Anda di halaman 1dari 21

PAPER FARMAKOGNOSI BAHARI

“SENYAWA BIOAKTIF SPONS”

Oleh:
Kelompok 1

YOSUA TARUK ALLO N11116512


ASNIATI ALIK N011171335
ASRIYANI N011181306
NIRMAYANTI N011181307
NABILA HAKIM N011181345
A.PUTRI ADHIBA SAFIRA MAGFIRANI N011181510
SYAFRANAUFAL FADHIL DWI PUTRA N011181512
AWAL RAMDANI N011181518
ANDI NUR ISNA FARIQAH N011181523
A.NURUL INAYAH N011181527

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
DAFTAR ISI
A. Spon ............................................................................................................................ 3
a. Morfologi Spons .................................................................................................... 4
b. Spons Asal Indonesia .............................................................................................. 5
c. Produk Alam Laut Dari Spons ............................................................................... 10
d. Perkembangan Dan Kendala-Kendala Penelitian Bahan Alam Laut Dan Spons
Laut ……………………………………………………………………………………………11
e. Hal–hal yang perlu dilakukan ................................................................................ 16
Produk alam, baik yang berasal dari laut maupun darat telah lama
dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia, yaitu sebagai
bahan makanan, intektisida, pigmen, obat-obatan dan lain-lain. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi mendorong para ilmuwan pada pencarian sumber
senyawa bioaktif biota laut.
Selama kurun waktu lebih dari 50 tahun spons telah dianggap sebagai
“tambang emas” berkaitan dengan keanekaragaman senyawa bioaktif yang
dikandungnya. Aktivitas biologis dari senyawa-senyawa baru yang berhasil
diisolasi dari spons telah dilaporkan dalam publikasi ilmiah. Spons memiliki
potensi sebagai sumber bahan baku obat-obatan untuk mengatasi berbagai jenis
penyakit, yaitu kanker, penyakit yang disebabkan oleh virus, malaria, dan
inflamasi.
Menurut spons merupakan contributor terbesar senyawa bioaktif dari laut
jika dibandingkan dengan biota laut lainnya yaitu 37% disusul colenterata (21%),
mikroorganisme (18%), algae (9%), Echinodermata dan tunikata masing-masing
6%, moluska (2%), dan bryozoan (1%).

A. Spon
Spons merupakan kelompok porifera yaitu hewan yang mempunyai
tubuh berpori-pori atau saluran. Spons sebagai invertebrata laut multi sel
yang fungsi jaringan dan organnya sangat sederhana. Biota laut ini dikenal
dengan filter feeders, yaitu mencari makanan dengan mengisap dan
menyaring air melalui sel cambuk dan memompakan air keluar melalui
oskulum. Makanan spons berupa zooplankton atau hewan kecil dan bakteri
yang ponerbawa oleh arus serta masuk ke dalam tubuhnya (Amir, 1996).
Tubuh spons terdiri dari jelly seperti mesohyl terjepit di antara dua
lapisan tipis sel. Spons tidak memiliki saraf, pencernaan atau sistem
peredaran darah. Sebaliknya, sebagian besar mengandalkan
mempertahankan aliran air konstan melalui badan spons untuk mendapatkan
makanan dan oksigen ataupun untuk menghilangkan limbah (Rosmiati dan
Suryati, 2001). Larva spons dapat menyebar secara luas, terbawa arus dan
bergerak sangat aktif, tetapi setelah dewasa hidup melekat dan menetap
pada karang batu dan dasar laut.
Spons laut menghasilkan ekstrak kasar dan fraksi yang bersifat
antibakteri, antijamur, antibiofouling dan ichtyotoksik. Bioaktifitas antibakteri
ekstrak kasar spons laut terdapat pada beberapa jenis, seperti: Halichondria
sp, Callyspongia pseudoreticulata, Callyspongia sp dan Auletta sp (Suryati et,
al., 1996).
Beberapa spons yang belum diketahui jenisnya, yang aktif terhadap
bakteri Staphylococcus aures, Bacillussubtilis dan Vibrio cholerae Eltor
(Rachmaniar, 1996). Bioaktifitas antijamur ekstrak kasar spons laut terdapat
pada beberapa jenis, seperti: Auletta spp., yang aktif terhadap jamur
Aspergillus fumigatus, Clathria spp., yang aktif terhadap Aspergillus spp.,
Aspergillus fumigatus dan Fusarium spp., Theonella cylindrica, yang aktif
terhadap Aspergillus spp., 12 Aspergillus fumigatus dan Fusarium spp dan
Fusarium solani (Muliani et, all., 1998)

