Anda di halaman 1dari 10

Formulasi dan Uji Stabilitas Fisik Pencuci Gel Wajah Dari

Ekstrak Kulit Buah Naga (hylocereus polyrhizus)

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi (Amd. Farm)

Pada Program Studi DIII Farmasi

Disususn Oleh :

Natasya Nurbafadal

NIM : 33178K19035

PROGRAM STUDI D3 FARMASI

STIKES MUHAMMDIYAH KUNINGAN 2021


PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Diera sekarang ini, kosmetik merupakan kebutuhan yang penting dan tidak bisa
dihilangkan dan dihilangkan. Kosmetik merupakan zat yang digunakan untuk merawat
suatu bagian tubuh dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ada dua jenis kosmetik yaitu
kosmetik dekoratif atau riasan dan kosmetik untuk perawatan kulit. Jenis perawatan kulit
ini ada bermacam-macam, berdasarkan bentuk dan polanya, salah satunya adalah
pembersih wajah (facial wash).

Sabun wajah(facial wash) merupakan salah satu jenis kosmetik yang digunakan
pada wajah untuk membersihkan wajah dari minyak dan kotoran yang menempel. Sabun
wajah biasanya dibuat dalam berbagai bentuk sediaan, seperti busa, krim, dan gel. Gel
atau disebut juga jelly adalah sistem semipadat yang terdiri dari suspensi partikel
anorganik kecil atau molekul organik besar dan ditembus dengan cairan, dalam
perkembangannya kosmetik telah digunakan secara turun-temurun oleh nenek moyang
dengan menggunakan bahan baku yang ada di alam.

Kulit merupakan bagian tubuh yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk
memperindah kecantikan terutama kulit wajah. Kulit wajah yang terlalu sering terpapar
radikal bebas seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, sinar matahari dan sinar UV,
dapat menurunkan fungsi kolagen yang berperan untuk mempertahankan struktur kulit.
Sehingga, menyebabkan kulit wajah menjadi kusam, berjerawat, dan bahkan
menyebabkan munculnya kerutan dini (Harun, 2014). Berbagai macam cara dilakukan
untuk mendapatkan kulit wajah sehat dan bersih, mulai dari cara tradisional
menggunakan bahan-bahan alami sampai dengan cara modern seperti penggunaan
kosmetik yang berbahan dasar sintesis senyawa kimia, suntik botoks, atau operasi plastik.
Menurut Hayatunnufus (2009), adapun pengaruh positif dan negatifnya antara lain 1)
Pengaruh positif, dalam pemakaian kosmetik diharapkan kulit menjadi bersih, sehat dan
segar serta menjadi lebih muda. Hal ini dapat dicapai dengan cara pemilihan kosmetik
yang tepat sesuai jenis kulit dan teknik/cara pemakaian yang tepat secara teratur. 2)
Pengaruh negatif, yaitu pengaruh yang sangat tidak diharapkan dan tidak diinginkan
karena akan menimbulkan kelaianan pada kulit, mungkin saja menjadi gatal-gatal
kemerahan, bengkak-bengkak ataupun timbul noda-noda hitam. Dalam hal ini perawatan
sederhana yang dapat dilakukan adalah mencuci wajah dengan menggunakan sabun
pembersih wajah (Noor, 2009).

Menurut Tranggono (2007) yang dimaksud dengan sabun adalah produk


campuran garam natrium dengan asam stearat, palmitat, dan oleat yang berisi sedikit
komponen asam miristat dan lauret. Jenis sabun wajah yang umum beredar di masyarakat
berwujud padat dan cair. Kebanyakan konsumen saat ini lebih tertarik pada sabun wajah
berbentuk cair dibandingkan dengan sabun wajah padat karena dianggap jauh lebih
higienis. Sabun cair merupakan sediaan pembersih kulit berbentuk cair yang terbuat dari
bahan sabun dengan penambahan bahan-bahan yang diinginkan (SNI, 1996). Produk
sabun wajah cair (Facial wash) berbahan aktif alami masih minim keberadaannya
dipasaran, kebanyakan masih menggunakan aktioksidan buatan yang diperoleh dari
sintesis senyawa kimia. Penggunaan bahan aktif dari sintesis senyawa kimia yang banyak
disorot karena berbahaya bagi kulit antara lain: diethanolamine, sodium lauryl sulfate,
serta triclosan yang terdapat hampir disemua sabun wajah cair yang beredar di pasaran.
Triclosan yang terakumulasi dalam lemak ditubuh manusia, maka akan berpotensi
menimbulkan disfungsi tiroid. Oleh sebab itu banyak produsen yang melirik pada bahan-
bahan alami untuk dijadikan sebagai bahan antioksidan dalam pembuatan sabun wajah.
Tujuan digunakannya bahan alami adalah karena aman bagi kulit, lebih mudah
didapatkan, dan lebih hemat. (Yeni, 2014)

Kulit buah naga (Hylocereus polyrhizus) mengandung senyawa flavonoid yang


berfungsi sebagai antioksidan. Antioksidan dalam kosmetik digunakan untuk mencegah
penuaan dini. Facial wash merupakan salah satu cara untuk membersihkan sel kulit mati,
kotoran, minyak, dan kosmetik. 

