Anda di halaman 1dari 86

FILUM ARTHROPODA

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Keanekaragaman Hewan
Yang dibina oleh Sofia Ery Rahayu S.Pd, M.Si.
Oleh:
Kelompok 4/ Offering H
Chairil Akmal

150342602536

Linda Puspitasari

150342603190

Monica Feby Z.

150342604927

Sholichatul afifah

150342603789

Zauhara Faiqahtun W. 150342605971

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MALANG
JURUSAN BIOLOGI
21 September 2016

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kelompok 4 panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul Filum Arthropoda dengan tepat waktu.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Sofia Ery Rahayu
S.Pd, M.Si. selaku dosen pembimbing matakuliah Keanekaragaman Hewan
Universitas Negeri Malang dan teman-teman Biologi Of H 2015 yang telah
berpartisipasi dalam menuntaskan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan makalah ini di masa yang akan datang. Akhir kata
kami mengucapkan terima kasih.

Malang, 21 September 2016

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kata Arthropoda dari bahasa Yunani yaitu Arthros berarti sendi (ruas)
danPodos berarti kaki. Jadi arthropoda adalah hewan yang mempunyai kaki
bersendi-sendi (beruas-ruas). Hewan ini banyak ditemukan di darat, air tawar, dan
laut, serta didalam tanah. Hewan ini juga merupakan hewan yang paling banyak
jenis atau macam spesiesnya, lebih kurang 75% dari jumlah keseluruhan spesies
hewan di dunia yang telah diketahui (Setiati, 2012).
Arthropoda dalah filum yang paling luas pada kingdom Animalia. Filum
ini terdiri dari tiga-perempat lebih dari semua yang diketahui jenisnya. Sekitar
900.000 spesies arthropoda telah diidentifikasi. Namun, berdasarkan survey yang
telah dilakukan dihutan hujan, ternyata spesies yangn belum dikenal berjumlah
sangat tinggi (Hickman et al, 2008).
Arthropoda lebih luas dan lebih padat penyebarannya ke seluruh seluruh
wilayah bumi daripada anggota dari filum lainnya. Mereka ditemukan di semua
jenis lingkungan dari kedalaman laut rendah sampai sangat tinggi, dan dari daerah
tropis utara dan wilayah kutub selatan. Arthropoda dapat hidup di air tawar, laut,
tanah, dan praktis semua permukaan bumi dipenuhi oleh spesies ini. Arthropoda
mungkin satu-satunya yang dapat hidup di Antartika dan liang-liang batu terjal di
pegunungan yang tinggi. Semua anggota filum ini mempunyai tubuh beruas-ruas
dan kerangka luar yang tersusun dari kitin. Rongga tubuh utama disebut
hemocoel. Hemocoel terdiri dari sejumlah ruangan kecil yang dipompa oleh
jantung. Jantung terletak pada sisi dorsal dari tubuhnya. Sistem saraf anthropoda
seperti pada annellida, terdapat bagian ventral tubuh berbentuk seperti tangga tali
(Hickman et al, 2008).
Contoh anggota filum ini antara lain kepiting, udang, serangga, laba-laba,
kalajengking, kelabang, dan kaki seribu, serta spesies-spesies lain yang dikenal
hanya berdasarkan fosil. Sifat hidup Arthropoda bervariasi, ada yang
menguntungkan dan ada juga yang bersifat parasit.

Pengklasifikasian Arthtropoda pada saat ini masih berbeda-beda. Oleh


karena itu makalah ini ditulis untuk menjelaskan dan mendeskripsikan tentang
Filum Arthtropoda lebih mendalam, mulai dari morfologi luar sampai anatomi dan
fisiologinya.
Rumusan Masalah
1
2
3
4

Bagaimana ciri-ciri umum anggota filum Arthropoda?


Bagaimana anatomi dan morfologi anggota filum Arthropoda?
Bagaimana klasifikasi anggota filum Arthropoda?
Apa peran hewan anggota filum Arthropoda?

Tujuan
1
2
3
4

Mengetahui ciri-ciri umum anggota filum Arthropoda


Mengetahui anatomi dan morfologi anggota filum Arthropoda
Mengetahui klasifikasi anggota filum Arthropoda
Mengetahui peran hewan anggota filum Arthropoda

BAB II
KAJIAN TEORI
Ciri-ciri umum
Arthopoda berasal dari bahasa yunani yaitu Arthos berarti sendi (ruas) dan
Polos berarti kaki, maka arthopoda adalah hewan yang mempunyai kaki bersendisendi atau beruas-ruas. Spesies arthopoda banyak ditemukan didarat, air tawar,
dan laut serta di dalam tanah. Arthopoda juga memiliki filum yang palling banyak
jumlah spesiesnya, kurang lebih 75% dari jumlah keseluruhan spesies hewan di
dunia yang telah diketahui (Brotowidjoyo dan Djarubito, 1994).
Arthopoda merupakan filum terbesar dalam Animlium kingdom. Jumlah
spesies dalam arthopoda lebih banyak dari pada semua spesies dari filum yang
lain. Arthopoda merupakan hewan yang dominan dalam dunia ini (Jasin, 1987).
Organisme yang tergolong filum Arthopoda memiliki kaki yang berbuku-buku.
Hewan ini memiliki jumlah spesies yang saat ini telah diketahui sekitar 900.000
spesies. Hewan yang tergolong filum Arthopoda hidup didarat sampai ketinggian
6.000 m, sedangkan yang hidup di air dapat ditemukan sampai kedalaman 10.000
meter (Jutje, 2006). Cara hidup dan habitat arthopoda sangat beragam, ada yang
hidup bebas, parasit, komensal atau simbiotik. Dilingkungan kita, sering dijumpai
kelompok hewan ini misalnya nyamuk, lalat, semut, kupu-kupu, capung, belalang,
dan lebah. Habitat enyebaran arthopoda sangat luas. Ada yang dilaut, perairan
tawar, gurun pasir, dan padang rumput (Austin, 1988).
Arthopoda permukaan tanah sebagai komponen biotik pada ekosistem
tanah sangat tergantung pada faktor lingkungan. Perubahan lingkungan akan
berengaruh terhadap kehadiran dan kepadatan populasi arthooda . perubahan
faktor fisika kimia tanah berpengaruh terhadap kepadatan hewan tanah.
Keanekaragaman hewan tanah lebih rendah pada daerah yang terganggu daripada
daerah yang tidak terganggu (Najima, 1991). Perubahan komunitas dan komposisi
vegetasi tertentu pada suatu ekosistem secara tidak langsung menunjukkan pula
danya peruabahan komunitas hewan da sebaliknya (Adisoemarto, 1998).

Ciri umum yang dimiliki arthopoda adalah tubuhnya simetri bilateral,


terdiri atas segmen-segmen yang saling berhubungan dibagian luar dan memiliki
tiga lapisan germinal sehingga merupakan hewan tripoblastik. Tubuhnya memiliki
kerangka luar dan dibedakan atas kepala ,dada, serta perut yang terpisah atau
bergabung menjadi satu. Setiap segmen tubuh memiliki sepasang alat gerak atau
tidak ada. Respirasinya menggunakan paru-paru buku atau menggunakan
keduannya yaitu menggunakan paru-paru dan trakea. Ekskresi menggunakan
tubulus malpighi atau kelenjar koksal. Saluran pencernaan sudah lengkap, terdiri
atas mulut, usus dan anus. Sarafnya merupakan sistem saraf tagga tali. Berkelamin
terpisah, fertilisasi terjadi secara internal, dan bersifat ovipar. Perkembangan
individu baru terjadi secara langsung melalui stadium larva (Brotowidjojo, 1989).
Dari beberapa penjelasan diatas, jadi secara ringkas ciri umum yang
dimiliki anggota filum arthopoda menurut (Kastawi, 2001)adalah :
1

Tubuh simetri bilateral, terdiri atas segmen-segmen yang saling


berhubungan di bagian luar, dan memiliki tiga lapisan germinal (germ

layers) sehingga merupakan tripoblastik.


Tubuh memiliki kerangka luar dan dibedakan atas kepala, dada serta perut

3
4

yang terpisah atau bergabung menjadi satu.


Setiap segmen tubuh memiliki alat gerak atau tidak ada.
Respirasi menggunakan paru-paru buku, trakea atau dengan insan. Pada
spesies terrestrial bernafas menggunakan trakea atau pada arachnida
menggunakan buku atau menggunakan keduanya yaitu paru-paru buku dan

5
6
7

treakea.
Ekskresi menggunakan tubulus malpighi atau kelenjar koksal.
Saluran pencernaan sudah lengkap, terdiri atas mulut, usus dan anus.
Sistem peredaran darah berupa sistem peredaran darah terbuka, beredar
melalui jantung

8
9

organ dan jaringan

hemocoel (sinus)

ke jantung

lagi.
Sarafnya merupakan sistem saraf tangga tali.
Berkelamin terpisah, fertilisasai terjadi secara internal, dan bersifat oviar.
Perkembangan individu baru terjadi secara langsung atau melalui medium
larva.

Anatomi dan Morfologi

Pembagian tubuh
Ancestor arthopoda kemungkinan seperti annelida yang memiliki dinding
tubuh berotot dan tubuh tidak terbagi menjadi daerah tertentu. Pada Crustacea,
Insecta, Chilooda, dan Diplopoda tubuh dibedakan menjadi 3 daerah yang jelas
yaitu kepala, dada, dan abdomen: atau kepala dan dada bergabung menjadi
sefalotoraks. Chelicerata biasanya memiliki sebuah sefalotoraks atau prosoma dan
sebuah abdomen atau opisthosoma yang terdiri atas gabungan mesosoma dan
metasoma. Ukura dan jumlah segmen setiap pembagian tubuh tersebut berbeda di
dalam kelompok dan berhubungan erat dengan lingkungan dan aktivitas setiap
spesies.
Rongga Tubuh
Rongga tubuh arthopoda bukan coelom sebenarnya, tetapi terisi dengan
darah sehingga dikenal sebagai hemocoel. Coelom sebenarnya hanya ada terdapat
pada masa embrio yatu berupa rongga yang terletak di dalam segmen
mesodermal. Sedangkan pada saat hewan dewasa coelom sebenarnya terbatas
untuk rongga dari organ-organ reproduksi dan organ-organ ekskresi tertentu.
Eksoskeleton
Semua anggota filum ini mempunyai tubuh bersegmen yang terbungkus
dalam suatu eksoskeleton (rangka luar) bersegmen yang kuat terdiri atas kitin,
suatu polimer dari N-Asetilglukosamin. Simetrinya bilateral dan jelas ditandai
dengan sumbu tubuh tengah. Pada semua anggota arthopoda yang hidup, anggota
tubuh berbagai spesies memerlihatkan struktur dan fungsinya yang sangat
beraneka ragam. Disamping untuk lokomosi , anggota tubuh itu membantu dalam
mendapatkan makanan, dalam penginderaan, dan senjata menyerang dan
mempertahankan diri (Kimball, 1992). Kutikula dapat dibedakan atas epikutikula
(lapisan terluar, tipis) dan prokutikula (lebih tebal). Epikutikula tidak memiliki zat
kitin dan bersifat tipis, akibatnya memungkinkan lalu lintas air dan udara, seperti
pada kutikula penutup insang Crustacea. Senyawa penyusun epikutikula adalah
protein dan zat lilin (hydrokarbon). Zat lilin tersebut berfungsi memperlambat
kehilangan air. Secara umum Arthopoda yang hidup di lingkungan kering,

kandungan zat lilin ada epikutikulanya lebih besar. Lapisan prokutikula dapat
dibedakan menjadi eksokutikula (lapisan luar) dan endokutikula (lapisan dalam).
Kedua lapisan ini tersusun atas zat kitin dan protein yang membentuk senyawa
glikoprotein kompleks. Namun pada endokutikula ditambah zat tanin sehingga
menjjadi keras, sedangkan endokutikula tetap lunak karena tidak menggandung
zat tanin. Pada beberapa Arthopoda, khususnya Crustacea prokutikulanya juga
mengandung garam-garam kalsium yaitu kalsium karbonat dan kalsium fosfat
(Kastawi, 2001).
Kutikula Arthopoda juga bertanggung jawab untuk warna spektakuler
yang berfungsi untuk kamuflase, warna pengenalan, dan peringatan. Warna-warna
yang dihasilkan oleh Arthopoda dihasilkan dari pigmen dan struktur kutikula.
Warna coklat, merah, orange, dan kuning dihasilkan dari penumpukan pigmen di
dalam eksokutikula. Sedangkan warna hijau, ungu dan biru akibat dari struktur
kutikula yaitu adanya striasi yang baik pada epikutikula sehingga menyebabkan
refraksi cahaya dan memberikan penampakan warna tersebut (Kastawi, 2001).
Jika eksoskeleton Arthopoda diiris melintang maka terlihat adanya saluran
pori dan saluran zat lilin yang melewati endokutikula dan eksokutikula menuju ke
permukaan kutikula. Saluran zat lilin merupakan saluran yang disekresi oleh
epidermis menuju epikutikula. Sedangkan saluran pori pada Crustacea merupakan
saluran garam-garam kalsium menuju ke endokutikula. Pada beberapa bagian
kutikula juga mengalami modifikasi menjadi bermacam-macam reseptor sensori
memungkinkan hewan Arthopoda mengetahui kondisi lingkungannya. Pori-pori
yang menembus kutikula memungkinkan sel-sel kemoreseptor mendekati
stimulus yang berupa zat kimia, sedangkan seta yang letaknya pada permukaan
kutikula dan bentuknya seperti rambut berperanan sebagai reseptor mekanik dan
berhubungan dengan sel-sel mekanoreseptor (Kastawi, 2001).

Gambar struktur kitin


Molting
Eksoskeleton arthopoda tersusun dari kitin yang disekresikan oleh sel
kulit. Eksoskeleton terdiri dari lempengan yang dihubungkan oleh ligamen yang
fleksibel dan lunak sehingga tidak dapat membesar mengikuti pertumbuhan tubuh.
Oleh karena itu, tahap pertumbuhan arthopoda selalu diikuti dengan pengelupasan
eksoskeleton lama dan pembentukan eksoskeleton

baru. Tahap pelepasan

eksoskeleton disebut dengan molting atau ekdisis. Hewan yang biasanya


melakukan molting misalnya kepiting dan udang, sementara hewan yang
mengalami ekdisis dari kelas insecta (Soemadji, 1995).
Pada beberapa spesies arthopoda molting dipengaruhi oleh lingkungan,
sedangkan spesies lainnya dipengaruhi oleh peningkatan tekanan di dalam
tubuhnya. Proses molting berkaitan untuk pertumbuhan jaringan atau otot. Pemicu
terjadinya peristiwa molting adalah hormon ekdison yang dihasilkan oleh kelenjae
endokrin tertentu (misalnya, kelenjar protorak pada serangga) (Katawi,2001).
Hormon ekdison akan diedarkan melalui aliran darah dan bekerja secara
langsung terhadap sel-sel epidermis. Hormon ini akan menyebabkan lapisan
epidermis memisah dari kutikula lama dan mulai mensekresi epikutikula baru.
Selanjutnya epidermis mulai mensekresi cairan molting yang mengandung enzim
protease dan khitinase. Pada dasarnya enzim tersebut tidak mencerna
eksokutikula, epikutikula baru, saraf, dan persendian, tetapi hanya berfungsi
mencerna endokutikula. Akibat dari keadaan tersebut hewan tetap bisa bergerak
semampunya. Hasil dari proses ini digunakan untuk menghasilkan kutikula baru.
Setelah endokutikula lama terpisah dari epikutikula baru, epidermis mensekresi

prokutikula baru. Prokutikula baru tersebut kemudian terdeferensiasi menjadi


eksokutikula dan endokutikula baru. Eksokutikula lama akhirnya lepas pada saat
arthopoda membesarkan tubuhnya dengan mengisap udara atau cairan. Tempat
sobeknya kutikula yaitu di bagian kepala, kemudian diikuti oleh tubuh bagian
belakang yang akhirnya hewan bisa keluar dari kutikula lama. Arthopoda
membutuhkan waktu beberapa menit agar dirinya terlepas dari eksoskeleton lama.
Selama proses tersebut hewan harus tetap memertahankan pembesaran tubuhnya
agar kutikula yang baru cukup besar untuk pertumbuhan tubuh selanjutnya. Pada
kondisi tersebut hewan mudah sekali diserang oleh musuhnya (Kastawi, 2001).