b. Morfologi Spons
Morfologi luar spons sangat dipengaruhi oleh faktor fisik, kimiawi dan
biologis lingkungannya. Spesimen yang berada di lingkungan yang terbuka
dan berombak besar cenderung mengalami pertumbuhan yang pendek atau
juga merambat. Sebaliknya spesimen dan jenis yang sama pada lingkungan
yang terlindung atau pada perairan yang lebih dalam dan berarus tenang,
pertumbuhannya cenderung tegak dan tinggi. Pada perairan yang lebih
dalam, spons cenderung memiliki bentuk tubuh yang lebih simetris dan lebih
besar sebagai akibat dari lingkungan yang lebih stabil apabila dibandingkan
dengan jenis yang sama yang hidup pada perairan yang dangkal. Spons
pada jenis yang sama pertumbuhannya cenderung semakin besar dan
semakin tinggi dengan bertambahnya kedalaman laut (Amir, 1996).
Spons secara morfologi berbentuk sederhana seperti tabung dengan
dinding tipis tidak teratur serta tubuhnya berpori (ostium). Spons membuat
kerak pada batu, cangkang, tongkat atau tumbuh-tumbuhan (Romimohtarto
dan Juwana, 2001). Tubuh spons asimetri (tidak beraturan), meskipun ada
yang simetri radial, berbentuk seperti tabung, vas bunga, mangkuk, atau
tumbuhan, memiliki warna yang bervariasi. Dahuri (2003) melaporkan
beberapa jenis spons ada yang bercabang seperti pohon, berbentuk seperti
sarung tinju dan cawan sedangkan yang lainnya berbentuk kubah. Spons
banyak dijumpai di laut dengan bentuk dan warna yang sangat beraneka dan
sangat menarik, hal ini disebabkan oleh zooxanthellae yang hidup dalam
jaringan tubuhnya. Spons yang hidup di lingkungan yang gelap akan berbeda
warnanya dengan spons sejenis yang hidup pada lingkungan yang cerah.
Struktur tubuh spons terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, mesoglea
dan endodermis. Epidermis merupakan lapisan luar yang terdiri atas sel-sel
epitelium berbentuk pipih (pinakosit). Pinakosit berfungsi sebagai pelindung.
Endodermis terdiri atas sel berflagela yang berfungsi mencerna makanan
dan bercorong yang disebut sel leher atau koanosit.
Struktur sel spons ditunjukan seperti gambar berikut

Gambar 1. Struktur Sel Spons

Ket : a. Oskula, b. Sel penutup (pinakosit), c. Sel amobosit, d. Sel pori


(porosit), e. Pori saluran masuk (ostia), f. Telur, g. Spikula triaxon, h. Mesohil,
i. Sel mesenkim, j. Bulu cambuk (flagela), k. Sel kolar (choanosit), 1.
Sklerosit, m. Spikula monoaxon (Amir, 1996)

c. Spons Asal Indonesia


Bioaktifitas antibiofouling ekstrak kasar spons laut terdapat pada
beberapa jenis, seperti: Asterospus sarasinorum, Callyspongia sp., Clathria
sp., Clathria jaspis, yang keaktifannya tinggi terhadap teritip (Balanus
amphirit) ; Echynodicum sp., Gelliodes sp., Pericarax sp., Xestopongia sp.,
yang keaktifannya rendah terhadap teritip (Balanus amphirit) (Suryati et, all.,
1999).
Bioaktivitas ichtyotoksik ekstrak kasar spons laut terdapat pada
beberapa jenis, seperti: Auletta spp, Callyspongia sp, Callyspongia
pseudoreticulata, yang toksik terhadap nener bandeng (Chanos chanos)
(Parenrengi et, al., 1999).
Meskipun Indonesia dikenal sebagai Negara yang memiliki tingkat
keanekaragaman biota laut yang melimpah, penelitian tentang senyawa-
senyawa bioaktif yang dikandungnya belum dilakukan secara optimal.
Minimnya sarana penelitian merupakan salah satu kendala utama penelitian
senyawa-senyawa bioaktif baru dari biota laut di Indonesia. Hal ini tercermin
dari minimnya publikasi peneliti Indonesia tentang senyawa-senyawa bioaktif
dari biota laut, terutama penemuan senyawa-senyawa baru. Pada umumnya
publikasi tentang penemuan senyawa-senyawa baru dari biota laut asal
Indonesia merupakan hasil kerjasama dengan peneliti asing.

