ْ ِب
Nama : Ugi Hermawati
NPM : 195040028
Kelas : Biologi A
1) Dalil urgensi Islam membahas fiqih tumbuhan dan hewan untuk pemahaman
manusia!
Tumbuh-tumbuhan dalam perspektif islam
ضرًا نُّ ْخ ِر ُج ِم ْنهُ َحبًّا ِ ي اَ ْن َز َل ِمنَ ال َّس َم ۤا ِء َم ۤا ۚ ًء فَا َ ْخ َرجْ نَا بِ ٖه نَبَاتَ ُكلِّ َش ْي ٍء فَا َ ْخ َرجْ نَا ِم ْنهُ َخ ْٓ َوهُ َو الَّ ِذ
ابِ ۗ ٍهSر ُمت ََشS َ Sتَبِهًا َّو َغ ْيSوْ نَ َوالرُّ َّمانَ ُم ْشSSُب وَّال َّز ْيت ٍ اSSَت ِّم ْن اَ ْعن ٍ ّةٌ َّو َج ٰنSَان دَانِي
ٌ ُّمتَ َرا ِكب ًۚا َو ِمنَ النَّ ْخ ِل ِم ْن طَ ْل ِعهَا قِ ْن َو
ٍ ( اُ ْنظُر ُْٓوا اِ ٰلى ثَ َم ِر ٖ ٓه اِ َٓذا اَ ْث َم َر َويَ ْن ِع ٖه ۗاِ َّن فِ ْي ٰذلِ ُك ْم اَل ٰ ٰيQS. Al-An’am:99)
َت لِّقَوْ ٍم ي ُّْؤ ِمنُوْ ن
Artinya : Dan Dialah yang menurunkan air dari langit, lalu Kami
tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami
keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau, Kami
keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari
mayang kurma, mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun
anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang
tidak serupa. Perhatikanlah buahnya pada waktu berbuah, dan menjadi masak.
Sungguh, pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi
orang-orang yang beriman. (QS. Al-An’am:99)
Bahkan orang yang menahan hewan dengan sengaja sehingga hewan itu mati,
dia akan masuk neraka. Sebagaimana kisah wanita yang masuk neraka, karena
dia mengikat seekor kucing hingga dia mati. Dia tidak memberi makanan
untuk kucing tersebut. Sehingga tidak bisa mencari makanan sendiri dari
hewan-hewan yang ada di tanah. Nabi bersabda:
ِ ش األَ ْر
َحتَّى َماتَتْ ه َْزاًل،ض َ َوالَ ِه َي أَ ْر،ت ا ْم َرأَةٌ النَّا َر فِ ْي ِه َّر ٍة َربَطَ ْت َها
ِ سلَ ْت َها تَاْ ُك ُل ِمنْ َخشَا ِ َد ََخل
"Seorang wanita masuk neraka karena seekor kucing yang ia ikat. Dia tidak
memberinya makanan. Tidak pula dilepas sehingga (mencari makan sendiri)
dari hewan yang ada di atas tanah. Sampai kucing itu mati." [Muttafaqun
'alaih]
Lalu bagaimana lagi dengan orang yang menzalimi hewan yang dikuasakan
padanya. Dia mengikatnya. Menyiksanya atau mengurungnya sehingga hewan
itu mati. Memukul dengan pukul yang menyakitkan dengan tujuan menyiksa
hewan itu? Sungguh dia berbuat zalim. Hewan punya hak. Mana kasih
sayangnya kepada hewan yang lemah tersebut? Akibatnya, dia mendapatkan
balasan yang setimpal di sisi Allah. Benar yang dikatakan oleh Nabi yang
artinya,
"Siapa saja yang tidak merahmati, maka dia tidak dirahmati." Bila kita ingin
dirahmati dan dikasihi Allah, rahmatilah orang lain dan rahmatilah makhluk-
makhluk Allah. Tidak ada balasan kebaikan melainkan kebaikan. Alla
berfiman di dalam al Quran:
Memaksakan hewan kerja terus menerus, adalah bagian dari perkara yang
haram. Termasuk pula, sengaja menakut-nakuti hewan, menyiksanya tanpa
alasan, memisahkan anak dari induknya lalu tidak memberikan hak-hanya, dan
hal-hal yang tidak bermanfaat yang lain.
Namun bila hewan tersebut membiat kerusakan, justru yang wajib adalah
membunuh hewan tersebutkarena mudarat yang datang darinya. Seperti cicak,
tokek, kalajengking, ular, tikus, dan lain sebagainya.Semakin cepat mati,
semakin utama.
2). Fiqih lingkungan menurut para ulama berdasarkan dalil Al-Qur’an dan Al
haditsnya!
