PENCEMARAN LAUT
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
BUKU PANDUAN PRAKTIKUM
PENCEMARAN LAUT
PENCEMARAN LAUT
Oleh : Kelompok 9
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktikum
Pencemaran Laut, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada Asisten praktikum
Pencemaran Laut yang telah membantu kami dalam menyusun laporan ini.
Kepada Bapak / Ibu Dosen mata kuliah Pencemaran Laut, dan semua pihak
yang telah membantu, dan memberikan masukan dalam menyusun laporan ini.
Akhirnya dengan segala keterbatasan serta pengetahuan, penulis
menyadari bahwa dalam penulisan ini masih terdapat kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan komentar yang
dapat dijadikan masukan dalam menyempurnakan kekurangan penulis di masa
yang akan datang dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iv
DAFTAR ISI..........................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................................ix
1.PENDAHULUAN.............................................................................................................10
2.TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................................12
2.1.Logam Berat...........................................................................................................12
2.2.1 Suhu................................................................................................................15
2.2.2 pH....................................................................................................................15
2.2.3 Salinitas...........................................................................................................16
2.2.4 Kecerahan........................................................................................................16
2.2.5 DO...................................................................................................................17
2.2.6 Arus.................................................................................................................18
2.3 AAS( Atomic Absorption Spectrophotometer)........................................................18
2.3.1 Penyaringan.....................................................................................................18
3. METODE.......................................................................................................................22
3.3.3 AAS..................................................................................................................26
4. PEMBAHASAN..............................................................................................................28
4.2.1 Lapang.............................................................................................................42
4.2.2 Preservasi........................................................................................................45
4.2.2 AAS..................................................................................................................46
5. PENUTUP......................................................................................................................48
5.1 Kesimpulan.............................................................................................................48
5.2 Saran......................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................49
LAMPIRAN........................................................................................................................52
1. Asisten Zone.............................................................................................................52
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2 Kompressor.................................................................................................32
2.1.Logam Berat
2.1.1 Logam Berat Cd
Kelarutan logam berat sangat dipengaruhi oleh kandungan oksigen terlarut.
Pada daerah dengan kandungan oksigen yang rendah daya larutnya lebih rendah
sehingga mudah mengendap. Logam berat seperti Zn, Cu, Cd, Pb, Hg, dan Ag akan
sulit terlarut dalam kondisi perairan yang anoksik. Mengendapnya logam berat
bersama-sama dengan padatan tersuspensi akan mempengaruhi kualitas sedimen
di dasar perairan serta perairan di sekitarnya. Parameter kimia dan fisika yang turut
mempengaruhi kandungan logam berat dalam perairan adalah arus, suhu, salinitas,
padatan tersuspensi total, dan derajat keasaman (pH). Pada umumnya faktor
oseanografi yang paling berperan dalam penyebaran bahan cemaran adalah arus,
pasang surut, gelombang dan keadaan bathimetri( Maslukah, 2006).
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan densitas lebih besar dari
3
5g/cm , terletak disudut kanan bawah pada system periodik unsur, mempunyai
afinitas yang tinggi terhadap S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92, dari
periode 4 sampai 7. Sebagian logam berat seperti Plumbum (Pb), Kadmium (Cd),
dan Merkuri (Hg) merupakan zat pencemar yang sangat berbahaya. Afinitasnya
yang tinggi terhadap S menyebabkan logam ini menyerang ikatan S dalam enzim,
sehingga enzim yang bersangkutan menjadi tidak aktif. Gugus karboksilat (-COOH)
dan amina (-NH ) juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium, Plumbum, dan
2
Tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transformasi
melalui dinding sel. Logam berat juga mengendapkan senyawa posfat biologis atau
mengkatalis penguraiannya. (Manahan1977, dalam Ernawati 2010).
