti ialah penghambatan jalur ke steroid anak ginjal, tetapi senyawa ini
f. Minyak Atsiri
Minyak atsiri dikenal dengan minyak eteris atau minyak terbang (essential oil
atau volatile oil) yang merupakan minyak mudah menguap pada suhu kamar tanpa
1997), yang biasanya digunakan oleh masyarakat sebagai bedak dingin dengan
aroma yang khas menyegarkan, sedikit berbau menthol karena baunya yang khas,
sering digunakan sebagai pencuci mulut (Heyne, 1987). Selain itu rumput teki
digunakan sebagi obat sakit ggi, obat mempelacar kencing, obat cancingan, obat
sakit perut, nyeri lambung, bisul, mual, muntah dll (Fikri, 2009)
Penelitian tentang rimpang rumput teki yang telah banyak dilakukan, baik
itu dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang pertanian. Hasil dari penelitian
9
yang dilakukan adalah ekstrak etanol rimpang rumput teki mempunyai aktivitas
aktivitas antibakteri paling aktif adalah fraksi kloroform (Marlina, 2010). Selain
itu rumput teki juga telah diformulasi dalam bentuk masker peel off rimpang
rumput teki, aktivitas fraksi dan formula yang paling baik ditunjukan oleh formula
masker fraksi etil asetat 5% (Rahim, 2013). Pada suatu penelitian juga
tinggi dimana setiap 100 gram ekstrak rimpang rumput teki mengadung polifenol
sebanyak 73,27+ 4,24g (Nagulendran, 2007). Selain rimpang akara dari rumput
teki juga telah diformulasi dalam bentuk krim wajah herbal (jangde, 2011). Air
Rimpang rumput teki belum ada diproduksi secara resmi, hanya saja
telah diolah oleh masyarakat sebagai bedak dingin dengan aroma yang khas
menyegarkan, rimpang rumput teki juga diolah secara tradisional sebagai larutan
pencuci mulut, ternyata bau tersebut juga berefek sebagai pengusir serangga dan
nyamuk, hingga sering dipakai sebagai bedak anti nyamuk (Heyne, 1987).
Rimpang rumput teki juga telah diformulasi dalam bentuk kosmetik herbal yaitu
10
2.4.2 Bedak Tabur
Obat topikal adalah obat yang mengandung dua komponen dasar yaitu zat
pembawa (vehikulum) dan zat aktif. Zat aktif merupakan komponen bahan topikal
yang memiliki efek terapeutik, sedangkan zat pembawa adalah bagian inaktif dari
sediaan topikal dapat berbentuk cair atau padat yang membawa bahan aktif
bahan aktif harus berada di dalam zat pembawa dan kemudian mudah dilepaskan.
Bedak tabur merupakan sediaan kosmetik berupa bubuk padat, halus, dan lembut,
bebas partikel keras dan tajam, tidak mudah menggumpal, tidak mengiritasi kulit
a Talkum
sedkit aluminium silikat. Pemerian dari talkum merupakan serbuk hablur, sangat
halus licin, dan mudah melekat pada kulit, bebas dari butiran, berwarna putih atau
putih kelabu. Kelarutan talkum yaitu tidak larut dalam hampir semua
b Kalsium Karbonat
terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian dari Kalsium Karbonat adalah
11
berupa serbuk hablur, berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa. Kelarutan nya
praktis tidak larut dalam air, sangat sukar larut dalam air yang mengadung karbon
c Zink Oksida
zat yang telah dipijarkan. Pemerian nya berupa serbuk amorf, sangat halus,
berwarna putih atau putik kekuningan, tidak berbau, tidak berasa, lambat laun
d. Zink Stearat
Zink dan magnesium stearat sejauh ini merupakan bahan yang paling sering
digunakan dari logam stearat. Untuk bedak wajah, stearat harus memiliki kualitas
yang tinggi untuk mencegah timbulnya keasaman, bau yang tidak diinginkan.
Sifat yang paling penting dari zink dan magnesium stearat adalah sifat adhesif
dan anti air. Zink stearat, yang paling sering digunakan juga memiliki efek
menenangkan.
jerawat pada kulit. Dalam jumlah yang cukup (4-15%) zink stearat memberikan
1. Bahan Padat
a. Halus Sekali
12
- Belerang : dalam bedak tabur belerang tidak ikut diayak dan tidak
-pori lumpang/ mortir. Oleh karena itu, bahan ini harus digerus
Berkhasiat keras
b. Hablur / Kristal
hidung hingga bersin: tetesi dahulu dengan eter atau etanol 95% dan
sulfat, Al-& K-sulfat 67%, Mg-sulfat 67%, Na-sulfat 50% dari jumlah
13
- Iodium : tetesi dengan eter atau etanol 95% dan keringkan dengan zat
menjadi biru.
Bahan setengah padat biasanya digunakan dalam pembuatan bedak tabur. Jika
jumlahnya banyak banyak, bahan tersebut dilebur terlebih dahulu jika jumlahnya
sedikit ditetesi dengan eter atau aseton terlebih dahulu, misalnya adeps lanae,
3. Bahan Cair
a) Minyak atsiri : tetesi terakhir atau dibuat oleo sacchara, yaitu campuran 2
dalam resep.
d) Tingtur
14
selanjutnya keringkan dengan zat tambahan. Berat yang hilang untuk
serbuk tak terbagi harus diganti dengan zat tambahan tetapi perlu untuk
serbuk terbagi.
- Tingtur yang mudah menguap: ambil zat yang berkhasiat nya saja jika
opium benzoikum, kamfor spiritus, berat yang kurang diganti dengan zat
tambahannya. Jika tidak diketahui bagian nya maka uapkan pada suhu
serendah mugkin.
e) Ekstrak
ekstrak calis, gunakan etanol 70% dalam lumpang panas, sedangkan untuk
a Pemeriksaan Organoleptis
Meliputi pengamatan terhadap bentuk, bau dan warna yang dilakukan secara
visual dan sesudah didiamkan pada suhu kamar selama 6 minggu (Wasitaatmadja,
1997).
Uji iritasi kulit dilakukan pada manusia dengan cara uji sampel terbuka.
Sediaan dioleskan pada lengan bagian bawah dengan ukuran diameter tertentu,
15
dibiarkan terbuka selama 24 jam (Departemen Kesehatan, 1985).
c Uji pH
posisi jarum alat menunjukkan harga pH tersebut. Elektroda dibilas dengan air
diencerkan dengan air suling hingga 10 ml dalam wadah yang cocok. Elektroda
dice;upkan dalam wadah tersebut. Biarkan jarum bergerak pada posisi konstan.
Angka yang ditunjukkan oleh pH meter merupakan nilai pH pada sediaan tersebut
ditiup dengan peniup karet, kemudian dihitung persentase serbuk yang jatuh
(Voigh, 1995).
e Uji kelembaban
porselen dengan diameter 2-4 cm. Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu
16
f Uji ukuran partikel
sebanyak 0,1 gram lalu diencerkan dengan air suling hingga 10 ml. Kemudian
ambil sedkit hasil pengeceran dan diteteskan pada kaca objek, kemudian
diratakan. Tutup kaca dengan cover glass, dihitung jumlah partikel dengan ukuran
.5 Tinjauan Umum
2.5.1 Antiseptik
pertumbuhan jasad renik seperti bakteri, jamur dan lain-lain pada jaringan hidup
(Subronto, 2001).
antiseptika, seperti turunan aldehid, etilen oksida. Aldehida dan etilen oksid
gugus amino, karboksil, hidroksil, fenol dan tiol dari protein sel bakteri
b. Denaturasi protein
denaturasi dan koagulasi protein sel bakteri. Senyawa alkohol dapat menimbulkan
denaturasi protein sel bakteri dan proses tersebut memerlukan air. Hal ini
17
ditunjang oleh fakta bahwa alkohol absolut, yang tidak mengandung air,
mengandung air. Selain itu turunan alkohol juga menghambat sistem fosforilasi
dan efeknya terlihat jelas pada mitokondria, yaitu pada hubungan substrat –
bakteri melalui proses absorbsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar
rendah terbentuk kompleks protein – fenol dengan ikatan yang lemah dan segera
2000).
c. Mengubah permeabilitas
sintesis ADN dan menyebabkan perubahan kerangka mutasi pada sintesis protein.