Fiqih lingkungan
Masalah lingkungan adalah berbicara tentang kelangsungan hidup
(manusia dan alam). Melestarikan lingkungan sama maknanya dengan
menjamin kelangsungan hidup manusia dan segala yang ada di alam dan
sekitarnya. Sebaliknya, merusak lingkungan hidup, apapun bentuknya,
merupakan ancaman serius bagi kelangsungan hidup alam dan segala isinya,
tidak terkecuali manusia.
Islam sebagai agama paripurna, memiliki kebenaran universal dan
absolut -karena berasal dari zat yang maha absolut (Allah; Rabb al-Jalil), sejak
14 abad lalu telah memiliki perhatian khusus terhadap persoalan lingkungan,
lewat warning (memberi peringatan) akibat kerusakan lingkungan, antara lain
dinyatakan dalam Alquran, surat Ar-Ruum: 41. Dalam ayat itu dikatakan,
kerusakan lingkungan akibat ulah tangan manusia yang fasid
(destroyer/perusak akan ditimpakan kepada manusia itu sendiri (baik mereka
yang merusak mapun yang tidak terlibat) supaya mereka kembali ke jalan
yang benar (la‘allahum yarji‘un).
Sayangnya manusia tidak pernah jera dan mau mengambil pelajaran di
balik bencana alam yang terjadi. Mereka bebal dan buta tuli terhadap tanda-
tanda yang dihadirkan oleh alam sebagai bentuk perlawanan mereka terhadap
prilaku manusia yang rakus dan pongah dalam mengesploitasi alam.
Sepertinya syair Ebiet G.Ade “mungkin alam sudah enggan bersahabat dengan
kita” semakin menunjukkan kebenaran faktualnya. Bahkan bukan lagi sekedar
’mungkin‘ tapi sudah benar-benar benci dan marah terhadap prilaku
dekonstruktif manusia terhadap alam sekitarnya. Buktinya hampir tiap hari
bencana alam akrab mengancam hidup manusia.
Ancamam pemanasan global menjadi salah satu akibat stubborn (keras
kepala)nya manusia. Padahal pemanasan global ini telah menjadi isu
internasional, namun penghancuran lingkungan khususnya di Indonesia terus
terjadi. Perambahan hutan dan perusakan ekosistem pesisir terus berlanjut,
sementara reboisasi yang dilakukan berjalan sangat lambat, kalau tidak
dikatakan hampir tidak ada.
Cuma butuh waktu kurang dari satu jam untuk menebang kayu-kayu
besar di rimba, tapi butuh ratusan tahun untuk membesarkan kayu-kayu itu
kembali. Demikian juga dalam hal pelestarian hutan. Hutan dapat dihanguskan
dan dirusak dalam hitungan jam, baik dengan satu biji korek api atau
pembalakan liar yang dilakukan dengan menggunakan teknologi modern dan
lain-lain, tapi butuh waktu puluhan, bahkan ratusan tahun untuk
mengembalikannya ke kondisi semula.
Melestarikan lingkungan hidup, ditempu pendekatan prventif, di
antaranya melalui pemahaman ajaran agama secara komprehensif dan
integratif. Dalam kontek lingkungan sering disebut istilah “Fiqh Lingkungan”.
Istilah ini dilihat dalam ajaran Islam (content/isi dan spirit) berdasarkan nash
agama (lquran dan hadis), bukanlah hal yang baru. Perlu dipertegas bahwa
ketika kata “Fiqh” itu disebutkan, tidak serta-merta ia merefleksikan kitab
kuning, bahasa Arab Jawi ataupun bahasa Arab, dan lainnya.
Fiqh dalam konteks lingkungan adalah hasil bacaan dan pemahaman
manusia terhadap dalil naqli, baik yang maktubah (tertulis) maupun yang
kauniyyah (tidak tertulis) yang tersebar di alam jagad raya. Jadi, Fiqh
Lingkungan berarti pemahaman manusia tentang lingkungan hidup melalui
pendekatan-pendekatan holy scriptures (teks-teks suci) dan natural signs
(tanda-tanda alam) yang pada akhirnya akan melahirkan suatu konsep dan
sikap mareka terhadap alam semesta, khususnya menyangkut pelestariannya.
Karenanya pemahaman umat terhadap ajaran Islam perlu dikembangkan dan
diperdalam agar Islam bisa dilihat comprehensif.
Perlu pemahaman yang cerdas dan arif, bahwa memasukkan isu-isu
pelestarian lingkungan dalam kurikulum pendidikan pesantren dan dayah,
materi khutbah, sebagai suatu hal penting daripada membicarakan masalah
ruknun min arkan al-Islam (rukun dari rukun Islam yang lima itu). Karena
menjaga lingkungan hidup dan alam semesta ini adalah konsekuensi dari
kepercayaan Tuhan kepada manusia yang telah Dia angkat menjadi khalifah
(pengganti-Nya) di muka bumi ini. Tanggungjawab ini harus dipegang teguh
semua orang.
