Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH TAKSONOMI HEWAN

“FILUM ARTHROPODA”

DISUSUN OLEH

Gerfindo Yosua Gabriel Watugigir 18 502 042


Rivaldo Tatebale 18 502 047
Fredrik Toheni 18 502 031
Marcelino Valen Supit 18 502 022
Jhosua Aruperes 18 502 027

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah Filum Arthropoda
ini. Makalah ini kami susun guna sebagai tugas mata kuliah Taksonomi Hewan.
Dalam makalah ini dipaparkan materi tentang pengertian, karakteristik,
sistematika, serta contoh spesies-spesies dari filun Arthropoda. Dengan demikian,
diharapkan kami mampu mengetahui, memahami, dan menyimpulkan materi-
materi tersebut.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan atau
kekeliruan, oleh karna itu kami menerima kritik dan saran yang membangun guna
perbaikan dalam penyusunan makalah di waktu yang akan datang.

Manado, 3 Mei 2021

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 1
1.3 Tujuan........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian...................................................................................... 3
2.2 Karakteristik Umum...................................................................... 3
2.3 Filogeni dan Sistematika................................................................ 4
2.4 Contoh Spesies-Spesies dan Klasifikasinya.................................. 16

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.................................................................................... 29
3.2 Saran.............................................................................................. 29

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hewan merupakan makhluk hidup yang mampu beradaptasi di berbagai
lingkungan. Mereka dapat hidup di laut, air tawar, kutub, dan padang pasir
(gurun). Berdasarkan kerangka tulang belakangnya hewan di kelompokkan
menjadi dua kelompok utama, yaitu invertebrata (hewan yang tidak bertulang
belakang) dan vertebrata (bertulang belakang). Berdasarkan persamaan dan
perbedaannya, kelompok hewan invertebrata di kelompokkan ke dalam beberapa
filum. Hewan-hewan tersebut di kelompokkan ke dalam 9 filum, yaitu: Porifera,
Coelenterata, Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca,
Arthropoda, Echinodermata, Chordata.
Diperkirakan bahwa populasi arthropoda di dunia, yang meliputi krustasea,
laba-laba, dan serangga, berjumlah sekitar 108 individu. Hampir 1 juta spesies
Arthropoda telah dideskripsikan, dan sebagian besar adalah serangga. Pada
kenyataannya, dua dari setiap tiga organisme yang dikenal adalah hewan
arthropoda, dan anggota filum tersebut ada hampir pada semua habitat yang ada d
biosfer. Berdasarkan kriteria keanekaragaman, penyebaran, dan jumlah spesies,
filum Arthropoda harus dianggap sebagai yang paling berhasil di antara semua
filum.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa dan bagaimana pengertian Arthropda?
2. Apa saja dan bagaimana karakteristik umum Arthropoda?
3. Apa dan bagaimana filogeni dan sistematika Arthropoda?
4. Apa sajakah contoh-contoh spesies Arthropoda dan bagaimana
klasifikasinya?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Arthropda.
2. Untuk mengetahui karakteristik umum Arthropoda.
3. Untuk mengetahui filogeni dan sistematika Arthropoda.
4. Untuk mengetahui contoh-contoh spesies Arthropoda dan klasifikasinya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthro yang berarti ruas dan
podos yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda berarti hewan yang kakinya beruas-ruas.
Organisme yang tergolong filum arthropoda memiliki kaki yang berbuku-buku.
Hewan ini memiliki jumlah spesies yang saat ini telah diketahui sekitar 900.000
spesies. Hewan yang tergolong arthropoda hidup di darat sampai ketinggian 6.000
m, sedangkan yang hidup di air dapat ditemukan sampai kedalaman 10.000 meter.
Contoh anggota filum ini antara lain kepiting, udang, serangga, laba-laba,
kalajengking, kelabang, dan kaki seribu, serta spesies-spesies lain yang dikenal
hanya berdasarkan fosil. Habitat hewan anggota filum arthopoda di air dan di
darat.

2.2 Karakteristik Umum


Hewan Arthropoda memiliki bentuk tubuh simetri bilateral, triploblastik
selomata, dan tubuhnya bersegmen. Tubuh ditutupi lapisan kutikula yang
merupakan rangka luar (eksosketelon). Ketebalan kutikula sangan bervariasi,
tergantung dari spesies hewannya. Kutikula dihasilkan oleh epidermis yang terdiri
atas protein dan lapisan kitin. Pada waktu serangga mengadakan pertumbuhan,
kutikula akan mengalami pengelupasan.
Ciri-ciri umum yang dimiliki anggota filum arthropoda yaitu tubuh simetri
bilateral, triploblastik selomata, terdiri atas segmen-segmen yang saling
berhubungan dibagian luar, dan memiliki tiga lapisan germinal (germlayers)
sehingga merupakan hewan tripoblastik. Tubuh ditutupi lapisan kutikula yang
merupakan rangka luar (eksosketelon). Ketebalan kutikula sangan bervariasi,
tergantung dari spesies hewannya. Kutikula dihasilkan oleh epidermis yang terdiri
atas protein dan lapisan kitin. Pada waktu serangga mengadakan pertumbuhan,
kutikula akan mengalami pengelupasan. Tubuh memiliki kerangka luar dan

3
dibedakan atas kepala, dada, serta perut yang terpisah atau bergabung menjadi
satu. Setiap segmen tubuh memiliki sepasang alat gerak atau tidak ada.
Arthropoda berespirasi dengan menggunakan paru-paru buku, trakea atau
dengan insang. Pada spesies terestrial bernafas menggunakan trakhea atau pada
arachnida menggunakan paru-paru buku atau menggunakan keduanya. Ekskeresi
dengan menggunakn tubulus malpighi atau kelenjar koksal. Saluran pencernaan
sudah lengkap, terdiri atas mulut, usus dan anus. Sistem peredaran darah berupa
sistem peredaran darah terbuka, beredar melalui jantung→organ dan
jaringan→hemocoel (sinus)→ke jantung lagi. Sarafnya merupakan sistem saraf
tangga tali.
Atrhropoda mempunyai kelamin terpisah, fertilisasi terjadi secara internal,
dan bersifat ovivar. Perkembangan individu baru terjadi sevara langsung atau
melalui stadium larva. Pembagian tubuh pada arthropoda kemungkinan seperti
annelida yang memiliki dinding tubuh yang berotot dan tubuh tidak terbagi
menjadi daerah tertentu, pada crustaceae, Insecta, Chilopoda, dan Diplopoda
tubuh dibedakn menjadi tiga daerah yang jelas yaitu kepala dada dan abdomen
atau kepala dan dada yang bergabung menjadi sefalotoraks. Tubuh dibungkus
oleh zat kitin, yang berfungsi sebagai kereangka luar atau eksoskeleton.

2.3 Filogeni dan Sistematika


Berikut ini subfilum, kelas, sub kelas, ordo, dan contoh spesies dari filum
Arthropoda:
2.3.1 Subfilum
Sejak tahun 1990 banyak ahli zoology membagi kelompok Arthopoda
menjadi subfilum Onychophora, subfilum Trilobita, subfilum Chelicerata,
subfilum Uniramia, dan subfilum Crustacea. Pemisahan ini terutama berdasarkan
perbedaan dalam hal struktur dan susunan kaki serta apendik yang lain,
sebagaimana perbedaan embriologi dan anatomi dalamnya. Bahkan berdasarkan
evolusinya, Crustacea dan Uniramia berasal dari kelompok nenek moyang bentuk
cacing yang berbeda.

