OLEH
KELOMPOK 4
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
A. PENDAHULUAN
Indonesia saat ini harus mampu membuat suatu terobosan, inovasi,
teknologi, dan menciptkan kompetisi yang bagus di dalam negeri. Salah
satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengeksplor sumberdaya alam
yang melimpah di Indonesia. Salah satu bahan alam yang menjadi
primadona di Indonesia adalah rumput laut. Rumput laut saat ini menjadi
komoditas prima yang menjadi nilai ekonomis penting bagi bangsa
Indonesia terutama sebagai bahan baku kosmetik. Produksi rumput laut
terus meningkat hingga 20,9% pada 2013 yaitu sebesar 7,5 juta ton dan
pada tahun 2014 ditargetkan 10 juta ton (KKP, 2013).
Kosmetik telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita
sehari-hari bahkan penggunaan kosmetik dilaporkan meningkat secara
signifikan setiap tahun. Sejauh ini orang menggunakan produk kosmetik
lebih kepada perawatan dan kecantikan daripada untuk penyembuhan
ataupun terapi penyakit. Akan tetapi, penggunaan kosmetik dalam kurun
waktu yang panjang dan terus menerus dapat menimbulkan resiko bagi
kesehatan. Oleh karena itu kosmeseutikal dapat direkomendasikan sebagai
alternatif dalam bidang kosmetik yang dapat berkontribusi untuk
meningkatkan kepuasan konsumen (Azeem et al., 2008).
Kosmetik dari rumput laut dapat diaplikasikan pada kulit manusia. Kulit
merupakan organ tubuh terluar dari manusia yang membatasinya dengan
lingkungan hidup sehingga kulit menjadi salah satu organ yang penting
serta menjadi cermin kesehatan dan penampilan dalam kehidupan
manusia. Kebersihan dan kecantikan kulit menjadi sangat penting, terutama
bagi wanita (Wasitaatmadja, 1997). Kulit yang terpapar sinar ultra violet
dalam jangka panjang akan menyebabkan rusaknya kolagen dan elastin
yang disebabkan oleh enzim kolagenase. Kolagen dan elastin bertanggung
jawab terhadap elastisitas kulit (Maharani dkk., 2017).
Ketertarikan dalam penelitian dan pengembangan senyawa bioaktif
khususnya dari bahan dasar rumput laut sangat besar terutama ditujukan
untuk bidang kosmeseutikal. Lebih lanjut dalam paper ini merangkum
beberapa manfaat dari bahan bioaktif dari rumput laut yang berhasil
dikembangkan untuk bidang kosmeseutikal.
B. Kosmetika
Kosmetika adalah bahan-bahan yang digunakan untuk memberikan
dampak kecantikan dan kesehatan bagi tubuh. Kosmetika dikenal sejak
berabadabad yang lalu. Pada abad ke-19, pemakaian kosmetika mulai
mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan juga untuk kesehatan
(Tranggono, dalam Utami, 2013).
Kosmetika adalah kata serapan dari bahasa Yunani Kuno, kosmetikus
yang artinya, upaya untuk memperindah tubuh manusia secara
keseluruhan. Mulai dari rambut, mata, bibir, kulit, sampai ke kuku. Tujuan
akhir dari upaya ini adalah tercapainya bentuk proporsi, warna, dan
kehalusan bagian-bagian tubuh yang ideal. Untuk mencapai tujuan itu,
ramuan yang paling banyak digunakan berasal dari bagian
tumbuhtumbuhan.
Defenisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
220/MenKes/Per/X/1976 tanggal 6 September 1976 yang menyatakan
bahwa kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan,
dilekatkan, dituangkan, dipercikkan, atau disemprotkan, dimasukkan ke
dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan
maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau
mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat (Wasitaatmadja, dalam
Utami, 2013).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
kosmetika adalah bahan-bahan atau campuran bahan yang digunakan
untuk memberikan dampak kecantikan atau kesehatan bagi tubuh serta
menambah daya tarik maupun mengubah rupa.
Jaman dahulu kosmetika mempunyai tujuan, melindungi tubuh dari
alam (seperti panas, dingin, dan iritasi) dan mempunyai tujuan religius untuk
mengusir makhluk halus dari bau kayu tertentu. Dalam perkembangannya
pada era modern kini mempunyai tujuan utama untuk kebersihan pribadi,
meningkatkan daya tarik melalui make up, meningkatkan rasa percaya diri,
melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar UV, polusi dan faktor
lingkungan yang lain, mencegah penuaan dini dan secara umum membantu
seseorang untuk lebih menghargai hidup (Tranggono, 2007).