Selanjutnya preparasi gel pencuci wajah dari ekstrak kulit buah naga yang telah
selesai diuji stabilitas fisiknya pada tiga kondisi berbeda yaitu suhu ruangan, dibawah
terik matahari, dan suhu 40̊ C. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah sediaan yang
dilakukan dapat bertahan lama setelah dilakukan uji stabilitas fisik dipercepat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah kulit buah naga (hylocereus polyrhizus) dapat dijadikan sebagai zat aktif dalam
sediaan gel pencuci wajah?

2. Bagaimana cara pembuatan gel pencuci wajah dari ekstrak kulit buah naga (hylocereus
polyrhizus) ?

1.3 Tujuan

1. Dapat mengetahui formulasi sediaan gel pencuci wajah dengan zat aktif kulit buah naga
(hylocereus polyrhizus) ?

2. Dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan gel pencuci wajah dari ekstrak kulit buah
naga (hylocereus polyrhizus) ?

1.4 Manfaat

Untuk memberikan informasi kegunaan ekstrak kulit buah naga kepada


masyarakat bahwa kulit buah naga bisa dijadikan sebagai bahan perawatan wajah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Tanaman buah naga (hylocereus polyrhizus)

2.2. Definisi

Buah naga (Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru
dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau
(Khairunnas & Tety, 2011). Buah ini memiliki bentuk yang sangat unik dan cukup
memikat untuk dilihat. Bentuk fisiknya mirip dengan buah nanas hanya saja buah ini
memiliki sulur pada kulitnya. Buah naga berwarna merah jambu dengan daging buah
berbagai jenis antara lain berwarna putih, kuning dan merah dengan biji kecil berwarna
hitam yang sangat lembut dan lunak (Mahmudi 2011).

Jenis buah naga ada empat macam, pertama buah naga daging putih (Hylocereus
undatus), buah naga daging merah (Hylocereus polyrhizus), buah naga daging super merah
(Hylocereus costaricensis), dan buah naga kulit kuning daging putih (Selenicereus
megalanthus). Buah jenis ini bercitarasa manis bercampur masam segar, mempunyai sisik
atau jumbai kehijauan di sisi luar, serta kadar kemanisannya tergolong rendah
dibandingkan buah naga jenis lain, yakni 10-13 briks (Anonim, 2008a).

Sebagai salah satu anggota famili Cactaceae, tanaman buah naga tidak memerlukan
persyaratan tumbuh yang rumit. Tanaman buah naga dapat tumbuh baik tumbuh baik pada
tanah yang relatif kurang subur (bahkan pada tanah berbatu), pada tanah yang bereaksi
relatif masam sampai pada tanah bergaram dan tahan terhadap kekurangan air. Tanaman
buah naga dapat tumbuh baik pada kondisi air tanah mendekati titik layu (wilting point). Di
Amerika Tengah, tanaman buah naga ditanam di antara tanaman pohon. Hal ini merupakan
indikator bahwa tanaman buah naga merupakan salah satu tanaman yang tahan terhadap
naungan.

Pada kosmetik, pemanfaatan antioksidan adalah sebagai “pemangsa” radikal bebas


sekaligus pelindung kulit. Antioksidan berbahan alami yang akan kami gunakan adalah
antioksidan yang berasal dari ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus constaricensis).
Salah satu metode pemisahan senyawa antioksidan yang terkandung dalam kulit buah naga
(Hylocereus constaricensis) dengan teknik maserasi yang mana kemudian hasil ekstrak
yang didapat peneliti gunakan sebagai antioksidan alami pada pembuatan sabun cair wajah
(facial wash). Untuk menentukan bahan-bahan penyusun facial wash peneliti melakukan
beberapa optimasi bahan dengan pengujian organoleptis kekentalan, busa, pH, warna, dan
iritasi.

1.2 Klasifikasi

Adapun klasifikasi buah naga tersebut adalah sebagai berikut.