Turunan trifenil metan seperti gentian violet adalah kation aktif, dapat
dengan gugus bermuatan negatif dari konstituen sel, terjadi pemblokan proses
18
e. Pembentukan kelat
membentuk kelat dengan ion Fe danCu, kemudian bentuk kelat tersebut dialihkan
ke dalam sel bakteri. Kadar yang tinggi dari ion – ion logam didalam sel
a Staphyloccus aureus
selama hidupnya, dari keracunan makanan yang berat atau infeksi kulit yang kecil,
bakteri koki Gram positif dan jika diamati di bawah mikroskop akan tampak
dalam bentuk bulat tunggal atau berpasangan, atau berkelompok seperti buah
b Malassezia furfur
versicolor (Panu). Jamur ini menyerang stratum korneum dari epidermis kulit
biasanya diderita oleh seseorang yang sudah mulai banyak beraktifitas dan
orang yang selalu terkontaminasi dengan air dalam waktu yang lama dan disertai
19
medisnya adalah infeksi jamur superfisial yang ditandai dengan adanya makula di
c Bakteri Streptococcus
rangkaian rantai. Streptococcus berasal dari kata “strepto” yang berarti rantai dan
“coccus” yang berarti bulat. Sebagian besar bakteri yang masuk dalam kelompok
(Andre Tjie Wijaya, 2014). Infeksi Streptococcus dapat menyerang siapa saja, dari
infeksi yang bervariasi dari ringan hingga berat, dari infeksi tenggorokan ringan
hingga radang paru-paru dan selaput otak (Andre Tjie Wijaya, 2014).
berkisar dari infeksi kulit permukaan yang ringan hingga penyakit sistemik yang
infeksi kulit seperti impetigo, erisipelas dan selulitis berupa perbiakan dan
penyebaran dari kuman tersebut di lapisan dalam kulit. Serangan dan perbiakan
20
e Bakteri Pseudomonas aeruginosa
ini dapat juga tinggal pada manusia yang normal dan berlaku sebagai saprofit
pada usus normal dan pada kulit manusia. Bakteri ini menimbulkan berbagai
penyakit diantaranya yaitu infeksi pada luka dan luka bakar menimbulkan
nanah hijau kebiruan; infeksi saluran kemih, infeksi pada saluran napas
perenang, dan infeksi mata. Bakteri ini sering dijumpai di rumah sakit.
tercemar, penanganan dan alat-alat yang tidak steril di rumah sakit. Oleh
karena itu, sangat penting mencuci tangan Anda dengan sabun setelah
Suryana, 2012).
Kontrol
Selanjutnya sidik ibu jari ditempelkan pada media padat nutrient agar dalam
21
Sediaan Uji
pada telapak tangan diteteskan 0,5 mL gel kemudian diratakan dan didiamkan
selama satu menit. Selanjutnya dilakukan kontak sidik ibu jari pada media
dalam cawan petri. Media diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Setelah
antimikroba dan ditanam di atas agar berisikan pembiakan bakteri tertentu dan
natinya akan di inkubasi selama 18 – 24 jam dengan suhu 37°C. Interpretasi dari
uji ini akan terbentuknya daerah bening yang tidak ditumbuhi oleh pembiakan
bakteri di agar yang di sebut zona hambat,jika semakin besar zona hambat yang
Metode ini dilakukan dengan membuat lubang dan diisi dengan uji
antimikroba pada agar yang sudah diisikan biakan bakteri tertentu. Interpretasi
dari uji ini dengan melihat daerah bening yang terbentuk disekitar lubang.
Pada metoda ini antimiroba yang ingin diuji diletakan pada potongan
agar yang dipotong secara membujur pada bagian tengah Petridis yang
menyerupai parit.
22
d Gradient-Plate technique
Pada metoda ini konsentrasi agen antimikroba pada media agar yang akan
mengering. Mikroba uji (Maksimal 6 macam) di goreskan pada arah mulai dari
3. Metode Dilusi
Metode dilusi dibedakanmenjadi dua, yaitu dilusi cair (broth dilution) dan
Metoda ini mengukur kadar hambat minimum dan kadar bunuh minimum.