Senyawa Kelompok Spons


Peroxy-polyketides Homosclerophorida
Steroid amines Plakina- Corticium
Saponines Astrophorida
Triterpenes Stelletta
Penaresidins Penares
Sulfated sterol Pachastrellidae
Aaptamines Subberetidae
4,8,12- trimethyltridecanoid acid Spirastrellidae/ Clionidae
Clionamides Cliona
Peroxy-sesterterpenoids Latrunculiidae
Pyrrologuinoline alkaloids Latrunculiidae
Pyrrole-2-carboxylic derivates Axinellidae-
AgelasidaeCeratoporellidae
Isocyanoterpene Axinellidae-
BubaridaeHalichondridae
Sulafated sterol Halichondriidae
Cyclicditerpenes Desmoxydae
Linear diterpenes Myrmekioderma
Sesquiterpenes phenols Didiscus
Topsentins Spongosorities
Di-dan sesquiterpenes Agelas
Polycyclic guanidine alkaloids Crambeidae
Peroxy-sesterterpenoid Mycale
Trikentrin indole Trikentrion

Beberapa publikasi ilmiah tentang senyawa bioaktif yang telah berhasil


diisolasi dari biota laut asal Indonesia khususnya spons, menunjukkan bahwa
senyawa-senyawa tersebut memiliki aktivitas biologis, yaitu antikanker,
antimalaria, antibakteri, antijamur, dan lain-lain. Senyawa-senyawa tersebut
antara lain sebagai berikut:
1) Isoaaptamine (Gambar 2), demethyi (oxy)aaptamine dan
dimethylkeralaaptamine. Senyawa-senyawa tersebut disolasi dari
spons genus Xestospongia yang menunjukkan aktivitas biologisnya
sebagai antimikroba terładap bakteri Gram (+) (S. aureus), Gram (-)
(E coli, V anguillarum) dan jamur (C ropicalis). Senyawa-senyawa
tersebut juga menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap sel
(CAL.CUL. etal. 2003)

Gambar 2. Struktur kimia Isoaaptamine

2) Lembehyne A (Gambar 3). Senyawa ini disolasi dari spons


Haliclona sp. Lembehyne A menunjukkan aktivitas biologis
neuritogenesis terhadap sel pheochromocytoma PC12 dan
neuroblastoma Neuro 2A. (AOKI et al. 2000)

Gambar 3. Struktur kimia lembehyne A

3) Naamidines H dan I (Gambar 4). Kedua senyawa tersebut diisolasi


dari spons Leucetta chagosensis. Naamidines H dan I
menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap sel Ilela (TSUKAMOTO
et a., 2007)
Gambar 4. Struktur kimia Naamidines H-I

4) Makassaric acid dan subersic acid (Gambar 5). Senyawa-senyawa


tersebut menunjukkan aktivitas biologik sebagai inhibitor
meroterpenoid terhadap protein kinase MK2. Kedua senyawa
tersebut diisolasi dari spons Acanthodendrilla sp. (WIILIAMS et. al,
2004).

Gambar 5. Struktur kimia Makassaric acid dan subersic acid

5) Senyawa terpenoid masing-masing norsesterterpenoid


(euplecrellodiol) diisolasi dari spons Mycale euplecrelloides dan
norditerpenoid (Gambar 6) diisolasi dari spons Diacarnus
megaspinorhabdosa (SAIMOUN et. al. 2007)

Gambar 6. Struktur kimia norsesterterpenoid

6) Agelanin A dan B, agelanesin A, B, C and D. Senyawa-senyawa


tersebut berhasil diisolasi dari spons Agelas n. sp. Agelanesins (A-
D) menunjukkan aktivitas sitotoksik terhadap sel lymphoma
(LS178Y) (TRIANA, 2007).
7) Aplysamine-2 (Gambar 8). Senyawa ini diisolasi dari spons
Preudocerarina purpurea dan menunjukkan aktivitas sebagai
antifouling (TRIANA, 2007).

