Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang melimpah, dimana

sebagian besar tumbuh-tumbuhan dimanfaatkan oleh nenek moyang kita untuk

mengobati berbagai penyakit salah satunya yaitu dalam pengobatan masalah kulit

seperti jerawat. Jerawat merupakan salah satu masalah kulit yang biasa dikenal

dengan sebutan acne vulgaris, yaitu suatu keadaan dimana pori-pori kulit

tersumbat. Biasanya jerawat atau acne vulgaris mulai timbul pada masa remaja

(pubertas). Kondisi tersebut merupakan salah satu masalah yang hampir semua

remaja keluhkan baik pada wanita maupun pada laki-laki karena dapat

mengganggu penampilan.Staphylococcus epidermidis merupakan mikroorganisme

yang dapat menyebabkan infeksi jerawat dengan cara memproduksi metabolit

yang dapat bereaksi dengan sebum sehingga menyebankan inflamasi (Herwin dkk,

2018).

Salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai pengobatan alamiah

adalah daun jeringau (acorus calamus). Secara tradisional, tanaman ini bermanfaat

untuk membangkitkan nafsu makan, radang lambung, kurap, migran, anti

inflamasi, diare dan demam. Ekstrak alkohol jeringau sangat berguna sebagai

bahan antibakteri (Ulung, 2014).

Menurut Rachmi Primadiati (2001), kulit merupakan organ tubuh manusia

yang luasnya paling besar dan memiliki peran yang sangat penting oleh karena itu

selayaknya kulit senantiasa dijaga dan dipelihara kesehatannya. Bukan hanya kulit

1
wajah atau bagian yang terbuka, melainkan kulit diseluruh tubuh harus dijaga.

Memahami struktur dan fungsi kulit dapat menjadi langkah awal dalam

keseluruhan rangkaian upaya untuk merawat dan menjaga kesehatan kulit Jenis-

jenis kulit pada manusia akan berbeda-beda tergantung dengan kondisi lingkungan

dan keturunan. Oleh karena itu, kegiatan perawatan kulit akan disesuaikan dengan

jenis kulit tersebut. Karena jenis kulit yang berbeda juga tentunya memiliki

perawatan yang berbeda juga. Penggunaan produk kulit yang tidak tepat dengan

penggolongan jenis kulit

akan menyebabkan kerusakan pada kulit.

1. Normal

Kulit normal merupakan jenis kulit yang cenderung mudah dirawat. Kelenjar

minyak (sebaceous gland) pada kulit normal biasanya tidak terlalu menjadi

masalah, karena minyak (sebum) yang dikeluarkan seimbang, tidak berlebihan

ataupun kekurangan.

2. Kering

Kulit kering merupakan jenis kulit yang kekurangan sebum. Karena jumlah sebum

yang terbatas, maka kulit kering sering mengalami kekurangan sebum dan

kelembaban berkurang dengan cepat.

3. Berminyak

Kulit berminyak merupakan jenis kulit yang diakibatkan oleh kelenjar sebaceous

sangat aktif pada saat pubertas, ketika distimulasi oleh hormon pria yaitu

androgen.

2
4. Kombinasi

Kulit kombinasi merupakan gabungan dari lebih dari satu jenis kulit seperti kulit

kering dan kulit berminyak. Bagian yang berminyak umumnya terdapat pada

daerah dagu, hidung dan dahi, yang diketahui sebagai T-Zone atau daerah T.

Penyakit kulit bukan merupakan penyakit yang berbahaya namun mempunyai

dampak yang besar bagi para remaja baik secara fisik maupun psikologik dapat

menimbulkan kecemasan dan depresi. Wajah yang berjerawat akan berpengaruh pula

pada perkembangan psikososial termasuk kepercayaan diri (Saragih, 2016). Remaja

dalam perkembangannya, dihadapkan oleh berbagai perubahan mencakup perubahan

biologis dan psikologis. Perubahan biologis yang terdiri dari peruahan fisik merupakan

pencetus yang berdampak pada tahap psikis. Perubahan kondisi fisik inilah yang

berpengaruh pada kepercayaan diri. Penampilan fisik seperti wajah berjerawat yang

tidak sesuai dengan gambaran ideal seorang remaja akan menimbulkan ketidakpuasan

sehingga menimbulkan rasa kurang percaya diri (Ompi, 2016).

Salah satu tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat antibakteri adalah jeringau

(Acorus calamus L.). Jeringau merupakan tanaman yang tumbuh liar di daerah rawa,

sawah, ataupun ditanam sebagai tanaman hias pekarangan. Masyarakat secara

tradisional menggunakan rimpang jeringau untuk mengobati diare, disentri, cacingan

atau digunakan pada wanita setelah bersalin bersama bahan obat lain dengan cara

ditumbuk atau direbus (Atsiri Indonesia, 2006). Penelitian Sihite (2009)menunjukkan

adanya kandungan minyak atsiri pada rimpang jeringau, sedangkan ekstrak metanol

rimpang jeringau diketahui memiliki aktivitas antimikroba diantaranya terhadap

3
Pseudomonas aeruginosa, Candida albicans dan Penicillium marneffei (Phongpaichit,

2005).

Kemampuan rimpang jeringau sebagai antimikroba disebabkan karena adanya

adanya kandungan fitokimia. Menurut Barua et al (2014), ekstrak eta-nol rimpang

jeringau mengandung senyawa fenolik dan flavonoid dengan kadar tertinggi,

selanjutnya yaitu senyawa alkaloid, terpen dan tannin. Dhaniaputri (2015) menyatakan

bahwa kandungan senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan tersimpan pada bagian

vakuola. Berdasarkan struktur sel tumbuhan, letak vakuola yaitu pada bagian dalam sel

tumbuhan dan dilindungi oleh dinding sel, dimana dinding sel pada tumbuhan inilah

yang menyebabkan sel tumbuhan lebih keras dibanding sel hewan yang tidak memiliki

dinding sel. Menurut Srivastava et al (2017), dinding sel adalah lapisan luar yang kuat

pada sel tanaman dengan komponen selulosa dan lignin yang keras.

Kandungan Kimia Merupakan cara mendeteksi senyawa-senyawa yang

terkandung didalam tumbuhan berdasarkan golongannya. Sehingga dapat diketahui

sebagai informasi awal untuk mengetahui senyawa kimia apa yang mempunyai

aktivatas dari suatu tanaman contohnya adalah, flavanoid, saponin, alkaloid dan

tanin (Tyler, 1988).

a. Flavanoid

Merupakan turunan 1,3-difenilpropan adalah senyawa alami yang luas

dan tesebar dalam tanaman tingkat tinggi. Flavanoid mempunyai sifat anti

inflamasi, anti hepattoksik, anti tumor, anti mikroba dan anti virus.

Beberapa obat tradisonal dan tanaman obat mengandung flavanoid sebagai

4
senyawa bioaktif. Kebanyakan flavanoid berada sebagai glikosida (Nahar dan

Sarker, 2009).

b. Saponin

Saponin termasuk dalam senyawa terpenoid dan bagian dari

triterpenoid, merupakan glikosida terpena dari sterol (Harbone, 1996).

Keberadaan saponin sangat mudah ditandai dengan larutan klorida dengan air

apabila dikocok menimbulkan buih yang stabil, saponin adalah senyawa

berasa pahit, menusuk menyebabkan bersin dan mengakibatkan iritasi

terhadap selaput lender (Gunawan dan Mulyani, 2004).

c. Alkaloid

Nama alkaloid berasal dari kata “alkalin” yang berarti basa yang larut

dalam air. Alkaloid merupakan sekelompok metabolit sekunder alami yang

mengandung nitrogen. Kebanyakan alkaloid atom nitrogen merupakan bagian

dari cincin. Alkaloid secara biosintetis diturunkan dari asam amino. Alkaloid

alami dan turunannya telah dikembangkan sebagai obat untuk mengobati

berbagai macam penyakit seperti taxol, morpin dan reserpin. Alkaloid

bersifat basa dan membentuk garam yang larut air dengan asam-asam

mineral, kebanyakan alkaloid adalah padat, kristalin dan berasa pahit (Nahar

dan Sarker, 2009).

5
d. Tanin

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae

terdapat khusus dalam jaringan kayu. Salah satu fungi tanin dalam

tumbuhan adalah sebagai penolak hewan sebagai pemakan tumbuhan karena

rasanya yang sepat. Tanin sering terdapat pada tumbuhan paku-pakuan dan

gimnospermae, serta angiospermae terutama pada jenis tumbuhan berkayu

(Harborne, 1996). Tanin merupakan senyawa amorf, yang menghasilkan

larutan koloidal asidik. Tanin membentuk senyawa yang tidak dapat didigesti

dan tidak larut dengan protein dan ini merupakan dasar penggunaannya dalam

pengobatan diare, gusi berdarah dan kulit yang luka. Tanin juga dapat

memberikan perlindungan terhadap serangan mikrobia (Nahar dan Sarker,

2009).

Masker daun jeringau dan madu dibuat sebagai masker untuk perawatan

kulit wajah berjerawat. Daun jeringau (Acorus calamus L.) termasuk tanaman

obat yang biasa digunakan sebagai antibakteri dan anti inflamasi. Aktivatas anti

bakteri pada tanaman jeringau dipengaruhi karena adanya kandungan flavanoid,

saponin, alkaloid dan tanin. sedangkan madu juga mengandung antiseptik yang

bisa menyembuhkan kulit iritasi dan berjerawat. sehingga Kombinasi daun

jeringau dan madu akan membantu menyamarkan bekas jerawat, memulihkan

kulit wajah yang terbakar akibat sinar matahari, melembabkan kulit wajah, serta

mencerahkan wajah.

6
Manfaat dibuat masker karena Salah satu sediaan yang dapat mengatasi kulit

kering dan kusam. masker memiliki bahan dasar yang mampu melembabkan kulit

wajah sehingga stratum corneum pada kulit juga mengalami kelembaban sehingga

pada saat sediaan masker dicuci maka stratum corneum akan ikut terangkat juga.

Penggunaan masker pada wajah memiliki beberapa manfaat. Selain melembutkan

kulit, fungsi masker adalah membuka pori-pori yang tersumbat karena kotoran,

debu, maupun sisa kosmetik yang tidak bisa hilang karena pembersih biasa, serta

membantu mengikis sel kulit mati. Masker juga dapat mengembalikan

kelembaban dan kehalusan kulit serta mengencangkan kulit

Berdasarkan informasi masyarakat didaerah srimulyo, kecamatan madang

suku II, kabupaten oku timur bahwa tanaman jaringau dapat dimanfaatkan sebagai

meningkatkan nafsu makan, sakit perut ,diare, dan penyakit kulit seperti kurap.

Maka dari itu saya tertarik membahas tumbuhan jeringau dibuat sedian masker

karena pada jeringau terdapat antibakteri dan antiinflamasi.

7
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka timbul permasalahan:

1. Bagaimana membuat formulasi masker alami berbahan daun

jeringau dan madu untuk penyembuhan jerawat dengan baik ?

2. Formulasi memadukan antara kedua bahan daun jeringau dan madu

sebagai masker alami ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis pengaruh pemberian

masker daun jeringau dan madu terhadap penyembuhan jerawat.

D. Manfaat Penelitian

1. Memanfaatkan daun jeringau dan madu dan sebagai sediaan

kosmetik.

2. Memperkaya jenis sediaan kosmetik berbahan aktif herbal

Indonesia.

3. Memperkenalkan manfaat daun jeringau dan madu sebagai

sediaan perawatan Kulit.

E. Ruang Lingkup Dan Batasan Penelitian

Suatu penelitian membutuhkan batasan masalah agar mempunyai

arah yang jelas tentang penelitian yang akan dilakukan. Peneliti akan

memberikan batasan masalah tentang pengaruh masker daun jeringau dan

madu untuk kulit berjerawat.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

a. Tinjauan Pustaka Terkait Objek Penelitian

a. Kulit

Kulit merupakan selimut yang menutup permukaan tubuh dan mempunyai fungsi

utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar. Selain

itu, kulit juga berfungsi sebagai indra peraba dan perasa, serta pertahanan terhadap

tekanan dan infeksi dari luar (Evelyn C.Pearce. 2009:26).

Kulit merupakan organ yang tersusun dari 4 jaringan dasar:

1. Kulit mempunyai berbagai jenis epitel, terutama epitel berlapis gepeng dengan

lapisan tanduk. Penbuluh darah pada dermisnya dilapisi oleh endotel. Kelenjar-kelenjar

kulit merupakan kelenjar epitelial.

2. Terdapat beberapa jenis jaringan ikat, seperti serat-serat kolagen dan elastin, dan sel-

sel lemak pada dermis.

3. Jaringan otot dapat ditemukan pada dermis. Contoh, jaringan otot polos, yaitu otot

penegak rambut (m. arrector pili) dan pada dinding pembuluh darah, sedangkan

jaringan otot bercorak terdapat pada otot-otot ekspresi wajah.

4. Jaringan saraf sebagai reseptor sensoris yang dapat ditemukan pada kulit berupa

ujung saraf bebas dan berbagai badan akhir saraf. Contoh, badan Meissner dan badan

Pacini.

9
b. Struktur kulit

Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis. Epidermis merupa-

kan jaringan epitel yang berasal dari ektoderm, sedangkan dermis berupa jaringan ikat

agak padat yang berasal dari mesoderm. Di bawah dermis terdapat selapis jaringan ikat

longgar yaitu hipo- dermis, yang pada beberapa tempat terutama terdiri dari jaringan

lemak.

Gambar 1.1 Struktur kulit. Sumber: Kessel RG, 1998.

Kulit yang menderita kelainan seperti kekeringan, penuaan, menderita jerawat,

noda-noda hitam, dan lain-lain perlu dirawat secara khusus dengan kosmetik

perawatan yang umumnya mengandung bahan-bahan aktif seperti vitamin, nutrisi,

serta pelembab terutama pada kulit kering atau kulit normal yang cenderung kering.

Ada banyak sediaan yang mampu mengatasi masalah-masalah kulit tersebut seperti,

kosmetik pelembap (moisturizer), kosmetik pembersih (claeanser), kosmetik

pelindung(sunscreen), dan kosmetik pengampelas (peeling) (S.M.Balsam,

S.D.Gershon, M.M.Rieger,1972:436).

Salah satu penyakit kulit yang selalu mendapat perhatian bagi para remaja dan

dewasa muda adalah jerawat atau dalam bahasa medisnya acne vulgaris. Penyakit ini

10
tidak fatal, tetapi cukup merisaukan karena berhubungan dengan menurunnya

kepercayaan diri akibat berkurangnya Acne vulgaris adalah suatu keadaan dimana

pori-pori kulit tersumbat sehingga timbul bruntusan (bintik merah) dan abses (kantong

nanah) yang meradang dan terinfeksi pada kulit. Jerawat sering terjadi pada kulit

wajah, leher dan punggung. Baik laki-laki maupun perempuan (Susanto,2013).

Acne dikatakan hingga 80% populasipada satu saat. Gambaran khas adalah

timbul pada remaja, sering kali yang sedangmengalami tanda-tanda awal pubertas,

dengan beragam lesi yang hilang timbul. Dapat ditemukan beberapa jenis kulit

lesi(Bourke, 2011). Adapun berbagai faktor. Penyebab acnesangat banyak

(multifactorial), antara lain :genetik, endoktrin, faktor makanan,keaktifan, dari kelenjar

sebasea sendiri, faktor psikis, iklim, infeksi bakteri(Propionibacterium acnes), dan

kosmetika(Victor, 2010).

Insidensi tertinggi terdapat pada perempuan antara umur 14–17 tahun dan pada

laki-laki antara umur 16–19 tahun.Tetapi dapat pula timbul pada usia di atas 40 tahun

dan penyakit ini dapat pula menetap pada usia lanjut. 10% kasus didapat pada usia 30–

40 tahun. Bentuk yang lebih berat dari akne terdapat pada kira-kira 3% laki-laki, lebih

jarang dari pada perempuan(Rahmawati, 2012).

Banyak bahan alam yang diketahui dapat digunakan sebagai bahan kosmetik

seperi daun jambu biji, kunyit, lidah budaya, dan termasuk salah satunya bahan

yang bisa digunakan untuk masker wajah adalah daun jeringau (acorus calamus).

Secara tradisional, tanaman jeringau bermanfaat untuk membangkitkan nafsu

makan, radang lambung, kurap, migran, anti inflamasi, diare dan demam. Ekstrak

alkohol jeringau sangat berguna sebagai bahan antibakteri (Ulung, 2014).

11
a. Tumbuhan Jeringau (Acorus calamus L.)

Tumbuhan jeringau (jerangau, dlingo, acorus calamus L.) merupakan

tumbuhan pendek, dan dari sela daun timbul buah yang bulat lonjong panjang

yang permukaannya tidak rata bewarna hijau kekuning-kuningan (Sutedjo,2004).

Jeringau merupakan tanaman tahunan, tingginya mencapai 0,5m. Daunnya

bertulang sejajar, panjangnya 1-1,5cm, dengan tulang daun dibagian tengahnya

yang kuat, ujung daun lancip, menyebarkan bau yang sangat harum. Sepintas

tanaman jaringau seperti daun pandan. Warna daun hijau tua dan permukaannya

licin. Batang tanaman berada di dalam lumpur atau rawa berupa rimpang dan

berakar serabut yang besar. Jaringau tumbuh merumpun membentuk satu koloni

tanaman yang semakin lama akan semakin lebar (Pusat Studi Biofarmaka

(Sutedjo, 2004). LPPMIPB & Gagasan Ulung, 2014).

1. Taksonomi Tumbuhan Jeringau (Acorus calamus L.)

Gambar 1. 2 Daun Jeringau (Dokumentasi Pribadi, 2021)

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super divisi : Spermatophyta

12
Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida (Monocotyledon)

Sub kelas : Arecidae

Ordo : Acorales

Famili : Acoraceae

Genus : Acorus L.

Spesies : Acorus calamus L. (Syarifah, 2016)

2 . Nama Daerah

Di berbagai daerah tumbuhan jeringau memiliki nama yang beragam, antara

lain : Jerenge (Aceh), Jerango (Gayo & Batak Karo), Serago (Nias), Daringo

(Jawa), Jariango (Sunda), Jharoango (Madura), Jhariango (Kangean), Jariango

(Banjar), Areango (Bugis), Kareango (Makassar), Jangu (Bali), Kaliraga

(Flores), Daringau (Ambon), dan Jahangu (Nusa Tenggara) (Depkes, 1989).

3 . Khasiat Daun Jeringau

Secara tradisional jeringau bermanfaat untuk menambah nafsu makan,

radang lambung, kurap (obat luar), sakit kepala, anti inflamasi, diare, disentri,

asma, cacingan dan imunostimulan. Ekstrak jeringau sangat berguna sebagai

bahan antibakteri. Tetapi jeringau tidak boleh digunakan dalam jangka waktu

13
yang lama dan terus-menerus, karena dapat mengakibatkan efek samping yang

tidak diinginkan. Dalam dosis tinggi dapat memberikan efek meningkatkan

aktivitas mental (Psikoaktif). Selain itu jeringau mengandung senyawa asaron

yang dapat memicu timbulnya kanker (Ulung, 2014).

Daun jeringau mengalami produksi atau pengelolahan simplisia terlebih

dahulu sampai terbentuk serbuk halus, Simplisia merupakan bahan alami yang

digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan

berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat dibedakan menjadi

tiga yaitu simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral).

Simplisia merupakan produk hasil pertanian tumbuhan obat baik dari

pengumpulan tumbuhan sampai proses pembuatan sederhana menjadi bentuk

produk farmasi yang siap dipakai. Tetapi kandungan dari simplisia tidak

dapat dijamin selalu konsisten yang disebabkan oleh tempat tumbuh

tumbuhan tersebut, iklim, kondisi (umur dan cara) panen, serta proses cara

panen dan preparasi akhir (Depkes, 2000).

Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,

bagian tanaman, dan isi sel yang dikeluarkan dari suatu tanaman. Isi sel

tumbuhan dapat berupa zat-zat atau bahan nabati lainnya dengan cara

tertentu dipisahkan dan diisolasi dari tanamannya. Simplisia hewani adalah

simplisia yang berasal dari hewan utuh atau zat-zat yang berguna yang

dihasilkan hewanyang belum berupa bahan kimia murni. Sedangkan

simplisia pelikan atau mineral adalah berupa bahan pelikan atau mineral

yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum

14
berupa bahan kimia murni contohnnya dalah serbuk seng dan serbuk

tembaga. Factor-faktor yang dapat mempengaruhi suatu kualitas dari

simplisia adalah bahan baku simplisia,proses pembuatan simplisia

(pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, pengubahan bentuk,

peneringan, sortasi kering, pengepakan dan penyimpanan) dan pemeriksaan

mutu simplisia (Gunawan dan Mulyani,2004).

Pembuatan Simplisia terdiri dari:

a. Pengumpulan Bahan Baku

Bagian tanaman yang diguakan harus memperhatikan hal berikut :

1) Usia tanaman atau bagian tanaman yang akan dipanen

2) Waktu panen

3) Lingkungan tumbuh

b. Sortasi Basah

Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan cemaran (kotoran dan bahan asing

lain) dari bahan simplisia. Pembersihan simplisia dari tanah dapat mengurangi

jumlah kontaminasi mikrobiologi (Agoes, 2007)

c. Pencucian

Pencucian simplisia dilakukan untuk membersihkan kotoran yang melekat,

terutama bahan yang berasal dari tanah dan juga bahan-bahan yang tercemar

pestisida. Pencucian dapat dilakukan dengan menggunakan air yang berasal dari

beberapa sumber air seperti mata air, sumur, PAM (Gunawan dan Mulyani, 2004).

d. Perajangan

15
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,

pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru dipanen, sebelum dirajang,

terlebih dahulu dijemur dalam keadaan utuh selama 1 hari. Perajangan dapat

dilakukan dengan pisau atau mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis

atau potongan dengan ukuran tertentu (Agoes, 2007).

e. Pengeringan

Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak

sehingga dapat disimpan untuk jangka waktu lebih lama. Dengan penurunan kadar

air, sehingga dapat dicegah dapat terjadinya penurunan mutu atau perusakan

simplisia. Suhu pengeringan bergantung pada simplisia dan cara pengeringan.

Pengeringan dapat dilakukan antara suhu 30°-90°C (60°C terbaik). Jika simplisia

mengandung bahan aktif tidak tahan panas atau mudah menguap, pengeringan

dilakukan pada suhu serendah mungkin, misalnya 30° - 45°C atau dengan cara

pengeringan vakum (Agoes, 2007).

f. Sortasi Kering

Sortasi setelah pengeringan merupakan tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan

sortasi kering ialah untuk memisahkan benda asing, seperti bagian tanaman yang

tidak di inginkan dan pengotor lain yang masih ada atau tertinggal pada simplisia

kering. Proses ini sebaiknya dilakukan sebelum dilakukan pengemasan simplisia

(Agoes, 2007).

g. Penyimpanan dan Pengepakan

Kegiatan penyimpanan dilakukan jika simplisia secara kuantitatif melebihi

kebutuhan serta untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang.Penyimpanan

16
merupakan upaya untuk mempertahankan kualitas simplisia, baik fisik maupun

jenis dan kadar senyawa kimianya, sehingga tetap memenuhi persyaratan mutu

yang ditetapkan. Pengemasan atau pengepakan simplisia sangat berpengaruh

terhadap mutu simplisia yaitu dengann pengangkutan dan penyimpanan.

Pengemasan bertujuan untuk melindungi simplisia pada saat pengangkutan,

distribusi,dan penyimpanan dan gangguan luar seperti suhu, kelembaban sinar,

pencemaran mikroba, serta serangan dari serangga (Katno, 2008).

Untuk mendapatkan senyawa metabolit sekunder seperti flavonoid dan tanin

yang terdapat pada rimpang jeringau, maka perlu dilakukan ekstraksi sehingga

senyawa tersebut dapat keluar dari dalam sel. Namun karena kuatnya dinding sel

tumbuhan, diperlukan upaya lain untuk membantu meningkatkan pelepasan

senyawa metabolit sekunder dari dalam sel tumbuhan dengan cara melunakkan

atau merusak dinding sel. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah dengan

fermentasi. Melalui pro-ses fermentasi, terjadi perombakan senyawa organik

kompleks menjadi lebih sederhana, sehingga diharapkan dinding sel akan lebih

mudah ditembus oleh pelarut. Salah satu jenis fermentasi yang dapat digunakan

dan mudah dalam penerapannya adalah fermentasi alami.

Djonny (2018) menyatakan bahwa fermentasi merupakan salah satu metode

rekayasa proses, prinsip dari rekayasa fermentasi ini ditujukan untuk

menghancurkan jaringan rimpang jeringau dengan cara memecahkan dinding sel

rambut kelenjar dari rimpang jeringau dengan menggunakan enzim yang terdapat

dalam mikroorganisme. Me-nurut Sulasiyahdkk (2018), proses fermentasi

menyebabkan kadar fenol me-ningkat. Peningkatan kadar fenolik diharapkan

17
berpengaruh terhadap aktivitas antimikroba yang dimiliki rimpang jeringau,

dimana sebelumnya diketahui rimpang jeringau segar memiliki aktivitas

antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan aktivitas antifungi terhadap

Candida albicans.

