Anda di halaman 1dari 9

MAKANAN HARAM

Pertama: Bangkai (Al Maitah)

Bangkai (al maitah) adalah setiap hewan yang matinya tidak wajar, tanpa lewat
penyembelihan yang syar’i. Contohnya adalah:
 Al munkhoniqoh: hewan yang mati dalam keadaan tercekik.
 Al mawquudzah: hewan yang mati karena dipukul dengan tongkat atau selainnya.
 Al mutaroddiyah: hewan yang mati karena jatuh dari tempat yang tinggi.
 An nathiihah: hewan yang mati karena ditanduk.
 Hewan yang diterkam binatang buas.
Jika hewan-hewan di atas ini masih didapati dalam keadaan bernyawa, lalu disembelih
dengan cara yang syar’i, maka hewan tersebut menjadi halal karena Allah Ta’ala berfirman,
‫إِ اَّل َما ذَ اك ْيت ُ ْم‬
“kecuali yang sempat kamu menyembelihnya”
Yang termasuk bangkai adalah segala sesuatu yang terpotong dari hewan yang masih hidup.
Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ٌ‫ي َم ْيت َة‬
َ ‫ِي َحيَّةٌ فَ ِه‬ َ ‫َما قُ ِط َع ِم ْن ْال َب ِهي َم ِة َوه‬
“Apa yang dipotong dari binatang dalam keadaan hidup, maka sesuatu tersebut adalah
bangkai.” (HR. Abu Daud no. 2858, At Tirmidzi no. 1480, Ibnu Majah no. 3216, Ahmad
5/218. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shohihul Jaami’ no.
5652)
Namun ada dua bangkai yang dikecualikan keharamannya, artinya bangkai tersebut halal
yaitu bangkai ikan dan bangkai belalang. Hal ini berdasarkan hadits Ibnu Umar radhiyallahu
‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِ ‫ان فَ ْال َك ِبد ُ َو‬
‫الط َحا ُل‬ ِ ‫َان فَ ْال ُحوتُ َو ْال َج َرادُ َوأَ َّما الدَّ َم‬ ِ ‫ان فَأ َ َّما ْال َم ْيتَت‬ ْ َّ‫أ ُ ِحل‬
ِ ‫ت لَنَا َم ْيتَت‬
ِ ‫َان َودَ َم‬
“Kami dihalalkan dua bangkai dan darah. Adapun dua bangkai tersebut adalah ikan dan
belalang. Sedangkan dua darah tersebut adalah hati dan limpa.” (HR. Ibnu Majah no. 3218.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Kedua: Darah yang mengalir

Pengharaman hal ini berdasarkan Surat Al Maidah ayat 3 di atas. Adapun darah yang
jumlahnya sedikit semacam darah yang masih menempel di urat daging sembelihan dan sulit
dibersihkan, maka itu dimaafkan.

Ketiga: Daging babi

Selain pengharamannya dalam surat Al Maidah ayat 3 di atas, Allah Ta’ala juga berfirman,
…‫س‬ ٌ ْ‫ير فَإِنَّهُ ِرج‬ ْ َ‫طا ِع ٍم ي‬
ٍ ‫طعَ ُمهُ إِ ََّل أ َ ْن يَ ُكونَ َم ْيتَةً أ َ ْو دَ ًما َم ْسفُو ًحا أَ ْو لَحْ َم ِخ ْن ِز‬ َ ‫ي ُم َح َّر ًما َعلَى‬
َّ َ‫ي إِل‬ ِ ُ ‫قُ ْل ََل أ َ ِجد ُ فِي َما أ‬
َ ‫وح‬
“Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang
diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau
darah yang mengalir atau daging babi – karena sesungguhnya semua itu kotor – atau
binatang yang disembelih atas nama selain Allah.” (QS. Al An’am: 145)
Shidiq Hasan Khon rahimahullah mengatakan, “Yang diharamkan dari babi adalah seluruh
bagian babi. Sedangkan di sini disebutkan dagingnya saja karena biasanya yang dimakan
adalah dagingnya.”[1]