C. Rumput Laut
Rumput laut atau seaweed merupakan salah satu tumbuhan laut yang
tergolong dalam makroalga benthik yang banyak hidup melekat di dasar
perairan. Rumput laut merupakan ganggang yang hidup di laut dan
tergolong dalam divisi thallophyta. Klasifikasi rumput laut berdasarkan
kandungan pigmen terdiri dari 4 kelas, yaitu rumput laut hijau (Chlorophyta),
rumput laut merah (Rhodophyta), rumput laut coklat (Phaeophyta) dan
rumput laut pirang (Chrysophyta) sebagaimana disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik dari rumput laut pada masing-masing kelas
Rumput laut ini merupakan salah satu kelompok tumbuhan laut yang
mempunyai sifat tidak bisa dibedakan antara bagian akar, batang, dan
daun. Seluruh bagian tumbuhan disebut thallus, sehingga rumput laut
tergolong tumbuhan tingkat rendah (Susanto & Mucktianty, 2002). Bentuk
thallus rumput laut bermacam-macam, ada yang bulat seperti tabung, pipih,
gepeng, bulat seperti kantong, rambut, dan lain sebagainya. Thallus ini ada
yang tersusun hanya oleh satu sel (uniseluler) atau banyak sel
(multiseluler). Percabangan thallus ada yang thallus dichotomus (dua-dua
terus menerus), pinate (dua-dua berlawanan sepanjang thallus utama),
pectinate (berderet searah pada satu sisi thallus utama) dan ada juga yang
sederhana tidak bercabang. Sifat substansi thallus juga beraneka ragam
ada yang lunak seperti gelatin (gelatinous), keras diliputi atau mengandung
zat kapur (calcareous), lunak bagaikan tulang rawan (cartilagenous),
berserabut (spongeous) dan sebagainya dengan berbagai
keanekaragaman warna (Soegiarto et al, 1978). Morfologi thallus dari
beberapa jenis rumput laut dapat dilihat pada Gambar 1.
e. Antioksidan
Radikal bebas seperti anion superoksida (O2•-), hidrogen
peroksida (H2O2) dan radikal hidroksil (OH) dapat terbentuk dalam
sel. Jenis radikal bebas yang mengandung oksigen secara umum
dikenal dengan ROS (reactive oxygen species). ROS dapat
menyebabkan peroksidasi fosfolipid pada membran sel, kerusakan
DNA dan protein. Kerusakan ini dapat mengiduksi terjadinya kerusakan
sel dan jaringan pada tubuh (Novo & Parola, 2008).
Akumulasi kerusakan sel dapat memicu terjadinya kanker,
penuaan, dan inflamasi (Percival, 1998). Oleh karena itu, kebutuhan
akan antioksidan, yakni molekul yang dapat menetralkan radikal bebas
sangat penting. Kebutuhan antioksidan ini menyebabkan adanya
penambahan antioksidan sintetis seperti BHA (Butylated
hydroxyanosol), BHT (butylated hydroxytoluene) dan TBHQ
(tertiarybutyl hydroqui-none) pada makanan manusia dan hewan
serta kosmetik. Tetapi, antioksidan sintesis dapat menginduksi proses
karsinogenesis (Ito dkk., 1986).
Oleh karena itu, sumber antioksidan alami mulai diteliti untuk
dimanfaatkan, termasuk rumput laut. Ekstrak rumput laut memiliki
aktivitas antioksidan. Potensi antioksidan dari ekstrak air dan etanol
dari 16 jenis rumput laut dievaluasi dengan empat jenis metode yakni
DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl), FRAP (ferric reducing antioxidant
power), FIC (ferrous ion-chelating) dan liposome model system.
Hasilnya menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan yang paling
tinggi diperoleh dari ekstrak etanol. Polysiphonia fucoides dan semua
jenis Fucus memiliki aktivitas antioksidan dari semua jenis metode
yang digunakan dan sebanding dengan jumlah fenol yang terkandung
(Farvin & Jacobsen, 2013).
Aktivitas antioksidan rumput laut dapat juga berasal dari pigmen
fukosantin. Pigmen fukosantin Undaria pinnatifida memiliki kemampuan
untuk menetralkan radikal hidroksil 13,5 kali lebih tinggi dari α-tokoferol
yang diukur dengan teknik chemiluminescence (Sachindra dkk., 2007).
Selain itu, sulfat polisakarida dari Fucus vesiculosus memiliki
kemampuan aktivitas antioksidan yang dievaluasi dengan metode
FRAP (Ruperez dkk., 2002).