Cara yang dilakukan dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba pada
medium cair yang ditambahkan dengan bakteri yang diingin diujikan. Larutan uji
agen antimikroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya
Namun larutan yang ditetapkan sebagai kadar hambat minimum itu selanjutnya
dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan bakteri yang uji maupun agen
antimikroba lalu diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap jernih
23
b Metode Dilusi Padat
Metode ini sama dengan metode dilusi cair, perbedaannya hanya pada
24
BAB III
3.2.1 Alat
oven, pipet tetes, corong, spatel, aluminium foil, ayakan no 90, alat-alat gelas
3.2.2 Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah wadah plastik,
ekstrak rimpang rumput teki, zink oksida, zink stearat, ca-carbonat, talkum,
25
Uji Flavonoid (Metode Sianidin Test)
Ambil lapisan air 1-2 tetes, diteteskan pada plat tetes lalu ditambahkan
flavonoid .
Uji Saponin
Ambil lapisan air, dikocok kuat-kuat dalam tabung reaksi, terbentuknya busa yang
adanya terpenoid.
mayer, reaksi positif alkaloid ditandai dengan adanya kabut putih hingga
gumpalan putih.
hingga kering. Jika tercium bau aromatis yang spesifik maka sampel mengadung
minyak atsiri.
b. Pemeriksaan Organoleptis
26
c. Pemeriksaan Kelarutan
yang telah dipijarkan dan ditimbang. Dipijarkan perlahan-lahan pada suhu 600-
7000c hingga arang habis, lalu didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot
yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 1050c selama 30 menit dan telah
ditara, kemudian dimasukkan kedalam oven pada suhu 1050c selama 2 jam, lalu
f. Pemeriksaan pH Ekstrak
pada alat berada pada harga pH larutan tersebut. Kemudian elektroda dicuci
tersebut dan dibiarkan angka bergerak sampai posisi konstan. Angka yang
27
3.3.2 Pemeriksaan Bahan Tambahan
talkum dilakukan menurut Farmakope Indonesia Edisi III 1979. Sedangkan bahan
1995.
Dimasukkan kedalam lumpang zink stearat, zink oksida ( yang telah diayak), ca-
carbonat , kemudian bahan digerus, lalu ditambahkan sebagian talkum yang sudah
disterilkan, kemudian digerus homogen (masa I). Pada lumpang yang lain
sudah disterilkan, lalu digerus homogen (masa II). Lalu masa I dimasukkan
kedalam masa II, kemudian di gerus homogen. Setelah itu bahan diayak dengan
Ayakan no.90 , serbuk hasil ayakan berupa bedak tabur, dan lakukan evaluasi.
a Pemeriksaan Organoleptis
Meliputi pengamatan terhadap bentuk, bau dan warna yang dilakukan secara
visual dan sesudah didiamkan pada suhu kamar selama 6 minggu (Wasitaatmadja,
1997).
28
Uji iritasi kulit dilakukan pada manusia dengan cara uji sampel terbuka.
Sediaan dioleskan pada lengan bagian bawah dengan ukuran diameter 2cm dan
c Uji pH
posisi jarum alat menunjukkan harga pH tersebut. Elektroda dibilas dengan air
diencerkan dengan air suling hingga 10 ml dalam wadah yang cocok. Elektroda
dice;upkan dalam wadah tersebut. Biarkan jarum bergerak pada posisi konstan.
Angka yang ditunjukkan oleh pH meter merupakan nilai pH pada sediaan tersebut
lokasi kulit yang disapukan ditiup dengan peniup karet, serbuk yang jatuh dari
jatuh dari lokasi lekatan. Hitung persentase serbuk yang jatuh (Voigh, 1995).
e Uji kelembaban
29
5 gram bedak tabur ditimbang secara akurat dan dimasukkan kedalam
krush porselen dengan diameter 2-4 cm. Kemudian dikeringkan dalam oven pada
sebanyak 0,1 gram lalu diencerkan dengan air suling hingga 10 ml. Kemudian
ambil sedkit hasil pengeceran dan diteteskan pada kaca objek, kemudian
diratakan. Tutup kaca dengan cover glass, dihitung jumlah partikel dengan ukuran
a) Sterilisasi
Alat yang digunakan terlebih dahulu telah dicuci bersih, disterilkan dengan
air mendidih dan dikeringkan, kemudian beberapa alat seperti cawan petri
dibungkus dengan kertas koran dan corong, tabung reaksi, pipet tetes, erlenmeyer
dan gelas ukur di tutup mulutnya dengan kapas lalu bungkus satu persatu dengan
kertas koran. Semua alat disterilkan dalam oven pada suhu 160˚C selama 2 jam.