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Agiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (berkeping dua)

Ordo : Cactales

Famili : Cactales

Subfamili : Hylocereane,

Genus : Hylocereus,

Spesies : Hylocereus undatus (daging putih)

Setiap tumbuhan memiliki syarat tersendiri untuk tumbuh dan berkembang begitupun
dengan buah naga. Adapun beberapa syarat tumbuhan buah naga adalah sebagai berikut :

1. Tumbuhan buah naga harus di tanam dengan sebaik mungkin tepat di dataran rendah
(sekitar ketiggian 20 hingga 500 mdpl)
2. Memiliki tekstur tanah yang tepat untuk sarana budidaya buah naga yakni dengan
ketentuan tanah harus gembur, porous dan terdapat kandungan organik yang cukup
tinggi. Selain itu tanah juga harus memilik unsur hara yang lengkap sekitar Ph tanah 5
hingga 7.
3. Ketersediaan air yang harus terpenuhi karena buah naga tidak akan tumbuh di tanah yang
memiliki kekeringan yang tinggi. Namun juga akan membusuk jika terlalu banyak air.
4. Buah naga harus di tanam di bawah sinar matahari yang cukup. Hal ini untuk membuat
laju bunga semakin tinggi sehingga dapat berbuah.

1.3 Morfologi Tanaman Buah Naga

Secara morfologi, tanaman Buah Naga termasuk tanaman yang tidak lengkap
karena tidak memiliki daun. Untuk beradaptasi dengan lingkungan gurun, tanaman buah
naga memilki duri disepanjang batang dan cabangnya. Tanaman buah naga merupakan
tanaman memanjat dan bersifat empifit.

1. Akar

Panjang akar buah naga sekitar 20 hingga 30 cm sedangkan kedalamannya 50 hingga 60


cm. akarnya berwarna coklat dan memiliki serabut – serabut akar. Dapat tumbuh dengan
baik meskipun tanah dalam keadaan kering.

2. Batang dan Cabang

Batang tanaman buah naga mengandung air dalam bentuk lendir dan berlapiskan lilin bila
sudah dewasa. Batang berukuran panjang dan bentuknya segitiga dengan warna hijau
kebiru-biruan atau ungu. Pada batang ini banyak tumbuh cabang dimana batang dan
cabang tersebut berfungsi sebagai daun dalam proses asimilasi. Batang dan cabang
ditumbuhi duri-duri yang keras tetapi sangat pendek sehingga tidak mencolok. Letak duri
tersebut pada tepi batang maupun cabang (Kristanto, 2003).

3. Bunga

Bunga tanaman buah naga terletak pada sulur batang, berbentuk terompet, dan berwarna
putih. Susunan bunga merupakan susunan bunga majemuk. Buahnya berbentuk bulat
panjang dan lonjong serta berdaging warna merah dan sangat tebal. Letak buah pada
umumnya mendekati ujung cabang atau batang. Pada batang atau cabang dapat tumbuh
lebih dari 1 buah, terkadang bersamaan atau berhimpitan. Ketebalan kulit buah 2-3 cm
dan pada permukaan kulit buah terdapat jumbai atau jambul berukuran 1-2 cm. Biji buah
naga berbentuk bulat berukuran kecil dan berwarna hitam. Kulit biji sangat tipis tetapi
keras (Kristanto, 2003).

4. Buah

kaktus madu (buah naga) cukup kaya dengan berbagai zat vitamin dan mineral yang
dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh. Penelitian menunjukkan buah naga
merah sangat baik untuk sistem peredaran darah. Buah naga juga dapat untuk mengurangi
tekanan emosi dan menetralkan toksik dalam darah. Penelitian juga menunjukkan buah
ini dapat mencegah kanker usus, selain mengandung kolestrol yang rendah dalam darah
dan pada waktu yang sama menurunkan kadar lemak dalam tubuh. Secara keseluruhan,
setiap buah naga merah mengandung protein yang mampu xvi mengurangi metabolisme
badan dan menjaga kesehatan jantung; serat (mencegah kanker usus, kencing manis, dan
diet); karotin (kesehatan mata, menguatkan otak, dan mencegah penyakit); kalsium
(menguatkan tulang); dan fosferos. Buah naga juga mangandung zat besi untuk
menambah darah; vitamin B1 (mengawal kepanasan badan); vitamin B2 (menambah
selera); vitamin B3 (menurunkan kadar kolestrol); dan vitamin C (Zain, 2006).

