Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

“ Phylum Arthopoda ”
Diajukan untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Zoologi Invertebrata

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Uus Toharudin M.Pd
Ida Yayu N.H., S.Pd., M.Si.
Saiman Rosamsi M.Pd

DISUSUN OLEH :
Rafika Amelia 195040025
Dinar Rosmania 195040027
Ugi Hermawati 195040028
Siti Marhayanti 195040037
Puput Kartika 195040045
Biologi A

PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG
2019 - 2020
IDENTITAS
Judul : Phylum Arthopoda
Hari/tanggal: Sabtu 19 Desember 2020

TUJUAN
1. Apa yang dimaksud phylum Arhtopoda ?
2. Apa morfologi dari phylum Arhtopoda?
3. Apa anatomi dari phylum Arhtopoda?
4. Bagaimana pengklasifikasian dari phylum Arhtopoda?
5. Bagaimana peranan Arhtopoda dalam kehidupan ?

DASAR TEORI
Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthro yang berarti ruas dan podos
yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda berarti hewan yang kakinya beruas-ruas. Organisme
yang tergolong filum arthropoda memiliki kaki yang berbuku-buku.

 Ciri-Ciri Arthropoda
Arthropoda adalah hewan dengan kaki beruas-ruas dengan sistem saraf tali
dan organ tubuh telah berkembang dengan baik. Tubuh artropoda terbagi atas
segmen-segmen yang berbeda dengan sistem peredaran darah terbuka. Contoh : laba-
laba, lipan, kalajengking, jangkrik, belalang, caplak, bangsat, kaki seribu, udang,
lalat / laler, kecoa.
Hewan arthropoda memiliki bentuk tubuh simetri bilateral, triploblastik
selomata, dan tubuhnya bersegmen. Tubuh ditutupi lapisan kutikula yang merupakan
rangka luar (eksosketelon). Ketebalan kutikula sangan bervariasi, tergantung dari
spesies hewannya. Kutikula dihasilkan oleh epidermis yang terdiri atas protein dan
lapisan kitin. Pada waktu serangga mengadakan pertumbuhan, kutikula akan
mengalami pengelupasan.
Kutikula berfungsi melindungi tubuh bagian dalam, memberi bentuk pada
tubuh serangga dan dapat menjadi tempat melekatnya otot, terutama yang
berhubungan dengan alat gerak. Otot serangga merupakan otot serat lintang yang
susunannya sangat kompleks. Otot ini diperlukan untuk melakukan gerakan yang
cepat.
Tubuh Arthropoda terdiri atas caput (kepala), toraks(dada), dan abdomen
(perut) yang bersegmen-segmen. Pada laba-laba dan udang, kepala dan dadanya
bersatu membentuk sefalotoraks, tetapi ada juga spesies yang sulit dibedakan antara
kepala, toraks, dan abdomennya, seperti pada lipan. Pada tiap-tiap segmen tubuh ada
yang dilengkapi alat gerak dan ada juga yang tidak dilengkapi alat gerak.
Hewan arthropoda memiliki organ sensoris yang sudan berkembang, seperti
mata, penciuman, serta antena yang berfungsi sebagai alat peraba dan pencium.
Tingkat perkembangannya sesuai dengan kondisi lingkungan tempat hidupnya.
Sistem peredaran darah terdiri atas jantung di bagian dorsal. Sistem
peredaran darahnya merupakan sistem peredaran darah terbuka yang tidak memiliki
kapiler darah. Jantung berfungsi untuk memompa darah keseluruh tubuh. Hewan
arthropoda yang hidup di air ada yang bernapas dengan menggunakan insang, sistem
trakea, paru-paru buku, atau pada beberapa spesies melalui permukaan tubuh. Sistem
ekskresi menggunakan saluran malpighi. Sistem saraf dinamakan sistem saraf tangga
tali karena terdiri atas dua ganglion dorsal yang memiliki dua saraf tepi. Setiap saraf
trepi dihubungkan oleh saraf melintang sehingga merupakan tangga tali. Sistem
pencernaan dimulai dari mulut, usus, dan anus. Mulut ada yang berfungsi untuk
menjilat seperti pada lalat, menusuk dan menghisap seperti pada nyamuk, serta
menggigit seperti pada semut.
Anggota filum arthropoda dapat dibedakan menjadi hewan jantan dan betina.
Fertilisasi arthropoda terjadi secara internal. Telur banyak mengandung kuning telur
yang tertutup oleh cangkang. Hewan arthropoda ada yang mengalami metemorfosis
sempurna, metemorfosis tidak sempurna, dan ada yang tidak bermetamorfosis.
Sistem reproduksi Arthropoda umumnya terjadi secara seksual.Namun ada
juga yang secara aseksual, yaitu dengan partenogenesis. Partenogenesis adalah
pembentukan individu baru tanpa melalui fertilisasi (pembuahan). Individu yang
dihasilkan bersifat steril.Organ reproduksi jantan dan betina pada Arthropoda
terpisah, masing-masing menghasilkan gamet pada individu yang berbeda sehingga
bersifat dioseus (berumah dua). Hasil fertilisasi berupa telur.
Cara hidup Arthropoda sangat beragam, ada yang hidup bebas, parasit,
komensal, atau simbiotik.Dilingkungan kita, sering dijumpai kelompok hewan ini,
misalnya nyamuk, lalat, semut, kupu-kupu, capung, belalang, dan lebah.
Habitat penyebaran Arthropoda sangat luas.Ada yang di laut, periran tawar,
gurun pasir, dan padang rumput.

 Klasifikasi filum Arthropoda


1. Kelas Crustcea
Crustacea (dalam bahasa latinnya, crusta= kulit) memiliki kulit yang
keras. Udang, lobster, dan kepiting adalah contoh kelompok ini. Umumnya
hewan Crustacea merupakan hewan akuatik, meskipun ada yang hidup di
darat.
Hewan ini memiliki ciri khas, yaitu rangka luar dari kitin yang keras.
Rangka luar ini keras karena mengandung zat kapur. Hewan yang tergolong
kelas Crustcea kebanyakan hidup di laut, sperti kutu air, udang karang, dan
kepiting. Selain itu ada pula yang hidup di air tawar atau di darat pada tanah
yang lembab.
Tubuh hewan kelas ini terdiri atas sefalotoraks dan abdomen. Pada
kepala terdapat sepasang mandibula dan dua pasang maksila. Pada toraks
udang dan kepiting terdapat lima pasang kaki yang terdiri atas satu pasang
kaki ginting dan empat pasang kaki jalan. Kaki gunting berfungsi untuk
menjepit mangsanya. Pada setiap abdomen terdapat kaki renang. Pada ujung
abdomen terdapat kaki daun (uropod). Uropod terletak diantara sisi ekor
yang mendatar (telson).
2. Kelas Arachnida
Arachnoidea (dalam bahasa yunani, arachno = laba-laba) disebut juga
kelompok laba-laba, meskipun anggotanya bukan laba-laba saja.
Kalajengking adalah salah satu contoh kelas Arachnoidea yang jumlahnya
sekitar 32 spesies. Arachnoidea merupakan hewan terestrial (darat) yang
hidup secara bebas maupun parasit. Arachnoidea yang hidup bebas bersifat
karnivora. Tubuhnya terdiri atas sefalotoraks, abdomen, dan 4 pasang kaki.
Tidak memiliki mandibula.
3. Kelas Insecta
Insecta (dalam bahasa latin, insecti = serangga). Banyak anggota
hewan ini sering kita jumpai disekitar kita, misalnya kupu-kupu, nyamuk,
lalat, lebah, semut, capung, jangkrik, belalang, dan lebah. Ciri khususnya
adalah kakinya yang berjumlah enam buah. Karena itu pula sering juga
disebut hexapoda. Insecta dapat hidup di bergagai habitat, yaitu air tawar,
laut dan darat. Hewan ini merupakan satu-satunya kelompok invertebrata
yang dapat terbang.Insecta ada yang hidup bebas dan ada yang sebagai
parasit. Insecta sering disebut serangga atau heksapoda. Heksapoda berasal
dari kata heksa berarti 6 (enam) dan kata podos berarti kaki. Heksapoda
berarti hewan berkaki enam.
Tubuh Insecta dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu kaput, toraks, dan
abdomen. Kaput memiliki organ yang berkembang baik, yaitu adanya
