Anda di halaman 1dari 7

Akhlak Terhadap alam sekitar (hewan dan tumbuhan)

A. AKHLAK TERHADAP BINATANG


1. Memelihara dan Menyantuni Binatang
Allah Swt. menciptakan binatang untuk kepentingan manusia dan juga menunjukkan
kekuasaan-Nya, sebagaimana firman Allah Swt. di dalam Q.S. al-Nur[24]: 45, yang
terjemahnya:
Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, Maka sebagian dari hewan itu
ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian
(yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya,
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu1.

Betapa banyaknya binatang telah dimanfaatkan oleh manusia, ada yang dimanfaatkan
tenaganya, air susunya, madunya, dagingnya dan sebagianya. Oleh sebab itu, tepatlah apabila
kita disuruh untuk memlihara dan menyayangi binatang tersebut sampai-sampai apabila
hendak menyembelih binatang ternak kita disuruh untuk menggunakan pisau yang sangat
tajam supaya binatang ternak itu tidak lama mersakana sakitnya2.
Akhlak ini terbagi menjadi dua pengertian:
1. Syafaqah











Yaitu perasaan halus dan rasa belas kasih untuk berbuat baik kepada sesama makhluk Allah
Swt. Sesungguhnya tiap-tiap pertolongan seseorang
terhadap hewan yang berjiwa itu dapat pahala, walaupun ia seekor anjing yang hina.
Jika kita menunggangi kuda atau binatang lainnya, kita wajib memberinya hak istirahat dan
dilarang menyiksanya. Dalam menyembelih binatang kita diperintahkan untuk menajamkan
pisaunya. Jika ada binatang yang berbahaya maka jika ingin dibunuh maka harus langsung
dibunuh tidak boleh disiksa.
Ada sebuah hadis yang menceritakan bahwa ada seorang perempuan yang dimasukan
ke dalam neraka disebabkan seekor kucing yang diikat oleh dia, tidak diberi makan dan tidak
dilepaskan sampai kucing itu mati.
1. Himayah (Pemeliharaan)
Allah Swt. tidak melarang untuk memelihara binatang untuk memperoleh manfaatnya.
Allah Swt. menerangkan dalam al-Quran bahwa hewan-hewan itu dijadikan-Nya untuk
menjadi kesenangan dan itibar bagi manusia3.
2. Akhlak Islam Pada Binatang
Rasulallah Saw. bersabda: Ya Abu Hurairah, sayangilah semua makhluk Allah,
maka Allah akan menyayangimu dan menjagamu dari neraka pada hari kiamat Aku
bertanya, Ya Rasulallah, aku pernah menyelamatkan seekor lalat yang jatuh ke air. Jawab
Rasulallah, Allah mencintaimu. Allah mencintaimu. Allah mencintaimu. (Nasihat
Rasulullah Saw. pada Abu Hurairah).
Suatu hari, Rasulallah Saw. berkisah kepada para sahabat yang tengah bukumpul. Ia
mengisahkan tentang seorang laki-laki dari kalangan Bani Israil tengah berjalan di bawah
terik matahari, dengan rasa-rasa haus yang amat sangat. Ketika ia melihat ada sebuah sumur,
maka ia segera turun dan mengambil airnya untuk diminum. Setelah hausnya terpuaskan dan
laki-laki itu hendak meninggalkan tempat itu, ia melihat seekor anjing yang sedang kehausan.
Anjing ini menjilat-jilat pasir karena hausnya. Dalam hatinya, laki-laki ini
mengatakan,Anjing ini menderita kehausan, sebagaimana aku. Akhirnya, ia kembali turun
ke sumur dan memenuhi sepatu kulitnya dengan air, dan
diberikanlah kepada binatang malang itu. Rasulullah Saw. setelah membawakan kisah
ini bersabda, Maka Allah memujinya dan mengampuninya.
Mendengar kisah tersebut, para sahabat bertanya,Wahai Rasulullah, apakah benar-
benar kami memperoleh pahala karena binatang? Rasulullah pun menjawab, Di setiap
hati yang lembab ada shadaqah.