4
Filum Arthopoda dibagi menjadi empat subfilum yaitu Trilobita,
Chelicerata, Onychophora, dan Mandibulata. Semua anggota Trilobita sudah
punah tetapi kemungkinan masih ada yang dapat dijumpai pada Arthopoda
primitif.
Subfilum yang pertama yaitu Trilobita merupakan arthopoda laut yang
primitif dan sangat melimpah pada masa Paleozoic, terdiri dari 4000 spesies.
Tubuh berukuran 10-675 mm, terbagi atas dua alur memanjang menjadi tiga
cuping. Tubuh dilindungi oleh cangkang bersegmen yang keras. Kepala jelas
terdiri atas empat segmen tubuh, memiliki sepasang antenula, empat pasang
apendik biramus dan sepasang mata majemuk. Contoh anggota subfilum ini
adalah Triarthus eatoni. Subfilum yang kedua yaitu Chelicerata, tubuhnya
dibedakan atas dua bagian yaitu sefalotorak (prosoma) dan abdomen
(opisthosoma) (kecuali Acarina). Memiliki 6 pasang apendik. Tidak memiliki
antena atau manibula. Bagian-bagian mulut dan saluran pencernaan utamanya
untuk fungsi penusuk, beberapa diantaranya memiliki kelenjar racun, respirasi
menggunakan paru-paru buku, trakea atau insang.
Subfilum yang ketiga adalah Onychophora, bentuk tubuhnya seperti
cacing dengan 14-43 pasang kaki (lobopodia) rongga tubuhnya berupa homocoel.
Memiliki kelenjar lumpur yang hasil sekresinya akan dikeluarkan melalui papilla
oral untuk menangkap mangsa atau predator. Saluran pencernaannya lengkap.
Enzim-enzim dilepaskan ke dalam mangsa selanjtnya zat-zat nutrisi dihisap.
Sistem saraf memiliki ganglion, kepala dan dua tali saraf longitudinal yang
membentuk tali tangga. Jantung berbentuk tubular terletak di sebelah dorsal
system sirkulasi terbuka. Subfilum keempat adalah Mandibilata, karakter spesial
yang dimiliki anggota subfilum ini adalah mandibula dan antenna.

2.3.2 Kelas, Sub Kelas, dan Ordo


Arthropoda dapat dibagi menjadi 6 kelas, yaitu Crustacea, Onychophora,
Arachnida, Chilopoda, Diplopoda, dan Insecta. Tetapi kadang-kadang kelas
Chilopoda dan Diplopoda dimasukkan ke dalam satu kelas yaitu Myriapoda.
Diuraikan sebagai berikut:

5
A. Crustacea
Sementara Arachnoidea dan serangga berhasil hidup di darat, sebagian
besar krustasea tetap berada di lingkungan laut dan air tawar, dimana mereka
sekarang diwakili oleh sekitar 40.000 spesies. Kepiting, udang galah, crayfish
(udang karang), dan udang adalah hewan krustasea yang paling terkenal.
Crustacea merupakan kelas dari Arthropoda yang hidupnya terutama
menempati perairan baik air tawar maupun laut. Bernapas dengan
menggunakan insang. Tubuhnya terbagi menjadi kepala (cephalo), dada
(thorax), dan perut (abdomen) atau kadang-kadang kepala dan dada bersatu
membentuk cephalotorax. Kepala biasanya terdiri dari dari empat segmen yang
bersatu, pada bagian kepala itu terdapat dua pasang antena, satu pasang
mandibula (rahang pertama) dan dua pasang maksila (rahang kedua). Bagian
dada mempunyai embelah dengan jumlah yang berbeda-beda yang diantaranya
ada yang berfungsi sebagai alat gerak. Segmen bagian perut umumnya sempit
dan lebih mudah digerakkan dibandingkan dengan kepala dan dada. Bagian
perutpun mempunyai embelan yang didalam ukurannya mengalami
pengurangan.
Crustacea bernapas dengan insang dan ada juga yang yang
menggunakan permukaan tubuhnya. Alat ekskresi berupa sepasang badan yang
disebut greenland (kelenjar hijau), terletak pada bagian ventral dari
cefalotoraks di depan esofagus. Bereproduksi secara kawin, jenis kelamun
terpisah. Sistem saraf berupa tangga tali. Alat pencernaan dilengkapi dengan
mulut, esofagus, lambung, usus dan anus. Sistem peredaran darah terbuka.
1. Sub Kelas Branchiopoda
Hewan dari subkelas Branciopoda ini merupakan hewan yang
sangat kecil, ukuran tubuhnya hanya beberapa mili meter saja walaupun
ada yang mencapai 2,5 cm tetapi tidaklah begitu banyak. Hidup di air
tawar, tubuhnya semi transparan, sehingga kadang-kadang organ-organ
dalamnya dapat terlihat dari luar, berwarna pucat ada yang berenag
menggunakan bagian punggungnya. Embelan di bagian dada menyerupai
bulu halus dan digunakan sebagai alat pernapasan, terdapat karapak.

6
Diantaranya ada yang sengaja dikultur untuk makanan ikan terutama ikan
mas. Contoh spesies: Eubranchipus vernalis, Daphnia sp.
2. Sub Kelas Ostracoda
Hidup di air tawar dan laut, dapat berenang dengan bebas, bergerak
dengan menggunakan antena kedua atau kedua pasang antenanya. Karapak
terdiri dari 2 belahan. Embelan tidak menyerupai bulu halus. Ukuran
tubuhnya 1 mm sampai beberapa mm saja.
Contoh pada jenis Eucypris virens yang hidup di air tawar karapak
ditutupi oleh bulu-bulu yang pendek, memiliki sebuah mata. Panjang
tubuhnya 2 mm, berenang dengan menggunakan pasangan pertama
kakinya. Merupakan hewan partenogenesis di mana telur-telurnya dapat
berkembang tanpa dibuahi.
3. Sub Kelas Copepoda
Hewan-hewan dari subkelas ini hidup di air tawar atau laut, dapat
berenang bebas atau sebagai parasit pada ikan. Tidak mempunyai karapak,
umumnya mempunyai 6 pasang embelan dada.
Contohnya ialah Cicplos viridis, hidup di kolam-kolam air tawar.
Panjang tubuh 1,5-5 mm. Umumnya berwarna kehijau-hijauan, mata
berwarna merah. Pada bagian ekor sering terdapat suatu kantung yang
penuh berisi telur. Merupakan plankton hewan yang kadang-kadang sangat
berlimpah. Tubuhnya dapat dibedakan atas kepala, dada, dan perut.
4. Sub Kelas Cirripedia
Umumnya hidup melekat pada benda-benda di perairan seperti
batu, kayu, karang, dasar-dasar perahu/kapal, tiang-tiang di laut, dan
sebagainya. Karapak menutupi tubuhnya. Umumnya hermaprodit, begian
tubuh umumnya ditutupi oleh suatu rangka atau cangkok dari kapur,
sehingga mula-mula hewan ini diduga sebagai Mollusca. Diantaranya ada
yang hidup sebagai parasit. Contoh spesies: Lepas fascicularis.
5. Sub Kelas Malacostraca
Subkelas ini merupakan hewan-hewan yang paling banyak dari
kelas Crustacea kira-kira ¾nya termasuk ke dalam Malacostraca.

7
Umumnya bertubuh besar, terdiri atas segmen-segmen sebagai berikut: 4
segmen di bagian kepala. 8 segmen di bagian dada, dan 6 segmen di
bagian perut. Beberapa jenis yang termasuk ke dalam Malacostraca ini
ialah udang, kepiting, ketam, dan sebagainya. Contoh spesiesnya:
Cambarus bartoni.

B. Onychopora
Kelas ini tidak begitu dikenal sehingga tidak terlalu dibahas secara
panjang lebar. Hewan ini memiliki kutikula yang tipis, tidak bersegmen,
dinding tubuh berotot, terdapat sepasang rahang dan sebaris lubang
nephridium, panjang tubuh ± 5 cm. Contohnya adalah Peripatus.

C. Arachnoidea
Arachnoidea (dalam bahasa Yunani, arachno=laba-laba) disebut juga
kelompok laba-laba, meskipun anggotanya bukan laba-laba saja. Kalajengking
adalah salah satu contoh kelas Arachnoidea yang jumlahnya sekitar 32 spesies.
Ukuran tubuh Arachnoidea bervariasi, ada yang panjangnya lebih kecil dari 0,5
mm sampai 9 cm. Arachnoidea merupakan hewan terestrial (darat) yang hidup
secara bebas maupun parasit. Arachnoidea yang hidup bebas bersifat karnivora.
Arachnoidea dibedakan menjadi tiga ordo, yaitu Scorpionida, Arachnida, dan
Acarina.

Sub Kelas Ordo Contoh Spesies


1. Megastomata a. Xiphosura Limulus polyphemus
(Giantastraca) (sudah punah)
b. Euripterida
a. Scorpionida Diplocentrus whitei
b. Pedipalpi Tarautula whitei
c. Araneida Salticus scenicus
2. Arachnida
d. Palpigradi Keonia wheeleri

8
e. Pseudoscorpionida Chelifer caucroides
f. Solpugida Eremobates oallipes
g. Phalangida Liobunum vittatan
h. Acarina Sarcoptes scabi
3. Pycnogonida Nimphom striomii
(Pantopoda)
4. Tardigrada Macrobiotes hufelandi
5. Pentastomida Linguatula serrata
(Linguatulida)
1. Ordo Scorpionida memiliki alat penyengat beracun pada segmen abdomen
terakhir. Contoh hewan ini adalah kalajengking (Uroctonus mordax) dan
ketunggeng (Buthus after).
2. Ordo Arachnida, abdomen tidak bersegmen dan memiliki kelenjar beracun
pada kaliseranya (alat sengat). Contoh hewan ini adalah laba-laba serigala
(Pardosa amenata), laba-laba kemlandingan (Nephila maculata).
3. Ordo Acarina memiliki tubuh yang sangat kecil, bulat atau oval, pipih,
dorsoventral, caput,torax, dan abdomen bersatu, tanpa segmen. Contohnya
adalah caplak atau tungau (Acarina sp.).

D. Myriapoda
Myriapoda (dalam bahasa Yunani, myria=banyak, podos=kaki)
merupakan hewan berkaki banyak. Pembagian tubuh Myriapoda ini terdiri atas
kepala (chepalo) dan perut (abdomen) tanpa dada (thoraks). Dibagian kepala
terdapat satu pasang antena sebagai alat peraba dan sepasang mata tunggal
(ocellus). Penambahan jumlah segmen terjadi pada setiap pergantian kulit. Alat
gerak pada kelompok hewan Chilopoda adalah satu pasang kaki di setiap
segmen perut kaki, sedangkan pada Diplopoda terdapat dua pasang kaki pada
tiap segmen perut, kecuali segmen terakhirnya. System pernapasannya berupa
satu pasang trakea berspirakel yang terletak di kanan kiri setiap ruas, kecuali
pada Diplopoda terdapat dua pasang di tiap ruasnya. Sistem pencernaan,
saluran pencernaanya lengkap dan mempunyai kelenjar ludah. Chilopoda

9
bersifat karnivor dengan gigi beracun pada segmen I, sedangkan Diplopoda
bersifat herbivor, pemakan sampah atau daun-daunan. System reproduksi
secara seksual, yaitu dengan pertemuan ovum dan sperma (fertilasi internal).
Myriapoda ada yang vivipar dan ada yang ovipar.
1. Sub Kelas Chiliopoda
Chiliopoda disebut juga centipede, tubuhnya pipih dan bersegmen-
segmen. Jumlah segmen tersebut tidak sama tergantung pada jenis
spesiesnya spesiesnya yaitu berkisar antara 15-17 segmen. Tiap segmen
tersebut mempunyai sepasang kaki kecuali 2 segmen terakhir dan sebuah
segmen di belakang kepala. Pada segmen yang di belakang kepala tersebut
terdapat sepasang cakar beracun yang disebut maxilliped, digunakan untuk
membunuh mangsanya. Antena panjang terdiri dari 12 segmen atau lebih.
Contoh: Lithobius forficatus (kelabang/lipan).
2. Sub Kelas Diplopoda
Diplopoda disebut juga Millipede. Tubuhnya bulat panjang dan
terdiri dari 25-100 segmen atau lebih tergantung jenis spesiesiesnya. Setiap
segmen tampaknya mempunyai dua pasang embelan. Sesungguhnya
segmen tersebut tersusun rapat sehingga terlihat seperti satu segmen. Jadi
sebenarnya adalah setiap segmen hanyalah mempunyai sepasang embelan.
Contoh: Julus virgatus (keluing/kaki seribu).

E. Insecta
Serangga adalah salah satu anggota kerajaan binatang yang
mempunyai jumlah anggota yang terbesar. Hampir lebih dari 72 % anggota
binatang termasuk kedalam golongan serangga. Serangga telah hidup di bumi
kira-kira 350 juta tahun, dibandingkan dengan manusia yang kurang dari dua
juta tahun. Selama kurun ini mereka telah mengalami perubahan evolusi dalam
beberapa hal dan menyesuaikan kehidupan pada hamper setiap tipe habitat.
Serangga dapat berperan sebagai pemakan tumbuhan (serangga jenis ini yang
terbanyak anggotanya). Sebagai parasitoid (hidup secara parasit pada serangga
lain), sebagai predator (pemangsa), sebagai pemakan bangkai, sebagai

10
penyerbuk (misalnya tawon dan lebah) dan sebagai penular (vektor) bibit
penyakit tertentu.
Serangga dapat dijumpai di semua daerah di atas permukaan bumi. Di
darat, laut, dan udara dapat dijumpai serangga. Mereka hidup sebagai pemakan
tumbuhan, serangga atau binatang lain, bahkan menghisap darah manusia dan
mamalia. Serangga hidup sebagai suatu keluarga besar di dalam sebuah
kehidupan sosial yang rumit, seperti yang dilakukan oleh lebah, semut dan
rayap yang hidup di dalam sebuah koloni.
Manfaat serangga antara lain sebagai penyerbuk (pollinator) andal
untuk semua jenis tanaman. Di bidang pertanian serangga berperan membantu
meningkatkan produksi buah-buahan dan biji-bijian. Serangga juga berperan
sebagai organism perombak (dekomposer) yang mendegradasi kayu yang
tumbang, ranting, daun yang jatuh, hewan yang mati dan sisa kotoran hewan.
Serangga disebut pula Insecta, adalah kelompok utama dari hewan
beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang), karena itulah mereka
disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani yang berarti berkaki enam. Kajian
mengenai kehidupan serangga disebut entomologi. Serangga termasuk dalam
kelas insekta (subfilum Uniramia) yang dibagi lagi menjadi 29 ordo, antara lain
Diptera (misalnya lalat), Coleoptera (misalnya kumbang), Hymenoptera
(misalnya semut, lebah, dan tabuhan), dan Lepidoptera (misalnya kupu-kupu
dan ngengat). Kelompok Apterigota terdiri dari 4 ordo karena semua serangga
dewasanya tidak memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk dalam
kelompok Pterigota karena memiliki sayap. Serangga merupakan hewan beruas
dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan
pertama kali sukses berkolonisasi di bumi.
Insecta sering disebut serangga atau heksapoda. Heksapoda berasal
dari kata heksa berarti 6 (enam) dan kata podos berarti kaki. Heksapoda berarti
hewan berkaki enam. Diperkirakan jumlah insecta lebih dari 900.000 jenis
yang terbagi dalam 25 ordo. Hal ini menunjukkan bahwa banyak sekali variasi
dalam kelas insecta baik bentuk maupun sifat dan kebiasaannya. Tubuh Insecta
dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kaput, toraks, dan abdomen. Kaput