sepasang antena, mata majemuk (mata faset), dan mata tunggal (oseli).
Insecta memiliki organ perasa disebut palpus. Insecta yang memiliki syap
pada segmen kedua dan ketiga. Bagian abdomen Insecta tidak memiliki
anggota tubuh. Pada abdomennya terdapat spirakel, yaitu lubang pernapasan
yang menuju tabung trakea. Trakea merupakan alat pernapasan pada Insecta.
Pada abdomen juga terdapat tubula malpighi, yaitu alat ekskresi yang
melekat pada posterior saluran pencernaan. Sistem sirkulasinya terbuka.
Organ kelaminnya dioseus.
4. Kelas Myriapoda (Chilopoda dan Diplopoda)
Dalam system klasifikasi dapat berbeda antara satu system dan yang
lainnya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan pendapat antara ilmuan di
dunia pada system klasifikasi tertentu Diplopoda dan Chilopoda merupakan
tingkat kelas, sedangkan pada system lain Diplopoda dan Chilopoda
dikelompokkan dalam kelas Myriapoda.
Tubuh Diplopoda berbentuk bulat memanjang, memiliki banyak
segmen. Tubuhnya ditutupi lapisan yang mengandung garam kalsium dan
warna tubuhnya mengkilap. Kepala memiliki dua mata tunggal, sepasang
antenna pendek, dan sepasang mandibula. Toraksnya pendek terdiri ats 4
segmen. Setiap segmen memiliki sepasang kaki, kecuali segmen pertama.
Hewan kelompok ini memiliki abdomen panjang, tersusun atas 25 hingga
lebih dari 100 segmen, bergantung pada spesiesnya. Setiap segmen memiliki
2 pasang spirakel, ostia (lubang), ganglion saraf, dan 2 pasang kaki yang
terdiri atas tujuh ruas.
Hewan yang tergolong Diplopoda tidak memiliki system pencernaan
yang lengkap. System pencernaanya disusun oleh sustu saluran lurus dengan
2 atau 3 pasang kelenjar ludah. Di daerah ujungnya terdapat 2 saluran
Malphigi panjang untuk ekskresi. System peredaran darah pada Diplopoda
merupakan system peredaran darah terbuka. Alat reproduksinya dinamakan
gonopod, berada pada segmen yang ke-7. fertilisasi pada Diplopoda terjadi
secara internal. Hewan betina ordo ini membuat sarang untuk menyimpan
telur.

ALAT dan BAHAN

ALAT BAHAN
Cutter Caridea sp. (Udang)
Loupe
Jarum Pentul
Sarung Tangan
Pinset
Alkohol

LANGKAH KERJA
1. Tiap jenis hewan dipersiapkan dari tiap kelas dan siap diamati
2. Amati morfologi dan anatomi dengan menggunakan lup
3. Cari link video dari tiap kelas filum molusca
4. Translit dan analisis video dan gambar hasil pengamatan
5. Catat hasil pengamatan

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, kelompok kami melakukan praktikum mengenai
anatomi dan morfologi pada fillum Arthopoda. Kelompok kami melakukan praktikum
dengan mengamati empat kelas yang termasuk fillum Arthopoda yaitu:
I. Kelas Crustcea
Kelompok kami melakukan pengamatan anatomi dan morfologi
pada spesies Caridea sp. Dari hasil pengamatan, diketahui bahwa
Caridea spa tau udang permukaan tubuh crustacea dilindungi kutikula
yang tersusun dari zat kitin yang ditambah dengan garam-garam mineral
dan bersifat sangat keras. Tubuhnya dibedakan menjadi cefalotorak dan
abdomen yang terdiri dari segmen-segmen (kepala 5, torak 8, dan
abdomen 6) masing-masing dengan satu pasang anggota tubuh yang
terdiri atas ruas-ruas. Setiap segmen tubuh dibedakan atas tergum (bagian
dorsal), sternum (bagian ventral), pleura (lateral tubuh). Cefalotorak
terdiri atas 13 segmen yang terlindung oleh karapak. Ujung anterior
karapak merupakan rostrum. Antena dan antenula merupakan struktur
indera. Kaki jalan berfungsi untuk bergerak, memegang makanan, dan
membersihkan tubuhnya. Kaki renang sebagai alat renang, respirasi, dan
pembawa telur pada hewan betina.
Sistem pencernaan terdiri atas mulut, esophagus, lambung, usus,
dan anus. Lambung dibedakan atas dua bagian yaitu bagian yang besar
(anterior) disebut kamar kardiaka dan yang kecil adalah pylorus. Usus
merupakan tabung kecil yang mengarah ke arah posterior tubuh dan
bermuara pada anus yang terletak pada permukaan ventral telson. Di
dalam usus terjadi penyerapan zat-zat makanan oleh dinding usus
(Kastawi, 2009).  Makanan udang pada prinsipnya adalah hewan-hewan
yang masih hidup antara lain, siput, berudu, larva insekta, dan ikan-ikan
kecil. Namun udang juga memakan material organik yang membusuk.
Diantara bagian lateral karapak dan dinding badan terdapat
rongga-rongga  atau kamar-kamar yang berisi insang dan bagian ventral
kamar tersebut terbuka. Insang merupakan penjuluran dinding badan
yang berbentuk bulu dan mengandung pembuluh darah. Skafognatit
(bagian berbentuk sadel)  dari maxilla II bergerak ke depan dan ke
belakang menarik air yang kaya oksigen menuju ke filamen insang.
Udang bersifat diesius, yang betina memiliki abdomen yang lebih
besar di bandingkan yang jantan. Alat reproduksi udang  jantan terdiri
atas sepasang testis, sepasang vas deferens, dan sepasang vesikula
seminalis. Alat reproduksi udang betina terdiri atas sepasang ovari dan
sepasang oviduk.
Pembuahan terjadi di luar tubuh. Ketika musim reproduksi udang
jantan dan udang betina mengadakan kopulasi. Pada saat kopulasi
spermatozoa akan di tampung dalam penampung sperma, kemudian
kedua hewan berpisah. Beberapa hari kemudian, udang betina
membersihkan daerah abdomennya dengan menggunakan kaki renagnya.
Kemudian udang betina membalikkan tubuhnya, melipat tubuh dan
keluarlah sekresi berupa lendir yang menyelaputi kaki renang. Ovum
akan keluar dari oviduk sekitar 200-400 buah dan akan dibuahi oleh
spermatozoa yang keluar dari kantong penampung spermatozoa. Telur
tetap melekat pada kaki renang sampai menetas.

II. Kelas Arachnida


Kelompok kami melakukan mengamatan dengan mengamati
video praktikum Internasional. Pada video praktikum tersebut dapat kami
ketahui bahwa laba-laba pada kelas Arachnida memiliki kelisera pada
sefalotoraks (atau prosoma) yang seperti gunting atau catut. Dua bagian
utama dari kelisera ini adalah landasan tebal (tempat otot dan kelenjar
bisa) dan taring yang dapat digerakkan. Umumnya, taring berada pada
lekukan dasar landasan dengan mekanisme seperti pada pisau lipat.
Kelisera ini digunakan untuk menyuntikkan racun ke dalam tubuh
mangsa dan dapat juga untuk memutuskan benang “jaring” laba-laba. 
Organ pelengkap kedua pada prosoma adalah
sepasang pedipalpus. Pedipalpus ini mirip dengan kaki, namun memiliki
segmen yang lebih sedikit dan tidak digunakan untuk bergerak.
Pedipalpus berfungsi untuk menangkap (memegang dan memanipulasi)
mangsa, sensor, pertahanan diri, maupun reproduksi.
Arachnida umumnya memiliki paru-paru buku dan trakea.
Paru-paru buku menyerap oksigen dan membuang zat sisa
menggunakan hemolimfa sebagai alat pengangkut, sedangkan trakea
melakukan hal yang sama tanpa menggunakan hemolimfa. Paru-paru
buku ini berbeda dengan paru-paru pada vertebrata. Paru-paru buku
adalah tumpukan kantong udara dan jaringan yang berisi hemolimfa,
sehingga memberikan bentuk seperti “lipatan” buku. Struktur seperti
“lipatan halaman buku” ini terisi udara sehingga memaksimalkan
permukaan yang terpapar udara. Kemudian, bagian “halaman buku” yang
tidak terlipat, terisi dengan hemolimfa yang membawa oksigen dan
karbondioksida.
Jumlah paru-paru buku bervariasi dari satu pasang pada sebagian
besar laba-laba, sampai empat pasang pada kalajengking. Pada mayoritas
spesies, respirasi menggunakan paru-paru buku tidak membutuhkan
gerakan untuk memfasilitasi pernafasan ini. Ada tidaknya paru-paru buku
ini membagi Arachnida menjadi dua kelompok,
yaitu Arachnopulmonata (memiliki paru-paru: kalajengking,
kalajengking cambuk, Schizomida, Amblypygi, dan laba-laba);
dan Apulmonata (tidak memiliki paru-paru: tungau, caplak, Opiliones,
Ricinulei, Solifugae, dan kalajengking palsu).
Fertilisasi umumnya internal dan pada sebagian besar spesies,
individu jantan menyalurkan sperma ke individu betina dalam “paket”
atau spermatofor (en: spermatophore). Pada spesies lain, pedipalpus
dapat digunakan untuk “menyuntikkan” sperma ke lubang kelamin
betina. Sebagian besar hewan golongan laba-laba bertelur, akan tetapi
kalajengking dan beberapa tungau menyimpan telur di dalam tubuh
mereka sampai menetas. Kalajengking juga menjaga “bayi” mereka di
punggung sampai molting pertama kali.

III. Kelas insecta


Kelompok kami melakukan mengamatan dengan mengamati
video praktikum Internasional. Pada video praktikum tersebut dapat kami
ketahui bahwa serangga pada kelas insecta secara morfologi, tubuh
serangga dewasa dapat dibedakan menjadi tiga bagian utama, sementara
bentuk pradewasa biasanya menyerupai moyangnya, hewan lunak beruas
mirip cacing. Ketiga bagian tubuh serangga dewasa adalah kepala
(caput), dada (thorax), dan perut (abdomen).
Organ pernapasan berupa trakea berspirakel yang terletak di
kanan-kiri pada tiap ruas, sebagian larva bernapas dengan insang trakea
pada bagian perutnya.
Tipe sistem peredaran darahnya adalah terbuka (lakunair), tidak
mempunyai pembuluh balik (vena). Darah tak mengandung hemoglobin
(Hb) sehingga tidak mengangkut oksigen atau karbondioksida tetapi
hanya berfungsi mengangkut makanan.
Insecta kadang-kadang mengalami partenogenesis maupun
paedogenesis. Partenogenesis ialah perkembangan embrio tanpa dibuahi
oleh spermatozoid, misalnya lebah. Sedangkan paedogenesis ialah
partenogenesis yang berlangsung di tubuh larva, misalnya Diptera.Dalam
perkembangan menuju dewasa, Insecta mengalami perubahan bentuk luar
dan dalam dari fase telur ke tingkat dewasa yang disebut metamorfosis.
Fertislisasinya internal, artinya pembuahan sel telur pleh spermatozoid
berlangsung di dalam tubuh induk betina.

IV. Kelas Myriapoda


Kelompok kami melakukan mengamatan dengan mengamati
video praktikum Internasional. Pada video praktikum tersebut dapat kami
ketahui bahwa Sebagian besar kaki seribu adalah detritivora, dan
membentuk humus dari sisa-sisa tumbuhan. Mereka adalah ada di
berbagai ekosistem darat, juga ada pada habitat di dalam tanah. Hewan
ini bukan organisme akuatik, walaupun ada spesies yang dapat bertahan
hidup berbulan-bulan di dalam air.
Meskipun nama “Millipede” berarti “kaki seribu,” namun tidak
ada yang mencapai angka tersebut. Rekor kaki paling banyak berjumlah
750 dari spesies Illacme plenipes.  Jumlah kaki yang sangat banyak
tersebut disebabkan karena setiap segmen tubuhnya memiliki dua pasang
kaki. Satu segmen tubuh tersebut sebenarnya adalah dua segmen yang
tergabung menjadi satu, inilah yang menjadi ciri-ciri utama hewan ini.
Lain halnya dengan lipan, kaki pada Diplopoda terletak di bagian bawah
tubuh.
Karakteristik kaki seribu yang lain adalah pada kepalanya terdapat
sepasang antena, bintik mata, mandibula,
dan gnathochilarium. Gnathochilarium yang disebut juga “bibir rahang”
ini terbentuk dari sepasang maksila. Setelah kepala terdapat segmen tanpa
kaki, tiga buah segmen dengan sepasang kaki, dan kemudian barulah
segmen dengan dua pasang kaki pada tiap segmennya. Kaki seribu tidak
memiliki cakar berbisa, namun mereka melindungi diri dengan kulitnya
yang tebal dan mensekresikan racun. Hal ini membuat predator enggan
memangsa hewan beracun ini.
Kesimpulan
Dari pengamatan praktikum kali ini yang dilakukan secara virtual baik dengan
menggunakan zoom dan dengan melihat video praktikum di youtube, kita dapat
mengetahui banyak sekali informasi tentang phylum Arthropoda, yaitu penjelasan
tentang arthropoda merupakan hewan dengan kaki beruas dengan sistem saraf tali dan
organ tubuh telah berkembang dengan baik. Kita dapat mengetahui morfologi dari tubuh
Arthopoda yang terbagi atas segmen -segmen yang berbeda, bentuk tubuh simteri
bilateral, tripoblastik, selomata, tubuh ditutupi lapisan kutikula dan merupakan tempat
melektanya otot pada serangga. Kita juga dapat mengetahui anatomi dari hewan
arthropoda yaitu memiliki organ sensoris yang sudah berkembang, sistem peredaran
darah terdiri dari jantung dibagian dorsal dan merupakan sistem peredaran terbuka, yang
tidak memiliki kapiler darah, memiliki jantung, bernafas dengan insang, paru-paru buku,
sistem trakea, dan ada juga yang melalui permukaan tubuh . sistem saraf dinamakan
sistem saraf tangga tali karena terdiri atas 2 ganglion dorsal yang memiliki dua saraf
tepi. Kita dapat mengetahui pengklasifikasian arthropoda terbagi menjadi 4 filum yaitu
kelas crustecea (udang-udangan), Arachnida (berkaki banyak), insecta (serangga),
Myriapoda (berkaki banyak). Kita dapat mengetahui peranan arthropoda bagi kehidupan
yaitu sebagai sumber makanan yang mengandung protein tinggi (udang, kepiting,
rajungan, lobster, laron), sebagai obat-obatan (lebah madu yang menghasilkan madu),
sebagai bahan percobaan seeperti lalat buah , sebagai bahan baku seperti hewat ulat sutra
yang digunakan bahan baku pembuatan kain, membantu penyerbukan tanaman yang kita
tanam apabila kita sedang menanam tanaman di kebun atau dimana pun, juga dapat
berperan sebagai pemberantas hama tanaman padi dan tanaman lainnya dengan jenis
arthropoda tertentu, selain menguntungkan arthropoda juga memiliki peranan yang
merugikan bagi kehidupan manusia yaitu sebagai agen penularan penyakit seperti
nyamuk yang menyebabkan malaria dan DBD, dengan jenis arthropoda tertentu juga
arthropoda dapat merusak tanaman budidaya. Banyak sekali materi dan manfaat yang
kita dapatkan dari praktikum kita kali ini meskipun dilakukan secara virtual semoga bisa
menambah ilmu. Sekian dan terimakasih hasil laoran praktikum kelompok kami semoga
bermanfaat Kurang lebihnya mohon maaf, tentu saja sangat banyak sumber lain yang
dapat dibaca guna menambah ilmu.

Anda mungkin juga menyukai