Anda di halaman 1dari 4

ASS1/Senin, 18 Oktober 2021/Ririn Ruslan/16.20.

MORFOLOGI, ANATOMI, DAN LAPISAN POLIP


A. MORFOLOGI

Karang merupakan hewan yang berbentuk tabung dengan mulut berada di atas yang juga
berfungsi sebagai anus. Di sekitaran mulutnya dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi sebagai
penangkap makanan. Mulut dilanjutkan dengan tenggorokan yang pendek yang langsung
berhubungan dengan rongga perut. Di dalam rongga perut berisi semacam usus yang disebut
mesenteri filamen yang berfungsi sebagai alat pencerna. Untuk tegaknya seluruh jaringan, polip
didukung oleh kerangka kapur sebagai penyangga. Kerangka kapur ini berupa lempengan lempengan
yang tersusun secara radial dan berdiri tegak pada lempeng dasar. Lempengan yang berdiri ini
disebut sebagai septa, tersusun dari bahan anorganik dan kapur yang merupakan hasil sekresi dari
polip karang (Suharsono, 2008).

Karang merupakan kumpulan dari berjuta juta hewan polip yang menghasilkan bahan kapur
(CaCO3). Sebagian besa karang adalah binatang-binatang kecil disebut Polip yang hidup berkoloni
dan membentuk terumbu. Masing-masing polip memiliki kerangka luar yang disebut koralit. Sebuah
koralit umumnya mempunyai septa yang menyerupai sekatsekat. (Rijal s, 2016)

Morfologi terumbu karang tersusun atas kalsium karbonat (CaCO3) dan terdiri atas: lempeng
dasar, merupakan lempeng yang berfungsi sebagai pondasi dari septa yang muncul membentuk
struktur tegak dan melekat pada dinding yang disebut epiteka. Keseluruhan skeleton yang terbentuk
dari satu polip disebut koralit, sedangkan keseluruhan skeleton yang dibentuk dari banyak polip dari
satu individu atau koloni disebut koralum. Permukaan koralityang terbuka disebut kalik. Septa
dibedakan menjadi septa pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, tergantung dari besar-kecil dan
posisinya. Septa yang tumbuh hingga mencapai dinding luar dari koralit disebut kosta. Pada dasar
sebelah dalam dari septa tertentu umumnya dilanjutkan oleh suatu struktur yang disebut pali.
Struktur yang berada didasar dan ditengah koralit sering merupakan kelanjutan dari septayang
disebut kolumela (Suharsono, 2008).

Terumbu Karang adalah suatu ekositem yang bersimbiosis dengan kelompok hewan anggota
filum Cnidaria yang dapat menghasilkan kerangka luar dari kalsium karbonat. Karang dapat berkoloni
atau sendiri, tetapi hampir semua karang hermatipik merupakan koloni dengan berbagai individu
hewan karang atau polip menempati mangkuk kecil atau kolarit dalam kerangka yang masif
(Prasetya, 2003).
Salah satu organisme yang selama masa hidupnya selalu menetap dan mencari makan di
kawasan terumbu karang adalah anemon laut. Anemon laut merupakan salah satu jenis karang dari
filum Cnidaria. Karang dan anemon adalah anggota taksonomi kelas yang sama, yaitu Anthozoa.
Perbedaan utama adalah karang menghasilkan kerangka luar dari kalsium karbonat, sedangkan
anemon tidak (Ahsin. 2016)

Kehadiran alga zooxanthellae pada sel-sel endodermis menjadi sangat penting bagi
kelangsungan hidup dan pertumbuhan anemon laut. Zooxanthellae adalah sel tunggal berupa alga
dinoflagellata yang hidup bersimbiosis dalam sel-sel beberapa binatang laut seperti kebanyakan
terumbu yang membentuk karang di daerah tropis dan anemon laut, beberapa hydroid, dan semua
giant clam. Kehadiran anemon laut pada ekosistem terumbu karang diduga dapat meningkatkan
kinerja efisiensi energi pada ekosistem terumbu karang. Hal ini disebabkan anemon laut di samping
mampu memproduksi oksigen dengan adanya alga zooxanthellae juga mampu mengundang
kehadiran ikan-ikan karang terutama ikan Amphiprion sehingga meningkatkan keragaman struktur
tropik pada ekosistem terumbu karang. (Ahsin, 2016)

Morfologi anemon ini memiliki ciri-ciri tubuh berwarna oren, bentuk tubuh seperti tabung dan
memanjang, tekstur kulit licin, tekstur tubuh lunak, tubuh dapat memendek apa bila dikeluarkan dari
substratnya.Bagian atas tubuh ditandai dengan adanya mulut yang memiliki 6 tentakel oral yang
pendek mengelilingi mulut dan 12 tentakel marginal yang lebih panjang terletak disekitar mulut, jika
bagian ujung tentakel diganggu maka tentakel akan masuk kedalam tubuh dan tubuh mengkerut
masuk kedalam substrat. Bagian bawah tubuh semakin ke bawah semakin mengecil dan agak
meruncing. (Henky Irawan, 2012)

B. ANATOMI

Polip karang mempunyai mulut yang terletak dibagian atas dan juga berfungsi sebagai dubur;
tentakeltentakel yang digunakan untuk menangkap mangsanya; serta tubuh polip. Tubuh polip
karang terdiri atas tiga lapisan, dari luar ke dalam tersusun sebagai berikut : Ektoderm, mesoglea dan
endoderm. Dalam lapisan endoderm hidup simbion alga bersel satu yang disebut Zooxantellae, yang
dapat menghasilkan zat organik melalui proses fotosintesis yang kemudian sebagian disekresikan
kedalam jaringan polip karang sebagai pangan. Makanan yang masuk dicerna oleh filamen khusus
mesenteri dan sisanya dikeluarkan melalui mulut (Romeo, 2017)

Dinding polip karang mempunyai tiga lapisan yaitu ektoderma, endoderma dan mesoglea.
Ektoderma merupakan jaringan terluar yang terdiri dari berbagai jenis sel, pada lapisan ektoderma
banyak dijumpai sel glandula yang berisi sel nematosit. Nematosit merupakan sel penyengat yang
berfungsi sebagai alat penangkap makanan dan mempertahankan diri. Selain itu terdapat pula sel
mukus yang berfungsi menghasilkan mukus yang membantu menangkap makanan dan untuk
membersihkan diri dari sedimen yang melekat. Mesoglea merupakan jaringan yang di bagian tengah
berupa lapisan seperti jelly. Di dalam lapisan jelly terdapat fibril-fibril sedangkan di lapisan luar
terdapat sel semacam sel otot. Jaringan endoderm berada di lapisan dalam yang sebagian besar
selnya berisi sel algae yang merupakan simbion karang. Seluruh permukaan jaringan karang juga
dilengkapi dengan silia dan flagella. Kedua sel ini berkembang dengan baik di lapisan luar tentakel
dan di dalam sel mesenteri (Suharsono, 2008).
Anatomi tubuh anemon Stichodactyla gigantea terdiri atas empat bagian yaitu dasar (base),
badan (column), lingkar mulut (oral disc), dan tentakel (tentacle). Dasar (base) tubuh Stichodactyla
gigantea berbentuk kaku, tidak beraturan tergantung pada lapisan (substrat) yang ditempatinya.
Lebarnya kadangkala sedikit lebih kecil dari bagian badannya, tetapi garis tengah pada umumnya
lebih kecil dari garis tengah lingkar mulut. Binatang ini biasanya memiliki warna dasar yang sama
dengan badan walaupun dengan corak yang lebih muda. Badan (column) Stichodactyla gigantea
umumnya pendek (kurang lebih setengah dari garis tengah lingkar mulut), tetapi dapat memanjang
tergantung kedalaman obyek tempat menempel lingkar kakinya (pedal disc). Badan binatang ini agak
tembus cahaya dengan warna bervariasi dari coklat kekuningan atau kemerahmudaan sampai coklat
keoranyean melalui hijau muda sampai biru kehijauan dan hijau kelabu. (Ahsin, 2016)

Secara umum anemon laut adalah polip yang merupakan hewan berkantung yang mempunyai
tentakel dan mulut pada salah satu ujungnya dan pada ujung seberangnya mempunyai pedal disc
yang secara khusus digunakan untuk melengket. Otot dan daerah datar ini mempunyai kelenjar
epidermis yang menghasilkan mukus bergetah yang membantunya untuk menemukan substrat.
Dinding tubuh anemon terdiri tiga lapisan. Lapisan pertama dinamakan mesoglea yaitu lapisan
tengah non selluler yang terletak di antara dua lapisan jaringan. Lapisan jaringan terluar disebut
epidermis sedangkan yang bagian dalam disebut gastrodermis. (Ahsin, 2016)
DAFTAR PUSTAKA
Ahsin, M. 2016. Dinamika Simbion Alga Zooxanthellae Pada Anemon Laut Hasil Teknologi Reproduksi
Aseksual. Banjarmasin. Pusat Pengelolaan jurnal dan penerbit ULM

Irawan, H. 2013. Biologi Anemon Di Perairan Litoral Daerah Batu Hitam Ranai Kabupaten Natuna.
Studi Biologi Dan Ekologi Vol. 3 No. 1. Riau

Prasetya.I.N.D..2003. Kajian Jenis Dan Kelimpahan Rekrutmen Karang DiPesisir Desa Kalibukbuk,
Singaraja, Bali.Universitas Pendidikan Ganesha,Singaraja: Bali

Rijal, S. 2016. Tingkat Tutupan Ekosistem Terumbu Karang Di Perairan Pulau Terkulai. Ilmu Kelautan
FIKP-UMRAH. Tanjung Pinang

Romeo. 2017. Kondisi Terumbu Karang Di Pantai Tureloto Kabupaten Nias Utara Provinsi Sumatra
Utara. Universitas Riau. Pekanbaru

Suharsono, 2008. Jenis-jenis Karang yang Umum Dijumpai di Perairan Indonesia. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Oseanografi, LIPI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai