dan Haram
Anggota:
1. Ahmad Baharuddin
2. Chandra Susilo
3. M.Akbar
4. Purwanie Ekayanti
5. Tri kemala Ariri
6. Agus.S
Pertanyaan:
Jawab:
1. Hukum Hamar adalah haram
2. Kadar alkohol bukan suatu yang menjadi dasar dalam
menentukan boleh nggak minuman itu diminum, tapi efek
kepada yang meminum, mabok, hilang ingatan atau ngga.
3. Boleh mngkonsumsi makanan yang diharmkan oleh Allah
dengan suatu syarat dimakan tidak dalam jumlah yang
berlebihan, hanya sekedar menghilangkan lapar saja.
4. Kalau hukum hewan itu haram, maka pemanfaatannyapun
haram, dan sebaliknya.
1. BANGKAI
“Dari Ibnu Umar berkata: ” Dihalalkan untuk dua bangkai dan dua
darah. Adapun dua bangkai yaitu ikan dan belalang, sedang dua darah
yaitu hati dan limpa.” (Shahih. Lihat Takhrijnya dalam Al-Furqan hal 27
edisi 4/Th.11)
Rasululah juga pernah ditanya tentang air laut, maka beliau bersabda:
“Laut itu suci airnya dan halal bangkainya.”: (Shahih. Lihat Takhrijnya
dalam Al-Furqan 26 edisi 3/Th 11) Syaikh Muhammad Nasiruddin Al–
Albani berkata dalam Silsilah As-Shahihah (no.480): “Dalam hadits ini
terdapat faedah penting yaitu halalnya setiap bangkai hewan laut
sekalipun terapung di atas air (laut)? Beliau menjawab:
“Sesungguhnya yang terapung itu termasuk bangkainya sedangkan
Rasulullah bersabda: “Laut itu suci airnya dan halal bangkainya” (HR.
Daraqutni: 538).
2. DARAH
Sekalipun darah adalah haram, tetapi ada pengecualian yaitu hati dan
limpa berdasarkan hadits Ibnu Umar di atas tadi. Demikian pula sisa-
sisa darah yang menempel pada daging atau leher setelah
disembelih.Semuanya itu hukumnya halal.
Yakni hewan yang diterkam oleh harimau, serigala atau anjing lalu
dimakan sebagiannya kemudia mati karenanya, maka hukumnya
adalah haram sekalipun darahnya mengalir dan bagian lehernya yang
kena. Semua itu hukumnya haram dengan kesepakatan ulama. Orang-
orang jahiliyah dulu biasa memakan hewan yang diterkam oleh
binatang buas baik kambing, unta,sapi dsb, maka Allah
mengharamkan hal itu bagi kaum mukminin.
Hal ini berdasarkan hadits : “Dari Abu Hurairah dari Nabi saw
bersabda: “Setiap binatang buas yang bertaring adalah haram
dimakan” (HR. Muslim no. 1933)
“Dari Ibnu Abi Ammar berkata: Aku pernah bertanya kepada Jabir
tentang musang, apakah ia termasuk hewan buruan ? Jawabnya: “Ya”.
Lalu aku bertanya: apakah boleh dimakan ? Beliau menjawab: Ya. Aku
bertanya lagi: Apakah engkau mendengarnya dari Rasulullah ?
Jawabnya: Ya. (Shahih. HR. Abu Daud (3801), Tirmidzi (851), Nasa’i
(5/191) dan dishahihkan Bukhari, Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, Ibnu
Hibban, Al-Hakim, Al- Baihaqi, Ibnu Qoyyim serta Ibnu Hajar dalam At-
Talkhis Habir (1/1507).
Kedua : Halalnya daging kuda. Ini merupakan pendapat Zaid bin Ali,
Syafi’i, Ahmad, Ishaq bin Rahawaih dan mayoritass ulama salaf
berdasarkan hadits-hadits shahih dan jelas di atas. Ibnu Abi Syaiban
meriwayatkan dengan sanadnya yang sesuai syarat Bukhari Muslim
dari Atha’ bahwa beliau berkata kepada Ibnu Juraij: ” Salafmu biasa
memakannya (daging kuda)”. Ibnu Juraij berkata: “Apakah sahabat
Rasulullah ? Jawabnya : Ya. (Lihat Subulus Salam (4/146-147) oleh
Imam As-Shan’ani).