Pinset, jarum ose disterilkan dengan cara di flamber menggunakan lampu spritus.
b) Pembuatan media Na
mendidih sambil diaduk agar merata, setelah itu medium NA diautoklaf pada
30
temperatur 121oc selama 15 menit. Setelah diautoklaf medium NA dituangkan ke
dalam cawan petri steril kurang lebih 20 ml, medium NA dalam cawan petri
c) Metode replika
Uji efek antiseptik dilakukan dengan metode Replika dengan cara sebagai
berikut :
Kontrol negatif
pada telapak tangan ditaburkan sediaan 0,5gram bedak tanpa ekstrak rimpang
rumput teki kemudian diratakan dan didiamkan selama satu menit, selanjutnya
sidik ibu jari ditempelkan pada media padat nutrient agar dalam cawan petri.
sebanyak 5kali.
Kontrol positif
dan didiamkan selama satu menit. Selanjutnya dilakukan kontak sidik ibu jari
pada media dalam cawan petri. Media diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam.
5kali.
Sediaan uji
pada telapak tangan ditaburkan sediaan 0,5gram formula bedak tabur yang
31
mengadung ekstrak rimpang rumput teki kemudian diratakan dan didiamkan
selama satu menit. Selanjutnya dilakukan kontak sidik ibu jari pada media dalam
cawan petri. Media diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Setelah inkubasi,
32
DAFTAR PUSTAKA
33
Staphylococcus aureus.
Jawetz, D. (2005). Jawetz, dkk. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta :
Salemba Medika.
Lenny, S. (2006). SENYAWA FLAVONOIDA , FENILPROPANOIDA.
Marlina, S. (2010). Ujia Aktivitas Antibakteri Ekstrak Rimpang Teki (Cyperus
rotundus) terhadap Staphylococcus Epidermis. Jurusan Farmasi Fakultas
Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Islam Indonesia.
Martin. (1993). farmasi fisik edisi III.
Maya, D. (2004). Popok Bayi Bisa Menjadi Sumber Penyakit.
Murnah. (1995). Pemeriksaan Kualitatif dan Kuantitatif Minyak Atsiri dan Tannin
dalam Umbi Teki.
Nagulendran, K, R., Velavan, M., & H, B. (n.d.). In Vitro Antioxidant Activity
and Total Polyphenolic Content of Cyperus Rotundus Rhizomes.
POM, D. (1985). Forularium Kosmetik Indonesia.
Pt, R. J., & Sahu, R. K. (2011). Formulation and evaluation of Cyperus rotundus
and Cucumis sativus based herbal face cream, (July 2014).
Rahim, F. dan D. N. (2013). Formulasi Masker Peel Off Ekstrak Rimpang
Rumput Teki (Cyperus rotundus L) Sebagai Anti Jerawat. Jurnal Penelitian
Farmasi, Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia Perintis Padang.
Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi (Edisi IV). Bandung:
Terjemahan Kosasih Padmawinata. ITB Press.
Sari, Retno., D. and N. R. (2006). Pemanfaatan Sirih sebagai Sediaan Hand Gel
Antiseptik.
Sastrimidjoyo. (1997). Obat Asli Indonesia. jakarta: Dian Rakyat.
Siswandono, B. p, & Soekardjo. (2000). Kimia Medisinal. Surabaya: Airlangga
University Press.
Subronto, T. (2001). Ilmu Penyakit Ternak II. Gajah Mada University Press.
Syamsuni, H. (2006). Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. (S. R. Winny,
Ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Voigh, R. (1995). buku pembelajaran tentang teknologi farmasi. Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta.
Waluyo, J. dan Wahyuni, D. (2014). Petunjuk Praktikum Mikrobiologi.
wasitaatmadja S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Universitas
Indonesia, Jakarta.
34