Gambar 7. Struktur kimia Aplysamine-2

8) Gurcuphenol (1) dan curcudiol (2) (Gambar 9). Kedua senyawa


tersebut diisolasi dari spons Aaynissa sp. dan menunjukkan
aktivitas sebagai inhibitor protein kinase (TRIANA, 2007).

Gambar 8. Struktur kimia Gurcuphenol (1) dan curcudiol (2)

9) Quinolin-4-ol (Gambar 10). Senyawa ini diisolasi dari spons


Rhabdastrella rowi (TRIANA, 2007).

Gambar 9. Struktur kimia Quinolin-4-ol

10) Barangamides A (Gambar 11). Senyawa tersebut disolasi dari


spons Theonella swinhoei. Barangamide A menunjukkan aktivitas
sebagai antikanker (ROY et al, 1999)
Gambar 10. Struktur kimia Barangamides A

11) Boneratamides A-C (Gambar 12). Ketiga senyawa tersebut


merupakan sesquiterpenoid yang berhasil disolasi dari spons
Axinysa aplysinoides (WILLIAMS er al, 2004)

Gambar 11. Struktur kimia Boneratamides A

d. Produk Alam Laut Dari Spons


Produk alam laut dikelompokkan atas:
(1) sumber biokimia yang mudah untuk mendapatkan dalam jumlah yang
besar dan barangkali dapat dirubah ke bahan-bahan yang lebih berharga
(2) senyawa bioaktif yang termasuk (a) senyawa antimikroba, (b) senyawa
aktif secara fisiologi (sinyal kimia) (c) senyawa aktif secara farmakologi dan
(d) senyawa sitotoksik dan antitumor; (3) Racun laut .
Spons adalah salah satu biota laut yang menghasilkan senyawa
bioaktif. Senyawa bioaktif yang dihasilkan oleh spons laut telah banyak
diketahui manfaatnya. Manfaat tersebut antara lain adalah sebagai
antibakteri, antijamur, antitumor, antivirus, antifouling dan menghambat
aktivitas enzim.
Senyawa antibakteri telah diisolasi dari spons laut jenis: Discodermia
kiiensis, Cliona celata, lanthella basta, lanlhellcr ardis, Psammaplysila
purpurea,. 4gelas sceptrum, Phakelia .flabellata. Senyawa antijamur telah
diisolasi dari spons laut jenis: Jaspis sp, Jaspis johnstoni, Geodia sp.
Senyawa anti tumor/anti kanker telah diisolasi dari spons laut jenis: Aplysina
fistularis, A. Aerophoba. Senyawa antivirus telah diisolasi dari spons laut
jenis: Cryptotethya crypta, Ircinia variabilis. Senyawa sitotoksik diisolasi dari
spons laut jenis: Axinella cannabina, Epipolasis kuslumotoensis, Spongia
officinalis, Igernella notabilis, Tedania ignis, Axinella verrucosa, Ircinia sp.
Senyawa antienzim tertentu telah diisolasi dari spons laut jenis:
Psammaplysilla purea.
Protesase adalah enzim yang menghindrolisis ikatan peptida pada
protein. Sering kali protease dibedakan menjadi proteinase dan
peptidase.Proteinase mengkatalisis hidrolisis molekul protein menjadi
fragmen-fragmen besar, sedangkan peptidase mengkatalisis hidrolisis
fragmen polipeptida menjadi asam amino. Protease memegang peranan
utama di dalam banyak fungsi hayati, mulai dari tingkat sel, organ, sampai
organisme, yaitu dalam melangsung reaksi metabolisme, fungsi regulasi dan
reaksi-reaksi yang menghasilkan sistem berantai untuk menjaga keadaan
normal homeostatis, maupun kondisi patofisiologis abnormal, serta proses
kematian secara terencana.
Kunitz dan Northrop (1936) pertama kali mengisolasi dan
mengkristalisasi inhibitor kallikrein- tripsin. Sejak saat itu, berbagai penelitian
menunjukkan bahwa inhibitor protease tersebar luas di alam, dan terdapat
dalam berbagai bentuk pada sejumlah binatang dan sel tumbuhan, fungi,
actiniomycetes, dan hanya diketahui beberapa bakteri saja yang
memproduksi inhibitor. Aktivitas biologis dari komponen bioaktif sponde
sangat beragam-, seperti cytotoxic,antibiotik, anti tumor, antifungal, antiviral
dan inhibitor enzim merupakan komponen yang paling umum ditemukan.