2.2.2 pH
Derajat keasaman atau Ph merupakan nilai yang menunjukkan aktivitas ion
hidrogen dalam air. Nilai pH suatu perairan dapat mencerminkan keseimbangan
antara asam dan basa dalam perairan tersebut. Derajat keasaman sangat atau pH
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup biota laut, misalnya
ikan. Kisaran nilai pH disuatu perairan berbeda- beda pada setiap wilayah. Pada
kisaran nilai pH air laut berkisar antara 7,5-8,4 dan akan semakin rendah ke wilayah
pantai karena daerah terpengaruhi oleh air tawar (Affan, 2012).
Derajat keasaman suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia yang
cukup penting dalam memantau kestabilan perairan. Perubahan nilai pH suatu
perairan terhadap organisme akuatik mempunyai batasan tertentu dengan nilai pH
yang bervariasi, tergantung pada suhu air laut, konsentrasi oksigen terlarut dan
adanya anion dan kation. Pada umumnya, nilai pH dalam suatu perairan berkisar
antara 4-9, sedangan di daerah bakau, niali pH dapat menjadi lebih rendah
disebabkan kandungan bahan organik yang tinggi (Simanjuntak, 2009).
2.2.3 Salinitas
Salinitas adalah tingkat tingkat keasinan atau kadar garam terlarut dalam air.
Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan kadar garam tanah. Kandungan
garam pada sebagaian besar danau, sungai dan saluran air alami sangat kecil
sehingga air tersebut dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam
sebenarnya pada air ini secara definisi kurang dari 0,05 ppt. jika lebih dari itu
dikategorikan sebagai air payau. Salinitas pada umumnya stabil, namun ada
beberapa daerah yang mengalami fluktuasi (Darmadi, 2010).
Salinitas disamping suhu, adalah merupakan faktor abiotik yang sangat
menentukan penyebaran biota laut. Perairan dengan salinitas lebih rendah atau
lebih tinggi dari pada pergoyangan normal air laut merupakan faktor penghambat
(limiting factor) untuk penyebaran biota laut tertentu. pergoyangan air laut normal
secara global berkisar antara 33 %o sampai dengan 37 ‰ dengan nilai tengah
sekitar 35 %o. Walaupun demikian terdapat kodisi ekstrim alami, seperti di Laut
Merah pada saat tertentu salinitas air laut dapat mencapai 40 ‰ ataupun seperti
contoh di Laut Baltik, terutama di sekitar Teluk Bothnia salinitas air laut dapat
mencapai titik terendah yaitu sekitar 2 %c. Perairan muara sungai dan estuaria
biasanya mempunyai salinitas lebih rendah dari air laut normal dan disebut sebagai
perairan payau (brackish water) (Aziz, 1994).
2.2.4 Kecerahan
Kecerahan merupakan tingkat dimana cahaya menembus lapisan perairan.
Pengukuran kecerahan menggunakan alat yang disebut seschi disc. Kecerahan
menunjukkan kemampuan penetrasi cahaya yang masuk dalam perairan. Tingkat
penetrasi cahaya sangat di pengaruhi oleh partikel tersuspensi dan terlarut dalam
air sehingga mengurangi laju fotosintesis organisme perairan. Kecerahan juga
dpengaruhi oleh faktor yang sangat penting yaitu adanya sinar cahya matahari
(Wijaya, 2009).
Kecerahan/kekeruhan merupakan ukuran transparansi suatu perairan, yang
ditentukan secara visual dengan menggunakan sechi disk. Kecerahan/ kekeruhan
menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya
yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam badan air.
Kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi
dan terlarut, maupun bahan organik yang berupa plankton dan mikroorganisme lain.
Padatan tersuspensi berkorelasi positif dengan kekeruhan. Semakin tinggi nilai
padatan tersuspensi suatu perairan akan menaikkan kekeruhan perairan tersebut,
akan tetapi tidak selalu berkorelasi dengan padatan terlarut total (Santoso, 2008).
2.2.5 DO
Oksigen terlarut (DO) merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme.