10

Gambar Tahapan proses molting pada kepiting


Otot
Otot terletak pada permukaan dalam eksoskeleton akibat adanya sel-sel
epidermis yang khusus. Peregangan dan pengkerutan antara keping-keping tubuh
diakibatkan oleh kontraksi otot dimana otot dan kutikula bekerja bersama seperti
suatu sistem perangkat. Susunan otot yang menunjang pergerakan arthopoda
berbeda dengan yang dimiliki annelida. Pada annelida otot membentuk lapisan
longitudinal dan sirkuler yang terletak dibawah epidermis. Kontraksi kedua
macam otot tersebut berfungsi sebagai skeleton hydrostatik. Namun pada
arthopoda memiliki perbedaan lokomosi termasuk sebuah skeleton eksternal,
untuk itu otot silindervterbagi menjadi berkas-berkas otot lurik yang terletak pada
permukaan dalam sistem rangka (Kastawi, 2001).
Saluran Pencernaan
Saluran pencernaan terdiri atas 3 daerah. Usus depan atau stomadeum dan
usus belakang atau proctodeum merupakan daerah ektodermal dan dilapisis
dengan khitin. Usus tengah mungkin berasal dari mesoderm tidak dilapisis kitin.
Panjang, diameter, dan pembagian saluran pencernaan menjadi berbagai bagian
berhubungan erat dengan kebiasaan makanan suatu spesies dan cukup berbeda
dalam kelompok yang berbeda.

11

Sistem pernafasan
Sistem pernafasan pada arthopoda terdapat dua tipe yaitu pada fase larva,
serangga air insang yang telah berkembang dengan baik untuk mengabsopsi
oksigen dari air, pada fase dewasa menggunakan udara bebas yang terdapat di
permukaan melalui trakea.

Gambar Pernafasan pada serangga


Udara masuk menuju Trakea melalui spirakel (lubang kecil) yang
terdapat pada eksokeleton (epidermis) yang berfungsi sebagai jalur masuk
oksigen ke dalam tubuh. Selama terbang spirakel akan terbuka untuk
memasukkan udara

dan ketika arthopoda istirahat

spirakel akan tertutup.

arthopoda menggunakan udara yang tersimpan pada kantung udaranya pada saat
istirahat. Selanjutnya udara dari Trakea akan masuk menuju pembuluh-pembuluh
Trakea yaitu Trakeolus. Pertukaran gas merupakan interaksi antara trakeolus
dengan sel-sel tubuh.
Pada serangga air yang berukuran kecil, luas permukaan tubuhnya lebih
besar daripada volumenya, sehingga difusi O2 dapat berjalan dengan baik.
Pada serangga air yang berukuran besar, udara akan dikumpulkan melalui
mekanisme kontraksi menuju ke kantung udara (airsacs). Sistem pernafasan
12

terbuka hanya digunakan oleh sebagian kecil serangga air dan umumnya
digunakan oleh serangga darat. Sistem pernafasan tertutup umumnya digunakan
oleh serangga air.
Sistem saraf
Arthopoda memiliki sebuah otak dan rangkaian saraf ventral yang pendek.
Otak terdiri atas beberapa pasang ganglion yang berfusi bersama. Otak dibedakan
atas beberapa bagian yang dikenal sebagai otak depan, otak tengah, dan otak
belakang. Tali saraf ventral biasanya terdiri atas sejumlah masa jaringan saraf dan
masing-masing terdiri atas beberapa pasang ganglion.
Sistem reproduksi
Sistem reproduksi pada serangga bervariasi tergantung jenisnya masingmasing, berikut sistem reproduksi pada serangga:
1. Bau (Odour)
Pada beberapa jenis serangga misalnya ngengat, memiliki kelenjar yang
memproduksi bau pada abdomen untuk mensekresikan Feromon. Senyawa
kimia ini menarik jantan sesame spesiesnya. Penjantan akan mendeteksi
feromon tersebut melalui antenanya sekalipun jumlahnya sedikit 10 -16 g.
Sekitar 46% pejantan dapat mendeteksi betina yang jaraknya sekitar 4 km dan
26% jantan dapat mendeteksi betina pada jarak 11 km. beberapa pejantan juga
mensekresikan feromon untuk menarik betina melakukan reproduksi.
2. Penglihatan (Vision)
Umumnya kupu-kupu mengidentifikasi lingkungan dengan melihat
variasi warna dan pergerakan. Pejantan akan mengimitasi warna dari betina.
Selain itu juga akan mengimitasi warna dari jantan-jantan lainnya. Beberapa
lalat jantan membentuk kawanan yang kokoh, kemudian para betina tertarik
dengan aksi yang dilakukan para jantan tersebut, masuk ke dalam kawanan
kemudian mencari pasangan. Lalat api jantan tertarik, kemudian menuju ke betina

13

karena adanya cahaya yang dipancarkan oleh betina tak bersayap. Pola cahaya
yang dipancarkan sangat spesifik pada organisme tertentu.
3. Suara (Sound)
Nyamuk jantan tertarik dengan variasi suara yang dihasilkan oleh
getaran sayap yang dihasilkan oleh betina. Beberapa serangga betina seperti
jangkrik, belalang dan sejenisnya tertarik dengan suara yang diproduksi oleh
para

jantan. Jangkrik menggunakan kemampuannya untuk menggali untuk

membangkitkan
abdomennya

suara.
untuk

Jangkrik

menggunakan

menghasilkan

suara.

ruang
Beberapa

tambahan
belalang

pada
daun

berkomunikasi menggunakan vibrasi substrat.


4. Alat reproduksi internal (internal genitalia)
Sistem reproduksi betina yaitu sepasang ovary, oviduk lateral dan oviduk
umum dan vagina. Umumnya setiap ovary tersusun oleh beberapa ovarioles
untuk memproduksi telur yang berlimpah. Kebanyakan arthopoda betina juga
memiliki satu atau beberapa spermathecae dimana sperma dapat disimpan
beberapa lama dan dapat dirawat dengan sekresi dari kelenjar spermathecal.
Telur-telur yang akan diletakkan telah dilengkapi dengan pelindung dan kelenjar
asessoris sehingga telur-telur dapat merekat pada substrat.
Sistem reproduksi jantan terdiri dari sepasang testis (tempat produksi
testis), vas deferens (tuba dari testis), vesikel seminal (tempat penyimpanan
sperma),

kelenjar

assessories

(yang

menyediakan

cairan

seminal

dan

spermatofora) dan pembuluh kontraksi.


Strategi perkawinan
Umumnya arthopoda melakukan tarian untuk memikat betina untuk
selanjutnya melakukan reproduksi. Para jantan dapat saling berkompetisi satu
sama lain untuk memperebutkan betina dengan cara membandingkan ukuran
tubuhnya. Beberapa arthopoda betina tidak akan melakukan reproduksi kecuali
bila jantan telah memiliki wilayah dan sumber makanan yang memadai.

14

Tipe reproduksi
1

Ovipar. Umumnya betina memiliki ovipositor (genital eksternal) untuk

2
3

membantu meletakkan telur pada substrat.


Vivipar. Telur-telur dikandung lalu menetas didalam tubuh betina.
Paedogenesis. Reproduksi premature. Misalnya beberapa sel telur lalat
kecil berkembang menjadi larva secara parthenogenesis kemudian keluar

melalui kulit induk betina


Satu embrio dapat menghasilkan banyak individu melalui pembelahan sel
pada perkembangan awal sel

Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan reproduksi, utamanya pada


serangga laut adalah potongan sampah plastik. Adanya potongan sampah
plastik ini memungkinkan serangga untuk meletakkan telurnya, dibandingkan
bahan-bahan alami seperti kayu atau cangkang moluska. Sedangkan sampah
plastik tersebut dapat menyebabkan ikan-ikan tersedak.
Klasifikasi
Dalam klasifikasi terdapat kingdom atau dunia animalia dapat terbagi
menjadi beberapa filum seperti filum vennes dan filum Arthopoda. Yang termasuk
filum vennes yaitu Platyhelmintes, Nemathelmintes, dan Annelida. Sedangkan
yang termasuk filum arthopoda yaitu Crustacea, Aracnida, Insecta dan Myriapoda
(Chilopoda dan Diploda) (Radiopoetra, 1996).
Filum arthopoda dibagi menjadi empat sub-filum yaitu Trilobita (t),
Chelicerata, Onychophora dan Mandibulata. Semua anggota Trilobita sudah
punah tetapi kemungkinan masih ada sifat yang dapat dijumpai pada arthopoda
primitif.mereka kehilangan apendik daerah kepala. Chelicerata berbeda dari
Mandibulata tentang dua hal utama yaitu chelicerata tidak memiliki antena dann
mandibula. Adapun semua anggota Mandibulata memiliki antena sebagai apendik
pertama yang terletak diujung anterior dan memiliki mandibula (Kastawi, 2001).
Subfilum Chelicerata memiliki kelas Pycnogonidea, Merostomata (habitat
air laut), kelas Arachnidea (laba-laba, tungau), kelas Tradigrada, dan kelas
Pentastomoidea. Subfilum Mandibulata merupakan subfilum terbesar meliputi

15

kelas Crustacea, Insecta, Chilopoda, Diplopoda, Pauropoda, dan Symphyla.


Subfilum Mandibulata ini didominasi oleh dua kelas yaitu Crustacea dan Insecta.
Anggota kelas Crustacea dapat dibedakan dari anggota kelas Insecta dengan
dimilikinya dua pasang antena yang terletak di kepala, sedangkan insecta hanya
memiliki satu pasang antena. Kelas Chilopoda dicirikan oleh satu pasang kaki
setiap segmen tubuhnya, sedangkan kelas Diplopoda memiliki dua pasang kaki
setiap segmennya. Kelas Pauropoda dan Symphyla merupakan arthopoda
terestrial yang berukuran kecil dan kurang diketahui afinitasnya (Katawi, 2001).

Dasar morfologi untuk klasifikasi Arthopoda (Harris, 1992)


Sub Filum Trilobita (t)
Anggota sub filum trilobita merupakan arthopoda laut yang primitif dan
sangat melimpah pada masa Paleopose, terdiri atas 4000 spesies. Tubuh berukuran
10-675 nm. Terbagi oleh dua alur yang memanjang menjadi tiga cuping. Tubuh
dilindungi oleh cangkang bersegmen yang keras. Kepala jelas, terdiri atas empat
segmen tubuh yang berfusi, memiliki sepasang antenula, empat pasang apendik
biramus dan sepasang mata majemuk (compound) (Kastawi, 2001)

16

Torak terdiri atas 2 sampai 29 somit dan somit abdominal berfusi pada
keing kaudal atau pygidium. Semua somit kecuali yang terakhir memiliki anggota
tubuh biramus terdiri dari kaki jalan sebelah dalam dan kaki jalan sebelah luar
membawa filamen yang kemungkinan berfungsi sebagai organ respirasi.
Perkembangan hewan ini terdiri atas tiga stadium larva yaitu ronauplius
(protapsis)merupakan stadium larva pertama. Stadium kedua adalah merapsis
dicirikan bahwa tubuh menjadi lebih jelas. Stadium akhir adalah larva holapsis
dengan ciri bahwa penampakannya seperti hewan dewasa (Kastawi, 2001).

Trianthus eatoni (Harris, 1992)

17

Sub Filum Chelicerata


Anggota dari sub filum ini berbeda dari mandibulata dalam bentuk tubuh
dan apendiknya. Mereka umumnya hewan terestial, hidup bebas berukuran kecil
dan umumnya banyak ditemukan dilingkungan kering daripada ditempat lain.
Beberapa anggota hewan ini memiliki kelenjar racun dan gigi racun atau taring
yang berfungsi membunuh insekta dan hewan kecil lainnya yang meruakan
makanannya. Laba-laba dan beberapa Arachnida lainnya mensekresikan benang
dari sutra . benang tersebut digunakan untuk membangun sarang, tempat
perlindungan, dan tempat telur serta tujuan lainnya.
Ciri-ciri umum dari sub filum Chelicerata adalah;
1

Tubuh dibedakan atas dua bagian yaitu sefalotorak (prosoma) dan


abdomen (episthosoma) (kecuali acarina). Memiliki 6 pasang apendik
yaitu kelisera, podipalus, dan 4 pasang kaki yang semuanya terletak pada

sefalotorak. Tidak memiliki antena atau mandibula.


Bagian-bagian mulut dan saluran pencernaan umumnya untuk fungsi

3
4

penusuk, beberapa diantaranya memiliki kelenjar racun.


Respirasi menggunakan paru-paru buku, trakea atau insang.
Ekskresi menggunakan tubulus malpighian atau kelenjar koksal, atau

dengan menggunakan kedua organ tersebut.


Sistem saraf terdiri atas ganglion dorsal (sebagai otak), dan tali saraf
ventral yang memiliki pasangan ganglia. Mata biasanya sederhana dan

berpasangan, pada ermukaan tubuh memiliki rambut-rambut taktil.


Berkelamin terpisah, lubang kelamin berjumlah satu (atau dua) yang
terletak pada anterior abdomen. Fertilisasi biasanya secara internal,

utamanya bertelur (ovipar), erkembangan langsung atau melalui fase larva.


Hidup terestrial dan hidup soliter, yang lainnya hidup bebas dan bersifat
predator atau parasitik.

Ukuran tubuh anggota subfilum ini bervariasi dari yang memiliki panjang
tubuh hanya 0,5 mm (kelompok tungau) sampai yang terpanjang 500 mm(20 in)
yaitu Limulus.

18

Anggota sub filum ini terdiri atas lima kelas yaitu kelas Pycnogonoidea, kelas
Merostomata, kelas Arachnoidea, kelas Tardigrada, dan kelas Pentastomoidea.
A. Kelas Pycnogonidea
Anggota kelas ini habitatnya di laut, biasanya disebut dengan laba-laba
laut. Hewan ini memiliki 4 mata dan kaki panjang yang mendominasi sebaian
besar tubuh. Sekitar 600 spesies Pycnogonidea memiliki 4 pasang kaki yang
panjang, tetapi sebagian kecil spesies memiliki 5 atau 6 pasang kaki. Setiap kaki
terdiri atas 9 segmen. Pada beberaa spesies apabila kakinya direntangkan dapat
mencapai panjang 70 cm. namun yang khas panjangnya kurang dari 1 cm.
berkelamin terpisah dan hewan jantan dari beberapa spesies memiliki sepasang
kaki tambahan yang disebut kaki ovigerous (=ovigers) yang berfungsi
mengumpulkan dan mengerami telur yang telah dibuahi. Larva Pycnogonidea
memiliki 3 pasang kaki. Hewan ini biasanya berada disekitar Porifera, hydroid,
karang lunak, Anemon, dan remis. Dengan menggnakan proboscisnya hewan ini
memakan bagian yang lunak dari hewan-hewan disekitarnya. Beberapa spesies
tidak memiliki chelicera. Pencernaan terjadi di sel-sel mukosa dari saluran
pencernaan. Slauran pencernaan ini bercabang-cabang sampai ke ujung kaki.
Spesies Pycnogonidea tidak memiliki sistem respirasi atau ekskresi (Kastawi,
2001).

19

Bagian dorsal tubuh


Pycnogonidea

jantan

Nymphon rubrum (Harris, 1992)


B. Kelas Merostomata
Ciri khasnya bersifat akuatik dengan tubuh yang dibedakan atas
sefalotorak (prosoma) dan abdomen. Sefalotorak membawa sepasang mata
majemuk dan sepasang mata sederhana atau ocelli. Di abdomen terdapat apendik
berpasangan yang membawa insang dari sebuah duri panjang (telson) (Kastawi,
2001). Kelas Merostomata diisi oleh Eurypterida, yang mana semua anggotanya
sekarang sudah punah, dan Xiphosurida, atau kepiting tapal kuda, yang
merupakan sebuah kelompok kuno yang terkadang disebut "fosil hidup
(Hickman et al., 2008).
o

Eurypterida
Eurypterida, atau kalajengking air raksasa adalah yang terbesar dari semua
fosil arthropoda dengan beberapa mencapai panjang 3 m. Dari fosil yang
ditemukan diketahui bahwa Eupterida hidup dari masa Kambrium ke periode
Permian (Hickman et al., 2008). Artinya Eupterida punah sekitar 250 juta tahun
lalu. Bentuknya seperti kalajengking, memiliki sefalotorak yang kecil dan
abdomen tersusun atas 12 segmen (Kastawi, 2001). Kepala mereka memiliki
enam segmen dan memiliki dua mata sederhana dan majemuk serta chelicerae dan
pedipalpus. Eurypterida juga memiliki empat pasang kaki berjalan (Hickman et
al., 2008). Contoh anggota subkelas ini adalah Euripterus, Pterygotus, dan
Stylonurus.

20

Gambar. Fosil Eupterida


Sumber : Hickman et al., 2008)

Xiphosurida
Xiphosurida merupakan hewan penggali, hidupnya di pasir. Tubuh coklat

dengan panjang 60 cm Ada 3 genus dari kepiting sepatu kuda ini yang masih
hidup, antara lain Xyphosura polyohemus (Kastawi, 2001). Xiphosurida tidak
bersegmen dan memiliki karapas berbentuk tapal kuda dan abdomen yang luas,
telson (bagian ekor) panjang. Pada cephalothorax terdapat chelicerae, sepasang
pedipalpus, dan empat pasang kaki berjalan, sedangkan abdomen terdapat enam
pasang yang meluas, pelengkap tipis yang menyatu di garis median. Ada dua
lateral, mata yang belum sempurna dan dua mata sederhana pada carapace.
(Hickman et al., 2008)
Sistem pencernaan makanan dipegang menggunakan chelicera, dikunyah
dengan menggunakan dasar kaki berjalan. Perburuan biasanya pada malam hari
dan dilakukan pada cacing dan moluska kecil (Hickman et al., 2008). Sistem
respirasi menggunakan insang buku (datar seperti daun) yang berada pada lima

21

pelengkap perut, di bawah opercula insang. Kepiting tapal kuda berenang dengan
memakai pelat perut dan bisa berjalan dengan kaki berjalan.
Saat musim reproduksi datang, ribuan pasangan kepiting tapal kuda ini
datang ke pantai saat pasang untuk kawin. Betina menggali pasir meletakkan
beberapa ratus telur berwarna kehijauan. Jantan yang lebih kecil dari betina
mengikuti dan meletakkan sperma diatas sel telur sebelum hewan betina menutup
telur tersebut dengan pasir (Kastawi, 2001). Kepiting tapal kuda bertelur pada saat
pasang naik dari bulan penuh dan bulan baru pada musim semi dan musim panas.
Telur yang dihangatkan oleh matahari dan terlindung dari gelombang sampai
menetas. Larva muda akan kembali ke laut, dibawa oleh air pasang yang lain.
Larva tersegmentasi dan sering disebut "larva trilobite" karena mereka
menyerupai trilobite (Hickman et al., 2008).

C. Kelas Arachnida

22

Gambar. Bagian eksternal laba-laba


Sumber : Hickman, et al., 2008

Arachnida kebanyakan hidup bebas dan yang paling umum dalam daerah
hangat, atau kering (Hickman et al., 2008). Anggotanya sangat banyak
diantaranya laba-laba, kalajengking, dan tungau. Arachnida tidak memiliki
antenna juga rahang yang sesungguhnya (Kastawi, 2001). Semua arakhnida
memiliki dua tagmata: a cephalothorax (kepala dan dada) dan abdomen, yang
mungkin atau mungkin tidak tersegmentasi. Bagian abdomen menjadi tempat
organ reproduksi dan organ pernafasan seperti tracheae dan paru-paru buku
(Hickman et al., 2008)
Ordo Araneae: Laba-Laba
Tubuh terdiri atas sefalotorak yang tidak terbagi dan abdomen yang
biasanya lunak dan tidak bersegmen. Pada sefalotoraks terdapat 6 pasang
apendiks. Antenna tidak ada, sehingga fungsi sensori dikerjakan oleh kaki jalan.
Pasangan pertama apendik disebut kelisera dan pada beberapa spesies terdiri atas
dua bagian yaitu mandibular (basal) dan kuku (di ujung). Pasangan kedua apendik
adalah pedipalpus, dengan bagian dasar yang disebut maksila yang berfungsi
sebagai pemotong makanan. Pada hewan jantan pedipalpus memiliki fungsi
tambahan yaitu organ kopulasi (Kastawi, 2001).

Terdapat 4 pasang kaki yang terletak di belakang pedipalpus. Setiap kaki


terdiri atas 7 bagian, koksa, trochanter, femur, patella, tibia, metatarsus, tarsus dan
berakhir dengan 2 cakar dan juga terdapat rambut yang membantu laba-laba

23

bergantung pada dinding. Dasar dari kaki tertentu kadang berfungsi sebagai
rahang. Sternum terletak diantara kaki, dan labium terdapat antara maksila. Mata
berjumlah 8 yang terletak di kepala bagian depan. Mulut merupakan suatu lubang
kecil yang terletak pada dasar pedipalpus (maksila) yang berfungsi untuk
menghisap cairan, sebab laba-laba tidak memakan makanan keras (Kastawi,
2001).
Abdomen dihubungkan dengan sefalotoraks melalui pedikel. Mendekati
akhir ujung abdomen pada permukaan ventral terdapat lubang kelamin, yang
dilindungi oleh sepasang apendik yang berfungsi bersama membentuk suatu
lempeng disebut epigium. Berdekatan dengan epigium terdapat lubang berbentuk
celah yang merupakan kelanjutan organ reproduksi atau paru-[aru buku. Beberapa
laba-laba juga memiliki trakea yang membuka pada ujung belakang permukaan
ventral tubuh. Dibelakang lubang trakeal terdapat tiga pasang tuberlkel atau
spinneret yang berfungsi penghasil benang untuk pembuatan sarang dan tujuan
lain yang disekresikan dari kelenjar di dalam abdomen. Anus terletak di belakang
spinneret (Kastawi, 2001).
Semua laba-laba predator, sebagian besar memakan serangga, yang mereka
secara efektif mengirimkan racun dari taring mereka. Beberapa laba-laba
mengejar mangsa; lainnya menyergap; dan banyak yang menjebak mereka dalam
jaring laba-laba. Setelah laba-laba menangkap mangsanya dengan chelicerae dan
menyuntikkan racun, jaringan mangsa akan mencair dengan begitu laba-laba
dapat menghisap cairan jaringan mangsa yang dihasilkan ke dalam perutnya.
Laba-laba dengan gigi di pangkal chelicerae melumatkan atau mengunyah
mangsa, pencernaannya dibantu oleh enzim dari mulut mereka (Hickman et al.,
2008).

24

Gambar.

Anatomi Laba-Laba

Sumber : Hickman, et al., 2008


Sistem pencernaan terdiri dari mulut, esophagus, lambung, penghisap yang
digerakkan oleh otot yang meluas dari permukaan dorsal, lambung utama terdapat
di sefalotoraks dengan lima pasang seka atau kantung yaitu satu terletak di dorsal
dan lainnya menuju ke masinh-masing kaki, usus yang terletak di abdomen yang
berhubungan dengan saluran dari kelenjar pencernaan (hati) dan berlanjut ke
retiktum dimana terdapat kantung sterkoral dan berakhir ke anus.
Sistem sirkulasi terdiri atas jantung berbentuk tabung. Bersifat muscular
dan konraktil terletak di abdomen bagian dorsal yaitu di dalam rongga
pericardium dengan tiga pasang lubang atau ostia. Terdapat pembuluh darah aorta
yang terletak di anterior dan posterior jantung. Aorta posterior menuju ke bagian
posterior tubuh, sedangkan aorta anterior melalui pembuluh kapiler menuju ke
lambung, kaki, mata, dan kelenjar racun. Darah tidak berwarna, mengandung
korpuskel yang bersifat amuboid, dan hemosianin sebagai pigmen respirasi.
Jantung memompa darah melalui aorta dan masuk se sinus diantara jaringan
selanjutnya menuju ke paru-paru buku untuk pertukaran gas dan darah kembali ke
rongga pericardium melalui vena pulmonary kemudian masuk ke jantung melalui
ostia
Laba-laba bernapas dengan menggunakan paru-paru buku atau trakea atau
keduanya. Paru-paru buku terdiri dari banyak kantong udara paralel memanjang
ke dalam pembuluh darah. Udara memasuki ruangan melalui celah di dinding

25

tubuh. trakea membentuk sistem tabung udara yang membawa udara langsung ke
darah dari sebuah lubang yang disebut ventilator (Hickman et al., 2008).
Organ ekskresi terdiri dari tubulus Malpighi yang bermuara ke dalam usus
dan sepasanag atau dua pasang kelenjar koksal yang terdapat di sefalotorak.
Kelenjar koksal kadang kala mengalami degenerasi dan lybang muaranya sulit
ditemukan. Kelenjar tersebut homolog dengan kelenjar hijau pada crustacean.
Laba-laba berkelamin terpisah. Sebelum kawin, laki-laki membuat putaran
jaring kecil, mengendapkan tetesan sperma di atasnya, dan kemudian mengambil
sperma yang akan disimpan dalam rongga khusus pedipalpusnya. Ketika laba-laba
berpasangan, jantan akan memasukkan pedipalpus nya ke dalam lubang kelamin
betina untuk menyimpan sperma dalam wadah sperma pasangannya ini. Laba-laba
betina bertelur di jaring laba-laba, yang mana dapat dibawa atau ditempelkan pada
jaring atau tumbuhan. Sebuah kepompong mungkin berisi ratusan telur, yang
menetas sekitar dua minggu. Laba-laba muda biasanya tetap berada di kantung
telur

selama

beberapa

minggu

dan

berganti

kulit

sekali

sebelum

meninggalkannya. Jumlah pergantian kulit dapat bervariasi, tetapi biasanya


berkisar antara empat dan dua belas sebelum mencapai dewasa (Hickman et al.,
2008).
Sistem saraf laba-laba terdiri atas ganglion bilobus yang terletak diatas
esophagus (Kastawi, 2001).

Laba-laba biasanya memiliki delapan mata

sederhana, masing-masing dengan lensa, batang optik, dan retina. Mata tersebut
digunakan terutama untuk persepsi objek bergerak, tetapi pada laba-laba pemburu
dan jumping spider, dapat membentuk gambar. Sejak penglihatan laba-laba sering
lemah, kesadaran atas lingkungannya tergantung pada mechanoreceptors kutikula,
seperti setae sensorik (sensilla). setae halus yang menutupi kaki dapat mendeteksi
getaran di jaring, perjuangan mangsa, atau bahkan gerakan udara (Hickman et al.,
2008)
Jaring spiral merupakan khas dari laba-laba. Kemampuan untuk menyusun
benang secara berputar ini merupakan pusat kehidupan laba-laba. Dua atau tiga
pasang pemintal yang berisi ratusan tabung mikroskopis disekresikan kelenjar jala

26

perut. Skleroprotein disekresikan sebagai cairan dari pemintal untuk pengerasan


agar terbentuk benang. Benang laba-laba lebih kuat dari benang baja berdiameter
sama (Hickman et al., 2008). Laba-laba menggunakan benang untuk berbagai
tujuan yaitu sebagai sarang, jaring sperma atau kantung telur, garis jembatan, dan
untuk membungkus mangsa. Tidak semua laba-laba memintal jaring perangkap.
Beberapa laba-laba melempar bolus lengket dari jaring untuk menangkap mangsa
mereka (Hickman et al., 2008).
Ordo Scorpiones: Kalajengking
Kalajengking melimpah di daerah tropical dan subtropical, bersembunyi di
bawah batu atau lubang pada siang hari dan aktif pada malam hari untuk berburu.
Arachnida bertubuh panjang dengan pedipalpus yang besar, kelisera kecil, dan
segmen abdomen yang terdiri dari 12 segmen dengan ujung terminal berbentuk
duri runcing. Tubuh dibedakan atas sefalotorak (prosoma) dan sebuah abdomen
yang terdiri atas dua bagian yaitu anterior (mesosoma) yang bersifat tebal dan
ekor seperti tabung (metasoma) (Kastawi, 2001).