e. Perkembangan Dan Kendala-Kendala Penelitian Bahan Alam


Laut Dan Spons Laut
Penelitian di bidang bahan alami laut telah berkembang pada sekitar
tiga puluh tahun terakhir ini. Dari sekedar isolasi dan karakterisasi metabolit
sekunder sampai kepada isolasi senyawa- senyawa yang mempunyai
aktivitas atau farmakologi juga seringkali diikuti oleh uji toksisitas untuk
menentukan keamanan penggunaan senyawa-nyawa tersebut untuk obat.
Bahkan laporan. (Faulkner, 1998) mengemukaan bahwa sampai tahun 1996,
kimia produk alam laut telah sangat berkembang dan telah sampai kepada
sintesis senyawa-senyawa aktif yang secara mendalam telah diteliti sifat
biloginya, termasuk aktivitas atau efek farmaloginya, dan sifat ekologinya.
Laporan itu telah mengemukakan pula tentang produk alam laut baru yang
mempunyai sifat biologi dan farmasetika yang menarik. Sampai tahun 1996 ,
penelitian terhadap spons masih tetap mendominasi laporan produk alam
laut. Metabolit spons yang diteliti umumnya karena sifat biomediknya, tetapi
juga fungsi ekologinya. Telah dilaporkan bahwa secara kimia Coelenterata
didominasi oleh golongan senyawa terpenoid, terutama kelompok senayawa
diterpenoid. Mingingat bahwa banyak senyawa antibiotika dihasilkan dari
mikroba daratan, maka tidak mustahil mikroorganisma laut juga merupakan
sumber senanyawa antibiotika disamping aktivitas bilogi lain. Hal ini
emerlukan penelitian interdisiplin lebih lanjut dengan peran utama peneliti
pada para ahli mikrobilogi.
Di bidang farmakologi, penelitian produk alami laut pada 30 tahun
telah berkembang ke arah penemuan senyawa- senyawa sitotoksika,
antitumor,antikanker, antibiotika, antivirus, antiparasitosis dan penyakit-
penyakit akibat gangguan fisik dan gangguan fungsi organ. Antara tahun
1997 – 1987 telah dilaporkan sekitar 2500 senyawa metabolit baru, yang
umumnya metabolit sekunder dari berbagai organisme bahari tumbuhan dan
hewan (Attaway dan Zaborsky, 1993). Distribusi metabolit tersebut tersebut
ke dalam organisme laut terlihat pada tabel dibawah ini. Dari tabel ini terlihat
bahwa metabolit baru yang ditemukan terdistribusi mulai dari mikroba
prokariotik dan invertebrata sampai ke jenis-jenis vertebrata seperti ikan. Dari
hasil-hasil pemanfaatan pada satu tahun terakhir (1986 – 1987) dari kurun
waktu 10 tahun (1977- 1987) dapat dikemukaan bahwa penelitian terhadap
spons cenderung naik dibandingkan dengan makroalga. Kecenderungan naik
itu disebabkan antara lain oleh (a) Bahan percobaan spons yang relatif
mudah didapat, (b) Tipe struktur molekul metabolit pada spons dan
aktivitasnya yang lebih seragam dan (c) Kemampuan biosintesis metabolit
sekunder yang lebih luas pada spons. Untuk mengendalikan besarnya laju
pengambilan spons laut dari alam dan mencegah tangkap lebih (overfishing),
terutama untuk pemanfaatan sebagai sumber senyawa bioaktif baru dan
memproduksi senyawa bioaktif tertentu, perlu dilakukan upaya pengendalian,
terutama yang berhubungan dengan pengembangan budidayanya.
Pengembangan budidaya ini diarahkan untuk memproduksi ekstrak kasar
dan fraksinya dan untuk penyediaan bibit/anakan untuk restocking pada
kawasan terumbu karang yang rusak. Pengembangan budidaya untuk
memproduksi ekstrak kasar dan fraksi aktif, dilakukan dengan mencari suatu
teknik budidaya yang dapat menghasilkan ekstrak kasar dan fraksi aktif yang
relatif banyak, sedangkan untuk penyediaan bibit/anakan untuk restocking
pada kawasan terumbu karang yang rusak, dilakukan dengan mencari suatu
teknik budidaya yang dapat memberikan pertumbuhan yang cepat, sintasan
yang tinggi dan masa pemulihan siklus reproduksi yang cepat.
Penelitian produk alam alaut di Indonesia sampai tahun 1997 mencatat
27 topik penelitian (Rahmaniar, 1997) yang meliputi pengujian bioaktivitas
atau pencaharian substansi bioaktif dan ekstraksi dan isolasi kandungan
kimia yang potensial. Penelitian yang dilakukan masih terbatas pada tingkat
ekstraksi dan isolasi. Beberapa kendala yang dihadapi dalam penelitian
produk alam laut di Indonesia antara lain: (a) Kurangnya informasi mengenai
jenis biota yang ada di Indonesia serta tempat tumbuhnya, (b) Peta
penyebaran potensi biota belum ada (c) Fasilitas penelitian dan pakar peneliti
tersebar di berbagai lembaga, demikian pula sarana dan prasarana tersebar
tidak merata di berbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi (d)
kurangnya ahli taksonomi dalam bidang tertentu misalnya spons.
Metabolit baru dari organisme laut yang ditemukan dalam waktu 1977-
1987.
No. Organisme Jumlah Metabolit Baru Ditemukan
1. Algae 883 35%
2. Spons 736 29%
3. Coelenterata 560 22%
4. Echinodermata 190 8%
5. Tunica 65 3%
6. Bryozoan 54 2%
7. Mikroba 29 1%
2517 100%