Salah satu metode yang digunakan untuk penemuan obat tradisional adalah

metode ekstraksi. Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan

senyawa yang akan diisolasi. Sebelum memilih suatu metode, target ekstraksi

perlu ditentukan terlebih dahulu. Ada be-berapa target ekstraksi, diantaranya

(Sarker SD, dkk., 2006):

1. Senyawa bioaktif yang tidak diketahui

2. Senyawa yang diketahui ada pada suatu organisme

3. Sekelompok senyawa dalam suatu organisme yang berhubungan secara

struktural.

Semua senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh suatu sumber

tetapi tidak dihasilkan oleh sumber lain dengan kontrol yang berbeda, misalnya

dua jenis dalam marga yang sama atau jenis yang sama tetapi berada dalam

kondisi yang berbeda. Identifikasi seluruh metabolit sekunder yang ada pada suatu

organisme untuk studi sidik jari kimiawi dan studi metabolomik. Proses ekstraksi

khususnya untuk bahan yang berasal dari tumbuhan adalah

sebagai berikut :

1. Pengelompokan bagian tumbuhan (daun, bunga, dll), pengeringan dan

penggilingan bagian tumbuhan.

2. Pemilihan pelarut

18
3. Pelarut polar: air, etanol, metanol, dan sebagainya.

4. Pelarut semipolar: etil asetat, diklorometan, dan sebagainya.

5. Pelarut nonpolar: n-heksan, petroleum eter, kloroform, dan sebagainya.

Kosmetik adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan pada

permukaan kulit manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara,

menambah daya tarik dan mengubah rupa dan tidak termasuk golongan obat.

Salah satu contoh kosmetik adalah masker wajah (Sriwidodo, 1986). Pemakaian

masker wajah bermanfaat untuk melembutkan kulit, membuka pori-pori yang

tersumbat, dan membersihkan sisa kosmetik yang tidak bisa dihilangkan

menggunakan pembersih biasa (Dechacare, 2011). Selain itu, pemakaian masker

wajah yang teratur juga dapat membantu mencegah penuaan dini dan mengurangi

munculnya keriput dan garis-garis halus (Aloette,2011).

Bahan lain yang digunakan untuk pembuatan masker dari tumbuhan daun

jeringau adalah sebagai berikut:

a. Madu

Madu merupakan humectants (menarik air dari dalam kulit dan dari udara

sekitar, sehingga proses dehidrasi kulit tidak berlanjut) yang mampu menjaga

kelembaban kulit. Madu digunakan sebagai masker wajah yang cocok untuk

semua jenis kulit karena sangat efektif untuk menghambat proses penuaan dini

dan keriput (Squidoo,2012).

Berdasarkan kandungan dan khasiat tersebut madu berpotensi untuk

dikembangkan menjadi suatu sediaan kosmetik, Madu telah dianggap sebagai

salah satu sumber kesehatan. Madu dapat digunakan sebagai bahan dasar

19
kosmetik karena madu dapat menjadi sumber gizi bagi kulit serta dapat membuat

kulit menjadi lebih putih dan cerah. Madu juga dapat melindungi kulit dari

bakteri.

Pemicu timbulnya jerawat adalah masa menstruasi, stres, debu/kotoran,

serta jarang membersihkan wajah setelah memakai riasan. Penyebab munculnya

jerawat tidak terus muncul karena kotor, melainkan lebih disebabkan faktor dari

dalam tubuh. Kebiasaan berganti-ganti kosmetik juga dapat mempengaruhi

kejadian munculnya jerawat (Tjekyan, 2008 dikutip Dawson et al, 2012).

Kelebihan produksi kelenjar minyak atau sebaceous gland akan

menyebabkan penyumbatan pada saluran folikel rambut dan pada pori-pori

kulit. Produksi pada minyak biasanya disalurkan melalui folikel rambut.

Kotoran atau sel kulit mati yang tidak dibersihkan akan bertumpuk dan

menjadi komedo. Jika terkena bakteri jerwat, komedo akan menjadi jerawat.

Jerawat atau yang biasanya disebut dengan acne vulgaris adalah pembentukan

komedo, papul, pustul, nodul dan/atau kista yang merupakan akibat dari

sumbatan dan peradangan unit pilosebasea (folikel rambut dan kelenjar sebasea

yang menyertainya). Acne dapat muncul di daerah yang banyak mengandung

kelenjar pilosebasea, seperti pada daerah wajah, leher, dada, dan punggung.

(P. Acnes) (Truter, 2009; Dawson et al., 2012).

Sebelum jerawat tumbuh lebih banyak di kulit wajah, sebaiknya

seseorang melakukan pencegahan terhadap jerawat, Perawatan kulit wajah dari

luar dapat dilakukan dengan menggunakan masker madu (Moussa et al., 2012).

