Anda di halaman 1dari 8

ARTHROPODA

Oleh :
Nama : Amelia Nurma Hidayah
NIM : B1A017042
Rombongan : III
Kelompok :3
Asisten :

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Phylum Arthropoda adalah phylum hewan terbesar. Phylum ini terdiri dari kelas
terbesar yaitu insecta atau Hexapoda, yang mencakup serangga, Class Arachnida;
termasuk laba-laba dan kalajengking, Class Chilopoda yang termasuk Lipan (Kaur &
Singh, 2018). Saat ini, diperkirakan terdapat 713.500 jenis Arthropoda dengan jumlah
itu sekitar 80% dari jenis hewan yang sudah dikenal. Arthropoda berasal dari bahasa
yunani yaitu arthros yang berarti sendi, dan podos yang berarti kaki. Oleh karena itu,
ciri khas dari hewan ini yaitu memiliki kaki yang tersusun atas ruas-ruas. Ciri umum
hewan Arthropoda yaitu memiliki appendahe yang beruas-ruas, serta tubuhnya bilateral
simetris yang terdiri dari sejumlah ruas (Arief, 2001).
Arthropoda merupakan salah satu kelompok hewan tanah yang dikelompokkan
atas Arthropoda dalam tanah dan Arthropoda permukaan tanah. Arthropoda tanah
berperan penting dalam peningkatan kesuburan tanah dan penghancuran serasah serta
sisa-sisa bahan organic. Arthropoda berperan sebagai komponen biotik pada ekosistem
tanah sangat tergantung pada faktor lingkungan. Peranan Arthropoda ini penting dalam
perombakan materi organik dan anorganik, bersama-sama dengan fauna tanah lainnya
dalam proses siklus biogeokimia (Sakiah & Sembiring, 2018). Selain itu, arthropoda
memainkan berbagai peran ekosistem dalam komunitas ekologi taman melalui interaksi
trofik (misalkan pemangsaan) dan mutualisme (misalkan penyerbukan) yang dapat
menguntungkan tukang kebun dan menjamin konservasi keanekaragaman hayati
arthropoda (Egerer et al., 2017).
Hewan ini memiliki jumlah spesies yang saat ini telah diketahui sekitar 900.000
spesies. Hewan yang tergolong arthropoda hidup di darat sampai ketinggian 6.000 m,
sedangkan yang hidup di air dapat ditemukan sampai kedalaman 10.000 meter. Ukuran
tubuh Arthropoda sangat beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang lebih dari 60
cm., namun kebanyakan berukuran kecil.Begitu pula dengan bentuk Arthropoda. Hewan
Artrhopoda memiliki bentuk tubuh simetri bilateral, triploblastik selomata, dan
tubuhnya bersegmen. Tubuh ditutupi lapisan kutikula yang merupakan rangka luar
(eksosketelon) (Rusyana, 2011).

B. Tujuan

Tujuan praktikum acara Arthropoda antara lain :


1. Praktikan mengenal beberapa anggota Phylum Arthropoda.
2. Praktikan mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan klasifikasi
anggota Phylum Arthropoda.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Karakteristik utama Phylum Arthropoda antara lain mempunyai anggota yang