11
memiliki organ yang berkembang baik, yaitu adanya sepasang antena, mata
majemuk (mata faset), dan mata tunggal (oseli). Insecta memiliki organ perasa
disebut palpus. Insecta yang memiliki syap pada segmen kedua dan ketiga.
Bagian abdomen Insecta tidak memiliki anggota tubuh. Pada abdomennya
terdapat spirakel, yaitu lubang pernapasan yang menuju tabung trakea. Trakea
merupakan alat pernapasan pada Insecta. Pada abdomen juga terdapat tubula
malpighi, yaitu alat ekskresi yang melekat pada posterior saluran pencernaan.
Sistem sirkulasinya terbuka. Organ kelaminnya dioseus.
Berikut penggolongan serangga adalah sebagai berikut:
1. Sub Kelas Apterygota (tidak bersayap, primitif, tidak bermetamorfosa, pada
abdomen terdapat appendage sebelah ventral)
Ordo Thysanura (Tysanos=pita penunjuk halaman buku). Ordo ini
biasanya dapt demukan pada buku atau tumpukan kertas yang telah lama
dibiarkan. Ujung abdomen mempunyai embelan, abdomen itu sendiri terdiri
dari 11 segmen, tipe alat mulut untuk mengunyah. Hewan ini dapat merusak
buku atau baju-baju yang dikanji karena dapapt meghasilkan enzim selulosa
yang dapat mencernakan selulosa menjadi glukosa. Contoh: Lepisma
saccharina (kutu buku).
2. Sub Kelas Pterygota
a) Ordo Orthoptera. Berasal dari kata orthos yang artinya”lurus” dan
pteron artinya “sayap”. Golongan serangga ini sebagian anggotanya dikenal
sebagai pemakan tumbuhan, namun ada beberapa di antaranya yang bertindak
sebagai predator. Sewaktu istirahat sayap bagian belakangnya dilipat secara
lurus dibawah sayap depan. Sayap depan mempunyai ukuran lebih sempit
daripada ukuran sayap belakang. Alat mulut nimfa dan imagonya menggigit-
mengunyah yang ditandai adanya labrum, sepasang mandibula, sepasang
maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium
dengan palpus labialisnya. Tipe metamorfosis ordo ini adalah paurometabola
yaitu terdiri dari 3 stadia (telur-nimfa-imago). Beberapa contoh serangga jenis
ordo orthoptera: belalang kayu (Valanga nigricornis Burn.), belalang pedang

12
(Sexava spp.), jangkrik (Gryllus mitratus Burn dan Gryllus bimaculatus De
G.), anjing tanah (Gryllotalpa africana Pal.).
Ordo Orthoptera mempunyai metamorfosa yang bertingkat, tipe alat
mulut untuk menggigit dan mengunyah. Ukuran tubuhnya relatif besar,
umumnya dengan sayap depan yang bersifat liat dan disebut juga tegmina,
sayap belakan tipis berupa selaput, pada waktu istirahat dilipat lurus di atas
badan ditutupi oleh syap depan (tegmina). Kaki belakang umumnya panjang
juga kuat yang dipakai untuk meloncat.
b) Ordo Hemiptera. Hemi artinya setengah dan pteron artinya “sayap”.
Beberapa jenis serangga dari ordo ini pemakan tumbuhan dan adapula sebagai
predator yang mengisap tubuh serangga lain dan golongan serangga ini
mempunyai ukuran tubuh yang besar serta sayap depannya mengalami
modifikasi, yaitu setengah didaerah pangkal menebal, sebagiannya mirip
selaput, dan syap belakang seperti selaput tipis. Paurometabola merupakan tipe
perkembangan hidup dari ordo ini yang terdiri dari 3 stadia yaitu telur > nimfa
> imago. Tipe mulut menusuk-mengisap yang terdiri atas moncong (rostum)
dan dilengkapi dengan stylet yang berfungsi sebagai alat pengisap. Nimfa dan
imago merupakan stadium yang bisa merusak tanaman: Beberapa contoh
serangga anggota ordo Hemiptera ini adalah kepik buah jeruk (Rynchocoris
poseidon Kirk), hama pengisap daun teh, kina, dan buah kakao (Helopeltis
antonii), walang sangit (Leptocorixa acuta Thumb), kepik buah lada (Dasynus
viridula).
c) Ordo Homoptera. Homo artinya “sama” dan pteron artinya “sayap”
serangga golongan ini mempunyai sayap depan bertekstur homogen. Sebagian
dari serangga ini mempunyai dua bentuk, yaitu serangga bersayap dan tidak
bersayap. Misalnya kutu daun (Aphis sp.) sejak menetas sampai dewasa tidak
bersayap. Namun bila populasinya tinggi sebagian serangga tadi membentuk
sayap untuk memudahkan untuk berpindah habitat. Tipe perkembangan hidup
serangga ini adalah paurometabola (telur-nimfa-imago). Jenis serangga ini,
antara lain: wereng coklat (Nilaparvta lugens), wereng hijau (Nephotettix
apicalis), kutu loncat (Heteropsylla), kutu daun (Myzus persicae).

13
d) Ordo Lepidoptera. Berasal dari kata lepidos “sisik” dan pteron
artinya “sayap”. Tipe alat mulut dari ordo. lepidoptera menggigit-mengunyah
tetapi pada imagonya bertipe mulut menghisap. Perkembangbiakannya bertipe
“holometebola” (telur-larva-pupa-imago). Larva sangat berpotensi sebagai
hama tanaman, sedangkan imagonya (kupu-kupu dan ngengat) hanya mengisap
madu dari tanaman jenis bunga-bungaan. Sepasang sayapnya mirip membran
yang dipenuhi sisik yang merupakan modifikasi dari rambut. Yang termasuk
jenis serangga dari ordo ini, antara lain: ulat daun kubis (Plutella xyllostella),
kupu-kupu pastur (Papilio memnon L), ulat penggulung daun melintang pada
teh (Catoptilia theivora Wls), penggerek padi putih (Tryporyza innotata
Walker).
e) Ordo Coleoptera. Coleos artinya “seludang” pteron “sayap”. Tipe
serangga ini memiliki sayap depan yang mengeras dan tebal seperti seludang
berfungsi untuk menutup sayap belakang dan bagian tubuh. Sayap bagian
belakang mempunyai struktur yang tipis. Perkembangbiakan ordo ini bertipe
“holometabola” atau metamorfosis sempurna yang perkembangannya melalui
stadia : telur – larva – kepompong (pupa) – dewasa (imago). Tipe alat mulut
nyaris sama pada larva dan imago (menggigit-mengunyah) jenisnya bentuk
tubuh yang beragam dan ukuran tubuhnya lebih besar dari jenis serangga lain.
Anggota-anggotanya sebagian sebagai pengganggu tanaman, namun ada juga
yang bertindak sebagai pemangsa serangga jenis yang berbeda. Serangga yang
yang merusak tanaman, antara lain: kumbang kelapa (Oryctes rhinoceros L.),
kumbang daun kangkung, semangka, dan terung (Epilachna sp.), kumbang
daun keledai (Phaedonia inclusa Stal.), penggerek batang cengkih (Nothopeus
fasciatipennis Wat.).
Ordo Coleoptera (coleos=seludang/sarung) meliputi bermacam-
macam kumbang dan kepik, metamorfosa sempurna. Tipe alat mulut untuk
mengunyah. Merupakan hewan bersayap 2 pasang atau tidak bersayap, pada
hewan yang bersayap, sayap bagian depan yang biasanya terletak di bagian luar
keras mengandung zat tanduk disebut juga elitra, sedangkan sayap bagian