20
Madu mengandung inhibin dan hidrogen peroksida yang memiliki

khasiat sebagai antibakteri (Moussa et al.,2012). Selain itu, madu memiliki

antioksidan alami yang berperan untuk membunuh bakteri dan kuman yang

penyebab jerawat gatal pada kulit mengandung antiseptik alami yang bisa

membunuh bakteri dan membersihkan luka pada jerawat. Madu memiliki sifat

osmotik sehingga bisa membersihkan luka, menyerap air pada luka jerawat dan

melepaskan hidrogen peroksida yang berfungsi untuk mengeringkan luka

jerawat, memiliki sifat asam sehingga sangat efektif untuk mencegah dan

mengurangi pertumbuhan bakteri, mengandung zat anti inflamasi yang

berfungsi untuk menghentikan peradangan pada luka,memiliki zat khusus

yang membuat lengket sehingga bisa digunakan untuk menarik kotoran dan

debu dari kulit wajah, memiliki zat probiotik alami dan bisa bermanfaat

untuk mengurangi jerawat dan menghentikan kemungkinan jerawat baru.

Madu melembabkan kulit sehingga kulit menjadi lebih halus, tidak berminyak

dan menyembuhkan jerawat dengan cepat dan alami (Vallianoul et al., 2014;

Sabry, 2009). Serta apabila acne tidak ditangani dengan tepat hingga

meradang terus menerus kemungkinan akan menyebabkan kanker kulit.

Dampak yang sering ditimbulkan oleh jerawat yaitu mengganggu rasa percaya

diri dan penampilan, menarik diri dari kehidupan sosial, dan menyebabkan

depresi.

21
b. Clindamycin

Salah satu antibiotik yang biasa digunakan untuk pengobat jerawat adalah

clindamycin. Clindamycin dapat digunakam untuk obat jerawat karena dapat

menghambat dan membunuh bakteri Propionibacterium acne yang dapat

menyebabkan jerawat. Topikal clindamycin juga sama efektifnya dengan benzoil

peroksida (Rowe, 2006).

c. propilen glikol

Propilen glikol dalam sediaan farmasi berfungsi sebagai humektan, pelarut,

pelicin, dan sebagai penghambat fermentasi dan pertumbuhan jamur, desinfektan,

dan untuk meningkatkan kelarutan (Weller, 1994). Selain itu juga penambahan

propilen glikol pada sediaan topikal juga dapat meningkatkan laju difusi (Agoes

dkk, 1983).

d. Etanol

Etanol merupakan salah satu produk penting dalam bidang kesehatan dan energi,

dapat dibuat menggunakan metode fermentasi atau biasa juga disebut dengan

peragian, yaitu proses perubahan kimia dalam suatu substrat organik yang dapat

berlangsung karena aksi katalisator biokimia, yaitu enzim yang dihasilkan oleh

mikroba-mikroba hidup tertentu, terjadi karena aktifitas mikroba penyebab

fermentasi pada substrat organik sesuai. Fermentasi dapat menyebabkan

perubahan sifat bahan pangan, sebagai akibat dari pemecahan

kandungankandungan bahan pangan tersebut (Fardiaz,1992).

22
e. Aquadest

Air murni ( aquadest ) merupakan suatu pelarut yang penting dan memiliki

kemampuan untuk melarutkan banyak zat kimia seperti garam-garam, gula, asam

beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik sehingga aquadest disebut

sebagai pelarut universal. Aquadest berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase

cair dan padat dibawah tekanan dan temperatur standar dalam bentuk ion, aquadest

dapat dideskripsikan sebagai asosiasi ( ikatan antara sebuah ion hidrogen H- ) dengan

sebuah ion hidroksida (OH+) (suryana, 2013).

b. Tinjauan Pustaka Terkait Penelitian – Penelitian sebelumnya

No Nama Peneliti Judul Penelitian Kesimpulan

1 Muhammad Rizki Wahyudi penetapan kadar Kadar flavonoid

flavonoid ekstrak total ekstrak daun

etanol daun jeringau jeringau (Acorus

(acorus calamus l.) calamus L) yang

dengan metode lebih besar ialah

esktraksi maserasi dengan metode

dan refluks refluks

dibandingkan

dengan metode

maserasi yaitu

dengan metode

23
refluk sebesar

1,60% dan metode

maserasi sebesar

0,97%.

2 Magdalena Riska Ananda uji aktivitas Ekstrak etanol daun

antibakteri ekstrak jeringau (Acorus

etanol daun jeringau calamus L.)

(acorus calamus l.) memiliki aktivitas

terhadap antibakteri

pertumbuhan terhadap bakteri

staphylococcus Staphylococcus

epidermidis epidermidis pada

konsentrasi 5 %,

10% dan 15%.

3 Fitri hardiansi ,dwi afriliana, perbandingan kadar Ekstrak rimpang

anita munteira ,ernanin dyah fenolik dan aktivitas jeringau segar

wijayanti antimikroba memiliki perbedaan

rimpang jeringau kadar senyawa

(acorus calamus) fenolik dan

segar dan aktivitas antibakteri

24
terfermentasi dengan

ekstrak rimpang

jeringau

terfermentasi,

sedangkan aktivitas

antifungi tidak

berbeda secara

signifikan. Baik

kadar

fenolik maupun

aktivitas

antimikroba

ekstrak rimpang

jeringau mengalami

peningkatan setelah

proses fermentasi.