1.4 Susunan Genetik


Deskripsi tanaman yang hanya didasarkan penampilan fenotip saja akan
memberikan hasil yang berbeda-beda. Untuk mempermudah pengembangan pemuliaan
tanaman maka diperlukan juga deskripsi tanaman berdasarkan analisis sitologinya.
Pengamatan sifat berdasarkan uji sitologis tersebut akan sangat diperlukan untuk
memberikan informasi yang akurat mengenai sifat genetik pada suatu tanaman (Akagi, et.
al., 1996). Uji sitologis sangat diperlukan dalam usaha pemuliaan tanaman karena
dengan pengamatan sitologis tersebut, informasi sifat genetik (berdasarkan jumlah,
ukuran dan susunan kromosomnya) dapat lebih akurat (Stent, 1978). Menurut Crowdrer
(1986), kromosom merupakan benda-benda halus berbentuk batang panjang atau pendek
dan lurus atau bengkok serta berfungsi sebagai pembawa bahan keturunan atau materi
genetik.
BAB III

METODE

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang dibutuhkan :

1. Beker glass 100 ml, 50 ml, 250 ml,

2. Gelas ukur 50 ml

3. Spatula besi

4. Batang pengaduk

5. Pipet mhor 10 ml, 2 ml, pipet tetes

6. Elenmeyer

7. Corong kaca

8. Kaca arloji

9. Stirrer

10. Pisau

11. Neraca analitik

12. Botol sampel dan blender

Bahan yang dibutuhkan :

1. Kulit buah naga

2. Basic soap

3. Pewangi

4. Larutan garam 20%

5. Pewarna

6. NaOH

7. Asam askorbat

8. Asam sitrat
3.2 Cara Pembuatan

Optimasi Variasi Base soap

Variasi base soap 5 ml, 7 ml, 10 ml, 13 ml, dan 15 ml dimasukkan ke dalam gelas
beker dan ditambahkan dengan 1,2 ml larutan garam 20% kemudian diaduk hingga
homogen dan sabun mengental. Tambahkan 1 ml ekstrak kulit buah naga merah dan aduk
hingga homogen. Tambahkan 1 tetes bibit parfum dan 1 tetes pewarna. Masukkan sabun
dalam botol.

Optimasi Variasi Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus Costaricensis)

Hasil optimum dimasukkan ke dalam gelas beker dan ditambahkan dengan 1,2
mL larutan garam 20% kemudian diaduk hingga homogen dan sabun mengental.
Tambahkan variasi ekstrak kulit buah naga merah 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, dan 5 ml lalu
aduk hingga homogen. Tambahkan 1 tetes bibit parfum dan 1 tetes pewarna. Masukkan
sabun dalam botol.

Optimasi Variasi Larutan Garam 25%

Hasil Optimum dimasukkan ke dalam gelas beker dan ditambahkan dengan


variasi larutan garam 25% sebanyak 1,2 ml ; 1,4 ml ; 1,6 ml ; 1,8 ml ; dan 2 ml kemudian
diaduk hingga homogen dan sabun mengental. Tambahkan 1 tetes bibit parfum dan 1
tetes pewarna. Masukkan sabun dalam botol.

Optimasi Variasi pewarna

Hasil Optimum dimasukkan ke dalam gelas beker dan ditambahkan variasi


pewarna 0 µl, 25 µl, 50 µl, 75 µl, dan 100 µl lalu ditambahkan 1 tetes parfum, aduk rata
dan masukkan sabun dalam botol.

Uji Alkali Bebas

Timbang 0,5 gram sampel sabun dan masukkan kedalam gelas piala 50 ml.
Tambahkan 10 mL Alkohol 96% dan tetesi 3 tetes larutan indikator fenolftalin.
Kemudian panaskan di atas hot plate selama 6 menit dan amati perubahannya. Jika warna
berubah menjadi ungu, maka larutan dilanjutkan dengan titrasi HCl 0,1 N (dalam Alkohol
96%) sampai warna ungu hilang.

Uji Bahan Aktif

Timbang 2 gram sampel sabun kedalam gelas piala 50 mL dan dilarutkan dengan
aquades 20 mL. Tetesi larutan indikator metil jingga dan larutan H2SO4 20% masing –
masing 3 tetes sampai larutan berubah menjadi keruh. Panaskan larutan di atas hot plate
dengan ditutupi kaca arloji sampai terbentuk lapisan berwarna jernih diatas permukaan
larutan. Masukkan 2 gram paraffin (lilin) dan panaskan hingga larutan berubah menjadi
jernih. Angkat larutan dan dinginkan dalam bak berisi air dengan cepat. Lalu timbang
lilin yang mengeras diatas kaca arloji yang sudah diketahui beratnya.

Uji bobot Jenis

Timbang piknometer kosong yang sudah dibersihkan sebelumnya kemudian catat


hasilnya. Masukkan aquades kedalam piknometer dan diamkan selama 10 menit. Setelah
10 menit timbang piknometer dengan aquades didalamnya dan catat hasilnya. Ulangi
perlakuan di atas dengan menggunakan sampel sabun.

Anda mungkin juga menyukai