Aktivitas antioksidan sulfat polisakarida dari 11 jenis rumput laut
(satu jenis Rhodophyta, enam jenis Phaeophyta, dan empat jenis
Chlorophyta) dari pantai kota Natal (timur laut Brasil) dievaluasi
dengan beberapa metode yakni TCA (total capacity antioxidant),
scavenging hydroxyl and superoxide radicals, FRAPdan FIC. Hasilnya
menunjukkan bahwa semua jenis rumput laut memiliki aktivitas
antioksidan. Gracilaria caudate dari Rhodophyta memiliki aktivitas
antioksidan yang tinggi (sepadan dengan aktivitas 53.9 mg/g vitamin C),
sedangkan yang paling rendah adalah Spatoglossum schroederi dari
Phaeophyta (sepadan dengan aktivitas 9.2 mg/g vitamin C) (Costa
dkk., 2010).
Bioaktif lain seperti pigmen fikobilin dari Porphyra sp. (Yabuta dkk.,
2010) dan vitamin C dari beberapa jenis rumput laut juga menunjukkan
aktivitas antioksidan (Garcia-Casal dkk., 2009).
Semua data di atas dengan kuat mengindikasikan bahwa rumput
laut merupakan salah satu sumber antioksidan alami. Fenol, pigmen
fukosantin, sulfat polisakarida, fikobilin, dan vitamin merupakan bioaktif
yang memiliki kontribusi terhadap aktivitas antioksidan rumput laut.
Daniel, S, S Cornelia, and Z Fred. 2004. UV-A sunscreen from red algae for protection
against premature skin aging. Cosmet. Toiletries ManufactureWorldwide:139–
143.
Fredricks, DN. 2001. Microbial ecology of human skin in health and disease. Journal of
Investigative Dermatology Symposium Proceedings 6 (3):167-169.
Heo, SJ, and YJ Jeon. 2009. Protective effect of fucoxanthin isolated from Sargassum
siliquastrum on UV-B induced cell damage. Journal of Photochemistry and
Photobiology B: Biology 95 (2):101-107.
Heo, SJ, SC Ko, SH Cha, et al. 2009. Effect of phlorotannins isolated from Ecklonia cava
on melanogenesis and their protective effect against photo-oxidative stress
induced by UV-B radiation. Toxicology in Vitro 23 (6):1123-1130.
Joe, MJ, SN Kim, HY Choi, et al. 2006. The inhibitory effects of eckol and dieckol from
Ecklonia stolonifera on the expression of matrix metalloproteinase-1 in human
dermal fibroblasts. Biological & pharmaceutical bulletin 29 (8):1735-1739.
Kang, KA, R Zhang, MJ Piao, et al. 2008. Inhibitory effects of triphlorethol-A on MMP-1
induced by oxidative stress in human keratinocytes via ERK and AP-1 inhibition.
Journal of Toxicology and Environmental Health, Part A 71 (15):992-999.
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2013. Statistik perikanan tangkap dalam
angka. Jakarta: Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
Ko, SC, SH Cha, SJ Heo, SH Lee, SM Kang, and YJ Jeon. 2010. Protective effect of
Ecklonia cava on UVB-induced oxidative stress: in vitro and in vivo zebrafish
model. Journal of AppliedPhycology:1-12.
Lyons, Nicole M., and Nora M. O'Brien. 2002. Modulatory effects of an algal extract
containing astaxanthin on UVA-irradiated cells in culture. Journal of
Dermatological Science 30 (1):73-84.
Moon, HJ, SH Lee, MJ Ku, et al. 2009. Fucoidan inhibits UVB-induced MMP-1 promoter
expression and down regulation of type I procollagen synthesis in human skin
fibroblasts. European Journal of Dermatology 19 (2):129-134.
Moon, HJ, SR Lee, SN Shim, et al. 2008. Fucoidan inhibits UVB-induced MMP-1
expression in human skin fibroblasts. Biological & pharmaceutical bulletin 31
(2):284-289.
Moon, HJ, KS Park, MJ Ku, et al. 2009. Effect of Costaria costata Fucoidan on Expression
of Matrix Metalloproteinase-1 Promoter, mRNA, and Protein. Journal of Natural
Products 72 (10):1731-1734.
Ryu, BM, ZJ Qian, MM Kim, KW Nam, and SK Kim. 2009. Anti-photoaging activity and
inhibition of matrix metalloproteinase (MMP) by marine red alga, Corallina
pilulifera methanol extract. Radiation Physics and Chemistry 78 (2):98-105.
Wang, CM, CL Huang, CTS Hu, and HL Chan. 1997. The effect of glycolic acid on the
treatment of acne in Asian skin. Dermatologic Surgery 23 (1):23-29.