Perlu diakukan

penentuan waktu

optimal fermentasi

yang menghasilkan

kadar fenolik yang

tinggi

25
c. Tinjauan Pustaka Terkait Metode yang Digunakan

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yang bertujuan untuk

mengetahui proses pembuatan, proses penggunaan dan hasil perawatan masker

bubuk daun jeringau dan madu untuk kulit berjerawat. Daun jeringau mengalami

produksi atau pengelolahan terlebih dahulu sampai terbentuk serbuk halus

Sedangkan madu yang digunakan merupakan madu murni siap pakai

sehingga tidak memerlukan tahap proses pengelolahan bahan baku.

Observasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengamati secara

langsung mengenai proses pembuatan masker serbuk daun jeringau yang

dicampur dengan madu, untuk menilai produk dan hasil perawatan masker

serbuk daun jeringau dan madu dengan lembar penilaian, tiga orang sebagai

percobaan (klien).

perbandingan uji coba produk dengan komposisi masker bubuk daun

jeringau dan madu yang akan diuji cobakan adalah :

No Nama bahan F0 F1 F2

1 jeringau 5 gr 5 gr 10 gr

2 madu 5 ml 10 ml 5 ml

3 clindamyicin 5 gr 5 gr 5 gr

4 Propilen glikol 5 ml 5 ml 5 ml

5 etanol 5 ml 5 ml 5 ml

6 Aquades 5 ml 5 ml 5 ml

26
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif.

Analisis pers P

epsi dinyatakan persentase dalam bentuk table, hasil eksperimen,

observasi yang dibuat dalam table skala likert. Hasil uji skala

sikap dari klien percobaan dengan rumus persentase sebagai berikut.

Rumus yang digunakan dalam menghitung adalah :

Dimana : P

P = presentase

F = frekuensi

n = jumlah responden

Nilai - nilai dari hasil observasi dinyatakan dengan menggunakan

kategori skala likert :

SB = Sangat Baik

B = Baik

CB = Cukup Baik

TB = Tidak Baik

STB = Sangat Tidak Baik

27
BAB III

METODE PENELITIAN

A. waktu dan tempat penelitian

Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan april – juli 2021.

Tempat Penelitian

Tempat penelitian akan dilakukan di laboratorium teknologi formulasi dan

laboratorium kimia Stikes Aisyiyah Palembang.

B. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen.

C. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan antara lain, Gelas ukur, batang pengaduk,

blender, sendok, perkamen,timbangan analitik, botol dan toples.

2. Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan antara lain, daun jeringau, dan madu, clindamycin,

propilen glikol, etanol, aquadest.

28
D. Hipotesis

Dirancang formula sediaan masker wajah berbahan alami yang

mengandung zat aktif daun jeringau dan madu untuk kulit berjerawat.

E. Desain Penelitian

Masker daun jeringau dan madu dibuat sebagai masker untuk

perawatan kulit wajah berjerawat. Daun jeringau (Acorus calamus L.)

termasuk tanaman obat yang biasa digunakan sebagai antibakteri dan anti

inflamasi. Aktivatas anti bakteri pada tanaman jeringau dipengaruhi

karena adanya kandungan flavanoid, saponin, alkaloid dan tanin.

sedangkan madu juga mengandung antiseptik yang bisa menyembuhkan

kulit iritasi dan berjerawat. sehingga Kombinasi daun jeringau dan madu

akan membantu menyamarkan bekas jerawat, memulihkan kulit wajah

yang terbakar akibat sinar matahari, melembabkan kulit wajah, serta

mencerahkan wajah.

perbandingan uji coba produk dengan komposisi masker bubuk

daun jeringau dan madu yang akan diuji cobakan adalah :

No Nama bahan F0 F1 F2

1 jeringau 5 gr 5 gr 10 gr

2 madu 5 ml 10 ml 5 ml

3 clindamyicin 5 gr 5 gr 5 gr

4 Propilen glikol 5 ml 5 ml 5 ml

29
5 etanol 5 ml 5 ml 5 ml

6 aquades 5 ml 5 ml 5 ml

Subjek penelitian ini adalah tiga orang percobaan (klien) yang memiliki

masalah kulit berjerawat. Masker ini terdiri dari 3 formula yang terdiri dari F0,

F1, dan F2. Cara penggunaan masker untuk F0 yaitu 5 gr bubuk jeringau, 5 ml

madu, 5 gr clindamycin, 5 ml etanol, F1 5 gr bubuk jeringau, 10 ml madu, 5 gr

clindamycin, 5 ml etanol, dan F2 10 gr bubuk jeringau, 5 ml madu, 5 gr

clindamycin, 5 ml etanol.

Masker ini digunakan 1 kali sehari selama 7 kali pemakaian dengan rentang

waktu 10 - 15 menit. Pengaruh kulit berjerawat dari masker berbahan alami daun

jeringau dan madu untuk perawatan kulit berjerawat dapat diaplikasikan dan

dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari.

30

Anda mungkin juga menyukai