Perubahan konsentrasi oksigen terlarut dapat menimbulkan efek langsung yang
berakibat pada kematian organisme perairan. Sedangkan pengaruh tidak langsung
adalah meningkatkan toksisitas bahan pencemar yang berada dalam perairan. Hal
tersebut karena oksigem terlarut digunakan untuk proses metabolisme dalam tubuh
dan perkembangbiakan organisme. Kelarutan oksigen di dalam air dipengaruhi
suhu, salinitas, dan tekanan udara. Peningkatan suhu dan salinitas menyebabkan
penurunan oksigen begitu juga sebaliknya. Kenaikan DO menyebabkan penurunan
suhu dan salinitas ( Affan, 2012).
Oksigen yang dikenal dengan nama zat asam merupakan unsur yang sangat
berperan dalam proses kehidupan dan penghidupan yang normal di dunia ini. Tanpa
oksigen proses respirasi dari organisme tidak akan berjalan. sehingga tentunya akan
diikuti oleh kematian. Begitu pula bahan bakar tidak akan terbakar, logam tidak akan
berkarat dan yang penting lagi zat-zat organik tidak akan terurai atau mengalami
pembusukan tanpa adanya oksigen. Sumber terpenting oksigen adalah atmosfir dan
hasil samping proses fotosintesa tumbuhan air. Penambahan kandungan oksigen
dalam air laut hanya berlangsung pada lapisan-lapisan air permukaan melalui
absorpsi atau proses diffusi dari atmosfir dan proses fotosintesa (Azkab dan
Muchtar, 1998).
2.2.6 Arus
Arus laut adalah gerakan massa air dari suatu tempat (posisi) ke tempat yang
lain. Arus laut terjadi dimana saja di laut. Pada hakekatnya, energi yang
menggerakkan massa air laut tersebut berasal dari matahari. Adanya perbedaan
pemanasan matahari terhadap permukaan bumi menimbulkan pula perbedaan
energi yang diterima permukaan bumi. Perbedaan ini menimbulkan fenomena arus
laut dan angin yang menjadi mekanisme untuk menye-imbangkan energi di seluruh
muka bumi. Kedua fenomena ini juga saling berkaitan erat satu dengan yang lain.
Angin merupakan salah satu gaya utama yang menyebabkan timbulnya arus laut
selain gaya yang timbul akibat dari tidak samanya pemanasan dan pendinginan air
laut (Azis, 2006).
Arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan
di dunia. Pergerakan air ini merupakan hasil dari beberapa proses yang terdiri dari
adanya aksi angin di atas permukaan laut dan terjadinya perbedaan kerapatan air
laut yang disebabkan oleh pemanasan matahari. Arus dapat pula dihasilkan dari
aktifitas pasang surut dan pergerakan ombak di pantai.Gerakan air di permukaan
laut terutama disebabkan oleh adanya angin yang bertiup di atasnya. Akibatnya
arus yang mengalir di permukaan lautan merupakan hasil kerja gabungan dari
mereka ini. Faktor-faktor tersebut adalah bentuk topografi dasar lautan, pulau-pulau
yang ada di sekitarnya, dan gaya coriolis.( Lanur dan Suwarni, 2011).
2.3.1 Penyaringan
Salah satu proses pengolahan air secara fisik adalah dengan filtrasi,
dimana terjadi pemisahan antara padatan/koloid dengan cairan. Pada proses ini,
digunakan media filtrasi yang sangat beragam untuk mendukung. Kelancaran proses
pengolahan air bersih. Secara umum filtrasi adalah proses yang digunakan
pada pengolahan air bersih untuk memisahkan bahan pengotor (partikulat) yang
terdapat dalam air. Pada prosesnya air merembes dan melewati media filter
sehingga akan terakumulasi pada permukaan filter dan terkumpul sepanjang
kedalaman media yang dilewatinya. Filter juga mempunyai kemampuan untuk
memisahkan partikulat semua ukuran termasuk didalamnya algae, virus, dan
koloid-koloid tanah (Selintung, 2012).