Gambar.Permukaan ventral kalajengking.


a. Preabdomen ; b. postabdomen ; c. pedipalpus; d. kaki jalan pertama; e chelucera
; f. gnathobase ; g. lubang genital ; h. gonophore ; I. pectin ; j. spirakel dari paruparu buku; k. penyengat
Sumber : Kastawi, 2001

27

Sistem respirasi menggunakan paru-paru buku yang berjumlah 4 pasang


dan bermuara pada stigma yang terletak pada permukaan bawah abdomen segmen
III-VI. Di sisi ventral perut terdapat pectines, yang berfungsi sebagai organ taktil
untuk menjelajahi tanah dan untuk pengakuan seks. Penyengat pada segmen
terakhir terdiri dari dasar bulat dan duri melengkung yang menyuntikkan racun.
Racun dari sebagian besar spesies tidak berbahaya bagi manusia tetapi dapat
menghasilkan pembengkakan yang menyakitkan. Namun, sengatan spesies
tertentu dapat berakibat fatal kecuali antivenom diberikan. Secara umum, spesies
yang lebih besar cenderung kurang berbisa dibandingkan spesies yang lebih kecil
dan mengandalkan kekuatan mereka lebih besar untuk mengalahkan mangsa
(Hickman et al., 2008). Kalajengking menangkap mangsa dengan pedipalpus dan
disobek-sobek secara lambat oleh kelisera. untuk hewan besar, pertama diparalisis
menggunakan telason.
Kalajengking berkelamin terpisah. Proses perkawinan dilakukan dengan
tarian yang kompleks, jantan memegang chelae perempuan kemudian ia
melangkah bolak-balik. Kemudian jantan akan menyengat betina di pedipalp nya
atau di pinggir cephalothorax nya. Tindakan menyengat lambat dan disengaja, dan
penyengat tetap dalam tubuh betina selama beberapa menit. Kedua individu tetap
diam selama waktu itu. Akhirnya, jantan memasukkan spermatophore dan
menarik perempuan di atasnya sampai massa sperma telah seluruhnya ke dalam
lubang betina. Kalajengking bersifat vivipar dimana betina menyimpan anak
mereka dalam saluran reproduksinya. Setelah beberapa bulan sampai satu tahun
perkembangan anak dapat mencapai 1 sampai lebih dari 100 anak muda yang
diproduksi, tergantung pada spesies. Kalajengking muda, panjangnya hanya
beberapa milimeter, merangkak ke punggung ibu mereka sampai setelah mereka
pertama meranggas. Kalajengking muda mencapai dewasa dalam 1 sampai 8
tahun dan dapat hidup selama 15 tahun.
Ordo Acari: Tungau
Banyak spesies tungau sepenuhnya hidup bebas. Habitatnya tersebar
dimana saja, dilaut maupun di darat bahkan di gurun. Hidup berparasit pada
hewan maupun tumbuhan. Kebanyakan tungau panjangnya 1 mm atau kurang.

28

tungau laut, tetapi sebagian besar spesies akuatik hidup di air tawar. Mereka
memiliki panjang, setae mirip rambut pada kaki mereka untuk berenang, dan larva
mereka mungkin parasit pada invertebrata air. (Hickman et al., 2008).

Gambar.

Tungau

Sumber : Hickman et al., 2008


Acarines berbeda dari semua arakhnida lain dalam memiliki fusi lengkap
cephalothorax dan abdomen, dengan tidak ada tanda-tanda divisi eksternal atau
segmentasi. Mulut pada proyeksi anterior kecil, kapitulum, yang terutama terdiri
dari pelengkap makan sekitar mulut. Di setiap sisi mulut mereka adalah chelicera,
yang berfungsi dalam menusuk, merobek, atau mencengkeram makanan. Bagian
perut basis sekering pedipalpus untuk membentuk hypostome, sedangkan sebuah
mimbar, atau tectum, meluas di bagian punggung atas mulut mereka. Tungau
dewasa biasanya memiliki empat pasang kaki, walaupun mungkin ada hanya satu
sampai tiga dalam beberapa bentuk khusus (Hickman et al., 2008).
Kebanyakan acarines mentransfer sperma langsung, tapi banyak spesies
menggunakan spermatophore. Sebuah larva dengan enam kaki menetas dari telur,
dan satu atau lebih tahap nymphal berkaki delapan mengikuti sebelum tahap
dewasa tercapai (Hickman et al., 2008).
D. Kelas Tardigrada
Tardigrada atau beruang air hidup di dalam lumut atau pasir yang lembab
serta di dalam air tawar atau air asin. Mereka memiliki tubuh memanjang,
silindris, atau oval yang tak bersegmen. Tubuh dapat dibedakan atas kepala dan

29

badan. Badan terdirindari 4 segmen tubuh yang berfusi. Setiap segmen tubuh
memiliki sepasang kaki yang pendek dan tebal. Kaki tersebut tidak bersegmen
namun diujung kaki terdapat 4 sampai 9 cakar yang runcing. Kepala hanyalah
bagian anterior. Cakar tardigrada ditutupi oleh kutikula takberkitin (Hickman et
al., 2008)
Tidak memiliki sistem sirkulasi, respirasi dan ekskresi. Sistem saraf
berkembang baik. Jenis kelamn terpisah dengan telur berukuran besar dan anak
yang baru menetas hanya memiliki 3 pasang kaki.
Mulut tardigrada membuka ke tabung bukal yang bermuara ke dalam faring
berotot disesuaikan untuk mengisap. Dua bentukan seperti jarum stylets mengapit
tabung bukal dapat menonjol melalui mulut. stylets menembus tanaman atau selsel hewan, dan faring mengisap cairan isi. Beberapa tardigrada menyedot jus
tubuh nematoda, rotifera, dan hewan kecil lainnya, sementara yang lain parasit
pada hewan yang lebih besar seperti teripang atau teritip. Di persimpangan usus
dan dubur, tiga kelenjar, dianggap sebagai organ ekskresi dan sering disebut
tubulus Malphigi, menyambung ke dalam sistem pencernaan. (Hickman et al.,
2008)

Gambar. Tardigrada
a. Papilla; b. esophagus ; c. spikula kalkareus ; d. otot spikula ; e. faring ; f. kelenjar ludah; g. perut ; h. ovary ; i. kelen
Sumber : Kastawi, 2001

30

E. Kelas pentastomoidea
Berbentuk seperti cacing dan kesemua anggotanya bersifat patrasitik.
Hewan ini dulunya dikelompokkan bersama cacing namun ternyata morfologi
hewan dase dewasa dan fase mudanya memberkan ciri Arthropoda. Tubuh tidak
bersegmen walaupun dinding tubuhnya terdiri atas lingkaran-lingaran (Kastawi,
2001). Saat dewasa panjangnya berkisar dari 1 sampai 13 cm. Cincin melintang
memberikan penampilan yang tersegmentasi pada tubuh mereka yang ditutupi
dengan kutikula tak berkitin dan sangat berpori yang molted berkala selama tahaptahap larva. Akhir anterior memiliki lima tonjolan pendek (maka dinamakan
Pentastomida). Empat diantaranya terdapat cakar bekitin, dan yang kelima
terdapat mulut. Ada sistem pencernaan lurus sederhana, disesuaikan untuk
mengisap darah dari tuan rumah. Sistem saraf, mirip dengan yang arthropoda
lainnya, telah dipasangkan ganglia sepanjang tali saraf ventral. Satu-satunya
organ-organ indera tampak papila. Tidak ada peredaran darah, ekskresi, atau organ
pernapasan. (Hickman et al., 2008).

31

Gambar.

Anatomi dan morfologi Pentastomoidea

Sumber : Hickman et al., 2008


Jenis kelamin terpisah, dan betina biasanya lebih besar daripada laki-laki.
Seorang wanita dapat menghasilkan beberapa juta telur, yang melewatkan trakea
dari tuan rumah, tertelan, dan keluar dengan kotoran. Larva menetas s dengan
empat kaki kekar. Kebanyakan pentastomid siklus hidup memerlukan host
vertebrata antara seperti ikan, reptil, atau, jarang, mamalia, yang dimakan oleh
host defi kognitif vertebrata. Setelah konsumsi oleh hospes perantara, larva
menembus usus, bermigrasi secara acak di dalam tubuh, dan akhirnya
bermetamorfosis menjadi nimfa. Setelah pertumbuhan dan beberapa molts, nimfa
akhirnya aktif. Ketika dimakan oleh sejumlah predator, pentastomoidea muda
akan bermigrasi ke paru-paru, memakan darah dan jaringan. (Hickman et al.,
2008)
Sub Filum Onychopora
Kata Onychopora berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari kata onyx :
cakar dan phora : membawa. Karakter umum subfilum ini yaitu sebagai berikut.
1. Bentuk tubuhnya seperti cacing dengan 14-43 pasang kaki (lobopodia).
Panjang tubuhnya mulai 1,4 cm sampai 15 cm.
2. Rongga tubuhnya hemocoel.
3. Memiliki kelenjar lumpur yang hasil sekresinya dikeluarkan melalui papilla
oral.

32

4. Saluran pencernaan lengkap.


5. Sistem saraf memiliki ganglion kepala dan dua tali saraf longitudinal.
6. Metanefridium dengan lubang yang terletak dekat kaki.
7. Jantung berbentuk tubular, terletak disebelah dorsal, sistem sirkulasi terbuka.
8. Kerangka tubuh bersifat hidrostatis.
9. Pergerakan tubuh akibat kontraksi peristaltik yang dibantu dengan lobopodia.
10. Pernapasan menggunakan tabung tracheal.
11. Habitat terestrial khususnya pada habitat lembab.
12. Unisex.
Beberapa ahli zoologi menganggap bahwa onychopora merupakan bentuk
pertengahan antara annelida dan arthropoda. Kemiripan dengan arthropoda terlihat
adanya kutikula yang berkitin, jantung tubular yang terletak di dalam tubuh
sebelah dorsal, sistem sirkulasi terbuka, hemocoel sebagai rongga tubuh utama,
memiliki lubang pernapasan (trabekula), dan tubuh bersegmen-segmen.
Sedangkan kondisi yang membedakan onychopora dengan arthropoda adalah
kutikulanya tidak mengeras, apendik tidak bersendi, tidak memiliki ganglion
thorak dan abdomen, dan pembuka trakea tidak dapat menutup sehingga
mengakibatkan onychophora hanya aktif pada malam hari saat lingkungan
lembab. Onychopora menangkap mangsanya menggunakan lumpur (bahan
perekat) pada jarak sekitar 30 cm dari mangsanya. Lumpur tersebut dihasilkan
oleh kelenjar lumpur yang bermuara pada papilla oral. Setelah mangsa terjerat,
onychopora akan meludahi tubuh mangsa, kemudian baru memakannya.
Ahli zoologi yang berpendapat bahwa Onychopora berhubungan dengan
Annelida melihat beberapa ciri morfologi tubuhnya yang seperti cacing dan pada
saat molting kutikula berupa potongan kecil, dan metanefridium bermuara pada
setiap kaki. Cara gerak mirip lebih mirip dengan annelida dibandingkan dengan
arthropoda, bergeraknya kaki (lobopodia) secara pasif akibat gelombang
peristaltik yang terjadi di sepanjang tubuhnya.
Subfilum Onychophora hanya terdiri dari satu kelas, yaitu kelas
Onychopora. Teerdiri dari 10 genus dan 80 spesies. Kesepeluh genus beserta
distribusinya adalah sebagai berikut.
1. Peripatus, di Amerika daerah tropis.
2. Oroperipatus, di Pasific.
3. Metaperipatus, di Chili.
33

4. Paraperipatus, di Inggris.
5. Mesoperipatus, di Afrika daerah barat-tengah.
6. Peripatopsis, di Afrika Selatan.
7. Ophisthopatus, di Afrika Selatan.
8. Peripatoides, di Australia, Tasmania, dan New Zealand.
9. Eoperipatus, di Sumatera dan Peninsula Malaysia.
10. Typhloperipatus, di tibet.
Contoh anggota kelas Onychopora adalah Peripatus. Hewan ini hidup di
dalam celah-celah batu, di bawah batang pohon dan batu, serta di dalam tempat
lembab yang gelap lainnya. Aktif hanya pada saat malam hari. Sebagai hewan
yang bergerak perlahan dari satu tempat ke tempat lain menggunakan kakinya,
maka 2 antena yang dimiliki bersifat sensitif untuk mendeteksi kondisi tanah
tempat dia berjalan. Disetiap dasar antena terdapat mata yang sensitif terhadap
cahaya sehingga menyebabkan hewan ini menjauh dari cahaya.

Gambar Anatomi Peripatus

34

Ketika Peripatus terganggu maka ia akan menyemburkan lumpur pada


jarak sekitar 30 cm dari sepasang kelenjar lumpur yang bermuara ke dalam papila
oral. Fungsi lumpur tersebut untuk menangkap mangsa yang berupa lalat, rayap,
dan hewan kecil lainnya. Selain itu juga berperan sebagai alat pertahanan dari
predator. Di sekitar mulut terdapat apendik yang telah mengalami modifikasi
menjadi rahang dan berfungsi untuk menyobek makanan menjadi potonganpotongan.
Sebagian besar spesies Peripatusbersifat vivipar. Seekor hewan betina
yang berukuran besar dapat menghasilkan 30-40 hewan muda setiap tahunnya.
Kondisi hewan muda saat lahir sama seperti hewan dewasa, hanya berbeda dalam
ukuran dan warna tubuhnya.
Pada bagian kepala Peripatus terdapat 3 pasang apendik yaitu antena,
papila oral, dan rahang. Selain itu terdapat sepasang mata yang sederhana dan
mulut yang terletak di sisi ventral kepala. Kaki berdaging berjumlah 17 sampai 40
pasang lebih, dan jumlah kaki ini berbeda-beda tergantung spesiesnya. Setiap kaki
memiliki cakar yang tajam.

Anus terletak pada ujung posterior tubuh, lubang kelamin terletak di antara
pasangan kaki terakhir, dan nefridiofor terletak pada setiap dasar kaki. Kulit
tertutup oleh papila, dan setiap papila membawa sebuah duri. Jumlah papila
banyak terutama pada antena, bibir, dan papila oral. Peranan papila tersebut

35

kemungkinan sebagai organ taktil. Lingkaran eksternal tubuh lebih banyak


jumlahnya daripada segmen-segmen internal.

Gambar. A: Permukaan Ventral Ujung Anterior, B: Permukaan ventral posterior


tubuh, C: Permukaan depan kaki
Sistem pencernaan sangat sederhana, terdiri atas satu faring yang
berotot,esophagus pendek, lambung yang panjang dan usus pendek. Sepasang
kelenjar ludah yang merupakan modifikasi dari nefridia bermuara kedalam rongga
mulut.

36

Jantung berupa tabung dorsal yang memiliki pasangan-pasangan ostia


berfungsi menghubungkan jangtung dengan rongga pericardium tempat jantung
berada. Rongga rubuh berupa hemocoel. Organ pernafasan berupa tabung udara
yang disebut trachea. Trakhea ini berakhir dengan pori-pori yang terletak pada
berbagai bagin tubuh. Organ ekskresi berupanefridia berjumlah satu disetiapdasar
kaki. Sestem saraf terdiri atas otak yang terletak dikepala bagian dorsal, dan
sepasang tali saraf ventral yang dihubungkan oleh beberapa saraf transfersal.
Hewan ini berkelamin terpisah (Kastawi et al, 2001).

37

Sub filum Mandibulata


Karakter special yang dimiliki anggota sub filum Mandibulata adalah
dimilikinya mandibula dan antenna. Sub filum ini terdiri dari enam kelas yaitu
kelas Chilopoda, Diplopoda, Crustacea, Insekta, Pauropoda dan Symphyla
(Kastawi et al, 2001).
A Kelas Chilopoda
Chilopoda berasal dari bahasa Yunani yaitu Chelios yang berarti bibir dan
podos, yang berarti kaki (Hickman et al, 2008). Tubuh pipih dorso-ventral dan
terdiri atas 15 sampai 173 segmen, yang setiap segmen tubuh membawa sepasang
kaki kecuali dua segmen terakhir dan satu segmen tepat di belakang kepala.
Segmen tersebut membawa sepasang cakar racun yang disebut maksilapoda untuk
membunuh mangsanya. Di daerah kepala terdapat sepasang antena panjang
dengan sedikitnya tersusun atas 12 segmen, sepasang mandibula dan dua pasang
maksila (Kastawi, et al 2001).
38

Gambar morfologi Chilopoda


Saluran pencernaan lurus dengan tiga pasang kelenjar ludah bermuara ke
mulut dan dua tubulus Malpighi yang panjang untuk ekskresi. Trachea bercabangcabang seperti pada serangga dan bermuara pada stigmata yang terletak hampir di
setiap segmen tubuh. Jantung terdapat dalam rongga pericardium dengan
sepasang ostia dan arteri lateral pada setiap segmen tubuh. Berkelamin terpisah,
setiap jenis kelamin memiliki gonad yang terletak di sebuah dorsal dan sepasang
kelenjar asesori yang dihubungkan ke lubang kelamin yang terletak di
ventraltubuh pada ujung posterior tubuh. Telur biasanya di letakkan di tanah, dan
pada Lithobius, telurnya satu dan ditutup dengan tanah (Kastawi et al., 2001).

39

Contoh dari kelas ini ialah lipan (Lithobius forficatus). Lipan suka tempattempat lembab seperti kulit kayu, dan batu. Mereka sangat lincah dan karnivora
dalam kebiasaan makan mereka, hidup dengan memakan cacing tanah, kecoa, dan
serangga lainnya. Mereka membunuh mangsanya dengan mereka cakar racun dan
kemudian mengunyahnya dengan rahang mereka (Hickman, et al., 2008).
B Kelas Diplopoda
Menurut Hickman et al (2008), Diplopoda berasal dari bahasa Yunani
yaitu, Diploo, yang berarti ganda dan podos atau kaki. Diplopoda disebut juga
Milipedes. Tubuh millipedes berbentuk subsilindrik , terdiri atas 25 sampai 100
segmen, dann jumlah tersebut tergantung spesiesnya. Hampir pada setiap segmen
tubuh membawa 2 pasang apendiks yang kemungkinan bearsal dari fusi dua
segmen, dua pasang spirakel, ostia, dan ganglia saraf.
Pada hewan jantan salah satu atau kedua pasang kaki pada segmen ketujuh
mengalami modifikasi menjadi organ kopulasi. Di daerah mulut terdapat sepasang
mandibula dan sepasang maksila. Pada kepala terdapat sepasng antena pendek dan
sepasang mata yang masing-masing terdiri atas sekelompok mata sederhana. Pada
antena terdapat rambut-rambut olfaktori dan setiap segmen tubuh meiliki kelenjar
bau atau repugnatorial gland yang mensekresikan cairan berisi asam hidrosianik.
Akibat sekresi cairan yang dihasilkan oleh repugnatorial gland tersebut dari
spesies yang hidup di daerah tropical dapat menyebabkan kebutaan pada anakanak. Trakhea tidak bercabang dan bermuara pada lubang yang terletak di sebelah
depan bagian kaki. Jantung merupakan pembuluh dorsal dengan ostia yang
terletak di sisi lateral. Hewan memiliki dua atau empat organ ekskresi yang
berbentuk tabung seperti benang (Tubulus Malpighi) yang bermuara pada usus
(Kastawi, et al., 2013: 236).
Habitat hewan meliputi tempat yang gelap, memiliki kelembapan tinggi,
dan secara prinsip memakan tumbuhan yang membusuk, namun terkadang
memakan tumbuhan yang masih hidup sehingga dapat menyebabkan kerusakan
bagi tanaman tersebut. Alat reproduksi terletak pada hwan yang berbeda atau
kelamin terpisah, telur diletakkan di dalam tanah. Pada saat mentas, hewan muda
memiliki segmen yang berjumlah sedikit dalam tiga pasang kaki. Dalam

40

pertumbuhannya segmen ditambahkan di depan segmen tempat anus berada


(Kastawi, et al., 2013: 236).

Gambar Milipedes
(Sumber: Hickman, et al., 2001: 435)
C Kelas Crustacea
Crustacea (dalam bahasa latinnya, crusta = kulit) memiliki kulit yang
keras. Udang, lobster, dan kepiting adalah contoh kelompok ini. Umumnya hewan
Crustacea merupakan hewan akuatik, meskipun ada yang hidup di darat.
Crustacea dibedakan menjadi dua subkelas berdasarkan ukuran tubuhnya, yaitu
Entomostraca dan Malacostraca.Entomostraca adalah crustacea yang berukuran
mikroskopik, hidup sebagai zooplankton atau bentos di perairan, dan juga ada
yang sebagai parasit. Contoh hewan ini adalah Daphnia, Cypris virens, dan
Cyclops sp (Mukayat, 1989).
Habitat crustacea meliputi air laut, air tawar dan air payau. Beberapa larva
dan beberapa spesies anggota kelas ini bersifat meliang (tinggal di dalam liang),
sedangkan yang lain bersifat pelagic bahkan ada yang menghuni laut dalam.
Sebagian besar hidup bebas dan ada yang hidup dalam kelompok-kelompok besar.
a

Morfologi luar
Permukaan tubuh dilindungi oleh kutikula tersusun atas zat kitin yang

ditambah dengan garam-garam mineral dan bersifat sangat keras . Eksoskeleton


menutupi seluruh permukaan tubuh kecuali pada tempat perhubungan yang
menjadi tipis dan lunas agar mampu bergerak. Tubuh dibedakan menjadi
sefalotorak dan abdomen yang tersusunbersegmen-segmen (kepala 5, torak 8 dan

41

abdomen 6) masing-masing dengan satu pasang anggota tubuh yang tubuh yang
terdiri atas ruas-ruas.
Setiap segmen tubuh dibedakan atas tergum (bagian dorsal), sternum
(bagian ventral), pleura (lateral tubuh) dan pleura merupkan keeping, terletak
pada sisi tubuh serta epinera (keeping kecil antara plera dan anggota gerak)
(Kastawi, et al.,2001).
Sefalotorak terdiri atas 13 segmen yang terlindung oleh karapak. Pada
karapak terdapat lekuk servikal untuk membedakan bagian kepala dari bagian
dada. Ujung anterior karapak merupakan rostrum. Antenula dan antena merupakan
struktur indera. Di bawah rostrum terdapat mata bertangkai yang dapat digerakkan
. mulut terdapat pada permukaan ventral, dekat posterior daerah kepala terdapat
mandipula, sedangkan anus terletak di bagian ventral telson di ujung posterior
abdomen (Kastawi, et al., 2013: 236)..
Mulut memiliki sepasang mandibula dan di posteriornya terdapat maksila
ke 1 dan ke 2. Pada daerah torak terdapat maksilapoda ke 1, ke 2, ke 3,
selanjutnya diikuti cheliped dan 4 pasang kaki jalan. Pada daerah sbdomen
terdapat 6 pasang kaki renag yang beberapa diantaranya mengalami modifikasi.
Terdapat tiga macam apendik yang dapat dibedakan pada hewan dewasa, yaitu
(1) foliaceus, contohnya maksila ke-2, (2) biramus, contohnya kaki renang, (3)
uniramus, contohnya kaki jalan. Pada kaka jalan pertama memiliki capit (cela)
yang berfungsi untuk menyerang dan mempertahankan diri. (Kastawi, et al., 2013:
236).

Gambar Morfologi Udang (Crustacea)

42

Anatomi dan fisiologi


Tubuh udang tersusun atas sistem organ yang seperti yang dimiliki oleh
hewan tingkat tinggi. Selom merupakan ruang yang tidak begitu luas, namun
terbatas untuk rongga organ-organ reproduksi. Organ tertentu seperti sistem saraf
tersusun secara metamerik, sedangkan organ ekskresi terkonsentrasi ke dalam
sebuah rongga kecil (Kastawi, et al., 2013: 236)..
Sistem pencernaan
Terdiri atas mulut, esophagus, lambung, usus dan anaus. Lambung
dibedakan atas dua bagian yaitu bagian yang besar (anterior ) disebut kamar
kardiaka dan yang kecil adalah pylorus. Pada permukaan dalam lambung terdapat
bentukan seperti gigi-gigi yang mengapur untuk melumatka makanan. Pada kedua
sisi bagian akhir lambung bermuara saluran dari kelenjar pencernaan dan muara
dari cecum yang kecil. Usus merupakan tabug kecil mengarah ke arah posterior
tubuh dan bemuara pada anus yan terletak pada permukaan ventral telson.
Kelenjar pencernaan berupa hati yang terletak di daerah torak. Setiap lobus
tersusun atas sejumlah kecil tubulus. Epithelium yang melapisi dinding-dinding
tubulus bersifat glandular da menghasilkan sekresi yang akan mengalir ke duktus
hepatic menuju ke kamar pilorik di lambung.
Udang hidup disemua jenis habitat perairan dengan 89% diantaranya
hidup diperairan laut, 10% diperairan air tawar dan 1% di perairan teresterial
(Maskoeri, 1992: 155).Makanan udang prinsipnya adalah hewan hewan yang
hidup antara lain siput, berudu, larva Insektadan ikan-ikan kecil. Namun ternyata
udang juga makan material organic yang membusuk. Hewan ini makan pada
waktu malam hari, tetapi lebih katif pada waktu senja dan fajar daripada waktuwaktu lainnya. Cara makan udang yaitu maxillaped dan maxilla memeganag
makanan sementara itu mandibula melumatkan makan menjadi potonganpotongan kecil. Potongan-potongan tersebut masuk ke dalam esophagus kemudian
ke lambung. Sednagkan bagian-bagian yang kasar keluar melalui mulut.

43

Sistem Peredaran
Sistem sirkulasiAlat peredaran darah terdiri atas darah dan pembuluh
darah. Darah terdiri atas cairan darah yang hampir tidak berwarna dan corpuscular
darah atau amoebocyt yang berupa sel-sel amoeboid. Pembuluh darah terdiri atas
sebuah jantung, tujuh buah arteria utama dan sejumlah rongga-rongga yang
disebut sinus. Jantung berupa kantong yang berbentuk pelana di dalam sinus
pericardial dan terletak di dalam bagian pertengahan dorsal daerah torak. Jantung
terikat pada dinding sinus pericardial dengan perantaraan 6 ligamen yang elastic.
Tiga pasang lubang yang dilengkapi dengan valava disebut ostia (bentuk tunggal ,
ostum) ostia ini memungkan darah masuk kembalai dari sinus yang
melingkupinya (Kastawi, et al., 2013: 238)..
Pada ujung anterior jantung mempercabangakan ima buah pembuluh arteri
yaitu (1) arteria ophthalmica terletak di pertengahan dorsal, berjalan kearah
anterior di sebelah dorsal lambung, mengalirkan darah untuk pars cardiac
ventriculli, esophagus dan kepala (2) dan (3) dua buah arteria antennary terletak di
kana n dan kiri arteria opthalmica dengan cabang-cabangnya menuju pars cardiaca
ventriculli, antena , alat-alat ekskresi, menuju otot-otot dan jaringan-jaringan lain
di daerah kepala (4) dan (5) dua buah arteria hepatic menuju ke kelnjar-kelenjar
pencernaan. Sedangkan pada ujung posterior jantung terdapat arteri abdominal
dorsal. Pembuluh darah ini mensuplai bagian dorsal abdomen. Arteri ini di dekat
pangkalnya bercabang menuju ke arah bawah (arteri sterna) dan dia daerah ventral
tubuh bercabang menjadi dua buah arteri yaitu yang menuju ke anterior adalah
arteri thorax ventral dan yang menuju ke arah posterior adalah arteri abdominal
ventral (Kastawi, et al., 2003:241).
Sistem ekskresi
Alat sekresi berupa sepasang bangunan yang lebar, disebut kelenjar
hijau terletak di bagian bawah kepala, anterior esophagus. Setiap kelenjar terdiri
atas bagian glanduler berwarna hijau, vesica urinaria terbentuk dilatasi dinding
yang tipis, dan saluran yang bermuara keluar melalui suatu por terletak di bagian
ventral pada segmen basal antena. Fungsi kelenjar hijau adalah membuang sisa
metabolism tubuh (Kastawi, et al., 2013: 238).

44

Sistem saraf
Sistem saraf terdiri atas ganglion suprasophageal (otak) yang bercabang ke
sarf-saraf mata, antenula dan antena.sepasang saraf yang berhubungan dengan
ganglion subsophageal yang terletak di belakang mulut bagian ventral. Saraf-saraf
dari ganglion subsophageal bercabang ke anggota mulut, tubuh, kelenjar hijau,
dan otot-otot depan (Kastawi, et al., 2013: 238).
b

Alat-alat indra
Mata
Mata berupa mata majemuk yang terletak pada ujung tangkai yang dapat

bergerak, jumlahnya satu pasang, terletak di kanan dan kiri rostrum. Disebut mata
majemuk, karena setiap mata tersusun atas bebrapa su unit yang disebut
ommatidia. Setiap mata tertutup oleh kutikula trasparan yang disebut cornea,
dimana terbagi menjadi area bersisi empat oleh garis-garis halus. Setiap area
persegi tersebut disebut facet. Setiap facet menutup setiap ommatidium. Di
sebelah bawah setiap facet terdapat kerucut Kristal (crystalline cone). Sedangkan
daerahh fotoreseptif dari ommatidium adalah retinula (retinula kecil). Retinula
ini biasanya terdiri atas 7 atu 8 sel retinula dan sel retinula memiliki sejumlah
mikrovili parallel. Di bagian tengah gabungan sel-sel retinula mmebentuk
rhabdom yang merupakan sumbu tengah ommatidium. Rhabdom terdiri atas
fotopigmnen dan diperkirakan sebagai tempat transduksi energy cahaya ke dalam
perubahan voltage yang akan menimbulkan potensial aksi (Kastawi, et al., 2013:
238)..
Antropoda menganalisis sebuah stimulus visual sedikit demi sedikit, tanpa
memfokuskan gambar ke dalam retina. Adanya mikrovilli dari sel retinula yag
tersusun parael dalam rhabdom mengakibatkan adanya beberapa antropoda
mampu mendeteksi sudut polarisasi cahaya.
Mata majemuk antropoda secara umum diadaptasikan untuk peglihatan
tajam di dalam cahaya suram. Pada crustacean dan serangga aktif pada cahaya
terang, maka setiap ommatidium terlindungi dari ommatidium lainnya oleh
pigmen. Mata majemuk dari tipe ini disebut mata aposisi. Pada mata aposisi
tersebut tampaknya diadaptasikan untuk penglihatan yang rinci. Mata superposisi
lebih sensitif di dalam cahaya redup. Mata superposisi tersebut tidak setajam mata

45

aposisi, bahkan ketika cahaya terang maka mata superposisi umumnya akan
berkurang sensitifitasnya dan meningkatnya ketajamannya dengan terjadinya
pigmen yang berpindah di sekitar ommatidia.
Statocyst
Berfungsi sebagai alat keseimbangan. Statocyst berbentuk kantong dan
dinding kantong tersebut tersusun atas zat kitin. Di dalam kantong terdapat suatu
peninggian yang disebut bantalan indera, dan terdapat tida set rambut dengan
jumlah sekitar 200 buah rambut. Pada setiap bantalan indera akan berhubungan
dengan satu serabut saraf. Pada rambut-rambut itu terdapat sejumlah butir-butir
pasir yang disebut statolith. Statolith melekat pada rambut-rambut dengan
menggunakan zat hasil sekresi kelenjar-kelenjar yang terletah di bawah bantalan
indera. Kontak antara statolith dengan rambut-rambut tersebut akan menentukan
udang ketika berenang (Kastawi, 2001)
Sistem Otot
Otot-otot udang yang terdapat di dalam tubuhnya menempel pada
permukaan sebelah dalam eksoskeleton. Pada prinsipnya otot di dalam tubuh
udang

terletak

di

dalam

abdomen.