Metabolit baru dari organisme laut yang ditemukan dalam waktu 1986-
1987.
No. Organisme Jumlah Metabolit Baru Ditemukan
1. Algae 289 36%
2. Spons 186 23%
3. Coelenterata 177 22%
4. Echinodermata 105 13%
5. Tunica 19 2%
6. Bryozoan 14 2%
7. Mikroba 11 2%
801 100%

Untuk mengendalikan besarnya laju pengambilan spons laut dari alam


dan mencegah tangkap lebih (overfishing), terutama untuk pemanfaatan
sebagai sumber senyawa bioaktif baru dan memproduksi senyawa bioaktif
tertentu, perlu dilakukan upaya pengendalian, terutama yang berhubungan
dengan pengembangan budidayanya.
Pengembangan budidaya ini diarahkan untuk memproduksi ekstrak
kasar dan fraksinya dan untuk penyediaan bibit/anakan untuk restocking
pada kawasan terumbu karang yang rusak. Pengembangan budidaya untuk
memproduksi ekstrak kasar dan fraksi aktif, dilakukan dengan mencari suatu
teknik budidaya yang dapat menghasilkan ekstrak kasar dan fraksi aktif yang
relatif banyak, sedangkan untuk penyediaan bibit/anakan untuk restocking
pada kawasan terumbu karang yang rusak, dilakukan dengan mencari suatu
teknik budidaya yang dapat memberikan pertumbuhan yang cepat, sintasan
yang tinggi dan masa pemulihan siklus reproduksi yang cepat.
Salah satu alternatif dalam mengurangi tekanan pada ekosistem
terumbu karang dari pengumpulan organisme yang berasosiasi dalam
ekosistem terumbu karang untuk tujuan komersil yaitu dengan cara
pengembangan budidaya terhadap berbagai organisme tersebut. Oleh
karena itu, usaha pemanfaatan spons melalui usaha budidaya dan kegiatan
rehabilitasi dan konservasi terumbu karang harus diarahkan untuk
memproduksi benih secara massal melalui usaha transplantasi dan
pembenihan. Metode transplantasi dilakukan dengan jalan melakukan
fragmentasi pada induk spons menggunakan pisau sedangkan metode
pembenihan dengan mengalirkan kejutan listik pada spons dalam akuarium
sehingga spons mengeluarkan larvanya (pemijahan buatan).
Untuk menunjang usaha-usaha pengelolaan dan rehabilitasi ekosistem
terumbu karang di Indonesia serta pemanfaatannya untuk tujuan komersil
melalui usaha pembenihan massal dan budidaya spons, maka diperlukan
penelitian dasar terutama yang berkaitan dengan biologi reproduksi, baik
reproduksi seksual maupun reproduksi aseksual, termasuk penelitian tentang
pemijahan buatan, perkembangan embrio dan larva dari organisme terumbu
karang, khususnya terhadap spons kelas.
Aplikasi hasil penelitian dalam industri masih mengalami hambatan,
karena industri pengguna enggan di Indonesia manggunakan hasil penelitian
pakar dalam negeri. Sulit menentukan penelitian yang memiliki pangsa pasar,
demikian pemilihan biota yang akan dijadikan topik penelitian belum
seluruhnya dilaksanakan meskipun telah ada konsep program bioteknologi
kelautan di Indonesia.
Kendala lainnya dalam penelitian produk alami laut yang dihadapi
adalah dalam hal kerjasama dengan pihak asing. Kerjasama dengan pihak
asing memang diperlukan terutama dalam hal alih teknologi dan sejauh
kerjasama tersebut saling menguntung. Akhir-akhir ini tawaran kerjasama
dari luar semakin banyak sementara aturan-aturan yang akan merupakan
acuan dalam melaksanakan kerjasama belum ada. Hal ini merupakan
kendala tersendiri bagi peneliti di lapangan dan perlu agar menjadi perhatian
kita bersama.
f. Hal–hal yang perlu dilakukan
Untuk aplikasi pada penelitian produk alam laut beberapa hal yang
perlu diperhatikan:
A. Penajaman program dan penentuan prioritas.
Aplikasi penelitian yang diterapkan di Indonesia saat ini untuk
pengembangan bidang produk alam laut berdasarkan status penelitian
produk alam yang potensial.
B. Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia dan pakar peneliti sebenarnya sudah tersedia dan
tersebar di berbagai lembaga penelitian dan perguruan tinggi.
Peningkatan kemampuan tenaga peneliti untuk bidang bioteknologi yang
spesifik perlu dikembangkan untuk mendukung program. Hal ini dapat
dilakukan melalui jaringan kerjasama kelembagaan baik dalam maupun
luar negeri.
C. Pemanfaatan Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di setiap lembaga penelitian perlu
kembali dipilah-pilah untuk dimanfaatkan bersama-sama dalam satu
kegiatan program terpadu.
D. Jaringan kerjasama kelembagaan serta forum komunikasi.
Untuk pelaksanaan kegiatan penelitian perlu kerjasama nasional, regional
maupun internasional. forum komunikasi perlu untuk dapat membahas
perkembangan penelitian yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA

Suryati, E., Parenrengi, A., Rosmiati. 2000. Penapisan Serta AnalisisKandungan


Bioaktif Sponge Clathria sp. yang Efektif Sebagai Antibiofouling Pada
Teritif (Balanus amphitrit). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vo.V
No. 3 Tahun 1999.

Muliani., Suryati E., Tompo, A., Parenrengi A., Rosmiati. 1998. Isolasi Bioaktif
Bunga Karang Sebagai Fungisida Pada Benih Udang Windu Penaeus
Monodon. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vo.IV No. 2 Tahun
1998.

Parenrengi, A., Suryati, E., Dalfiah., Rosmiati. 1999. Studi Toksisitas Ekstrak
Sponge Auletta sp. Callyspongia sp., dan C. Pseudoreticulata terhadap
Nener Bandeng (Chanos chanos). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia
Vo.V No. 4.

Amir, I., Budiyanto, A. 1996. Mengenal Spons Laut (Demospongiae) Secara


Umum. Oseana. 21. 15-31.

Suparno. 2005. Kajian Bioaktif Spons Laut (Forifera Demospongiae) suatu


peluang alternative pemanfaatan ekosistem karang Indonesia dalam
bidang farmasi. Bogor: Institute Pertanian Bogor.

Aoki, S., K. Matsui., K. Tanaka., Rsatari., M Kobayashi. 2000. Lembehyne A, a


Novel Neuritogenic Polyacetylene, from a Marine Sponge of Haliclona
sp. Terahedron 56 (51): 9945. 9948

Calcul, L., A Longegn., A, Al. Mourabii., M. Guyot., M. L B. Kondracki. 2003.


Novel alkaloids of the aaptanine class from an Indonesian marine
sponge of the genus Xestospongia Tetrahedron, 59 (34): 6539-6544

Salmoun, M. Jc. Braekman., J Dewelle., F Darro., R Kiss., Njd. Voogd., R W.V


Soest. 2007 New terpenoids from two Indonesian marine sporiges. Nat
Prod Res. 21(2):149-55.