beruas, tubuhnya bilateral simetris terdiri atas sejumlah ruas-ruas, sistem saraf berupa
sistem saraf tangga tali, coelom pada hewan dewasa adalah kecil dan merupakan satu
rongga berisi darah dan disebut haemocoel. Hewan ini memiliki eksoskeleton yang
terbuat dari kitin , sebagai hasil sekresi epidermis, melakukan ekdisis pada interval
tertentu. Arthropoda memiliki alat pernapasan yang berupa trakea, insang, dan paru-
paru atau paru-paru. Sistem peredaran darah arthropoda adalah terbuka dengan darah
yang tidak mengandung hemoglobin melainkan hemosianin. Darah akan kembali ke
dalam jantung melalui rongga tubuh (haemocoel), sistem arteri semakin berkembang.
Sistem ekskresinya dengan kelenjar hijau atau coxal, atau saluran Malpighi yang bersatu
dengan usus. Reproduksi Arthropoda dilakukan secara seksual dan aseksual
(partenogenesis dan paedogenesis). Sistem reproduksi Arthropoda adalah terpisah,
artinya ada hewan jantan dan ada juga hewan betina (Manton, 1977).
Phylum Arthropoda diklasifikasikan ke dalam Domain Eukariot, Regnum
Animalia, Sub-Regnum Eumetazoa, dan Super-Phylum Ecdysozoa. Berdasarkan bentuk
struktur tubuhnya, Arthropoda terbagi menjadi 5 subphylum yaitu Crustacea,
Chelicerata, Trilobitomorpha, Hexapoda dan Myriapoda (Hickman, 1973).
Crustacea merupakan kelas dari Arthropoda yang hidupnya terutama menempati
perairan baik air tawar maupun laut. Bernapas dengan menggunakan insang. Tubuhnya
terbagi menjadi kepala (cephalo), dada (thorax), dan perut (abdomen) atau kadang-
kadang kepala dan dada bersatu membentuk cephalotorax. Kepala biasanya terdiri dari
dari empat segmen yang bersatu, pada bagian kepala itu terdapat dua pasang antena,
satu pasang mandibula (rahang pertama) dan dua pasang maksila (rahang kedua).
Bagian dada mempunyai embelah dengan jumlah yang berbeda-beda yang diantaranya
ada yang berfungsi sebagai alat gerak. Segmen bagian perut umumnya sempit dan lebih
mudah digerakkan dibandingkan dengan kepala dan dada. Bagian perutpun mempunyai
embelan yang didalam ukurannya mengalami pengurangan (Dixon et al., 2004).
Menurut Martin & Darvis (2001) Crustacea diklasifikasikan menjadi beberapa
Classis sebagai berikut :
1. Classis Branchiopoda
Hewan dari subkelas Branciopoda ini merupakan hewan yang sangat kecil,
ukuran tubuhnya hanya beberapa mili meter saja. Hidup di air tawar, tubuhnya semi
transparan, berwarna pucat ada yang berenang menggunakan bagian punggungnya.
Contoh speciesnya yaitu Eubranchipus vernalis dan Daphnia sp.
2. Classis Ostracoda
Hidup di air tawar dan laut, dapat berenang dengan bebas, bergerak dengan
menggunakan antena kedua atau kedua pasang antenanya. Karapak terdiri dari 2
belahan. Embelan tidak menyerupai bulu halus. Ukuran tubuhnya 1 mm sampai
beberapa mm saja. Contohnya yaitu pada jenis Eucypris virens yang hidup di air
tawar.
3. Classis Malacostraca
Classis ini merupakan hewan-hewan yang paling banyak dari kelas Crustacea.
Umumnya bertubuh besar, terdiri atas 4 segmen di bagian kepala. 8 segmen di
bagian dada, dan 6 segmen di bagian perut. Beberapa jenis yang termasuk ke dalam
Malacostraca ini ialah udang, kepiting, ketam, dan sebagainya. Contoh spesiesnya
yaitu Cambarus bartoni.
4. Classis Cephalocarida
Classis ini yaitu anggota Crustacea yang hidup di air laut dalam (bentik).
Cephalocarida merupakan udang-udangan kecil paling primitif yang masih hidup.
Panjang tubuh Cephalocorida sekitar 2 - 4 mm, maksila (rahang atas) tidak
berkembang, pemakan detritus, sebagai bentos di sedimen lumpur atau pasir laut
dengan kedalaman hingga 1.500 m, dan bersifat hemafrodit. Contoh species
Cephalocorida yaitu Hutchinsoniella macracantha.
5. Classis Remipedia
Classis ini yaitu anggota Crustacea buta yang hidup di air laut dan memiliki
kaki pendayung. Tubuh Remipedia berukuran sekitar 30 mm, terdiri atas kepala
(sepal) dan bada yang memanjang (trunk) dengan 32 ruas. Ruas tubuh yang
pertama bersatu dengan kepala, sedangkan ruas terakhir bersatu dengan telson (ruas
terakhir tubuh Crustacea). Kepala ditutupi pelindung dan memiliki tonjolan
preantenula sebagai indra peraba. Remipedia memiliki alat sengat tajam dan
beracun sebagai jarum injeksi dan berenang dengan punggung sebagai landasan.
Contoh species Remipedia yaitu Spelonectes atlantida.
6. Classis Maxillopoda
Classis ini adalah anggota Crustacea yang beraneka ragam dan masih menjadi
perdebatan filogenetiknya, anggota kelas ini termasuk teritip dan kutu ikan.
Maxillopoda memiliki tubuh yang berukuran kecil (kecuali teritip/bernacle). Tubuh
Maxillopoda pendek, terdiri atas bagian kepala (5 ruas), dada (6 ruas), perut (4
ruas) dan sebuah telson. Kepala dan dada ada yang bersatu. Ada yang memiliki
karapas, dan ada yang tidak. Mata ada yang memiliki tiga mangkuk
disebut naupliar eyes. Contoh Maxillopoda yaitu Cyclops bicuspidatus.

Anggota Subphylum Chelicerata merupakan hewan predator yang mempunyai


selicerae dengan kelenjar racun. Hewan yang termasuk dalam kelompok ini adalah laba-
laba, tungau, kalajengking dan kepiting. Hewan-hewan yang termasuk subfilum
chelicerata tidak mempunyai sungut dan secara khas mempunyai enam pasang embelan.
Tubuh chelicerata biasanya mempunyai dua pembagian yang jelas dengan bagian depan
disebut prosoma (atau sefalotoraks) dan bagian belakang disebut opistosoma (atau
abdomen) (Borror, 1996). Phylum Chelicerata terdiri atas Classis Merostomata, Classis
Arachnida dan Classis Pygnogonida. Merostomata bersifat omnivora, makanan berupa
moluska, cacing dan juga ganggang yang tumbuh di substrat, memiliki saluran
pencernaan lengkap, mempunyai tembolok serta ampela. Sisa pencernaan dibuang
melalui anus yang terletak di bagian ventral ujung abdomen, tepat di muka telson. Aktif
pada malam hari, dapat berjalan, melompat dan berenang. Classis Arachnida memilki
bentuk tubuh bulat sampai lonjong dan warnanya yang cemerlang mudah terlihat
merayap atau berenang di antara tumbuhan air, bersifat parasit, abdomennya tidak
memiliki apendik sebagai alat gerak, memiliki mata sederhana, tubuhnya dilengkapi
bulu-bulu indra atau sisik. Classis Pygnogonida dikenal sebagai laba-laba laut, karena
bentuk seperti laba-laba dan berjalan di dasar laut, warna tubuh gelap, kusam, merah
dan hijau, tubuh panjang dan langsing, terdiri atas beberapa ruas yang jelas
(Sudarmono, 2002).
Trilobitomorpha adalah kelompok artropoda laut yang punah dengan
exoskeletons berkapur. Mereka sangat berlimpah di periode Kambria dan Ordovisium,
menjadi punah pada akhir Paleozoikum selama peristiwa kepunahan Permo-Triassic
yang menghancurkan. Mereka memiliki tubuh oval pipih dibagi menjadi pelindung
kepala (cephalon) dengan sepasang antena, mata majemuk, dan pelengkap biramous;
trunk (thorax) yang mengandung anggota badan biramous, dan segmen terminal
(pygidium). Sebagian besar spesies yang diketahui panjangnya berkisar dari satu
milimeter hingga 10 sentimeter, tetapi beberapa raksasa mencapai 76 sentimeter. Nama
trilobite menyinggung tiga lobus longitudinal tubuh, yaitu pusat lobus aksial diapit ke
kiri dan kanan oleh lobus pleura. Subphylum Trilobitomorpha terdiri dari satu Kelas
tunggal (Trilobita) yang terdiri dari kelompok-kelompok seperti agnostid yang biasanya
diartikan sebagai plankton (Wright & Cooper, 2011).
Subphylum Hexapoda secara umum merupakan kelompok hewan yang memiliki
kaki enam, dimana badannya tersusun atas tiga bagian yaitu kepala, dada, dan perut.
Hexapoda biasa disebut sebagai serangga, karena sebagian besar anggotanya adalah
insecta. Kepala mempunyai satu pasang antena dan dada dengan 3 pasang kaki biasanya
terdapat 1 atau 2 pasang sayap pada tingkat dewasa (Barnes, 1977). Fitur yang
menentukan dari Hexapoda, seperti namanya, adalah enam kaki. Tubuh terdiri dari
kepala, dada, dan perut. Semua hexapod menjalani beberapa moults ketika mereka
berkembang dan tumbuh, karena exoskeletonnya tidak elastis dan tidak dapat
berkembang. Saat ini, Hexapoda memiliki empat Classis yaitu Insecta, Protura,
Collembola, dan Diplura. Insecta atau serangga memiliki beberapa Subclassis
diantaranya Archaeognatha, Thysanura dan Apterygota. Collembola (springtails)
merupakan Arthropoda paling banyak di bumi, terutama di serasah tanah. Protura
adalah Arthropoda sangat kecil yang jarang ditemukan di habitat yang sama dengan
Colembola. Diplura termasuk beberapa keluarga arthropoda yang berukuran lebih besar
(John & Lariviere, 2010).
Myriapoda (dalam bahasa Yunani, myria=banyak, podos=kaki) merupakan
hewan berkaki banyak. Pembagian tubuh Myriapoda ini terdiri atas kepala (chepalo)
dan perut (abdomen) tanpa dada (thoraks). Dibagian kepala terdapat satu pasang antena
sebagai alat peraba dan sepasang mata tunggal (ocellus). Penambahan jumlah segmen
terjadi pada setiap pergantian kulit. System reproduksi secara seksual, yaitu dengan
pertemuan ovum dan sperma (fertilasi internal). Myriapoda ada yang vivipar dan ada
yang ovipar Kastawi (2005).
Menurut Strausfeld et al. (2006), Subphylum Myriapoda dibagi menjadi empat
Classis yaitu:
1. Chiliopoda
Classis ini disebut juga centipede, tubuhnya pipih dan bersegmen-segmen. Tiap
segmen tersebut mempunyai sepasang kaki kecuali 2 segmen terakhir dan sebuah
segmen di belakang kepala. Chilopoda bersifat karnivor dengan gigi beracun yang
disebut maxilliped, digunakan untuk membunuh mangsanya. Sistem pencernaanya
lengkap dan mempunyai kelenjar ludah. Antena panjang terdiri dari 12 segmen atau
lebih. Contoh: Lithobius forficatus (kelabang/lipan).
2. Diplopoda
Classis ini disebut juga Millipede, tubuhnya bulat panjang dan terdiri dari 25-
100 segmen atau lebih tergantung jenis spesiesiesnya. Setiap segmen tampaknya
mempunyai dua pasang embelan. Sesungguhnya segmen tersebut tersusun rapat
sehingga terlihat seperti satu segmen. Jadi sebenarnya adalah setiap segmen
hanyalah mempunyai sepasang embelan. Diplopoda bersifat herbivor, pemakan
sampah atau daun-daunan. Contoh speciesnya yaitu Julus virgatus (keluing/kaki
seribu).
3. Pauropoda
Classis ini memiliki ciri berbentuk kecil, pucat dan memiliki banyak kaki seperti
arthropoda. Pauropoda berasal dari bahasa Yunani "pauro" yang berarti "beberapa"
dan "podos" yang berarti "kaki".
4. Symphyla
Classis ini juga dikenal sebagai lipan taman dan kelabang semu, adalah
arthropoda yang hidup di darat dari kelas synphyla dan subfilum myriapoda. Hewan
ini mengkonsumsi tumbuhan yang membusuk.
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat–alat yang digunakan pada praktikum acara Arthropoda adalah bak preparat,
pinset, kaca pembesar, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, sarung tangan karet
(gloves), masker, dan alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam praktikum acara Arthropoda adalah beberapa
spesimen hewan Arthropoda.

B. Metode

Metode yang dilakukan pada praktikum acara Arthropoda antara lain:


1. Karakter pada spesimen diamati, digambar dan dideskripsikan berdasarkan ciri-ciri
morfologi.
2. Spesimen diidentifikasi dengan menggunakan kunci identifikasi.
3. Kunci identifikasi sederhana dibuat berdasarkan karakter specimen yang diamati.
4. Laporan sementara dibuat dari hasil praktikum.
DAFTAR REFERENSI

Arief, M., 2001. Keanekearagaman Ekosistem. Bandung: Cahaya Ilmu.


Barnes, R. D., 1977. Invertebrates Zoology Third Edition. USA: Nueva Editorial
Interamericana, S.A. de C.V.
Egerer, M. H., Arel C., Michelle D. O., Robyn D. Q., Peter B. & Stacy M. P., 2017.
Urban Arthropods Respond Variably to Changes in Landscape Context and
Spatial Scale, Journal of Urban Ecology, 3(1), pp. 1–10.
Borror, D.J., Triplehorn, C. A. & Johnson N. F., 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga.
Edisi ke-6. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Dixon, C. J., Schram F. R. & Ahyong, S. T., 2004. A New Hypothesis of Decapod
Phylogeny. Crustaceana. 76 (8): 935–975.
Hickman, C. P. 1973. Biology of the Invertebrates. Saint Louis: The C. V. Mosby
Company.
John, P. M. & Lariviere, M. C., 2010. Phylum Arthropoda. Subphylum Hexapoda.
Protura, Springtails, Diplura, and Insects. New York : The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Kastawi, Y., 2005. Zoologi Avertebrata. Malang: UM Press.
Kaur, S. D. & Singh, L., 2018. Indian Arthropods in Early Sanskrit Literature: A
Taxonomical Analysis. Indian Journal of History of Science, 53(1), pp. 59-64.
Manton, S. F. 1977. The Arthropod Habits, Functional Morphology, and Evolution.
Oxford : Clarendon Press.
Martin, J. W. & G. E. Davis. 2001. An Updated Classification of the Recent. Crustacea.
Los Angeles: Science Series.
Rusyana, A., 2013. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktik). Bandung: Alfabeta.
Sakiah & Sembiring, M., 2018. Pengaruh Suhu dan Kelembaban terhadap Populasi
Arthropoda pada Lahan Aplikasi dan Tanpa Aplikasi Limbah Cair Pabrik
Kelapa Sawit. Jurnal Agro Estate, 2(1). pp. 1-8.
Sudarmono., 2002. Pengenalan Serangga, Hama, Penyakit, dan Gulma Padi.
Yogyakarta: Kanisius.
Strausfeld, N. J., Loesel C. M., Rowell D., & Stowe S., 2006. Arthropod Phylogeny:
Onychophoran Brain Organization Suggests an Archaic Relationship With a
Chelicerate Stem Lineage. Proc. R. Soc. London. 27(3), pp. 1857-1866.
Wright, A. J. & Cooper, R. A., 2011. Phylum Arthropoda, Subphylum Trilobitomorpha:
Trilobites. New York : The McGraw-Hill Companies, Inc.

Anda mungkin juga menyukai