Anda di halaman 1dari 16

MACAM-MACAM NAJIS

DAN CARA PENYUCIANNYA


Fiqih Ibadah
Benda-benda yang termasuk najis
Suatu benda menurut hokum aslinya adalah suci selama tak ada
dalil yang menunjukkan bahwa benda itu najis. Benda najis itu
banyak diantaranya:
1. Bangkai binatang darat yang berdarah selain dari mayat
manusia
٣ ‫ ال َمائدة‬.ُ‫ُح ِّر َم ۡت َعلَ ۡي ُك ُم ۡٱل َم ۡيتَة‬
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai” Al-Maidah: 3
Adapun bangkai ikan dan binatang darat yang tidak berdarah,
begitu juga mayat manusia, tidak masuk dalam arti bangkai
yang umum dalam ayat tersebut karena ada keterangan lain.
Bagian bangkai seperti daging, kulit, urat, tulang, bulu dan
lemaknya semuanya itu najis menurut madzhab syafi’i
sedangkan menurut madzhab hanafi, yang najis hanya bagia-
bagian yang mengandung roh saja, seperti daging dan kulit.
Lanjutan
Madzhab hanafi menggunakan dalil sabda rasulullah:
‫ رواه اجلماعة‬.‫حلمها‬ ٍ ‫امناَ حرم ا ْكلها وىف رو‬
‫اية‬
ُ َ َ
“Sesungguhnya yang haram ialah memakanya.” pada riwayat lain ditegaskan
bahwa yang haram ialah “ dagingnya” (Riwayat Jamaah Ahli Hadis)
Berdasarkan hadis ini mereka berpendapat bahwa
menurut pengertian hadis tersebut selain daging
tidaklah haram. Madzhab kedua berpendapat bahwa
yang dinamakan bangkai itu adalah bagian-bagian
yang tadinya mengadung roh; bagian-bagian yang
tidak bernyawa tidak mengandung bangkai.
Adapun dalil yang berpendapat
bahwa manusia itu suci adalah
Firman Allah SWT:
٧٠ ‫ الارساء‬. ‫َك َّر ۡمنَا ب َ ى ِٓن َءا َد َم‬ ۡ‫َول َ َقد‬
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam )Al-Isra’ 70)
Arti dimuliakan diatas hendaknya jangan dianggap
sebagai kotoran (najis). Lagi pula seandainya mayat
itu najis, tentunya kita tidak disuruh
memandikannya, karena kita tidaklah disuruh
mencuci najis ‘ain lainnya, bahkan najis-najis ‘ain
lainnya itu tidak dapat dicuci.
2. Darah
Segala macam darau najis, selain hati dan limpa.
Firman Allah SWT:
٣ ‫ املَائدة‬.‫ُح ىر َم ۡت عَلَ ۡي ُ ُُك ٱلۡ َم ۡي َت ُة َوٱدلَّ ُم َولَ ۡح ُم ٱلۡ ىخ ىنري ىر‬
Diharamkan bagimu [memakan] bangkai, darah, daging babi,(Al-Maidah 3)
Sabda rasulullah SAW:
ُ َ ُ ُ ُ َ َّ َ َ َ َْ َ َ َ ْ َ ُ
‫رواه ابن ماجه‬. ‫والطحال‬
ِ ‫السمك والجراد والكبد‬: ‫ا ِحلت لنا ميتت ِان ودم ِان‬
“Telah dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam darah: ikan dan
belalang, hati dan limpa “ (riwayat Ibnu Majah)
Dikecualiakan juga yang darah yang tertinggal di dalam daging
binatang yang sudah disembelih, begitu juga darah ikan.
Kedua macam darah ini suci atau dimaafkan, artinya
diperbolehkan atau dihalalkan.
3. Nanah
Segala macam nanah itu najis, baik
yang kental maupun yang cair karena
nanah itu merupakan darah yang
sudah busuk.
4. Segala benda cair yang keluar
dari dua pintu
Semua itu najis selain dari mani, baik yang biasa – seperti
tinja, air kencing – ataupun yang tidak biasa, seperti,
Mazi, baik dari hewan halal dimakan ataupun yang tidak
halal dimakan.
Sabda rasulullah SAW:
ْ َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ُ َ َّ ُ
‫ اخذالحجري ِن‬,‫صلى َهللا عليه وسلم ملا ِجىءله بحجري ِن وروث ٍة ِليستن ِجى ِبها‬
َ ‫انه‬
َ ‫الر ْوثة َو‬
‫ رواه البخارى‬.‫قال هذه ِركس‬ َّ
َّ ‫ورد‬
Sesungguhnya Rasulullah SAW. Diberi dua biji batu dan sebuah
tinja keras dipakai istinja’. Beliau mengambil dua batu saja,
sedangkan tinja, beliau kembalikan dan berkata, “tinja ini najis”
(Riwayat Bukhari)
lanjutan
ً ُ ُّ ُ َ َ َ
.‫ماء‬
ٍ ‫املسجدصبواعليه ذنوبا ِمن‬
ِ ‫قال النبي صلى هللا عليه وسلم حين بال االعراب فى‬
)‫(راوه الشيخان‬
Ketika orang arab badui buang air kecil di dalam masjid, beliau bersabda,
“Tuangilah olehmu tempat kencing itu dengan setimba air” (Riwayat
Bukhari dan Muslim)
Dalam hadis lain dijelaskan:
َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ ً َّ ً ُ : ‫عن على قال‬
‫مذاء فاستحييت ان ُاسأل ر ُسول هللا صلى هللا عليه‬ ُ ‫جال‬‫ر‬َ ‫كنت‬ ُ ٍ
ُ
‫وسلم فأمرت ا ِملقداد فسأله فقال يغسل ذكره ويتوضأ – روه مسلم‬
Dari Ali (khalifah keempat). Ia berkata, “ saya sering keluar mazi, sedangkan
saya malu menanyakannya kepada Rasulullah SAW. Maka saya suruh
miqdad menanyakannya. Miqdad lalu bertanya kepada beliau. Jawab beliau,
“ Hendaklah ia basuh kemaluannya dan berwudhu” (Riwayat Muslim)
5. Arak, setiap minuman keras
yang memabukkan
َُ ۡ َ ۡ َ ُ َ َ ۡ َ ُ ۡ َ ۡ َ ُ ۡ َ ۡ َ َّ ْ ٰٓ ُ َ َ َ َّ َ ُّ َ ٰٓ َ
‫يـأيہا ٱل ِذين ءامنوا ِإنما ٱلخمر وٱملي ِسر وٱۡلنصاب وٱۡلزلـم‬
َ ۡ َّ َ َ ۡ ٌ۬ ۡ
‫ِرجس ِمن عم ِل ٱلشيطـ ِن‬
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya [meminum]
khamar, berjudi, [berkorban untuk] berhala, mengundi
nasib dengan panah [1], adalah perbuatan keji termasuk
perbuatan syaitan. (Al-Maidah: 90)
6. Anjing dan babi
Semua hewan suci, kecuali anjing dan babi.
Sabda Rasulullah Saw:
َ ُّ َّ َ ُ ُ َ ُ ُ
‫ ر اه مسلم‬.‫ات اوالهن بالتارا ِب‬
‫و‬ ٍ ‫فيه الكلب ان يغسله سبع مر‬
ِ ‫احدكم إذاولغ‬
ِ ‫إناء‬
ِ ‫طهور‬
Cara mencuci bejana seseorang dari kamu apabila di jilat anjing, hendaklah dibasuh tujuh
kali, salah satunya hendaklah dicampur dengan tanah (HR Muslim)
Cara mengambil dalil dengan hadis tersebut ialah, dalam hadis ini
kita disuruh mencuci bejana yang dijilat anjing. Mencuci sesuatu
disebabkan tiga perkara: (1) karena hadas, (2) karena najis dan (3)
karena kehormatannya. Dimulut anjing sudah tentu tidak ada
hadas, tidak pula kehormatan. Oleh karena itu, pencuciannya hanya
karena najis. Babi dikiaskan/ disamakan dengan anjing karena
keadaanya lebih buruk daripada anjing.
7. Bagian badan binatang yang diambil
dari tubuhnya selagi hidup.
Hukum bagian-bagian badan binatang yang diambil selagi
hidup ialah seperti bangkainya. Maksudnya, kalau
bangkainya najis, maka yang dipotong itu juga najis,
seperti babi atau kambing. Kalau bangkainya suci yang
dipotong sewaktu hidupnya pun suci pula, seperti yang
diambil dari ikan hidup. Dikecualikan bulu hewan yang
halal dimakan, hukumnya suci:
Firman Allah Swt: ٌ۬ َ َ َ َ
ً َ ٰٓ َ َ ۡ َ َ َ ۡ َ َ َ ۡ ۡ َ
‫و ِمن أصوا ِفها وأوبا ِرها وأشعا ِرها أثـثا‬
dan [dijadikan-Nya pula] dari bulu domba, bulu onta dan
bulu kambing, alat-alat rumah tangga (An-Nahl: 80)
Lanjutan
Semua benda najis tidak dapat dicuci,
kecuali arak. Jika ia sudah menjadi cuka
dengan sendirinya, maka ia menjadi suci
apabila cukup syarat-syarantya, seperti
yang di terangkan nanti. Begitu juga kulit
bangkai dapat menjadi suci dengan cara
disamak
Kaifiat (cara) mencuci benda yang
kena najis
Untuk melakukan kaifiat mencuci benda yang kena najis,
terlebih dahulu akan diterangkan bahwa najis terbagi
atas tiga bagian:
1. Najis Mugallazah (tebal), yaitu najis anjing. Benda
yang terkena ini hendaklah dibasuh tujuh kali, satu
kali diantaranya hendaklah dibasuh dengan air yang
dicampur dengan tanah.
Sabda rasulullah: َ ُّ َّ َ ُ ُ َ ُ ُ
‫ رواه مسلم‬.‫ات اوالهن بالتارا ِب‬
ٍ ‫فيه الكلب ان يغسله سبع مر‬
ِ ‫إذاولغ‬ ‫م‬‫ك‬ ‫احد‬
ِ ‫إناء‬
ِ ‫طهور‬