Proses filtrasi bertujuan memisahkan padatan dari campuran fasa cair dengan
kekuatan pendorong (driving force) perbedaan tekanan sehingga mendorong fasa
cair melewati lapisan pada medium filter. Pada proses filtrasi, pemisahan padatan
akan tertahan pada medium penyaring. Sedangkan fasa cair yang melewati medium
filter berupa limbah atau hasil sampingnya. Prosedur filtrasi sederhana dapat
diterapkan langsung pada benda padat yang bentuknya tetap. Sebaliknya,
diperlukan perlakuan-perlakuan khusus sebelum dan sesudah proses filtrasi jika
padatan yang akan dipisahkan berupa cairan yang mudah terdeformasi atau
berukuran kecil dan relatifsulit diambil dari suspensi cair. Filtrasi sering diterapkan
pada proses-proses biologis seperti memisahkan ekstrak juice atau memisahkan
mikroorganisme dari medium fermentasinya. Pada proses-proses pemisahan yang
sulit, proses filtrasi konvesional harus didukung dengan teknologi lain agar filtrasi
lebih praktis, cepat, dan kualitas tidak terdegradasi(ITB, 2015).
Cu 0.002 0.05
Pb 0.00003 0.05
Zn 0.002 0.1
μg ( D−E ) xFpxV
Konsentrasi Pb atauCd =
g W
Dimana:
μg
D adalah konsentrasi contoh dari hasil pembacaan AAS
l
μg
E adalah konsentrasi blanko contoh dari hasil pembacaan AAS
l
Fp adalah faktor pengenceran
V adalah volume akhir larutan contoh yang disiapkan (ml), harus diubah ke dalam
satuan liter
W adalah berat contoh (g)
3. METODE
Hasil
b. Pengawetan Sampel
Disiapkan Alat dan Bahan
3.3.3 AAS
Disiapkan alat dan bahan
- Tekan tombol Power yang digunakan untuk menghidupkan blower
- Putar Tuas pada tabung berlawan jarum jam agar longgar, kemudian
baut yang berada dibawah compressor dikencangkan, Putar knop
untuk memberi supply oksigen kemudian sambungkan kabel pada
listrik.
- Tekan tombol power yang ada pada AAS
- Tunggu beberapa saat sampai muncul starting method server
- Pada Start Up pilih flame, lalu tekan ok
- Pada menu lamp pilih install lamps, kemudian akan muncul daftar
logam yang akan dianalisis. Pilih logam berat yang akan diteliti
- Isi satuan pada wavelength, pilih ok
- Kemudian isi pada slit, pilih ok
- Selanjutnya pindah ke menu flame. Pastikan interlocks berwarna
hijau
- Kemudian ke menu parameter, pilih spektometer yang ada dipojok
kanan pada layar, terdapat menu intergration time, replicates dan
read delay (tidak perlu diubah), pada menu sample handling pilih
manual data display
- Kemudian klik calibration dan pada calibration equaption pilih linear
trought zero. Lalu tulis standart konsentrasi yang telah diketahui pada
sampel
- Memulai analisa pilih menu flame tekan tombol on/off untuk
menghidupkan/menyalakan api
- Masukkan selang kedalam blanko, lalu klik menu analyze, tekan
tombol analyze blank, tunggu hingga proses selesai. Proses ini
membutuhkan sedikit waktu
- Bilas selang dengan larutan pembilas, masukkan selang kestandar 1.
Tekan tombol analyze standard tunggu hingga proses selesai, lalu
ulangi untuk standard berikutnya. Kemudian pilih analyze sample
untuk menganalisa sampel yang belum diketahui konsentrasinya.
- Setelah blanko dan standard selesai dianalisa, tekan display
calibration maka akan muncul kurva kalibrasi
- Setelah alat digunakan, maka matikan alat dengan cara, klik menu
flame, klik bleed gases tunggu hingga selesai prosesnya
- Pada menu lamps pilih install lamps kemudian hilangkan centang
pada daftar logam berat yang diujitadi
- Tekan tombol power pada AAS untuk mematikan
- Tutup tabung gas etilen dan copot konektor listrik kompresor, lalu
buka derat kompresor yang di bawah, dan biarkan terbuang anginnya
Hasil
4. PEMBAHASAN
Langkah selanjutnya putar tuas pada tabung berlawan jarum jam agar longgar,
kemudian baut yang berada dibawah kompressor dikencangkan, Putar knop untuk
memberi supply oksigen kemudian sambungkan kabel pada listrik.