Keempat: Hewan yang disembelih atas nama selain Allah

Dalil pengharamannya selain surat Al Maidah ayat 3 di atas, Allah Ta’ala juga berfirman,
َّ ‫َو ََل ت َأ ْ ُكلُوا ِم َّما لَ ْم يُذْك َِر ا ْس ُم‬
ٌ ‫َّللاِ َعلَ ْي ِه َو ِإنَّهُ لَ ِفس‬
‫ْق‬
“Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika
menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.” (QS.
Al An’am: 121)
Oleh karena itu, tidak boleh bagi seorang muslim untuk memakan hasil sembelihan orang
musyrik, majusi atau orang yang murtad (non ahli kitab). Sedangkan untuk hasil sembelihan
ahli kitab (yaitu Yahudi dan Nashrani) itu dibolehkan untuk dimakan selama tidak diketahui
jika ia menyebut nama selain Allah. Landasan dari hal ini adalah firman Allah Ta’ala,
‫َاب ِح ٌّل لَ ُك ْم‬ َ ‫ط َعا ُم الَّذِينَ أُوتُوا ْال ِكت‬ َ ‫َو‬
“Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu.” (QS. Al
Maidah: 5). Yang dimaksud dengan makanan dalam ayat di sini adalah hasil sembelihan ahli
kitab (Yahudi dan Nashrani). Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas, Abu
Umamah, Mujahid, Sa’id bin Jubair, ‘Ikrimah, ‘Atho’, Al Hasan, Makhul, Ibrohim An
Nakhoi, As Sudi, dan Muqotil bin Hayyan.[2]

Ke lima : Binatang Buas Bertaring

Hal ini berdasarkan hadits, dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
‫الس َباعِ فَأ َ ْكلُهُ َح َرام‬ ٍ ‫ُك ُّل ذِي نَا‬
ِ َ‫ب ِمن‬
“Setiap binatang buas yang bertaring adalah haram dimakan” [Hadits Riwayat. Muslim no.
1933]
Perlu diketahui bahwa hadits ini mutawatir sebagaimana ditegaskan Imam Ibnu Abdil Barr
dalam At-Tamhid (1/125) dan Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah dalam I’lamul Muwaqqi’in (2/118-
119).
Maksudnya “dziinaab” yakni binatang yang memiliki taring atau kuku tajam untuk melawan
manusia seperti serigala, singa, anjing, macan tutul, harimau, beruang, kera dan sejenisnya.
Semua itu haram dimakan”. [Lihat Syarh Sunnah (11/234) oleh Imam Al-Baghawi]
Hadits ini secara jelas menunjukkan haramnya memakan binatang buas yang bertaring bukan
hanya makruh saja. Pendapat yang menyatakan makruh saja adalah pendapat yang salah.
[Lihat At-Tamhid (1/111) oleh Ibnu Abdil Barr, I’lamul Muwaqqi’in (4-356) oleh Ibnu
Qayyim dan As-Shahihah no. 476 oleh Al-Albani]
Imam Ibnu Abdil Barr juga mengatakan dalam At-Tamhid (1/127): “Saya tidak mengetahui
persilangan pendapat di kalangan ulama kaum muslimin bahwa kera tidak boleh dimakan dan
tidak boleh dijual karena tidak ada manfaatnya. Dan kami tidak mengetahui seorang ulama
pun yang membolehkan untuk memakannya. Demikian pula anjing, gajah dan seluruh
binatang buas yang bertaring. Semuanya sama saja bagiku (keharamannya). Dan hujjah
adalah sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bukan pendapat orang….”.
Makanan Halal

Unggas

Hukum dasarnya adalah halal. Zahdam Al Jarmi berkata : “Saya pernah datang kepada Abu
Musa Al ‘Asy”ari dan Ia sedang makan daging Ayam, lalu Ia berkata : “ mendekat dan
makanlah! Karena aku melihat Rasulullah memakannya.” [HR.At Tirmidzi, 1836]. Ia
berkata : “hasan. Kecuali burung pemangsa dengan cakar sebagai senjatanya. Sebagaimana
dalam hadits Ibnu Abbas diatas, juga burung pemakan bangkai seperti gagak, sebagaimana
Rasulullah bersabda yang artinya : “Lima Fawaasiq, dibunuh baik dalam wilayah haram,
atau diluar wilayah haram, : Gagak, Elang, tikus, kalajengking, dan anjing penggigit.”
[HR.Bukhari,1829. Muslim 1198]. Dan hewan yang halal tidak dibunuh melainkan
disembelih, karena jka dibunuh maka ia menjadi bangkai.