14
belakang seperti membran yang dilipatkan ke bawah elytra. Ordo ini
merupakan ordo terbesar pada kelasnya.
f) Ordo Diptera. Di artinya “dua” dan pteron artinya “sayap”
merupakan bangsa lalat, nyamuk meliputi serangga pemakan tumbuhan,
pengisap darah, predator dan parasitoid. Serangga dewasa hanya memiliki satu
pasang sayap di depan, sedangkan sayap belakang telah berubah menjadi halter
yang multifungsi sebagai alat keseimbangan, untuk mengetahui arah angin, dan
alat pendengaran. Metamorfosisnya holometabola (telur-larva-kepompong-
imago). Larva tidak punya tungkai, dan meyukai tempat yang lembab dan tipe
mulutnya menggigit-mengunyah, sedangkan imago bertipe mulut menusuk-
mengisap atau menjilat-mengisap. Jenis serangga golongan ini, antara lain:
lalat buah (Bactrocera sp.), lalat bibit kedelai (Agromyza phaseoli Tryon), lalat
bibit padi (Hydrellia philippina), hama ganjur (Orseolia oryzae Wood Mason).
g) Isoptera (Isos=sama, pteron=sayap). Ordo ini mempunyai 2 sayap
yang berbentuk dan ukurannya sama atau tidak bersayap. Alat mulut untuk
mengunyah. Perut dan dada bersegmen-segmen contoh yang banyak ditemukan
ialah rayap (Reticulitermis sp.).
h) Neuroptera (Neuron=syaraf). Neuroptera mempunyai metamorfosa
(perubahan bentuk) yang sempurna, tipe alat mulut untuk mengunyah, terdapat
empat buah sayap yang sama se[e]]perti membran (selapu) dan biasanya sayap
tersebut dengan venasi (urat sayap) yang jelas. Larvanya merupakan hewan
karnivora, beberapa diantaranya dengan mulut untuk menghisap. Insang trakea
biasanya ada pada larva-larva yang hidup di air. Contoh: Myrmeleon frontalis
(undur-undur).
i) Ordo Odonata. Merupakan bangsa capung, memiliki anggota yang
besar dan mudah dikenal. Sayap dua pasang dan bersifat membranus.
Metamorfosisnya bersifat Hemimetabola, pada stadium larva dijumpai adanya
alat tambahan berupa insang dan hidup di dalam air. Anggota-anggotanya
dikenal sebagai pemangsa pada beberapa serangga lain jenis. Contoh: Ischnura
cercula.

15
2.4 Contoh Spesies-Spesies dan Klasifikasinya
Berikut ini deskripsi dan klasifikasi contoh-contoh spesies dari filum
Arthropoda, sebagai berikut:
2.4.1 Kelas Crustacea
A. Udang Windu (Penaeus monodon)
Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan
bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut
cephalothorax yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8
ruas di bagian dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap
ruas (segmen) mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-
ruas pula. Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas  4 lembar dan satu
telson yang berbentuk runcing. Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala
atau Carapace. Bagian depan meruncing dan melengkung membentuk huruf S
yang disebut cucuk kepala atau rostrum. Pada bagian atas rostrum terdapat 7
gerigi dan bagian bawahnya 3 gerigi untuk P. monodon.
Udang memiliki sepasang mata majemuk (mata facet) bertangkai dan
dapat digerakkan, mulutnya  terletak pada bagian bawah kepala dengan rahang
(mandibula) yang kuat. Terdapat sepasang sungut besar atau antenna dan dua
pasang sungut kecil atau antennula. Udang juga memiliki sepasang sirip kepala
(scophocerit) dan sepasang alat pembantu rahang (maxilliped). Untuk alat
gerak udang memiliki lima pasang kaki jalan (pereopoda), kaki jalan pertama,
kedua dan ketiga bercapit yang dinamakan cheladan pada bagian dalam 
terdapat hepatopankreas, jantung dan insang.
Bagian badan tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan
oleh selaput tipis. Ada lima pasang kaki renang (pleopoda) yang melekat pada
ruas pertama sampai dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki
renang mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara
ekor kipas terdapat ekor yang meruncing pada bagian ujungnya yang disebut
telson. Organ dalam yang bisa diamati adalah usus (intestine) yang bermuara
pada anus yang terletak pada ujung ruas keenam.

16
Udang hidup disemua jenis habitat perairan dengan 89% diantaranya
hidup diperairan laut, 10% diperairan air tawar dan 1% di perairan teresterial.
Udang laut merupakan tipe yang tidak mampu atau mempunyai kemampuan
terbatas dan mentolerir perubahan salinitas. Kelompok ini biasanya hidup
terbatas pada daerah terjauh pada estuari yang umumnya mempunyai salinitas
30% atau lebih. Kelompok yang mempunyai kemampuan untuk mentolerir
variasi penurunan salinitas sampai dibawah 30%. Hidup di daerah terestrial dan
menembus hulu estuari dengan tingkat kejauhan bervariasi sesuai dengan
kemampuan spesies untuk mentolerir penurunan tingkat salinitas.
Adapun klasifikasi dari udang windu  adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Subclass : Malacostraca
Order : Decapoda
Suborder : Dendrobranchiata
Family : Penaeidae
Genus : Penaeus
Species : Penaeus monodon

B. Kepiting (Callinectes sapidus)


Kepiting adalah binatang anggota krustasea berkaki sepuluh dari
upabangsa (infraordo) Brachyura, yang dikenal mempunyai "ekor" yang sangat
pendek (bahasa Yunani: brachy=pendek, ura=ekor), atau yang perutnya
(abdomen) sama sekali tersembunyi di bawah dada (thorax). Tubuh kepiting
dilindungi oleh kerangka luar yang sangat keras, tersusun dari kitin, dan
dipersenjatai dengan sepasang capit. Ketam adalah nama lain bagi kepiting.
Kepiting terdapat di semua samudra dunia. Ada pula kepiting air tawar
dan darat, khususnya di wilayah-wilayah tropis. Rajungan adalah kepiting yang
hidup di perairan laut dan jarang naik ke pantai, sedangkan yuyu adalah ketam
penghuni perairan tawar (sungai dan danau).

17
Kepiting beraneka ragam ukurannya, dari ketam kacang, yang lebarnya
hanya beberapa milimeter, hingga kepiting laba-laba Jepang, dengan rentangan
kaki hingga 4 m.
Kepiting sejati mempunyai lima pasang kaki; sepasang kaki yang
pertama dimodifikasi menjadi sepasang capit dan tidak digunakan untuk
bergerak. Di hampir semua jenis kepiting, kecuali beberapa saja (misalnya,
Raninoida), perutnya terlipat di bawah cephalothorax. Bagian mulut kepiting
ditutupi oleh maxilliped yang rata, dan bagian depan dari carapace tidak
membentuk sebuah rostrum yang panjang. Insang kepiting terbentuk dari pelat-
pelat yang pipih (phyllobranchiate), mirip dengan insang udang, namun
dengan struktur yang berbeda.
Adapun klasifikasi dari kepiting adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Class : Crustacea
Subclass : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Upaordo : Pleocyemata
Infraordo : Brachyura
Genus : Callinectes
Spesies : Callinectes sapidus

2.4.2 Kelas Onychopara


A. Peripatus juanensis
Organisme ini terlihat seperti siput dengan kaki, milik filum
Onychophora, sekelompok kecil hewan dengan banyak kesamaan antara cacing
yang benar (Annelida) dan invertebrata dengan tubuh tersegmentasi
(Artropoda). Onychophora adalah filum yang sangat kuno/primitif, dan
tampaknya tidak menderita perubahan sejak era mori. Hanya 90 spesies hidup
yang dikenal di seluruh dunia. Sebagian besar anggota kelompok ini lebih suka
lingkungan lembab, seperti hutan hujan tropis.