Hati yang lembab adalah perumpamaan terhadap makhluk hidup apapun. Makhluk
yang mati, hati dan badannya mengering. Sebab itulah, Imam An Nawawi menyimpulkan
dari kisah di atas bahwa berbuat baik kepada binatang hidup, baik memberi minum atau
lainnya merupakan sebuah bentuk shadaqah. Jelas, dari keterangan di atas, Islam amat
memuliakan binatang. Memenuhi kebutuhan binatang pula dihitung sebagai sebuah
shadaqah, sebagaimana juga memberi kepada manusia, karena kedua-duanya berhati
lembab. Hal yang sama disebutkan Rasulullah, Seorang Muslim tidak menanam tanaman,
hingga memakan dari tanaman itu manusia, binatang atau burung, kecuali merupakan
shadaqah baginya, hingga datang hari kiamat. (Riwayat Muslim)
1. Sayang Terhadap Binatang Termasuk Ajaran Islam
Islam adalah ajaran yang menebarkan kasih sayang dan rahmat kepada seluruh alam semesta.
Tidak hanya membatasi kasih sayang hanya kepada sesama manusia saja, namun makhluk
lain juga harus mendapatkan imbas rahmaniyah dari ajaran Islam ini. Hal ini disebabkan
karena Allah Swt. telah menciptakan kehidupan binatang bersinggungan dengan kehidupan
manusia, bahkan mempermudah kehidupan manusia4. Allah Swt. telah berfirman, dalam Q.S.
al-Nahl[[16]: 5-8, yang terjemahnya :
(5)Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang
menghangatkan dan berbagai-bagai manfaat, dan sebahagiannya kamu makan. (6)Dan kamu
memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang
dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan. (7)Dan ia memikul beban-
bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan
kesukaran-kesukaran (yang memayahkan) diri. Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, (8)Dan (dia telah menciptakan) kuda, bagal[820] dan
keledai, agar kamu menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. dan Allah
menciptakan apa yang kamu tidak mengetahuinya5.

Dalam sejarah peradaban Islam sendiri, hubungan harmonis antara manusia dengan
binatang terjalin dengan baik, sebagaimana eratnya hubungan antara Ashabul Kahfi dengan
anjing mereka. Demikan pula Rasulullah Saw., beliau juga berhijrah dengan onta setia beliau
yang nama Al Qashwa, disamping beliau juga memiliki beberapa onta lain yang bernama Al
Adhba dan Al Jadm. Seorang sahabat dalam kisah pembuka di atas, aslinya bernama
Abdurrahman bin Shahr. Ia gemar membawa kucing kecil di sakunya, hingga Rasulullah





memberikan panggilan kesayangan untuknya dengan sebutan Abu Hurairah, yang artinya
ayah kucing6.
Islam sebagai ajaran yang menekankan kepada pemeluknya untuk menyayangi binatang
sebenarnya sudah tercermin dalam pembahasan dasar masalah fikih, yakni masalah thaharah
(bersuci), dimana kita sebagai Muslim, dilarang buang air besar atau air kecil ke dalam
lubang, merujuk kepada hadits yang diriwayatkan Abu Dawud. Ada ulama yang
menyebutkan bahwa di dalam liang biasanya ada binatang-binatang kecil. Dengan buang air
di tempat itu, maka
hal itu bisa menzalimi binatang-binatang tersebut. Masih masalah thaharah, bahkan
kita sebagai Muslim diwajibkan meninggalkan wudhu dan melakukan tayammum sebagai
gantinya, seandainya ada binatang muhtaram yang kehausan, sementara persediaan air sangat
terbatas. Binatang muhtaram adalah binatang yang tidak diperintahkan untuk dibunuh.
Kita sebagai Muslim diwajibkan meninggalkan wudhu dan melakukan tayamum
sebagai gantinya, seandainya ada binatang muhtaram yang kehausan, sementara persediaan
air sangat terbatas.
1. Adab kepada Binatang Tunggangan
Disamping secara umum menganjurkan berbuat baik kepada binatang, secara
spesifik, Islam menjelaskan bagaimana seharusnya para pemilik binatang tunggangan
memperhatikan beberapa hal, hingga tidak ada pihak yang terzalimi.
Islam melarang seseorang memaksa binatang untuk mengangkut beban berat diluar
kemampuan hewan itu, sebagaimana diriwayatkan oleh At Thabarani, Jika kalian melihat
tiga orang naik binatang tunggangan, maka lemparlah mereka, hingga salah satu dari
mereka turun.
Sebagaimana Rasulullah Saw. berpesan kepada para pemilik kendaraan agar
memperhatikan makanan binatang tunggangan mereka. Jika kalian melakukan perjalanan di
daerah subur, maka berilah makanan ontamu dari daerah itu dan jika kalian melakukan
perjalanan di daerah paceklik, maka percepatlah, hingga tidak membahayakannya.
(Riwayat Muslim)
Tentu, jika mereka masih berada di wilayah gersang, dan tidak ada makanan untuk
onta mereka, maka keadaan demikian mengancam kehidupan binatang tersebut7.





2. Binatang Pun Mengeluh
Kenapa Islam menjauhkan pemeluknya dari pebuatan zalim terhadap binatang? Karena
binatang itu seperti manusia. Ia juga merasakan lapar, haus, lelah atau sakit jika terzalimi.
Rasulullah Saw. pernah memperoleh pengaduan dari beberapa binatangyang memperoleh
perlakukan tidak baik dari pemiliknya.
Sebagaimana termaktub dalam Shahih Muslim, Rasulullah Saw. pernah berkisah,
bahwa beliau menemui seorang laki-laki yang menarik sapi untuk mengangkut. Sapi itu
menoleh kepada beliau dan mengatakan, Demi Allah, aku tidak diciptakan untuk hal ini,
namun untuk membajak.
Dalam hadits lainnya yang diriwayatkan Abu Dawud disebutkan, Suatu saat
Rasulullah Saw. memasuki sebuah kebun milik sahabat Anshar. Di kebun itu terdapat seekor
unta, yang tiba-tiba matanya mengeluarkan air mata ketika melihat Rasulullah Saw. Akhirnya
beliau bertanya, Siapa pemilik unta ini? Saat itu seorang pemuda datang dengan
mengatakan, Saya wahai Rasulullah. Beliau pun menyampaikan, Apakah engkau tidak
takut kepada Allah mengenai binatang ini? Sesunggunya ia mengadu kepadaku, bahwa
engkau membiarkannya lapar dan terus-menerus mamaksanya bekerja. (H.R. Abu Dawud)
1. Tidak Menghina Binatang
Yang terlarang dalam Islam bukan hanya menzalimi binatang secara fisik, namun
merendahkan ataun mencelanya juga dilarang, karena binatang pun termasuk ciptaan Allah
Swt. Pernah suatu saat Rasulullah menjumpai wanita yang tengah melaknat unta yang ia
tunggangi, hingga akhirnya beliau menghukum wanita tersebut, sebagaimana disebutkan
Imam Muslim. Imam Al Ghazali juga melarang merendahkan ciptaan Allah termasuk hewan,
tatkala beliau membahas mengenai hal penjagaan terhadap mulut.
2. Sikap Para Ulama terhadap Binatang
Imam Abu Ishaq As-Sirazi. Suatu saat, tokoh besar dalam madzhab As-Syafii ini berjalan
bersama beberapa sahabatnya. Tiba-tiba ada seekor anjing berjalan di depan rombongan itu.
Menyaksikan hal itu, salah seorang anggota romongan menghardik anjing tersebut.
Mengetahui hal itu Abu Ishaq melarangnya dan menasehati, Apakah engkau tidak tahu
bahwa anjing itu dan kita sama-sama berhak menggunakan jalan ini?"

A. AKHLAK TERHADAP TUMBUHAN
1. Memelihara dan Menyayangi Tumbuhan
Alam dan isinya diciptakan oleh Allah Swt. untuk dimanfaatkan manusia. Tumbuhan
merupakan bagian dari alam yang merupakan anugerah dari Allah Swt. bukan hanya untuk
kehidupan manusia namun juga untuk kehidupan binatang-bintang. Sebagian besar makana
manusia dan hewan tersebut berasal dari tumbuhan-tumbuhan, sebgaaimana firman Allah
Swt. Q.S. Thaha[20]: 53-54 yang terjemahnya
yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan yang telah menjadikan
bagimu di bumi itu jalan-ja]an, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami
tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-
macam.Makanlah dan gembalakanlah binatang-binatangmu. Sesungguhnya pada yang
demikian itu, terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berakal8.
Oleh karena itu, sepantasnya manusia menjaga, melestarikan, dan memanfatkan
sesuai dengan kebutuhannya sebagai ungkapan syukur atas pemberian-Nya.
Lingkungan hidup merupakan dukungan terhadap kehidupan dan kesejahteraan,
bukan saja terhadap manusia akan tetapi juga bagi makhluk yang lain seperti tumbuh-
tumbuhan. Oleh karena itu lingkungan harus tetap terjaga keserasian dan kelangsungan
hidupnya sehingga secara berkesinambungan tetap dalam fungsinya sebagai pendukung
kehidupan9.
Allah swt. Berfirman dalam Q.S. al-Naziat[79]: 31-32 yang
(31)ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-
tumbuhannya. (32)dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh10.
Akhlak terhadap lingkungan dapat diwujudkan dalam bentuk perbuatan manusia yaitu dengan
menjaga keserasian dan kelestarian serta tidak merusak limgkungan hidup. usaha-usaha yang
dilakukan juga harus memperhatikan masalah-masalah kelestarian lingkungan. Apa yang kita
saksikan saat ini adalah bukti ketiadaan akhlak terhadap lingkungan. Sehingga akhirnya,
akibatnya menimpa manusia sendiri. Banjir, tanah longsor, kebakaran, dan isu yang sering
dibicarakan yaitu global warming sedang mengancam manusia11. Allah swt. Telah
Berfirman dalam Q.S. al-Rum[30]: 41, yang terjemahnya
telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali (ke jalan yang benar)12.












Dalam Q.S. al-Qashas[28]: 77, Allah Swt. yang terjemahnya:
dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berbuat kerusakan13.

Dalam Q.S. al-Baqarah[2]: 205, Allah swt. Berfirman yang terjemahnya:
dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk Mengadakan
kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak
menyukai kebinasaan.
Ungkapan ini adalah ibarat dari orang-orang yang berusaha menggoncangkan iman orang-
orang mukmin dan selalu Mengadakan pengacauan.

Anda mungkin juga menyukai