Otot

tersebut

digunakan

untuk

membengkokkan bagian-bagian tubuh udang pada permukaan ventral torak ke


arah depan dan selanjutnya menghasilkan geak ke belakang saat berenang
(Kastawi, 2001)
Sistem Reproduksi
Kebanyakan Crustacea memiliki alat reproduksi yang terpisah (dioceous) atau
terdapat individu jantan dan betina, namun pada Crustacea tingkat rendah ada
yang bersifat hermaphrodit. Alat reproduksi jantan terdiri dari organ internal yaitu
sepasang testis, sepasang vas deferens dan sepasang vesikula seminalis. Testis
lunak berbentuk lonjong, berwarna putih dan terletak di bawah sinus pericardii.
Pada ujung posterior terdapat vas deferens. (Kastawi, 2001). Fungsi alat kelamin
eksternal udang jantan adalah untuk menyalurkan sperma dan meletakkan

46

spermatophora pada alat kelamin betina (thelikum). (Agus, 1993). Alat kelamin
jantan terdapat pada pasangan kaki kelima.

Gambar skematis organ reproduksi udang jantan

Gambar : Organ Reproduksi Udang jantan


Keterangan : Bagian kecil yang menonjol pada jantan (1) adalah lubang genital
(kelamin) pada bagian bawah sepasang kaki jalan ke lima.

47

Pada udang betina, alat reproduksinya terdiri dari sepasang ovary dan
oviduct. Ovari berbentuk sabit dan terletak dibawah sinus pericardii. Bagian
depan dan belakang dari kedua ovary saling berhubungan. Ditengah kedua sisi
setiap ovary keluar oviduk pendek yang bermuara pada aperture genital (Kastawi,
2001).

Alat

kelamin

betina

terdapat

pada

pasangan

kaki

ketiga

Gambar skematis organ reproduksi udang betina

48

Gambar : Organ reproduksi udang betina


Keterangan: Betina memiliki lubang genital (2) pada kaki jalan ke tiga dan
seminal receptacle (3) di pertengahan kaki jalan ke empat (jantan tidak memiliki
seminal receptacle).

Pembuahan terjadi diluar tubuh (fertilisasi eksternal). Ketika musim


reproduksi, udang jantan dan udang betina melakukan kopulasi. Pada saat
kopulasi spermatozoa akan ditampung dalam penampung sperma dari udang
betina, kemudian kedua hewan terpisah. Beberapa hari kemudian, udang
membersihkan daerah abdomennya menggunakan kaki renangnya. Kemudian
udang betina membalikkan tubuhnya, melipat tubuh dan keluarlah sekresi berupa
lendir yang menyelaputi kaki renang. Lalu ovum keluar dari oviduk viduk sekitar
200-400 buah dan akan dibuahi oleh spermatozoa yang keluar dari kantong
penampung spermatozoa. Telur tetap melekat pada kaki renang sampai menetas
(Kastawi, 2001).

49

Regenerasi dan Autotomi


Udang memiliki daya regenerasi pada bagian-bagian tubuh yang rusak
atau hilang. Struktur baru tidak selalu sama dengan yang digantikan. Contohnya
pada Orconectes pellucidus testii memiliki mata yang tidak berfungsi. Namun
setelah terjadi regenerasi terbentuk bangunan seperti antena yang berfungsi
sebagai alat peraba. Regenerasi semacam ini disebut heteromorfis karena struktur
baru tidak serupa dengan struktur yang digantikan. Udang juga memiliki
kemampuan autotomi yaitu pemutusan kaki pada titik tertentu (Kastawi, 2001).
D Kelas Insecta
Insekta merupakan salah satu kelas dari filum Arthropoda yang jumlah
spesiesnya paling banyak dengan keanekaragaman yang tinggi pula. Kata Insecta
berasal dari bahasa latin, insecti yang artinya serangga.Serangga sering juga
disebut Heksapoda yang berarti

mempunyai 6 kaki atau 3 pasang (Aziz.

2008).Sebanyak 1.413.000 spesies telah berhasil diidentifikasi dan dikenal, lebih


dari 7.000 spesies baru ditemukan hampir setiap tahun. (Borror., dkk, 1992).
Beberapa ordo dari Kelas Insecta adalah sebagai berikut:
1

Ordo Thysanura: contohnya kutu buku (Lepisma)

50

2 Ordo Isoptera (Archiptera) :Contohnya rayap atau laron


(Archotermopsis), sibar-sibar afrika (Orthetrum farinosum),
dan sibar-sibar raja (Anax imperator).

3 Ordo

Rynchota

(Hemiptera):

Contohya

kutu

busuk

(Cimex), walang sangit (Leptocoriza acuta), lembing cokelat


(Podops vermiculata), lembing hijau (.Nezar viridula), dan
tonggeret.

4 Ordo Orthoptera: Contohnya belalang sembah (Tenodera


aridifolia), kecoak (Periplaneta americana), belalang kayu
(Amblycorpha). orong-orong (Gryllotalpa), jangkrik (Acheta
domestica atau Homoeogryllus japonicus), belalang ranting
(Bactrocoderma aculiferum).

51

5 Ordo

Lepidoptera:

Contohnya

kupu-kupu

raja

ungu

(Sasakia charonda), ngengat sutra (Bombyx mori), dan kupukupu gajah (Attacus atlas), kupu-kupu jeruk sayap pan- jang
(Papilio machoon).

6 Ordo

Siphonoptera:

(Ctenocephalus

felis)

Contohnya

hidup

sebagai

pinjjfli
kutu

kucing

kucing

dan

pinjal/kutu tikus (Xenopsylla cheopsis).

7 Ordo Diptera: Contohnya lalat rumah (Musca domestica),


lalat pitak (Tabanus), lalat buah (Drosophila melanogaster),
lalat tse-tse (Glossina palpalis), nyamuk Aedes aegvpti,
nyamuk Anopheles, lalat hijau (Lucilia caesar), dan nyamuk
Culex.
52

Ordo Coleoptera: Contohnya kumbang buas air (Dytisticus marginalis),


kumbang pada beras atau tepung (Calandra oryzae), kunang-kunang
(Pteroptyx malacae), kumbang penggerek kelapa (Orytes rhinoceros),
kumbang rusa (Prosopocoilus inclinatus), samber lilin (Chryochrosa
fulminans), kumbang emas (Coccinela sp.)

53

Ordo Hymenoptera: Contohnya semut (Monomorium), lebah madu besar


(Apis mellifera), semut merah (Occophylla smragdina), lebah madu yang
dipelihara manusia (Apis indica), dan lebah madu yang hidup di lubang kayu
(Apis dorsata).

10 Ordo Neuroptera: Contohnya undur-undur (Mynneleon


frontalis).

11 Ordo Odonanta: Contohnya capung (Aeshna), capung


besar (.Epiophlebia), capung kecil (Zygopteran).

54

Menurut Hadi (2010) Ciri- ciri umum ordo ini adalah:


1. Tubuh terbagi atas kepala, toraks dan abdomen.
2. Mempunyai sepasang sayap kecuali Anoplura (kutu penghisap), Mallophaga
(kutu penggigit) dan Siphonaptera (kutu pada kucing)
3. Mempunyai sepasang antena.
4. Mempunyai tiga pasang kaki.
5. Perangkat mulut telah mengalami perkembangan dan penyesuaian sedemikian
rupa sehingga dikenal berbagai ragam tipe seperti menggigit/mengunyah,
menusuk, menghisap, menyerap dan sebagainya.
Dan menurut Hadi (2009) ciri-ciri umum seranggaadalah mempunyai
appendage atau alat tambahan yang beruas, tubuhnya bilateral simetri yang terdiri
dari sejumlah ruas, tubuh terbungkus oleh zat khitin sehingga merupakan
eksoskeleton. Biasanya ruas-ruas tersebut ada bagian yang tidak berkhitin,
sehingga mudahuntuk digerakkan. System syaraf tangga tali, coelom pada
serangga dewasa bentuknya kecil dan merupakan suatu rongga yang berisi darah.
Morfologi Luar
Pada belalang (Tenodera aridifolia)
Ruas yang membangun tubuh serangga terbagi atas tiga bagian yaitu,
kepala (caput), dada (toraks) dan perut (abdomen). Enam Ruas terkonsolidasi
membentuk kepala, Dada terdiri dari 3 ruas, dan pada dada tersebut terdapat tiga

55

pasang kaki yang beruas-ruas. Sayap terdapat pada bagian ini dan pada umumnya
ada dua pasang yang terletak dibagian dada ruas kedua dan ruas ketiga. Perut
terdiri atas 6 sampai 11 ruas (ruas belakang posterior digunakan sebagai alat
reproduksi) (Aziz,2008). Serangga memiliki skeleton yang berada pada bagian
luar tubuhnya (eksoskeleton). Rangka luar ini tebal dan sangat keras sehingga
dapat menjadi pelindung tubuh, yang sama halnya dengan kulit kita sebagai
pelindung luar. (Hadi, 2009).Eksoskeleton berupa kutikula yang terdiri dari zat
kiin dan terbagi menjadi segmen-segmen.Antara segmen yang satu dengan yang
lainnya terdapat sutura yaitu bagian lunak dan berfungsi untuk memudahkan
pergerakan abdomen, sayap, kaki, antenna dan lainnya (Kastawi, 2001).

Kepala
Kepala serangga terdiri dari 3 sampai 7 ruas, yang memiliki fungsi sebagai
alat untuk pengumpulan makanan, penerima rangsangan dan memproses
informasi di otak. Kepala serangga keras karena mengalami sklerotisasi
(Suheriyanto. 2008)
Pada bagian depan (frontal) apabila dilihat dari samping (lateral) dapat
ditentukan letak frons, clypeus, vertex, gena, occiput, mulut, mata majemuk, mata
tunggal (ocelli), postgena dan antenna (Boron., dkk. 1992)
56

Pada kedua sisi kepala terdapat mata majemuk berwarna hitam. Mata
majemuk dilindungi oleh bagian transparan dari kutikula yaitu cornea. Diantara
beberapa serangga, kemungkinan belalang mampu membedakan warna. Selain
mata majemuk, belalang memiliki mata sederhana atau ocellus didaerah bagian
atas serta ditepi sebelah dalam mata majemuk (Kastawi, 2001)
Selain mata, terdapat juga sepasang antena yang panjang dan sangat mobil
(bergerak-gerak) (Kastawi, 2001). Mata tunggal dapat dijumpai pada larva, nimfa,
maupun pada serangga dewasa (Hadi, 2010). Antena belalang berbentuk benang
dan tersusun atas sejumlah besar segmen. Pada antena terdapat rambut-rambut
sensori yang kemungkinan berfungsi sebagai indera pembau.

Bagian-bagian

kepala

belalang: a:antenna; b:ocelli; c:vertex; d:compound

eye; e:occiput; f:gena; g:pleurostoma;h:mandible; i:labial

palp; j:maxillary

palps;k:maxilla; l:labrum; m:clypeus; n:frons

Menurut Hadi (2009), tipe kepala serangga berdasarkan posisi alat mulut
terhadap sumbu (poros tubuh) dapat dibedakan atas:

57

Hypognatus (vertical), apabila bagian dari alat mulut mengarah ke


bawah dan dalam posisi yang sama dengan tungkai. Contohnya : pada

ordo Orthoptera
Prognatus (horizontal), apabila bagian dari alat mulut mengarah ke
depan dan biasanya serangga ini aktif mengejar mangsa. Contohnya :

pada ordo Coleoptera


Opistognatus (oblique), apabila bagian dari alat mulut mengarah ke
belakang dan terletak di sela-sela pasangan tungkai. Contohnya pada
ordo Himeptera

Ket : A. Hypognatus B. Prognatus C. Opistognatus


Bagian Mulut
Bagian mulut belalang adalah sebagai berikut:

58

Labrum atau bibir atas terletak di sisi ventral clypeus. Disebelah baah
terdapat organ yang bentuknya seperti lidah yaitu hypopharynx. Disetiap sisinya
terdapat rahang keras mandibula. Permukaan rahang ini bergigi untuk menggiling
makanan. Disebelah bawah mandibula terdapat maxilla. Setiap maxill terdiri atas
cardo (bagian basal), stipes (bagian tengah), lacinia (berbentuk kurva panjang),
galea (bentuknya panjang sedikit bulat) dan palpus maxillary. Labium dari bibir
bawah terdiri atas submentum (bagian basal), mentum (bagian tengah), ligula

59

(berjumlah dua, merupakan penutup yang dapat bergerak_ dan palpus labial yang
terdapat pada tiap sisinya. Labrum dan labium berperan memegang makanan
diantara mandibula dan maxilla yang bergerak secara lateral untuk menggiling
makanan. Sedangkan palpus maxillary dan palpus labial berfungsi untuk
membedakan jenis makanan karena adanya organ-organ indera.
Dada (THORAX)
Dada (thorax) terdiri atas 3 segmen yaitu prothorax (anterior), mesothoranx
(tengah) dan metathorax (posterior).

Tiap-tiap segmen tertutup oleh eksokskeleton, dibagian dorsal disebut tergum, disisi
lateral disebut pleura dan dibagian ventral disebut sternum. Pada mesothorax dan metathorax
masing-masing terdapat sepasang sayap. Sayap pada segmen mesothorax merupakan sayap
anterior disebut tegmina atau elytra. Sayap pada segmen methatorax merupakan sayap
posterior. Sayap anterior berupa lembaran tebaltidak tembus cahaya, sedang sayap posterior
berupa lembaran tipis dan transparan. Disisi lateral mesothorax dan methatorax terdapat
spirakel yang merupakan lubang dari siste respirasi. Setiap segmen dada membawa sepasang
kaki.
Perut (Abdomen)
Jumlah segmen abdomen embrio insekta adalah 11 dan masing-masing
segmen membawa sepasang apendik rudimenter, sedangkan pada insekta dewasa

60

abdomennya tidak memiliki apendik dan sejumlah segmen mengalami reduksi.