18
Invertebrata ini bertubuh lembut (~15-70 mm) kulit beludru dan
dipasangkan kaki yang tidak bersegmen. Meskipun penampilan nguler dan
memiliki tubuh tersegmentasi, peripatus memiliki kaki yang bergerak dalam
cara yang sama dengan mata siput dan dapat diperpanjang oleh variasi tekanan
darah intern. Bernapas dengan pembukaan sistem di sepanjang sisi tubuh yang
dikenal sebagai trakea, dan berbagi sistem pernapasan mirip dengan serangga.
Hewan ini tanggal kembali 400 juta tahun dan mungkin hilang kontak
antara Arthropoda (Serangga dan Crustacea) dan Annelida (cacing
tersegmentasi lembut bertubuh, termasuk cacing tanah). Makhluk ini pemalu,
mampu bersembunyi di celah-celah ketat yang luar biasa, hewan ini jarang
terlihat di habitat alami mereka, tetapi dapat ditemukan dalam serasah daun,
terowongan tanah dan dedaunan, di bawah batu, dan batang jatuh.
Persyaratan utama mereka adalah tempat yang gelap dan lembab, di
mana mereka bisa menghabiskan hari-hari aktif dan berburu di malam hari.
Memangsa mereka adalah invertebrata kecil, isopoda, rayap dan moluska kecil.
Mereka menembak cairan perekat dari wadah yang terletak dekat mulut
mereka. Ketika mengering perekat, setelah beberapa detik, mangsa terjebak ke
tanah dan tidak bisa melarikan diri. Kemudian itu mangsa pendekatan beludru
cacing dengan itu rahang bawah dan menusuk lubang di mangsa dan
mengeluarkan pencernaan jus. Akhirnya, itu berlaku itu mulut ke luka dan
mengisap keluar makanan dari korban. Glueis ticky ini juga digunakan sebagai
pertahanan terhadap predator mereka sendiri.
Distribusi terbatas untuk hutan hujan wilayah Amerika Selatan, Afrika,
Australia, The Caribbean, Malaysia dan Oseania. Jarang ditemukan karena
kebiasaan rahasia, organisme ini dapat ditemukan secara kebetulan ketika
mikrohabitat bisa terkena.
Keluarga ini, Onychophora, diwakili di hutan Tabonuco oleh spesies
peripatus yang kadang-kadang ditemukan mencari makan di lumut dan
ganggang batuan tertutup di lantai hutan imobilisasi mangsa dilakukan dengan
mengarahkan dan semprot perekat pada korban, mangsa besar seperti jangkrik
dan kecoak dapat ditangkap oleh strategi ini.

19
Adapun klasifikasi dari Peripatus juanensis adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Onychophora
Subkelas : Undeonychophora
Ordo : Euonychopora
Famili : Peripetidae
Genus : Peripatus
Spesies : Peripatus juanensis

2.4.3 Kelas Arachnoidea


A. Laba-Laba (Nephila maculata)
Berikut adalah ciri-ciri dari salah satu hewan Arachnoidea yang sering
kita jumpai, yaitu laba-laba. Tubuhnya terdiri dari dua bagian, yaitu
sefalotoraks (kepala-dada) pada bagian anterior dan abdomen pada bagian
posterior. Sefalotoraks adalah penyatuan tubuh bagian sefal atau kaput (kepala)
dan bagian toraks (dada). Pada sefalotoraks terdapat sepasang kalisera (alat
sengat), sepasang pedipalpus (capit), dan enam pasang kaki untuk berjalan.
Kalisera dan pedipalpus merupakan alat tambahan pada mulut. Pada bagian
abdomen (opistosoma) laba-laba terdiri dari mesosoma dan metasoma. Pada
bagian posterior abdomen terdapat spineret yang merupakan organ berbentuk
kerucut dan dapat berputar bebas.
Didalam spineret terdapat banyak spigot yang merupakan lubang
pengeluaran kelenjar benang halus atau kelenjar benang abdomen. Kelenjar
benang halus mensekresikan cairan yang mengandung protein elastik. Protein
elastik tersebut akan mengeras di udara membentuk benang halus yang
digunakan untuk menjebak mangsa. Laba-laba bernapas dengan paru-paru
buku atau trakea. Paru-paru buku adalah organ respirasi berlapis banyak seperti
buku dan terletak pada bagian abdomen. Ekskresi laba-laba dilakukan dengan
tubula (tunggal=tubulus) Malpighi. Tubula Malpighi merupakan tabung kecil
panjang dan buntu dan organ ini terletak di dalam hemosol yang bermuara ke

20
dalam usus. Selain Tubula Malpighi, ekskresi lainnya dilakukan dengan
kelenjar koksal. Kelenjar koksal merupakan kelenjar ekskretori buntu yang
bermuara pada daerah koksa (segmen pada kaki insecta).
Adapun klasifikasi dari laba-laba adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Arachnoidea
Subkelas : Arachnida
Ordo : Araneae
Family : Nephilidae
Genus : Nephila
Spesies : Nephila maculata

B. Kalajengking (Hemiscorpius lepturus)


Kalajengking adalah sekelompok hewan beruas dengan delapan kaki
(oktopoda) yang termasuk dalam ordo Scorpiones dalam kelas Arachnida.
Kalajengking masih berkerabat dengan ketonggeng, laba-laba, tungau, dan
caplak. Ada sekitar 2000 jenis kalajengking. Mereka banyak ditemukan selatan
dari 49° U, kecuali Selandia Baru dan Antarktika.
Hemiscorpius lepturus (kalajengking) kebanyakan hidup di daerah
tropis dan panas, yaitu di bawah batu-batu atau lubang dalam tanah. Segmen
pada ekor mrmpunyai alat penyengat. Ciri morfologinya yaitu tubuh terdiri dari
cepalotoraks dan abdomen (bersegmen-segmen), preabdomen, dan post
abdomen. Cepalotoraks tertutup karapas. Memiliki umbai-umbai berbentuk
cakar yang berfungsi untuk menangkap mangsa (celicera) dan cakar berbentuk
penjepit (pedipalpus). Mempunyai 4 pasang kaki tanpa antena terletak pada
cepalotoraks, 2-12 mata oceli. Abdomen bersegmen 12, yang 7 segmen disebut
mesosoma besar, dan 5 segmen terminal disebut metasoma. Pemanjangan pada
ujung abdomen berbentuk ekor sebagai alat sengat (telson) mengandung
kelenjar toksin. Alat napas berupa 4 pasang paru-paru buku, terletak sebelah
ventral segmen III dan XV. Bersifat vivipar dan merupakan binatang karnivora.

21
Semua spesies kalajengking memiliki bisa. Pada umumnya, bisa
kalajengking termasuk sebagai neurotoksin (racun saraf). Suatu pengecualian
adalah Hemiscorpius lepturus yang memiliki bisa sitotoksik (racun sel).
Neurotoksin terdiri dari protein kecil dan juga natrium dan kalium, yang
berguna untuk mengganggu transmisi saraf sang korban. Kalajengking
menggunakan bisanya untuk membunuh atau melumpuhkan mangsa mereka
agar mudah dimakan. Bisa kalajengking lebih berfungsi terhadap artropoda
lainnya dan kebanyakan kalajengking tidak berbahaya bagi manusia; sengatan
menghasilkan efek lokal (seperti rasa sakit, pembengkakan). Namun beberapa
spesies kalajengking, terutama dalam keluarga Buthidae dapat berbahaya bagi
manusia.
Adapun klasifikasi dari kalajengking adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum          : Arthropoda
Sub filum   : Chelicerata
Kelas          : Arachnoidea
Sub kelas    : Arachnida
Ordo : Scorpionida
Genus : Hemiscorpius
Spesies : Hemiscorpius lepturus

2.4.4 Kelas Myriapoda


A. Lipan/Kelabang (Scolopendra sp.)
Lipan atau kelabang (bahasa Inggris: centipede) adalah hewan
arthropoda yang tergolong dari kelas Chilopoda dan upafilum Myriapoda.
Lipan adalah hewan metamerik yang memiliki sepasang kaki di setiap ruas
tubuhnya. Hewan ini termasuk hewan yang berbisa, dan termasuk hewan
nokturnal.
Lipan mudah ditemukan di daerah yang diarsir seperti bagian bawah
daun-daun mati, batu, gua, hutan, dan bahkan bagian dalam rumah. Mereka
biasanya ditemukan di daerah iklim seperti padang pasir, pegunungan, dan

22
hutan. Mereka adalah arthropoda soliter dan malam. Pada siang hari mereka
pergi untuk mencari perlindungan di lahan basah dan gelap. Jika cuaca terlalu
basah atau terlalu kering, mereka mencari tempat lain untuk datang berlindung
di dalam rumah. Spesies yang hidup di zona beriklim panas biasanya lebih
kecil (hingga 10 cm) dari mereka menghuni daerah khatulistiwa yang lembab,
yang dapat melebihi 30 cm.
Lipan dianggap sebagai hewan berbisa meskipun bisa lipan kurang
mematikan manusia, tetapi lipan biasa dikonsumsi di Thailand dan di beberapa
bagian Afrika. Bahkan pengobatan Cina memotong atau menggunakan bagian
dari lipan sebagai obat untuk penggunaan oral, meskipun efektivitas
pengobatan ini belum terbukti secara ilmiah.
Adapun klasifikasi dari kelabang adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum          : Arthropoda
Kelas          : Myriapoda
Sub kelas    : Chilopoda
Ordo : Scolopendromorpha
Famili : Scolopendridae
Genus : Scolopendra
Spesies : Scolopendra sp.