Wasitaatmadja, SM. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia.
Xhauflaire Uhoda, E, K Fontaine, and GE Piérard. 2008. Kinetics of moisturizing and firming
effects of cosmetic formulations. International journal of cosmetic science 30
(2):131- 138.
Yoon, NY, TK Eom, MM Kim, and SK Kim. 2009. Inhibitory Effect of Phlorotannins Isolated
from Ecklonia cava on Mushroom Tyrosinase Activity and Melanin Formation in
Mouse B16F10 Melanoma Cells. Journal of Agricultural and Food Chemistry
57(10):4124-4129.
SOAL
1. Perhatikan pernyataan dibawah ini
1) Pemutih kulit
2) Tabir surya
3) Pelembab kulit
4) Anti acne
5) Antioksidan
Berdasarkan poin-poin diatas manakah fungsi dan aktivitas biologis
senyawa aktif dari rumput laut yang benar?
a. 1, 2 dan 3
b. 2 dan 4
c. 3, 4 dan 5
d. Semua benar
e. Semua salah
2. Berikut merupakan klasifikasi rumput laut berdasarkan kandungan
pigmen, kecuali… a. Merah
b. Hijau
c. Biru
d. Coklat
e. Pirang
3. Pigmen yang dominan pada rumput laut Chrysophyta adalah...
a. Karoten
b. Klorofil
c. Fikoeritrin
d. Antosianin
e. Fikobilin
4. Dibawah ini merupakan zat bioaktif rumput laut yang memiliki aktivitas
antioksidan, kecuali... a. Fukosantin
b. Vitamin
c. Sulfat polisakarida
d. Tyrosine
e. Fenol
5. Jenis senyawa yang diisolasi dari Laminaria japonica dan mampu
menekan aktivitas tyrosinase pada kulit babi yang diiradiasi dengan
sinar UV-B adalah a. fucoxanthin
b. tryosin
c. xantofil
d. karoten
e. lutein
6. Radiasi UV yang mencapai bumi dan kulit adalah
a. 5–10% UVAdan 90–95% UVB.
b. 5–10% UVB dan 90–95% UVA.
c. 5–50% UVB dan 90–100% UVA.
d. 1–10% UVB dan 80–95% UVA.
e. 1–10% UVB dan 90–100% UVA.
7. Enzim yang bertanggung jawab untuk pemecahan kolagen di kulit
dengan membelah kolagen tipe I, III, VII, VIII dan X adalah a. MMP-5
b. MMP-4
c. MMP-3
d. MMP-2
e. MMP-1
8. Rumput laut berwarna cokelat mengandung senyawa aktif yang dapat
digunakan sebagai tabir surya, yaitu... a. Poliphenol
b. Flavonoid
c. Kuinon
d. Tanin
e. Saponin
9. Senyawa bioaktif yang terdapat pada rumput laut yang dinyatakan tidak
beracun akan tetapi mampu membunuh bakteri penyebab jerawat, yaitu
..
a. Flavonoid
b. Saponin
c. Kuinon
d. Sargafuran
e. Poliphenol
10. Zat Penyusun dinding sel dari jenis rumput laut pirang (Chrysophyta)
adalah
a. Selulosa
b. CaCO3
c. Asam Alginat
d. Porpiran
e. Silikon
11. Zat Penyusun dinding sel dari jenis rumput laut coklat (Phaeophyta)
adalah
a. Selulosa
b. CaCO3
c. Asam Alginat
d. Porpiran
e. Silikon
12. Senyawa aktif yang terkandung dalam rumput laut Ishige Okamurae
adalah
a. Diphlorethohydroxycarmalol
b. Eckol
c. Dieckol
d. phloroeckol
e. Eckstolonol
13. Dibawah ini merupakan senyawa antioksidan yang dapat menghambat
ekspresi MMP-1, kecuali a. Fucoidan
b. Eisenia bicyclis
c. Ecklonia cava
d. Eisenisa arborea
e. Ecklonia stolonifera
14. Senyawa yang terkandung dalam rumput laut Sargassum siliquastrum
adalah
a. Fucoxanthin
b. Astaxanthin
c. Shinorine
d. Porphyra 334
e. Asterina
15. Jenis rumput laut yang sering digunakan sebagai bahan kosmeseutikal
yaitu...
a. Phaeophyta dan Chlorophyta
b. Phaeophyta dan Rhodophyta
c. Phaeophyta dan Chrysophyta
d. Rhodophyta dan Chlorophyta
e. Rhodophyta dan Chrysophyta