Gambar 2 Kompressor
Pada menu lamp pilih install lamps, kemudian akan muncul logam berat yang akan
di analisis.
Pilih Logam berat yang akan diteliti Isi satuan pada wave lenght, pilih ok
Gambar 8 Wave Lenght
Kemudian isi pada slit, pilih ok, Selanjutnya pindah ke menu flame Pastikan
interlocks berwarna hijau
4.2.1 Lapang
44
Perbandingan Data Hasil Lapang dengan Baku Mutu.
Parameter Nilai Rata-Rata Baku Mutu Keterangan
Suhu 32,36 30-33 Optimum
Kecerahan 221,9 >300 Minimum
Salinitas 31,38 33-34 Minimum
DO 24,5 >5 Optimum
PH 8,65 7-8,5 Optimum
Suhu
Nilai suhu Baku Mutu perairan Indonesia yaitu 30-33 oC, sedangkan nilai data
hasil praktikum lapang yang sudah dirata-rata dari ke-7 stasiun yaitu 32,36, nilai ini
diasumsikan bahwa nilai suhu perairan tempat penelitian lapang (Pelabuhan Mayangan,
Probolinggo) dalam kondisi Optimum, hal tersebut dikarenakan nilai suhu di lapang
masuk dalam nilai Baku Mutu.
Kecerahan
Nilai kecerahan Baku Mutu perairan Indonesia yaitu >3 meter, sedangkan nilai
data hasil praktikum lapang yang sudah dirata-rata dari ke-7 stasiun yaitu 221,9cm, nilai
ini diasumsikan bahwa nilai keceraahan perairan tempat penelitian lapang (Pelabuhan
Mayangan, Probolinggo) dalam kondisi Minimum, hal tersebut dikarenakan nilai
kecerahan di lapang dibawah nilai Baku Mutu.
Salinitas
Nilai salinitas Baku Mutu perairan Indonesia yaitu 33-34, sedangkan nilai
data hasil praktikum lapang yang sudah dirata-rata dari ke-7 stasiun yaitu 31,38, nilai ini
diasumsikan bahwa nilai salinitas perairan tempat penelitian lapang (Pelabuhan
Mayangan, Probolinggo) dalam kondisi Minimum, hal tersebut dikarenakan nilai salinitas
di lapang masih dibawah nilai Baku Mutu.
DO
Nilai Disolved Oksigen (DO) Baku Mutu perairan Indonesia yaitu >5, sedangkan
nilai data hasil praktikum lapang yang sudah dirata-rata dari ke-7 stasiun yaitu 24,5, nilai
ini diasumsikan bahwa nilai DO perairan tempat penelitian lapang (Pelabuhan
Mayangan, Probolinggo) dalam kondisi Optimum, hal tersebut dikarenakan nilai suhu di
lapang masuk dalam ketentuan nilai Baku Mutu.
pH
Nilai Power of Hydrogen (pH) Baku Mutu perairan Indonesia yaitu 7-8,5,
sedangkan nilai data hasil praktikum lapang yang sudah dirata-rata dari ke-7 stasiun
yaitu 8,65, nilai ini diasumsikan bahwa nilai pH perairan tempat penelitian lapang
(Pelabuhan Mayangan, Probolinggo) dalam kondisi Optimum, hal tersebut dikarenakan
nilai pH di lapang masih diantara nilai Baku Mutu.
45
4.2.2 Preservasi
Hasil dari preservasi yang dilakukan pada tanggal 3 Mei 2015 di lapangan
Volly FPIK Brawijaya, sebagai berikut :
4.2.2 AAS
46
kali pengulangan yang kemudian akan terakumulasi dan di dapat sampel yang
efektif. Berikut adalah hasil dari pengukuran :
47
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis hasil di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan densitas lebih besar dari
3
5g/cm , terletak disudut kanan bawah pada system periodik unsur,
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap S dan biasanya bernomor atom
22 sampai 92, dari periode 4 sampai 7.
2. Indikasi pencemaran laut dapat dilihat dari pengukuran parameter
lingkungan fisika (kecerahan, DO dan arus) dan parameter kimia (suhu,
pH dan salinitas).
3. Pengukuran logam berat dapat menggunakan AAS (Atomic Absorption
Spectrofotometry).
4. Metode yang dilakukan dalam praktikum pencemaran laut mencakup
pengambilan sampel, preservasi sampel dan AAS.
5.2 Saran
Praktikum Pencemaran Laut cukup menarik, namun ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan seperti ketersediaan alat yang dapat digunakan di
laboratorium dapat mengganggu aliran listrik gedung Pascasarjana serta
koordinasi waktu praktikum agar tidak bersamaan dengan praktikum lain.
48
DAFTAR PUSTAKA
Afdal, dkk. 2012. Pertukaran Gas CO2 Udara-Laut di Perairan Selat Nasik,
Belitung. Jakarta: Pisat Penelitian Oseanografi LIPI
Affan, Junaidi , M. 2012. Identifikasi Lokasi Untuk Pengembangan Keramba
Jarring Apung (KJA) Berdasarkan Faktor Lingkungan Dan Kualitas Air Di
Perairan Timur Bangka Belitung. Depok . IPB
Anshori, Al, Jamaluddin 2005. Spektrometri Serapan Atom. Universitas
Padjajaran
Arifin,Bustanul. 2012. Analisis Kandungan Logam Cd, Cu, Cr Dan Pb Dalam Air
Laut Di Sekitar Perairan Bungus Teluk Kabung Kota Padang. Jurnal Teknik
Lingkungan Unand Vol 9
Azis, M., Furqon. 2006. Gerak Air Di Laut. Oseana, Volume XXXI, Nomor 4, hal :
9 - 21
Aziz, Aznam. 1994. Pengaruh Salinitas Terhadap Sebaran Fauna
Echinodermata. Oseana, Volume Xix, Nomor 2 : 23 – 32
Azkab, M., H., dan Muchtar, M., 1998. Seberapa Jauh Peranan Oksigen Dilaut.
Oseana, Volume Xxiii, Nomor 1 Hal : 9-18
Cahyani, et. al. 2012. Studi Kandungan Logam Berat Tembaga (Cu) pada Air,
Sedimen, dan Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Sungai Sayung
dan Sungai Gonjol, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Journal Of
Marine Research. Volume 1. Universitas diponegoro . Semarang.
Ernawati. 2010. Kerang bulu (anadara inflate ) sebagai bioindikator pencemaran
logam berat timbale (pb) dan cadmium (cd) di muara sungai asahan. Tesis
USU
Fitiyah, Khaina, Rinda. 2007. Studi Pencemaran Logam Berat Kadmium (Cd),
Merkuri (Hg), dan Timbal (Pb), Pada Air Laut, Sedimen dam Kerang Bulu
(Anadara antiqua) di Perairan Pantai Lekok Pasuruan. Universitas Islam
Negeri Malang: Malang
Hadi, Anwar. 2005. Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel Lingkungan.
Jakarta : Gramedia
Hutabarat ,Sahala . 2001.pengaru Kondisi oseanografi terhadap perubahan iklim,
produktivitas dan distribusi biota laut. Universitas Diponegoro. Semarang
Hutagalung, P., Horas. 1988. Pengaruh Suhu Air Terhadap Kehidupan
Organisme Laut. Oseana, Volume Xiii, Nomor 4 : 153 – 164
49
Ika, et. al. 2012. Analisis logam Timbal(Pb) dan Besi (Fe) dalam air laut di
wilayah psisir pelabuhan Ferry Taipa Kecamatan Palu Utara. Junal vol 4.
University of Tadulako, Palu
ITB. 2015. Panduan Pelaksanaan LaboratoriumInstruksional I/II Modul Filtrasi.
Departemen Teknik Kimia ITB. Bandung
Khasanah, N. E. (2009). Adsorpsi logam berat. Jurnal Oseana, 34(4), 1-7.
Kuncowati. 2010. Pengaruh Pencemaran Minyak di Laut Terhadap Ekosistem
Laut. Universitas Hang Tuah: Surabaya
Lanuru, Mahatma Dan Suwarni. 2011. Pengantar Oseanografi . Universitas
Hasanuddin. Makassar
Maslukah, Lilik. 2006. Konsentrasi Logam Berat Pb, Cd, Cu, Zn Dan Pola
Sebarannya Di Muara Banjir Kanal Barat, Semarang. Tesis. IPB . Bogor
Nugroho, Adi . 2009. Rekayasa Perangkat Lunak. Yogyakarta
Palar, H. (1995). Pencemaran dan etoksiologi logam berat. Jakarta: Rineka Cipta
Patty, I., Simon. 2013. Distribusi Suhu, Salinitas Dan Oksigen Terlarut Di
Perairan Kema, Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1
Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001
Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran
Pratama, G. A., Pribadi, R., & Maslukah, L. (2012). Kandungan logam berat Pb
dan Fe pada air, sedimen, dan kerang hijau (Perna viridis) di sungai Tapak
kelurahan Tugurejo kecamatan Tugu Kota Semarang. Jurnal of Marine
Research. 1(1), 133-137
Sahara, E. 2009. Distribusi Pb dan Cu pada berbagai ukuran partikel sediimen di
Pelabuhan Benoa. Bali
Santosa, Rizky, W. 2013. Dampak Pencemaran Lingkungan Laut Oleh
Perusahaan Pertambangan Terhadap Nelayan Tradisional. Lex
Administratum, Vol. 1/No.2/April – Juni 2013
Santoso, Dwi , Arif. Studi Penentuan Produktivitas Danau Buatan dengan MEI
(Morphoedaphic Index) Analysis. Jurnal Vol. 3
Selintung ,M dan Suryani. 2012. Studi pengolahan Air Melalui Media Filter Pasir
Kuarsa (Studi Kasus Sungai Malimpung). Jurnal Teknik Sipil. Universitas
Hasanuddin. Vol 6
Simanjuntak, Marojahan. 2009. Hubungan faktor lingkungan kimia, fisika
terhadap distribusi plankton di Perairan Belitung Timur, Bangka Belitung.
Dalam Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XI (1) 31-45 ISSN: 0853-6384
50
Tilaar, Sandra. 2014. Analisis Pencemaran Logam Berat di Muara Sungai
Tondano dan Muara Sungai Sario Manado Sulawesi Utara. Universitas
Sam Ratulangi
Wijaya, Train Septa Dan Riche Haryati. 2009. Struktur Komunitas Fitoplankton
Sebagai Bio Indikator Peramalan Danau Rawapening Kabupaten
Semarang, Jawa Tengah . Semarang : UNDIP
51
LAMPIRAN
1. Asisten Zone
Tanda
Nama Foto Pesan & Kesan
Tangan
Penyampaian
materinya
Afrita Ayu Sri
mohon
Hartanti
diperjelas
kembali
Penyampainnya
Bagus Adi
tepat sasaran,
Laksono
tingkatkan!
52
Tetap semangat
Nurin
walau sudah
Nahdiyah
semester akhir
Tetap semangat
Khoirotun
meskipun sudah
Nisa’
semester akhir
Tetap semangat
Selvi Aniati meskipun sudah
semester akhir
Penyampaian
materinya
Much. Bagus
mohon
Kurniawan
diperjelas
kembali
53
Mohon agar
Elsa Renindya lebih sering
Kamal terlihat saat
praktikum
Tetap memberi
Nur Farida semangat
Purwanti bagaimanapun
kondisinya.
Tetap semangat
Novianti Putri meskipun sudah
semester akhir
Mohon agar
Evy Afryani lebih sering
Sidabutar terlihat saat
praktikum
Tetap semangat
Devi Selvinia meskipun sudah
semester akhir
54
Penyampaian
materinya
Mayang
mohon
Setianingsih
diperjelas
kembali
55