B. Kaki Seribu (Trigoniulus corallinus)


Kaki seribu atau millipede (kelas Diplopoda, sebelumnya juga disebut
Chilognatha) adalah artropoda yang memiliki dua pasang kaki per segmen
(kecuali segmen pertama di belakang kepala, dan sedikit setelahnya yang
hanya memiliki satu kaki). Hewan kaki seribu adalah salah satunya yang
terkadang kita lihat di lingkungan sekitar kita. Hewan ini banyak dijumpai di
daerah tropis dengan habitat di darat. Terutama di tempat yang banyak
mengandung sampah, misalnya di kebun dan di bawah batu-batuan.
Umumnya kaki seribu memakan sisa tumbuhan yang membusuk.
Namun ada beberapa spesies yang tergolong karnivora. Mereka menelan bahan

23
makanan yang ditemui, mengekstrak nutrisinya, lalu mengeluarkan kembali
sisa-sisa yang tidak bisa dicerna. Cara makan ini tidak berlaku untuk beberapa
spesies yang memiliki tipe mulut penghisap.
Adapun klasifikasi dari kaki seribu adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum          : Arthropoda
Kelas          : Myriapoda
Sub kelas    : Diplopoda
Genus : Trigoniulus
Spesies : Trigoniulus corallinus

2.4.5 Kelas Insecta


A. Jangkrik (Gryllus assimilis)
Hewan ini hidup diberbagai habitat, baik lingkungan basah ataupun
lingkungan kering, terutama yang dinaungi rumput. Selain itu Gryllus sp.
(jangkrik) dapat ditemukan di rumah-rumah, sisa tanaman yang lembab.
Beberapa jenis jangkrik pandai bersuara, suara itu dihasilkan dari saling
menyentuhkan tegumina bersama-sama. Hewan ini aktif di malam hari dan
mampu bergerak dan melompat dengan cepat.
Hewan yang sudah dewasa umumnya berwarna hitam, sedangkan
nypha berwarna kuning pucat dengan garis - garis coklat. Antena panjang dan
kaku seperti rambut. Hewan dewasa akan kehilangan sayap setelah menetap di
lingkungan sawah. Hampir semua hewan ni bertindak sebagai predator. Telur
penggerek batang padi, penggulung daun.
Hewan yang termasuk dalam ordo Orthoptera, termasuk di dalamnya
Gryllus assimilis (jangkrik) adalah bersifat hemimetabola, mulutnya tipe
pengunyah, memilki 2 pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan seperti kertas
dari kulit, yang disebut tegumina. Sayap belakang berupa membran dan dilipat
seperti kipas dan terletak di bawah sayap depan. Pada beberapa spesies, sayap
hanya berupa sisa saja atau ada juga yang tidak bersayap.

24
Secara morfologi, jangkrik memiliki tubuh rata dan antena panjang.
Memiliki sepasang sayap dan 2 pasang kaki. Jangkrik adalah omnivora, dikenal
dengan suaranya yang hanya dihasilkan oleh jangkrik jantan. Suara ini
digunakan untuk menarik betina dan menolak jantan lainnya. Suara cengkerik
ini semakin keras dengan naiknya suhu sekitarnya.
Klasifikasi Gryllus assimilis (jangkrik) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Family : Grylludae
Genus : Gryllus
Spesies : Gryllus assimilis

B. Belalang Kayu (Valanga nigricornis)


Pada belalang kayu (Valanga nigricornis), pada waktu istirahat
berperilaku khas yaitu sayap belakang dilipat lurus dibawah sayap depan.
Memiliki tipe mulut nimfa dan imagonya mengigit, mengunyah, dan
menggerek. Contohnya pada helaian daun jagung terdapat bekas gigitan, yang
menyebabkan daun berlubang yang terdapat pada tengah dan ujung daun. Daur
hidup belalang pada umumnya bertelur pada musim kemarau dan menetas pada
musim hujan, memiliki caput, toraks, abdomen, antena, mata majemuk,dan
tungkai.
Belalang (Valanga nigricornis) yang tergolog dari ordo orthoptera biasa
disebut dengan belalang kayu. Belalang kayu memiliki ciri-ciri antara lain
memiliki antena pendek, organ pendengaran terletak pada ruas abdomen serta
alat petelur yang pendek. Kebanyakan warnanya kelabu atau kecoklatan dan
beberapa mempunyai warna cemerlang pada sayap belakang. Serangga ini
termasuk pemakan tumbuhan dan sering kali merusak tanaman. Adapun alat
mulutnya bertipe penggigit pengunyah.

25
Tipe ordo ini memiliki 2 pasang sayap. Sayap depan lebih kecil daripada
sayap belakang dan memiliki vena-vena yang menebal yang disebut dengan
tegmina. Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki melekat pada bagian thorakal.
Pada segmen/ruas pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang
disebut tympanium. Spirakulum yang meruapkan alat pernafasan luar terdapat
pada tiap-tiap segmen abdomen/thorax. Anus dan alat genetalia terdapat pada
ujung abdomen. Belalang memiliki alat tambahan yang berupa sepasang mata
faset (majemuk), dua buah antena, dan tiga buah mata sederhana (oseli).
Tipe metamorfosis dari ordo ini adalah paurometabola (metamorfosis
sederhana). Perkembangan tubuh terjadi dengan melewati masa telur, nimfa, dan
imago. Bentuk nimfa dan dewasa hampir sama, hanya pada bagian sayap, ukuran
tubuh, dan kematangan alat kelamin saja yang membedakan. Pada masa nimfa,
sayap masih berupa selaput tipis, sedangkan pada serangga dewasa sudah
memiliki tegmina. Ukuran ubuh antara nimfa dan dewasa juga berbeda, nimfa
lebih kecil sedangkan belalang dewasa jauh lebih besar.
Belalang adalah tipe serangga pemakan daun. Alat mulut dari belakang
bertipe penggigit-pengunyah dengan bagian-bagian seperti labrum, mandibel,
labium, dan maxilla. Akibat dari serangan hama ini adalah berlubangnya daun
yang dimulai dari tipe tanaman dengan kerusakan yang lebar.
Klasifikasi Valanga nigricornis (belalang kayu) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalis
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Family : Acrididae
Genus : Valanga
Spesies : Valanga nigricornis

C. Belalang (Atractomorpha similis)


Belalang ini menunjukkan suatu struktur umum dari kelas insekta
walaupun dalam hewan ini terdapat beberapa spesialiasasi. Rangka luar yang

