Anda di halaman 1dari 6

PORIFERA DAN CNIDARIA

Oleh:
Nama : Garda Satrio Nuswantoro
NIM : B1A017073
Rombongan : B1
Kelompok : 3
Asisten : Solikhul Amin

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Invertebrata adalah kelompok hewan yang tidak memiliki tulang belakang
dalam sistem kingdom Animalia. Kelompok hewan ini memiliki sistem tubuh
yang masih sederhana. tingkat keanekaragaman invertebrata sekitar 95% dari
seluruh hewan yang sudah teridentifikasi. Invertebrata dibagi menjadi dua filum,
yaitu filum mayor dan minor. Filum mayor terdiri dari Protozoa, Porifera,
Cnidaria, Platyhelminthes, Nemathelminthes, Annelida, Mollusca, Arthropoda,
Echinodermata, dan Hemichordata. Sedangkan, yang termasuk ke dalam filum
minor antara lain Rotifera, Achantocephala, Nematomorpha, Branchiopoda, dan
Bryozoa [ CITATION Pur07 \l 14345 ].
Porifera berasal dari kata porus (lubang) dan ferra (memiliki atau
mengandung). Porifera merupakan filum hewan-hewan yang tubuh luarnya
berpori-pori. Terdapat sekitar 15.000 spesies porifera yang sudah diidentifikasi.
Porifera merupakan hewan yang menyukai perairan hangat. Hewan ini dapat
ditemukan di laut maupun sebagian perairan tawar. Porifera ketika dewasa
hidupnya menempel pada substrat. Kelompok ini merupakan metazoan yang
perkembanganya masih sangat primitif [CITATION Deg15 \l 14345 ].
Cnidaria adalah filum hewan yang memiliki tentakel dilengkapi dengan
Cnidocytes (sel-sel penyengat). Fungsi cnidocytes adalah untuk
memepertahankan diri dari predator dan melumpuhkan mangsa (Kuvaini, 2015).
Keanekaragaman Cnidaria sekitar 11.000 spesies yang sudah teridentifikasi.
Cnidaria memiliki bentuk tubuh polip (sesil) atau medusa (motil). Namun,
beberapa spesies memiliki bentuk tubuh keduanya seperti pada ubur-ubur.
Cnidaria merupakan salah satu hewan penyusun terumbu karang, seperti koral
dan anemon laut. Cnidaria memiliki perkembangan tubuh yang lebih maju
daripada Porifera [ CITATION Cam08 \l 14345 ].
B. Tujuan

Tujuan Praktikum acara Porifera dan Cnidaria antara lain:


1. Praktikan mengenal beberapa anggota Filum Porifera dan Cnidaria.
2. Praktikan mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan
klasifikasi anggota Filum Porifera dan Cnidaria.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Porifera merupakan hewan berpori dan kerap kali disebut hewan berongga
karena seluruhn tubuhnya dipenuhi oleh lubang-lubang kecil atau pori. Porifera
hidup menetap pada karang atau permukaan benda keras lainnya di dasar laut. Filum
Porifera meliputi spons hidup di air dan sebagian besar hidup di air laut yang hangat
dan dekat dengan pantai yang dangkal walaupun ada pula yang hidup pada
kedalaman 8500 m bahkan lebih (Dita, et al., 2017). Porifera sering ditemukan hidup
melekat pada substrat yang keras dan hidupnya berkoloni yang statif atau tidak
bergerak. Porifera belum memiliki alat-alat ekskresi khusus dan sisa metabolismenya
dikeluarkan melalui proses difusi yaitu dari sel tubuh ke epidermis kemudian
lingkungan hidup yang berair (Kimball. 2000).
Filum Cnidaria meliputi ubur-ubur, hydra, anemon laut dan koral. Cnidaria
merupakan filum dari hewan sederhana yang telah memiliki jaringan yang lebih
lengkap dibanding dengan filum Porifera karena pada dinding tubuhnya memiliki
tiga bagian tubuh, yaitu ektoderm (bagian paling luar), mesoglea (bagian tengah),
dan gastroderm (bagian dalam) serta memiliki struktur tubuh yang lebih kompleks.
Sel-sel Cnidaria sudah terorganisasi membentuk jaringan dan fungsi dikoordinasi
oleh jarring-jaring saraf. Cnidaria mempunyai rongga pencernaan (gastrovaskuler)
dan mulut tapi tidak mempunyai anus (Nontji, 2005).
Filum Porifera dibagi menjadi tiga kelas yaitu Calcarea, Demospongiae, dan
Hexactinellida. Kelas Calcarea memiliki ciri yaitu kormus berwarna kuning, lonjong,
atau berbentuk buah pir, massa kurang teratur terdiri dari tubuli tipis yang rapat,
ukurannya bisa mencapai 2 cm. tidak memiliki tabung pengumpul air, biasanya
memiliki satu terminal osculum dengan panjang hingga 6 mm, dan memiliki rongga
atrium yang agak tebal yang dibatasi oleh membran atrium bening tanpa choanocytes
(Sanamyan et al., 2019).
Kelas Demospongiae memiliki ciri yaitu memiliki bentuk yang tumbuh
seperti jari-jari yang tidak teratur dan membentuk semak besar dengan ukuran 15-25
cm. Osculum tidak terlalu jelas terlihat dan sebagian besar berada di bagian pangkal
dari jari-jari tersebut. Spons tumbuh dalam sedimen lunak yang melekat pada tabung
polychaete dan batu-batu kecil. Warnanya kuning pucat, dengan ujung yang hampir
putih tetapi menjadi coklat tua atau abu-abu setelah terjadi kontak dengan udara.
Permukaan tubuh tidak teratur dan berkerut, dengan distal putih bagian-bagian yang
tampak lebih padat daripada bagian bawah tubuhnya (Dinn et al., 2019).
Kelas Hexactinellida sebagian besar adalah penghuni laut dalam dengan
morfologi yang tidak biasa. Hexactinellida memiliki habitat di laut dalam yang
penting bagi organisme lain karena memberikan perlindungan karena memiliki
permukaan yang keras dan gerakan air sedang. Mereka menciptakan struktur fisik
yang kompleks, berumur panjang dan tumbuh lambat, dan dapat berfungsi sebagai
area pembibitan untuk organisme (Tabachnick, 2019).
Filum Cnidaria dibagi menjadi tiga kelas yaitu Hydrozoa, Scyphozoa, dan
Anthozoa. Kelas Hydrozoa memiliki ciri yaitu hidup sebagai polip, medusa, atau
keduanya. Gastrodermis Hydrozoa tidak mengandung nematosista. Polip hidup
secara soliter atau berkoloni. Hydrozoa memiliki dua macam alat indra, yaitu oseli
sebagai pengindra cahaya dan statosista sebagai alat keseimbangan. Beberapa
medusa menunjukkan gerak fototaksis negatif (menjauhi sinar), namun ada pula yang
fototaksis positif (mendekati sinar) (Zapata, et al., 2015).
Kelas Scyphozoa memiliki ciri yaitu memiliki bentuk dominan berupa
medusa dalam siklus hidupnya. Berukuran besar, banyak di pantai-pantai sebagai
ubur ubur dan hidup di laut. Alat pencernaannya berupa saluran bercabang, bagian
tepinya di kelilingi tentakel. Bagian mulutnya terdapat empat lengan yang dilengkapi
dengan nematokist yang berfungsi untuk melemahkan mangsa. Sistem saraf
berbentuk anyaman (Mukayat, 1989).
Kelas Anthozoa memiliki ciri yaitu memiliki banyak tentakel yang berwarna-
warni seperti bunga. Anthozoa tidak memiliki bentuk medusa, hanya bentuk polip
soliter atau berkoloni. Anthozoa mampu membentuk rangka dalam atau rangka luar
dari zat kapur, namun ada pula yang tidak membentuk rangka. Rongga
gastrovaskuler pada Anthozoa bersekat-sekat dan mengandung nematosista. Gonad
hewan-hewan ini terdapat di gastrodermis (Mukayat, 1989).
III. MATERI DAN METODE
A. Materi

Alat yang digunakan adalah bak preparat, pinset, kaca pembesar,


mikroskop cahaya, mikroskop stereo, sarung tangan karet (gloves), masker, dan
alat tulis.
Bahan yang digunakan dalam acara praktikum ini adalah beberapa
spesimen hewan Porifera dan Cnidaria.
B. Metode
1. Karakter pada spesimen diamati, digambar, dan dideskripsikan karakter
morfologinya.
2. Spesimen diidentifikasi dengan kunci identifikasi.
3. Kunci identifikasi sederhana dibuat berdasarkan karakter specimen yang
diamati.
4. Laporan sementara dari hasil praktikum dibuat.
DAFTAR REFERENSI

Campbell, N. A. & Reece, J. B., 2008. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.


Degnan, B. M. et al., 2015. Porifera. In: Evolutionary Developmental Biology of
Invertebrates I. Vienna: Elsivier, pp. 65-106.
Puranik, P. & Bhate, A., 2007. Animal Forms and Function: Invertebrata. New
Delhi: Sarup & Sons.
Dinn, C., Edinger, E., & Leys, S. P., 2019. Sponge (Porifera) Fauna of Frobisher Bay,
Baffin Island, Canada with the Description of an Iophon Rich Sponge
Garden. Zootaxa, 4576(2), pp. 301-325.
Dita, S. F., Budiarti, S., & Lestari, Y., 2017. Sponge-Associated Actinobacteria:
Morphological Character and Antibacterial Activity Against Pathogenic
Bacteria. Jurnal Sumberdaya Hayati, 3(1) pp. 21-26.
Kimball, J.W., 2000. Biologi Jilid Empat Edisi Pertama. Jakarta: Erlangga.
Kuvaini, A. 2015. Pengelolaan Dan Pemanfaatan Kandungan Asam Amino Ubur-
Ubur Bagi Kesehatan Manusia Sebagai Implementasi Protokol
Nagoya. Jurnal Citra Widya Edukasi, 7(1), pp. 24-32.
Mukayat, D., 1989. Zoologi Dasar. Jakarta: Erlangga
Nontji, A., 2005. Lautan Nusantara. Jakarta: Djambatan.
Sanamyan, K., Sanamyan, N., Martynov, A., & Korshunova, T., 2019. A New
Species of Ernstia (Porifera: Calcarea) Described from Marine Aquarium.
Zootaxa, 4603(1), pp. 192-200.
Tabachnick, K., Fromont, J., Ehrlich, H., & Menshenina, L., 2019. Hexactinellida
from the Perth Canyon, Eastern Indian Ocean, With Descriptions of Five New
Species. Zootaxa, 4664(1), pp. 47-82.
Zapata, F., Goetz, F. E., Smith, S. A., Howison, M., Siebert, S., Church, S. H.,
Sanders, S. M., Ames, C. L., McFadden, C. S., France, S. C., Daly, M.,
Collins, G. A., Haddock, S. H. D., Dunn, C. W., & Cartwright, P., 2015.
Phylogenomic Analyses Support Traditional Relationships within Cnidaria.
PLoS One, 10(10), pp. 1-13.

Anda mungkin juga menyukai