3). Jelaskanlah hukum transaksi jual beli melalui media online? Bagaimana pula
hukum pinjaman online? Tuliskan dalil Al-Qur’an dan Al haditsnya!
4) kedudukan bayi tabung dan bayi cloning dalam Islam! Tuliskan dalil Al-Qur’an dan
Al haditsnya!
Dalil Syar’I Dasar Hukum Mengharamkan Bayi Tabung
Ada beberapa dalil syar’i yang menjadi landasan hukum utama
sehingga menyatakan haram pada proses bayi tabung dan juga inseminasi
buatan dengan cara donor.
1) Surat Al-Isra ayat 70
“Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam,
Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki
dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.
2) Surat At-Tin ayat 4
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam
bentuk yang sebaik-baiknya”.
Dari kedua ayat tersebut, memperlihatkan jika manusia sudah
diciptakan oleh Allah SWT sebagai makhluk yang memiliki
keistimewaan melebihi dari makhluk Allah yang lainnya. Allah sendiri
sudah memuliakan manusia, sehingga sudah sepantasnya manusia
untuk juga menghormati martabatnya sendiri sekaligus menghirmati
martabat sesama manusia. Bayi tabung atau inseminasi buatan yang
dilakukan dengan cara donor 7 mengartikan merendahkan harkat
manusia yang disejajarkan dengan hewan yang di inseminasi.
Hadits Nabi Mengenai Bayi Tabung : “Tidak halal bagi
seseorang yang beriman pada Allah dan hari akhir menyiramkan airnya
(sperma) pada tanaman orang lain (vagina istri orang lain)’’. (riwayat
Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan Hadits ini dipandang sahih oleh Ibnu
Hibban)
Perbedaan Pendapat Para Ulama Tentang Hukum Bayi Tabung dan Bayi
Cloning
Menjalani program bayi tabung merupakan ikhtiar suami dan istri untuk
mendapat keturunan. apabila inseminasi buatan atau bayi tabung dilakukan saat masih
berada dalam ikatan suami istri, maka metode tersebut diperbolehkan oleh
kebanyakan ulama.
Nadwah Al Injab fi Dhouil Islam yang merupakan sebuah musyawarah para
ulama di Kuwait 11 sya’ban 1403 H (23 Maret tahun 1983) sudah berdiskusi
mengenai bayi tabung ini dan menghasilkan keputusan. Keputusannya yaitu bayi
tabung diperbolehkan secara syar’i apabila dilakukan antara suami dan istri masih
mempunyai ikatan suami istri dan bisa dipastikan jika tidak terdapat campur tangan
nasab lainnya.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) sendiri sudah mengeluarkan fatwa soal Bayi
Tabung. Dalam fatwa dinyatakan jika bayi tabung berasal dari sperma dan sel telur
pasangan suami istri sah menurut hukum, maka mubah atau diperbolehkan. Hal ini
bisa terjadi karena masuk ke dalam ikhtiar yang didasari kaidah agama. Akan tetapi,
para ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami istri
yang menggunakan rahim perempuan lain sebagai sarana dan ini adalah haram
hukumnya.
Mayoritas ulama' mengharamkan kloning manusia, begitu juga dengan MUI
lewat fatwa nya. Para ulama mengkaji kloning dalam pandangan hukum Islam
bermula dari ayat berikut:
Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna 11
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami
tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki …" (QS. 22/al-Hajj: 5).
Abul Fadl Mohsin Ebrahim berpendapat dengan mengutip ayat di atas, bahwa
ayat tersebut menampakkan paradigma al-Qur'an tentang penciptan manusia
mencegah tindakan-tindakan yang mengarah pada kloning. Dari awal kehidupan
hingga saat kematian, semuanya adalah tindakan Tuhan. Segala bentuk peniruan atas
tindakan-Nya dianggap sebagai perbuatan yang melampaui batas.1 Selanjutnya, Abul
Fadl Mohsin Ebrahim mengutip ayat lain yang berkaitan dengan munculnya prestasi
ilmiah atas kloning manusia, apakah akan merusak keimanan kepada Allah SWT
sebagai Pencipta. Abul Fadl menyatakan "tidak", berdasarkan pada pernyataan al-
Qur'an bahwa Allah SWT telah menciptakan Nabi Adam As. tanpa ayah dan ibu, dan
Nabi 'Isa As. tanpa ayah, sebagai berikut:
"Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti
(penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman
kepadanya: "Jadilah" (seorang manusia), maka jadilah dia" (QS. 3/Ali 'Imran: 59).
هَّٰلِل
َْٱل َح ْم ُد ِ َربِّ ْٱل َعالَ ِمين