Segmen pertama abdomen berfusi dengan metathorax hasilnya erdiri atas tergum
dan disetiap sisi segmen terdapat sebuah membrane tympani berbentuk oval yang
merupakan penutup sebuah kantung pendengaran. Segmen ke 9 dan ke 10 terdapat
fusi sternum dan sebagian fusi tergum. Segmen ke 11 terdiri atas tergum dan
membentuk alat genitalia (Kastawi et al., 2001).
Anatomi dan Fisiologi
Sistem organ pada insekta tidak jauh berbeda dengan hewan tingkat tinggi.
Sistem organ tersebut terletak di dalam rongga tubuh. Sistem organ pada insekta
adalah sebagai berikut.
Sistem Otot
Otot yang dimiliki belalang termasuk otot lurik yang bersifat sangat lunak
dan lembut, tetapi cukup kuat. Di daerah perut otot tersebut tersusun ersegmensegmen, sedangkan di daerah kepala dan dada tidak tersusun bersegmen-segmen.
Otot ini membantu gerak dari mandibula, sayap, kaki di daerah metatorak, dan
ovipositor.
Sistem Pencernaan
Saluran pencernaan pada dasarnya meliput usus depan, usus tengah, dan
usus belakang. Usus depan terdiri atas faring yang merupakan kelanjutan dari
mulut dan terletak di daerah kepala yang di setiap sisinya terdapat kelenjar ludah,
kemudian esophagus yang membesar membentuk tembolokdan terletak di daerah
mesotorak dan metatorak. Organ selanjutnya adalah proventrikulus yang berperan
sebgai organ penggiling. Usus tengah meliputi lambung yang bagian posteriornya
masuk ke dalam abdomen. Pada permukaan lambung terdapat 16 kantung
berbentuk kerucut yaitu gastric-ceca yang berperan menghasilkan enzim-enzim
pencernaan, dan hasil sekresi ini akan diberikan ke dalam lambung. Usus
belakang tersusun atas usus yang membesar dan usus kecil yang meluas ke dalam
rectum, dan anus sebagai muara akhir saluran pencernaan. Pada ujung anterior
usus besar terdapat tubulus malphigi (Kastawi et al., 2001).

61

Gambar . Sistem Pencernaan Insecta


Sistem Sirkulasi
Organ sistem sirkulasi berupa pembuluh tunggal yang diselubungi sinus
perikardii dan terletak di tengah-tengah sepanjang tubuh dalam rongga abdomen.
Pembuluh tersebut dianggap jantung belalang. Jantung terbagi menjadi kamarkamar yang tersusun segmental dan masing-masing kamar memiliki hubungan
dengan sinus perikardii melalui sepasang ostia yang terletak di lateral jantung.
Ujung anterior jantung membentuk sebuah aorta yang menuju ke daerah kepala.
Pada saat jantung berkontraksi secara bergelombang dari posterior ke anterior,
ostia tertutup oleh katup, dan darah didorong ke anterior, selanjutnya darah keluar
dari jantung menuju organ yang terdapat dalam homocoel. Darah terdiri atas
plasma dan leukosit. Darah berfungsi membawa zat makanan dan tidak berperan
dalam respires (Kastawi et al., 2001).

62

Gambar Sistem Sirkulasi Terbuka pada Insecta (Solomon et al., 2008).


Sistem Respirasi
Sistem respirasi terdiri atas susunan pipa-pipa udara atau trachea yang
bercabang-cabang membentuk anyaman membawa udara ke seluruh bagian tubuh.
Trachea terdiri atas selapis sel berkhitin. Batang pokok trachea membentuk
penebalan serupa spiral untuk mencegah rusaknya trachea dari kerusakan akibat
gerakan dari bagian tubuh hewan. Batang pokok trachea tersebut berhubungan
langsung dengan lingkungan luar melalui aperture yang berpasangan yaitu
spirakel atau stigmata yang tersusun segmental. Batang trache besar bercabang
lagi menjadi cabang yang semakin kecil, cabang tersebut dinamkan tracheolus.
Tracheolus berhubungan langsung dengan jaringan dan berperan mensuplai
kebutuhan oksigen serta membawa CO2 hasil metabolism tubuh. Selama otot
berkontraksi konsentrasi caira tubuh di sekitar tracheolus meningkat, sehingga
cairan dalam tracheolus berdifusi keluar membawa oksigen menuju bagian yang
memerlukan. Setelah aktivitas otot berhenti, air kembali ke tracheolus (Kastawi et
al., 2001).

63

64

Gambar Sistem Trakea pada Insekta (Campbell et al., 2006).

Sistem Ekskresi
Proses ekskresi dan osmoregulasi serangga bergantung pada tubulus
Malphigi dan rektumnya. Setiap serangga memiliki 2 sampai ratusan tubulus
Malphigi yang tipis. Tubulus malphigi umumnya berwarna kuning dan memiliki
otot untuk menjaga pergerakannya di dalam homocoel. Salah satu ujung dari
setiap tubulus malphigi melekat pada perbatasan antara usus tengah dan usus
belakang, sedangkan ujung lainnya tidak melekat atau jika melekat yaitu ke
rektum.

Gambar Tubulus Malphigi pada Insecta (Solomon et al., 2008).


Nutrisi-nutrisi di dalam usus tengah, ion potassium (K+), dan air
diabsorbsidari makanan ke dalam hemolimfe. Ion-ion potassium di hemolimfe
65

secara aktif dipompa masuk ke dalam tubulus malphigi. Air masuk secara osmotic
membawa sisa-sisa yang terlarut seperti asam urat yang selanjutnya akan
bergabung dengan sisa pencernaan di dalam usus belakang. Enam rectal pad
mengabsorbsi air dan ion-ion yang masih dibutuhkan akan dikembalikan ke dalam
hemolimfe (Harris, 1992).
Sistem Saraf
Otak terletak di daerah kepala bagian dorsal, terdiri atas 3 pasang ganglion
yang berfusi. Ganglion tersebut berperan mengatur mata, antenna, dan labrum.
Otak berhubungan dengan ganglion subesofageal melalui circumesophageal
connective. Ganglionsubesofageal terdiri atas 3 pasang ganglion anterior dari
rangkaian saraf ventral yang berfusi bersama dan berfungsi mengatur bagian
mulut. Selanjutnya kea rah posterior berhubungan dengan sepasang ganglion
besar di setiap segmen torak. Ganglion terbesar yaitu yang berada di dalam
segmen metatorak, segmen tersebut merupakan gabungan dari ganglion segmen
metatorak dengan ganglion segmen pertama abdomen. Otot, saluran pencernaan,
dan spirakel berhubungan dengan otak melalui sistem saraf simpatetik (Kastawi et
al., 2001).

Gambar Sistem Saraf Insecta (Solomon et al., 2008).

66

Gambar Sistem Saraf Insecta (Campbell et al., 2008).


Organ-organ Indera
Belalang memiliki organ penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan
pembau. Organ penglihatan berupa mata majemuk dan ocelli. Daya ihat mata
majemuk ini sama seperti yang dimiliki udang yang menghasilkan banyak
mozaik. Ocelli tidak digunakan untuk melihat objek, tetapi merupakan organ yang
peka terhadap cahaya. Organ pendengaran terletak di lateral tergit dari segmen
pertama abdomen. Organ tersebut terdiri atas tympani yang direntang di dalam
cincin berkhitin yang bentuknya hamper bulat. Organ peraba berupa bentukan
seperti rambut yang terletak di permukaan berbagai bagian tubuh belalang, tetapi
khususnya di permukaan antena. Organ perasa terletak di dalam bagian-bagian
mulut, sedangkan antena merupakan organ pembau (Kastawi et al., 2001).

67

Gambar Sebuah Reseptor Perasa pada Insecta (Solomon et al., 2008).

68

Gambar Mata Insecta

Sistem Reproduksi
Belalang betina memiliki 2 ovari yang masing-masing terdiri atas
sejumlah filamen yang disebut tubulus ovari. Setiap filamen ovary mengandung
oogonia, oosit, dan juga berisi nurse cell serta sel-sel jaringan lainnya. Ke arah

69

posterior filamen ovari semakin membesar dan tampak tubulus tersebut melebar
ke arah posterior. Pada setiap ovary ujung posterior semua filamen menempel
pada oviduk yang merupakan saluran pelepasan telur. Kedua oviduk kemudian
bergabung membentuk vagina, selanjutnya menuju ke lubang kelamin yang
terletak di antara lempeng ovipositor. Spermatecha membuka kea rah vagina, yang
berfungsi menerima spermatozoa selama kopulasi, dan spermatozoa tersebut akan
dilepaskan kembali saat membuahi sel telur.
Hewan jantan memiliki 2 testis. Spermatozoa akan dilepas ke dalam vas
deferens. Kedua vas deferens bergabung membentuk duktus ejakulatori yang
membuka ke permukaan dorsal dari lempeng subgenital. Di ujung anterior duktus
ejakulatori terdapat kelenjar asesori untuk menghasilkan cairan yang berfungsi
membantu dalam proses pemindahan spermatozoa ke hewan betina (Kastawi et
al., 2001).

Gambar Struktur Dalam Belalang Betina (Hickman et al., 2001).


Pada insekta dikenal adanya perkembangan yang disebut metamorfosis.
Metamorfosis adalah perkembangan dari telur sampai menjadi serangga dewasa
melalui tahap-tahap tertentu. Metamorfosis ada dua macam, yaitu:
a

Metamorfosis sempurna atau metamorfosis lengkap (metamorfosis tipe


holometabola).
70

Telur
larva
kepompong (pupa)
imago
Contoh serangga yang mengalami metamorfosis sempurna yaitu kupukupu, kumbang, dan lebah.

Gambar Metamorfosis Holometabola pada Kupu-kupu (Hickman et al.,


b

2001).
Metamorfosis tak sempurna atau metamorfosis sederhana (metamorfosis
tipe hemimetabola).
Telur
nympha
imago
Contoh serangga yang mengalami metamorfosis ini yaitu belalang,
kecoak, dan Laron.

71

Gambar Metamorfosis Hemimetabola (Hickman et al., 2001)


Klasifikasi Insecta
Menurut Engemann dan Hegner (1981) klasifikasi insecta adalah sebagai
berikut.
Sub-kelas Apterygota
Anggota dari sub kelas ini teriri atas serangga yang tidak memiliki sayap
dan tidak mengalami metamorphosis. Hewan muda pada fase instar memiliki ciri
seperti hewan dewasa. Pada bagian abdomen memiliki apendik ventral (styli) dan
biasanya dilengkapi dengan cerci.
Ordo 1. Thysanurida
Serangga tidak bersayap primitive, ukuran tubuh 30 mm (1 cm), antena
panjang bersegmen-segmen, tipe mulut pengunyah, tubuh biasanya bersisik ,
abdomen terdiri atas 11 segmen, biasanya dilengkapi dengan 2 atau 3 apendik
caudal yang bersegmen dan berbentuk filiform, bergerak cepat dengan cara
meloncat. Contoh: Lepisma saccarina (kutu buku) dan Campodea staphylinus
(Kastawi et al., 2001).
Ordo 2. Collembolida
Serangga tidak bersayap, ukuran tubuh mikrokopis sampai sekitar 5 mm,
tubuh berwarana atau berwarna putih, antena terdiri atas 4 samapai 6 segmen, tipe
mulut penguyah atau penghisap, tidak memiliki trachea, mata majemuk, memiliki
organ untuk melompat (disebut furcula) yang terletak pada segmen keempat
bagian abdomen, pada segmen pertama terdapat bentukan seperti tabung
(collophore) melekat pada permukaan substrat dengan bantuan sekresi dari
kelenjar terletak di belakang labium (Kastawi et al., 2001).
Sub-kelas Paleopterygota
Serangga meiliki sayap pada fase dewas, sayap tidak bisa melipat dan terletak di
dorsal abdomen. Fase nympha bersifat akuatik dengan mengalami metamorphosis
sederhana. Adanya tunas sayap pada nympha menunjukkan bahwa nympha
berusia tua.

72

Ordo 1. Ephemeroptera (ephemerida)


Bersifat hemimetabola, tubuh lunak, bagian-bagian mulut untuk
mengunyah dan hewan dewasa hanya tinggal sisa saja, antena pendek, memiliki 2
pasang sayap berwujud membrane, pada bagian ujung abdomen memiliki filament
caudal dan cerci yang sangat panjang, bersifat akuatik, memiliki insang tracheal
yang terletak di lateral tubuh. Contoh: Ephemera (mayfly) (Kastawi et al., 2001).
Ordo 2. Odonata
Bersifat hemaetabola, mulut pada hewan dewasa bersifat pengunyah,
memiliki mata majemuk yang besar tersusun atas omatidia yang jumlahnya
mencapai 30.000, hewan fase nympha dan dewasa bersifat predator, antena kecil.
Pada hewan dewasa terdapat kakai tidak digunakan untuk menangkap serangga
lain pada saat terbang. Contoh:

Macromia magnifica (dragonfly: capung),

Ischnura cervula (damselfly: capung jarum) (Kastawi et al., 2001).


Sub-kelas Exopterygota
Serangga bersayap, mengalami metamorphosis sederhana. Menurut
Engemann dan Hegner (1981) bahwa serangga exopterygota dikelompokkan
menjadi 2 yaitu 1. Serangga paleopterous, meliputi Ephemeroptera dan Odonata,
2. Serangga neopterous, memiliki sayap yang lebih berkembang dan sayap dapat
dilipat pada abdomen baian dorsal. Kelompok neopterous dibagi menjadi 2
kelompok yaitu Orthoptherois dan hemipteroids (Kastawi et al., 2001).
Super Ordo 1. Orthopteriodea
Ordo 1. Orthoptera
Tubuh berukuran medium sampai besar, bersifat hemimetabola, mulut tipe
pengunyah, memiliki 2 pasang sayap, sayap depan lebih tebal dan serupa kertas
dari kulit, serta disebut tegmina (tunggal: tegmen), pada bebrapa spesies sayap
berupa sisa saja atau tidak bersayap. Contoh: Stagmomantis carolina (lalang
sembah),

Periplatena

americana

(kecoak

amerika),

Acheta

domesticus

(jengkerik), Scapteriscus didatylus (orong-orong) (Kastawi et al., 2001).

73

Ordo 2. Isopteran
Tubuh lunak, bersifat hemimetabola mulut tipe pengunyah, memiliki 2
pasang sayap sempit atau tidak bersayap, torak berhubungan langsung dengan
abdomen yang berukuran besar, merupakan serangga social, contohnya rayap
(Kastawi et al., 2001).
Ordo 3. Embioptera
Tubuh panjang dan lunak, hemimetabola, tidak bersayap atau bersayap 2
pasang yang bersifat membrane dan halus, serci terdiri 2 segmen, sedangkan tarsi
terdiri atas 3 segmen. Hewan jantan bersayap sedangkan hewan betina tidak
bersayap. Contohnya Oligotoma california (Kastawi et al., 2001).
Ordo 4. Plecoptera
Tubuh lunak, berukuran sedang sampai besar, mulut pengunyah tetapi
tidak berkembang pada hewan dewasa, antena panjang, memiliki 2 pasang sayap,
serci terdiri 2 segmen, sedangkan tarsi terdiri atas 3 segmen, memiliki berkas
insang tracheal yang terletak di porterior setiap pasang kaki. Contoh Allocapnia
pygmae, Taeniopteryx pacifica (Kastawi et al., 2001).
Ordo 5. Dermaptera
Bersifat hemimetabola, mulut tipe pengunyah, tidak bersayap atau dengan
1 pasang atau 2 pasang sayap, pada bebrapa spesies sayap berupa sisa saja atau
tidak bersayap, tarsi terdiri atas 3 ruas, cerci membentuk bentukan seperti gunting
yang kuatpada ujung posterior abdomen, contohnya Anisolabis maritime (Kastawi
et al., 2001).
Ordo 6. Zoraptera
Antena terdiri dari 9 segmen, tarsi 2 segmen, cerci pendek, serangga
berkoloni. Contoh Zorotypus hubbardi.
Super ordo 2. Hemipteroidea
Ordo 1. Psocoptera
Bersifat hemimetabola, mulut tipe pengunyah, memiliki 2 pasang sayap,
tidak bersayap atau meiliki 2 pasang sayap yang serupa membran, contoh
Licoscelis divinatorius.