Binatang jinak

Hukum asalnya adalah halal, dalilnya Allah berfirman :


‫األنعام يهيمة لكم أحلت‬
“Dihalalkan bagimu binatang ternak.” [QS. Al Maidah :1]. Kecuali Keledai, ia diharamkan
dalam hadits dari Jabir ia berkata : “Rasulullah melarang pada perang Khaibar untuk makan
daging Keledai dan mengizinkan makan daging kuda.” [HR. Bukhari,5524. Dan Muslim,
1941].

Hewan air

Hukum dasarnya adalah Halal, dalilnya firman Allah yang artinya :


‫…الير صيد لكم أحل‬
“Dihalalkan bagimu binatang buruan laut.” [QS. Al Maidah :96].
Juga sabda Rasulullah ‫صلى هللا عليه وسلم‬yang artinya : “(air laut ) itu suci dan bangkainya
halal.” [HR. Abu Daud,83. Dan At Tirmidzi,69, ia berkata Hasan Shahih]. Kecuali buaya
karena ia termasuk hewan bertaring dan buas, juga Ular dan Kodok.
Abdurrahman bin Utsman berkata : “Telah datang seorang Thabib kepada Rasulullah
meminta izin menjadikan kodok sebagai ramuan obat, maka Rasulullah melarangnya untuk
membunuh kodok.” [HR. Abu Daud,3871. Dan An Nasaa’i , 4062 dan dishahihkan oleh
Syeikh Al Bani].

Makanan Nabati

Hukum asalnya adalah Halal, dalilnya adalah surat Al Baqarah :29, dan hadits Salman Al
Farisi, Rasulullah ‫ وسلم عليه هللا صلى‬bersabda yang artinya : “yang halal adalah yang
dihalalkan oleh Allah dalam kitab-Nya dan yang Haram adalah yang diharamkan oleh
Allah dalam kitab-Nya dan yang didiamkan maka itu dimaafkan.” [HHR.At Tirmidzi, 1730,
ia berkata : Gharib dan Mauquf lebih shahih].
Dalil Tentang Minuman Halal

Dalam alquran Allah menjelaskan minuman apa yang halal lagi baik untuk manusia.
Meskipun dalam kitab tersebut tidak semua ayat yang menyebutkan secara jelas nama dan
jenis minumannya, namun para ulama telah menafsirkan.

Dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 168

Bismillahirahmanirahim

“Hai orang-orang yang beriman makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
dibumi. Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan, karena sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu” (QS.Al Baqarah:168)

Mahabenar Allah dengan segala firman-Nya.

Dalam ayat diatas Allah menyerukan agar manusia memakan yang terbaik. Makanan yang
terbaik maksudnya tidak hanya halal namun juga baik. Makanan yang halal saja belum tentu
baik atau cocok dimakan untuk semua orang. Meskipun dalam ayat diatas menyebutkan
tentang makanan saja namun dalil ini juga bisa menjadi dalil tentang minuman juga.

Ayat lain Allah berfirman :

Bismillahirahmanirahim

“Hai orang-orang yang beriman makanlah dari rezki yang baik-baik yang kami berikan
kepada kamu, dan bersyukurlah kepada Allah jika benar-benar kepada Allah kamu
menyembah”(QS. Al Baqarah: 172)

Maha benar Allah dengan segala firman-Nya

Dalam ayat diatas Allah menyuruh manusia agar makan dan minum yang baik-baik dan
setelah itu bersyukurlah sebagai bentuk penghambaan kita kepada-Nya.

Dalam Alquran telah dikatakan dengan jelas, bahwa minuman yang halal lagi baik adalah
minuman yang tidak memabukan. Ini berarti minuman keras dalam islam seperti khamar
adalah haram hukumnya, sebagaimana ayat di bawah ini:

Bismillahhirahmanirahim

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar, berjudi (berkorban untuk berhala)
dan mengundi nasib adalah perbuatan yang keji, perbuatan syaitan maka jauhilah perbuatan
tersebut agar kamu mendapat keberuntungan”. (QS. Al Maidah : 90)

Dalam hadist Nabi SAW bersabda:

“Sesuatu yang memabukan dalam keadaan banyak maka dalam keadaan sedikit juga
haram”. (HR. An Nasai, Abu Daud, At Thurmuzi)

Dari hadist di atas jelas disebutkan bahwa minuman yang halal lagi baik adalah minuman
yang tidak memabukan. Baik dalam kadar yang banyak maupun yang sedikit.
Contoh Minuman yang Halal
Air minum jus

susu

teh

kopi
Minuman Haram

Minuman yang berasal dari darah

Darah adalah salah satu jenis makanan atau minuman yang diharamkan untuk diminum.
Seperti halnya beberapa orang yang gemar minum darah binatang seperti ular dan sebagainya
dengan alasan kesehatan atau untuk menyembuhkan suatu penyakit. Hal ini sesuai dengan
firman Allah SWT dalam ayat berikut ini :

‫ير فَإِناهُ ِرجْ س أَ ْو فِ ْسقًا‬ ْ َ‫طا ِع ٍم ي‬


ٍ ‫طعَ ُمهُ ِإ اَّل أ َ ْن يَ ُكونَ َم ْيتَةً أ َ ْو دَ ًما َم ْسفُو ًحا أ َ ْو لَحْ َم ِخ ْن ِز‬ َ ‫ي ُم َح ار ًما َعلَ ٰى‬
‫ي إِلَ ا‬ ِ ُ ‫قُ ْل ََّل أ َ ِجد ُ فِي َما أ‬
َ ‫وح‬
‫ط ار َغي َْر َباغٍ َو ََّل َعا ٍد فَإ ِ ان َرباكَ َغفُور َر ِحيم‬ ُ ‫ض‬ ‫أ ُ ِه ال ِلغَي ِْر ا‬
ْ ‫َّللاِ ِب ِه ۚ فَ َم ِن ا‬

Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang
diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau
darah yang mengalir atau daging babi — karena sesungguhnya semua itu kotor — atau
binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barangsiapa yang dalam keadaan
terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka
sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” ( QS Al an’am 145)

Minuman keras atau khamr

Minuman keras yang dimaksud dalam jenis minuman ini adalah minuman yang mengandung
alkohol dan diharamkan dalam islam segala minuman yang memabukkan. Sebagaimana yang
disebutkan dalam ayat berikut ini (baca minuman keras dalam islam)

“Semua yang memabukkan adalah khamr dan semua khamr adalah haram.” (HR. Muslim)
Minuman yang diambil dari orang lain tanpa izin

Minuman yang diperoleh dari mencuri atau menipu atau minuman yang dibeli dengan harta
yang tidak halal seperti harta korupsi atau riba adalah haram diminum meskipun minuman
tersebut dzat asalnya adalah halal. Seperti yang disebutkan dalam hadits berikut ini (baca
pengertian riba menurut islam)

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian saling memakan harta sesama kalian
dengan cara yang batil.” (An nisa 29)

Minuman yang membahayakan diri

Minuman yang membahayakan diri adalah minuman yang dicampur racun atau zat yang
dapat membahayakan nyawa misalnya saat seseorang meminum racun dan mencoba
menyakiti dirinya sendiri atau melakukan usaha untuk bunuh diri sementara perbuatan
tersebut dikutuk Allah SWT. Seperti yang disebutkan dalam hadits berikut ini

“Tidak boleh melakukan perbuatan yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain“

Anda mungkin juga menyukai