Cara mencuci bejana seseorang dari kamu apabila di jilat anjing, hendaklah
dibasuh tujuh kali, salah satunya hendaklah dicampur dengan tanah (HR.
Muslim)
2. Najis Mukhaffafah (Ringan)
Misalnya kencing anak kecil laki-laki yang belum
memakan makanan lain selain ASI. Mencuci benda
yang kena najis ini cukup dengan memercikkan air
pada benda ite, meskipun tidak mengalir. Adapun
kecing anak perempuan yang belum memakan apa-
apa selain ASI, kaifiat mencucinya hendaklah dibasuh
sampai air mengalir di ats benda yang kena najis itu
dan hilang zat najis dan sifat-sifatnya, sebagaimana
mencuci kencing orang dewasa.
Hadis tentang hal diatas
َّ
َ‫الط َعام‬ ْ ْ
‫يأكل‬
ِ ‫صغيار لم‬
ٍ ‫بابن لها‬
ٍ ‫جاءت‬ ُ ‫عن أم قيس بنت محصن اۡلسدية أنها‬
ْ ْ‫سول‬
‫هللا ُ صلى هللا عليه وسلم‬ ‫ر‬ ‫فأجلسه‬
ُ َ
ْ ‫بماء فنضحه‬َ ‫وسلم‬َ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ َ ‫هللا‬ ‫إلى رسول‬
‫ رواه الشيخان‬.‫ولم يغسله‬ ٍ ‫ثوبه فدعا‬
ِ ِ ‫عليه‬ ‫فبال‬ ‫حجره‬
ِ ‫في‬
“Dari Ummu Qais binti Mihshan Al-Asadiyah, bahwa dia pernah datang
kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersama anak lakinya yang
masih kecil dan belum mengkonsumsi makanan Lalu Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam mendudukkan anak itu di pangkuan beliau, lalu dia
mengencingi kain beliau. Maka beliau meminta air lalu memercikkannya ke
atas kain beliau dan tidak mencucinya.
َ ُ ْ ‫ُ ْ َ ُ ْ َ ْ ل ْ َ َ َ ُ َ ُّ ْ َ ْ ل‬
‫يغسل ِمن بو ِ الجا ِري ِة ويرش ِمن بو ِ الغال ِم‬
“Kencing bayi perempuan itu dicuci, sedangkan bayi laki-laki
diperciki.” (HR. Abu Daud)
3. Najis Mutawassitah (Pertengahan)

Yaitu najis yang lain daripada kedua macam yang


tersebut diatas. Najis pertengahan ini terbagi atas dua
bagian:
1. Najis Hukmiah: yang kita yakini adanya, tetapi tidak
nyata zat, bau, rasa dan warnanya. Seperti kencing
yang sudah lama kering, sehingga sifat-sifatnya telah
hilang. Cara mencuci najis ini cuku dengan
manglirkan air diatas benda yang kena itu.
2. Najis ‘Ainiyah: yaitu yang masih ada zat, warna, rasa
dan baunya. Kecuali warna atau bau yang sangat
sukar menghilangya, sifat ini dimaafkan. Cara
mencuci najis ini hendaklah dengan menghilangkan
zat, rasa, warna dan baunya.

Anda mungkin juga menyukai