74

Ordo 2. Tysanoptera
Bersifat hemimetabola, mulut tipe penusuk, tidak bersayap atau memiliki
sayap yang sempit atau sama panjang, antena 6-10 segmen, bagaian ujung tarsi
membentuk seperti kantung. Contoh Heliothrips haemorrhoidalis
Ordo 3. Homoptera
Tubuh kecil, bersifat hemimetabola, mulut tipe penusuk dan penghisap,
memiliki 2 pasang sayap, contohnya Rhopalosiphum pronifoliae
Ordo 4. Hemiptera
Bersifat hemimetabola, mulut tipe penusuk dan penghisap, memiliki 2
pasang sayap, sayap depan lebih tebal pada bagian dasar (hemelytra). Contohnya
Artocorixa alternata, Ranatra linearis, Lethocerus, Gerris remigis.
Ordo 5. Mallophagida
Bersifat hemimetabola, mulut tipe pengunyah, mata degredasi, anatena
pendek hanya terdiri dari 3-5 segmen, kaki pendek, tarsi 1-2 segmen memiliki 2
pasang sayap, bersifat ektoparasit pada burung dan jarangnmenyerang hewan
mamalia, contohnya Menopon pallidum, Gyropus ovali.
ordo 6. Anoplurida
Bersifat hemimetabola, mulut tipe pengunyah atau penusuktidak bersayap,
mata tidak berkembang dengan baik, ektoparasit pada Mamalia, tarsi terdiri dari 1
42
segmen yang dilengkapi dengan cakar. Contohnya Pediculus humanus corparis,

Phthirus humanus corporis, Phthirus pubis, Linognathus vituli (Kastawi et al.,


2001).
Sub kelas Endopterygota
Serangga bersayap mengalami metamorphosis kompleks. Fase larva dilanjutkan
dengan fase pupa yang tidak aktif dan merupakan bentuk dimana hewan dewasa
nantinya muncul.
Ordo Neuroptera
Hewan ordo ini bersifat holometabola, mulut tipe pengunyah, memiliki 4
sayap yang berupa membrane, abdomen tidak memiliki cerci, larva bersifat

75

karnifor dan pada beberapa spesies memiliki mulut tipe penghisap, terdapat insang
tracheal pada larva yang bersifat aquatic. Contoh: Chrysopa californica.
Ordo Coleoptera
Bersifat holometabola, mulut tipe pengunyah, tidak bersayap atau
memiliki 2 pasang sayap. Sayap depan lebih tebal dank eras (elytra) dan sayap
belakang berupa membran serta dilipat dibawah sayap depan, protorax besar dan
dapat digerakkan. Contoh: Adalia bipuncata.

Gambar Diloboderus abderus(Hickman et al., 2001).


Ordo Strepsiptera
Bagian-bagian mulut hanya tinggal sisa atau tidak ada, bersifat endoparasit pada
serangga lain. Sayap depan hewan jantan berbentuk seperti alat pemukul
sedangkan sayap belakang berupa membrane. Hewan betina tidak bersayapn dan
tidak memiliki kaki, dan mendapatkan makanan dengan cara absorbs. Contoh:
Xenos Wheeleri

Gambar Xenos sp (Hickman et al., 2001).


Ordo Mecoptera

76

Bersifat holometabola, mulut tipe pengunyah, antenna dan kaki panjang,


kepala memanjang, tidak berayap atau memiliki 2 pasang sayap yang panjang,
sempit, dan berupa membrane. Pada hewan jantan memiliki organ penjepit yang
terletak diujung posterior abdomen dan orgtan tersebut menyerupai organ
penyengat pada kalajengking, makanannya buah dan serangga yang mati. Contoh:
Panorpa refucens

Gambar. Paporna refucens (Hickman et al., 2001).


Ordo Trichoptera
Hewan dewasa berukuran 3 sampai 25 mm, bagian mulut rudimenter,
antenna dan kaki panjang, sayap 2 pasang dan berupa membrane, tubuh dan sayap
tertutup oleh rambut-rambut atau bentukan seperti sisik, larva bersifat aquatic dan
membentuk selubung yang terbuat dari butir pasir atau dari bahan sayuran yang
diikat bersama dengan benang sutera yang disekresikan oleh kelenjar ludah yang
mengalami modifikasi. Contoh: Molanna cinerea

Gambar Molanna cinerea (Hickman et al., 2001).


Ordo Lepidoptera

77

Panjang tubuh bervariasi mulai 3 sampai 250 mm, bersifat holometabola,


ketika fase larva mulut tipe pengunyah, tetapi saat fase dewasa bertipe penghisap,
biasanya tidak memiliki mandibular. Maksila bergabung membentuk proboscis
untuk menghisap cairan. Antenna panjang, mata besar, bersayap 2 pasang yang
bersifat membran, biasanya sayap ditutup dengan sisik yang berukuran
mikroskopis dan tersusun tumpeng tindih , tubuh ditutupi sisik atau rambut, fase
larva berbentuk seperti cacing memiliki 3 pasang kaki ditambah pendukung fungsi
kaki pada bagian abdomen. Memiliki 2 kelenjar sutera pada labium yang
berfungsi untuk membuat cocon pada fase pupa. Contoh: Calpodes ethlius.

Gambar. Calpodes Ethlius (Hickman et al., 2001).


Ordo Diptera
Bersifat holometabola, mulut tipe penusuk dan penghiap atau sponging,
juga membentuk proboscis, abdomen tersusun atas 4-9 segmen. Tidak bersayap
atau memiliki 1 pasang sayap depan yang berupa membrane sedangkan sayap
belakang membentuk halter. Larva tidak memiliki kaki, dan disebut belatung.
Contoh: Drosophila melanogaster.

78

Gambar Morfologi Dosophila melanogaster (Hickman et al., 2001).


Ordo Siphonapterida
Bersifat holometabola, mulut tipe penusuk dan penghisap, tidak bersayap,
kepala kecil, tidak memiliki mata majemuk, kaki panjang diadaptasi untuk
melompat, bersifat ektoparasit pada hewan mamalia dan burung. Contoh:
Ctenocephalides felis.
Ordo Hymenoptera
Bersifat holometabola, mulut tipe pengunyah atau penghisap, tidak
bersayap atau memiliki 2 pasang sayap yang berupa membrane dan sedikit vena,
sayap depan berukuran lebih besar daripada belakang. Hewan betina memiliki
ovipositor. Sebagian besar spesies bersifat soliter tapi ada juga yang bersifat
social. Contoh: Nematus.

Gambar Nematus (Hickman et al., 2001).

79

E Kelas Symphila
Kelas ini merupakan kelas Arthropoda berukuran kecil dengan panjang
tubuh kurang dari 1 cm. tubuh dibedakan atas kepala dan badan. Pada bagian
kepala terdapat antenna, maksila, dan labium. Badan tersusun atas 12 segmen dan
setiap segmen tubuh memiliki sepasang kaki.

Gambar Kelas Symphila (Scutigerella sp.)

80

Gambar Symphylid dewasa (Famili Scolopendrellidae). A. tampak dorsal, B.


tampak ventral (Usher et al., 1984).
Lubang kelamin terletak pada permukaan ventral tubuhnya diantara
pasangan kaki ke empat. Hewan ini bersifat terrestrial, dengan habitat di tempat
lembab dan berkecenderungan menghindari cahaya. Makanannya berupa tanaman
yang masih hidup atau sudah mati, sehingga kadangkala merupakan hama kebun.
Jumlah spesies dari kelas ini sekitar 100 spesies. Sebagian kecil spesies
bereproduksi secara parthenogenesis yaitu dari telur yang tidak dibuahi,
sedangkan spesies lainnya bereproduksi secara seksual. Proses reproduksi secara
seksual yaitu hewan jantan meninggalkan spermatofora pada hewan betina.
Hewan betina menerima spermatofora di dalam mulutnya, selanjutnya sperma
disimpan di dalam kantong khusus. Pada saat bertelur hewan betina menggunakan
mulutnya untuk mengambil telur dari lubang kelaminnya, selanjutnya telur
tersebut diletakkan di atas substrat misalnya humus, kemudian sperma yang
tersimpan di dalam mulut hewan betina dilepaskan di atas telur.
F Kelas Pauropoda
Hewan ini berukuran sangat kecil dengan panjang tubuh 0,5 sampai 2 mm,
tidak berwarna, tubuh dibedakan atas kepala dan badan. Hewan ini sekilas mirip
diplopoda namun antenna bercabang 3 dan tidak memiliki mata.
81

Tubuh berbentuk silindris tersusun atas 11 atau 12 segmen dengan 6


lempeng dorsal. Setiap segmen badan memiliki sepasang kaki kecuali segmen
pertama dan dua segmen terakhir (jumlah kaki 9 pasang). Saat menetas hewan ini
hanya memiliki 3 pasang kaki. Lubang kelamin terletak di permukaan ventral
badan pada segmen ke-3. Tidak memiliki organ sirkulasi dan respirasi. Respirasi
melalui seluruh permukaan tubuh seperti pada cacing tanah.
Habitat hewan ini di tempat lembab di bawah kayu, batu atau daun, dan di
dalam tanah. Makanannya berupa hewan yang berukuran mikroskopis, contohnya
Pauropus huxleyi dan Eurypauropus spinopus yang ditemukan di Amerika Timur
dan Tengah, serta Eropa.

Gambar Pauropus sp.


Peranan dari Hewan Filum Arthropoda
Peranan arthropoda yang mnguntungkan, antara lain sebagai berikut.
1

Sumber makanan yang mengandung protein tinggi, contohnya udang dan


kepiting

Menghasilkan madu, contohnya lebah madu

Bahan pakaian sutra, contohnya ulat sutra

Membantu penyerbukan tanaman

Serangga predator bagi pemberantas hama tanaman secara biologi


Peranan arthropoda yang merugikan, antara lain sebagai berikut.

82

Perusak tanaman, yaitu semua larva atau ulat pemakan daun

Inang perantara penyakit, misalnya Aedes aegepty

Parasit pada manusia, contohnya kutu rambut

Merusak kayu dan bangunan, contohnya rayap (Setiati, 2007: 112).

Gambar 2.26 Peran Menguntungkan Dari Arthropoda


(Sumber : Hickman et al, 2001: 446 )

Gambar 2.27 Peran Merugikan Dari Arthropoda


(Sumber : Hickman et al, 2001: 446 )

83

BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.
1

Ciri-ciri umum Filum Arthropoda, yaitu tubuh simetri bilateral, terdiri atas
segmen-segmen yang saling berhubungan dibagian luar dan memiliki tiga
lapis germinal sehingga merupakan hewan triploblastic, memiliki kerangka
luar dan dibedakan atas kepala, dada, sertaperut yang terpisah atau bergabung
menjadi satu, setiap segmen tubuh memiliki sepasang alat gerak atau tidak
ada, sarafnya merupakan system saraf tangga tali, perkembangan individu

baru terjadi secara langsung atau melalui stadium larva.


Arthropoda kemungkinan seperti Annelida yang memiliki dinding tubuh
berotot dan tubuh tidak terbagi menjadi daerah tertentu. Mollusca bergerak

meluncur di atas lendir oleh gerakan/gelombang silia atau kontraksi otot.


Arthropoda kemungkinan seperti Annelida yang memiliki dinding tubuh
berotot dan tubuh tidak terbagi menjadi daerah tertentu, system pencernaan
terdiri dari 3 usus, system saraf tangga tali, kerangka luar merupakan

kutikula.
Filum Arthropoda dibagi menjadi empat sub-filum yaitu Trilobita (sudah

punah), Chelicerata, Onychophora, dan Mandibulata.


Peranan dari Arthropoda ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan,
yang menguntungkan diantaranya sebgai sumber makanan bergizi dan
membantu penyerbukan sedangkan yang merugikan yaitu sebagai hama atau
parasit.

Saran
Makalah ini masih sangat sederhana dan perlu dikaji dan diperluas lagi,
sehingga diharapkan pembaca dapat lebih memperluas dan memperdalam
wawasan mengenai filum Arthropoda.

DAFTAR RUJUKAN

84

Adisoemarto, S. 1998. Kemungkinan Penggunaan Serangga sebagai Indikator


Pengelolaan Keanekaragaman Hayati. Jurnal Biota. Vol. III. (1) : 25-33
Agus Murtidjo, B, 1993. Budidaya Udang galah sistem monokultur. Penerbit
Kanisius.
Austin, B. 1988. Metode-metode untuk Bakteorologi Akuatik. Bogor : PAU IPB.
Aziz MIA. 2008. Rift valley fever: the storyunfolds. Sudanese J of Public Health
3(1): 5-10.
Borror et al. 1998. Pengenalan Pelajaran Serangga. 8th Ed. Terjemahan dari an
Introduction to Study of Insect oleh Soetiyono Partosoedjono. Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Brotowidjoyo dan Djarubito, M. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga
Campbell, N. A., Reece, J.B., Taylor, M. R., Simon, E. J., & Dickey, J. L. 2006.
Biology Concepts & Connections 7th Edition. USA: Benjamin Cummings.
Engeman, J. G. & Hegner, R. W. 1981. Invertebrata Zoology. New York:
Macmillan
Hadi, H. M., Tarwotjo, U., dan Rahadian, R. 2009. Biologi Insecta
ENTOMOLOGI. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Hadi, U. K. 2010. Pengenalan Arthropoda Dan Biologi Serangga. Bagian
Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Fakultas Kedokteran Hewan IPB.
Hickman, C. P., Roberts, L.S., Larson, A. 2001. Intergrate Principle Of Zoology
14th Edition. New York: McGraw-Hill.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Surabaya : Sinar
Wijaya.
Jutje, S.L. 2006. Zoologi Invertebrata. Makasar : Universitas Negeri Makasar
Kastawi,Y., Indriwati, S.E., Ibrohim, Masjhudi, Rahayu, S.E. 2001. Zoologi
Avertebrata. Umpress.

85

Klowden MJ. 2007. Physiological Systems in Insects. Second Edition. Academic


Press, Elsevier. Burlington, 01803, USA. 688p.
Mukayat, D.B. 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga.
Najima, K dan Yamane, A. 1991. The Effect of Reforestation on Soil Fauna in the
Philippines. Philippines Journal of Science. 120 (1) : 1-9
Radiopoetra. 1996. Zoologi. Jakarta : Erlangga
Soemadji. 1995. Materi Pokok Zoologi. Jakarta : Depdikbud.
Solomon, E. P., Berg, L. R., & Martin, D. W. 2008. Biology Eighth Edition. USA:
Thomson Brooks/ Cole.
Suheriyanto, Dwi. 2008. Ekologi Serangga. Malang: UIN Press
Usher, M. B. & Edwards, M. 1984. The Terestrial Arthropods of the Grass Sward
of Lynch Island, a Specially Protected Area in Antartica. Oecologia, 63,
143-144.

86

Anda mungkin juga menyukai