9. AL-JALLALAH
Sejauh ini BELUM ADA DALIL dari Al Qur’an dan hadits yang shahih
yang menjelaskan tentang haramnya hewan yang hidup di dua alam
(laut dan darat). Dengan demikian binatang yang hidup di dua alam
dasar hukumnya “asal hukumnya adalah halal kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.
1. Debi Rahma
2. Eka Rahma
3. Micho
4. Taharullah
5. Zamsuddin
6. Muhammad Anshori
Pengertian :
Sebelum menjelaskan apa yang dimaksud Alquran sehubungan
masalah ini, lebih dahulu kita segarkan apa makna gizi dan
masalahnya. Menurut Kamus Besar, gizi adalah zat makanan pokok
yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan.
Menurut Guru Besar Ilmu Gizi UI, Prof. Dr. Ahmad Djailani (2OOO), Ilmu
gizi merupakan ilmu terapan yang mempergunakan berbagai disiplin
ilmu dasar seperti Biokimia, Ilmu Hayat (Fisiologi), ilmu Penyakit
(Pathalogi).
Didalam Alquran:
Banyak ayat yang menjelaskan tentang makanan bergizi, diantaranya:
(1) “ Dan makanlah makanan yang halal lagi baik, dari apa yang Allah
telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu
telah beriman kepadaNya”.(QS.Al-Maidah 88).
Menjauhi neraka:
Dalam salah satu ayat dinyatakan “ Peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka (QS.66:6).
Dan lebih tegas lagi pada riwayat lain, diajarkan sopan santun sejak
usia dini “Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan salat sejak usia 7
tahun dan pukullah di usia 1O tahun jika masih enggan
mengerjakannya, pisahlah tempat tidurnya setelah usia remaja dan
janganlah diberi makan, kecuali makanan yang halal” (HR.Abu Dawud)
Dari kedua hadis tersebut dipahami bahwa ajaran salat sudah mulai
dipraktekkan ketika anak berusia 7 tahun, berarti di usia Balita telah
diajarkan cara mandi, wudhu, mengenal Tuhan dan menghafal bacaan-
bacaan salat.
Catatan:
1. Halal mencakup 3 hal, yaitu:
- Halal dari zatnya
- Halal dari sumbernya ( cara memperolehnya)
- Halal dalam pengolahannya.
2. Rasulullah saw mencontohkan setiap kali makan berhenti
sebelum kenyang.
3. Mengkonsumsi korma 1 biji sama dengan 1 piring nasi
(kandungan karbohidratny)
PERTANYAAN:
Jawaban:
1. Makanan yang dikonsumsi secara matang ada manfaat dan
kekurangannya masing2. Makanan yang diolah terlalu matang
akan mengurangi kandungan gizi yang terdapat dalam makanan
tsb, sebaliknya makanan yang ada kandungan bakterinya, tapi
tdk direbus secara maksimal akan menyebabkan munculnya
penyakit dalam tubuh.
2. Makanan fast food n junk food, boleh aja dikonsumsi (selama zat)
yang dikandungnya halal, Cuma pemanfaatan dalam tubuh
kurang maksimal.
KELOMPOK III
PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT
ANGGOTA:
Catatan:
PERTANYAAN:
1. Apa yang dimaksud dengan Pengobatan nabawi (Kay)
2. Bolehkah berobat dengan Dokter Non Muslim?
3. Kenapa air seni onta itu dibolehkan untuk dipakai sebagai
pengobatan?
4. Bekam, apa manfaatnya?
5. Hari-hari tertentu untuk dipakai berbekam, dan syarat-syarat
untuk berbekam apa aja?
6. Pengobatan dengan cara sengatan lebah?
7. Ada gak dalil yang menyatakan bahwa berbekam pada saat
puasa itu tidak membuat puasa itu batal?
Diskusi kelompok IV
PENYEBARAN PENYAKIT MENURUT ISLAM
Catatan:
Kegiatan wudhu merupakan aspek yang sangat positif dalam
menyegah penyebaran penyakit. Shalat lima waktu yang diawali
dengan wudhu dapat mencegah penyebaran penyakit, mematikan
bakteri yang menempel di tangan.