Hertiani, Triana. 2007, Isolation and Structure Elucidation of Bioactive Secondary


Metabolites from Indonesian Marinetค Sponges htrpitw.cuyilerde/flycms
ehtml

Roy,Mc.,Li. Ohtani.,J.Tanaka., T Higa., R Satari. 1999. Barangamide A, a new


cyclic peptide from the Indonesian sponge Theonella swinhoei.
Terahedron Letters 40(29): 5373-5376.

Williams, David E., Brian O. Patrick., Akbar Tahir., Rob, Van S., Michel, R.,
Raymond, j. Andersen. 2004. Boneratanides A-C. New Sesquiterpenoids
Isolated fron the Marine Sponge Axinyssa aplysinoides. J. Nat. Prod,
67(10):1752-1754.
SOAL
1. Spons merupakan hewan yang mempunyai tubuh berpori-pori dan
merupakan invertebrate laut multi sel yang merupakan bagian dari
kelompok filum..
a. Protozoa
b. Porifera
c. Coelenterata
d. Vermes
2. Struktur tubuh spons terdiri dari tiga lapisan, yaitu:
a. Epidermis, mesoglea, endodermis
b. Epidermis, mesoglea, Hipodermis
c. Mesoglea, endodermis, epidermis
d. Mesoglea, hypodermis, endodermis
3. Senyawa bioaktif Saponin dihasilkan oleh kelompok spons..
a. Homosclerophorida
b. Astrophorida
c. Penares
d. Cliona
4. Senyawa bioaktif Peroxy-polyketides dihasilkan oleh kelompok spons..
a. Homosclerophorida
b. Astrophorida
c. Penares
d. Cliona
5. Bagian dari Spons yang berfungsi sebagai saluran masuk air adalah..
a. Oskula
b. Sel amobosit
c. Ostia
d. Flagela
6. Senyawa antibakteri telah diisolasi dari spons laut jenis…
a. Jaspis sp
b. Geodia sp
c. Aplysina fistularis
d. Cliona celata
7. Senyawa antikanker telah diisolasi dari spons laut jenis…
a. Jaspis sp
b. Geodia sp
c. Aplysina fistularis
d. Cliona celata
8. Komponen bioaktif yang paling umum ditemukan pada spons yaitu,
kecuali..
a. Cytotoxic
b. Antibiotic
c. Inhibitor Enzim
d. Analgesik
9. Uji toksisitas pada isolasi dan karakterisasi metabolit sekunder sampai
kepada senyawa-senyawa yang mempunyai aktivitas farmakologi
dilakukan untuk....
a. Menentukan manfaat senyawa tersebut
b. Menentukan keamanan penggunaan senyawa
c. Menentukan efek samping senyawa
d. Menentukan aktivitas senyawa
10. Berikut beberapa manfaat dari senyawa bioaktif spons yaitu, kecuali....
a. Antivirus
b. Antijamur
c. Antihipertensi
d. Menghambat aktivitas enzim
11. Metabolit baru dari organisme laut yang ditemukan dalam waktu 1977-
1987 yaitu...
a. Algae dengan jumlah 873 (33%)
b. Spons dengan jumlah 736 (29%)
c. Mikroba dengan jumlah 39 (1%)
d. Tunica dengan jumlah 55 (2%)
12. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan pada penelitian produk alam laut
yaitu, kecuali...
a. Penajaman program dan penentuan prioritas
b. Pemanfaatan sarana dan prasarana
c. Penurunan kualitas sumber daya manusia
d. Jaringan kerjasama kelembagaan serta forum komunikasi
13. Morfologi luar spons sangat dipegaruhi oleh beberapa faktor yaitu,
kecuali...
a. Faktor penyerapannya
b. Faktor fisik
c. Kimiawi
d. Biologis lingkungan
14. Bioaktifitas antibakteri ekstrak kasar spons laut terdapat beberapa jenis
yaitu...
a. Callyponia pseudoreticulata
b. Callyspongia sp
c. Aureletta sp
d. Haliconria
15. Spons merupakan contributor terbesar senyawa bioaktif dari laut yaitu
sebesar....
a. 27%
b. 21%
c. 37%
d. 47%

Anda mungkin juga menyukai