26
terdiri dari kitin menutupi seluruh bagian tubuhnya. Pada bagian kepala
terdapat dua buah mata majemuk, tiga buah mata tunggal (oselus), sepasang
antena dan alat-alat mulut. Alat-alat mulut terdiri dari bibir atas (labrum), dan
dua buah mandibula dengan sebuah hypofaring diantara dua buah maksila dan
bibir bawah (thorax) terbagi menjadi: bagian depan disebut pothorax, bagian
tengah disebut mesothorax, dan bagian belakang disebut metathorax. Masing-
masing segmen tersebut mempunyai sepasang kaki. Pada mesothorax dan
metathorax masing-masing terdapat sepasang sayap. Segmen kaki dari bagian
pangkal ke ujung tersusun sebagai berikut: coxa, trochanter, frmur, tibia, dan
tarsus (kadang-kadang satu segmen). Pasangan sayap depan liat dan tebal
menutupi pasangan sayap belakang yang seperti membran.
Abdomen (perut) terdiri dari 11 segmen di bagian depannya terdapat
alat pendengar yang disebut membran timpani, sedangkan di bagian belakang
alat kelamin bagian luar. Saluran pencernaan makanan terdiri dari foregut,
midgut, dan hindgut. Peredaran darah terbuka, jantung terbagia atas sederetan
ruang yang memanjang, terletak pada sinus pericardium bagian dorsal
perutnya. Sistem pernapasan terdiri dari sistem cabang (jaringan) dari
saluran/pembuluh-pembuluh yang disebut trakea. Alat ekskresi berupasaluran
malphigi yang terbuka ke segian depan dari hindgut (usus belakang). Sistem
saraf terdiri dari ganglion supra esofagus atau otak dua buah phageal
connectives dan ganglion dibawah esofagus yang kesemuanya terletak di
bagian kepala. Sistem reproduksi: alat reproduksi jantan terdiri dari dua buah
testes tempat dimana spermatozoa berkembang, sedangkan alat reproduksi
betina terdiri dari dua buah ovarium yang terdiri dari sejumlah tabung-tabung
telur yang disebut ovarioles.
Adapun klasifikasi Atractomorpha similis adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Order : Orthoptera
Family : Acrididae

27
Genus : Atractomorpha
Species : Atractomorpha similis

D. Kumbang Lege (Exopholis hypoleuca)


Exopholis hypoleuca, kumbang (imago) panjangnya 2,5 cm, kepala dan
toraks hitam kecoklatan, sayap coklat, di Jawa Barat terkenal dengan lege. Uret
ditemukan pada kedalaman 3-10 cm, pupa pada kedalaman 15-20 cm. Uret
merusak padi gogo, sereh, kacang tanah, dan karet. Pada tanaman karet uret
ditemukan sampai kedalaman 60 cm. Imago betina bertelur 15-60 butir.
Exopholis mempunyai metamorfosa yang sempurna. Siklus hidupnya
terditi dari: Stadium telur, lamanya 14 hari. Kumbang dewasa akan keluar pada
bulan Oktober sampai November dan meletakkan telurnya dalam tanah. Jumlah
telur 50-60 butir tiap ekor kumbang. Stadium larva terjadi 10-14 hari sejak
telur diletakkan di dalam tanah. Stadium larva terdiri atas tiga instar. Instar I ±
45 hari, instar II 2½-3 bulan dan instar III 3½-4 bulan. Satdium pupa lamanya
17-24 hari. Stasium imago lamanya 2-3 bulan, diantaranya ± 15 hari berada di
dalam tanah.
Klasifikasi kumbang lege (Exopholis hypoleuca) adalah sebagai
berikut:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Coleoptera
Famili : Scarabidae
Genus : Exopholis
Spesies : Exopholis hypoleuca

2.2.5 Manfaat dan Kerugian Serangga


Serangga dapat pula dimanfaatkan bagi kepentingan manusia. Salah satu
pemanfaatan serangga adalah sebagai sumber makanan. Di berbagai wilayah di
dunia, seperti di Afrika, Australia, Amerika Latin, dan Asia, serangga telah lama

28
dikonsumsi sebagai makanan tradisional. Pada masa kini, beberapa jenis serangga
telah menjadi menu makanan istimewa bagi kalangan terpandang di Thailand,
Jepang, dan Meksiko. Diperkirakan terdapat sekitar 500 jenis serangga yang
dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Jenis serangga yang banyak dikonsumsi
antara lain belalang, laron, jangkrik, lebah, semut, rayap dan beberapa
serangga air dan berbagai jenis ulat. Penghasil madu, yaitu lebah madu (Apis
indica). Selain itu, beperan dalam bahan industri kain sutera, yaitu pupa kupu-
kupu sutera (Bombyx mori).
Sementara yang merugikan manusia anatara lain:
1. Vektor perantara penyakit bagi manusia. Misalnya nyamuk malaria, nyamuk
demam berdarah, lalat tsetse sebagai vektor penyakit tidur, dan lalat rumah
sebagai vektor penyakit tifus.
2. Menimbulkan gangguan pada manusia.Misalnya caplak penyebabkudis, kutu
kepala, dan kutu busuk.
3. Hama tanaman pangan dan industri.Contohnya wereng cokatdan kumbang
tanduk
4. Perusak makanan. Contohnya kutu gabah.
5. Perusak produk berbahan baku alam.Contohnya rayap dan kutu buku.

29
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthro yang berarti ruas dan
podos yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda berarti hewan yang kakinya beruas-ruas.
Organisme yang tergolong filum arthropoda memiliki kaki yang berbuku-buku.
Ciri-ciri umum yang dimiliki anggota filum arthropoda yaitu tubuh simetri
bilateral, triploblastik selomata, terdiri atas segmen-segmen yang saling
berhubungan dibagian luar, dan memiliki tiga lapisan germinal (germlayers)
sehingga merupakan hewan tripoblastik. Tubuh ditutupi lapisan kutikula yang
merupakan rangka luar (eksosketelon).
Filum Arthopoda dibagi menjadi empat subfilum yaitu Trilobita,
Chelicerata, Onychophora, dan Mandibulata. Arthropoda dapat dibagi menjadi 6
kelas, yaitu Crustacea, Onychophora, Arachnida, Chilopoda, Diplopoda, dan
Insecta. Tetapi kadang-kadang kelas Chilopoda dan Diplopoda dimasukkan ke
dalam satu kelas yaitu Myriapoda.

30
3.2 Saran
Agar mahasiswa dapat lebih memahami tentang pendeskripsian,
pengidentifikasian dan pengklasifikasian, baiknya mahasiswa dapat melakukan
kegiatan-kegiatan yang mencangkup atau yang berhubungan dengan mata kuliah
Biosistematik Hewan (khususnya hewan-hewan Arthropoda) di luar jam kuliah,
mencoba melakukan penelusuran-penelusuran sendiri atau bersama siapa saja,
mengamati setiap yang ada di lingkungan tempat tinggal maupun di tempat yang
dikunjungi.

31
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Mudianto. 2001. Keanekearagaman ekosistem. Bandung: Cahaya Ilmu.


Barnes, Robert D. 1977. Invertebrates Zoology Third Edition. USA: Nueva
Editorial Interamericana, S.A. de C.V.
Brotowidjojo. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Campbell, Neil A., Jane B. Reece & Lawrence G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi
Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Diana. 2008. Phylum Arthropoda. (http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/
12/phylum-arthropoda/). [14 November 2013: 15.32 WIB].
Dixon, C. J., F. R. Schram & S. T. Ahyong. 2004. A New Hypothesis of Decapod
Phylogeny. Crustaceana. 76 (8): 935–975.
Hala, Yusminah. 2007. Dasar Biologi Umum II. Makassar: Alauddin Press.
Hart, M. W. and R. K. Grosberg. 2009. Caterpillars Did Not Evolve from
Onychophorans by Hybridogenesis. USA: Proc. Nat. Acad. Sci.
Karmana, Oman. 2007. Biologi. Bandung: Grafindo.
Kastawi, Yusuf. 2005. Zoologi Vertebrata. Malang: UM Press.
Laila, Siti. 2007. Biologi Sains dalam Kehidupan. Surabaya: Yudhistira.
Putra, N. S. 1994. Serangga di Sekitar Kita. Yogyakarta: Kasinus.
Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Reny, Rahmawati. 2012. Hama dan Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
Rusyana, Adun. 2011. Zoology Invertebrata. Bandung: Alfabeta.
Setyamidjaja, Djoehana. 1984. Bertanam Kelapa. Yogyakarta: Kanisius.
Shelley, Rowland M. Centipedes and Millipedes with Emphasis on North
America Fauna. (http://www.emporia.edu/ksn/v45n3-march1999/). [28
Oktober 2013: 13.34 WIB].
Sudarmono. 2002. Pengenalan Serangga, Hama, Penyakit, dan Gulma Padi.
Yogyakarta: Kanisius.
Suwignyo, S. 2005. Avetebrata Air Jilid I1. Jakarta: Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai